121219 nk - corporate social responsibility - mm-csr trisakti-final
DESCRIPTION
A presentation in Bahasa Indonesia on the current state of affairs of CSR in the international world and how it relates to our conditions in Indonesia.TRANSCRIPT
Noke Kiroyan
Jakarta, 19 Desember 2012
CSR and Sustainable Development: Concepts,
Contexts and Issues
UNIVERSITAS TRISAKTIMagister Manajemen CSR
Konsep-Konsep Dasar CSR
Global Compact dan MDGs/SDGs
Stakeholder Theory
ISO 26000
Laporan Berkelanjutan
CSR dan Corporate Governance
Mengkomunikasikan CSR
Undang-Undang PT dan CSR
Materi Pelajaran
2
3
Pra – 1950 • Kedermawanan/filantropi pribadi pelaku bisnis
1950-an • Frank Abrams (Standard Oil of New Jersey): “Management’s Responsibility in a Complex World” (HBR 1951)
• Howard R. Bowen:” Social Responsibilities of the Businessman” (1953)
1970-an • Morrell Heald: “The Social Responsibility of Business: Company and Community, 1900 – 1960” (1970)
• Archie B. Carroll:”The Four-Part Model of Corporate Social Responsibility” (1979)
1984 • R. Edward Freeman: “Strategic Management: A Stakeholder Approach “
1987 • Brundtland Commission: Sustainable Development
1992 • KTT Bumi (Earth Summit ) di Rio de Janeiro
1997 • John Elkington: Triple Bottom Line
1999/2000 • The Global Compact dan MDGs/Pedoman Pelaporan Berkelanjutan GRI
2000-an • Perilaku beretika dalam bisnis (pasca Enron, Tyco dll.)
2005 dst. • Mainstreaming CSR dan konvergensi berbagai konsep tentang CSR
2010 • ISO 26000 – Pedoman Tanggung Jawab Sosial
2012 • Rio + 20 dan Sustainable Development Goals (SDGs)
Evolusi Konsep CSR
1997 2007
Dua Gelombang Besar CSR di Indonesia
Industri tambang mulai melancarkan program-program CSR, dipelopori oleh perusahaan-perusahaan tambang asing (ICMM/Global Mining Initiative)
Universitas Gadjah Mada menyelenggara-kan lokakarya nasional tentang CSR
Diterbitkannya Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan debat publik yang menyertainya telah memicu perhatian yang besar terhadap CSR
5
Definisi Arus Utama CSR
Komitmen dunia usaha untuk
berperilaku etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi
berkelanjutan
melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan
guna meningkatkan kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan dan
masyarakat luas.
(The World Bank Group, 2008)
• Tanggung jawab suatu organisasi atas dampak keputusan dan tindakannya terhadap masyarakat dan lingkungan
• tercermin secara transparan melalui perilaku etis yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;
• memperhitungkan harapan para pemangku kepentingan;
• mematuhi hukum yang berlaku serta konsisten dengan norma perilaku internasional;
• terintegrasi di dalam organisasinya dan dijalankan dalam segala interaksinya.
Tanggung jawab sosial dalam ISO 26000
6(“ISO 26000: Guidance on social responsibility.” 2010 )
7
Pasal 1 Ayat (3) UU No. 40/2007
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah
komitmen Perseroan
untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
Perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya.
CSR: Melampaui Kepatuhan
Kewajiban mematuhi hukum dan perundang-undangan
Voluntary policies and actions beyond legal compliance
STRATEGI DAN KOMPETISI
PERILAKU BISNIS BERETIKA
8
PERUNDANG-UNDANGAN
UU Lingk. Hidup
UU HAMUU ttg
KorupsiUU Tenaga
Kerja
PeraturanPasar Modal
Kebijakan dan prakarsa sukarela melampaui kepatuhan hukum
CommunityRelations
Kebijakan lingkungan
Kebijakan HAM
Prakarsa anti-korupsi
GlobalReporting Initiative
Kebijakan SDM
UUPerseroan
9
OPERASI PERUSAHAANKeuangan, Akunting, SDM, Marketing, Operasional
LINGKUNGAN EKSTERNAL
TUJUAN STRATEGIS (Misi)
STRATEGI
ASPIRASI(Visi)
KOMPETENSI INTERNAL
TUJUAN STRATEGIS CSR
PRAKARSA STRATEGIS CSR
Model CSR Strategis
(“Strategic Corporate Social Responsibility: Stakeholders in a Global Environment” – William B. Werther Jr. & David Chandler, 2nd ed., 2011)
CSR dan Tingkat Kesejahteraan
Hubungan antara
masyarakat umum dengan dunia bisnis
berbeda antara
kawasan dunia satu dan lainnya
Masyarakat yang tingkat
kesejahteraan-nya lebih
tinggi memiliki sumber daya lebih banyak
dan tuntutannya lebih tinggi
karena tersedia
pilihan lebih banyak
Di masyarakat miskin
kesejahteraan terkait kepada
kebutuhan pokok: pangan, hunian,
transportasi, pendidikan, pengobatan, tertib sosial,
lapangan kerja
Ekspektasi berubah
seiring dengan peningkatan kesejahtera-
an, pendefinisian
ulang ini mengakibat-kan evolusi
respon dunia usaha
terhadap CSR
10(“Strategic Corporate Social Responsibility: Stakeholders in a Global Environment” – William B. Werther Jr. & David Chandler, 2nd ed., 2011)
The Global Compact
Hak Azasi Manusia
1. Mendukung dan menghormati perlindungan hak azasi manusia
2. Menghindari keterlibatan dalam pelanggaran HAM
Standar Perburuhan
3. Kebebasan berserikat dan pengakuan hak negosiasi kolektif
4. Penghapusan kerja paksa
5. Penghapusan kerja oleh anak
6. Menghilangkan diskriminasi di tempat kerja
(Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1999/2000)
Lingkungan Hidup
7. Mendukung penanganan lingkungan yang berhati-hati
8. Mendukung tanggung jawab atas lingkungan yang lebih besar
9. Mendorong pemakaian teknologi ramah lingkungan
Anti-Korupsi
10. Melawan semua bentuk korupsi, termasuk pemerasan dan penyuapan
11
Millennium Development Goals (MDGs)
(Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2000)
GOAL 1 – Menghapuskan kemelaratan dan kelaparan
GOAL 2 – Pendidikan dasar bagi semua
GOAL 3 – Mendukung kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita
GOAL 4 – Mengurangi tingkat kematian kanak-kanak
GOAL 5 – Memperbaiki kesehatan ibu
GOAL 6 – Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
GOAL 7 – Memastikan keberlanjutan lingkungan
GOAL 8 – Membentuk kemitraan global untuk pembangunan
12
Sustainable Development Goals (SDGs)
13
Pada penutupan United Nations Conference on Sustainable Development di Rio de Janeiro yang juga merupakan peringatan ke-20 KTT Bumi (Rio + 20) tgl. 22 Juni 2012 diputuskan untuk
melanjutkan MDG dengan SDG pada tahun 2015 (tenggat waktu MDGs)
Dalam Sidang Majelis Umum PBB tanggal 31 Juli 2012 Sekjen PBB mengumumkan dibentuknya High-Level Panel of Eminent Persons (HPLEP) untuk membantu merumuskan SDGs dengan 3 Ketua Bersama (Co-Chair): Presiden SBY, David Cameron (Perdana Menteri
Inggeris) dan Ellen Johnson Sirleaf (Presiden Liberia)
HPLEP telah menyelenggarakan serangkaian konsultasi dengan pemangku kepentingan untuk memperoleh masukan, yaitu di New York (25 Sept. 2012), London (30 Okt. – 2 Nov. 2012), Nusa Dua (13-14 Des. 2012), kemudian bulan Febr. 2013 di Monrovia, Liberia, lalu bulan Maret 2013
di Bali, dan akan diakhiri di New York bulan Mei 2013
Dalam bulan Juni 2013 HPLEP akan menyampaikan rekomendasinya kepada Sekjen PBB yang menjadi masukan utama baginya untuk merumuskan Agenda Pembangunan Pasca-
2015 (Post-2015 Development Agenda) yang akan dibahas dalam sidang Majelis Umum PBB ke-68 bulan September 2013
Teori Pemangku Kepentingan
Kelompok atau perorangan yang dapat berdampak atau terdampak oleh pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.
14(“Strategic Management: A Stakeholder Approach” – R. Edward Freeman, 1984)
15
Pemangku Kepentingan Perusahaan Besar
INTERNAL
INTERNASIONAL
NASIONAL
LOKAL
KontraktorKaryawan
Serikat Pekerja
Pemerintah Daerah
LSM lokal
Pemasok
Masyara-kat lokal
Media lokal
Pelanggan
Kelompok kepenting-
an lokal
Pemerintah Nasional
Media nasional
PelangganPerguruan
tinggi
Think tank
InvestorLSM
nasional
Asosiasi industri &
pengusaha
Pelanggan industrial
LSM Internasional
Investor multilateral
Pelanggan
Media internasional
(“Unfolding Stakeholder Thinking: Theory, Responsibility and Engagement” – Jörg Andriof, Sandra Waddock, Bryan Husted, Sandra Sutherland Rahman, 2002)
Shell International
Support Services
External Affairs
Human Resources
Technology Procurement
FinanceExport Credit
Agency
AnalystsAccountants
Institutional Investors
Auditors
International Fin. InstitutionsIndividual
InvestorsBrokers
Banks
Solicitors
IT Providers
Share Registrar
Political Lobbyists
Trade Associations
PR Agency
Advertising Agency
Sponsored Cultural
Institutions
Environment & Community
Relations Consultants
Political Risk Analysts
Government
NGOs
Current Staff
Future Staff
HR Management Consultants
Universities + Research Institutes
Contoh Pemangku Kepentingan Perusahaan Besar: SHELL
(“Beyond Corporate Social Responsibility: Oil Multinationals and Social Challenges” – Jedrzej George Frynas, 2009) 16
Annex: Examples of voluntary initiatives and tools for social responsibility
Sustainable development
Recognizing social responsibility
Stakeholder identification and engagement
Organizational governance
Related actions and expectations
Human rights
Labor practices
The Environ-
ment
Fair operating practices
Consumer issues
Community involvement/development
Practices for integrating social
responsibility throughout an organization
The relationship of an organization’s
characteristics to SR
Understanding the social responsibility of the organization
Reviewing and improving an organization’s actions and
practices related to SR
Enhancing credibility
regarding SR
Voluntary initiatives for social
responsibility
Communication on social
responsibility
Scope Clause 1Guidance to all types of organization regardless of their size or location
Definition Clause 2Terms, abbreviations and abbrev. Terms
UnderstandingSocial Clause 3ResponsibilityHistory, Characterist-ics, Relationship between SR and Sustnble. Developmt.
Principles of Social Clause 4Responsibility• Accountability• Transparency• Ethical Behavior• Respect for
stakeholder interests• Respect for rule of
law• Respect for internat’l
norms of behavior• Respect for human
rights
Two fundamental practices of social responsibility
Social resp. core subjects
Integrating social responsibility throughout an organization
Clause 5
Clause 6
Clause 7
Skema ISO 26000
17
Bibliography: Authoritative sources and additional guidance
(“ISO 26000: Guidance on social responsibility,” 2010)
PembangunanBerkelanjutan
Per
tum
bu
han
E
kon
om
i
Kem
aju
an
So
sial
Pel
esta
rian
L
ing
kun
gan
(“The Future of Sustainability: Re-thinking Environment and Development in the Twenty-first Century,” IUCN, 2006)
Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
18
Self-assessment (penilaian diri)
Mengidentifikasi dan membentuk tim
Berinteraksi dengan pemangku kepentingan intern dan ekstern
Tentukan apa yang signifikan bagi organisasi
Tetapkan target dan susun rencana tanggung jawab sosial
Implementasi rencana dan monitor kemajuan
Komunikasi dan laporan
Ulangi proses self-assessment, perbaikan dan komunikasi
Mengimplementasikan ISO 26000
(“ISO 26000 in Practice: A User Guide,” Michelle S. Bernhart & Francis J. Maher, 2011) 19
20
Azas Good Corporate GovernancePerusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan
Transparansi (Transparency)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola dengan benar.
Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Responsibilitas
(Responsibility)
Independensi
(Independence)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ tidak saling mendomi-nasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain.
(“Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia” – Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006)
21
Corporate Governance
Arti sempit• Struktur dan tata kerja
Dewan Komiasaris dan Direksi serta hak dan kewajiban pemegang saham dalam pengambilan keputusan perseroan.
Arti luas• Seluruh rangkaian hukum,
budaya dan institusional yang menentukan apa yang dapat dilakukan perusahaan publik, siapa yang mengawasi mereka, bagaimana pengawasan diselenggarakan, dan bagaimana risiko dan hasil kegiatan dialokasikan.
(“Ownership and Control: Rethinking Corporate Governance for the 21st Century” – Margareth M. Blair, 1995)
22
KORPORASI(MANAGEMENT DAN
MODAL FISIK)
(“Ownership and Control: Rethinking Corporate Governance for the 21st Century” – Margareth M. Blair, 1995)
PELANGGANPEMASOK
KREDITORKARYAWAN
DEWAN KOMISARIS
BURSA EFEK
Wewenang pengawasanUpah
Kerja
Harga pasar Barang dan jasa
Harga pasar
Pembayaran bunga
Hak suara
Konsultas
i
Investor Lembaga
Pemegang saham
Pinjaman
Laporan berkala Info
rmas
i ha
rga
saha
m
Barang dan jasa
DIVIDEN
Stakeholders dan Akuntabilitas di Perusahaan Terbuka
Peran Pemangku Kepentingan Dalam Tanggung Jawab Sosial
23
Suatu organisasi harus menentukan siapa yang berkepentingan atas keputusan dan tindakannya,
sehingga organisasi ybs. dapat memahami dampaknya dan menentukan cara mengatasi dampak
tersebut
Identifikasi dan interaksi dengan para pemangku kepentingan mendasari
tanggung jawab sosial
(“ISO 26000: Guidance on social responsibility,” 2010)
Identifikasi Pemangku Kepentingan
24
Terhadap siapakah kita memiliki kewajiban berdasarkan hukum?
Siapa dapat redampak positif atau negatif oleh kegiatan atau keputusan organisasi?
Siapa pernah menyampaikan kekhawatiran tentang isu atau dampak?
Siapa pernah terlibat di masa lalu waktu kekhawatiran serupa ditindak lanjuti?
Siapa dapat membantu organisasi dalam mengatasi dampak-dampak tertentu?
Siapa dapat menghambat kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan penting?
Siapa akan dirugikan apabila dikecualikan dari interaksi?
Siapa di dalam rangkaian nilai (value chain) akan terdampak?
Siapa dapat berdampak terhadap reputasi organisasi?
Siapa dapat mempengaruhi kebijakan dan kerangka peraturan tempat organisasi berkiprah?
Siapa dapat berdampak terhadap nilai organisasi?
( “ISO 26000: Guidance on social responsibility,” 2010 )
(“The Pyramid of Corporate Social Responsibility – Toward the Moral Management of Organizational Stakeholders ,” - Carroll, A. B., Business Horizons No. 34, 1991)
Identifikasi
Siapa saja pemangku
kepentingan kita?
Analisis
Apa kepentingan
mereka?
Peluang dan tantangan apa
yang kita hadapi dari para
pemangku kepentingan?
Interaksi
Apa tanggung jawab sosial kita
kepada para pemangku
kepentingan?
Langkah strategis atau keputusan apa harus diambil untuk
menangani tanggung jawab
tadi?
Unsur-unsur Stakeholder Management
25
(“The Primordial Stakeholder: Advancing the Conceptual Consideration of Stakeholder Status for Natural Environment .,” Journal of Business Ethics, Vol. 49 - Driscoll, C. and Starik, M. 2004)
(“The Natural Environment as a Primary Stakeholder: the Case of Climate Change,” Business Strategy and the Environment, Aug - Haigh, N. and Griffiths, A. 2007)
Legi
tim
acy Proxim
ity
Urgen
cyPower
3 3
3 3
4 22
2
2
11
11
0 = Bukan Pemangku Kepentingan
1 = Pemangku Kepentingan Laten
2 = Pemangku Kepentingan yang Berharap
3 = Pemangku Kepentingan yang Definitif
4 = Pemangku Kepentingan Primer
Skema Atribut dan Tipologi Pemangku Kepentingan
26
Level of Engagement Methods of Engagement
ConsultLimited two-way engagement: organization ask questions, stakeholders answer
Surveys Focus groups Meetings with selected stakeholder/s Public meetings Workshops Online feedback mechanisms Advisory committees
Negotiate Collective bargaining with workers through their unions
InvolveTwo-way or multi-way engagement: learning on all sides but stakeholders and organization act independently
Multi-stakeholder forums Advisory panels Consensus building process Participatory decision making process Focus groups Online feedback schemes
CollaborateTwo-way or multi-way engagement : joint-learning, decision making and actions
Joint projects Joint ventures Partnerships Multi-stakeholder initiatives
EmpowerNew forms of accountability; decisions delegated to stakeholders; stakeholders play a role in governance
Integration of stakeholders into governance, strategy and operations management
Tingkatan Dan Metoda Stakeholder Engagement
(“AA1000 Stakeholder Engagement Standard 2011 – Final Exposure Draft,” – AccountAbility, 2011) 27
Laporan Berkelanjutan
28
INKLUSIVITAS - mendorong organisasi untuk mengidentifikasikan para pemangku kepentingannya dan menjelaskan bagaimana organisasi ybs. telah merespon kebutuhan mereka
RELEVANSI – mewajibkan pelaporan tentang masalah-masalah dan indikator-indikator yang akan mempengaruhi keputusan para pemangku kepentingan secara substantif
KELENGKAPAN - mengharuskan diberikannya informasi yang lengkap agar para pemangku kepentingan dapat menilai kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dalam periode yang dilaporkan
(“The Oxford Handbook of Corporate Social Responsibility” – Andrew Crane et al, 2008)
Dari segi kelengkapan cakupan dan pengaruh dalam penetapan pedoman pelaporan , Global Reporting Initiative (GRI) saat ini menjadi standar de facto untuk Laporan Berkelanjutan, dan prinsip-prinsipnya menunjukkan orientasi kepada pemangku kepentingan yang sangat menonjol:
29
Pelibatan Pemangku Kepentingan Berdasarkan GRI
(“Sustainability Reporting Guidelines Version 3.1” – Global Reporting Initiative, 2011)
Apabila tidak dilakukan identifikasi dan interaksi dengan para pemangku kepentingan laporan tidak dapat diterima dan oleh karenanya tidak sepenuhnya kredibel.
Agar laporan dapat diverifikasi, proses interaksi dengan pemangku kepentingan (stakeholder engagement) harus didokumentasikan dan harus didasarkan atas pendekatan, metodologi
atau prinsip yang baku dan dapat diterima.
Proses interaksi dengan pemangku kepentingan (stakeholder engagement) dapat menjadi alat untuk memahami harapan dan kepentingan yang layak para pemangku kepentingan.
Harapan dan kepentingan yang layak para pemangku kepentingan merupakan acuan utama bagi berbagai keputusan dalam penyusunan laporan, seperti ruang lingkup, batasan,
penerapan indikator dan pendekatan dalam melakukan verifikasi (assurance).
Organisasi yang membuat laporan harus mengidentifikasikan para pemangku kepentingannya dan menjelaskan respon yang diberikan atas harapan dan kepentingan mereka yang layak.
30
C C+ B B+ A A+
Report on:1.12.1 – 2.103.1 – 3.8. 3.10 – 3.124.1 – 4.4, 4.14 – 4.15
Report on all criteria for Level C plus:1.23.9, 3.134.5 – 4.13, 4.16 – 4.17
Same as requirement for Level B
Not required Management Approach Disclosures for each Indicator Category
Management Approach disclosed for each Indicator Category
Report fully on a minimum of any 10 Performance Indicators, incl. at least one from each of: social, economic and environment.**
Report fully on a minimum of any 20 Performance Indicators, at least one from each of: economic, environment, human rights, labor, society, product responsibility.***
Respond on each core and Sector Supplement* indicator with due regard to the materiality Principle by either: a) reporting on the indicator or b) explaining the reason for its omission.
OU
TPU
T
Report Application Level
Stan
dard
Dis
clos
ures
Rep
ort
Exte
rnal
ly A
ssur
ed
Rep
ort
Exte
rnal
ly A
ssur
ed
Rep
ort
Exte
rnal
ly A
ssur
ed
Profile Disclosure
Disclosures on
ManagementApproach
Performance Indicators &
Sector Supplement
Performance Indicators
OU
TPU
TO
UTP
UT
• Sector supplement in final version• Performance Indicators may be selected from any finalized Sector Supplement, but 7 of the 10 must be
from original guidelines• Performance Indicators may be selected from any finalized Sector Supplement
Kriteria Tingkatan Aplikasi Pelaporan Memakai Standar GRI
(“Sustainability Reporting Guidelines Version 3.1” – Global Reporting Initiative, 2011)
Proses Komunikasi Korporat
STAKEHOLDER MANAGEMENT
STAKEHOLDER ENGAGEMENT
STRATEGI KOMUNIKASI
FUNGSI-FUNGSI KOMUNIKASI
KEBIJAKANKORPORAT
PUBLIC RELATIONS
COMMUNITYRELATIONS
INVESTOR RELATIONS
EMPLOYEE RELATIONS
MEDIA RELATIONS
PUBLIC AFFAIRS
Manajemen Puncak
Manajemen Madya
Manajemen Junior dan Staf Pelaksana
Event Management/Press Conference/Press Release /Media Monitoring/Interview/FGD, dll.PERALATAN KOMUNIKASI
STRATEGIS
TAKTIS
TEKNIS 31
Stakeholder Management dan Komunikasi
STAKEHOLDER MANAGEMENT
Stakeholder Engagement
Strategi Komunikasi
Teknik Komunikasi
KEBIJAKAN MANAJEMEN
StakeholderAnalysis
KEBIJAKAN KOMUNIKASI
32
Stakeholder Engagement dan Strategi Komunikasi
STAKEHOLDER ENGAGEMENT
33
COM-MUNITY RELS.
MEDIA RELAT-IONS
PUBLIC AFFAIRS
EMPLO-YEE
RELS.
CRISIS COMMS.
INVEST-OR
RELS.
INFLU-ENCER RELS.
CSR COMMS.
RE
PU
TAS
IBudaya
Isu-Isu Spesifik Industri ybs.
STRATEGI KOMUNIKASI
Hukum dan Perundang-undangan
Dinamika Politik
SituasiEkonomi
MARKET-ING
COMMS.
Pasal 66 Ayat (2) UU No. 40/2007
a. Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun yang baru lampau dst….
b. Laporan mengenai kegiatan Perseroan;
c. Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;
Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:
34
Pasal 74 Undang-Undang No. 40/2007
Bab V Pasal 74 1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan TJSL
2) TJSL sebagaimana dimaksud dalam ayat 1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yg pelaksanaannya dilakukan dg memperhatikan
kepatutan dan kewajaran
3) Perseroan yg tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1) dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TJSL diatur dengan Peraturan Pemerintah
35
36
Peraturan Pemerintah No. 47/2012 Tentang TJSL PT
Pasal 3
(1) TJSL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik di dalam maupun di luar lingkungan Perseroan.
Pasal 5(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, dlm menyusun dan menetapkan rencana kegiatan dan anggaran sebagaimana dimaksud dlm Pasal 4 ayat (2) harus memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(2) Realisasi anggaran untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilaksanakan oleh Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan sebagai biaya Perseroan.
Tantangan Dalam Pelaksanaan CSR di Indonesia
Kecenderungan pengkotakan sektoral berdasarkan wewenang teknis badan pemerintah (CSR Lingkungan, CSR Pendidikan, CSR untuk Hunian, CSR untuk Seni dan Olahraga, Dana CSR Daerah Tertinggal dll.)
Dikeluarkannya Perda-Perda di berbagai daerah untuk memungut dana atas nama CSR tanpa konsep dan akuntabilitas yang jelas (Prop. Jawa Timur, Prop. Sumatera Selatan, Kota Batam, Kabupaten Malang, Kabupaten Sidoarjo dll.)
Berlarut-larutnya penyusunan Peraturan Pemerintah pelaksana pasal 74 Undang-Undang No. 40/2007 membuka peluang untuk berbagai macam penafsiran. Akhirnya terbit PP No. 47/2012 yang tidak banyak membantu tercapainya klarifikasi.
Pada umumnya tingkat pengetahuan dan kesadaran pengusaha tentang CSR masih sangat rendah.
37
TERIMA KASIH
PT KOMUNIKASI KINERJAMenara Karya, 10th Floor Suite
HJl. HR Rasuna Said Blok X-5 Kav.
1-2Jakarta 12950 – INDONESIA
T: +6221 5794 4694F: +6221 5794 4696