228557464 kti-kesehatan-gigi

25
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi dapat menyebabkan focal infection dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit di tempat lain. Karies gigi merupakan masalah utama dari penyakit gigi dan mulut di beberapa daerah karena data menunjukkan prevalensi dan derajat karies yang tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40% penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan berdasarkan SKRT 2004 prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Sedangkan hasil Penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1990, di 1

Upload: septian-muna-barakati

Post on 11-Feb-2017

201 views

Category:

Data & Analytics


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 228557464 kti-kesehatan-gigi

BAB I

PENDAHULUAN

 A.  LATAR BELAKANG

Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja

mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi dapat

menyebabkan focal infection dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang

memicu penyakit di tempat lain.

Karies gigi merupakan masalah utama dari penyakit gigi dan mulut  di  beberapa

daerah karena data menunjukkan prevalensi dan derajat karies yang tinggi.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995,

penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit

yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang

menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif

(kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata

(DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti

telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health

Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40%

penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan

berdasarkan SKRT 2004 prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Sedangkan hasil

Penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1990, di Kalimantan Barat 99%,

Kalimantan Selatan 96%, Jambi 92%,Sulawesi Selatan 87%, Maluku 77%.

(Anonim,2010)

Di Indonesia, laporan penelitian mengenai prevalensi kerusakan gigi masih langka,

walaupun observasi lapangan menunjukkan cukup banyak dijumpai karies rampan

(Armasastra dan Antoraharjo, 1986). Padahal penelitian demikian sesungguhnya

diperlukan sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan

upaya kesehatan gigi.

Penelitian di RSU Dr.Pingadi Medan tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi yang

terbanyak menderita karies  pada karakteristik umur >14 tahun (87,6%), jenis kelamin

perempuan (60,7%), suku Jawa (53,8%), agama Islam (62,1%), pekerjaan pada

pelajar/mahasiswa (42,1%). (Anonim, 2010)

Newbrun (1989) mengatakan bahwa penyakit karies gigi adalah penyakit

multifaktorial meliputi faktor utama yaitu gigi mikroorganisme, karbohidrat dan

1

Page 2: 228557464 kti-kesehatan-gigi

sebagai faktor tambahan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan saling

mempengaruhi sehingga apabila salah satu faktor tidak ditemukan, maka tidak akan

terjadi penyakit karies gigi. Hingga saat ini sudah banyak hasil penelitian yang

menggambarkan terjadinya penyakit karies gigi yang mudah difermentasi oleh

mikroorganisme. (Nurlaila 2005)

Berdasarkan data program  Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bara-Baraya 

menunjukkan prevalensi karies gigi tahun 2009 sebanyak 14,7% sedangkan tahun

2010 meningkat menjadi 18,8%,  sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

dan menuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah mengenai gambaran karakteristik

pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun

2011.

B.  RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas

Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011 ?

C.  TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di

Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan umur dengan

prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.

2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin

dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun

2011.

3. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan tingkat

pendidikan dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota

Makassar tahun 2011.

D.      MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu  tentang  pengetahuan yang

berhubungan dengan karakteristik pasien penderita karies gigi.

2

Page 3: 228557464 kti-kesehatan-gigi

2. Sebagai bahan dasar referensi peneliti-peneliti berikutnya dalam

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut

3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan

kesehatan untuk tujuan prepentif, kuratif atau rehabilitatif khususnya di

Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.

3

Page 4: 228557464 kti-kesehatan-gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Umum tentang Karies

1.   Pengertian Karies

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga

menjalar ke dentin (tulang gigi). (Pratiwi,2007)

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email dentin dan

sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dalam karbohidrat yang

diragikan.

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari

indeks karies. Prevelensi karies adalah angka yang mencerminkan penderita karies

gigi dalam periode tertentu disuatu subjek Penelitian. Indeks karies gigi yaitu angka

yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Indeks

karies gigi tetap disebut DMF (D,decayed = gigi karies yang tidak ditambal ; M,

missing = gigi karies yang sudah atau seharusya dicabut ; F, filled = gigi karies yang

sudah ditambal), pertama kali dikenalkan oleh Klein 1938. (Suwelo,1992)

Status karies gigi Dengan mengunakan indeks dari WHO yaitu DMF-T

(decay,filling,tooth) dengan kriteria 0,0-1,1 (sangat rendah), 1,2-2,6 (rendah),2,7-4,4

(sedang) 4,5-6,6 (sangat tinggi). (Fransario,2007)

2.  Faktor Yang Mempengaruhi Karies

Karies gigi merupakan proses patologis yangterjadi karena adanya interaksi, faktor-

faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies.

Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme, subsrat,host dan

waktu yang bekerja secara simultan. (Rahina,2002-2003)

Keadaan gigi yang mempengaruhi terbentuknya karies antara lain morfologi gigi

karena morfologi gigi mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Selanjutnya

adalah saliva yang mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva

juga mempengaruhi pHnya. Karena itu jika aliran saliva berkurang atau hilang maka

jaringan karies mungkin tidak terkendali. (Surwelo,1992) (Kidd,1992)

Walaupun banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana dan mikroorganisme mana

sebagai penyebab karies, namun semua ahli sependapat bahwa karies gigi tidak akan

terjadi tanpa mikroorganisme.

4

Page 5: 228557464 kti-kesehatan-gigi

Substrat adalah campuran makanan halus dan diminuman yang dikomsumsi sehari-

hari yang menempel di permukaan gigi. Subrat ini berpengaruh terhadap karies secara

lokal di dalam mulut. Sedangkan waktu adalah kecepatan terbentuknya karies dalam

waktu yang lama, karies tidak mengahancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu

melainkan dalam bulan atau tahun. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu

tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi rentan dan proses karies

pun dimulai. (Suwelo,1992)

Adapun faktor lain yang erat hubungannya dengan terbentuknya karies gigi, antara

lain usia, jenis kelamin, keturunan, Ras, Makanan, unsure kimia dan Plak.

3.  Klasifikasi Karies Gigi

Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi)

1. Karies superficialis yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang

dentin belum terbuka.

2. Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum

melebihi setengah dentin.

3. Karies propunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih dai setengah

dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

G.V.BLAK mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda dengan nomor

romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies.

1)      Klas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan

molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.

2)      Klas II

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau Premolar yang

umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.

3)      Klas III

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai

1/3 incisal gigi.

4)      Klas IV

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan sudah

mencapai 1/3 incisal dari gigi.

5)      Klas V

5

Page 6: 228557464 kti-kesehatan-gigi

Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi beakang

pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. (Taringan,1990)

4.  Pencegahan Karies

Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu :

a.  Hilangkan substrat karbohidrat

Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita.

Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi komsumsi gula dan membatasinya

saat makan saja.

b.  Tingkatkan ketahanan gigi

Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap    karies dengan

memaparkannya terhadap flour secra tepat,pit dan fissure yang dalam dapat dikurangi

kerentangannya dengan mentupnya memakai resin.

c.  Hilangkan plak bakteri

Secara teoritas permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies, tetapi

penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak

semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk

mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya saja.

(Kidd,1992)

B.  Tinjauan Umum Tentang Prevalensi Karies

1.  Arti Prevalensi

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari

indeks karies. Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah

penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu subjek penelitian (Ahmad Watik

Praktiknnya, 1986).

Pada penelitian epedemiologi karies pada gigi geligi tetap sering digunakan angka

atau menurut Klien dan Palmer.

D            : Decayed        : terkena karies

M           : Missing          : hilangnya suatu elemen karena karies

F             : Filling            : tambalan baik

Indeks DMF atau def gigi disebut DMF-T (DMF-Tooth) untuk gigi tetap atau def-t

untuk gigi tetap sulung dan di permukaan gigi disebut DMF-S (DMF-Surface) untuk

permukaan gigi sulung. Batasan prevalanse dan indeks ini dapat secara serangan

6

Page 7: 228557464 kti-kesehatan-gigi

digunakan unuk mengumpulkan data, sehingga diketahui keadaan kesehatan gigi rata-

rata tiap orang di suatu populasi tertentu.(Suweto, 1992).

2.  Prevalensi Karies

Karakteristik karies rampan adalah adanya karies pada permukaan proksimal gigi

insisivus bawah yang berkembang hingga mengenai servikal gigi (Davies : 1954). 

Karies rampan didefinisikan sebagai karies akut yang menyebar secara cepat dan

menyeluruh, termasuk gigi bawah yang biasanya tahan terhadap karies. Anak

didiagnosa sebagai penderita karies rampan berdasarkan riwayat kariesnya, dimana

anak tersebut mempunyai banyak karies yang relatif baru, rata-rata 10 gigi per tahun

(McDonald, Levine dan Hill, 1978).

Proses karies rampan sama dengan proses karies biasa namun terjadinya lebih cepat.

Banyak ahli yang meghubungkan karies rampan dengan kondisi anak itu sendiri,

dimana email gigi sulung lebih tipis strukturnya kurang solid, morfologi gigi lebih

tidak beraturan, dan kontak antar gigi merupakan kontak bidang yang lebih luas.

Keadaan saliva juga dihubungkan dengan karies rampan. Selain itu anak lebih sering

memakan makanan atau minuman yang kariogenik yang mempermudah timbulnya

karies rampan. Bila karies rampan berlangsung lebih awal, terutama pada anak yang

minum susu botol dalam waktu lama akan timbul corak karies (Ismu Sowelo, 1981).

7

Page 8: 228557464 kti-kesehatan-gigi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 A.  Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan deskriptif, dengan

maksud untuk melihat gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di

Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011.

B.   Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 11 s/d 13 Juli 2011

2. Tempat penelitian

Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.

C.      Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung/

pasien yang datang di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.

2. Sampel

Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus

dimana keseluruhan populasi akan dicatat dan dilakukan pendataan dan

pemeriksaan mengenai prevalensi karies gigi.

D.      Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dengan cara pencatatan dan pemeriksaan dengan melihat

langsung keberadaan karies

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari buku register dan Famili Folder pasien.

8

Page 9: 228557464 kti-kesehatan-gigi

E.       Alat dan Bahan

1.  Alat yang digunakan :

a. Sonde

b. Excavator

c. Kaca mulut

d. Pinset

e. Gelas kumur

f. Neir beken untuk tempat alat

g. Blangko pendapatan dan alat tulis

2 . Bahan yang digunakan

a. Alkohol untuk desinfeksi alat

b. Kapas, betadine

c. Air dan sabun mandi untuk cuci tangan

d. Handuk kecil

F.   Defenisi Operasional

1. Karies adalah kerusakan yang terjadi akibat bakteri pada permukaan gigi

2. Karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu

3. Prevalensi adalah angka yang memperlihatkan jumlah penderita atau penyakit

karies gigi

G.  Kriteria Obyektif

Kriteria untuk karies gigi permanent (DMT-T)

D  =  Decay   ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

M  =  Missing;  Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies

F   =  Filling   ;  Jumlah gigi yang telah ditambal

Kriteria untuk karies gigi Sulung (def-t)

d  =  Decay    ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

e  =  extrakted;  Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies

f   =  Filling     ;  Jumlah gigi yang telah ditambal

Kriteria penilaian DMF-T (WHO) tersebut adalah

0.0  -  2.6  ————–à Rendah

2.7  -  4.4  ————–à Sedang

4.6  -  6.6  ————–à Tinggi

9

Page 10: 228557464 kti-kesehatan-gigi

H. Metode Pengolahan Data

1.  Editing

Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan diperiksa kembali kebenarannya.

2. Coding

Data yang sudah diedit kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan

pengisian atau entri data di komputer.

3.  Tabulasi

Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan ke dalam tabel untuk

memudahkan penganalisaan data (Sugiyono, 2005).

 I.   Penyajian Data

Data yang telah diolah  selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan melihat

gambaran hubungan frekuensi menyikat gigi dengan terjadi karies antara varibel

independent dengan dependent. Data tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan grafik

distribusi dari kedua variable tersebut disertai penjelasan dari pembahasan penelitian

ini.

10

Page 11: 228557464 kti-kesehatan-gigi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 A.    Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 13 Juli 2011 di di Poli Gigi Puskesmas

Bara-Baraya Kota Makassar dengan Tehnik Accidental Sampling dan diperoleh hasil 

sebagai berikut:

Tabel. 4.1

Distribusi Frekuensi Prevalensi   karies gigi

di Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011

Prevalensi Frekuensi %

1 gigi karies 16 37.2

2 gigi karies 8 18.6

3 gigi karies 5 11.6

4 gigi karies 6 14.0

5 gigi karies 2 4.7

7 gigi karies 4 9.3

8 gigi karies 2 4.7

JUMLAH 43 100

       Sumber data : Data Primer Juli 2011

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 43 pasien yang berkunjung di

Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi yang

terbanyak pada 1 gigi karies yaitu 16 (37.2 %) orang dan terendah pada prevalensi 5

dan 8 gigi karies 2 (4,7 % ) orang

Tabel. 4.2

Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien

di Poli Gigi  Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011

Umur Frekuensi %

 6   –  12 Tahun 9 21.1

13  –  21 Tahun 8 18.6

11

Page 12: 228557464 kti-kesehatan-gigi

22  –  49 Tahun 23 53.4

    >50  Tahun 3 6.9

Total 43 100.0

Sumber data : Data Primer Juli 2011

Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi

Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada

karakteristik  umur 22 – 49 tahun sebanyak 23 (53.4%) dan terendah pada umur > 50

Tahun  yaitu 3 ( 6,9 %) pasien.

Tabel. 4.3

Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien

di Poli Gigi  Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki – Laki 11 25.6

Perempuan 32 74.4

Total 43 100.0

Sumber data : Data Primer Juli 2011

Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi

Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada

karakteristik Jenis Kelamin Wanita sebanyak 32 (74.4%) dan terendah pada

karakteristik Jenis Kelamin laki-laki  yaitu 11 (25,6%) pasien.

Tabel. 4.4

Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan pasien

di Poli Gigi  Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011

Tingkat Pendidikan Frekuensi %

SD 10 23.3

SMP 8 18.6

SMA 9 20.9

 Diploma 7 16.3

Sarjana (S1) 9 20.9

Total 43 100.0

Sumber data : Data Primer Juli 2011

12

Page 13: 228557464 kti-kesehatan-gigi

Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi

Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada

Tingkat Pendidikan SD sebanyak 10 (23.3%) dan terendah pada Diploma  yaitu 7

(16,3 %) pasien.

B.   Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Karakteristik Pasien dengan prevalensi

karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya  Kota Makassar, maka uraian

pembahasan sebagai berikut :

1.    Gambaran Prevalensi Karies Gigi

Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gambaran bahwa prevalensi karies gigi

terbanyak antara 1 elemen gigi/karies di poli gigi Puskesmas Bara-Baraya. Karies gigi

merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam

mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Hal tersebut

biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk hal tersebut langkah-langkah

yang diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies yaitu secara promotif, preventif

maupun secara kuratif dan rehabilitative.

2.  Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien

Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi  pengolahan data

memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik

umur 22 – 49 tahun di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hal ini sesuai dengan

menurut Finn,1997, yaitu sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah

kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan

lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya

karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat

pengaruhnya.

3. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin

pasien

Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi  pengolahan data

memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik

jenis kelamin perempuan di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hasil penelitian

13

Page 14: 228557464 kti-kesehatan-gigi

sependapat menurut Volker Russel, (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi

tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak,

prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-

laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding

anak laki-laki. Demikian pula wanita dewasa karena pada umunya wanita lebih

banyak makanan sampingan (camilan) selain dari factor-faktor lainnya (missal.

Emesis, Hiper Emesis)

4. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Tingkat

Pendidikan pasien

Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi  pengolahan data

memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada tingkat

pendidikan Sekolah Dasar di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Menurut kami bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pengetahuan. Demikian pula

pada pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi.

14

Page 15: 228557464 kti-kesehatan-gigi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 A.    Kesimpulan

1. Prevalensi karies gigi yang terbanyak di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya

adalah rata-rata 1 gigi yang mengalami karies

2. Karakteristik umur 22 – 49 tahun merupakan terbanyak prevalensi karies gigi

di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya

3. Karakteristik jenis kelamin wanita merupakan terbanyak prevalensi karies gigi

di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya

4. Tingkat pendidikan Sekolah Dasar merupakan terbanyak prevalensi karies gigi

di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya

B.     Saran-Saran

1. Perlunya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan

karies gigi pada usia dini dan control secara periodik

2. Perlunya Promotif dan preventif pada wanita yang berpotensi tinggi karies

3. Perlu ditingkatkan peran serta guru sekolah dengan pelaksanaan UKGS

(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di wilayah Puskesmas Bara-Baraya

15

Page 16: 228557464 kti-kesehatan-gigi

DAFTAR PUSTAKA

Adenan, Aprillia. (1990). Studi Karies Masing-masing Permukaan Gigi Pada Murid

Taman Kanak-kanak Yang Berusia 4-5 Tahun di p.t.p. Xii Pengalengan Kabupaten

Bandung. Jurnal kedokteran gigi PDGI p.37(2):19

Andlaw RJ. (1992). Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika P.35.

Anitasari S, Liliwati. (2005). Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat

Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran

Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Medan : Dentika Dental Jurnal.

10. 1:22

Aryani S, Agustina. (1999). Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Gigi. Surabaya : SLTP

Ciputri. P. 6

Asmawati, Fransario AP. (2007). Analisis Hubungan Karies Gigi dan Starus Gizi

Anak Usia 10-11 Tahun di SDN I Bawakaraeng dan SDN 3 Bangkala. Jurnal

Dentifasial. 6.2:80

Astuti S, Eko. (2007). Peran Siga Pada Karies Gigi Anak. Denpasar : Jurnal

Kedokteran Gigi. P5 (1):18

Budipramana Els S. (1999). Distribusi dan Keparahan Karies pada Penderita di

Klinik Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pada

tahun 1990, 1994 dan 1998. Majalah Kedokteran Gigi. 32. (4):165

16

Page 17: 228557464 kti-kesehatan-gigi

Chemiawan E, dkk. Prevelensi Nursing Mouth Caries pada Anak Usia 15-60 bulan

Berdasarkan Frekuensi Penyikatan Gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Forest. (1995). Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates. P:27

Green Rm, Eccles JD. (1994). Konservasi Gigi. Jakarta: Widya Medika;1994,p.20

Kidd EAM. (1992). Dasar-dasar Karies , Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta:

EGC.P.8,16-17

Natamiharja L. (1999). Pemilikan dan Pemakaian Sikat Gigi Masyarakat Kelurahan

Beringin Kecamatan Medan Baru. Majalah Kedokteran Gigi Universitas Sumatra

Utara P.4(2):1-2

Nurlaila AM, Djohammas H, Darwita R. (2005). Hubungan Antara Status Gizi

dengan Karies Gigi pada Murid-Murid di Sekolah Dasar Kecamatan Karangantu.

Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P12(1):1

Rahina Y. (2003). Prevelensi Karies Anak-Anak Pra Sekolah di TK Saraswati

Denpasar, 2002. Jurnal Kedokteran Gigi Mahasiswa. P 1(1):6

Sundoro E.H. (1998). Praktek Preventive Untuk Menanggulangi Karies. Jurnal

Kedokteran Gigi Univesitas Indonesia. P5(1):47

Soebroto, 1. (2009). Apa Yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi

Anda. Yogyakarta; Book Marks. P 22. 104-6

Suwelo Is. (1992). Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.P.6-9, 14-23, 27-28

Taringan, R. (1990). Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates.p.17, 41-46

Yani E.W.R. (2005). Hubungan Pola Menyikat Gigi dengan Karies Gigi. Jurnal

Kedokteran Gigi Universitas. P 12(1):16

Yuyus R, Magdarina DA, Sintiawati F, Tonny M. (2001). Derajat Kesehatan Gigi

dan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi, 1997/1998. Jurnal Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia. P8(3):1-5

Yohana, L (2003). Kerusakan Gigi Anak-Anak SLUB Saraswati Denpasar 2003.

Jurnal Kedokteran Gigi. P 15(4):266

17