1. lp peb
DESCRIPTION
tinjauan teori pre eklamsia beratTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DANTINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PRE EKLAMSI BERAT(PEB)
A. TINJAUAN MEDIS
1) Pengertian
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2006).
2) Etiologi
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada penderita yang
meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan
yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi
intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
a. Vasospasmus menyebabkan :
Hypertensi
Pada otak (sakit kepala, kejang)
Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
Pada hati (icterus)
Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Factor Perdisposisi Preeklamsi
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidrocepalus
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun
3) Klasifikasi
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklamsi Ringan :
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring terlentang,
atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
dan sebaiknya 6 jam.
Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+ pada
urine kateter atau midstream.
b. Preeklamsi Berat
TD 160/110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5gr atau lebih perliter
Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium
Terdapat edema paru dan sianosis
4) Manifestasi Klinis
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
TD > 140/90 mmHg atau
Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
Diastolik>15 mmHg
Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai
preeklamsi
d. Proteinuria
Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif +1 /
+2.
Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi
tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
5) Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero
plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating
pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Pre Eklamsi↓
Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan↓
Ekspansi plasma↓
↑ekspansi massa sel darah↓
Anemia fisiologis pada kehamilan
Peningkatan volume plasma darah↓
Vasodilatasi↓
↓albumin serum
↓tekanan osmotik keloid↓
Hemokonsentrasi↓
↑hematoksit maternal↓
Perfusi organ maternal↓ termasuk perfusi ke unit
janin uretroplasma↓
Vasospasme siklik lanjut menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel darah merah
↓Kapasitas O2 maternal↓
↓resistensi vasculer sistemik /sistemik vasculer resisten
(SVR)↓
↑curah jantung↓
Hipertensi arterial↓
Kelebihan volume cairan
Edema↓
Intoleransi aktivitas
↑aliran plasma ginjal↓
Laju filtrasi glomerulus↑↓
Hepatoseluler GFR endoteliosis glumerulus
↓SRAA protein realease
Kontraksi jalan lahir IUFD
IUGR
↓Nyeri akut
↓Duka cita
6) Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri
(uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown),
ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem
paru, gagal jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental,
misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
7) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga
0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
USG : untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
8) Penatalaksanaan
a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
b. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8
jam pada malam hari)
4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
c. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi
bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama
dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
1. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
Ada tanda-tanda impending eklampsia
Ada hellp syndrome
Ada kegagalan penanganan konservatif
Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan
dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80
ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam
sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi –
atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat
perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc
NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah
sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang
dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun
dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,
dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi
vakum atau cunam.
2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada
penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa :
oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin.
bila ada indikasi, langsung terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak
selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat,
garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan
diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).
B. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala,
Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
eklamsia sebelumnya.
d. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka
yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila
tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
e. Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas
Gejala :
Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau penurunan BB,
reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda :
Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
Sirkulasi
Gejala :
Biasanya terjadi penurunan oksegen.
Abdomen
Gejala :
Inspeksi :
Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi
atau tidak
Palpasi :
Leopold I :
Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa besar, lunak,
noduler
Leopold II :
Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III :
Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV :
Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi :
Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
Eliminasi
Gejala :
Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
Makanan / cairan
Gejala :
Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah
Tanda :
Biasanya nyeri epigastrium,
Integritas ego
Gejala :
Perasaan takut.
Tanda :
Cemas.
Neurosensori
Gejala :
Biasanya terjadi hipertensi
Tanda :
Biasanya terjadi kejang atau koma
Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda :
Biasanya klien gelisah,
Pernafasan
Gejala :
Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda :
Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
Keamanan
Gejala :
Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
Seksualitas
Gejala :
Status Obstetrikus
f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit,
klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya
edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
Sistem cardiovaskuler
Inspeksi :
Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
o Tekanan darah :
Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu
kehamilan,
o Nadi :
Biasanyanadi meningkat atau menurun
o Leher :
Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada bendungan
menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang
dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi :
Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung
janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
System reproduksi
a. Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
b. Genetalia
Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran
kelenjar bartholini / tidak.
c. Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus
biasanya terdapat kontraksi uterus
Sistem integument perkemihan
a.Periksa vitting odema biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi
glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b. Oliguria
c. Proteinuria
Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual
dan muntah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi,
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil
Ibu mengerti penyebab nyerinya
Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
2. Jelaskan penyebab nyerinya
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
1.Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya.2.Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi4. Untuk mengalihkan perhatian pasien
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan nafsu makan meningkat atu normal
Kriteria hasil
BB meningkat atau normal
tidal ada tanda-tanda mal nutrisi
kekuatan menggenggan
Intervensi Rasional1. Kaji adanya alergi makanan
2.Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe3. Berikan substansi gula
1.Untuk mengetahui apakah pasien ada alergi makanan2. Intake fe dapat meningkatkan kekuatan tulang
3. Substansi gula dapat meningkatkan energi pasien
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)5.Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
4. Untuk memenuhi status gizi pasien
5. Catatan harian makanan dapat mengetahui asupan nutrisi pasien
c. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan seimbang.
Kriteria Hasil :
Tidak terdapat tanda-tanda edema.
Hasil laboratorium hematokrit dalam batas normal.
Menggunakan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan peningkatan tekanan
darah, protein dan urine.
Intervensi Rasional1.Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari.2. Timbang berat badan secara rutin.
3. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisian kapiler.4. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori, berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.
5.Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau berlanjut.6.Kaji distensi vena jugularis.
7.Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet rendah garam.
8. Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik
1.Pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi odema.2.Mengetahui peningkatan berat badan yang berlebih3.Menjaga peningkatan vital sign berlebih.
4.Kesesuaian dalam pemberian informasi dapat mengurangi tingkat kecemasan.
5.Menghindari edema anasarka. Krena cairan yang tidakmampu keluar.6. Pembesaran vena jugularis merupakan tanda dari pembengkakan dari jantung.7.Diet rendah garam akan memngurangi asupan Na dalam tubuh.
8.Pemberian diuretik akan mengurangi cairan yang tertimbun di tubuh melalui urine.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi Rasional
1. tingkat kecemasan ibu 1.Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa
ditoleransi dengan pemberian pengertian
sedangkan yang berat diperlukan tindakan
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
3. Kaji dan tingkatkan mekanisme koping
ibu yang efektif
4. Beri support system pada ibu
medikamentosa
2. Pengetahuan terhadap proses persalinan
diharapkan dapat mengurangi emosional ibu
yang maladaptive.
3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4.ibu dapat mempunyai motivasi untuk
menghadapi keadaan yang sekarang secara
lapang dada asehingga dapat membawa
ketenangan hati
e. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan Kognitif.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan pengetahuan bertambah.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit.
Klien tidak cemas.
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi tentang tanda dan
gejala yang mengindentifikasi kondisi
yang memburuk.
2. Berikan informasi tentang jaminan
protein adekuat dalam diit klien dengan
kemungkinan atau pre-eklamsia ringan.
3. Pertahankan agar klien dapat informasi
tentang kondisi kesehatan, hasil tes, dan
kesejahteraan janin.
1.Pemberian informasi dapat mencegah
komplikasi
2. Klien dapat mempertahankan konsumsi
protein yang adekuat
3.Informasi yang diperoleh akan
mempertahankan status kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190: 117 – 8
Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen.
Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan
pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.
Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.
Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan
Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik