1. lp peb

21
LAPORAN PENDAHULUAN DAN TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN PRE EKLAMSI BERAT(PEB) A. TINJAUAN MEDIS 1) Pengertian Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006). 2) Etiologi Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui, a. Vasospasmus menyebabkan : Hypertensi Pada otak (sakit kepala, kejang) Pada placenta (solution placentae, kematian janin) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi) Pada hati (icterus)

Upload: marsyanto

Post on 29-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tinjauan teori pre eklamsia berat

TRANSCRIPT

Page 1: 1. LP PEB

LAPORAN PENDAHULUAN DANTINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PRE EKLAMSI BERAT(PEB)

A. TINJAUAN MEDIS

1) Pengertian

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas

yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan

vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan

berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan

proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan

setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).  

2) Etiologi

Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang

meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan

yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi

intravaskulaer.

Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi

vasospasmus  ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.

Sebab pre eklamasi belum diketahui,

a. Vasospasmus menyebabkan :

Hypertensi

Pada otak (sakit kepala, kejang)

Pada placenta (solution placentae, kematian janin)

Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

Pada hati (icterus)

Pada retina (amourose)

b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :

Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan

molahidatidosa

Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus

Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

c. Factor Perdisposisi Preeklamsi

Molahidatidosa

Diabetes melitus

Page 2: 1. LP PEB

Kehamilan ganda

Hidrocepalus

Obesitas

Umur yang lebih dari 35 tahun

3) Klasifikasi

Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :

a. Preeklamsi Ringan :

Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang,

atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara

pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,

dan sebaiknya 6 jam.

Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)

Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada

urine kateter atau midstream.

b. Preeklamsi Berat

TD 160/110 mmHg atau lebih

Proteinuria 5gr atau lebih perliter

Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)

Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium

Terdapat edema paru dan sianosis

4) Manifestasi Klinis

a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.

b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.

c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

TD > 140/90 mmHg atau

Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg

Diastolik>15 mmHg

Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai

preeklamsi

d. Proteinuria

Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif  +1 / 

+2.

Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi

tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

5) Patofisiologi

Page 3: 1. LP PEB

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan

hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero

plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.

Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi

arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating

pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.

Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta

sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

Page 4: 1. LP PEB

Pre Eklamsi↓

Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan↓

Ekspansi plasma↓

↑ekspansi massa sel darah↓

Anemia fisiologis pada kehamilan

Peningkatan volume plasma darah↓

Vasodilatasi↓

↓albumin serum

↓tekanan osmotik keloid↓

Hemokonsentrasi↓

↑hematoksit maternal↓

Perfusi organ maternal↓ termasuk perfusi ke unit

janin uretroplasma↓

Vasospasme siklik lanjut menurunkan perfusi organ

dengan menghancurkan sel-sel darah merah

↓Kapasitas O2 maternal↓

↓resistensi vasculer sistemik /sistemik vasculer resisten

(SVR)↓

↑curah jantung↓

Hipertensi arterial↓

Kelebihan volume cairan

Edema↓

Intoleransi aktivitas

↑aliran plasma ginjal↓

Laju filtrasi glomerulus↑↓

Hepatoseluler GFR endoteliosis glumerulus

↓SRAA protein realease

Kontraksi jalan lahir IUFD

IUGR

↓Nyeri akut

↓Duka cita

Page 5: 1. LP PEB

6) Komplikasi

Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri

(uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown),

ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem

paru, gagal jantung, syok dan kematian.

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental,

misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.

7) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga

0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine

meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

USG : untuk mengetahui keadaan janin

NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

8) Penatalaksanaan

a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia

1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia

3. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,

hipoksia sampai kematian janin)

4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah

matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika

persalinan ditunda lebih lama.

b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan

1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin

2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat

kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).

3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8

jam pada malam hari)

4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.

6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :

metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau

nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).

7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu

Page 6: 1. LP PEB

9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat

jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien

menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.

10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika

perbaikan, lanjutkan rawat jalan

11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan

pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi

terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.

12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan

ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi

bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama

dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,

kardiotokografi.

1. Penanganan aktif.

Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar

bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.

Ada tanda-tanda impending eklampsia

Ada hellp syndrome

Ada kegagalan penanganan konservatif

Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr   

Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%

sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan

dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80

ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali

permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam

sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi –

atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat

perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc

NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah

sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang

dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun

dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,

dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau

prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada

Page 7: 1. LP PEB

kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi

vakum atau cunam.

2. Penanganan konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia

dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada

penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,

selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini

dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa :

oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin.

bila ada indikasi, langsung terminasi.

Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak

selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan

dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat,

garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan

diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan

antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).

B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data Biografi

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin.

b. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : biasanya  klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala,

Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri

epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi

kronik, DM

Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat

kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan

Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh

karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

c. Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan

eklamsia sebelumnya.

Page 8: 1. LP PEB

d. Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka

yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila

tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi.

e. Pola aktivitas sehari-hari

Aktivitas

Gejala    :   

Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB,

reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.

Tanda    :   

Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka

Sirkulasi

Gejala    :   

Biasanya terjadi penurunan oksegen.

Abdomen

Gejala :

 Inspeksi :

Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi

atau tidak 

Palpasi :

Leopold I :

Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak,

noduler

Leopold II :

Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan.

Leopold III :

Biasanya teraba masa keras, terfiksir

Leopold IV :

Biasanya pada  bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul

Auskultasi :

Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular

Eliminasi

Gejala :

Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria

Makanan / cairan

Gejala :

Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah

Page 9: 1. LP PEB

Tanda :

Biasanya nyeri epigastrium,

Integritas ego

Gejala :

Perasaan takut.

Tanda :

 Cemas.

Neurosensori

Gejala :

Biasanya terjadi hipertensi

Tanda :

Biasanya terjadi kejang atau koma

Nyeri / kenyamanan

Gejala :

Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.

Tanda :

Biasanya klien gelisah,

Pernafasan

Gejala :

Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor

Tanda :

Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.

Keamanan

Gejala :

Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

Seksualitas

Gejala :

Status Obstetrikus

f. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : baik, cukup, lemah

Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)

Sistem pernafasan

Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit,

klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,  krekes mungkin ada, adanya

edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.

Page 10: 1. LP PEB

Sistem cardiovaskuler

Inspeksi :

Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.

o  Tekanan darah :

Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu

kehamilan,

o  Nadi            :

Biasanyanadi meningkat atau menurun

o  Leher           :

Apakah ada bendungan atau tidak  pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan

menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang

dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin

Auskultasi :

Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung

janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.

System reproduksi

a. Dada

Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.

b. Genetalia

Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran

kelenjar bartholini / tidak.

c. Abdomen

Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus

biasanya terdapat kontraksi uterus

Sistem integument perkemihan

a.Periksa vitting odema biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi

glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).

b. Oliguria

c. Proteinuria

Sistem persarafan

Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki

Sistem Pencernaan

Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual

dan muntah.

Page 11: 1. LP PEB

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi,

3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

5. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Tujuan

Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya

Kriteria Hasil

  Ibu mengerti penyebab nyerinya

  Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

2. Jelaskan penyebab nyerinya

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul

4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

1.Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.2.Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi4. Untuk mengalihkan perhatian pasien

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.

Tujuan

Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal

Kriteria hasil

   BB meningkat atau normal

   tidal ada tanda-tanda mal nutrisi

   kekuatan menggenggan

Intervensi Rasional1. Kaji adanya alergi makanan

2.Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe3. Berikan substansi gula

1.Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi makanan2. Intake fe dapat meningkatkan kekuatan tulang

3. Substansi gula dapat meningkatkan energi pasien

Page 12: 1. LP PEB

4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)5.Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

4. Untuk memenuhi status gizi pasien

5. Catatan harian makanan dapat mengetahui asupan nutrisi pasien

c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.

Tujuan    :   

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan seimbang.

Kriteria Hasil    :

 Tidak terdapat tanda-tanda edema.

 Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.

 Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan

 darah, protein dan urine.

Intervensi Rasional1.Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari.2. Timbang berat badan secara rutin.

3. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisian kapiler.4. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori, berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.

5.Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau berlanjut.6.Kaji distensi vena jugularis.

7.Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet rendah garam.

8. Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik

1.Pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi odema.2.Mengetahui peningkatan berat badan yang berlebih3.Menjaga peningkatan vital sign berlebih.

4.Kesesuaian dalam pemberian informasi dapat mengurangi tingkat kecemasan.

5.Menghindari edema anasarka. Krena cairan yang tidakmampu keluar.6. Pembesaran vena jugularis merupakan tanda dari pembengkakan dari jantung.7.Diet rendah garam akan memngurangi asupan Na dalam tubuh.

8.Pemberian diuretik akan mengurangi cairan yang tertimbun di tubuh melalui urine.

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

   Ibu tampak tenang

   Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

   Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi Rasional

1. tingkat kecemasan ibu 1.Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa

ditoleransi dengan pemberian pengertian

sedangkan yang berat diperlukan tindakan

Page 13: 1. LP PEB

2. Jelaskan mekanisme proses persalinan

3. Kaji dan tingkatkan mekanisme koping

ibu yang efektif

4.      Beri support system pada ibu

medikamentosa

2. Pengetahuan terhadap proses persalinan

diharapkan dapat mengurangi emosional ibu

yang maladaptive.

3. Kecemasan akan dapat teratasi jika

mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif

4.ibu dapat mempunyai motivasi untuk

menghadapi keadaan yang sekarang secara

lapang dada asehingga dapat membawa

ketenangan hati

e.    Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif.

Tujuan    :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan pengetahuan bertambah.

Kriteria hasil :

Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.

Klien tidak cemas.

Intervensi Rasional

1. Berikan informasi tentang tanda dan

gejala yang mengindentifikasi kondisi

yang memburuk.

2. Berikan informasi tentang jaminan

protein adekuat dalam diit klien dengan

kemungkinan atau pre-eklamsia ringan.

3. Pertahankan agar klien dapat informasi

tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan

kesejahteraan janin.

1.Pemberian informasi dapat mencegah

komplikasi

2. Klien dapat mempertahankan konsumsi

protein yang adekuat

3.Informasi yang diperoleh akan

mempertahankan status kesehatan pasien.

Page 14: 1. LP PEB

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam

Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190: 117 – 8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen.

Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan

pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan

Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik