175-284-2-pb

9
Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471 TeknikA 60 PERFORMANSI PROTOTYPE DYE-SENSITIZED SOLAR SOLAR CELL (DYE SENSITIZER KULIT MANGGIS) DENGAN HUBUNGAN VARIASI HAMBATAN TERHADAP EFISIENSI KONVERSI ENERGI LISTRIK DAN PERBANDINGAN TERHADAP SEL SURYA KONVENSIONAL Webri Vandri, Iskandar R*. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang 25163 Telp: +62 751 72586, Fax: +62 751 72566 *E-mail: [email protected] ABSTRAK Dye-sensitized solar cell merupakan sel surya yang berbasis fotoelektrokimia dimana proses absorbsi cahaya dilakukan oleh bahan organik molekul dye dan proses separasi muatan oleh bahan anorganik semikonduktor TiO 2 . Dye-sensitized solar cell (DSSC), sebagai teknologi sel surya yang berkembang dan proses produksinya yang simpel, merupakan alternatif sel surya murah dimasa yang akan datang seiring mahalnya harga produksi sel surya konvensional (sel surya silikon). Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pembuatan dan pengujian prototipe dye-sensitized solar cell menggunakan dye bahan organik jenis anthocyanin dye dari ekstraksi kulit buah manggis, dan semikonduktor bubuk TiO 2 dengan pengujian memvariasikan hambatan untuk mengetahui performansi prototipe sel surya DSSC. Dari pengujian sel surya yang disinari dengan cahaya matahari, sel surya DSSC I dan DSSC II dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik dengan tegangan 435 mV dan 129.6 mV, arus listrik sebesar 3.8 mA dan 1.12 mA, tegangan daya maksimum 253.8 mV dan 66.3 mV, arus daya maksimum 0.038 mV dan 0,010 mV untuk area aktif seluas 2 cm 2 dengan variasi hambatan yang berbeda yaitu 0 kΩ, 6.67 kΩ, 10.58 kΩ. Sedangkan sel surya silikon dapat mengkonversi energi surya menjadi listrik dengan tegangan 470.7 mV dan arus listrik sebesar 4.54 mA, tegangan daya maksimum 386.8 mV. Arus daya maksimum 0.058 mV. Kata kunci: Dye-sensitized solar cell (DSSC),Titanium dioxide(TiO 2 ), anthocyanin dye, Variasi hambatan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi adalah salah satu tantangan yang dihadapi pada abad 21 ini. Dengan keadaan semakin menipisnya sumber energi fosil tersebut, di dunia sekarang ini terjadi pergeseran dari penggunaan sumber energi tak terbaharui menuju sumber energi yang terbaharui. Dari sekian banyak sumber energi terbaharui seperti panas bumi, biogas dan angin, penggunaan energi melalui solar cell merupakan alternatif yang paling potensial. Sel surya bekerja menggunakan energi matahari dengan mengkonversi secara langsung radiasi matahari menjadi listrik. Sel surya yang banyak digunakan sekarang ini adalah sel surya berbasis teknologi silikon yang merupakan hasil dari perkembangan pesat teknologi semikonduktor elektronik. Walaupun sel surya sekarang didominasi oleh bahan silikon, namun mahalnya biaya produksi silikon membuat biaya konsumsinya lebih mahal daripada sumber energi fosil. Selain itu kekurangan dari sel surya silikon adalah penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses pabrikasinya. Tetapi seiring dengan perkembangan nanoteknologi, dominasi tersebut bertahap mulai tergantikan dengan hadirnya sel surya generasi terbaru, yaitu dye-sensitized solar cell (DSSC). DSSC merupakan salah satu kandidat potensial sel surya generasi mendatang, hal ini dikarenakan tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga biaya proses produksinya yang relatif rendah. Berbeda dengan sel surya konvensional dimana semua proses melibatkan material silikon itu sendiri. Pada DSSC, absorbsi cahaya dan separasi muatan listrik terjadi pada proses yang terpisah, absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye dan separasi muatan oleh anorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai band gap (celah energi) lebar. Salah satu semikonduktor yang mempunyai band gap lebar yang sering digunakan yaitu Titanium Dioxide (TiO 2 ). TiO 2 umum digunakan karena inert

Upload: dany

Post on 26-Sep-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hgfhgf

TRANSCRIPT

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 60

    PERFORMANSI PROTOTYPE DYE-SENSITIZED SOLAR SOLAR CELL

    (DYE SENSITIZER KULIT MANGGIS) DENGAN HUBUNGAN

    VARIASI HAMBATAN TERHADAP EFISIENSI KONVERSI ENERGI

    LISTRIK DAN PERBANDINGAN TERHADAP SEL SURYA

    KONVENSIONAL

    Webri Vandri, Iskandar R*.

    Jurusan Teknik Mesin

    Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang 25163

    Telp: +62 751 72586, Fax: +62 751 72566

    *E-mail: [email protected]

    ABSTRAK

    Dye-sensitized solar cell merupakan sel surya yang berbasis fotoelektrokimia dimana proses absorbsi cahaya

    dilakukan oleh bahan organik molekul dye dan proses separasi muatan oleh bahan anorganik semikonduktor

    TiO2. Dye-sensitized solar cell (DSSC), sebagai teknologi sel surya yang berkembang dan proses produksinya yang simpel, merupakan alternatif sel surya murah dimasa yang akan datang seiring mahalnya harga produksi

    sel surya konvensional (sel surya silikon). Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan pembuatan dan pengujian

    prototipe dye-sensitized solar cell menggunakan dye bahan organik jenis anthocyanin dye dari ekstraksi kulit

    buah manggis, dan semikonduktor bubuk TiO2 dengan pengujian memvariasikan hambatan untuk mengetahui

    performansi prototipe sel surya DSSC. Dari pengujian sel surya yang disinari dengan cahaya matahari, sel

    surya DSSC I dan DSSC II dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik dengan tegangan 435 mV

    dan 129.6 mV, arus listrik sebesar 3.8 mA dan 1.12 mA, tegangan daya maksimum 253.8 mV dan 66.3 mV, arus

    daya maksimum 0.038 mV dan 0,010 mV untuk area aktif seluas 2 cm2 dengan variasi hambatan yang berbeda

    yaitu 0 k, 6.67 k, 10.58 k. Sedangkan sel surya silikon dapat mengkonversi energi surya menjadi listrik

    dengan tegangan 470.7 mV dan arus listrik sebesar 4.54 mA, tegangan daya maksimum 386.8 mV. Arus daya

    maksimum 0.058 mV.

    Kata kunci: Dye-sensitized solar cell (DSSC),Titanium dioxide(TiO2), anthocyanin dye, Variasi hambatan.

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Energi adalah salah satu tantangan yang dihadapi

    pada abad 21 ini. Dengan keadaan semakin

    menipisnya sumber energi fosil tersebut, di dunia

    sekarang ini terjadi pergeseran dari penggunaan

    sumber energi tak terbaharui menuju sumber energi

    yang terbaharui. Dari sekian banyak sumber energi

    terbaharui seperti panas bumi, biogas dan angin,

    penggunaan energi melalui solar cell merupakan

    alternatif yang paling potensial. Sel surya bekerja

    menggunakan energi matahari dengan mengkonversi secara langsung radiasi matahari

    menjadi listrik. Sel surya yang banyak digunakan

    sekarang ini adalah sel surya berbasis teknologi

    silikon yang merupakan hasil dari perkembangan

    pesat teknologi semikonduktor elektronik.

    Walaupun sel surya sekarang didominasi oleh

    bahan silikon, namun mahalnya biaya produksi

    silikon membuat biaya konsumsinya lebih mahal

    daripada sumber energi fosil. Selain itu kekurangan

    dari sel surya silikon adalah penggunaan bahan

    kimia berbahaya pada proses pabrikasinya.

    Tetapi seiring dengan perkembangan

    nanoteknologi, dominasi tersebut bertahap mulai tergantikan dengan hadirnya sel surya generasi

    terbaru, yaitu dye-sensitized solar cell (DSSC).

    DSSC merupakan salah satu kandidat potensial sel

    surya generasi mendatang, hal ini dikarenakan tidak

    memerlukan material dengan kemurnian tinggi

    sehingga biaya proses produksinya yang relatif

    rendah. Berbeda dengan sel surya konvensional

    dimana semua proses melibatkan material silikon

    itu sendiri. Pada DSSC, absorbsi cahaya dan

    separasi muatan listrik terjadi pada proses yang

    terpisah, absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul

    dye dan separasi muatan oleh anorganik semikonduktor nanokristal yang mempunyai band

    gap (celah energi) lebar.

    Salah satu semikonduktor yang mempunyai band

    gap lebar yang sering digunakan yaitu Titanium

    Dioxide (TiO2). TiO2 umum digunakan karena inert

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 61

    (tidak bereaksi dengan unsur lain), tidak berbahaya,

    semikonduktor yang murah, selain memiliki

    karakteristik optik yang baik. Namun untuk

    aplikasinya dalam DSSC, TiO2 harus memiliki

    permukaan yang luas sehingga dye yang terserap

    lebih banyak yang hasilnya akan meningkatkan arus

    foton.

    Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan

    prototype dye-sensitized solar cell dengan

    menggunakan material-material yang mudah

    didapat di Indonesia. DSSC sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena dalam proses

    produksinya tidak memerlukan fasilitas clean room

    yang selalu menjadi hambatan terbesar untuk

    mengembangkan sel surya silikon di Indonesia,

    selain itu produksinya relatif mudah. DSSC yang

    telah dibuat akan diuji proses konversi energi

    matahari menjadi energi listrik dengan

    memvariasikan hambatan pada DSSC dan

    dilakukan perbandingan efesiensi pada DSSC

    dengan efesiensi sel surya konvesional.

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Dye-sensitized Solar Cell (DSSC)

    2.1.1. Umum

    Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak pertama

    kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada

    tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian

    yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh

    dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama

    dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon[7].

    Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC

    adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga

    menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi

    beberapa bagian yang terdiri dari nanopori TiO2,

    molekul yang terabsorbsi di permukaan TiO2, dan

    katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca

    konduktif, seperti terlihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Struktur Dye-sensitized Solar Cell. [8]

    Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass

    yang sudah dilapisi oleh TCO (Transparent

    Conducting Oxide) biasanya TCO, yang berfungsi

    sebagai elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO

    counter-elektroda dilapisi katalis untuk

    mempercepat reaksi redoks dengan elektrolit.

    Pasangan redoks yang umumnya dipakai yaitu I- /I3-

    (iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanopori TiO2 yang mana dye terabsorbsi di

    pori TiO2, yang umumnya digunakan yaitu jenis

    ruthenium complex.

    Material DSSC

    Substrat

    Substrat yang digunakan pada DSSC yaitu jenis

    TCO (Transparent Conductive Oxide) yang

    merupakan kaca transparan konduktif. Material

    substrat itu sendiri berfungsi sebagai badan dari sel

    surya dan lapisan konduktifnya berfungsi sebagai

    tempat muatan mengalir. Material yang umumnya

    digunakan yaitu flourine-doped tin oxide (SnO2:F atau FTO) dan indium tin oxide (In2O3:Sn atau ITO)

    hal ini dikarenakan dalam proses pelapisan material

    TiO2 kepada substrat, diperlukan proses sintering

    pada temperatur 400-500oC dan kedua material

    tersebut merupakan pilihan yang cocok karena tidak

    mengalami defect pada range temperatur tersebut.

    Nanopori TiO2

    Penggunaan oksida semikonduktor dalam

    fotoelektrokimia dikarenakan kestabilannya

    menghadapi fotokorosi[9]. Selain itu lebar pita energinya yang besar (> 3eV), dibutuhkan dalam

    DSSC untuk transparansi semikonduktor pada

    sebagian besar spektrum cahaya matahari. Selain

    semikonduktor TiO2, yang digunakan dalam

    penelitian ini, semikonduktor lain yang digunakan

    yaitu ZnO, CdSe, CdS, WO3 , Fe2O3, SnO2, Nb2O5,

    dan Ta2O5. Namun TiO2 masih menjadi material

    yang sering digunakan karena efisiensi DSSC

    menggunakan TiO2 masih belum tertandingi.

    Dye

    Seperti yang telah dijelaskan, fungsi absorbsi cahaya

    dilakukan oleh molekul dye yang terabsorbsi pada permukaan TiO2. Dye yang umumnya digunakan

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 62

    dan mencapai efisiensi paling tinggi yaitu jenis

    ruthenium complex.

    Walaupun DSSC menggunakan ruthenium complex

    telah mencapai efisiensi yang cukup tinggi, namun

    dye jenis ini cukup sulit untuk disintesis dan

    ruthenium complex komersil berharga mahal.

    Alternatif lain yaitu penggunaan dye dari buah-

    buahan, khususnya dye antosianin.

    Kandungan antosianin pada beberapa jenis sayuran

    dan buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kandungan antosianin pada beberapa jenis sayuran dan buah- buahan.[17]

    BUAH KONSENTRASI ANTOSIANIN

    (mg/g)

    Chokeberry

    Buah murbei

    Blueberries

    Kulit buah manggis

    Kismis hitam

    Blackberries

    Anggur

    Lobak merah

    Kubis merah Stroberi

    Bawang merah

    Kacang hitam

    2147

    1993

    705

    580

    533

    353

    192

    116

    113 69

    39

    23

    (Sumber: www.whfood.org)

    Elektrolit

    Elektrolit yang digunakan pada DSSC terdiri

    dari iodine (I-) dan triiodide (I3-) sebagai pasangan

    redoks dalam pelarut.

    Katalis Counter Elektroda

    Katalis dibutuhkan untuk mempercepat

    kinetika reaksi proses reduksi triiodide pada TCO.

    Platina, material yang umum digunakan sebagai

    katalis pada berbagai aplikasi, juga sangat efisien

    dalam aplikasinya pada DSSC. Platina

    dideposisikan pada TCO dengan berbagai metoda

    yaitu elektrokimia, sputtering, spin coating, atau

    pyrolysis.

    III. METODOLOGI

    Pembuatan Bubuk Nanopori TiO2

    Nanopori TiO2 disintesis dengan

    menggunakan metoda sol-gel dengan bantuan

    block copolymer sebagai template untuk

    membentuk struktur nanopori.

    Pembuatan Pasta TiO2 TiO2 akan dideposisikan dengan teknik

    lapisan tebal sehingga sebelumnya dibuat

    TiO2 dalam bentuk pasta.

    Preparasi Larutan Dye Gerus Kulit buah Manggis dengan mortar

    kemudian tambahkan methanol:asam asetat:air

    (25:4:21 perbandingan volume) sebanyak 10

    ml, gerus lagi. Larutan kemudian di filter

    dengan menggunakan kertas kasa.

    Preparasi Elektrolit Larutan elektrolit iodide/triiodide dibuat

    dengan cara mencampurkan 0,8 gram (0,5 M)

    potassium iodide (KI) kedalam 10 ml

    acetonitrile kemudian diaduk, kemudian

    ditambahkan 0,127 gram (0,05 M) Iodine (I2)

    kedalam larutan tersebut kemudian diaduk dan

    simpan larutan dalam botol tertutup.

    Preparasi Counter elektroda-karbon Sebagai sumber karbon digunakan graphite

    dari pensil. Graphite dilapiskan ke TCO pada

    bagian konduktifnya kemudian dipanaskan

    pada temperatur 4500 C selama 10 menit agar

    grafit membentuk kontak yang baik sesama partikel karbon dan dengan TCO.

    Assembly DSSC Setelah masing-masing komponen DSSC

    berhasil dibuat kemudian dilakukan assembly

    untuk membentuk sel surya dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    1. Pada TCO yang telah dipotong menjadi ukuran 3 x 3 cm dibentuk area tempat

    TiO2 dideposisikan dengan bantuan

    Scotch tape pada bagian kaca yang

    konduktif sehingga terbentuk area

    http://www.whfood.org/
  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 63

    sebesar 2 x 1cm dengan ilustrasi seperti pada Gambar 2.

    3 cm

    1 cm

    2 cm 3 cm

    Gambar 2. Ilustrasi Skema Area Deposisi Pasta TiO2

    2. Pasta TiO2 dideposisikan diatas area yang telah dibuat pada kaca konduktif

    dengan metoda doctor blade yaitu

    dengan bantuan batang pengaduk untuk

    meratakan pasta. Kemudian lapisan

    dikeringkan selama kurang lebih 15 menit dan dibakar/ sintering dalam

    tungku listrik pada temperatur 4500 C

    selama 30 menit.

    3. Lapisan TiO2 kemudian direndam dalam larutan dye selama kurang lebih 30 menit

    kemudian lapisan TiO2 akan menjadi

    berwarna ungu. Counter-elektroda

    karbon kemudian diletakkan diatas

    lapisan TiO2 dengan struktur sandwich

    dimana di masing-masing ujung diberi

    offset sebesar 0,2 cm, untuk kontak elektrik. Kemudian agar struktur selnya

    mantap dijepit dengan klip pada kedua

    sisi.

    4. Larutan elektrolit kemudian diteteskan kira-kira sebanyak 2 tetes kepada ruang

    antara kedua elektroda. Dan sel surya

    siap untuk diuji.

    Pengujian Sel Surya DSSC

    Pada sel surya yang telah dirangkai dilakukan

    dua jenis pengujian yaitu:

    Pengujian langsung tegangan dan arus yang terukur dari sel surya dengan

    menggunakan multimeter. Sumber cahaya

    yang digunakan yaitu cahaya matahari

    langsung untuk pengujian diluar ruangan

    dan cahaya OHP untuk pengujian dalam

    ruangan.

    Pengujian arus dan tegangan dengan menggunakan potentiometer sebagai

    hambatan yang divariasikan dan dilihat

    perubahannya. Skema rangkaian listriknya

    ditunjukkan pada Gambar 3. Pengujian dilakukan di laboratorium Energi

    Terbarukan dan Surya,Jurusan Teknik

    Mesin, Universitas Andalas.

    Gambar 3. Skema Rangkaian Listrik Pengujian Sel surya DSSC

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Absorbsi larutan dye kulit buah manggis

    Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit

    buah manggis (kulit manggis I) seberat 104.48

    gram dianalisis menggunakan UV-Vis

    Spektrometer. Dan dilihat pada Gambar 4 terdapat

    puncak pada panjang gelombang 454.4 nm

    menandakan bahwa pigmen antocyanin yang ada

    pada kulit buah manggis dapat mengabsorbsi

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 64

    cahaya dengan panjang gelombang 454.18 nm yang masih dalam spektrum cahaya tampak.

    Gambar 4. Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit buah manggis I

    Perbandingan pertama,pada Gambar 4 merupakan profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit

    buah manggis II dengan berat kulit manggis 50.55

    gram. Dari grafik tersebut tidak terlihat puncak

    absorbsi yang lebar, seperti larutan dye kulit

    manggis seberat 104.48 gram. Panjang gelombang

    yang diterima hanya sebesar 339.72 nm. Hal ini

    menunjukan banyak kulit manggis yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan

    performansi larutan dye. Sehingga performansi dye

    kulit manggis yang baik terdapat pada larutan dye

    kulit manggis 1 seberat 104.48 gram.

    Gambar 5. Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin kulit buah manggis II

    Perbandingan kedua,pada Gambar 6 merupakan

    profil absorbsi cahaya dari dye ruthenium complex

    jenis N719 (C58H86O8N8S2Ru) yang diambil dari

    penelitian Jian Zhan, dkk[16]. Dari grafik tersebut

    terlihat bahwa terdapat dua puncak absorbsi pada

    panjang gelombang 550 nm dan 400 nm. Ini

    menunjukkan bahwa dye jenis ruthenium complex

    dapat menyerap spektrum cahaya lebih lebar

    sehingga dalam hal performansinya lebih baik dari

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 65

    dye kulit buah manggis 1. Performansi larutan dye sangat mempengaruhi performansi sel surya dssc.

    Gambar 6. Profil absorbsi cahaya dari pigmen antocyanin Ruthenium Dye N719

    4.2 Pengujian arus dan tegangan dengan menggunakan

    potensiometer sebagai hambatan

    yang divariasikan.

    Pengujian arus dan tegangan sel surya

    menggunakan potensiometer dengan nilai resistansi

    yang dirubah-rubah. Pengujian sel surya dssc

    dengan menggunakan potensiometer dapat dilihat

    pada Gambar 7. Hasil pengujian sel surya dengan

    menggunakan potentiometer dapat dilihat pada

    Tabel 2.

    Gambar 7. Pengujian Sel surya dssc I dan dssc II dengan menggunakan potensiometer sebagai hambatan.

    Tabel 2. Hasil pengujian dengan memvariasikan hambatan menggunakan potentiometer.

    No Jenis Sel Surya

    Variasi

    Hambatan

    (k)

    Tegangan

    maksimum

    (Voc)

    (mV)

    Arus

    maksimum

    (Isc)

    (mA)

    Tegangan

    daya

    maksimum

    (Vmmp)

    (mV)

    Arus daya

    maksimum

    (Immp)

    (mA)

    1

    DSSC I

    0

    6.67 10.58

    435

    435 435

    3.80

    3.80 3.80

    435

    253.8 38.2

    0

    0.038 0.0036

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 66

    2

    DSSC II

    0

    6.67

    10.58

    129.6

    129.6

    129.6

    1.12

    1.12

    1.12

    129.6

    66.3

    0

    0

    0.010

    0

    3

    Sel surya

    Silikon

    0

    6.67

    10.58

    470.7

    470.7

    470.7

    4.54

    4.54

    4.54

    470.7

    386.8

    67.78

    0

    0.058

    0.0064

    Dari hasil pengujian di atas dapat ditentukan

    efisiensi ketiga sel surya,dengan menggunakan

    hambatan 6.67 k. Karena pada hambatan 6.67 sel

    surya stabil dan dapat ditentukan

    efisiensinya,sedangkan pada hambatan 0 k dan

    10.58 k sel surya kurang stabil karena pengaruh

    luas sel surya yang hanya berbentuk prototipe.

    Perbandingan efisiensi ketiga sel surya dapat dilihat

    pada Tabel 3.

    Tabel 3. Perbandingan efisiensi sel surya pada pengujian.

    No Jenis Sel

    Surya

    Tegangan

    maksimu

    m (Voc)

    (mV)

    Arus

    maksimu

    m (Isc)

    (mA)

    Tegangan

    daya

    maksimu

    m (Vmmp)

    (mV)

    Arus daya

    maksimu

    m (Immp)

    (mA)

    Fill

    Factor

    (%)

    Efisiensi

    () (%)

    1

    2

    3

    DSSC I

    DSSC II

    Sel surya

    Silikon

    435.0

    129.6

    470.7

    3.80

    1.12

    4.54

    253.8

    66.3

    386.8

    0.038

    0.010

    0.058

    0.542 %

    0.460 %

    1.050 %

    0.896 %

    0.067 %

    2.243 %

    Perbandingan efisiensi sel surya dssc I, sel surya dssc II dan sel surya silikon konvensional dapat dilihat pada

    Gambar 8.

    Gambar 8. Kurva perbandingan efisiensi ketiga sel surya.

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    DSSC IDSSC II

    Sc Silicon

    (

    efis

    ien

    si)

    %

    Efisiensi

  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 67

    Dari kurva diatas dapat dilihat, efisiensi sel surya

    silikon konvensional lebih tinggi dari pada sel surya

    dssc. Tetapi pada sel surya dssc I selisih efisiensi

    nya tidak terlalu jauh dengan efisiensi sel surya

    silikon konvensional. Rendahnya efisiensi sel surya

    dssc disebabkan karena stabilitas sel surya dssc

    yang kurang baik sehingga hasil yang didapatkan

    kurang optimal untuk mendapatkan nilai efisiensi

    sel surya yang dapat menyamai atau melebihi

    efisiensi sel surya silikon konvensional. Hal ini

    diakibatkan enkapsulasi sel surya yang masih

    belum optimal sehingga larutan elektrolit cepat

    sekali menguap oleh panas dari sumber cahaya.

    Oleh karena itu diharapkan untuk penelitian yang

    selanjutnya dapat difokuskan pada optimalisasi

    enkapsulasi sel surya untuk menjaga stabilitas

    performansi sel surya dssc.

    V. KESIMPULAN

    Dari penelitian yang telah dilakukan dapat

    disimpulkan,antara lain:

    1. DSSC yang dibuat berhasil mengkonversi energi surya menjadi energi listrik dengan

    pengujian memvariasikan hambatan.

    2. Efisiensi sel surya DSSC I sebesar 0.896 %, sel surya DSSC II sebesar 0.067 % dan sel surya

    silikon konvensional sebesar 2.243 %.

    3. Karakteristik-karakteristik yang menentukan performansi sel surya diantaranya struktur

    TiO2,jenis dye (karakteristik absorbsi cahaya).

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Greg P. Smestad, 2002, Optoelectronics of Solar Cells, SPIE PRESS.

    [2] Green,M.A.2001, Solar Cell Efficiency Tables (Version 18), Prog.Photovolt.

    Res. Appl., 9, 287-93

    [3] Shah, A., et al., 1999, Photovoltaic Technology: The Case for Thin-Film

    Solar Cells, Science, 30 July, 285, 692-

    8.

    [4] J. Halme, 2002, Dye sensitized Nanostructured and Organic

    Photovoltaic Cells : technical review and

    preeliminary test, Master Thesis of

    Helsinki University of Technology.

    [5] Annual World Solar Photovoltaic Industry Report, Marketbuzz 2007

    report.

    [6] Global Market:Current & Next Generation Solar Cell & Related

    Material Market Outlooks, Research and

    Markets reports.

    [7] G. Phani, G. Tulloch, D. Vittorio, dan I. Skyrabin, 2001, Titania solar cells: new photovoltaic

    technology,Renewable Energy.

    [8] R. Sastrawan, 2006, Photovoltaic modules of dye solar cells, Disertasi

    University of Freiburg.

    [9] Kalyanasundaram, K., Grtzel, M., 1998, Applications of functionalized transition metal complexes in photonic

    and optoelectronic devices,

    Coordination Chemistry Reviews, 177,

    347-414.

    [10] H. Zhang, J.F. Banfield, 2000, Understanding Polymorphic Phase

    Transformation Behavior during Growth

    of Nanocrystalline Aggregates: Insights

    from TiO2. J Phys Chem B, vol. 104, pp.

    3481

    [11] Http://www.ise.fhg.de/areas-of-business-and-market-areas/solar-cells/dye- and-

    organic-solar-cells/manufacturing-of-

    dye-solar-cells/manufacturing-of-dye-

    solar-cells.

    [12] Kay, A., Grtzel, M., 1996, Low cost photovoltaic modules based on dye sensitized nanocrystalline titanium

    dioxide and carbon powder, Solar

    Energy Materials & Solar Cells, 44, 99-

    117.

    [13] Wolfbauer, G., et al., 2001, A channel flow cell system specifically designed to

    test the efficiency of redox shuttles in dye

    sensitized solar cells,Solar Energy

    Materials & Solar Cells, 70, 85-101.

    [14] Nerine J. Cherepy, Greg P. Smestad, Michael Gra1tzel, and Jin Z. Zhang,1997, Ultrafast Electron

    Injection: Implications for a

    Photoelectrochemical Cell Utilizing an

    Anthocyanin Dye-Sensitized TiO2

    Nanocrystalline Electrode J. Phys.

    Chem. B, 10,9342-9351.

    [15] Qing Dai and Joseph Rabani, 2001, Photosensitization of nanocrystalline

    TiO2 films by pomegranatepigments with

    unusually high efficiency in aqueous

    medium,Chem. Commun., 21422143.

    [16] Jian Zhan, Peng Sun, Shan Jiang, Xiaohang Sun, An investigation of the

    performance of dye-sensitized

    nanocrystalline solar cell with

    anthocyanin dye and ruthenium dye as

    http://www.ise.fhg.de/areas-of-business-and-market-areas/solar-cells/dye-http://www.ise.fhg.de/areas-of-business-and-market-areas/solar-cells/dye-
  • Vol. 19 No.2 Oktober 2012 ISSN: 0854-8471

    TeknikA 68

    the sensitizers, 2006, Roskilde

    University Project.

    [17] Http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y.