228557464 kti-kesehatan-gigi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja
mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat diragikan. Karies gigi dapat
menyebabkan focal infection dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang
memicu penyakit di tempat lain.
Karies gigi merupakan masalah utama dari penyakit gigi dan mulut di beberapa
daerah karena data menunjukkan prevalensi dan derajat karies yang tinggi.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995,
penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit
yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang
menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif
(kerusakan pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata
(DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti
telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health
Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998 menyatakan bahwa 62,40%
penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4 hari akibat dari karies gigi dan
berdasarkan SKRT 2004 prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. Sedangkan hasil
Penelitian Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1990, di Kalimantan Barat 99%,
Kalimantan Selatan 96%, Jambi 92%,Sulawesi Selatan 87%, Maluku 77%.
(Anonim,2010)
Di Indonesia, laporan penelitian mengenai prevalensi kerusakan gigi masih langka,
walaupun observasi lapangan menunjukkan cukup banyak dijumpai karies rampan
(Armasastra dan Antoraharjo, 1986). Padahal penelitian demikian sesungguhnya
diperlukan sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan
upaya kesehatan gigi.
Penelitian di RSU Dr.Pingadi Medan tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi yang
terbanyak menderita karies pada karakteristik umur >14 tahun (87,6%), jenis kelamin
perempuan (60,7%), suku Jawa (53,8%), agama Islam (62,1%), pekerjaan pada
pelajar/mahasiswa (42,1%). (Anonim, 2010)
Newbrun (1989) mengatakan bahwa penyakit karies gigi adalah penyakit
multifaktorial meliputi faktor utama yaitu gigi mikroorganisme, karbohidrat dan
1
sebagai faktor tambahan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan saling
mempengaruhi sehingga apabila salah satu faktor tidak ditemukan, maka tidak akan
terjadi penyakit karies gigi. Hingga saat ini sudah banyak hasil penelitian yang
menggambarkan terjadinya penyakit karies gigi yang mudah difermentasi oleh
mikroorganisme. (Nurlaila 2005)
Berdasarkan data program Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Bara-Baraya
menunjukkan prevalensi karies gigi tahun 2009 sebanyak 14,7% sedangkan tahun
2010 meningkat menjadi 18,8%, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
dan menuangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah mengenai gambaran karakteristik
pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar Tahun
2011.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas
Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011 ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di
Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan umur dengan
prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
2. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin
dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun
2011.
3. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan tingkat
pendidikan dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota
Makassar tahun 2011.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu tentang pengetahuan yang
berhubungan dengan karakteristik pasien penderita karies gigi.
2
2. Sebagai bahan dasar referensi peneliti-peneliti berikutnya dalam
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
3. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan
kesehatan untuk tujuan prepentif, kuratif atau rehabilitatif khususnya di
Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Karies
1. Pengertian Karies
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga
menjalar ke dentin (tulang gigi). (Pratiwi,2007)
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dalam karbohidrat yang
diragikan.
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari
indeks karies. Prevelensi karies adalah angka yang mencerminkan penderita karies
gigi dalam periode tertentu disuatu subjek Penelitian. Indeks karies gigi yaitu angka
yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Indeks
karies gigi tetap disebut DMF (D,decayed = gigi karies yang tidak ditambal ; M,
missing = gigi karies yang sudah atau seharusya dicabut ; F, filled = gigi karies yang
sudah ditambal), pertama kali dikenalkan oleh Klein 1938. (Suwelo,1992)
Status karies gigi Dengan mengunakan indeks dari WHO yaitu DMF-T
(decay,filling,tooth) dengan kriteria 0,0-1,1 (sangat rendah), 1,2-2,6 (rendah),2,7-4,4
(sedang) 4,5-6,6 (sangat tinggi). (Fransario,2007)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Karies
Karies gigi merupakan proses patologis yangterjadi karena adanya interaksi, faktor-
faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies.
Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme, subsrat,host dan
waktu yang bekerja secara simultan. (Rahina,2002-2003)
Keadaan gigi yang mempengaruhi terbentuknya karies antara lain morfologi gigi
karena morfologi gigi mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Selanjutnya
adalah saliva yang mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva
juga mempengaruhi pHnya. Karena itu jika aliran saliva berkurang atau hilang maka
jaringan karies mungkin tidak terkendali. (Surwelo,1992) (Kidd,1992)
Walaupun banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana dan mikroorganisme mana
sebagai penyebab karies, namun semua ahli sependapat bahwa karies gigi tidak akan
terjadi tanpa mikroorganisme.
4
Substrat adalah campuran makanan halus dan diminuman yang dikomsumsi sehari-
hari yang menempel di permukaan gigi. Subrat ini berpengaruh terhadap karies secara
lokal di dalam mulut. Sedangkan waktu adalah kecepatan terbentuknya karies dalam
waktu yang lama, karies tidak mengahancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu
melainkan dalam bulan atau tahun. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu
tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi rentan dan proses karies
pun dimulai. (Suwelo,1992)
Adapun faktor lain yang erat hubungannya dengan terbentuknya karies gigi, antara
lain usia, jenis kelamin, keturunan, Ras, Makanan, unsure kimia dan Plak.
3. Klasifikasi Karies Gigi
Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi)
1. Karies superficialis yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang
dentin belum terbuka.
2. Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum
melebihi setengah dentin.
3. Karies propunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih dai setengah
dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
G.V.BLAK mengklasifikasi kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda dengan nomor
romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies.
1) Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan
molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
2) Klas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau Premolar yang
umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.
3) Klas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai
1/3 incisal gigi.
4) Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan sudah
mencapai 1/3 incisal dari gigi.
5) Klas V
5
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi beakang
pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. (Taringan,1990)
4. Pencegahan Karies
Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu :
a. Hilangkan substrat karbohidrat
Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita.
Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi komsumsi gula dan membatasinya
saat makan saja.
b. Tingkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan
memaparkannya terhadap flour secra tepat,pit dan fissure yang dalam dapat dikurangi
kerentangannya dengan mentupnya memakai resin.
c. Hilangkan plak bakteri
Secara teoritas permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies, tetapi
penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak
semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk
mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya saja.
(Kidd,1992)
B. Tinjauan Umum Tentang Prevalensi Karies
1. Arti Prevalensi
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari
indeks karies. Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah
penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu subjek penelitian (Ahmad Watik
Praktiknnya, 1986).
Pada penelitian epedemiologi karies pada gigi geligi tetap sering digunakan angka
atau menurut Klien dan Palmer.
D : Decayed : terkena karies
M : Missing : hilangnya suatu elemen karena karies
F : Filling : tambalan baik
Indeks DMF atau def gigi disebut DMF-T (DMF-Tooth) untuk gigi tetap atau def-t
untuk gigi tetap sulung dan di permukaan gigi disebut DMF-S (DMF-Surface) untuk
permukaan gigi sulung. Batasan prevalanse dan indeks ini dapat secara serangan
6
digunakan unuk mengumpulkan data, sehingga diketahui keadaan kesehatan gigi rata-
rata tiap orang di suatu populasi tertentu.(Suweto, 1992).
2. Prevalensi Karies
Karakteristik karies rampan adalah adanya karies pada permukaan proksimal gigi
insisivus bawah yang berkembang hingga mengenai servikal gigi (Davies : 1954).
Karies rampan didefinisikan sebagai karies akut yang menyebar secara cepat dan
menyeluruh, termasuk gigi bawah yang biasanya tahan terhadap karies. Anak
didiagnosa sebagai penderita karies rampan berdasarkan riwayat kariesnya, dimana
anak tersebut mempunyai banyak karies yang relatif baru, rata-rata 10 gigi per tahun
(McDonald, Levine dan Hill, 1978).
Proses karies rampan sama dengan proses karies biasa namun terjadinya lebih cepat.
Banyak ahli yang meghubungkan karies rampan dengan kondisi anak itu sendiri,
dimana email gigi sulung lebih tipis strukturnya kurang solid, morfologi gigi lebih
tidak beraturan, dan kontak antar gigi merupakan kontak bidang yang lebih luas.
Keadaan saliva juga dihubungkan dengan karies rampan. Selain itu anak lebih sering
memakan makanan atau minuman yang kariogenik yang mempermudah timbulnya
karies rampan. Bila karies rampan berlangsung lebih awal, terutama pada anak yang
minum susu botol dalam waktu lama akan timbul corak karies (Ismu Sowelo, 1981).
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan deskriptif, dengan
maksud untuk melihat gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di
Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 11 s/d 13 Juli 2011
2. Tempat penelitian
Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung/
pasien yang datang di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.
2. Sampel
Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus
dimana keseluruhan populasi akan dicatat dan dilakukan pendataan dan
pemeriksaan mengenai prevalensi karies gigi.
D. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara pencatatan dan pemeriksaan dengan melihat
langsung keberadaan karies
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari buku register dan Famili Folder pasien.
8
E. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan :
a. Sonde
b. Excavator
c. Kaca mulut
d. Pinset
e. Gelas kumur
f. Neir beken untuk tempat alat
g. Blangko pendapatan dan alat tulis
2 . Bahan yang digunakan
a. Alkohol untuk desinfeksi alat
b. Kapas, betadine
c. Air dan sabun mandi untuk cuci tangan
d. Handuk kecil
F. Defenisi Operasional
1. Karies adalah kerusakan yang terjadi akibat bakteri pada permukaan gigi
2. Karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu
3. Prevalensi adalah angka yang memperlihatkan jumlah penderita atau penyakit
karies gigi
G. Kriteria Obyektif
Kriteria untuk karies gigi permanent (DMT-T)
D = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
F = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
Kriteria untuk karies gigi Sulung (def-t)
d = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
e = extrakted; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
f = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
Kriteria penilaian DMF-T (WHO) tersebut adalah
0.0 - 2.6 ————–à Rendah
2.7 - 4.4 ————–à Sedang
4.6 - 6.6 ————–à Tinggi
9
H. Metode Pengolahan Data
1. Editing
Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan diperiksa kembali kebenarannya.
2. Coding
Data yang sudah diedit kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan
pengisian atau entri data di komputer.
3. Tabulasi
Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan ke dalam tabel untuk
memudahkan penganalisaan data (Sugiyono, 2005).
I. Penyajian Data
Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan melihat
gambaran hubungan frekuensi menyikat gigi dengan terjadi karies antara varibel
independent dengan dependent. Data tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan grafik
distribusi dari kedua variable tersebut disertai penjelasan dari pembahasan penelitian
ini.
10
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 13 Juli 2011 di di Poli Gigi Puskesmas
Bara-Baraya Kota Makassar dengan Tehnik Accidental Sampling dan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel. 4.1
Distribusi Frekuensi Prevalensi karies gigi
di Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Prevalensi Frekuensi %
1 gigi karies 16 37.2
2 gigi karies 8 18.6
3 gigi karies 5 11.6
4 gigi karies 6 14.0
5 gigi karies 2 4.7
7 gigi karies 4 9.3
8 gigi karies 2 4.7
JUMLAH 43 100
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 43 pasien yang berkunjung di
Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi yang
terbanyak pada 1 gigi karies yaitu 16 (37.2 %) orang dan terendah pada prevalensi 5
dan 8 gigi karies 2 (4,7 % ) orang
Tabel. 4.2
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Umur Frekuensi %
6 – 12 Tahun 9 21.1
13 – 21 Tahun 8 18.6
11
22 – 49 Tahun 23 53.4
>50 Tahun 3 6.9
Total 43 100.0
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi
Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada
karakteristik umur 22 – 49 tahun sebanyak 23 (53.4%) dan terendah pada umur > 50
Tahun yaitu 3 ( 6,9 %) pasien.
Tabel. 4.3
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki – Laki 11 25.6
Perempuan 32 74.4
Total 43 100.0
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi
Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada
karakteristik Jenis Kelamin Wanita sebanyak 32 (74.4%) dan terendah pada
karakteristik Jenis Kelamin laki-laki yaitu 11 (25,6%) pasien.
Tabel. 4.4
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Tingkat Pendidikan Frekuensi %
SD 10 23.3
SMP 8 18.6
SMA 9 20.9
Diploma 7 16.3
Sarjana (S1) 9 20.9
Total 43 100.0
Sumber data : Data Primer Juli 2011
12
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi
Puskesmas Bara-Baraya diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada
Tingkat Pendidikan SD sebanyak 10 (23.3%) dan terendah pada Diploma yaitu 7
(16,3 %) pasien.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Karakteristik Pasien dengan prevalensi
karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar, maka uraian
pembahasan sebagai berikut :
1. Gambaran Prevalensi Karies Gigi
Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gambaran bahwa prevalensi karies gigi
terbanyak antara 1 elemen gigi/karies di poli gigi Puskesmas Bara-Baraya. Karies gigi
merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam
mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Hal tersebut
biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk hal tersebut langkah-langkah
yang diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies yaitu secara promotif, preventif
maupun secara kuratif dan rehabilitative.
2. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data
memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik
umur 22 – 49 tahun di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hal ini sesuai dengan
menurut Finn,1997, yaitu sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah
kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan
lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya
karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat
pengaruhnya.
3. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin
pasien
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data
memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik
jenis kelamin perempuan di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hasil penelitian
13
sependapat menurut Volker Russel, (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi
tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak,
prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-
laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding
anak laki-laki. Demikian pula wanita dewasa karena pada umunya wanita lebih
banyak makanan sampingan (camilan) selain dari factor-faktor lainnya (missal.
Emesis, Hiper Emesis)
4. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Tingkat
Pendidikan pasien
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data
memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada tingkat
pendidikan Sekolah Dasar di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Menurut kami bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pengetahuan. Demikian pula
pada pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Prevalensi karies gigi yang terbanyak di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
adalah rata-rata 1 gigi yang mengalami karies
2. Karakteristik umur 22 – 49 tahun merupakan terbanyak prevalensi karies gigi
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
3. Karakteristik jenis kelamin wanita merupakan terbanyak prevalensi karies gigi
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
4. Tingkat pendidikan Sekolah Dasar merupakan terbanyak prevalensi karies gigi
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
B. Saran-Saran
1. Perlunya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan
karies gigi pada usia dini dan control secara periodik
2. Perlunya Promotif dan preventif pada wanita yang berpotensi tinggi karies
3. Perlu ditingkatkan peran serta guru sekolah dengan pelaksanaan UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di wilayah Puskesmas Bara-Baraya
15
DAFTAR PUSTAKA
Adenan, Aprillia. (1990). Studi Karies Masing-masing Permukaan Gigi Pada Murid
Taman Kanak-kanak Yang Berusia 4-5 Tahun di p.t.p. Xii Pengalengan Kabupaten
Bandung. Jurnal kedokteran gigi PDGI p.37(2):19
Andlaw RJ. (1992). Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika P.35.
Anitasari S, Liliwati. (2005). Pengaruh Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat
Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran
Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Medan : Dentika Dental Jurnal.
10. 1:22
Aryani S, Agustina. (1999). Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Gigi. Surabaya : SLTP
Ciputri. P. 6
Asmawati, Fransario AP. (2007). Analisis Hubungan Karies Gigi dan Starus Gizi
Anak Usia 10-11 Tahun di SDN I Bawakaraeng dan SDN 3 Bangkala. Jurnal
Dentifasial. 6.2:80
Astuti S, Eko. (2007). Peran Siga Pada Karies Gigi Anak. Denpasar : Jurnal
Kedokteran Gigi. P5 (1):18
Budipramana Els S. (1999). Distribusi dan Keparahan Karies pada Penderita di
Klinik Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pada
tahun 1990, 1994 dan 1998. Majalah Kedokteran Gigi. 32. (4):165
16
Chemiawan E, dkk. Prevelensi Nursing Mouth Caries pada Anak Usia 15-60 bulan
Berdasarkan Frekuensi Penyikatan Gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
Forest. (1995). Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates. P:27
Green Rm, Eccles JD. (1994). Konservasi Gigi. Jakarta: Widya Medika;1994,p.20
Kidd EAM. (1992). Dasar-dasar Karies , Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta:
EGC.P.8,16-17
Natamiharja L. (1999). Pemilikan dan Pemakaian Sikat Gigi Masyarakat Kelurahan
Beringin Kecamatan Medan Baru. Majalah Kedokteran Gigi Universitas Sumatra
Utara P.4(2):1-2
Nurlaila AM, Djohammas H, Darwita R. (2005). Hubungan Antara Status Gizi
dengan Karies Gigi pada Murid-Murid di Sekolah Dasar Kecamatan Karangantu.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P12(1):1
Rahina Y. (2003). Prevelensi Karies Anak-Anak Pra Sekolah di TK Saraswati
Denpasar, 2002. Jurnal Kedokteran Gigi Mahasiswa. P 1(1):6
Sundoro E.H. (1998). Praktek Preventive Untuk Menanggulangi Karies. Jurnal
Kedokteran Gigi Univesitas Indonesia. P5(1):47
Soebroto, 1. (2009). Apa Yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi
Anda. Yogyakarta; Book Marks. P 22. 104-6
Suwelo Is. (1992). Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.P.6-9, 14-23, 27-28
Taringan, R. (1990). Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates.p.17, 41-46
Yani E.W.R. (2005). Hubungan Pola Menyikat Gigi dengan Karies Gigi. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas. P 12(1):16
Yuyus R, Magdarina DA, Sintiawati F, Tonny M. (2001). Derajat Kesehatan Gigi
dan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi, 1997/1998. Jurnal Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia. P8(3):1-5
Yohana, L (2003). Kerusakan Gigi Anak-Anak SLUB Saraswati Denpasar 2003.
Jurnal Kedokteran Gigi. P 15(4):266
17