30. helopeltis sp. teh

Upload: galuhrahmaprandinyputri

Post on 19-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh

    1/6

    SERANGAN Helopeltis sp. PADA TEH DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR

    PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA

    PADA TRIWULAN II 2013

    Dina Ernawati, SP. dan Tri Rejeki, SP.

    Tanaman teh adalah tanaman pohon hijau tahunan yang ditumbuhkan secara

    monokultur. Munculnya hama dan penyakit dapat menyebabkan kerusakan serius pada

    tanaman teh dengan dampak signifikan terhadap produktivitas dan kualitasnya. Seluruh

    bagian tanaman yaitu daun, batang, akar, bunga, dan buah rentan terhadap hama dan

    patogen yang dapat mengakibatkan kehilangan hasil 7-10% per tahun jika dibiarkan.

    Insidensi dan intensitas serangan ini sangat bervariasi dalam iklim, kemiringan dan bahan

    tanaman yang digunakan (Barthakur, 2011). Tercatat sebanyak 1034 spesies arthropoda, 82spesies nematoda, 1 penyakit yang disebabkan oleh ganggang (alga) dan 350 penyakit

    yang disebabkan oleh jamur berasosiasi dengan tanaman teh (Chen dan Chen, 1989 cit.

    Mamun and Ahmed, 2011).

    Helopeltis antonii Signoret adalah salah satu hama yang sering menimbulkan

    kerugian di beberapa kebun teh. Populasi hama lebih dari 8 ekor/m 2 (terdiri atas 2 ekor

    dewasa dan 6 ekor nimfa) atau intensitas serangan 65,50% dapat menurunkan produksi

    pucuk teh klon Kiara-8 sebesar 87,60% selama 8 minggu (Dharmadi, 1989 cit. Atmadja,

    2003). Menurut Widayat et al. (1996) cit. Atmadja (2003), H. antoniihampir selalu menjadi

    masalah di berbagai perkebunan teh di Indonesia. Kehilangan hasil yang diakibatkan hama

    ini dapat mencapai 40% bahkan lebih. Menurut Sukasman (1996) cit. Atmadja (2003),

    serangan yang berat dapat menimbulkan kerugian sekitar 50-100%.

    Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, daun muda (pucuk) teh yang terserang H.

    antonii pada hari pertama serangan kelihatan bekas tusukan (bercak-bercak) coklat, pada

    hari kedua tusukan H. antoniisemakin melebar, pada hari ketiga bekas tusukan kelihatan

    menyatu makin lebar agak kering lama-kelamaan kering dan mati. Serangga imago betina

    menusuk dan menghisap cairan daun teh, di samping itu serangga tersebut meletakkan

    terlurnya di bawah pucuk daun teh. Telur H. antonii yang diletakkan di bawah pucuk

    daun teh setelah 6-7 hari akan menetas menjadi nimfa instar 1 dan merusak (menusuk

    dan menghisap cairan) daun pucuk teh tersebut, sehingga pucuk daun teh tidak bisa

    dipanen (Atmadja, 2012).

    Tanaman teh lebih banyak diusahakan dalam bentuk Perkebunan Rakyat (PR), dan

    di wilayah kerja BBPPTP Surabaya dibudidayakan di 3 provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat,

    Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

  • 7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh

    2/6

    Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013

    Gambar 1. Peta Luas Areal Tanaman Teh di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya padaTriwulan II Tahun 2013

    Gambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki luas areal

    tanaman teh terluas yaitu 38.547,40 ha, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh Jawa

    Tengah seluas 4.194 ha, dan DIY seluas 296,51 ha.

    Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013

    Gambar 2. Grafik Perbandingan Luas Serangan Helopeltissp. pada Teh di Wilayah KerjaBBPPTP Surabaya antara Triwulan I dengan Triwulan II Tahun 2013

  • 7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh

    3/6

    Pada Gambar 2. terlihat bahwa terjadi penurunan luas serangan Helopeltissp. pada

    teh di Provinsi Jawa Barat pada triwulan II jika dibandingkan dengan triwulan I. Secara

    umum, total luas serangan Helopeltissp. pada teh di wilayah kerja BBPPTP Surabaya pada

    triwulan II tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 8,78% dari luas serangan sebesar

    3.932,11 ha (triwulan I) menjadi 3.586,11 ha (triwulan II). Penurunan luas serangan ini

    terkait dengan tindakan pengendalian yang telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta,

    maupun petani sendiri. Jika dilihat dari perbandingan luas serangan dengan luas

    pengendalian pada triwulan II tahun 2013 (Gambar 3), terlihat bahwa luas areal tanaman teh

    yang dikendalikan melebihi luas areal tanaman teh yang terserang.

    Dharmadi dan Abdurachman (1985) cit. Atmadja (2012), menyatakan bahwa pada

    tanaman teh, daun yang dipetik 6 hari menurunkan intensitas serangan sebanyak 45,12%

    setelah mengalami 11 kali petik, dan daur petik 7 hari menurunkan intensitas serangan

    49,90% setelah 10 kali petik. Daur petik yang lebih pendek dengan standar petikan medium

    meningkatkan produksi pucuk secara kumulatif dalam satuan waktu tertentu dibanding daur

    petik yang lebih panjang. Hal ini karena daur petik yang lebih panjang akan memberikan

    kesempatan pada telur yang diletakan pada internodus pucuk teh untuk menetas karena

    masa inkubasi telur berkisar 8-15 hari.

    Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013

    Gambar 3. Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Helopeltis sp. padaTeh di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya pada Triwulan II Tahun 2013

    Berdasarkan analisis tingkat serangan Helopeltis sp. pada teh di wilayah kerja

    BBPPTP Surabaya, Provinsi Jawa Tengah dan DIY berada dalam kategori tingkat serangan

    aman, sementara Jawa Barat berada pada kategori tingkat serangan sedang (Gambar 4).

  • 7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh

    4/6

    Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013

    Gambar 4. Peta Tingkat Serangan Helopeltissp. pada Teh di Wilayah Kerja BBPPTPSurabaya Triwulan II Tahun 2013

    Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah berbatasan langsung dengan Provinsi

    Jawa Barat harus mewaspadai agar serangan Helopeltissp. tidak menyebar hingga ke Jawa

    Tengah. Monitoring yang dilakukan secara periodik dan berkelanjutan dilakukan untuk

    memantau perkembangan populasi dan serangan hama ini, selanjutnya data tersebut

    digunakan sebagai bahan acuan pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Upaya

    pengendalian secara intensif diperlukan untuk menekan serangan hama tersebut di Provinsi

    Jawa Barat.

    Adapun upaya pengendalian Helopeltissp. pada tanaman teh antara lain:

    1. Pengendalian secara kultur teknis

    Pada tanaman teh, pemberian pupuk yang tepat dan teratur diperlukan untuk

    mendapatkan keseimbangan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman yang sehat

    relatif tahan terhadap gangguan hama. Ketersediaan unsur hara yang cukup, menjadikan

    tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, karena pertumbuhan lebih baik

    dan cepat pulih dari kerusakan. Pemupukan yang berlebihan menyebabkan tanaman

    menjadi peka terhadap serangan hama, karena pucuk teh bertambah sehingga disenangi

    oleh hama tersebut (Dharmadi, 1990 cit. Atmadja, 2012). Pemangkasan perdu teh sering

    dilakukan untuk menghindari dari gangguan H. antonii. Akibat pemangkasan, H. antonii

    tidak ditemukan pada perdu teh saat dipangkas sampai 16 minggu. Sanitasi gulma sebagai

  • 7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh

    5/6

    tanaman inang di sekitar pertanaman teh juga harus dilakukan. Selain itu, dianjurkan untuk

    menanaman teh klon tahan dan berproduksi tinggi seperti TRI 2024, TRI-2025, PS-1, SA-35,

    Kiara-8, PS-125, dan RB-1 (Atmadja, 2012).

    2. Pengendalian secara hayati

    Berdasarkan hasil inventarisasi, predator H. antonii adalah dari kelompok Mintidae,

    Reduviidae, Arachnidae, dan semut. Parasitoid Eupharus helopeltianusmerupakan musuh

    alami yang cukup potensial. Patogen yang menyerang H. antonii yaitu jamur Metarhizium

    yang dapat berperan sebagai biota pengendali secara hayati di kebun teh (Dharmadi, 1990

    cit. Atmadja, 2012).

    3. Penggunaan insektisida nabati

    Daun dan biji srikaya mengandung lanonin dan anonain yang berdifat insektisidal.

    Ekstrak daun srikaya yang dilarutkan dalam air memiliki aktivitas antifeedant terhadap

    Helopeltis sp. sebesar 66-82% (Gurusubramanian et al., 2008 cit. Mamun and Ahmed,

    2011). Akar tuba (Derris elliptica) mengandung 4-11% rotenon. Larutan yang akan

    disemprotkan harus mengandung 0,002% hingga 0,004% bahan aktif yang berguna untuk

    mengendalikan hama pengisap seperti Helopeltis sp. insektisida nabati ini bersifat racun

    kontak dan perut (Mamun and Ahmed, 2011).

    Daftar Pustaka

    Atmadja, WR. 2003. Status Helopeltis antonii sebagai Hama pada Beberapa TanamanPerkebunan dan Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian 22 (2) : 57-63p.

    Atmadja, WR. 2012. Pedoman Teknis Teknologi Tanaman Rempah dan Obat :Pengendalian Terpadu Helopeltis Tanaman Perkebunan. Unit Penerbitan danPublikasi Balittro, Bogor. 25p.

    Barthakur, BK. 2011. Recent Approach of Tocklai to Plant Protection in Tea in North EastIndia. Science and Culture Vo. 77, Nos. 9-10 : 381-384p.

    Bidang Proteksi. 2013. Data Triwulan II. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan

    Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang.

    Mamun, MSA. and M. Ahmed. 2011. Prospect of Indigenous Plant Extracts in Tea PestManagement. Int. J. Agril. Res. Innov. & Tech. 1 (1&2) : 16-23p.

  • 7/23/2019 30. Helopeltis Sp. Teh

    6/6