1202116030-3-bab ii ( pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

Upload: husni-husni

Post on 05-Jul-2018

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    1/34

     

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Konsep Dasar Lansia

    2.1.1 Pengertian

    Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami

    oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis,

    tetapi juga meliputi psikologis dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia

    dapat disebut sebagai perubahan “senses,, dan perubahan “senilitas’’. Perubahan

    senesens adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.

    Sedangkan perubahan senelitas adalah perubahan-perubahan patologik permanen

    dan disertai dengan semakin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut.

    Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada umumnya adalah pada

     bidang klinik, kesehatan jiwa, dan masalah dibidang sosial dan ekonomi. Oleh

    karena itu lansia dikelompokkan dengan resiko tinggi dengan masalah fisik dan

    mental (Murwani, 2010).

    2.1.2 Pengelompokkan lansia

    Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut beberapa

     pendapat yaitu: (Nugroho, 2000) 

    1.  Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu:

    a. 

    Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.

     b. 

    Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun

    c. 

    Usia tua (old ) antara 75-90 tahun

    d. 

    Usia sangat tua (very old  ) diatas 90 tahun

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    2/34

    9

    2.  Lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3 yaitu:

    a. 

    Kelompok usia dalam masa virilitas  (45-54 tahun), merupakan kelompok

    yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.

     b. 

    Kelompok usia dalam masa  pra-senium  (55-64 tahun), merupakan

    kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan

    masyarakat pada umumnya.

    c.  Kelompok usia masa  senecrus  (>65 tahun), merupakan kelompok yang

    umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit

     berat

    Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami

     proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik

    dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi

    lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur

    yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan

     psikologis. (Murwani,2010). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia

    adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis

    mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara

     bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.

    2.1.3 Proses menua

    Merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan

    merupakan suatu penyakit. Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu

     proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

    diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    3/34

    10

    terhadap infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya.

    Penuaan merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam

    kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi

    tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

    kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008). Menjadi tua adalah suatu

     proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

    diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.

    Keadaan ini menyebabkan jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

    infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia

    secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran

    struktur dan fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan

    kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008). 

    2.1.4 

    Perubahan yang terjadi pada proses menua terhadap kualitas tidur.

    Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi oleh semua

    manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan-perubahan struktural yang merupakan

     proses degeneratif. Sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel berkurang, terjadi

     perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat baru meggantikan

    sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulnya kemunduran

    fungsi organ tubuh. Menurut (Stanley, 2007) Perubahan yang terjadi pada lansia

    terdiri dari perubahan fisik, perubahan psikologis dan perubahan sosial.

    a.  Perubahan Fisik.

    Menurut Hutapea (2005), perubahan fisik yang dialami oleh lansia

    adalah:

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    4/34

    11

    1.  Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan

    terhadap alergi dan penyakit.

    2. 

    Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah

    energi yang dikeluarkan tubuh.

    3. 

    Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang

    mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.

    4.  Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan

    mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien,

    gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.

    5.  Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan

    metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun

     juga karena timbunan lemak.

    6. 

    Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan

     bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran

     berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual

     berkurang.

    7. 

    Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas

     paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan

    munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.

    8.  Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.

     b.  Perubahan Psikologis

    Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin

    egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    5/34

    12

    yang merupakan akibat dari perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

    keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).

    c. 

    Perubahan Sosial

     Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan dengan

     peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami

    kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan

    kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).

    2.2  Konsep Dasar Tidur

    2.2.1  Pengertian

    Tidur adalah suatu perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu

    terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik

    yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis

    tubuh dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal (Mubarak, 2006). 

    Tidur adalah kondisi organisme yang sedang  istirahat secara reguler,

     berulang dan reversible 

    dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap 

    rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan  dengan keadaan jaga.

    (Prayitno, 2002). Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan

     jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang

    dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan

     persoalan yang dihadapi.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    6/34

    13

    2.2.2  Fisiologi tidur.

    Tidur juga merupakan suatu proses fisiologis yang bersiklus yang

     bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga

    mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku. Peralatan

    seperti Elektroencephalogram (EEG) yang mengukur aktifitas listrik dalam kortek

    serebral, Elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot, dan

    Elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan bola mata, memberikan

    informasi struktur fisiologis tidur. (Potter & Perry, 2006). Kontrol dan pengaturan

    tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang

    mengaktivasi secara intermitten dan menekan puncak otak tertinggi untuk

    mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang

    lain menyebabkan tertidur (Potter & Perry, 2006) 

    Adanya irama sirkandian yaitu suatu irama siklus yang di alami seseorang

    sebagai bagian dari kehidupan mereka setiap hari atau dikenal dengan siklus 24

     jam, siang-malam. Pusat kontrol irama sirkandian terletak pada bagian ventral

    anterior hypothalamus yaitu bagian susunan saraf pusat yang mengadakan

    kegiatan sinkronisasi terletak pada  sub-stansia ventrikulo retikularis medulo

    oblogata  yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang

    menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo

    oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state, yang mana irama ini

    mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi prilaku. Fluktuasi dan

     prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan

    sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24-jam.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    7/34

    14

    Jika siklus bangun tidur seseorang berubah secara bermakna, maka akan

    menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Sebaliknya dalam siklus tidur-bangun

    seperti tertidur pada siang hari (atau sebaliknya) dapat menunjukkan penyakit

    yang serius. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung dan gangguan

     penilaian adalah gejala umum gangguan siklus tidur

    2.2.3  Pengaturan tidur. 

    Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh

    integrasi tinggi aktifitas sistem syaraf pusat yang berhubungan dengan perubahan

    dalam sistem syaraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan dan

    muskuler (Poter & Perry, 2006) kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada

    hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten

    dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga.

    Adanya peranan aktifitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik,

    noradrenergik, kholonergik, histaminergik sangat mempengaruhi sistim  RAS

    (Reticular Activity System)  berlokasi pada batang otak teratas terdiri dari sel

    khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. RAS akan mengeluarkan

    katekolamin seperti norepinefrin (Poter & Perry, 2006) RAS akan menerima

    stimulus dari sensori visual, auditori, nyeri, taktil, pikiran dan pada saat terbangun

    Aktifitas RAS sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmitter

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    8/34

    15

    Gambar 1 : Pusat kontrol dan pengaturan sistem tidur

    a.  Sistem serotoninergik.

    Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino

    trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah trypthopan, maka jumlah serotonin

    yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila

    serotonin dari trypthopan terhambat pembentukannya maka terjadi keadaan tidak

     bisa tidur/terjaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem

    serotoninergik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana

    terdapat hubungan aktifitas serotonis di nukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.

     b.  Sistem Adrenergik

     Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak dibadan

    sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus

    sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    9/34

    16

    mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan

     penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.

    c. 

    Sistem Kholinergik

    Dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur

    REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG

    seperti dalam keadaan jaga (Guyton & Hall, 2007). Gangguan aktifitas

    kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada

    orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat

    antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari

    lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

    d.  Sistem histaminergik

    Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

    e. 

    Sistem hormone

    Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone

    seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon-hormon ini masing-masing disekresi

    secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem

    ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neuro-transmitter norepinefrin,

    dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.

    2.2.4  Siklus tidur

    Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode

    sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap

     berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    10/34

    17

    Tapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung

    satu jam atau lebih. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

    a. 

    Tipe Rapid Eye Movement (REM)

     b. 

    Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

    Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu

    diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi

    secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Pola siklus biasanya

     berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3

    lalu ke 2, di akhiri dengan periode dari tidur REM.

    Gambar 2 : Gambaran EEG stadium tidur manusia

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    11/34

    18

    1.  Tidur stadium Satu.

    Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur atau fase transisi

    yaitu fase menuju saatnya tidur. Seseorang dengan mudah akan terbangun. Fase

    ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan

     bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah

    sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran

    alfa, betha dan kadang gelombang tetha dengan amplitudo yang rendah. Tidak

    didapatkan adanya gelombang  sleep spindle  dan kompleks K. Adapun Tahap

     NREM stadium satu meliputi:

    a)  Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur.

     b)  Tahap berakhir beberapa menit

    c)  Pengurangan aktifitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap

    tanda-tanda vital dan metabolisme.

    d)  Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara

    e) 

    Ketika terbangun, seseorang merasa seperti lelah melamun.

    2. 

    Tidur stadium dua

    Merupakan fase tidur ringan/fase relaksasi. Pada fase ini didapatkan bola

    mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada

    fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat

    adanya gelombang  sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K. Adapun

    Tahap NREM stadium dua meliputi:

    a)  Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara.

     b)  Kemajuan relaksasi.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    12/34

    19

    c)  Untuk terbangun relative masih mudah.

    d) 

    Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.

    e) 

    Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban.

    3. 

    Tidur stadium tiga

    Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat

    lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang

    sleep spindle. Adapun Tahap NREM stadium tiga meliputi:

    a)  Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam.

     b)  Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak.

    c)  Otot-otot dalam keadaan santai penuh.

    d)  Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

    e)  Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

    4. 

    Tidur stadium empat

    Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan dan pada tahap

    tersebut merupakan saat terbesar terjadinya proses pemulihan. Gambaran EEG

    didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang  sleep spindle.

    Adapun Tahap NREM stadium empat meliputi:

    a) 

    Tahap merupakan tahap tidur terdalam.

     b)  Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tertidur.

    c)  Jika teradi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi

    malam yang seimbang.

    d)  Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga.

    e)  Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    13/34

    20

    f)  Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.

    5. 

    Tidur REM

    Selama fase tidur REM, frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan

    darah menjadi sangat bervariasi tidak teratur dan meningkat secara berkala.

    Menurut Ebersole dan Hess (1998) mengatakan bahwa penurunan fase tidur REM

     berhubungan dengan peningkatan iritabilitas dan kecemasan serta penurunan

    kemampuan untuk berkontraksi. Adapun stadium tahap REM meliputi:

    a)  Mimpi yang penuh dengan warna dan tampak hidup dapat teradi pada REM.

    Mimpi yang kurang hidup dapat pula terjadi pada tahap ini.

     b)  Biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur.

    c)  Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,

    fluktuasi Jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi

    tekanan darah.

    d)  Terjadi penurunan tonus otot skelet.

    e) 

    Peningkatan sekresi lambung

    f) 

    Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tertidur.

    g) 

    Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

    Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100

    menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama

     prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat

    menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata

    yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua

    organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    14/34

    21

    laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur

    REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa

    tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-

    nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola

     berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai

    dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang

    didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan

    distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM (75%) yaitu stadium satu 5%, stadium

    dua 45%, stadium tiga 12%, stadium empat 13%, sedangkan stadium REM 25 %.

    2.2.5  Tidur pada lansia

    Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi,

    kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia (Bliwise,1993)

    Episode tidur REM cendrung memendek. Terdapat penurunan yang progresif

     pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4

    atau tidur yang dalam.

    Lansia sering kali melaporkan mengalami kesulitan tidur saat berada ditempat

    tidur. Ini terjadi pada 1 dari 3 lansia wanita dan 1 dari 5 lansia pria. Masalah untuk

    dapat tertidur juga dikaitkan dengan penyebab yang mudah diatasi seperti

    mengkonsumsi kafein atau makanan dalam porsi banyak pada waktu yang

     berdekatan dengan waktu tidur (Lankford,1994). Biasanya terjadi peningkatan

     pada fase I NREM sehingga lansia mudah terbangun oleh karena: suara, sentuhan,

    atau cahaya. REM selama malam hari berubah seiring dengan bertambahnya usia

    (Bliwise, 1994) dimana fase REM I terjadi lebih awal selama waktu tidur lansia.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    15/34

    22

    Adanya perubahan tidur REM dan pengurangan tahap 3 dan 4 NREM akan

    mengganggu efisiensi tidur lansia.

    Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan SSP yang

    mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensori, umum dengan penuaan,

    dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempertahankan irama

    sirkandian (Potter&Perry, 2005)

    Tabel 1. Perubahan pola tidur pada usia lanjut

    Pola tidur  Laporan subjektif   Pantauan objektifLamanya di tempat tidur   Meningkat  Meningkat 

    Total waktu tidur   Menurun Bervariasi ( Umumnya menurun ) 

    Ancang-ancang tidur (Sleep latency)  Meningkat Bervariasi (Umumnya menurun) 

    Terjaga setelah dimulai tidur   Meningkat Meningkat

    Tidur singkat pada siang hari

    ( Daytime naps)

    Meningkat Meningkat

    Efisiensi tidur Menurun  Menurun 

    2.2.6  Kualitas tidur lansia

    Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang  individu

    menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup

    aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif

    dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan

    keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas 

    (Khasanah, 2012). Kualitas tidur yang buruk telah dikaitkan dengan  kesehatan

    yang buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan  seseorang absen dari

     pekerjaannya dan peningkatan risiko untuk  gangguan kejiwaan termasuk depresi

    (Buyese et al, 2008). Jadi untuk memproleh kualitas tidur terbaik adalah penting

    untuk meningkatkan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit.

    Kecukupan tidur seseorang sebenarnya bukan hanya diukur dari lama

    waktu tidur, tapi juga kualitas tidur itu sendiri. Tidur seseorang dikatakan

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    16/34

    23

     berkualitas adalah jika ia bangun dengan kondisi segar dan bugar. Pola tidur akan

     berubah seiring dengan pertambahan usia dan semakin beragamnya pekerjaan atau

    aktivitas. Semakin bertambah usia, efisiensi tidur akan semakin berkurang.

    Efisiensi tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu

     berbaring ditempat tidur. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena

    dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang (Prasadja, 2009). Tidur tahap IV

    sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Para ahli tentang tidur mengetahui

     bahwa tahap IV sangat jelas terlihat menurun pada lansia. Lansia mengalami

     penurunan tahap III dan IV waktu NREM, lebih banyak terbangun selama malam

    hari dibandingkan tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Kebanyakan

    lansia yang sehat tidak melaporkan adanya gejala yang terkait dengan perubahan

    ini selain tidak dapat tidur dengan cukup atau tidak bisa tidur. Banyak penelitian

    menunjukkan bahwa tidur disiang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas tidur

    di malam hari pada beberapa lansia. Setelah memasuki tahap IV, akan berlanjut

    ketidur REM. Tidur REM terjadi beberapa kali dalam siklus tidur dimalam hari

    tetapi lebih sering terjadi dipagi hari sekali. Tidur REM membantu melepaskan

    ketegangan dan membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan tidur

    REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan (Stockslager, 2007).

    2.2.7  Parameter kualitas tidur

    Ada beberapa parameter untuk melihat kualitas tidur seseorang antar lain

    Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur, Total jam tidur, Frekuensi terbangun,

    Lama waktu tidur siang hari, Perasaan segar saat bangun pagi, Kepuasan tidur,

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    17/34

    24

    Kedalaman tidur, serta perasaan ngantuk disiang hari, faktor-faktor tersebut dapat

    digunakan sebagai tolak ukur baik tidaknya kualitas tidur seseorang.

    Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur adalah waktu yang dihabiskan

    oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai tercapainya tidur

    tahap REM (Buyese et al 2000).

    Total jam tidur adalah lamanya waktu tidur dikurang dengan lamanya

    waktu terbangun saat tidur (Buyese et al 2000). Total jam tidur merupakan jumlah

    waktu individu dalam kehidupannya yang digunakan untuk tidur (Uliyah, 2006)

    Frekuensi terbangun adalah sering atau tidak nya seseorang terbangun dari

    tidurnya yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau akibat dari keinginan untuk

     buang air kecil. Seseorang dewasa muda normal selama tidur malam akan

    terbangun sekitar satu sampai dua kali. Terbangun dimalam hari berpengaruh pada

     pengurangan total waktu tidur (Buyese et al. 2000)

    Lama waktu tidur pada siang hari normalnya kurang dari satu jam pada

    orang dewasa. Individu yang kurang tidur pada malam hari akan menambah jam

    tidurnya pada siang/sore hari. Individu yang tidur sesuai dengan jumlah tidur pada

    tahap perkembangannya akan merasa segar saat bangun dipagi hari refreshing on

    awakenings (Musbikin 2005)

    Waktu tidur seorang wanita lebih sedikit dibanding seorang pria. Hal ini

    disebabkan oleh faktor fisiologis yang selalu terjadi pada seorang wanita termasuk

    kehamilan yang menyebabkan wanita kurang puas dalam merasakan tidur yang

    nyenyak.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    18/34

    25

    Kepuasan tidur tergantung pada kondisi lingkungan, kesehatan fisik dan

    kesehtan jiwa (Buyese et al 2000). Ketidakpuasan tidur disebabkan tidur yang

    tidak melewati seluruh tahapan normal baik NREM dan REM (Musbikin, 2005).

    Sulit tidur sering terjadi pada lansia. Hal ini dikarenakan proses

    degenerative yang mengakibatkan perubahan-perubahan baik pada ritmik

    sirkandian. Neuro-transmitter maupun neuro-hormon sehingga terjadi fase

     penurunan tidur dalam. Penurunan kedalaman tidur ini berbanding lurus dengan

    kualitas tidur.

    Kelelahan disiang hari baik karena aktifitas maupun kondisi fisik

    seseorang dapat mengakibatkan perasaan yang mengantuk disiang hari (Uliyah,

    2006).

    2.2.8  Metode pengukuran kualitas tidur

    Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium

    yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman ini dapat

    menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus-menerus timbul dalam otak. Ini

    sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur,

    keadaan siaga, atau karena penyakit lain yang di derita. Tipe gelombang EEG

    diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta (Guyton dan Hall,

    2007)

    Menurut Poter&Perry, 2005 untuk mengukur dan mengetahui informasi

    tentang proses dan kecepatan tidur serta persepsi tentang pemenuhan kebutuhan

    tidur pasien maka dapat menggunakan kuessioner yang terdapat pada St’ Marry’s 

    Hospital Sleep (SMH) Questionnaire yaitu questioner rumah sakit St’ Marry

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    19/34

    26

    tentang tidur. Untuk mengukur kebutuhan tidur seseorang adalah dengan

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kuesioner yang terdapat pada

    SMH. SMH adalah sebuah alat/instrument efektif yang digunakan untuk

    mengukur kualitas tidur pada lansia (Buyese et al., 2000)

    Komponen-komponen yang dinilai dalam instrument SMH ini yaitu:

    Kualitas tidur subyektif, Latensi tidur, lama tidur malam, efisiensi tidur, gangguan

    tidur malam, penggunaan obat-obat tidur serta terganggunya aktifitas disiang hari.

    Dari semua komponen dilakukan penilaian (scoring) Pertanyaan dengan kriteria

     jawaban pada masing-masing pertanyaan adalah Skor 0 untuk kualitas tidur sangat

     baik, skor 1 untuk kualitas tidur baik, skor 2 untuk kualitas tidur kurang dan skor

    3 untuk kualitas tidur sangat kurang. Contoh kuesioner SMH dan komponen

     penilaian ada dilampiran 6. 

    2.2.9 

    Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan tidur

    Hubungan yang harmoni antara sistem imun, neuro-endokrin, dan sistem

    tidur terjaga menghasilkan pola sirkardian tidur dan terjaga. Ketidak seimbangan

    interaksi antara faktor psikososial, psikofisiologik, perkembangan syaraf dan

    kesehatan dapat menyebabkan gangguan pola tidur  

    a. 

    Faktor Internal

    1.  Faktor fisiologis

    Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau

    masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi

    masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak

     biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    20/34

    27

     pada traksi dapat mengganggu tidur. Faktor-faktor yang berhubungan pada lansia

    yang mengalami penyakit kritis adalah nyeri, stres akut, depresi, gangguan suhu

    tubuh, gangguan pernafasan saat tidur, gangguan eleminasi gangguan siklus tidur,

    gangguan pergerakan kaki saat tidur, gejala menopause, penyakit parkinson.

    Kesemua perubahan fisiologis ini dapat mencetuskan gangguan pola tidur pada

    lansia dan diperburuk dengan penyakit terutama jika terdapat demam.

    2.  Faktor psikologis

    Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi tidur. Stres

    menyebabkan seseorang mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien

    sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat

    mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk.

     b.  Faktor External

    1. 

    Lingkungan

    Lingkungan tempat seorang tidur berpengaruh pada kemampuan untuk

    tertidur. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur tenang.

    Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat

    cahaya, suhu dan suara dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Klien ada

    yang menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau tetap

    menyala. Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien mengalami

    kegelisahan. Beberapa orang menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang

    menyukai suara untuk membantu tidurnya seperti dengan musik lembut dan

    televisi.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    21/34

    28

    2. 

    Gaya hidup

    Menurut Stockslanger, (2007). kebiasaan mengkonsumsi kafein dan alkohol

    mempunyai efek insomnia. Makan dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada

    makan malam juga menyebabkan makanan sulit dicerna, menghabiskan waktu

    yang berlebihan ditempat tidur, tidur siang yang berlebihan, merokok serta

    olahraga yang kurang sehingga dapat mengganggu tidur.

    3.  Pengobatan

    Obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan dewasa

    tengah dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stresor gaya

    hidup. Obat tidur golongan hipnotik maupun sedative juga seringkali digunakan

    untuk mengontrol atau mengatasi sakit kroniknya. Beberapa obat juga dapat

    menimbulkan efek samping penurunan tidur REM

    2.2.10  Penatalaksanaan gangguan tidur

    Evaluasi terhadap pasien lansia dengan gangguan pola tidur memerlukan

     pemeriksaan yang komprehensif dan upaya terintegrasi dari semua tim pelayanan

    kesehatan. Unsur-unsur dari riwayat yang lebih rinci memerlukan data dari pasien,

     pasien lain, keluarga serta petugas kesehatan sehingga dapat dilakukan intervensi

    yang bertujuan untuk memelihara kondisi fungsional pasien. Manipulasi

    lingkungan dan penyebab eksternal yang potensial merupakan pendekatan yang

    terbaik (Prayitno, 2002).

    Penatalaksanaan umum gangguan tidur yaitu dengan penatalaksanaan

    farmakologis dan non-farmakologis yang meliputi: pendekatan hubungan antara

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    22/34

    29

     pasien dan tenaga medis, konseling dan psikoterapi serta Sleep hygiene. (Japardi

    2002). Mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara

    kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua

    obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari

    RAS di otak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan

    syaraf pusat, mulai dari obat anti ansietas dan beberapa obat anti depresan. Selain

    itu obat hipnotik juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada

    hari berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu

     pula bila pemakaian obat dalam jangka panjang dapat menimbulkan over dosis

    dan ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih

    dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase

    latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang

    hari kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau

    akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan

    dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk

    sementara sambil mencari penyebab yang mendasari. Jadi yang terpenting dalam

     penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi dari masalah gangguan tidur

    sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada

     pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang akan menyebabkan terselubungnya

    kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang

    memuaskan (Japardi, 2002)

    Pendekatan hubungan antara pasien dengan tenaga medis bertujuan untuk

    mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat untuk mengubah

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    23/34

    30

    kebiasaan tidur yang jelek serta mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan

    oleh penggunaan obat hipnotik, alkohol dan gangguan mental.

    Melakukan konseling dan psikoterapi akan sangat membantu pada pasien

    dengan gangguan psikiatri (depresi, obsesi, konvulsi) maupun penderita dengan

    gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi akan dapat membantu mengatasi

    masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan

    obat hipnotik.

    Tidur sehat yaitu membiasakan diri tidur dan bangun secara regular,

    menghindari tidur pada siang hari, tidak mengkonsumsi kafeine pada malam hari

    atau menggunakan obat-obat stimulant seperti dekongestan, menghindari makan

     pada saat mau tidur, tidak tidur dengan perut kosong, segera bangun dari tidur bila

    tidak dapat tidur (15-30 menit), menghindari rasa cemas atau frustasi, membuat

    suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan nyaman serta melakukan latihan

    atau olahraga (senam) yang ringan secara teratur,

    2.3  Konsep Dasar Senam Lansia

    2.3.1  Pengertian

    Upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk membina kesehatan jasmani dan

    memelihara kebugaran lansia adalah dengan cara promotif yaitu dengan

     peningkatan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan

    olahraga atau senam secara teratur (Prayitno, 2002). Semua jenis olahraga yang

     pada prinsipnya dapat dilakukan oleh lansia, asalkan jenis olahraga tersebut sudah

    dikerjakannya secara teratur sejak muda. Namun untuk amannya olahraga yang

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    24/34

    31

    dianjurkan oleh para ahli adalah olahraga yang sifatnya aerobik yang dinamis

    misalnya jalan kaki, berenang dan senam.

    Senam berasal dari bahasa yunani yaitu  gymnastic (gymnos) yang berarti

    telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus

    telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang

    dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004). Dalam bahasa Inggris terdapat istilah

    exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu

     jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu

    yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh.

    Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

    terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

    meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam merupakan bentuk latihan-

    latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan:

    1.  Kekuatan otot. Merupakan kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan

    atau kekuatan terhadap suatu tahanan.

    2. 

    Kelenturan persendian. Merupakan kemampuan untuk bergerak dalam ruang

    gerak sendi.

    3. 

    Kelincahan gerak. Merupakan kemampuan seseorang untuk dapat berubah

    arah posisi tertentu dengan kecepatan.

    4.  Keseimbangan gerak merupakan kemampuan seseorang mengendalikan

    organ-organ syaraf otot dalam mencapai posisi seimbang.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    25/34

    32

    5.  Daya tahan (Endurance) merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang dapat

     berlatih untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan

    setelah menyelesaikan latihan.

    6. 

    Kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-

    hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan

    yang berarti dan dengan energy yang cukup menikmati waktu senggangnya

    dan menghadapi hal-hal yang darurat yang tidak terduga.

    7.  Stamina. Merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap

    kelelahan.

    Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

    (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia

    yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan

    diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan

     puskesmas. (Suroto, 2004). Senam lansia merupakan olahraga ringan yang mudah

    dilakukan dan tidak memberatkan yang dapat dilakukan lansia (Angriana, 2010).

    Olahraga ini akan membantu tubuh tetap segar dan bugar karena senam lansia

    mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong kerja jantung semakin optimal dan

    membantu menghilangkan radikal bebas yang ada dalam tubuh (Angriana, 2010).

    Senam lansia disamping mempunyai dampak yang baik bagi organ tubuh juga

    dapat berpengaruh dalam peningkatan sistem imunitas setelah melakukan latihan

    secara teratur. jadi senam lansia menurut Suroto (2004) dan Angriana (2010)

    merupakan suatu bentuk kegiatan olahraga ringan yang dapat diberikan kepada

    lansia.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    26/34

    33

    2.3.2 Jenis-jenis senam lansia

    Menurut Sobarna, (2009) olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan

     berbagai patokan, beberapa senam yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu senam

    tera, senam yoga, senam kegel dan senam ergonomis. Jenis olahraga yang sering

    dan banyak dilakukan pada lansia antara lain adalah senam tera. Aktivitas

    olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang

    tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan

    radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh.

    Senam tera merupakan latihan phisik dan mental, memadukan gerakan

     bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan melalui pemusatan

     pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan berkesinambungan.

    Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu senam yang mepunyai

    dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri, yang di Indonesia

    dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian jadilah sebagai olah

    raga kesehatan."Tera" berasal dari kata "terapi" yang mempunyai arti

     penyembuhan/pengobatan. Dalam praktek Senam tera bukan saja mempunyai

    manfaat pengobataan (kuratif) tetapi juga besifat pencegahan (preventif) dan

    mempunyai sifat penyembuhan sakit.

    Senam tera terdiri dari 17 gerakan peregangan, 25 gerakan persendian dan

    20 gerakan pernapasan, yang secara umum senam tera akan meningkatkan derajat

    kesehatan jasmani dan rohani tubuh manusia. Secara khusus / jasmani bertujuan

    memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi: jantung dan peredaran darah,

    sistem pernafasan, sistem susunan syaraf, pencernakan makanan, kelenjar

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    27/34

    34

    endokrin, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan otot dan sendi, keseimbangan

    dan koordinasi dan proses metabolisme. Secara rohani: memelihara kestabilan

     penguasan diri, mengurangi dan menghilangkan stress / ketegangan, mengurangi /

    menghilangkan ketergantungan obat, melatih konsentrasi, meningkat kepekaan,

    memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Gambar senam tera dapat dilihat

     pada lampiran 7 . 

    2.3.3 Manfaat senam lansia

    Olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran

    darah, menambah kekuatan otot dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu

    dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu

    kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan

    dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu

    mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran

     jasmani. Depkes (2003). Senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap

     peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas

    dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. (Depkes,1995 dalam  Indonesian

     Nursing , 2008,)

    Menurut  Indonesian Nursing (2008) manfaat dari aktivitas olahraga akan

    membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,

    mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas

    yang ada di dalam tubuh.

    a.  Menghambat proses penuaan. Senam sangat dianjurkan untuk mereka yang

    memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (>65 tahun).

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    28/34

    35

     b.  Mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan

    otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular

     fitness dan neuromuscular fitness.

    c. 

    Peredaran darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain

    itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga

    terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa

    sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi.

    d.  Merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran

    tetap segar.

    e.  Meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.

    f.  Meningkatkan keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam

    terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan

    tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang.

    Senam yang disertai dengan latihan  stretching dapat memberi efek otot

    yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang

    dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking ) maka muscle spindle akan

     bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi

    kenyal. Orang yang melakukan  stretching akan menambah cairan sinoval

    sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    29/34

    36

    2.3.4 Kontra indikasi

    Dalam melakukan senam lansia terdapat juga kontra indikasi. Antara lain:

    Infark miokard baru atau angina tidak stabil dalam dua minggu, gagal jantung,

    aritmia dan stenosis aorta berat, setiap penyakit akut yang serius (demam , batuk,

    flu dan pusing).

    2.3.5 Tahap-tahap gerakan senam

    Adapun tahap-tahapan gerakan senam yaitu: peregangan/pemanasan,

    kondisionng (latihan inti), pendinginan/penenangan (Sumintarsih, 2006).

    a.  Pemanasan

    Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan

    fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat

    latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain

    detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC-

    2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan

    mengurangi terjadinya cidera atau kelelahan (Irianto, 2004).

     b. 

    Kondisioning

    Setelah pemanasan cukup diteruskan tahap kondisioning yakni melakukan

     berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan

     program latihan, misalnya jogging untuk meningkatkan daya tahan paru-jantung

    atau untuk pembakaran lemak tubuh, latihan  stretching untuk meningkatkan

    kelentukan persendian dan latihan beban untuk kekuatan dan daya tahan otot.

    Latihan ini kurang lebih berlangsung antara 20-30 menit, atau disesuaikan dengan

    tujuan atau latihan yang dilakukan.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    30/34

    37

    c. 

    Penenangan

    Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini

     bertujuan:

    1.  Mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan

    serangkaian gerakan berupa  stretching . Tahapan ini ditandai dengan

    menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin

     berkurangnya keringat.

    2.  Mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah

    genangan darah diotot kaki dan tangan. Lama tahapan ini kira-kira 5 menit

    sampai 10 menit.

    2.3.6 

    Frekuensi latihan senam lansia

    Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika

    dilaksanakan dalam zone latihan paling sedikit 15-30 menit (Mariam, 2008).

    (Dianingtyas, 2008) melaksanakan latihan senam dapat dilakukan selama 30-45

    menit. Waktu pelaksanaan latihan dilakukan paling sedikit tiga kali atau sebanyak

     banyaknya lima kali dalam satu minggu. (Mariam, 2008) sedangkan (Dianingtyas,

    2008) menjelaskan latihan dapat dilakukan setiap 2 hari sekali selama 2 minggu.

    Bila latihan dilakukan diluar gedung sebaiknya di lakukan dipagi hari sebelum

     jam 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00 (Mariam, 2008) karena pada saat

    tersebut kondisi lingkungan masih cukup optimal dimana matahari tidak tepat

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    31/34

    38

     berada diatas kepala sehinggga tidak mengganggu proses pengeluaran panas tubuh

    dan tidak beresiko menimbulkan cedera (Ariwandi, 2010).

    2.3.7  Standar Operasional Prosedur

    Sebelum melakukan latihan olahraga sebaiknya para lansia harus

    dilakukan tes dan pengukuran yang bertujuan untuk mengukur kebugaran jasmani

    lanjut usia. Menurut (Bustami, 2003) sebelum dilakukan tes kebugaran jasmani

    ada beberapa syarat yang harus dipatuhi antara lain sebagai berikut:

    a.  Peserta dalam kondisi sehat berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang

    meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan.

     b.  Malam sebelum pengukuran kebugaran jasmani dilakukan, peserta harus

    cukup tidur (6jam).

    c. 

    Makan terakhir paling tidak 4 jam sebelum pengukuran kebugaran jasmani

    dilakukan.

    d. 

    Sebaiknya mengenakan pakaian dan sepatu olahraga.

    e. 

    Pelaksanaan pengukuran sebaiknya pada pagi hari.

    Orang yang sudah lanjut usia apabila melakukan olahraga tidak boleh

    mengalami kelelahan yang berlebihan, bila intensitasnya berlebihan dapat terjadi

    sesak napas, nyeri dada, atau pusing berkunang-kunang. Maka kegiatan olahraga

    harus segera dihentikan. Intensitas olahraga yang boleh dilakukan oleh lansia

     bersifat individual tergantung pada usia, jenis kelamin, usia awal menekuni

    olahraga, keteraturan dan kondisi fisik organ-organ tubuhnya.

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    32/34

    39

    Rumus umum yang dapat digunakan untuk mengetahui batas lansia boleh

    melakukan olahraga yaitu dengan menentukan denyut nadi maksimal atau dikenal

    sebagai maksimal  pulse. Adapun cara pengukurannya dapat dilakukan dengan

    meraba serta menghitung denyut pembuluh darah pada nadi  brakialis, radialis,

    carotis ataupun pada nadi dorsal pedis. Penghitungan dilakukan selama 1 menit.

    Ambang yang aman bila aktivitas olahraga hanya mencapai (denyut nadi sub

    maksimal) 70%-85% dari denyut nadi maksimal yang disebut sebagai target Zone,

    dengan rumus 220-umur. Seorang berumur 70 tahun denyut jantung maksimalnya

    adalah 220-70 = 150/menit, ia hanya boleh berolahraga sampai denyut nadi sub

    maksimal, dengan perhitungan (220 - 70 ) X 70 % sampai dengan 85%= 105-

    127 kali permenit.

    2.4 

    Hubungan senam lansia tera terhadap kualitas tidur 

    Proses degenerasi yang terjadi pada lansia menyebabkan waktu tidur efektif

    akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat dan

    akan menimbulkan berbagai macam keluhan tidur (Japardi,2002). Berkurangnya

     jumlah jam tidur tersebut tidak menjadi suatu masalah jika lansia itu sendiri

    merasakan kualitas tidur yang nyenyak karena dengan kualitas tidur yang bagus

    meskipun hanya dua jam sudah dapat memulihkan fungsi tubuh dan otak.

    (Prayitno, 2002). Gangguan tidur pada lansia juga dapat disebabkan juga oleh

    faktor biologis dan faktor psikis. Faktor biologis seperti adanya penyakit tertentu

    yang mengakibatkan seseorang tidak dapat tidur dengan baik. Faktor psikis bisa

     berupa kecemasan, stres psikologis, ketakutan dan ketegangan emosional

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    33/34

    40

    (Erliana, 2008). Otot akan mengalami ketegangan ketika lansia mengalami stres

    (ketegangan emosional) sehingga mengaktifkan sistem saraf simpatis. Kecepatan

     jantung, tekanan darah, dan kecepatan pernapasan meningkat, serta otot menjadi

    tegang. Aktifnya saraf simpatis membuat lansia tidak dapat santai atau relaks

    sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk (Erliana, 2008 dan Rahmawati

    2013). Dengan berolahraga akan merangsang kelenjar pineal untuk mensekresi

    serotonin dan melatonin (berperan dalam mengontrol irama sirkandian,

    sekresinya terutama pada malam hari yang berhubungan dengan rasa

    mengantuk). Dari hipotalamus rangsangan akan diteruskan ke  pituitary untuk

     pembentukan beta endorphin  dan enkephalin. Efek dari  Beta endorphin dan

    enkephalin akan menimbulkan suasana rileks dan senang. Dalam kondisi rileks,

    lansia akan mudah dalam memenuhi kebutuhan tidurnya. (Sumedi, 2010)

    Akibat aktifitas fisik otot tubuh membutuhkan oksigen yang cukup untuk

    membakar glukosa menjadi adenosine triphospate  (ATP) yang akan diubah

    menjadi energi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Ketika glukosa habis, barulah

    lemak dibakar. Pada saat glukosa habis dibakar inilah enhorphine mulai muncul.

    Jawaban pentingnya melakukan aktivitas olahraga yang teratur untuk membakar

    glukosa melalui aktivitas otot yang akan menghasilkan ATP sehingga endorphin

    akan muncul dan membawa rasa nyaman, senang, dan bahagia. (Guyton,2007)

    Olahraga senam lansia juga merangsang penurunan aktifitas saraf simpatis

    dan peningkatan aktifitas saraf para simpatis yang berpengaruh pada penurunan

    hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh

    darah yang mengakibatkan transport oksigen keseluruh tubuh terutama otak lancar

  • 8/16/2019 1202116030-3-BAB II ( Pengaruh senam lansia tera terhadap kualitas tidur lansia ).pdf

    34/34

    41

    sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal. Pada kondisi

    ini akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu, sekresi melatonin yang optimal

    dan pengaruh beta endorphin dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan

    tidur lansia (Rahayu, 2008). Peningkatan kualitas dan kuantitas pemenuhan

    kebutuhan tidur juga akan mempengaruhi tekanan darah dan nadi untuk tetap

    dalam batas normal ketika lansia bangun tidur.