354-715-1-sm

14
1 PENGURAIAN TANDA ( DECODING ) PADA RUMOH  ACEH DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA (Elaboration of Sign (Decoding) of Rumoh Aceh Using Semiotics Approach ) Riza Aulia Putra 1 , Agus S. Ekomadyo 2  1,2 Sekolah Arsitektur, Perencanaa n dan Pengemba ngan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10 Bandung 1 [email protected], 2 [email protected] ABSTRACT Rumoh Aceh is one of the artefacts from the cultural society. As a cultural artefact, rumoh Aceh can be read as a text that represented of a society tradition. There are messages that are contained in rumoh Aceh. The architecture of rumoh Aceh has been influenced by Islam as a majority rel igion in the so ciety. To be able to kno w the message tha t attach in the architecture of rumoh Aceh, it is needed to elaborate the architectural components. Semiotics is one of method that can be used to read or disclose the message that contain in architectural object based on an existing signature or code (decoding). The process of elaboration of the sign using semiotic approach relies heavily on social agreements in a society where the object of architecture is located. The purpose of this article is to expose the messages attach in the architecture of rumohAceh as an efforts of transposition in order to appreciate and preserve the values of architecture of rumoh Aceh so that it can eventually be translated into new architectural forms in t he present context. Keyword: architecture of rumoh Aceh, decoding, semiotics. ABSTRAK Rumoh Aceh  merupakan salah satu artefak dari sebuah kebudayaan masyarakat. Sebagai sebuah artefak budaya, rumoh Aceh  dapat dibaca sebagai teks yang merepresentasikan tradisi suatu masyarakat. Terdapat pesan-pesan yang terkandung di dalam rumoh Aceh . Pengaruh Islam yang sangat kuat pada masyarakat Aceh turut serta mempengaruhi tatanan pada arsitektur rumoh Aceh . Untuk dapat mengetahui pesan yang terkandung dalam arsitektur rumoh Aceh  tersebut perlu dilakukan upaya penguraian terhadap komponen- komponen arsitekturnya. Semiotika merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk membaca atau menyingkap pesan yang terdapat pada sebuah objek arsitektur berdasarkan kode atau tanda yang ada ( decoding ). Proses penguraian tanda dengan pendekatan semiotika ini sangat bergantung pada kesepakatan sosial yang terdapat pada sebuah masyarakat dimana objek arsitektur itu berada. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengungkap pesan yang terkandung dalam arsitektur rumoh Aceh  sebagai upaya transposisi untuk mengapresiasi dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam arsitektur rumoh Aceh  sehingga nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bentuk arsitektur baru dalam konteks kekinian. Kata kunci : arsitektur rumoh Aceh , decoding,  semiotika. 

Upload: irfan-saptadi

Post on 07-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 1/14

1

PENGURAIAN TANDA (DECODING ) PADA RUMOH  ACEHDENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA

(Elaboration of Sign (Decoding) of Rumoh Aceh Using Semiotics Approach )

Riza Aulia Putra1, Agus S. Ekomadyo2 1,2Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi BandungJl. Ganesha No. 10 Bandung

1 [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Rumoh Aceh is one of the artefacts from the cultural society. As a cultural artefact, rumohAceh can be read as a text that represented of a society tradition. There are messages thatare contained in rumoh Aceh. The architecture of rumoh Aceh has been influenced by Islam

as a majority religion in the society. To be able to know the message that attach in thearchitecture of rumoh Aceh, it is needed to elaborate the architectural components.Semiotics is one of method that can be used to read or disclose the message that contain inarchitectural object based on an existing signature or code (decoding). The process ofelaboration of the sign using semiotic approach relies heavily on social agreements in asociety where the object of architecture is located. The purpose of this article is to expose themessages attach in the architecture of rumohAceh as an efforts of transposition in order toappreciate and preserve the values of architecture of rumoh Aceh so that it can eventually betranslated into new architectural forms in the present context.

Keyword: architecture of rumoh Aceh, decoding, semiotics.

ABSTRAK

Rumoh Aceh  merupakan salah satu artefak dari sebuah kebudayaan masyarakat. Sebagaisebuah artefak budaya, rumoh Aceh   dapat dibaca sebagai teks yang merepresentasikantradisi suatu masyarakat. Terdapat pesan-pesan yang terkandung di dalam rumoh Aceh .Pengaruh Islam yang sangat kuat pada masyarakat Aceh turut serta mempengaruhi tatananpada arsitektur rumoh Aceh . Untuk dapat mengetahui pesan yang terkandung dalamarsitektur rumoh Aceh   tersebut perlu dilakukan upaya penguraian terhadap komponen-komponen arsitekturnya. Semiotika merupakan salah satu metode yang dapat digunakanuntuk membaca atau menyingkap pesan yang terdapat pada sebuah objek arsitektur

berdasarkan kode atau tanda yang ada (decoding ). Proses penguraian tanda denganpendekatan semiotika ini sangat bergantung pada kesepakatan sosial yang terdapat padasebuah masyarakat dimana objek arsitektur itu berada. Tujuan penulisan ini adalah untukmengungkap pesan yang terkandung dalam arsitektur rumoh Aceh   sebagai upayatransposisi untuk mengapresiasi dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalamarsitektur rumoh Aceh  sehingga nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bentuk arsitekturbaru dalam konteks kekinian.

Kata kunci : arsitektur rumoh Aceh , decoding, semiotika. 

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 2/14

2

PENDAHULUANArsitektur tradisional merupakan

salah satu artefak dari kebudayaanmasyarakat pada suatu daerah. Arsitekturtradisional berkembang sejalan denganperkembangan suatu suku bangsaataupun bangsa. Terdapat nilai-nilaisosial, religi, dan budaya di dalamarsitektur tradisional sehinggamenyebabkan arsitektur tradisional dapatdianggap sebagai indentitas sebuah sukubangsa atau daerah.

Aceh sebagai sebuah suku bangsadi Indonesia memiliki artefakkebudayaannya sendiri, salah satunyayaitu rumoh Aceh (rumah Aceh).RumohAceh merupakan artefak kebudayaan

yang berfungsi sebagai tempat berhunibagi masyarakat Aceh.Tentunya sebagaisebuah arsitektur,rumoh Aceh   memilikipesan tersendiri di dalamnya. Apabilasetiap komponen dari rumoh Aceh dibacatanda-tandanya, maka akan didapatkanpesan-pesan yang terkandung padarumoh Aceh .

Salah satu metode untuk membacapesan yang terdapat pada objek arsitekturadalah dengan pendekatan semiotika.Namun, penggunaan metode semiotika

terhadap objek kebudayaan harus terlebihdahulu memandang objek tersebutsebagai sebuah rangkaian tanda yangmemiliki makna dan pesan yang ingindisampaikan oleh pembuatnya (Piliang,2010:347). Dalam proses penyingkapanmakna yang dikodekan (decoding ) melaluipendekatan semiotika, diperlukan suatukesepakatan dalam masyarakat atau yangdikenal dengan konvensi sosial.

Melalui makalah ini akan diungkapbagaimana objek arsitektur ditelusuri

pesan yang terdapat di dalamnya denganpendekatan semiotika. Proses pencarianpesan ini merupakan sebuah upayatransposisi yang bertujuan untukmengapresiasi dan melestarikan arsitekturrumoh Aceh   untuk nantinya dapatditerjemahkan ke dalam konteks kekinian.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan melakukanpenafsiran terhadap data lapangan yangdiperoleh. Proses penafsiran tersebutdidasarkan dengan referensi-referensi

lokal yang berasal dari nilai-nilai sosial danbudaya yang berlaku pada masyarakatAceh. Proses pengumpulan datadilakukan dengan melakukan observasilangsung terhadap rumoh Aceh ,dokumentasi objek penelitian danmelakukan wawancara terhadap tokohbudayawan Aceh, akademisi arsitekturdan utoh (pelaku arsitektur rumoh Aceh ).Data yang diperoleh kemudian dianalisisdengan menggunakan pendekatansemiotika struktural dari Ferdinand deSaussure untuk mengurai tanda yangterdapat pada arsitektur rumoh Acehtersebut.

SEMIOTIKA SEBAGAI METODE

DECODING  DALAM ARSITEKTURSemiotika merupakan ilmu yangmempelajari tentang tanda sebagai bagiandari kehidupan sosial. Semiotikamempelajari tentang struktur, jenis,tipologi dan relasi tanda dalampenggunaanya di dalam masyarakat(Piliang, 2010:46). Semiotika sebagaidisiplin ilmu mulai berkembang sejalandengan perkembangan potsmodern.Semiotika pada awalnya dikembangkandalam lingkup kajian bahasa. Semiotika

mulai bersinggungan dengan arsitekturketika mulai disadari bahwa arsitektur jugamerupakan serangkaian tanda danbahasa (Ekomadyo, 1999:1).

Semiotika menjadikan kebudayaansebagai salah satu objek kajiannya. Hal inidikarenakan pada saat ini objekkebudayaan dipandang sebagai sebuahfenomena bahasa yang memiliki pesandan makna di dalamnya. Dengan metodesemiotika pesan atau makna yangterdapat pada objek kebudayaan tersebut

dapat diungkap.Pendekatan semiotika dalam

arsitektur yang cukup populer adalahpendekatan semiotika struktural yangdikembangkan oleh Ferdinand deSaussure dan semiotika pragmatis yangdikembangkan oleh Charles SandersPeierce. Ferdinand de Saussuremendefinisikan semiotika sebagai ilmupengetahuan yang mempelajari tandadalam kehidupan di masyarakat. Dalampandangan Saussure sesuatu yangdigunakan seseorang untukmengungkapkan sesuatu kepada yang

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 3/14

3

lain dianggap sebagai tanda (sign ) yangmengandung unsur yang menandakan(signifier ) dan unsur yang ditandakan(signified ). Pemaknaan tanda bahasamenurut de Saussure terjadi apabilamanusia mengaitkan penanda denganpetanda. Hubungan antara penanda danpetanda ini tidak bersifat pribadi melainkandidasari oleh kesepakatan bersama atauadanya konvensi sosial (Hoed, 2014:6).

Semiotika struktural dapatdigunakan sebagai dasar dan landasandalam melakukan analisis terhadap objekkebudayaan. Penggunaan semiotikastruktural dalam kajian kebudayaan tidakhanya terbatas pada proses penyingkapankode (decoding ) saja, melainkan juga

dapat digunakan untuk merekonstruksitanda (encoding ) sebagai upayamenciptakan objek yang baru. Dalampenggunaannya semiotika strukturalmembutuhkan adanya kesepakatan sosialdalam sebuah masyarakat (konvesisosial), sehingga makna yang diungkapdari objek kebudayaan tersebut memilikilandasan yang kuat. Oleh karena itu,referensi-referensi lokal yang berupa nilai-nilai sosial budaya masyarakat akanmempengaruhi proses pembacaan pesan

dalam sebuah objek arsitektur.

Gambar 1. Unsur pembentuk tanda strukturalismenurut pandangan Saussure(Sumber : Piliang, 2010)

ARSITEKTUR RUMOH ACEHRumoh  (rumah) Aceh  adalah tempat

hunian suku bangsa Aceh yang berbentukpanggung dengan ditopang oleh tiang-tiang kayu berbentuk bulat. Wujud dariarsitektur rumoh Aceh   merupakanpengejewantahan dari kearifan dalammenyikapi alam dan keyakinan(religiusitas) masyarakat Aceh. Arsitekturrumah berbentuk panggung dengan

menggunakan kayu sebagai bahandasarnya merupakan bentuk adaptasimasyarakat Aceh terhadap kondisilingkungannya. Secara kolektif pula,struktur rumah berbentuk panggungmemberikan kenyamanan tersendirikepada penghuninya. Denganmengangkat bagian rumah ke atas makahal ini dapat menghindari dari gangguanbinatang buas. Bentuk rumah panggung juga menjadikan bagian kolongdibawahnya sebagai tempat beraktifitasdan bersosialisasi antar warga. Bagiankolong rumah ini terkadang jugadigunakan sebagai tempat penyimpananpadi atau lumbung padi yang di dalambahasa Aceh disebut krong pade   (Mirsa,

2013:18).

Gambar 2. Rumoh Aceh(Sumber : Dokumentasi Putra, 2015)

Kearifan dalam menyikapi alam dankeyakinan (religiusitas) juga terlihat padaorientasi bangunan rumoh Aceh. RumohAceh   letaknya membujur dari timur kebarat. Hal ini diyakini dengan posisi sepertiini bangunan rumoh Aceh  senantiasa akanmenghadap ke arah barat yangmerupakan arah kiblat ibadah shalat.

Disamping itu faktor alam berupa arahangin di Aceh yang bertiup dari arah timurke barat atau sebaliknya juga menjadipertimbangan yang menyebabkan arahorientasi bangunan rumoh aceh membujurdari timur ke barat.

Tatanan Ruang Dalam Rumoh AcehSecara vertikal rumoh Aceh   terdiri

dari tiga bagian, yaitu kaki, badan dankepala. Kaki berupa bagian kolong darirumoh Aceh   yang tercipta daripengangkatan lantai rumoh Aceh  setinggi± 2,8 m sampai ± 3 m. Kolong ini

Signifier  Penanda 

Signified  Petanda

ReferentRujukan 

Sign  

Tanda 

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 4/14

4

umumnya berfungsi sebagai ruang publik.Badan rumoh Aceh   merupakan bagianruang dalam dari rumoh Aceh   itu sendiriyang terdiri dari beberapa ruang.Sedangkan bagian kepala merupakanatap yang berbentuk pelana.

Sedangkan secara horizontal rumoh

Aceh  terdiri dari tiga bagian yaitu seuramo

keu  (ruang depan), tungai  (ruang tengah),

dan seuramoe likot   (ruang belakang).

Ketiga ruang ini memiliki fungsi dan nilai

yang berbeda sehingga membuat

ketinggian ketiga ruang ini tidaklah sama. 

Ruang tengah memiliki ketinggianyang lebih tinggi kurang lebih 50 cm dariruang depan dan ruang belakang.

Seuramo Keu  (ruang depan)Bagian ini merupakan ruang yang

terletak pada bagian depan yangberhubungan langsung dengan pintumasuk utama. Ruang depan bersifatpublik dan terbuka. Ruang ini berbentukpersegi tanpa ada sekat-sekat. Ruang ini

Gambar 3. Bagian rumoh Aceh secara vertikal(Sumber : Dokumentasi Putra, 2015)

Gambar 4. Denahrumoh aceh  (Sumber : Dokumentasi Putra, 2015)

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 5/14

5

berfungsi sebagai tempat menerima tamu,tempat untuk makan, tempat melakukansyukuran, ataupun kegiatan yang bersifatpublik lainnya. Pada dinding sisi baratterdapat sebuah pintu yang tingginya lebihrendah dari ketinggian orang dewasa,sekitar 150 sampai 180 cm sehinggasetiap orang yang masuk harusmenundukkan kepalanya. Hal inimengandung pesan bahwa setiap orangyang masuk ke dalam rumoh Aceh  harusmenunduk sebagai tanda hormat kepadapemilik rumah. Pintu masuk ini tidak selaluterdapat pada dinding sisi barat, terkadangpintu utama berada pada dinding sisiselatan.

Gambar 5. Seuramo keu  / ruang depan (kiri) danrienyeun / tangga (kanan)

(Sumber : Dokumentasi Putra, 2015)

Pada ruang depan juga terdapattangga sebagai akses masuk sehinggaruang ini juga disebut seuramoe rinyeun  (rinyeun = tangga). Tangga pada rumohAceh  tidak hanya berfungsi sebagai aksesmasuk, tetapi sebagai alat kontrol sosialdalam interaksi sehari-hari. Keberadaantangga untuk memasuki rumohAceh bukan hanya berfungsi sebagai alatuntuk naik ke bangunan rumah, tetapi juga

berfungsi sebagai titik batas yang hanyaboleh didatangi oleh tamu yang bukananggota keluarga atau sahabat dekat.Apabila di rumah tidak ada anggotakeluarga yang laki-laki, maka “pantangdan tabu” bagi tamu yang bukan keluargadekat (baca: muhrim) untuk naik ke rumah(Mirsa, 2013:20).

Tungai  (ruang tengah)Ruang tengah memiliki sifat yang

privat dan tertutup. Derajat ruangan inilebih tinggi sehingga lantai ruang tengahini lebih tinggi sekitar 50 cm dari ruang

depan dan ruang belakang. Ruang tengahberfungsi sebagai tempat tidur. Padaruang ini terdapat dua buah kamar tidur,satu terletak pada sisi barat dan satunyalagi terletak pada sisi timur. Pada bagiantengah antara kamar di sisi timur dengankamar di sisi barat terdapat sebuah lorongyang menghubungkan ruang depandengan ruang belakang yang disebutdengan rambat . Kamar yang berada padasisi barat disebut rumoh inong , sedangkanyang berada pada sisi timur disebutanjong .

Gambar 6. Rambat (kiri) dan kamar (kanan)(Sumber : Dokumentasi Putra, 2015) 

Rumoh inong   umumnya ditempatioleh kepala keluarga yaitu orang tua,sedangkan anjong ditempati oleh anak

perempuan. Jika anak perempuan sudahmenikah maka rumoh inong   akanditempati oleh anak perempuan tersebutdan orang tua menempati anjong .Sedangkan anak-anak perempuan yangsemula menempati anjong   pindah keruangan belakang di ujung sebelah barat(Hadjad, 1982:31).

Seuramoe Likot  (ruang belakang)Ruang belakang hampir sama

dengan ruang depan, lebih bersifatterbuka. Tidak ada sekat-sekat juga padaruang ini. Ruang belakang umumnyasebagian difungsikan sebagai dapur dantempat untuk makan dan sebagian lagisebagai tempat untuk istirahat dan shalat.

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 6/14

6

Gambar 7. Seuramo likot  (ruang belakang)(Sumber : Dokumentasi Putra, 2015) 

Ruang belakang terkadangdiperlebar pada sisi Timur untuk

menambah ruang sebagai dapur. Ruangtambahan ini disebut anjong   atau uleekeude . Ruang ini juga berfungsi sebagaitempat penyimpanan berbagai peralatanrumah tangga.

Selain ketiga ruang yang disebut diatas, pada beberapa rumoh Aceh   adayang terdapat ruang dapur khusus.Biasanya ruang dapur ini merupakanbagian tambahan yang disebut rumohdapu . Rumoh dapu   didirikan di belakangrumah dan berdempetan dengan ruangan

belakang. Letak ruangan dapur tersebutlebih rendah dari serambi belakang. Bagirumah yang memiliki ruang dapurtersendiri tentu tidak menggunakan ruangbelakang sebagai tempat kegiatan masak-memasak (Hadjad, 1982:30).

PENGURAIAN TANDA (DECODING )PADA ARSITEKTUR RUMOH ACEHReferensi Lokal Sebagai RujukanPenguraian Tanda

Tahapan penguraian tanda

(decoding ) pada arsitektur rumoh Aceh  dilakukan berdasarkan referensi-referensilokal yang berasal dari masyarakat Aceh,baik itu melalui kajian terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan arsitekturrumoh Aceh   maupun melalui wawancaratokoh budayawan Aceh, akademisiarsitektur dan utoh   (pelaku arsitekturrumoh Aceh ). Penguraian ini jugadidasarkan pada beberapa nilai sosialbudayadalam masyarakat Aceh yang

tertuang ke dalam beberapa hadih maja(pepatah lokal), antara lain :

1. “Adat ngon hukom hanjeut cree lageezat ngon sifeut”   yang artinya adatdengan hukum syariat Islam tidak dapatdipisahkan seperti unsur dengansifatnya. Maksudnya, hukum agamaIslam yang berlaku itu telah menyatudengan adat laksana zat dengan sifatAllah yang tidak dapat dipisahkan satusama dengan yang lain (Sufi, 2004:40).

2. “Adat bak poteumeureuhom, hukombak syiah kuala.” yang maksudnyaadalah adat yaitu kebiasaan-kebiasaan,tata cara atau peraturan-peraturanyang telah dibiasakan secara turuntemurun ditetapkan oleh raja ataupenguasa (umara), sedangkan hukum-

hukum agama Islam difatwakan olehpara ulama (Sufi, 2004:40).3. ”Matee aneuk mupat jeurat, gadoh adat

pat tamita” yang maksudnya adalahbahwa apabila anak meninggal makadapat diketahui letak makamnya,namun apabila adat telah hilang makatidak dapat dicari lagi. Oleh karena itu,adat harus terus dijaga agar tidakhilang begitu saja (Syamsudin, 1978:161).

4. “Adat meukoh reumbong, hukom

meukoh pureh. Adat jeub beuranghotakong, hukom hanjeut talanggeuh ”yang maksudnya adalah hukum Tuhanadalah hukum yang lebih sempurnadari ciptaan manusia. Oleh karena ituhukum Tuhan tidak dapatdiganggugugat (Syamsudin, 1978:155).

Dari hadih maja di atas dapatdisimpulkan bahwa masyarakat Acehsangat menjaga keseimbangan antara

adat dan hukom (dalam hal ini adalahhukum Islam). Setiap aspek dalamkehidupannya selalu dipengaruhi olehnilai- nilai adat dan nilai-nilai hukum Islam.Oleh karena itu, masyarakat Aceh selalumengedepankan nilai-nilai adat danhukum Islam dalam kehidupannyatermasuk dalam berarsitektur. Setiapbentuk arsitektur yang diciptakandidasarkan pada prinsip-prinsip tersebut.

Selain itu, adapula hadih maja yangberkaitan dengan interaksi pada

masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 7/14

7

1. Bunda ngon ayah, teulhee ngon guree.Ureung nyan ban lhee tapeu mulia. Patpat na salah meuah talakee. Dudomeuteunte neubri syiruga. Maksud dariungkapan ini adalah setiap anak-anakdianjurkan untuk menghormati danberbuat baik kepada orang tua, sepertiayah, ibu dan guru. Denganmenghormati dan berbuat baik kepadamereka tentu Allah akan memberibalasan surgaNya (Syamsudin,1978,hal. 154). 

2. “Mulia wareh ranup lam puan, Muliarakan mameh suara”. Maksudnyaadalah adanya kewajiban bagimasyarakat Aceh untuk memuliakantamu dan temannya. Oleh karena itu

adat peumulia jamee (memuliakantamu) sampai saat ini masih terdapatpada masyarakat Aceh (Usman, dkk,2009, hal. 139).

Dari kedua hadih maja di atasmenjelaskan bahwa pola interaksi dalammasyarakat Aceh menganjurkan untukmenghormati orang tua dan memuliakantamu. Kekerabatan dalam masyarakatAceh juga dipengaruhi oleh nilai ajaranIslam yaitu menjaga hubungan baik antara

manusia dengan manusia (hablunminannas ) dan hubungan manusiadengan Allah sebagai Sang Pencipta(hablun minallah ).

Dengan menggunakan hadih majadan beberapa referensi lokal lainnya makaakan dilakukan penguraian tanda terhadaprumoh Aceh. 

Penguraian Tanda Pada Rumoh Aceh  Pembacaan pesan yang terdapat

pada rumoh Aceh   dilakukan denganmelakukan penguraian tanda terhadapkomponen-komponen yang ada padarumoh Aceh . Penguraian tanda inidilakukan melalui dua tingkatan. Tingkatanpertama merupakan interpretasi daripenulis menurut sudut pandang arsitektur.Sedangkan pada tingkatan keduamerupakan hasil pembacaan yangdilakukan berdasarkan referensi lokalyang meliputi hadih maja seperti yangtelah dijelaskan di atas dan referensi lokallainnya.

Struktur rumoh Aceh secara horizontal

Secara horizontal layout rumoh Aceh  membujur dari Timur ke Barat dan terbagimenjadi tiga bagian, yaitu seuramoe keu  (ruang depan), tungai   (ruang tengah) danseuramoe likot (ruang belakang). Hal inimemiliki makna untuk membedakan fungsiruang berdasarkan sifatnya yaitu privatdan non privat. Namun jika dilihatberdasarkan kondisi sosial budayapemisahan ruang ini erat kaitannyadengan norma yang berlaku dalammasyarakat.

Contohnya tamu hanyadiperbolehkan berada pada seuramoe keu(non-privat) dan tidak boleh memasukitungai dan seuramoe likot. Letaknya yangmembujur dari Timur ke Barat selainsebagai respon terhadap sinar mataharidan arah angin juga karena dipengaruhioleh nilai-nilai Islam untuk mengikuti arahkiblat sehingga memudahkan orientasipada saat melaksanakan ibadah shalat didalam rumah.

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 8/14

8

Tabel 1. Diagram Penguraian Tanda pada Rumoh Aceh secara Horizontal

Penguraian tanda (decoding )

(Sumber: Analisis Penlis, 2015)

Signifier  Bangunan membujur dari Timurke Barat 

Signified (2) Sebagai perwujudanpengaruh Islam danalam dalam

kehidupan sehari-hari 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yangmenjadikan adat dan hukum Islam dalamsebuah kesatuan sebagai pedoman dalam berkehidupan 

Signified (1) Untuk memudahkanorientasi dalammelaksanakan shalat.Serta mengikuti arahangin di Aceh.

 

SignifierLayout  rumoh aceh terbagi kedalam tiga ruang

 

Signified (2) Membatasi ruang antarapria dan wanita,khususnya pria yangbukan merupakananggota keluarga/tamu.

 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yangmenjadikan adat dan hukum Islam dalamsebuah kesatuan sebagai pedoman dalamberkehidupan 

Signified (1) Membagi ruangberdasarkan fungsikegiatan privat dannonprivat 

Signifier  Fungsi ruang lebihdidominasi untukkepentingan wanita (rumohinong ) 

Signified (2) Sebagai bentuk untukmenghargai wanita sebagaisosok yang perlu dilindungi(feminisme) 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yangmengajarkan untuk melindungi wanita

Signified (1) Aktivitas wanita yang lebihbanyak di rumahdibandingkan pria

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 9/14

9

Struktur rumoh Aceh secara vertikalBila ditinjau dari segi fungsi,makna

atau pesan yang muncul dari bentukpanggung rumoh Aceh   adalah untukmenciptakan keamanan berhuni dariadanya berbagai gangguan sepertigangguan binatang.

Sedangkan apabila ditinjau lebih jauh, bentuk panggung memiliki beberapamakna, diantaranya sebagai kontrol sosial.Kontrol sosial disini memiliki arti untukmenjaga penghuni rumah khususnyawanita dari pria yang bukan muhrimnya,

karena tamu yang bukan muhrim dilaranguntuk naik ke dalam rumah apabila tidakada muhrim lainnya di dalam rumahtersebut. Sedangkan perbedaanketinggian lantai pada bagian tungai(ruang tengah) memiliki makna untukmengangkat derajat pemilik rumah, karenapada ruang ini terdapat kamar tidur yangditempati oleh pemilik rumah. Dalamarsitektur kamar merupakan salah satubagian inti dalam sebuah rumah.

Tabel 2. Diagram Penguraian Tanda pada Rumoh Aceh  secara Vertikal

Penguraian tanda (decoding )

Signifier  Struktur vertikal rumohAceh (bentuk panggung) 

Signified (2) Sebagai kontrol sosialuntukmelindungi/menjagawanita dari yang bukanmuhrim dalam upaya

menjaga norma-norma / adat 

Referent  

aturan dalam Islam yang memberibatas antara pria dan wanita) 

Signified (1) Sebagai bentukperlindungan dariaspek alam maupunsosial 

Signifier  Ruang tengah (tungai )memiliki lantai yang lebihtinggi

Signified (2) Sebagai bentukpenghormatan terhadaporang tua sebagai pemilikrumah dan merupakanbatas ruang yangmemiliki tingkat privasitinggi (lokasi kamar tidur) 

ReferentNorma / adat yang mengatur untukmenghormati orang yang lebih tua danmenjaga batas antara ruang pria danwanita

 

Signified (1) Peninggian lantaiterhadap lokasikamar tidur sebagairuang inti dalamsebuah rumah 

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 10/14

10

(Sumber: Analisis, 2015)

Komponen-komponen dalam arsitekturrumoh Aceh

Setiap bagian atau komponen yang

terdapat pada rumoh Aceh apabiladitinjau dari segi fungsi, maka pesan ataumakna yang terdapat pada masing-masingkomponen tersebut merupakan fungsi dari

komponen itu sendiri, seperti pintu dantangga yang berfungsi sebagai mediasirkulasi. Namun apabila ditinjau

berdasarkan kondisi sosial budaya, makaakan didapatkan pesan lainya sepertidiagram dibawah ini.

Tabel 3. Diagram Penguraian Tanda pada Komponen Arsitektur Rumoh Aceh  

Penguraian tanda (decoding )

Signifier  Pintu masuk dengan ukurantinggi pintu yang rendah 

Signified (2) Sebagai bentukpenghormatanterhadap pemilikrumah saat

memasuki rumah. 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yangmengajarkan untuk menjaga hubungan baik

dengan manusia (hablun minannas ) 

Signified (1) Orang yang akanmelewati pintu iniharus menundukkankepalanya agar tidakterbentur

 

Signifier  Jumlah anak tangga(rinyeun ) yang ganjil 

Signified (2) Salah satu upayauntuk mengingat /mendekatkan dirikepada Tuhan. 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yangmenjadikan Islam sebagai pedomandalam berkehidupan (hablun minallah ) 

Signified (1) 

Pengaruh Islamyang seringmenggunakanbilangan ganjil 

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 11/14

11

Penguraian tanda (decoding ) 

(Sumber: Analisis Penulis, 2015)

Ornamen / Ragam hiasPenggunaan ornamen atau ragam

hias pada arsitektur rumohAceh  umumnyamenggunakan ragam hias agama, floradan alam. Hal ini menunjukkan kedekatanmasyarakat Aceh terhadap tumbuhan,alam, dan Islam sebagai pedomanhidupnya. Penggunaan ornamen padaarsitektur rumohAceh   berfungsi sebagaiestetika pada tampilan bangunan.

Disamping itu penggunaan ornamenini menunjukkan status sosial dari pemilikbangunan. Bangunan dengan banyakornamen umumnya dimiliki olehmasyarakat dari kalangan atas,bangsawan dan sebagainya. Sedangkanbangunan yang sedikit ornamen ataubahkan tidak menggunakan ornamendimiliki oleh masyarakat kalangan bawah.

Signifier  Tulak angen (tolak angin/kisi-kisi pada bagian ataprumah) 

Signified (2) Untukmenampilkan seniukir tembus yangyang dimiliki olehmasyarakat Acehyang dikerjakanoleh utoh . 

ReferentSeni ukir sebagai ekspresi kualitashidup masyarakat Aceh 

Signified (1) Elemen yangberfungsi sebagaisirkulasi udara dansekaligus menjadiidentitas arsitekturAceh 

Signifier  

Kain merah dan putih padatameh raja  dan tamehputroe  (dua tiang utamapada rumoh aceh ) 

Signified (2) 

Melambangkan sifatkeberanian bangsaAceh untukmempertahankanyang dimilikinya 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yangmengajarkan untuk berani dalam dalamberbagai hal namun tetap berada padaajaran Allah yang suci 

Signified ( 1) Berkaitan denganmakna kain merahyang berani dankain putih yang suci 

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 12/14

12

Tabel 4. Diagram Penguraian Tanda pada Ornamen/Ragam Hias Rumoh Aceh  

Penguraian tanda (decoding )

(Sumber: Analisis, 2015)

Pola Signifier  dan Signified  dalamPenguraian Tanda pada Rumoh Aceh  

Dari proses penguraian tanda yangtelah dilakukan terhadap rumoh Aceh ,maka didapatkan pesan-pesan yangterkandung di dalam arsitektur rumohAceh.  Setiap komponen arsitektur rumohAceh memiliki pesan tersendiri yangdihubungkan melalui referensi-referensilokal yang telah dijelaskan sebelumnya.Bila dipandang secara umum, setiappesan yang dihasilkan dari penguraian

tanda pada rumoh Aceh memilikiketerkaitan antara satu dengan yang

lainnya. Hampir dari setiap komponenarsitektur dari rumoh Aceh yang diuraikanmengandung pesan tentang religiusitasmasyarakat Aceh. Islam sangatmempengaruhi setiap tatanan dalamarsitektur rumoh Aceh. Disamping itu,pesan lainnya yang juga terlihat kuat padaarsitektur rumoh Aceh adalah nilai-nilaifeminisme. Dalam arsitektur rumoh Acehterlihat bagaimana budaya masyarakat

Aceh dalam menghargai dan melindungisosok wanita. Pola antara signifier

Signifier  Ragam hias agama bermotifkaligrafi 

Signified (2) Sebagai upayauntuk dapatmengingat danmendekatkan dirikepada Allah 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Aceh yang

menjadikan Islam sebagai pedomandalam berkehidupan (hablun minallah ) 

Signified (1) 

Menghadirkanwujud Islam dalamkehidupan sehari-hari. 

Signifier  

Ragam hias flora denganmotif bunga dan daun-daunan khas Aceh 

Signified (2) 

Upaya menjagakelestarian alam 

ReferentNilai-nilai dalam masyarakat Acehyang mengajarkan untuk hidupberdampingan dengan alam(sunnatullah ) 

Signified (1) 

Melambangkankedekatan dankecintaanterhadap alam dantumbuh-tumbuhan 

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 13/14

13

(penanda) dan signified (petanda) yangdidapatkan dari proses penguraian tandatersebut dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Penguraian tanda pada rumoh Aceh  

Signifier Signified (1) Signified (2)

Bangunan membujur dari timurke barat

Memudahkan orientasi ibadahShalat

Perwujudan Islam dalamkehidupan sehari-hari

Layout rumoh aceh terbagi kedalam 3 ruang

Fungsi ruang privat dan nonprivat

Membatasi ruang antara priadan wanita

Fungsi ruang lebih dominanuntuk wanita

Aktivitas wanita lebih banyak dirumah

Bentuk menghargai sosokwanita (feminisme)

Bentuk panggung rumoh aceh Perlindungan dari aspek alamdan sosial

Sebagai kontrol sosial dalamupaya menjaga norma

Lantai ruang tengah (tungai )lebih tinggi

Berkaitan dengan lokasi kamartidur

Bentuk penghormatan terhadappemilik rumah dan fungsi ruang

yang sangat privatTinggi pintu masuk yang rendah Memasuki pintu harus dengan

menundukkan kepalaBentuk penghormatan terhadappemilik rumah

Jumlah anak tangga merupakanbilangan ganjil

Pengaruh Islam yang seringmenggunakan bilangan ganjil

Bentuk untuk mengingat danmendekatkan diri kepada Tuhan

Guci air di depan rumah Media untuk membersihkan diri Ajaran thaharah (bersuci) dalamIslam.

Tulak angen (tolak angin/kisi-kisi)

Elemen sirkulasi udara danidentitas arsitektur rumoh aceh

Bentuk untuk menampilkan seniukir tembus yang dimilikimasyarakat Aceh

Kain merah dan putih padatameh raja dan putroe

Berkaitan denganmakna kainmerah yang berani dan putihyang suci

Melambangkan sifat keberanianbangsa Aceh

Ragam hias agama Mengahdirkan wujud Islamdalam kehidupan sehari-hari

Bentuk untuk mengingat danmendekatkan diri kepada Tuhan

Ragam hias flora Melambangkan kedekatan dankecintaan terhadap alam dantumbuh-tumbuhan

Upaya menjaga kelestarianalam

(Sumber: Analisis Penulis, 2015)

KESIMPULANProses penyingkapan makna atau

pesan dalam sebuah tanda (decoding )dengan pendekatan semiotika struktural

sangat terikat pada relasi atau hubunganantara signifier (penanda) yang berupawujud konkritnya dengan signified(petanda) yang merupakan konsep daritanda tersebut. Untuk melihat relasipertandaan itu dibutuhkan adanyarefrensi-referensi lokal yang telah menjadikesepakatan dan berlaku dalam sebuahmasyarakat (konvensi sosial). Prosespenguraian tanda (decoding ) terhadapobjek kebudayaan akan melibatkan hal-halyang berkaitandengan ideologi, kode-kodesosial,pengetahuan masyarakat setempatdan lain sebagainya yang memiliki

pengaruh terhadap objek kajian. Padaprinsipnya, penggunaan semiotika untukmengkaji objek kebudayaan harus terlebih

dahulu memandang objek tersebutsebagai sebuah rangkaian tanda yangmemiliki pesan dan makna.

Dari hasil penguraian tanda padaarsitektur rumoh Aceh , dapat disimpulkanbahwa terdapat dua hal yang utama dansangat kuat yang menjadi pesan dalamarsitektur rumoh Aceh . Pertama yaitumengenai religiusitas masyarakat Acehyang selalu mengedepankan nilai-nilaiIslam dalam berkehidupan. Islam telahdijadikan budaya dalam masyarakat Acehsehingga setiap aspek dalam kehidupansehari-hari selalu dipengaruhi oleh Islam.

8/18/2019 354-715-1-SM

http://slidepdf.com/reader/full/354-715-1-sm 14/14

14

Yang kedua adalah peran wanita yanglebih dominan dalam rumoh Aceh . Wanitasangat dihargai dan dilindungi dalamkehidupan di masyarakat Acehsehinggaruang-ruang dalam rumoh Aceh  lebih banyak berfungsi untuk wanita.Rumoh Aceh  juga di desain agar wanitadapat terlindungi, baik secara fisik maupunsecara moral dan sosial. Upayamengedepankan wanita sebagai sosokyang perlu dihargai dan dilindungi telahmenjadi sebuah norma atau adat dalamkehidupan bermasyarakat di Aceh.Disamping itu, perintah untuk menghargaidan melindungi wanita juga merupakanbagian dari ajaran Islam.

Dari kedua hal ini dapat terlihat

bahwa adat dan nilai-nilai ajaran Islamsangat besar pengaruhnya dalamkehidupan masyarakat Aceh. Islam tidakhanya dijadikan sebagai ritual-ritualkeagamaan, melainkan telah masuk keberbagai aspek kehidupan masyarakatAceh seperti seni dan budaya, termasukke dalam sebuah arsitektur rumoh Aceh .

Rumoh Aceh   merupakanperwujudan dari kearifan dalam menyikapialam dan keyakinan (religiusitas)masyarakat Aceh. Di dalam kehidupan

bermasyarakat di Aceh, bukan budayayang dijadikan agama, akan tetapiagamalah (Islam) yang dijadikan budayadalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKABroadbent, G., et al. 1980. Sign, symbol,

and architecture. Chicester: JohnWiley and Sons Ltd

Ekomadyo, A. S. 1999. PendekatanSemiotika dalam Kajian TerhadapArsitektur Tradisional di Indonesia .

Seminar Nasional Naskah ArsitekturNusantara. Surabaya: InstitutTeknologi Sepuluh November

Hadjad, A. Drs., dkk. 1982. ArsitekturTradisional Propinsi Daerah IstimewaAceh.  Banda Aceh: Pusat PenelitianSejarah dan Budaya, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Hoed, B.H. 2014. Semiotik dan DinamikaSosial Budaya. Depok : KomunitasBambu

Husin, A. 2003. Arsitektur Rumoh Acehyang Islami . Banda Aceh: Dinas

Perkotaan dan Permukiman ProvinsiNaggroe Aceh Darussalam.

Mirsa, R. 2013. Rumoh Aceh . Yogyakarta:Graha Ilmu.

Piliang, Y.A. .2010. Semiotika danHipersemiotika: Gaya, Kode danMatinya Makna. Bandung: Matahari.

Schefold, R., et al. 2004. IndonesianHouse: Tradition and Transformationin Vernacular Architecture. Singapore:Singapore University Press.

Sufi, R., & Wibowo, A.B. 2004. BudayaMasyarakat Aceh . Banda Aceh:Badan Perpustakaan ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam.

Syamsuddin, T., dkk. 1978. Adat IstiadatDaerah Istimewa Aceh.  Aceh:

Departemen Pendidikan danKebudayaan.Usman, dkk. 2009. Budaya Aceh . Banda

Aceh : Pemerintah Provinsi Aceh.