2. pembahasan

Upload: hafidz-galant

Post on 19-Oct-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bahasa Indonesia | 11

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan Negara Industri penghasil tekstil yang berkualitas.Tekstil dari Indonesia tidak hanya beredar di dalam negeri tapi juga mampu menembus pasar mancanegara. Contohnya produk tekstil Batik. Batik sudah terkenal bahkan sampai ke luar negeri. Akan tetapi yang menjadi masalah dalam industri tekstil di Indonesia adalah limbahnya.Dan limbah utama dari industri tekstil tersebut adalah kain bekas. Industri tekstil di Indonesia masih belum mampu mengolah dan memanfaatkan kain bekas tersebut. Bahkan sebagian besar industri tekstil hanya membuangnya begitu saja. Padahal kalau dimanfaatkan, kain bekas bisa menjadi produk yang bernilai tinggi.Produksi kain dari industri tekstil berjalan terus menerus. Sehingga akan menimbulkan banyak kain bekas limbah dari produksi tersebut. Jika tidak dimanfaatkan kain bekas tersebut akan menumpuk sehingga menjadi masalah bagi masyarakat. Masalah di masyarakat semakin berat dari dampak limbah industri sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.Atas dasar hal tersebut di atas, maka penulis memilih judul Pemanfaatan Kain Bekas sebagai Kerajinan Tangan, yang akan mengolah kain bekas menjadi sebuah kerajinan tangan yang bernilai tinggi dan dapat menjadi kreatifitas masyarakat sekitar.

1.2.Rumusan MasalahBerdasakan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut:1.2.1 Apa sajakah limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil?Bagaimanakan pengolahan kain bekas pada industri tekstil?Bagaimanakah cara memanfaatkan kain bekas sebagai sebuah kerajinan tangan?Apakah pengaruh pemanfaatan kerajinan tangan kain bekas terhadap masyarakat?

1.3. Tujuan PenulisanBerdasarkan rumusan masalah di atas ,maka tujuan penulisan pada karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.3.1. Mendeskripsikan limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil 1.3.2. Mendeskripsikan pengolahan kain bekas pada industri tekstil 1.3.3. Mendekskripsikan cara memanfaatkan kain bekas menjadi kerajinan tangan 1.3.4. Mendiskripsikan pengaruh pemanfaatan kerajinan tangan kain bekas terhadap masyarakat

1.4. Manfaat PenelitianMenambah wawasan kita terhadap pemanfaatan kerajinan tangan kain bekas dari limbah industri tekstil dan bisa menerapkan dampak positifnya di masyarakat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Industri TekstilPada dasarnya tiap penerapan pengoperasian suatu penemuan baru, tiap inovasi tidak selalu disambut dengan baik oleh semua lapisan masyarakat.Ada dua kejadian yang dianggap mengganggu stabilitas lingkungan yaitu perusakan dan pencemaranDewasa ini perkembangan industri di Indonesia semakin pesat.Berdasarkan skalanya industri dibedakan menjadi dua kelompok yaitu industry besar dan kecil. Berbagai macam industri tersebut antara lain industri kimia, kertas, tekstil dan semen. Adapun contoh industri kecil antara lain industry tahu, tempe dan krupuk. Banyaknya industri dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari industri antara lain terciptanya lapangan pekerjaan dan pemanfaatan teknologi baru di berbagai bidang. Adapun dampak negatifnya berasal dari limbah industri yang bersangkutan. Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu limbah cair, gas dan partikel, serta padat.Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang memiliki nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah yang apabila diproses akan memberikan suatu nilai tambah. Salah satu contoh adalah limbah pabrik gula, tetes merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri alkohol, sedangkan ampas tebu dapat dijadikan bahan baku kertas karena mudah dibentuk menjadi bubur pulp. Limbah non ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidakakan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah system pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Masalah pencemaran semakin menarik perhatian masyarakat, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini.Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya kasus-kasus pencemaran yang terungkap ke permukaan.Perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas lingkungan.Penanganan masalah pencemaran menjadi sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan terutama harus diimbangi dengan teknologi pengendalian pencemaran yang tepat guna. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis.Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasil kan limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan bahan sistesis. Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih besar.Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg BOD/ton.Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum ditemukan.2.2 Metode PenelitianMetode yang digunakan penulis dalam menulis tugas akhir bahasa indonesia ini menggunakan metode pustaka yang mana metode tersebut adalah mencari referensi dari berbagai macam media dan menyimpulkan dari berbagai macam data dari media tersebut.

BAB IIIPEMBAHASAN MASALAH3.1 Limbah Industri TekstilIndustri tekstil merupakan salah satu industri besar di Indonesia. Di kota-kota besar jumlah industri tekstil cukup banyak, seperti di Surabaya terdapat lebih dari 20 industri tekstil, diantaranya adalah; PT Eratex Djaja, CV Sartinda Garmen Industri, PT Ajitex, PT Behaestex, UD Cemerlang, Eratex Djaja Pt Ltd Tbk, dan lain-lain.Dari industri tersebut banyak sekali limbah yang dibuang. Salah satunya adalah kain-kain bekas potongan kecil-kecil yang disebut kain perca. Kain-kain ini dibuang oleh perusahaan tekstil dalam bentuk karungan yang biasa dibeli oleh pedagang kecil, atau dibakar di tempat sampah.

Gambar 1: Limbah Kain Bekas Industri Tekstil3.2 Pengolahan Kain Bekas pada Industri TekstilKain bekas dari limbah industri tekstil yang dibeli oleh pedagang kecil dengan harga yang sangat murah dapat dimanfaatkan untuk banyak hal yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari pada sekedar menjadi alat pembersih atau serbet.Jenis kain bekas yang juga disebut kain perca ini berupa karungan yang masih bercampur antara jenis kain yang satu dengan yang lainnya. Kemudian dipilah-pilah dan diolah menjadi kerajinan tangan sesuai dengan karakternya. Karakter batik, dibentuk dan dilem untuk balutan gerabah, tas, dompet, sandal ataupun sepatu. Karakter warna-warni lebar-panjang, dijahit untuk sprei, sarung bantal/guling, dan bed cover. Karakter perca kecil, dijahit dirangkai untuk keset dan taplak meja. Karakter tali, diserut dijadikan benang. Karakter perca paling kecil, digiling untuk pengisi badan boneka, sofa, bantal dan guling.Ide pengembangan industri dari kain perca ini didapatkan oleh orang-orang yang berpikir kreatif untuk mendapatkan nilai guna dari kain perca. Mulai dari coba-coba membuat kain perca menjadi barang sederhana seperti keset atau taplak meja dengan balutan seni, pedagang kecil mengadu nasib untuk menjualnya. Melihat peluang pasar yang menyambut baik, maka industri pengolahan kain perca ini mulai ditekuni secara serius.

3.3 Kain Bekas Menjadi Kerajinan Tangan3.3.1. Kain batik perca, media hias alternatif produk gerabahSiapa menyangka kain batik perca tidak layak pakai berguna sebagai media hias keramik. Kain yang sering disebut kain bekas di mata perajin ini, sering memberikan kesan kurang baik ditelinga orang seperti kain yang kotor, robek, lusuh dan terkadang menjijikkan. Namun ditangan para perajin justru keadaan ini bisa menjadi nilai tersendiri dalam membuat karya-karya yang unik dan menarik, seperti halnya perajin keramik. Kain batik bekas diterapkan sebagai altenatif media hias karena memberikan nuansa antik pada produk yang dihias. Nuansa antik untuk pasaran di Bali yang konsumennya wisatawan asing sering kali menjadi suatu hal penting dan dicari oleh perajin.Bahan utama dekorasi gerabah ini selain kain batik bekas juga diperlukan lem sebagai bahan perekat. Teknik penerapan dekorasi ini adalah pertama menentukan jenis motif kain dan posisi motif pada badan gerabah. Perajin dituntut memiliki ketrampilan yang cukup untuk mencapai kualitas dekorasi yang baik, baik dilihat dari sisi kualitas penerapan maupun kualitas penampilan motif. Penentuan motif dilakukan untuk memilih mana motif yang cocok untuk gerabah berbadan melebar (horisontal) dan mana motif kain yang cocok untuk badan gerabah meninggi (vertikal). Pemilihan motif seperti ini tidak mutlak dilakukan, karena penentuan motif terkadang ditentukan oleh pesanan konsumen. Setelah motif kain ditentukan dilanjutkan dengan pemotongan kain. Teknik penerapan kain pada badan gerabah dilakukan dengan teknik tempel dengan perekat lem. Lem yang cukup baik digunakan adalah lem kastol yang dijual bebas di pasaran. Proses penempelan disebut berhasil bila hasil tempelan melekat dengan baik dan tidak terjadi gelembung-gelembung kain. Proses akhir /finishing, hasil tempelan kain yang sudah kering dilapisi dengan cat transparan. Penggunaan kain batik bekas sebagai bahan hias dapat dilakukan terhadap semua bentuk gerabah. Namun yang paling penting diperhatikan adalah ketelitian dan ketelatenan proses penerapannya.

Gambar 2: Balutan gerabah keramik dari kain perca batik

3.3.2. Kain perca warna-warni, menjadi bed cover, sarung bantal/guling Kain perca limbah tekstil/garmen dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan yang bernilai tinggi dengan sentuhan seni menarik. Hal ini dapat dilakukan oleh tangan-tangan terampil. Seperti karya bed cover, sarung bantal/guling yang harganya murah namun artistik dan banyak diminati oleh masyarakat. Cara pembuatannya pun tidak terlalu sulit, berikut langkah-langkahnya.Kain perca dipilih bahan dan warna yang senadaDi potong-potong sesuai dengan bentuk yang diinginkanDijahit sambung-menyambung sesuai dengan ukuran yang diinginkanBagian dalam dilapisi busa tipis, supaya lebih halus dan lembutUntuk mendapatkan hasil yang lebih bagus, bisa ditambah dengan bordil pada setiap jahitan sambungan.

Gambar 3: Seni perca bed cover, sprei, dan sarung bantal

3.3.3. Kain perca, produk kesetKeset berbahan baku limbah garmen memiliki kekuatan dan penampilan yang tidak kalah bersaing dengan yang berbahan baku non-limbah. Bahan bakunya berupa pinggiran kain yang sudah dibuang oleh industri garmen dan disebut tali. Tali yang sudah terkumpul dan dipisah menurut jenis warna dan jenis kainnya kemudian diproses/tenun dengan menggunakan alat tenun yang disebut Tustel. Untuk memberi ikatannya digunakan bahan yang disebut Lusi.

Pemasaran produk keset tidaklah sulit karena disamping harganya murah juga sudah banyak bandar/pengepul yang siap menampung hasil keset tersebut untuk selanjutnya didistribusikan dan dipasarkan ke seluruh pelosok Indonesia. Diagram proses pembuatannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4: Diagram proses pembuatan keset dari tali limbah kain

Gambar 5: Produk Keset dari limbah kain perca siap dipasarkan3.4 Pengaruh Kerajinan Tangan Kain Bekas terhadap Masyarakat Berikut ada dua kisah menarik, yakni dari Semarang Jawa Tengah dan Tangerang Banten, yang dapat diambil pelajaran berharga bagi masyarakat.Pengaruh krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada tahun 1997 begitu terasa di Desa Wonoyoso, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Banyak perusahaan gulung tikar dan memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya. Akibatnya, banyak orang yang merupakan tulang punggung keluarga kehilangan mata pencarian.

Menyaksikan banyak tetangga di desanya terkena pemutusan hubungan kerja massal (PHK) tersebut Rohprihati (tokoh masyarakat) memotori kerajinan keset dari kain limbah industri garmen yang menyerap korban PHK di sekitar rumahnya. Ibu Rohprihati, kemudian mulai mengajak tetangganya membuat kerajinan. Keset menjadi pilihan karena komoditas itu bisa diserap oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahan baku kain perca limbah industri juga mudah didapat karena di sekitar Pringapus terdapat banyak industri garmen. Usaha ini juga dianggap ramah lingkungan karena memanfaatkan barang-barang yang sesungguhnya sudah dianggap sebagai sampah industri. Awalnya, setiap orang baru bisa memproduksi tiga hingga empat keset per hari. Namun, setelah mahir bisa mencapai 10 hingga 15 keset per hari. Kini sudah lebih dari 700 orang yang menggeluti usaha keset itu. Wilayah pemasaran keset itu sudah menembus Bali, Kalimantan, dan Sumatera. Harga jualnya juga bervariasi, mulai dari Rp 1.500 hingga Rp 35.000 per buah. Harga jual ini tergantung kerapian jahitan ataupun motif dan bentuk keset. Sementara itu, harga bahan baku rata-rata Rp 700 per keset.

Dengan harga jual itu, perajin sudah bisa mendapatkan penghasilan yang tidak terlalu kecil, sekitar Rp 25.000 per hari jika hanya membuat keset tanpa motif rumit. Di Cikokol, Tangerang, Banten, Riska melihat berton-ton sampah kain dan kulit sintetis dari pabrik garmen menumpuk tak bertuan. Gunungan limbah tersebut akan dibakar habis secara berkala. Saat itu terpikir untuk mengurangi jumlah sampah garmen itu dengan memakainya sebagai bahan sepatu.

Untuk merealisasikan pemikirannya, Riska berusaha mengumpulkan aneka kain dan kulit yang dianggapnya menarik untuk dijadikan pemanis model alas kaki. Ia memilah, mencuci, kemudian memperindah pola yang ada pada cabikan bahan. Dalam tiga bulan, Riska mampu mengurangi 100 kg sampah garmen yang pembakarannya hendak kian mengotori udara di Cikokol. Bahan bekas itu disulapnya menjadi sepatu-sepatu cantik yang menemani langkah para perempuan modis. Bayangkan, jika usaha saya berlanjut hingga empat tahun ke depan saja, berapa banyak sampah yang bisa dimanfaatkan kembali, ucap Riska.Prakarsa Riska bukan saja mengurangi gas karbondioksida yang dilepaskan ke udara dari proses pembakaran sampah garmen. Di samping itu, juga dapat mengurangi tanah dan air yang akan ikut tercemar, karena pewarna tekstil juga ada yang menggunakan logam berat seperti arsenik yang dapat mencemari air. Dari kedua kisah di atas dapat disimpulkan bahwa kerajinan tangan dari kain bekas mempunyai pengaruh positif bagi masyarakat, diantaranya:Mengurangi pengangguranMenjadi sumber penghasilan ekonomi keluargaMeningkatkan kreatifitas pemanfaatan limbah/sampahMengurangi polusi udara /gas karbondioksida yang dilepaskan ke udara dari proses pembakaran sampahMengurangi pencemaran air dan lingkungan

BAB IVPENUTUP

4.1.KesimpulanBerdasarkan pembahasan di bab II maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:Limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil adalah kain-kain bekas potongan kecil-kecil yang disebut kain perca. Kain-kain ini dibuang oleh perusahaan tekstil dalam bentuk karungan yang biasa dibeli oleh pedagang kecil, atau dibakar di tempat sampah.Pengolahan kain bekas pada sebuah industri tekstil, adalah dari kain perca yang masih bercampur, kemudian dipilah-pilah dan diolah menjadi kerajinan tangan seperti :

Digiling halus untuk bahan pengisi boneka, sofa, bantal atau gulingDijahit menjadi rangkaian sprei, bed cover, sarung bantal/guling, taplak meja, keset,Dibentuk menjadi tas, dompet, sandal ataupun sepatuDiserut untuk dijadikan benang, dll.

Pemanfaatan kain bekas menjadi aneka kerajinan tangan yang menarik dan bernilai tinggi seperti:

Batik perca, dapat menjadi balutan produk gerabah dengan cara; dipotong, ditempel dengan perekat lem, dikeringkan, dan dilapisi dengan cat transparanKain perca, dapat menjadi sprei, bad cover, sarung bantal/guling, dengan cara; dipilih bahan dan warna yang senada, dipotong, dijahit, dilapisi busa tipis, dan ditambah bordil pada setiap jahitan sambungan.Kain perca pinggiran yang berbentuk tali, dapat menjadi keset dengan cara; tali dipisah menurut jenis warna dan jenis kainnya, dipotong, ditenun dengan alat Tustel, dan dijahit pinggirannya.

Kerajinan tangan dari kain bekas mempunyai pengaruh positif bagi masyarakat, diantaranya:

Mengurangi pengangguranMenjadi sumber penghasilan ekonomi keluargaMeningkatkan kreatifitas pemanfaatan limbah/sampahMengurangi polusi udara /gas karbondioksida yang dilepaskan ke udara dari proses pembakaran sampahMengurangi pencemaran air dan lingkungan

4.2.SaranKarena di Indonesia ini adalah lokasi yang sangat potensial bagi pemanfaatan kain bekas, dan mengingat kondisi perekonomian di Indonesia yang masih di bawah standar dan juga semakin banyak kain berserakan yang tidak dimanfaatkan yang kian tahun semakin kian bembengkak, maka akan lebih baik jika diusahakan lebih keras lagi, yaitu : untuk para perajin limbah kain bekas terus berinovasi menciptakan produk-produk yang lebih menarik yang berguna untuk meningkatkan daya jual, dan memasarkannya ke seluruh pelosok tanah air, hingga mancanegara.

DAFTAR PUSTAKAhttp://waystoperfect.blogspot.com/2010/06/penggunaan-kembali-limbah-kain.htmlhttp://ryu-know.blogspot.com/2011/03/pemanfaatan-barang-bekas-kain.htmlhttp://3rindonesia.blogspot.com/2010/02/1_17.htmlhttp://m.isi-dps.ac.id/news/kain-batik-tua-media-hias-alternatif-produk-gerabahhttp://www.elapak.com/showthread.php?199-Artikel-Rohprihati-Keset-quot-The-Power-of-Kepepet-quothttp://www.republika.co.id/koran/102/81530/RISKA_MIRZALINA