30. helopeltis sp. teh
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh
1/6
SERANGAN Helopeltis sp. PADA TEH DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR
PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA
PADA TRIWULAN II 2013
Dina Ernawati, SP. dan Tri Rejeki, SP.
Tanaman teh adalah tanaman pohon hijau tahunan yang ditumbuhkan secara
monokultur. Munculnya hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan serius pada
tanaman teh dengan dampak signifikan terhadap produktivitas dan kualitasnya. Seluruh
bagian tanaman yaitu daun, batang, akar, bunga, dan buah rentan terhadap hama dan
patogen yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil 7-10% per tahun jika dibiarkan.
Insidensi dan intensitas serangan ini sangat bervariasi dalam iklim, kemiringan dan bahan
tanaman yang digunakan (Barthakur, 2011). Tercatat sebanyak 1034 spesies arthropoda, 82spesies nematoda, 1 penyakit yang disebabkan oleh ganggang (alga) dan 350 penyakit
yang disebabkan oleh jamur berasosiasi dengan tanaman teh (Chen dan Chen, 1989 cit.
Mamun and Ahmed, 2011).
Helopeltis antonii Signoret adalah salah satu hama yang sering menimbulkan
kerugian di beberapa kebun teh. Populasi hama lebih dari 8 ekor/m 2 (terdiri atas 2 ekor
dewasa dan 6 ekor nimfa) atau intensitas serangan 65,50% dapat menurunkan produksi
pucuk teh klon Kiara-8 sebesar 87,60% selama 8 minggu (Dharmadi, 1989 cit. Atmadja,
2003). Menurut Widayat et al. (1996) cit. Atmadja (2003), H. antoniihampir selalu menjadi
masalah di berbagai perkebunan teh di Indonesia. Kehilangan hasil yang diakibatkan hama
ini dapat mencapai 40% bahkan lebih. Menurut Sukasman (1996) cit. Atmadja (2003),
serangan yang berat dapat menimbulkan kerugian sekitar 50-100%.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, daun muda (pucuk) teh yang terserang H.
antonii pada hari pertama serangan kelihatan bekas tusukan (bercak-bercak) coklat, pada
hari kedua tusukan H. antoniisemakin melebar, pada hari ketiga bekas tusukan kelihatan
menyatu makin lebar agak kering lama-kelamaan kering dan mati. Serangga imago betina
menusuk dan menghisap cairan daun teh, di samping itu serangga tersebut meletakkan
terlurnya di bawah pucuk daun teh. Telur H. antonii yang diletakkan di bawah pucuk
daun teh setelah 6-7 hari akan menetas menjadi nimfa instar 1 dan merusak (menusuk
dan menghisap cairan) daun pucuk teh tersebut, sehingga pucuk daun teh tidak bisa
dipanen (Atmadja, 2012).
Tanaman teh lebih banyak diusahakan dalam bentuk Perkebunan Rakyat (PR), dan
di wilayah kerja BBPPTP Surabaya dibudidayakan di 3 provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
-
7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh
2/6
Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Gambar 1. Peta Luas Areal Tanaman Teh di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya padaTriwulan II Tahun 2013
Gambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki luas areal
tanaman teh terluas yaitu 38.547,40 ha, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh Jawa
Tengah seluas 4.194 ha, dan DIY seluas 296,51 ha.
Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Gambar 2. Grafik Perbandingan Luas Serangan Helopeltissp. pada Teh di Wilayah KerjaBBPPTP Surabaya antara Triwulan I dengan Triwulan II Tahun 2013
-
7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh
3/6
Pada Gambar 2. terlihat bahwa terjadi penurunan luas serangan Helopeltissp. pada
teh di Provinsi Jawa Barat pada triwulan II jika dibandingkan dengan triwulan I. Secara
umum, total luas serangan Helopeltissp. pada teh di wilayah kerja BBPPTP Surabaya pada
triwulan II tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 8,78% dari luas serangan sebesar
3.932,11 ha (triwulan I) menjadi 3.586,11 ha (triwulan II). Penurunan luas serangan ini
terkait dengan tindakan pengendalian yang telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta,
maupun petani sendiri. Jika dilihat dari perbandingan luas serangan dengan luas
pengendalian pada triwulan II tahun 2013 (Gambar 3), terlihat bahwa luas areal tanaman teh
yang dikendalikan melebihi luas areal tanaman teh yang terserang.
Dharmadi dan Abdurachman (1985) cit. Atmadja (2012), menyatakan bahwa pada
tanaman teh, daun yang dipetik 6 hari menurunkan intensitas serangan sebanyak 45,12%
setelah mengalami 11 kali petik, dan daur petik 7 hari menurunkan intensitas serangan
49,90% setelah 10 kali petik. Daur petik yang lebih pendek dengan standar petikan medium
meningkatkan produksi pucuk secara kumulatif dalam satuan waktu tertentu dibanding daur
petik yang lebih panjang. Hal ini karena daur petik yang lebih panjang akan memberikan
kesempatan pada telur yang diletakan pada internodus pucuk teh untuk menetas karena
masa inkubasi telur berkisar 8-15 hari.
Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Gambar 3. Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Helopeltis sp. padaTeh di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya pada Triwulan II Tahun 2013
Berdasarkan analisis tingkat serangan Helopeltis sp. pada teh di wilayah kerja
BBPPTP Surabaya, Provinsi Jawa Tengah dan DIY berada dalam kategori tingkat serangan
aman, sementara Jawa Barat berada pada kategori tingkat serangan sedang (Gambar 4).
-
7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh
4/6
Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Gambar 4. Peta Tingkat Serangan Helopeltissp. pada Teh di Wilayah Kerja BBPPTPSurabaya Triwulan II Tahun 2013
Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah berbatasan langsung dengan Provinsi
Jawa Barat harus mewaspadai agar serangan Helopeltissp. tidak menyebar hingga ke Jawa
Tengah. Monitoring yang dilakukan secara periodik dan berkelanjutan dilakukan untuk
memantau perkembangan populasi dan serangan hama ini, selanjutnya data tersebut
digunakan sebagai bahan acuan pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Upaya
pengendalian secara intensif diperlukan untuk menekan serangan hama tersebut di Provinsi
Jawa Barat.
Adapun upaya pengendalian Helopeltissp. pada tanaman teh antara lain:
1. Pengendalian secara kultur teknis
Pada tanaman teh, pemberian pupuk yang tepat dan teratur diperlukan untuk
mendapatkan keseimbangan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman yang sehat
relatif tahan terhadap gangguan hama. Ketersediaan unsur hara yang cukup, menjadikan
tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, karena pertumbuhan lebih baik
dan cepat pulih dari kerusakan. Pemupukan yang berlebihan menyebabkan tanaman
menjadi peka terhadap serangan hama, karena pucuk teh bertambah sehingga disenangi
oleh hama tersebut (Dharmadi, 1990 cit. Atmadja, 2012). Pemangkasan perdu teh sering
dilakukan untuk menghindari dari gangguan H. antonii. Akibat pemangkasan, H. antonii
tidak ditemukan pada perdu teh saat dipangkas sampai 16 minggu. Sanitasi gulma sebagai
-
7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh
5/6
tanaman inang di sekitar pertanaman teh juga harus dilakukan. Selain itu, dianjurkan untuk
menanaman teh klon tahan dan berproduksi tinggi seperti TRI 2024, TRI-2025, PS-1, SA-35,
Kiara-8, PS-125, dan RB-1 (Atmadja, 2012).
2. Pengendalian secara hayati
Berdasarkan hasil inventarisasi, predator H. antonii adalah dari kelompok Mintidae,
Reduviidae, Arachnidae, dan semut. Parasitoid Eupharus helopeltianusmerupakan musuh
alami yang cukup potensial. Patogen yang menyerang H. antonii yaitu jamur Metarhizium
yang dapat berperan sebagai biota pengendali secara hayati di kebun teh (Dharmadi, 1990
cit. Atmadja, 2012).
3. Penggunaan insektisida nabati
Daun dan biji srikaya mengandung lanonin dan anonain yang berdifat insektisidal.
Ekstrak daun srikaya yang dilarutkan dalam air memiliki aktivitas antifeedant terhadap
Helopeltis sp. sebesar 66-82% (Gurusubramanian et al., 2008 cit. Mamun and Ahmed,
2011). Akar tuba (Derris elliptica) mengandung 4-11% rotenon. Larutan yang akan
disemprotkan harus mengandung 0,002% hingga 0,004% bahan aktif yang berguna untuk
mengendalikan hama pengisap seperti Helopeltis sp. insektisida nabati ini bersifat racun
kontak dan perut (Mamun and Ahmed, 2011).
Daftar Pustaka
Atmadja, WR. 2003. Status Helopeltis antonii sebagai Hama pada Beberapa TanamanPerkebunan dan Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 22 (2) : 57-63p.
Atmadja, WR. 2012. Pedoman Teknis Teknologi Tanaman Rempah dan Obat :Pengendalian Terpadu Helopeltis Tanaman Perkebunan. Unit Penerbitan danPublikasi Balittro, Bogor. 25p.
Barthakur, BK. 2011. Recent Approach of Tocklai to Plant Protection in Tea in North EastIndia. Science and Culture Vo. 77, Nos. 9-10 : 381-384p.
Bidang Proteksi. 2013. Data Triwulan II. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan
Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang.
Mamun, MSA. and M. Ahmed. 2011. Prospect of Indigenous Plant Extracts in Tea PestManagement. Int. J. Agril. Res. Innov. & Tech. 1 (1&2) : 16-23p.
-
7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh
6/6