2349-5111-1-sm

12

Click here to load reader

Upload: aldan-rahmad-noer

Post on 15-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hhhtghhu8jiji9k

TRANSCRIPT

  • Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009

    103

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan JetisKabupaten Bantul

    Saptono Iman Budisantoso*)*) Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    Korespondensi : [email protected]

    ABSTRACT

    Background: Male participation in Family Planning in Indonesia was still low. IndonesianDemographic Health Survey 2002 showed 4.4% man participation in family planning accep-tors and only 4.3% in Bantul. The aim of this research was to know factors related manparticipation in family planning program, in Jetis Sub District, Bantul, 2008.Method: The study is an explanatory research with a survey research method using a crosssectional approach. The samples of this study were 100 participants of reproductive age from9.074 of reproductive age chosen by multistage random sampling. Data analyses of this studywere univariate, bivariate by chi square and multivariate by logistic regression for quantita-tive method and Focus Group Discussion (FGD) used for qualitative method.Result: The result of this study showed there were relation between knowledge of man par-ticipation in family planning, attitude for man participation in family planning, perceived ofman participation in family planning, wife attitude for man participation in family planning,wife practice for man participation in family planning, friend attitude for man participationin family planning, friend practice for man participation in family planning with man partici-pation in family planning . Variables of education and service access for man participation infamily planning not related with man participation in family planning. The obstacle in socialvalue related with man participation in family planning, like family planning was forbidden,family planning was a women area, a boy has a higher value than a girl, and domain of areluctant factor. Wife practice for man participation in family planning was the most relatedIndependent variable.

    Keywords: participation, man, family, planning

  • 104

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana ... (Saptono I.B.)

    PENDAHULUANPada konferensi internasional tentang

    kependudukan dan pembangunan (ICPD Kairo,1994) disepakati perubahan paradigma daripendekatan pengendalian populasi danpenurunan fertilitas menjadi lebih kearahpendekatan kesehatan reproduksi dankesetaraan gender (BKKBN, 2003).

    Salah satu masalah yang menonjol adalahrendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaanprogram KB baik dalam praktik KB, mendukungistri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagaimotivator atau promotor dan merencanakanjumlah anak (BKKBN, 2000) .Faktor-faktoryang menyebabkan rendahnya kesertaan KB priaantara lain: (1) Kondisi lingkungan sosial, budaya,masyarakat dan keluarga yang masih menganggappartisipasi pria belum atau tidak pentingdilakukan. (2) Pengetahuan dan kesadaran priadan keluarga dalam ber KB rendah. (3)Keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas(keterjangkauan) pelayanan kontrasepsi pria. (4)Adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi danpemikiran yang salah yang masih cenderungmenyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnyakepada para istri atau perempuan.

    Menurut hasil Survey Demografi KesehatanIndonesia (SDKI) tahun 2002 menyatakanbahwa kesertaan KB suami masih sangat rendah,yaitu hanya 4,4%, yang meliputi : penggunaankondom (0,9%), vasektomi/ metode operasi pria(MOP) (0,4%), senggama terputus (1,5%) danpantang berkala (1,6%) (Suprihastuti, 2000).Angka partisipasi sebagai akseptor KB tersebutmasih sangat rendah bila dibandingkan dengannegara-negara islam, seperti Bangladesh sebesar13,9% tahun 1997, dan Malaysia sebesar 16,8%tahun 1998.

    Berdasarkan laporan bulanan BadanKesejahteraan Keluarga (BKK) KabupatenBantul Juni 2007, partisipasi pria dalam ber-KBmasih rendah yaitu hanya 4,3% dari total pesertaaktif, yang terdiri dari Metode Operasi Pria(MOP) 0,6% dan kondom 3,7%. Kecamatan

    Jetis merupakan kecamatan yang paling tinggikesertaan KB nya, data bulan Juni 2007 dari9.074 pasangan usia subur (PUS)370 orang(4%) yang menggunakan kondom sedang MOP181 orang (2%).4) Selain itu Kecamatan Jetismerupakan kecamatan yang paling baik dalampartisipasi pria dalam KB. Hal ini terbuktiKecamatan Jetis menjadi juara I tingkat nasionaldalam partisipasi pria dalam KB. Dalam usahameningkatkan partisipasi pria dalam KB disanasudah terbentuk paguyuban KB pria.

    Selama ini sudah banyak upaya yangditempuh oleh BKK Kabupaten Bantul untukmeningkatkan partisipasi pria dalam berKBdengan bantuan kondom gratis,pembentukankelompok KB pria di tingkat desa (75 desa),penyuluhan, pelatihan petugasuntuk melakukanMOP, tersedia tenaga penyuluh lapangankeluarga berencana ditiap-tiap desa dan lain-lain,namun partisipasi pria masih tetap rendah.

    Mengingat dalam penentuan pengambilankeputusan keluarga sebagian besarmasihdidominasi suami, maka indikator partisipasi priamenurut BKKBN tidak hanya sebagai pesertaKB saja tetapi juga mendukung istri dalampenggunaan kontrasepsi, pemberi pelayanan KB(motivator, promotor) dan merencanakan jumlahanak bersama pasangan. (BKKBN, 2000).

    Arus globalisasi yang menghendaki tuntutanhak asasi, demokrasi, peningkatan keadilan dankesejahteraan bercampur dengan keadaan dansosial budaya dan adat istiadat yang menganutpatriarkhat akan memberikan tekanan danpermasalahan sendiri terhadap program KB pria(BKKBN, 2002). Kabupaten Bantul merupakansalah satu Kabupaten di Propinsi DaerahIstimewa Yogyakarta (DIY) yang masih menganutnilai-nilai budaya jawa yang sangat kental.Pengambilan keputusan keluarga sebagianbesarmasih didominasi suami, termasuk dalampengaturan jumlah anak. Dalam budaya jawamempunyai anak adalah sesuatu hal yang sangatdidambakan.

  • Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009

    105

    METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakanmetode diskriptif

    dan analitik dengan pendekatan kuantitatif dankualitatif . Pendekatan kuantitatif digunakan untukmengukur hubungan antara variabel tingkatpendidikan pria ,tingkat pengetahuan tentangpartisipasi pria dalam KB, sikap terhadappartisipasi pria dalam KB ,persepsi pria tentangpartisipasi pria dalam KB, akses pelayananterhadap partisipasi pria dalam KB, sikap danpraktik istri terhadap partisipasi pria dalam KB,sikap dan praktik temanterhadap partisipasi priadalam KB.

    Pendekatan kualitatif digunakan untukmenggali lebih dalam faktor-faktor berhubungandengan partisipasi pria dalam KB dan untukmembahas faktor nilai-nilai sosial budaya yangberhubungan dengan partisipasi KB pria.Pengumpulan data kualitatif dilakukan setelah

    pengumpulan data kuantitatif selesai. Teknikpengumpulan data dilakukan dengan FGDterhadap dua kelompok. Kelompok pertamauntuk kriteria pria dengan partisipasi dalam KBtinggi sedang kelompok kedua untuk kriteria priadengan partisipasi dalam KB rendah.

    Jenis penelitian ini termasuk Cross Sectionalkarena variabel sebab akibat yang terjadi padaobyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalamwaktu yang bersamaan (Pratiknya, 1986).

    HASIL PENELITIAN1. Karakteristik Responden

    Persentase terbanyak respondenberumur 41-50 tahun yaitu sebanyak 60%,tingkat pendidikan tamat SLTA sebesar 34%.Dari analisis bivariat menunjukkan tidak adahubungan antara tingkat pendidikan denganpartisipasi pria dalam program KB.

    Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Tingkat Pengetahuan Tentang Partisipasi Priadalam KB

    Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Sikap Terhadap Partisipasi Pria dalam KB

    Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Persepsi Responden Tentang Partisipasi Priadalam KB

  • 106

    2. Pengetahuan Pengetahuan responden tentang partisipasi

    pria dalam KB sebagian besar pada kategoritinggi yaitu 55% dan29% berpengetahuan cukup,sedang yang berpengetahun rendah sebesar16%.

    Sebagian besar responden telah mengetahuipartisipasi pria dalam KB. Namunmetodevasektomimasih kurang dipahami olehresponden. Hal ini dapat dilihat dari hampirseparuh responden (44%) berpengetahuan salahkarena dianggap vasektomidapat menurunkankejantanan pria, masih ada 42% respondenmenganggapbahwa vasektomi tidak hanyadilakukan sekali seumur hidup dan masih 41%responden yang tidak tahu bahwa vasektomimerupakan metode kontrasepsi pria.3. Sikap Responden Terhadap Partisipasi

    Pria dalam KB.

    Sikap responden terhadap partisipasipria dalam KBsebagian besar mempunyaikategori cukup yaitu 79% dan kategori baiksebanyak 13 % , sedangkan yang kurang adasebanyak 8%. Berdasarkan hasil uji Chi squarediperoleh hasil bahwaterdapat hubungan yangsignifikan antara sikap terhadap partisipasi priadalam KB dengan partisipasi pria dalamKB.Dengan ujiChi square(=0,05 ) didapatkanp value 0,009 .4. Persepsi Responden Tentang Partisipasi

    Pria dalam KB.Persepsi respondententang partisipasi

    pria dalam KB sebagian besar pada kategoricukup yaitu 77% dankategori baik sebanyak12%, sedangkan terendah kategori rendahsebanyak 11%. Berdasarkan hasil uji Chi squarediperoleh hasil bahwaterdapat hubungan yangsignifikan antara persepsi tentang partisipasi pria

    Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Sikap Teman terhadap Partisipasi Pria dalamKB

    Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Praktik Istri terhadap Partisipasi Pria dalamKB

    Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar Sikap Istri terhadap Partisipasi Pria dalamKB

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana ... (Saptono I.B.)

  • Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009

    107

    dalam KB dengan partisipasi pria dalamKB.Dengan ujiChi square(=0,05 ) didapatkanp value 0,007 .5. Sikap Istri terhadap Partisipasi Pria

    dalam KBSikap istriterhadap partisipasi pria dalam

    KB sebagian besar kategori cukup yaitu 77%dan14 % masuk kategori kurang, sedangkanyang masuk kategori baik 9%. Berdasarkan hasiluji Chi square diperoleh hasil bahwa terdapathubungan yang signifikan antara sikap istriterhadap partisipasi pria dalam KB denganpartisipasi pria dalam KB.Dengan ujiChisquare(=0,05 ) didapatkan p value 0,027 .6. Praktik Istri terhadap Partisipasi Pria

    dalam KBSebagian besar responden menyatakan

    bahwa praktik istri terhadap partisipasi pria dalamKB pada kategori cukup yaitu 76% dan14%pada kategori baik, sedangkan terendah padakategori kurang yaitu 10%. Berdasarkan hasiluji Chi square diperoleh hasil bahwa terdapathubungan yang signifikan antara praktik istriterhadap partisipasi pria dalam KB denganpartisipasi pria dalam KB.Dengan ujiChisquare(=0,05 ) didapatkan p value 0,02 .

    Analisis multivariat menunjukkan variabelyang paling dominan dalam memberikan

    hubungan dengan partisipasi pria dalam KBadalah paraktik istri, diperoleh (p = 0,033)dengan nilai odds rasio atau exp (B) = 13,213yang artinya praktik istri terhadap partisipasi priadalam KB dengan kategori cukup mempunyaikemungkinan 13 kali menyebabkan partisipasipria dalam KB dibandingkan dengan respondenyang tidak berpartisipasi pria dalam KB.7. Sikap Teman terhadap Partisipasi Pria

    dalam KB Sikap teman terhadap partisipasi pria dalam

    KB sebagian besar kategori cukup yaitu 78%dan kategori baik 12%, sedangkan respondenpada kategori kurang sebesar 10%. Berdasarkanhasil uji Chi square diperoleh hasil bahwaterdapat hubungan yang signifikan antara sikapteman dalam program KB dengan partisipasi priadalam KB.Dengan ujiChi square(=0,05 )didapatkanp value 0,02 .8. Praktik Teman terhadap Partisipasi Pria

    dalam KBPraktik teman terhadap partisipasi pria

    dalam KB sebagian besar pada kategori cukupyaitu 77% dan 14% pada kategori baik,sedangkan 9% yang berkategori kurang.Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh hasilbahwa terdapat hubungan yang signifikan antarapraktik teman terhadap partisipasi dalam KB

    1 Kurang (skor 8) 14 9 Jumlah 100 100

    No Akses Pelayanan f % 1 Rendah (skor

  • 108

    dengan partisipasi pria dalam KB.Dengan ujiChisquare(=0,05) didapatkan p value 0,001 .9. Akses Pelayanan terhadap Partisipasi

    Pria dalam KB Akses pelayanan terhadap partisipasi pria

    dalam KBsebagian besar berkategori tinggi yaitu61% , sedangkan responden yangmempunyaiakses pelayanan rendah sebesar39%. Berdasarkan hasil uji Chi square diperolehhasil bahwatidak terdapat hubungan yangsignifikan antara akses pelayanan KB pria denganpartisipasi pria dalam KB.Dengan ujiChisquare(=0,05) didapatkan p value 0,133 .

    PEMBAHASAN1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan

    dengan Partisipasi Pria dalam KBBerdasar uji statistik dengan uji chi square

    ternyata tidak ada hubungan antara tingkatpendidikan dengan partisipasi pria dalam KB.Hal ini berbeda dengan penelitian Ekawati yangmenyatakan pendidikan pria berpengaruh positifterhadap persepsi pria untuk ber KB (Kolibu,2004). Hal ini kemungkinan disebabkan di duniapendidikan formal juga tidak ada materikhususyang membahas tentang kesehatan reproduksikhususnya tentang keluarga berencana sehinggadisini seseorang mengetahui tentang partisipasipria dalam KB bukan dari sektorpendidikan for-mal melainkan dari teman dan massmediaterutama dari surat kabar dan televisi.2. Hubungan Antara Pengetahuan dengan

    Partisipasi Pria dalam KB Walau separuh lebih responden termasuk

    kriteria tinggi (55%) namun masih ada hal-halesensial tentang partisipasi pria dalam KB yangbelum diketahui responden. Masih banyakrespoden yang belum pahamtentang jenis-jenismetode kontrasepsi pria, hanya 69%respondenyangtahu suntik KBbukan merupakansalah satu metode kontrasepsi pria. Selainitumetode vasektomi juga masih kurang familierdipahami oleh responden. Hal ini dapat dilihatdari hampir separuh responden (44%) berpenge-

    tahuan salah bahwa vasektomidapat menurunkankejantanan pria, masih ada 42% respondenberpengetahuan salahbahwa vasektomi tidakhanya hanya dilakukan sekali seumur hidup danmasih 41% responden yang tidak tahu vasektomimerupakan salah satu metode kontrasepsi pria.

    Sejalan dengan study kualitatif yangdilakukan BKKBN pusat di Jawa Tengah danJawa Timur yang menunjukkan rendahnyapengetahuan menjadi salah satu faktor rendahnyapartisipasi pria dalam KB (BKKBN, 2006).Halini sesuai dengan teori bahwa tingkah lakumanusia semata-mata ditentukan olehkemampuan berfikirnya. Makin berpendidikanseseorang, otomatis akan semakin baikperbuatan-perbuatannya untuk memenuhikeinginan/ kebutuhan (Notoatmodjo, 2000).Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuanmerupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelahorang melakukan pengindraan terhadap suatuobjek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sedangkanmenurut Green, bahwa pengetahuan sebelummelakukan tindakan itu adalah merupakan halyang penting (Smet, 1994).

    Berkembangnya mitos dimasyarakat bahwavasektomi dapat menurunkan kejantanan pria(44%) menyebabkan seseorang masih takutdalam mengikuti program KB pria sepertidiungkapkan responden FGD :

    Dulu sebelum divasektomi takut kalau-kalausetelah vasektomi tidak bisa memuaskanhubungan dengan istri tetapi setelah melihatteman ikut vasektomi dan tidak ada masalah,kemudian rembugan sama istri akhirnya sayaputuskan ikut vasektomi (Smn )

    Dari hasil FGD menunjukkan bahwaresponden memperoleh pengetahuan tentangpartisipasi KB pria dari teman atau tetangga dandari mass media (televisi dan surat kabar), bukandari PLKB ataupun dari petugas kesehatan .3. Hubungan Antara Sikap dengan

    Partisipasi Pria dalam KB

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana ... (Saptono I.B.)

  • Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009

    109

    Berdasar uji statistik dengan uji chi squaredengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05%)ternyataada hubungan yang signifikan antara sikapterhadap partisipasi pria dalam KB denganpartisipasi pria dalam KB dengan p value0,009.Hal ini sejalan dengan penelitian Widododkk yang menyatakan bahwa sikap yang peduliterhadap masalah KB dan kesehatan reproduksidiyakini akan meningkatkan partisipasi pria dalamKB (Widodo, 2004). Hal ini disebabkan selamaini kebiasaan masyarakatyang menganggapbahwa masalah KB adalah wilayah perempuandan pria tidak perlu terlibat . Menurut Maratsikap merupakan predisposisi (mempermudah)untuk bertindak terhadap obyek tertentu (Marat,1982). Sikap untuk terwujud dalam suatutindakan tergantung pada situasi saat itu, padabanyak sedikitnya pengalaman seseorangmengacu pada pengalaman orang lain. MenurutAzwar (1988) sikap adalah suatu kecenderunganuntuk memberikan respon terhadap suatu obyekatau sekumpulan obyek dalam bentuk perasaanmemihak (favourable) maupun tidak memihak(unfavourable) melalui proses interaksikomponen komponen sikap yaitu kognitif(pengetahuan), afektif (perasaan) dan konatif(kecenderungan bertindak) (Azwar, 1988).Dengan demikian sikap responden yang baikterhadap partisipasi pria dalam KB merupakanperasaan yang memihak atau mendukungterhadap upaya berpartisipasi dalam KB. Sikapresponden terhadap obyek, dalam hal inipartisipasi dalam KB, merupakan perasaanmendukung atau tidak mendukungterhadapobyek tersebut (Notoatmojo, 2000) .Dapatdiasumsikan bahwa bersikap baik terhadappartisipasi pria dalam KB berarti mendukunguntuk berpartisipasi dalam KB. Sikap yang baikdari responden tergantung pada segi positif dannegatif komponen pengetahuan tetang partisipasipria dalam KB. Makin banyak segi positifkomponen pengetahuan dan makin pentingkomponen itu, semakin positif pula sikap yangterbentuk. Sebaliknya semakin banyak segi

    negatif akan semakinnegatif sikap yang terbentuk.(Ancok) (Ancok, 2002).

    Dari hasil analisa kuesioner mayoritasrespondenbersikap baik terhadap program KBpria(85%), bersikap baik terhadap kader KByaitu 91%. Sebagian besar respondenjugabersikapbaik istri menggunakan kontrasepsi yaitu89%. Namun masih22% responden yangbersikap kurang yaitu seharusnya yang ikut jadiakseptor KB adalah hanya wanita. Masih ada21% reponden yang bersikap kurang terhadapkeikutsertaan dalam program KB pria bila istritidak memungkinkan dan keberatan bila istrimenjadi kader KB. Serta masih ada 20%responden yang bersikap kurang dalammembantu istri dalam penggunaan kontrasepsisecara benar dan mengantar istri ke fasilitaskesehatan untuk kontrol atau rujukan. Darikenyataan tersebut dapat diartikan bahwamayoritas responden bersikap baik terhadapprogram KB pria maupun KB wanita. Hal inikarena responden sudah menganggap programKB bukan merupakan program pemerintah lagitetapi sudah merupakan kebutuhan merekasesuai pernyataan responden FGD berikut:

    Program KB itu sekarang sudah bukan pro-gram pemerintah lagi tetapi saya kira sudahmerupakan kebutuhan dari masyarakat itusendiri untuk membentuk keluarga yangbahagia dan sejahtera dengan membatasijumlah keluarga (Mjr)

    Sedangkan responden yang bersikapkurang terhadap keikutsertaan dalam programKB pria kemungkinan karena masih kurangnyapengetahuan tentang metode-metode kontrasepsipria dan kurang familier dengan vasektomi.Mereka masih belum paham tentang keuntungan-keuntungan, kerugian dan efek samping darivasektomi. Selain itu masih kurangnya dukungandari istri, teman dan tokoh masyarakat terhadappartisipasi pria dalam KB. Sikap responden yangkurang terhadap partisipasi pria dalam KB

  • 110

    karena tidak didukung oleh sikap istri dan sikapteman yangbaik terhadap partisipasi pria dalamKB. Selain itu peran tokoh masyarakat ternyatajuga cukup besar terhadap keputusan seseorangberpartisipasi atau tidak dalam KB.4. Hubungan Antara Persepsi dengan

    Partisipasi Pria dalam KB Sebagian besar persepsi respondententang

    partisipasi pria dalam KB sudah benar.Namunmasih hampir setengah responden yangberpersepsi salah tentang metode kontrasepsipria. Hal ini terbukti dari persepsi responden yangmenyatakan kondom dapat mengurangikenikmatan dalam hubungan suami-istri (45%),pelaksanaan vasektomi membahayakankeselamatan jiwa (40%), menggunakankontrasepsi kondom dilarang oleh agama (23%).Dalam hal partisipasi sebagai promotor ataumotivator KB, responden juga masih banyak yangberpersepsi salah tentang peran motivator KB,terbukti masih ada 41% yang berpersepsiseorang motivator KB hanya mendukung istrinyasaja untuk ikut KB tidak perlu memotivasi temanatau tetangga. Dalam hal partisipasi mendukungistri untuk ber KB, masih ada 24% respondenberpersepsi salah tentang perlunya membantu istridalam menggunakan kontrasepsi secara benarseperti mengingatkan saat minum pil KB.

    Berdasar uji statistik dengan uji chi squaredengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05%)ternyataada hubungan yang signifikan antarapersepsi terhadap partisipasi pria dalam KBdengan partisipasi pria dalam KB dengan p value0,009. Hal ini sejalan dengan penelitian Purwantiyang menyatakan bahwa suami dengan persepsipositif terhadap alat kontrasepsi pria lebih tinggipada kelompok suamiyang menggunakanalatkontrasepsi pria dari pada kelompok kontrol(Bruner, 1858). Menurut Green persepsimerupakan salah satu faktor predisposisiseseorang untuk bertindak terhadap obyektertentu. Sedangkan menurut Notoatmodjo(2007) persepsi adalah pengalaman yangdihasilkan melalui indera penglihatan,

    pendengaran, penciuman dan sebagainya, setiaporang mempunyai persepsi yang berbedameskipun obyeknya sama.

    Hasil diskusi kelompok respodenmenunjukkan ada yang sudah berpersepsi benarterhadap partisipasi pria dalam KB yaitupartisipasi pria dalam KB itu tidak hanya sebagaiakseptor saja tetapi juga sebagai kader,memotivasi istri,tetangga, membatasi jumlah anak,namun masih ada yang berpersepsi salahterhadap partisipasi pria dalam KB yaitupartisipasi pria dalam KB itu hanya ikutvasektomi. Adanya perbedaan persepsi inikarena disebabkan adanya perbedaanpengalamanyang dihasilkan melalui inderapenglihatan, pendengaran mereka . Mereka yangberpersepsi benar memang dari golongan yangberpartisipasi dalam KB tinggi, sudah menjadiakeptor KB pria dan termasukdalam anggotapaguyubanKB pria. Sedangkan yangberpersepsi salah memang termasuk yangberpartisipasi dalam KB rendah, bukan akseptorKB pria dan belum masuk dalam paguyuban KBpria.5. Hubungan Antara Sikap istri dengan

    Partisipasi Pria dalam KB Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh

    hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikanantara sikap istri dalam program KB denganpartisipasi pria dalam KB.Dengan ujiChisquare(=0,05 ) didapatkan p value 0,027.Menurut Green (2000) faktor keluarga termasukistri merupakan salah satu faktor penguat (rein-forcing) yang membuat seseorang bertindakterhadap obyek tertentu . Namun faktor rein-forcing bisa bersifat positif atau negatif tergantungsikap dan perilaku panutan (Mamdi, 1990) .

    Analisis menunjukkan sikap istri terhadappartisipasi pria dalam KB paling baik dalam halmerencanakan jumlah anak yaitu 89%. Namunmasih 42% responden yang menyatakan istritidak mendukung suami mengikuti program KBdan menjadi kader KB. Sikap istri yangmendukung suami untuk KB karena alas an:

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana ... (Saptono I.B.)

  • Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009

    111

    Istri bersikap mendukung terhadappartisipasi pria dalam KB karena KB prialebih efektif , tidak ada dampak, kesehatanterjaga, pernah KB wanita tetapi tidak cocok,anak banyak repot, factor ekonomi kalauanak banyak (R1)

    Dalam kaitan ini dukungan istri merupakanpengaruh yang positif terhadap keputusan suamiuntuk partisipasi dalam KB baik sebagai pesertaKB maupun sebagai kader KB. Sedangkansikap istri yangtidak mendukung terhadappartisipasi pria dalam KB karena kemungkinanpengetahuan dari istri yang kurang terhadappartisipasi pria dalam KB .6. Hubungan Antara Praktik istri dengan

    Partisipasi Pria dalam KB Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh

    hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antarapraktik istri terhadap partisipasi pria dalam KBdengan partisipasi pria dalam KB.Dengan ujiChisquare(=0,05 ) didapatkan p value 0,020 .Demikian juga bila diuji secara multivariatdidapatkan hasil bahwa faktor praktikistriterhadap partisipasi pria dalam KBmerupakan faktor yang paling berhubungandenganpartisipasi pria dalam KB dengan p value0,033. Dari hasil analisis terlihat bahwa praktikistri terhadap partisipasi pria dalam KB sebagianbesar sudah baik. Namunsebagian besar istritidak mengijinkan suami menjadi kader KB(85%). Menurut Green (2000) faktor keluargatermasuk istri merupakan salah satu faktorpenguat (reinforcing) seseorang dalam bertindakterhadap suatu obyek. Namun tidak selamanyafaktor reinforcing ini bersikap positif, ada jugayang bersikap negatif tergantung perilaku orangyang kita jadikan panutan,dalam hal ini perilakuistri.17)Pentingnya dukungan istri jugadiungkapkan oleh semua responden FGD I yangmenyatakan bahwa sebelum merekamelaksanakan vasektomi atau menggunakankondom mereka konsultasi dulu denganistri.Praktik istri yang tidak mengijinkan suami

    menjadi kader KB karena nilai-nilai budayasetempat menganggap kader KB pria adalah halyang aneh, sedangkan istri tidak mengijinkansuami ikut KB pria karena kemungkinanpengetahuan dari istri yang kurang terhadappartisipasi pria dalam KB terutama belum begitupaham dengan metode kontrasepsi pria,keuntungan dan kerugian vasektomi.7. Hubungan Antara Sikap Temandengan

    Partisipasi Pria dalam KB Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh

    hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikanantara sikap teman terhadap partisipasi priadalam KB dengan partisipasi pria dalamKB.Dengan ujiChi square(=0,05 ) didapatkanp value 0,020. Kenyataan ini menunjukkanbahwa faktor sikap teman terhadap partisipasipria dalam KB mempunyai hubungan denganpartisipasi pria dalam KB.

    Mayoritassikap teman terhadap partisipasipria dalam KB sudah baik,hampir semua senangbila diajak merencanakan jumlah anak (94%),mendukung terhadap penggunaan alatkontrasepsi (93%). Namun masih 40% temanyang bersikap kurang senang menjadi kader KB, bersikap kurang baikdalam mendukungmenjadi kader KB (22%).Sikap temanyangkurang baik terhadap kader KB karenamemang secara nilai sosial budaya kader KB priamasih dianggap aneh, masih ada yangmenganggap urusan KB adalah urusan wanitaselain itu masih kurangnya peran dari tokohmasyarakat yang menjadi kader KB. Padahaltokoh masyarakat salah satu tokoh yangdijadikan panutan oleh responden.

    Menurur Green (2000) teman sebagai salahsatu faktor reinforcing yang bisa mempengaruhiseseorang untuk melakukan tindakan terhadapobyek tertentu.Memang tidak bisa diingkaribahwa pengaruh lingkungan masyarakat sepertiteman sebaya, terhadap perkembangan jiwasangat besar (Sarwono, 2005). MenurutZimmer-Gembeck (2002) teman amat besarpengaruhnya bagi kehidupan sosial dan

  • 112

    perkembangan diri remaja (Basri, 2000) .Informasi mengenai partisipasi pria dalam KByang diperoleh melalui teman sedikit banyak telahmemberikan dorongan untuk menentukan sikapseseorang dalam berpartisipasi dalam KB.Lingkungan atau dukungan teman menjadi salahsatu motivasi untuk melakukan hal yang sama.Ini menunjukkan peran teman merupakan salahsatu sumber pengetahuan dan perilaku dalamberpartisipasi dalam KB pria.8. Hubungan Antara Akses Pelayanan

    dengan Partisipasi Pria dalam KB Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh

    hasil bahwatidak terdapat hubungan yangsignifikan antara akses pelayanan terhadappartisipasi pria dalam KB dengan partisipasi priadalam KB.Dengan ujiChi square(=0,05 )didapatkan p value 0,133 . Hal ini berbedadengan penelitian BKKBN tahun 2004 yangmenyatakan kemudahan dan ketersediaanpelayanan berdampak positif terhadappenggunaan suatu alat kontrasepsi. MenurutGreen (2000) faktor akses pelayanan merupakansalah satu faktor pemungkin (enabling) yangmenyebabkan seseorang bertindak atau tidakbertindak terhadap suatu obyek tertentu.

    Dari analisis terlihat bahwa sebagian besarresponden menyatakan pelayanan KB pria tidakdekat dengan tempat kerjanya (62%), masih48% responden yang menyatakan biaya untukikut dalam KB pria mahal. Padahal di KecamatanJetis sudah tersedia Puskesmas dengan salah satulayanannya adalah KB pria dengan tarif murah.Hal ini mungkin karena kurangnya sosialisasi dariPLKB atau tenaga kesehatan setempat sepertipernyataan responden berikut:

    ....... Yang digarap tentang KB selama inioleh pemerintah hanya KB wanita, KB priatidak pernah ada program. (R11)

    Dari pernyataan tersebut terlihat kurangnyakomunikasi antara PLKB dan petugas kesehatandengan pria pasangan usia subur setempat.

    Padahal menurut Carrol (1973) komunikasisecara akrab penting untuk perubahan sosial(Basri, 2000). Perubahan sosial disini dari yangbelum berpartisipasi dalam KB menjadiberpartisipasi dalam KB.9. Faktor Sosial Budaya Terhadap

    Partisipasi Pria dalam KB denganPartisipasi Pria dalam KB Dari hasil FGD dapat dijelaskan bahwa nilai

    tentang KB pria haram hukumnya bagi muslimitu sudah mulai ditepis oleh masyarakat seiringperkembangan jaman, seperti diungkapkanresponden berikut:

    Ada ulama di Kec Banguntapan yangberpendapat bahwa KB pria itu membunuhbibit sehingga hukumnya haram, tetapi diCanden di jelaskan pak Kesra asal tujuannyauntuk membentuk keluarga sejahtera danbahagia dan tidak ada niat untukmenyeleweng, saya kira tidak haram (R7)

    Namun demikian masih ada juga yangberpendapat KB pria itu haram hukumnya bagikaum muslim . Golongan yang masih menganutpendapat ini biasanya dari golongan muslim yangsangat kuat atau radikal.

    Selain itu masihadanya ketidakadilan dankesetaraan gender . Hal ini terlihat darikepercayaan bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggidari anak perempuan, Inikarena adanyakepercayaan bahwa anak laki-laki sebagaipenerus garis keturunan . MenurutKoentjaraningrat orang Jawa percaya anak laki-laki akan memberikan suasanahangat dalamkeluarga dan suasana hangat itu jugamenyebabkan keadaan damai dan tenteramdalam hati (Carrol, 1973). Sebab lain orang Jawasenang mempunyai anak karena adanyakepercayaan bahwa anak merupakan jaminandihari tua . Sehingga ada kecenderungan merekaakan menambah jumlah anak untuk menjaminmasa tuanya.

    Adanya ketidakadilan dan kesetaraan gen-

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana ... (Saptono I.B.)

  • Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4 / No. 2 / Agustus 2009

    113

    der juga terlihat dari ucapan KB itu kan urusanwanita . Dari pernyataan tersebut terlihatbahwa mereka kurang menyadari bahwa urusanKB adalah tanggung jawab suami dan istri.Keadaan ini yang menyebakan pria malu untukterlibat dengan urusan KB. Sedangkan dalam halpengambilan keputusan dalam ber KB memangsudah ada musyawarah antara suami dan istri .namun demikian pengambil keputusan tetapsuami sebagai kepala keluarga.

    SIMPULAN1. Partisipasi Pria dalamKB sebagian besar

    pada kategori tinggi yaitu 61% , sedangkanresponden yang mempunyaipartisipasidalamprogram KB rendah sebesar 39%.

    2. Hubungan yang paling dominan adalah praktikistriterhadap partisipasi pria dalam KBdengan nilai signifikansi 0,033. Nilai adjustedOR atau exp (B) 13,213 . yang artinyapraktik istri terhadap partisipasi pria dalamKB dengan kategori cukup mempunyaikemungkinan 13 kali menyebabkanpartisipasi pria dalam KB.

    3. Persentase terbanyak respondenberumur41-50 tahun yaitu 60%, tingkat pendidikantamat SLTA sebesar 34%. Pengetahuantentang partisipasi pria dalam KB sebagianbesar kategori tinggi namun masih adapengetahuan yang kurang terutama tentangvasektomidapat menurunkan kejantanan pria(44%) .

    4. Masih ada nilai-nilai sosial budaya negatifyang berhubungan dengan partisipasi priadalam KB seperti: faktor malu terhadaplingkungan apabila pria berpartisipasi dalamKB, masih ada yang menganggap nilai anaklaki-laki lebih tinggi dari pada anakperempuan dan urusan KB adalah urusanwanita

    5. Sikap terhadap partisipasi pria dalamKBsebagian besar kategori cukup yaitu79%. Sikap kurang baik yang palingdominan yaitu seharusnya yang ikut jadi

    akseptor KB adalah hanya wanita (22%)6. Persepsi tentang partisipasi pria dalam KB

    sebagian besar pada kategori cukup yaitu77%. Persepsi yang masih salah terutamatentang kondom dapat mengurangikenikmatan dalam hubungan suami-istri(45%)

    7. Sikap istri terhadap partisipasi pria dalam KBsebagian besar kategori cukup yaitu 77%.Sikap istri terhadap partisipasi pria dalam KByang paling kurang baik terutama istri tidakmengijinkan suami mengikuti program KB(42%) dan tidak mendukung menjadi kaderKB (42%).

    8. Praktik istri terhadap partisipasi pria dalamKBsebagian besar kategori cukup yaitu76%. Praktik istri terhadap partisipasi priadalam KB yang paling kurang yaitu istri tidakmengijinkan suami menjadi kader KB (85%).

    9. Sikap teman terhadap partisipasi pria dalamKB sebagian besar kategori cukup yaitu78%. Sikap teman terhadap partisipasi priadalam KB yang paling kurang yaitu temankurang senang menjadi kader KB (40%)

    10. Praktik temanterhadap partisipasi pria dalamKB sebagian besar pada kategori cukupyaitu 77. Praktik temanterhadap partisipasipria dalam KB yang paling kurang baikyaitusebagian besar teman tidakmenggunakan metode vasektomi untuk berKB (90%).

    11. Akses pelayanan terhadap partisipasi priadalam KB sebagian besar kategori tinggi yaitu58%. Akses pelayanan terhadap partisipasipria dalam KB yang paling kurang dalam halpelayanan KB pria tidak dekat dengantempat kerjanya (62%).

    12. Ada hubungan yang signifikan antara tingkatpengetahuan tentang partisipasi pria dalamKB, sikap responden terhadap partisipasipria dalam KB, persepsi tentang partisipasipria dalam KB, sikap istri terhadap partisipasipria dalam KB, praktik istri terhadappartisipasi pria dalam KB, sikap teman

  • 114

    terhadap partisipasi pria dalam KB, praktikteman terhadap partisipasi pria dalam KBdengan partisipasi pria dalam KB.

    13. Tidak ada hubungan yang signifikan antaratingkat pendidikan, akses pelayananterhadap partisipasi pria dalam KB denganpartisipasi pria dalam KB.

    KEPUSTAKAANAncok Djamaludin. 2002. Teknik Penyusunan

    Skala Pengukur. Pusat StudyKependudukan dan Kebijakan UGM.Yogyakarta.

    Azwar, Saefudin. 1988.Sikap Manusia Teori danPengukurannya. Liberty. Yogyakarta.

    Basri, H. 2000. Remaja Berkualitas Problema-tika Remaja dan Solusinya. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

    BKK. 2007. Laporan Bulanan Program KBKabupaten Bantul. Yogyakarta.

    BKKBN. 2002.Operasionalisasi Program danKegiatan Strategis Peningkatan PartisipasiPria dalam Keluarga Berencana danKesehatan Reproduksi. Jakarta.

    BKKBN. 2003. Peningkatan Partisipasi PriaDalam Keluarga Berencanadan KesehatanReproduksi.Jakarta.

    BKKBN. 2003. Peningkatan Peran SuamiDalam Pelaksanaan KB di LingkunganKeluarganya. Jakarta.

    BKKBN. 2006. Gema Partisipasi Pria. No. 5/V/2006 Jakarta.

    Bruner, E.M., M. Spiro, dan M.J. Herskovits.1958. Masalah Mengenai ProsesPenerimaan Unsur Kebudayaan Asing.Dalam Koentjaraningrat. MetodeAnthropologi. Penerbitan Jakarta.

    Carrol, Lewis. 1973. The Nature of HumanCommunication,Everett. M. Rogers, Com-munication Strategies for Family Planning.New York: The Free Press a division ofMacmillan Publishing co, Inc. Hlm 47 60.

    Kolibu, Ekawati. 2004. Bias Gender DalamPelayanan KB di Kelurahan Anduonohu.Kecamatan Poasia. Kota Kendari.Sulawesi Tenggara. Fak. Kedokteran,UGM. Yogyakarta.

    Mamdi, Zulazmi dkk. 1990. PerencanaanPendidikan Kesehatan. UI. Jakarta.

    Marat. 1982.Sikap Manusia. Perubahan SertaPengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

    Notoatmojo, Soekidjo. 2000. PengantarPendidikan Kesehatan dan Ilmu PerilakuKesehatan. Andi Offset. Jakarta.

    Notoatmojo, Soekidjo. 2007. PromosiKesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.Jakarta.

    Pratiknya, A.W. 1986.Dasar-DasarMetodologiPenelitian Kedokteran dan Kesehatan.Rajawali. Jakarta.

    Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. PsikologiRemaja. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

    Smet, Bart. 1994.Theory of ReasonedAction.The John HopkinsUniversity.Mayfield Publishing. USA.

    Suprihastuti. 2000. Pengambilan KeputusanPenggunaan Alat Kontrasepsi Priadi Indo-nesia, Analisis Hasil SDKI 1997. Jakarta.

    Widodo, Aman, Siswanto Agus Wilopo, dan YayiSuryo Prabandari. 2004.Pengetahuan danSikap Pasangan Suami Istri MengenaiMasalahKesehatan Reproduksi PerempuanHubungannya dengan Partisipasi Pria dalamKB. Sains Kesehatan, UGM. Yogyakarta.

    Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana ... (Saptono I.B.)