175-284-2-pb
DESCRIPTION
hgfhgfTRANSCRIPT
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 60
PERFORMANSI PROTOTYPE DYE-SENSITIZED SOLAR SOLAR CELL
(DYE SENSITIZER KULIT MANGGIS) DENGAN HUBUNGAN
VARIASI HAMBATAN TERHADAP EFISIENSI KONVERSI ENERGI
LISTRIK DAN PERBANDINGAN TERHADAP SEL SURYA
KONVENSIONAL
Webri Vandri, Iskandar R*.
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang 25163
Telp: +62 751 72586, Fax: +62 751 72566
*E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Dye-sensitized solar cell merupakan sel surya yang berbasis fotoelektrokimia dimana proses absorbsi cahaya
dilakukan oleh bahan organik molekul dye dan proses separasi muatan oleh bahan anorganik semikonduktor
TiO2. Dye-sensitized solar cell (DSSC), sebagai teknologi sel surya yang berkembang dan proses produksinya yang simpel, merupakan alternatif sel surya murah dimasa yang akan datang seiring mahalnya harga produksi
sel surya konvensional (sel surya silikon). Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pembuatan dan pengujian
prototipe dye-sensitized solar cell menggunakan dye bahan organik jenis anthocyanin dye dari ekstraksi kulit
buah manggis, dan semikonduktor bubuk TiO2 dengan pengujian memvariasikan hambatan untuk mengetahui
performansi prototipe sel surya DSSC. Dari pengujian sel surya yang disinari dengan cahaya matahari, sel
surya DSSC I dan DSSC II dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik dengan tegangan 435 mV
dan 129.6 mV, arus listrik sebesar 3.8 mA dan 1.12 mA, tegangan daya maksimum 253.8 mV dan 66.3 mV, arus
daya maksimum 0.038 mV dan 0,010 mV untuk area aktif seluas 2 cm2 dengan variasi hambatan yang berbeda
yaitu 0 k, 6.67 k, 10.58 k. Sedangkan sel surya silikon dapat mengkonversi energi surya menjadi listrik
dengan tegangan 470.7 mV dan arus listrik sebesar 4.54 mA, tegangan daya maksimum 386.8 mV. Arus daya
maksimum 0.058 mV.
Kata kunci: Dye-sensitized solar cell (DSSC),Titanium dioxide(TiO2), anthocyanin dye, Variasi hambatan.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi adalah salah satu tantangan yang dihadapi
pada abad 21 ini. Dengan keadaan semakin
menipisnya sumber energi fosil tersebut, di dunia
sekarang ini terjadi pergeseran dari penggunaan
sumber energi tak terbaharui menuju sumber energi
yang terbaharui. Dari sekian banyak sumber energi
terbaharui seperti panas bumi, biogas dan angin,
penggunaan energi melalui solar cell merupakan
alternatif yang paling potensial. Sel surya bekerja
menggunakan energi matahari dengan mengkonversi secara langsung radiasi matahari
menjadi listrik. Sel surya yang banyak digunakan
sekarang ini adalah sel surya berbasis teknologi
silikon yang merupakan hasil dari perkembangan
pesat teknologi semikonduktor elektronik.
Walaupun sel surya sekarang didominasi oleh
bahan silikon, namun mahalnya biaya produksi
silikon membuat biaya konsumsinya lebih mahal
daripada sumber energi fosil. Selain itu kekurangan
dari sel surya silikon adalah penggunaan bahan
kimia berbahaya pada proses pabrikasinya.
Tetapi seiring dengan perkembangan
nanoteknologi, dominasi tersebut bertahap mulai tergantikan dengan hadirnya sel surya generasi
terbaru, yaitu dye-sensitized solar cell (DSSC).
DSSC merupakan salah satu kandidat potensial sel
surya generasi mendatang, hal ini dikarenakan tidak
memerlukan material dengan kemurnian tinggi
sehingga biaya proses produksinya yang relatif
rendah. Berbeda dengan sel surya konvensional
dimana semua proses melibatkan material silikon
itu sendiri. Pada DSSC, absorbsi cahaya dan
separasi muatan listrik terjadi pada proses yang
terpisah, absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul
dye dan separasi muatan oleh anorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai band
gap (celah energi) lebar.
Salah satu semikonduktor yang mempunyai band
gap lebar yang sering digunakan yaitu Titanium
Dioxide (TiO2). TiO2 umum digunakan karena inert
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 61
(tidak bereaksi dengan unsur lain), tidak berbahaya,
semikonduktor yang murah, selain memiliki
karakteristik optik yang baik. Namun untuk
aplikasinya dalam DSSC, TiO2 harus memiliki
permukaan yang luas sehingga dye yang terserap
lebih banyak yang hasilnya akan meningkatkan arus
foton.
Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan
prototype dye-sensitized solar cell dengan
menggunakan material-material yang mudah
didapat di Indonesia. DSSC sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena dalam proses
produksinya tidak memerlukan fasilitas clean room
yang selalu menjadi hambatan terbesar untuk
mengembangkan sel surya silikon di Indonesia,
selain itu produksinya relatif mudah. DSSC yang
telah dibuat akan diuji proses konversi energi
matahari menjadi energi listrik dengan
memvariasikan hambatan pada DSSC dan
dilakukan perbandingan efesiensi pada DSSC
dengan efesiensi sel surya konvesional.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dye-sensitized Solar Cell (DSSC)
2.1.1. Umum
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak pertama
kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada
tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian
yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh
dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama
dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon[7].
Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC
adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga
menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi
beberapa bagian yang terdiri dari nanopori TiO2,
molekul yang terabsorbsi di permukaan TiO2, dan
katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca
konduktif, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Dye-sensitized Solar Cell. [8]
Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass
yang sudah dilapisi oleh TCO (Transparent
Conducting Oxide) biasanya TCO, yang berfungsi
sebagai elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO
counter-elektroda dilapisi katalis untuk
mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit.
Pasangan redoks yang umumnya dipakai yaitu I- /I3-
(iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanopori TiO2 yang mana dye terabsorbsi di
pori TiO2, yang umumnya digunakan yaitu jenis
ruthenium complex.
Material DSSC
Substrat
Substrat yang digunakan pada DSSC yaitu jenis
TCO (Transparent Conductive Oxide) yang
merupakan kaca transparan konduktif. Material
substrat itu sendiri berfungsi sebagai badan dari sel
surya dan lapisan konduktifnya berfungsi sebagai
tempat muatan mengalir. Material yang umumnya
digunakan yaitu flourine-doped tin oxide (SnO2:F atau FTO) dan indium tin oxide (In2O3:Sn atau ITO)
hal ini dikarenakan dalam proses pelapisan material
TiO2 kepada substrat, diperlukan proses sintering
pada temperatur 400-500oC dan kedua material
tersebut merupakan pilihan yang cocok karena tidak
mengalami defect pada range temperatur tersebut.
Nanopori TiO2
Penggunaan oksida semikonduktor dalam
fotoelektrokimia dikarenakan kestabilannya
menghadapi fotokorosi[9]. Selain itu lebar pita energinya yang besar (> 3eV), dibutuhkan dalam
DSSC untuk transparansi semikonduktor pada
sebagian besar spektrum cahaya matahari. Selain
semikonduktor TiO2, yang digunakan dalam
penelitian ini, semikonduktor lain yang digunakan
yaitu ZnO, CdSe, CdS, WO3 , Fe2O3, SnO2, Nb2O5,
dan Ta2O5. Namun TiO2 masih menjadi material
yang sering digunakan karena efisiensi DSSC
menggunakan TiO2 masih belum tertandingi.
Dye
Seperti yang telah dijelaskan, fungsi absorbsi cahaya
dilakukan oleh molekul dye yang terabsorbsi pada permukaan TiO2. Dye yang umumnya digunakan
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 62
dan mencapai efisiensi paling tinggi yaitu jenis
ruthenium complex.
Walaupun DSSC menggunakan ruthenium complex
telah mencapai efisiensi yang cukup tinggi, namun
dye jenis ini cukup sulit untuk disintesis dan
ruthenium complex komersil berharga mahal.
Alternatif lain yaitu penggunaan dye dari buah-
buahan, khususnya dye antosianin.
Kandungan antosianin pada beberapa jenis sayuran
dan buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan antosianin pada beberapa jenis sayuran dan buah- buahan.[17]
BUAH KONSENTRASI ANTOSIANIN
(mg/g)
Chokeberry
Buah murbei
Blueberries
Kulit buah manggis
Kismis hitam
Blackberries
Anggur
Lobak merah
Kubis merah Stroberi
Bawang merah
Kacang hitam
2147
1993
705
580
533
353
192
116
113 69
39
23
(Sumber: www.whfood.org)
Elektrolit
Elektrolit yang digunakan pada DSSC terdiri
dari iodine (I-) dan triiodide (I3-) sebagai pasangan
redoks dalam pelarut.
Katalis Counter Elektroda
Katalis dibutuhkan untuk mempercepat
kinetika reaksi proses reduksi triiodide pada TCO.
Platina, material yang umum digunakan sebagai
katalis pada berbagai aplikasi, juga sangat efisien
dalam aplikasinya pada DSSC. Platina
dideposisikan pada TCO dengan berbagai metoda
yaitu elektrokimia, sputtering, spin coating, atau
pyrolysis.
III. METODOLOGI
Pembuatan Bubuk Nanopori TiO2
Nanopori TiO2 disintesis dengan
menggunakan metoda sol-gel dengan bantuan
block copolymer sebagai template untuk
membentuk struktur nanopori.
Pembuatan Pasta TiO2 TiO2 akan dideposisikan dengan teknik
lapisan tebal sehingga sebelumnya dibuat
TiO2 dalam bentuk pasta.
Preparasi Larutan Dye Gerus Kulit buah Manggis dengan mortar
kemudian tambahkan methanol:asam asetat:air
(25:4:21 perbandingan volume) sebanyak 10
ml, gerus lagi. Larutan kemudian di filter
dengan menggunakan kertas kasa.
Preparasi Elektrolit Larutan elektrolit iodide/triiodide dibuat
dengan cara mencampurkan 0,8 gram (0,5 M)
potassium iodide (KI) kedalam 10 ml
acetonitrile kemudian diaduk, kemudian
ditambahkan 0,127 gram (0,05 M) Iodine (I2)
kedalam larutan tersebut kemudian diaduk dan
simpan larutan dalam botol tertutup.
Preparasi Counter elektroda-karbon Sebagai sumber karbon digunakan graphite
dari pensil. Graphite dilapiskan ke TCO pada
bagian konduktifnya kemudian dipanaskan
pada temperatur 4500 C selama 10 menit agar
grafit membentuk kontak yang baik sesama partikel karbon dan dengan TCO.
Assembly DSSC Setelah masing-masing komponen DSSC
berhasil dibuat kemudian dilakukan assembly
untuk membentuk sel surya dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pada TCO yang telah dipotong menjadi ukuran 3 x 3 cm dibentuk area tempat
TiO2 dideposisikan dengan bantuan
Scotch tape pada bagian kaca yang
konduktif sehingga terbentuk area
http://www.whfood.org/ -
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 63
sebesar 2 x 1cm dengan ilustrasi seperti pada Gambar 2.
3 cm
1 cm
2 cm 3 cm
Gambar 2. Ilustrasi Skema Area Deposisi Pasta TiO2
2. Pasta TiO2 dideposisikan diatas area yang telah dibuat pada kaca konduktif
dengan metoda doctor blade yaitu
dengan bantuan batang pengaduk untuk
meratakan pasta. Kemudian lapisan
dikeringkan selama kurang lebih 15 menit dan dibakar/ sintering dalam
tungku listrik pada temperatur 4500 C
selama 30 menit.
3. Lapisan TiO2 kemudian direndam dalam larutan dye selama kurang lebih 30 menit
kemudian lapisan TiO2 akan menjadi
berwarna ungu. Counter-elektroda
karbon kemudian diletakkan diatas
lapisan TiO2 dengan struktur sandwich
dimana di masing-masing ujung diberi
offset sebesar 0,2 cm, untuk kontak elektrik. Kemudian agar struktur selnya
mantap dijepit dengan klip pada kedua
sisi.
4. Larutan elektrolit kemudian diteteskan kira-kira sebanyak 2 tetes kepada ruang
antara kedua elektroda. Dan sel surya
siap untuk diuji.
Pengujian Sel Surya DSSC
Pada sel surya yang telah dirangkai dilakukan
dua jenis pengujian yaitu:
Pengujian langsung tegangan dan arus yang terukur dari sel surya dengan
menggunakan multimeter. Sumber cahaya
yang digunakan yaitu cahaya matahari
langsung untuk pengujian diluar ruangan
dan cahaya OHP untuk pengujian dalam
ruangan.
Pengujian arus dan tegangan dengan menggunakan potentiometer sebagai
hambatan yang divariasikan dan dilihat
perubahannya. Skema rangkaian listriknya
ditunjukkan pada Gambar 3. Pengujian dilakukan di laboratorium Energi
Terbarukan dan Surya,Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Andalas.
Gambar 3. Skema Rangkaian Listrik Pengujian Sel surya DSSC
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Absorbsi larutan dye kulit buah manggis
Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit
buah manggis (kulit manggis I) seberat 104.48
gram dianalisis menggunakan UV-Vis
Spektrometer. Dan dilihat pada Gambar 4 terdapat
puncak pada panjang gelombang 454.4 nm
menandakan bahwa pigmen antocyanin yang ada
pada kulit buah manggis dapat mengabsorbsi
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 64
cahaya dengan panjang gelombang 454.18 nm yang masih dalam spektrum cahaya tampak.
Gambar 4. Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit buah manggis I
Perbandingan pertama,pada Gambar 4 merupakan profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit
buah manggis II dengan berat kulit manggis 50.55
gram. Dari grafik tersebut tidak terlihat puncak
absorbsi yang lebar, seperti larutan dye kulit
manggis seberat 104.48 gram. Panjang gelombang
yang diterima hanya sebesar 339.72 nm. Hal ini
menunjukan banyak kulit manggis yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan
performansi larutan dye. Sehingga performansi dye
kulit manggis yang baik terdapat pada larutan dye
kulit manggis 1 seberat 104.48 gram.
Gambar 5. Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit buah manggis II
Perbandingan kedua,pada Gambar 6 merupakan
profil absorbsi cahaya dari dye ruthenium complex
jenis N719 (C58H86O8N8S2Ru) yang diambil dari
penelitian Jian Zhan, dkk[16]. Dari grafik tersebut
terlihat bahwa terdapat dua puncak absorbsi pada
panjang gelombang 550 nm dan 400 nm. Ini
menunjukkan bahwa dye jenis ruthenium complex
dapat menyerap spektrum cahaya lebih lebar
sehingga dalam hal performansinya lebih baik dari
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 65
dye kulit buah manggis 1. Performansi larutan dye sangat mempengaruhi performansi sel surya dssc.
Gambar 6. Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin Ruthenium Dye N719
4.2 Pengujian arus dan tegangan dengan menggunakan
potensiometer sebagai hambatan
yang divariasikan.
Pengujian arus dan tegangan sel surya
menggunakan potensiometer dengan nilai resistansi
yang dirubah-rubah. Pengujian sel surya dssc
dengan menggunakan potensiometer dapat dilihat
pada Gambar 7. Hasil pengujian sel surya dengan
menggunakan potentiometer dapat dilihat pada
Tabel 2.
Gambar 7. Pengujian Sel surya dssc I dan dssc II dengan menggunakan potensiometer sebagai hambatan.
Tabel 2. Hasil pengujian dengan memvariasikan hambatan menggunakan potentiometer.
No Jenis Sel Surya
Variasi
Hambatan
(k)
Tegangan
maksimum
(Voc)
(mV)
Arus
maksimum
(Isc)
(mA)
Tegangan
daya
maksimum
(Vmmp)
(mV)
Arus daya
maksimum
(Immp)
(mA)
1
DSSC I
0
6.67 10.58
435
435 435
3.80
3.80 3.80
435
253.8 38.2
0
0.038 0.0036
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 66
2
DSSC II
0
6.67
10.58
129.6
129.6
129.6
1.12
1.12
1.12
129.6
66.3
0
0
0.010
0
3
Sel surya
Silikon
0
6.67
10.58
470.7
470.7
470.7
4.54
4.54
4.54
470.7
386.8
67.78
0
0.058
0.0064
Dari hasil pengujian di atas dapat ditentukan
efisiensi ketiga sel surya,dengan menggunakan
hambatan 6.67 k. Karena pada hambatan 6.67 sel
surya stabil dan dapat ditentukan
efisiensinya,sedangkan pada hambatan 0 k dan
10.58 k sel surya kurang stabil karena pengaruh
luas sel surya yang hanya berbentuk prototipe.
Perbandingan efisiensi ketiga sel surya dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan efisiensi sel surya pada pengujian.
No Jenis Sel
Surya
Tegangan
maksimu
m (Voc)
(mV)
Arus
maksimu
m (Isc)
(mA)
Tegangan
daya
maksimu
m (Vmmp)
(mV)
Arus daya
maksimu
m (Immp)
(mA)
Fill
Factor
(%)
Efisiensi
() (%)
1
2
3
DSSC I
DSSC II
Sel surya
Silikon
435.0
129.6
470.7
3.80
1.12
4.54
253.8
66.3
386.8
0.038
0.010
0.058
0.542 %
0.460 %
1.050 %
0.896 %
0.067 %
2.243 %
Perbandingan efisiensi sel surya dssc I, sel surya dssc II dan sel surya silikon konvensional dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Kurva perbandingan efisiensi ketiga sel surya.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
DSSC IDSSC II
Sc Silicon
(
efis
ien
si)
%
Efisiensi
-
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 67
Dari kurva diatas dapat dilihat, efisiensi sel surya
silikon konvensional lebih tinggi dari pada sel surya
dssc. Tetapi pada sel surya dssc I selisih efisiensi
nya tidak terlalu jauh dengan efisiensi sel surya
silikon konvensional. Rendahnya efisiensi sel surya
dssc disebabkan karena stabilitas sel surya dssc
yang kurang baik sehingga hasil yang didapatkan
kurang optimal untuk mendapatkan nilai efisiensi
sel surya yang dapat menyamai atau melebihi
efisiensi sel surya silikon konvensional. Hal ini
diakibatkan enkapsulasi sel surya yang masih
belum optimal sehingga larutan elektrolit cepat
sekali menguap oleh panas dari sumber cahaya.
Oleh karena itu diharapkan untuk penelitian yang
selanjutnya dapat difokuskan pada optimalisasi
enkapsulasi sel surya untuk menjaga stabilitas
performansi sel surya dssc.
V. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan,antara lain:
1. DSSC yang dibuat berhasil mengkonversi energi surya menjadi energi listrik dengan
pengujian memvariasikan hambatan.
2. Efisiensi sel surya DSSC I sebesar 0.896 %, sel surya DSSC II sebesar 0.067 % dan sel surya
silikon konvensional sebesar 2.243 %.
3. Karakteristik-karakteristik yang menentukan performansi sel surya diantaranya struktur
TiO2,jenis dye (karakteristik absorbsi cahaya).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Greg P. Smestad, 2002, Optoelectronics of Solar Cells, SPIE PRESS.
[2] Green,M.A.2001, Solar Cell Efficiency Tables (Version 18), Prog.Photovolt.
Res. Appl., 9, 287-93
[3] Shah, A., et al., 1999, Photovoltaic Technology: The Case for Thin-Film
Solar Cells, Science, 30 July, 285, 692-
8.
[4] J. Halme, 2002, Dye sensitized Nanostructured and Organic
Photovoltaic Cells : technical review and
preeliminary test, Master Thesis of
Helsinki University of Technology.
[5] Annual World Solar Photovoltaic Industry Report, Marketbuzz 2007
report.
[6] Global Market:Current & Next Generation Solar Cell & Related
Material Market Outlooks, Research and
Markets reports.
[7] G. Phani, G. Tulloch, D. Vittorio, dan I. Skyrabin, 2001, Titania solar cells: new photovoltaic
technology,Renewable Energy.
[8] R. Sastrawan, 2006, Photovoltaic modules of dye solar cells, Disertasi
University of Freiburg.
[9] Kalyanasundaram, K., Grtzel, M., 1998, Applications of functionalized transition metal complexes in photonic
and optoelectronic devices,
Coordination Chemistry Reviews, 177,
347-414.
[10] H. Zhang, J.F. Banfield, 2000, Understanding Polymorphic Phase
Transformation Behavior during Growth
of Nanocrystalline Aggregates: Insights
from TiO2. J Phys Chem B, vol. 104, pp.
3481
[11] Http://www.ise.fhg.de/areas-of-business-and-market-areas/solar-cells/dye- and-
organic-solar-cells/manufacturing-of-
dye-solar-cells/manufacturing-of-dye-
solar-cells.
[12] Kay, A., Grtzel, M., 1996, Low cost photovoltaic modules based on dye sensitized nanocrystalline titanium
dioxide and carbon powder, Solar
Energy Materials & Solar Cells, 44, 99-
117.
[13] Wolfbauer, G., et al., 2001, A channel flow cell system specifically designed to
test the efficiency of redox shuttles in dye
sensitized solar cells,Solar Energy
Materials & Solar Cells, 70, 85-101.
[14] Nerine J. Cherepy, Greg P. Smestad, Michael Gra1tzel, and Jin Z. Zhang,1997, Ultrafast Electron
Injection: Implications for a
Photoelectrochemical Cell Utilizing an
Anthocyanin Dye-Sensitized TiO2
Nanocrystalline Electrode J. Phys.
Chem. B, 10,9342-9351.
[15] Qing Dai and Joseph Rabani, 2001, Photosensitization of nanocrystalline
TiO2 films by pomegranatepigments with
unusually high efficiency in aqueous
medium,Chem. Commun., 21422143.
[16] Jian Zhan, Peng Sun, Shan Jiang, Xiaohang Sun, An investigation of the
performance of dye-sensitized
nanocrystalline solar cell with
anthocyanin dye and ruthenium dye as
http://www.ise.fhg.de/areas-of-business-and-market-areas/solar-cells/dye-http://www.ise.fhg.de/areas-of-business-and-market-areas/solar-cells/dye- -
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471
TeknikA 68
the sensitizers, 2006, Roskilde
University Project.
[17] Http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y.