2501011120015 dewi mulyaningsih pestisida 130215 (revisi)

18
1 Hubungan Lama Paparan Arsen Pada Pestisida Dengan Gangguan Kepekaan Kulit Pada Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Dhita Septiananda 1) ,Nurjazuli 2) , Onny Setiani 2) , Dewi Mulyaningsih 3) 1) Mahasiswa Peminatan Kesehatan ing!ungan "KM #ND$P 2%11 2) D&sen 'agian Kesehatan ing!ungan "KM #ND$P 3) Mahasiswa Peminatan Kesehatan ing!ungan "KM #ND$P 2%1( 'S*+ K Kandungan ahan !imia pada pestisida yang mengandung arsen dalam jang!a panjang dapat menim ul!an e-e! !r&ni! ya!ni er!urangnya !epe!aan !ulit yang menjadi awal tim ulnya penya!it yang le ih serius. *ujuan umum dari penelitia ya!ni ada!ah hu ungan antara lama paparan arsen pada pestisida dengan ganggua !epe!aan !ulit pada petani h&rti!ultura di Ke/. Nga la! Ka . Magelang. Peneli mengguna!an jenis penelitian & ser0asi&nal dengan desain cross sectional . P&pulasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani h&rti!ultura a!ti- di Ke/. Nga la! sampel 3% &rang yang diam il dengan met&de porposive sampling . nali mengguna!an uji Point Biserial dan chi-square. 'erdasar!an pemeri!saan gangguan !epe!aan !ulit, di!etahui 1 dari 3% resp&nden atau % nya mengalami ganggu !epe!aan !ulit. Sedang!an dari hasil analisis di!etahui tida! ada hu 0aria el e as dengan gangguan !epe!aan !ulit. Dari penelitian ini dapat disi ahwa % resp&nden mengalami gangguan !epe!aan !ulit dan tida! ada antara lama paparan arsen pada pestisida p40alue %,(56), masa !erja p40alu !eleng!apan pema!aian PD p40alue %,(83) dan arah penyempr&tan p40alue %,12 dengan gangguan !epe!aan !ulit pada petani h&rti!ultura di Ke/. Nga la!. Kata Kunci: gangguan !epe!aan !ulit, e-e! paparan pestisida, arsen 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Upload: dewi-mulyaningsih-dewi

Post on 04-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pestisida

TRANSCRIPT

1

Hubungan Lama Paparan Arsen Pada Pestisida Dengan Gangguan Kepekaan Kulit Pada Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang

Dhita Septiananda1),Nurjazuli2), Onny Setiani2), Dewi Mulyaningsih3)1)Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP 2011

2)Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP

3)Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP 2014

ABSTRAK

Kandungan bahan kimia pada pestisida yang mengandung arsen dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek kronik yakni berkurangnya kepekaan kulit yang dapat menjadi awal timbulnya penyakit yang lebih serius. Tujuan umum dari penelitian ini yakni adakah hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani hortikultura aktif di Kec. Ngablak dengan sampel 30 orang yang diambil dengan metode porposive sampling. Analisis data menggunakan uji Point Biserial dan chi-square. Berdasarkan pemeriksaan gangguan kepekaan kulit, diketahui 15 dari 30 responden atau 50% nya mengalami gangguan kepekaan kulit. Sedangkan dari hasil analisis diketahui tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan gangguan kepekaan kulit. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 50% responden mengalami gangguan kepekaan kulit dan tidak ada hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida (p-value 0,469), masa kerja (p-value 0,197), kelengkapan pemakaian APD (p-value 0,483) dan arah penyemprotan (p-value 0,121) dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak.

Kata Kunci: gangguan kepekaan kulit, efek paparan pestisida, arsenABSTRACT

The chemicals in pesticides containing arsenic in the long term can lead to chronic effects of the reduced sensitivity of the skin that can be the beginning of a more serious disease. The general objective of this research is there a relationship between long exposure to arsenic in pesticides with skin sensitivity disorders in horticultural farmers in the district. Ngablak Kab. Magelang. This research uses an observational study with cross sectional design. The population in this study are all active horticultural farmers in the district. Ngablak with 30 samples taken with purposive sampling method. Data analysis using Point biserial test and chi-square. Based on examination of skin sensitivity disorders, known to 15 of 30 respondents or 50% of its impaired skin sensitization. While the results of the analysis found no relationship between the independent variables with skin sensitivity disorders. From this study it can be concluded that 50% of respondents experienced a skin sensitivity disorders and there is no relationship between long exposure to arsenic in pesticides (p-value 0.469), tenure (p-value 0.197), the completeness of the use of PPE (p-value 0.483) and direction spraying (p-value 0.121) with a sensitivity of skin disorders in horticultural farmers in the district. Ngablak.

Keywords: skin sensitivity disorders, the effects of exposure to pesticides, arsenicPENDAHULUAN

Salah satu penggunaan pestisida yang banyak di temui yakni di bidang pertanian. Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk membedakannya dengan produk- produk yang digunakan di bidang lain. Pestisida pertanian dan pestisida pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain seperti ekstrak tumbuhan dan mikrooganisme yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.1Di daerah Ngablak, hampir seluruh petani menggunakan pestisida dalam bertani dengan maksud untuk meningkatkan hasil pertanian dan membuat hasil pertanian tersebut lebih awet saat dibawa keluar kota. Kegiatan pertanian yang terjadi di daerah ini meliputi proses penyiapan benih, menanam sayuran hingga melakukan penyemprotan pestisida.2 Namun, senyawa pestisida juga bersifat bioaktif, yakni pestisida dengan satu atau beberapa cara dapat mempengaruhi kehidupan, misalnya menghentikan pertumbuhan, membunuh hama atau penyakit, menekan gulma, merontokkan daun, dan membunuh atau menekan gulma.1 Sehingga penggunaan pestisida juga harus sesuai dengan aturan dan dosis yang telah ditentukan karena pestisida juga dapat menjadi racun yang dapat membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna apabila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan.3 Selain dosis, dalam penggunaan pestisida juga harus memperhatikan waktu dan cara dalam penggunaan pestisida.1Bahaya penggunaan pestisida yang tidak sesuai aturan yang telah ditetapkan dapat mengancam keselamatan banyak pihak. Pestisida yang digunakan secara berlebihan dan tidak menggunakan cara yang tepat dapat menimbulkan resiko baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi keselamatan pengguna atau petani hortikultura yang bersangkutan, konsumen yang akan mengkonsumsi sayuran nantinya maupun lingkungan petanian.1

Pemakaian pestisida dalam jangka panjang dapat menyebabkan petani mengalami keracunan kronis. Keracunan kronis dapat terjadi apabila seseorang terpapar pestisda dalam dosis kecil, namun terjadi dalam jangka waktu yang terus menerus. Pada kasus keracunan kronis, korban dapat mengalami gangguan kepekaan ambang rasa pada kulitnya. Kaki dan tangannya dapat mengalami kesemutan dan rasa kebas atau mengalami kelemahan motorik. Pada awalnya gangguan yang terjadi tidak tampak, namun efek toksik yang terjadi semakin lama semakin menumpuk seiring dengan penggunaan pestisida yang mengandung arsen setiap harinya sehingga akhirnya timbul gangguan pada kepekaan kulit petani. Salah satu kandungan dalam pestisida yang berbahaya baik jangka panjang maupun pendek adalah arsen.

Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan dan minuman atau dapat pula melalui paparan yang tidak disadari petani ketika mereka menyemprot tanamannya tanpa alat pelindung diri seperti pada petani di daerah Ngablak yang mengenakan pakaian sedaanya ketika menyemprot.

Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.4 Arsen juga masuk ke dalam tubuh melalui paparan yang terjadi ketika petani menyemprot dan tidak memakai alat pelindung diri. Arsen yang terkandung dalam butiranbutiran pestisida kemudian akan menempel pada kulit dan masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit kemudian bercampur dengan aliran darah. Masuknya arsen ke dalam tubuh akan semakin mudah apabila terdapat bagian kulit terbuka yang tergores atau luka.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang.METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik untuk menganalisa hubungan antara variabel-variabel yang ada dengan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani penyemprot di wilayah Kec. Ngablak Kab. Magelang, baik laki-laki maupun perempuan dan merupakan petani aktif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang diambil menggunakan metode Purposive Sampling. Variabel penelitian meliputi variabel bebas lama paparan pestisida yang mengandung arsen, masa kerja sebagai petani, kelengkapan pemakaian APD dan arah penyemprotan, sedangkan variabel terikat yakni gangguan kepekaan kulit. Analisis data menggunakan uji Point Biserial dan Chi-Square.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk membantu mencatat hasil wawancara, kuisoner sebagai panduan dalam wawancara untuk memperoleh data atau informasi, dan komputer untuk membantu mengolah data hasil penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai berikut :1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada responden dengan mengajukan pertanyaan sesuai kuisoner sebagai panduan untuk mendapatkan data dari variabel bebas.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung perilaku responden, yakni petani hortikultura dalam melakukan penyemprotan tanaman meliputi cara penyampuran, cara penyemprotan maupun kelengkapan pemakaian alat pelindung diri ketika menyemprot.

3. Pemerikasaan langsung

Pemeriksaan langsung dilakukan pada responden untuk mengetahui apakah responden mengalami gangguan kepekaan kulit atau tidak. Pemeriksaan dilakukan dengan dibantu oleh petugas Puskesmas Ngablak dengan cara mengusap-usapkan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol ke bagian yang akan diperiksa, yakni punggung kaki, punggung tangan serta pinggiran wajah. Setelah itu, bagian-bagian tersebut kemudian diberikan tekanan dengan benda berujung tajam untuk mengetahui apakah responden masih merasakan rangsangan yang mengenainya.

HASIL

Rekapitulasi hasil uji statistik faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Faktor - Faktor Hubungan Gangguan Kepekaan Kulit Pada Petani Hortikultura

NoVariabel(p) ValueKeterangan

1.Lama paparan Arsen pada penggunaan pestisida per minggu 0,469Tidak ada hubungan

2.Masa kerja0,469Tidak ada hubungan

3.Kelengkapan Pemakaian APD0,483Tidak ada hubungan

A. Hubungan Lama paparan Arsen pada Pestisida Per Minggu dengan Gangguan Kepekaan Kulit.

Dilihat dari nilai signifikannya sebesar 0,469 berarti Ho diterima, Ha ditolak (p>0,05). Dari nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama paparan arsen per minggu dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang.

B. Hubungan Masa Kerja dengan Gangguan Kepekaan Kulit

Dilihat dari nilai signifikannya sebesar 0,469 berarti Ho diterima, Ha ditolak (p>0,05). Dari nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang.

C. Hubungan Kelengkapan Pemakaian APD dengan Gangguan Kepekaan Kulit

Tabel 2. Hubungan Kelengkapan Pemakaian APD Pada Petani Hortikultura dengan Gangguan Kepekaan Kulit

Kelengkapan pemakaian APDKurang pekaNormalTotalp-value

F%F%F%

Tidak lengkap1553,61346,4281000,483

Lengkap0021002100

Dari hasil tabel diatas diketahui 15 orang responden (53,6%) mengalami gangguan kepekaan kulit dengan kebiasaan tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap. Sedangkan 13 respinden laninnya (46,4%) tidak mengalami gangguan kepekaan kulit atau masih memiliki kepekaan kulit yang normal dengan kebiasaan tidak memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap dan 2 rang responden memakai alat peindung dir (APD) secara lengkap dan tidak mengalami gangguan kepekaan kulit atau kepekaan kulitnya masih normal, sedangkan dar hasil uji Chi-square didapatkan nilai p-value 0,483 (p>005) yang berarti Ho diterima atau tidak ada hubungan antara kelengkapan pemakaian alt pelindung diri (APD) dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang.D. Gangguan kepekaan kulitGangguan kepekaan kulit dapat diartikan dengan gangguan pada kulit responden untuk merasakan rangsangan yang mengenai kulitnya, apakah responden masih peka atau kepekaan kulitnya sudah terganggu dalam merasakan rangsangan tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengusap-usapkan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol ke bagian yang akan diperiksa. Selanjutnya bagian tersebut diberi tekanan dengan menggunakan benda berujung tajam. Hasil pemeriksaan gangguan kepekaan kulit dibagi menjadi 2 kategori, yakni :

a. Kurang peka, apabila ketika pemeriksaan dari 3 bagian tubuh yang diperiksa yakni punggung kaki, punggung tangan dan pinggiran wajah diketahui 2 bagian tubuh yang diperiksa mengalami gangguan berupa berkurangnya atau hilangnya kepekaan pada bagian tubuh tersebut.

b. Normal.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gangguan Kepekaan Kulit di Kec. Ngablak Kab. Magelang, Jawa Tengah.

Gangguan Kepekaan kulitFrekuensi (orang)Persentase (%)

Kurang peka1550

Normal1550

Total30100

Dari tabel diatas diketahui bahwa setengah dari responden yang diperiksa atau sebanyak 15 orang atau 50% mengalami gangguan kepekaan kulit berupa berkurangnya kepekaan kulit pada beberapa bagian tubuh yang diperiksa dan 15 responden lainnya masih memiliki kepekaan yang baik pada kulitnya.Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Gangguan Kepekaan Kulit Pada Tiap Bagian Yang Diperiksa

Wajah (orang)Tangan (orang)Kaki (orang)

Mengalami gangguan kepekaan kulit (kurang peka)171014

Tidak mengalami gangguan kepekaan kulit (normal)132016

Total303030

Dari tabel diatas diketahui dari pemeriksaan yang telah dilakukan 17 orang responden mengalami gangguan kepekaan kulit di bagian pinggiran wajah dan 10 responden di punggung tangan. Sedangkan pada bagian punggung kaki, 14 responden mengalami gangguan kepekaan kulit. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa bagian tubuh yang diperiksa yang paling banyak mengalami gangguan kepekaan kulit yakni di bagian wajah. Hal tersebut dapat terjadi dikkarenakan kebiasaan dari petani responden yang tidak mau menggunakan masker ketika melakukan penyemprotan, sehingga wajah yang tidak terlindungi alat pelindung diri (APD) rawan terkena paparan arsen yang terdapat pada pestisida yang dipakai.

PEMBAHASANPertanian merupakan salah satu bidang pekerjaan yang banyak digeluti oleh penduduk di negeri Indonesia. Untuk mendapatkan hasil dan keuntungan yang berlipat, petani tidak segan untuk melakukan banyak cara pada proses bertani, termasuk dengan menggunakan bahan kimia seperti pestisida untuk mencegah dan memberantas hama dan tanamanya. Hal tersebut juga dilakukan oleh patani hortikultura di wilayah Kec. Ngablak. Para petani juga menggunakan bermacam-macam jenis pestisida dan dengan dosis yang terkadang melebihi aturan yang tertulis dikemasan dengan harapan dapat membunuh hama yang menyerang tanamannya dengan lebih cepat sehingga hasil panen diharapkan dapat lebih melimpah.

Penggunaan pestisida yang tidak sesuai aturan dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan petani, anggota keluarganya, maupun lingkungan disekitarnya. Hal tersebut dikarenakan pestisida mengandung zat kimia yang berbahaya karena selain dapat membunuh hama sasaran juga dapat merugikan petani apabila terkena paparannya saat mencampur maupun melakukan penyemprotan pestisida pada tanamannya. Salah satu kandungan pestisida yang berbahaya yakni adanya arsen. Arsen merupakan bahan metalloid yang beracun dan dapat menimbulkan kematian baik bagi hama sasaran maupun petani karena daya bunuhnya yang efektif. Pemajanan arsen ke dalam tubuh salah satunya melalui kulit yang terpapar arsen yang terkandung dalam pestisida. Paparan yang terjadi dapat menimbulkan efek bagi kesehatan petani baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.Berdasarkan dengan tujuan umum penelitian ini yakni adalah hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang diperoleh data primer berupa data mengenai gangguan kepekaan kulit yang mungkin untuk diderita responden. Selain data tentang gangguan kepekaan kulit pada responden, sebagai data primer juga diperoleh data tentang variabel bebas pada penelitian ini dari hasil wawancara dan observasi langsung pada petani hortikultura.

Dalam penelitian ini yang menjadi responden atau sampel adalah petani yang telah menjadi petani selama minimal 5 tahun serta bersedia untuk diwawancarai dan diperiksa. Selain itu yang menjadi syarat untuk menjadi sampel yakni petani yang sebelumnya telah diketahui mengandung arsen positif pada urinnya yang dapat dilihat melalui pemeriksaan arsen pada urin dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pengambilan data melaui tiga tahap. Untuk data gangguan kepekaan kulit diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung pada reponden. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta bantuan pada petugas kesehatan di Puskesmas Ngablak. Pemeriksaan dilakukan pada kulit dibeberapa bagian tubuh responden, sperti di punggung kaki, punggung tangan, dan pinggiran wajah. Pemilihan lokasi kulit yang akan diperiksa pada responden berdasarkan pertimbangan tentang bagian-bagian tubuh yang rawan terkena papran pestisida ketika mencampur maupun melakukan penyemprotan. Hal tersebut dikarenakan responden enggan untuk memkai masker maupun sarung tangan ketika mencampur maupun melakukan penyemprotan pestisida.

Gangguan kepekaan kulit yang diderita oleh responden dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya yakni lama paparan arsen pada pestisida yang diterima responden. Selain lama paparan yang diterima responden, gangguan kepekaan kulit juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal lainnya, seperti masa kerja, kelengkapan dalam pemakaian alat pelinung diri (APD), dan metode penyemprotan oleh petani. Masa kerja sebagai petani yang digeluti selama belasan bahkan puluhan tahun, menyebabkan petani juga dapat terpapar arsen yang terkandung dalam pestisida dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal tersebut tentu dapat membahayakan kesehatan petani apalagi jika didukung dengan perilaku tidak memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap dikarenakan kandungan arsen yang terdapat dalam tubuh responden akan meningkat. Alat pelindung diri yang dapat digunakan oleh petani berupa pakaian atau kaos lengan panjang, celana panjang, topi atau penutup kepala, masker atau penutup hidung, kacamata, sarung tangan, dan sepatu.

Dalam kenyataannya, hanya sedikit petani di lapangan yang mau memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap. Sebagian petani hanya memakai beberapa alat pelindung diri (APD) dengan kondisi yang seadanya dikarenakan mereka beralasan pemakaian alat pelindung diri justru menyulitkan gerak mereka ketika melakukan penyemprotan, seperti dalam pemakaian masker. Petani merasa sulit bernafas apabila mereka memakai masker. Mereka lebih senang untuk tidak menggunakan masker meskipun hal tersebut dapat membahayakan kesehatan bahkan nyawa mereka. Hal tersebut dapat semakin berbahaya jika petani tidak memperhatikan arah datangnya angin ketika mereka melakukan penyemprotan karena jika arah penyemprotan tidak searah dengan datangnya angin, pestisida yang disemprotkan dapat berbalik arah dan mengenai wajah atau anggota badan petani yang tidak terlindungi alat pelindung diri (APD).

Pemeriksaan gangguan kepekaan kulit dilakukan dengan cara mengusap-usapkan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol ke permukaan kulit yang akan diperiksa, selanjutnya tes kepekaan dilakukan dengan cara menyentuhkan dan memberikan tekanan ke permukaan kulit yang akan diperiksa dengan benda berujung tajam untuk mengetahui apakah kulit responden dibagian tersebut masih peka atau tidak terhadap rangsang yang mengenainya. Dari pemeriksaan tersebut, diketahui bahwa 15 orang responden atau 50% dari sampel yang diperiksa mengalami gangguan kepekaan pada kulitnya sedangkan sisanya masih memiliki kepekaan kulit yang baik atau masih normal.

Gangguan kepekaan kulit yang diderita oleh responden dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya yakni lama paparan arsen pada pestisida yang diterima responden. Selain lama paparan yang diterima responden, gangguan kepekaan kulit juga dapat dipengaruhi oleh hal-hal lainnya, seperti masa kerja, kelengkapan dalam pemakaian alat pelinung diri (APD), dan metode penyemprotan oleh petani. Masa kerja sebagai petani yang digeluti selama belasan bahkan puluhan tahun, menyebabkan petani juga dapat terpapar arsen yang terkandung dalam pestisida dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal tersebut tentu dapat membahayakan kesehatan petani apalagi jika didukung dengan perilaku tidak memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap dikarenakan kandungan arsen yang terdapat dalam tubuh responden akan meningkat. Alat pelindung diri yang dapat digunakan oleh petani berupa pakaian atau kaos lengan panjang, celana panjang, topi atau penutup kepala, masker atau penutup hidung, kacamata, sarung tangan, dan sepatu.

Dalam kenyataannya, hanya sedikit petani di lapangan yang mau memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap. Sebagian petani hanya memakai beberapa alat pelindung diri (APD) dengan kondisi yang seadanya dikarenakan mereka beralasan pemakaian alat pelindung diri justru menyulitkan gerak mereka ketika melakukan penyemprotan, seperti dalam pemakaian masker. Petani merasa sulit bernafas apabila mereka memakai masker. Mereka lebih senang untuk tidak menggunakan masker meskipun hal tersebut dapat membahayakan kesehatan bahkan nyawa mereka. Hal tersebut dapat semakin berbahaya jika petani tidak memperhatikan arah datangnya angin ketika mereka melakukan penyemprotan karena jika arah penyemprotan tidak searah dengan datangnya angin, pestisida yang disemprotkan dapat berbalik arah dan mengenai wajah atau anggota badan petani yang tidak terlindungi alat pelindung diri (APD). Penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh responden ketika menyemprot dapat melindungi responden dari paparan arsen pada pestisida serta mengurangi jumlah paparan yang mengenai responden, sehingga arsen pada pestisida yang terkandung di dalam tubuh responden dapat terhindar dari gangguan kesehatan akibat paparan jangka panjang dari arsen pada pestisida. Meskipun hanya dua responden yang memakai alat pelindung (APD) secara lengkap namun seluruh responden telah menggunakan APD di beberapa bagian tubuhnya, misalnya memakai pakaian lengan panjang dan celana atau rok panjang.Dalam penelitian yang telah dilakukan, setelah didapatkan data hasil wawancara dan pemeriksaan terhadap gangguan kepekaan kulit yang mungkin untuk dialami oleh responden kemudian data-data tersebut dianalisa dengan bantuan program SPSS di komputer. Dari analisa yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal.Dari hasil analisis hubungan antara lama paparan arsen dalam pestisida yang dialami responden per minggu dengan gangguan kepekaan kulit yang mungkin untuk dialami oleh responden per minggu dengan gangguan kepekaan kulit, diperoleh angka signifikan 0,469 (p>0,05) hal tersebut menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida per minggu pada responden dengan gangguan kepekaan kulit. Penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida dengan gangguan kepekaan kulit berdasarkan asumsi bahwa dari hasil penelitian tentang kadar arsen akut pada urin petani di Kec. Ngablak ditemukan kandungan arsen positif pada seluruh urin petani.5 Dari penelitian tersebut, dasumsikan bahwa semakin lama petani terpapar arsen yang terkandung pada pestisida maka kandungan arsen dalam tubuh petani semakin tinggi sehingga dapat menimbulkan gangguan pada kepekaan kulitnya. Hal tersebut juga sejalan dengan yang tercantum dalam junal Arsenic Toxicity yang menyatakan bahwa paparan kronis atau jangka panjang dari arsen dalam pestisida dapat menyebabkan peripheral neurophaty yang ditandai dengan adanya gangguan kepekaan kulit pada penderita.6

Tidak adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti mungkin disebabkan karena dari hasil wawancara dan analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa rata-rata responden mengalami lama paparan arsen pada pestisida tiap minggunya selama 3,183 jam atau selama 3 jam. Lama paparan tersebut belum terlalu tinggi dikarenakan penyemprotan yang sesuai aturan dilakukan setiap 5 hari sekali dengan sekali penyemprotan selam 2 jam. Hal tersebut berati rata-rata responden masih melakukan penyemprotan secara normal. Hal tersebut juga didukung dengan data pemeriksaan arsen pada urin responden secara akut yang menunjukkan kandungan arsen pada seluruh urin responden masih dalam kategori normal.5Gangguan kepekaan kulit yang semakin parah atau tetap terkena paparan pestisida dalam jangka panjang dapat menyebabkan penderita terkena penyakit lain yang lebih berbahaya dan sulit dalam penanganan maupun pengobatannya. Apabila gangguan yang ada sudah berkembang menjadi penyakit lain yang lebih parah, misalnya pheripheral neuropathy yang dapat berujung pada kanker kulit dan ditambah dengan adanya penyakit lain, maka pengobatan yang dilakukan semakin sulit dan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya.7

Umumnya, gejala gangguan kepekaan kulit seperti panas dan gatal-gatal setelah terpapar racun pestisida lebih rentan diderita oleh kaum muda. Hal tersebut dikarenakan kulit pada kaum muda masih lebih peka terhadap zat-zat asing yang mengenainya sebagai akibat dari perkembangan organ dan fungsinya yang belum sempurna.8 Meskipun dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara variabel bebas yang diteliti dengan gangguan kepekaan kulit, namun adanya responden yang menderita gangguan kepekaan kulit dapat menjadi gejala awal gangguan ataupun munculnya penyakit lebih serius. Hal tersebut juga didukung dengan kondisi di lapangan dimana responden yang menderita gangguan kepekaan merupakan petani yang rajin melakukan penyemprotan dengan pestisida yang mengandung arsen. Arsen yang terkandung dalam pestisida rentan untuk masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terluka. Setelah masuk dan terakumulasi dalam tubuh, arsen akan bercampur dengan darah dan mengikuti aliran darah pada tingkat seluler dan dibawa oleh sel darah merah, sel darah putih dan sel lainnya yang dapat mengubah arsenal menjadi arsenit yang lebih berbahaya. Hati kemudian akan mengubah absorbsi arsen ke dalam bentuk yang tidak terlalu berbahaya kemudian ginjal akan membuangnya melalui urin. Sebagian besar arsen akan hilang dalam beberapa hari setelah paparan, namun jika jumlahnya sangan besar maka arsen akan didectoksifikasi dan dieliminasi oleh tubuh. Jika paparan terjadi terus menerus, hal tersebut patut diwaspadai dikarenakan tidak semua arsen dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin. Kandungan arsen yang masih tertinggal di dalam tubuh lama kelamaan akan meningkat seiring dengan paparan arsen pada pestisida yang terus terjadi melalui kulit yang dapat berujung pada kanker kulit. Oleh karena itu, meskipun dari hasil analisis diketahui tidak ada hubungan antara variabel variabel yang diteliti dengan kejadian gangguan kepekaan kulit pada petani, namun dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa urin responden positif mengandung arsen dan ditemukan 15 orang responden yang mengalami gangguan kepekaan kulit dari hasil pemeriksaan.

KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian terhadap responden diketahui bahwa 15 orang responden atau 50% dari sampel penelitian mengalami gangguan kepekaan kulit, sedangkan 15 orang responden lainnya masih memiliki kepekaan kulit yang baik atau masih normal.

2. Tidak ada hubungan antara lama paparan arsen pada pestisida per minggu dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang (p-value=0,469).

3. Tidak ada hubungan antara masa kerja sebagai petani dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang (p-value=0,197).

4. Tidak ada hubungan antara kelengkapan pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang (p-value=0,483).

5. Tidak ada hubungan antara arah penyemprotan dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di Kec. Ngablak Kab. Magelang (p-value=1,121) dan metode penyemprotan yang buruk bukan merupakan faktor resiko bagi petani untuk mengalami gangguan kepekaan kulit (RP=3,5 dan 95% CI 0,692-17,714).SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lama paparan arsen pada pestisida dengan gangguan kepekaan kulit pada petani hortikultura di lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djojosumarto, Panut. Teknik Aplikasi Pestisida. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 2000.

2. BPPK Kecamatan Ngablak. Data Kelompok Tani Hasil Revitalisasi. 2007.

3. Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat Pupuk dan Pestisida. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Jakarta : Kementrian Pertanian 2011.4. Anonim. Pencegahan Keracunan Arsenik Dalam Air Minum. 2005.5. Isni. Khoiriyah. Kadar Arsen dalam Urin sebagai Indikator Paparan Akut Terhadap Pestisida Pada Petani Sayur di Kec. Ngablak Kab. Magelang, Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen Dalam Urin. Semarang. 2012.

6. ATSDR. Case Studies in Environmental Medicine Arsenic Toxicity. U.S Departement of Health and Human Service. 2000.7. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kkabupaten Magelang. Hasil Pemeriksaan Sampel Cholinesterase di Kabupaten Magelang. 2006.

8. Koeman, JH. Pengantar Umum Toksikologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1987.