36 edisi vi th. xliii januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi...

18
36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 lain di dunia merasa lega dan ringan. Mengapa saya begitu terlibat jiwa raga dalam kancah politik Amerika Serikat? Sejak saya duduk di SMP Kanisius (1964-1966), saya terbiasa membaca majalah mingguan bagus berjudul “Inilah Amerika”. Kakak saya yang bersekolah di SGA Pangudi Luhur Muntilan memanjakan saya dengan majalah tersebut. Dia memperolehnya dari USIS (United States Information Service) di Jalan Merdeka Selatan Jakarta. Lantas pada saat saya mengikuti jejak kakak saya di Muntilan (1967-1969), saya berhasil berlangganan majalah tersebut. Selain itu saya mendaftar sebagai penggemar siaran bahasa Indonesia dari radio Suara Amerika. Sebagai pelanggan saya mendapatkan begitu banyak photo- photo penyiar serta brosur-brosur tentang Amerika. Naskah serta gambar- gambar pendaratan Neil Amstrong di bulan dapat saya gunakan sebagai alat bantu pengajaran di SD Usaba Ketapang, Kalimantan Barat. Dari buku yang membeberkan nama-nama presiden Amerika Serikat serta riwayat hidup mereka, sedikit demi sedikit saya mulai tertarik oleh beberapa presiden dari partai Demokrat. Kekaguman saya pada Abraham Lincoln dari partai Republik merupakan terkecualian. Di Afrika, kehausan untuk mengenal Amerika Serikat terpenuhi. Saya terbiasa membaca mingguan TIME dan Nesweek. Selain itu, di bruderan maupun di sekolah banyak buku-buku bermutu mengenai Amerika. Sekarang dengan adanya internet, saya bisa dengan leluasa memenuhi keinginan saya. Delapan tahun terakhir saya sangat kecewa dan boleh dikatakan marah atas ulah presiden Bush. Dalam masa tersebut pendukung Bush, kaum fundamentalis Kristen berbuat dengan leluasa, menentang opini dunia dan PBB. Mereka menyerang dan memporak-porandakan Irak tanpa alasan yang jelas. Akibatnya, jutaan rakyat Irak menjadi kurban. Timur Tengah yang relatif aman pada jaman Clinton, menjadi ajang pertumpahan darah. Semangat anti Amerika serta serangan teroris bermunculan dimana-mana, termasuk Indonesia. Di Afrika, Amerika Serikat dan negara Barat, menggunakan Bank Dunia serta IMF untuk memeras Afrika. Mereka mau membantu Afrika dengan syarat melakukan privatisasi terhadap lembaga-lembaga yang dikelola oleh pemerintah. Dalam bidang pertanian, negara donor memaksa pemerintah untuk mencabut subsidi pada petani. Sebagai contoh, tahun 2007 Amerika Serikat dan negara Barat memberikan subsidi 365 milyar dollar untuk para petani yang terdiri dari 4 % penduduk sedangkan negara berkembang tidak boleh memberi subsidi kepada para petani yang terdiri dari 80% penduduk. Akibatnya, pangan melimpah di negara kaya dan negara miskin kelaparan. Saat ini harga sekarung pupuk (50 kg) di Malawi mencapai K 10.000 atau sekitar 70 dollar atau sekitar Rp 630.000. Ini berarti lebih dari separoh gaji guru SD negeri. Akibatnya para petani putus asa, mereka hanya mengandalkan subsidi 10 kg pupuk dari pemerintah! Tragis. Perang Irak menyebabkan Amerika Serikat bangkrut dan jutaan penduduk merasakan akibatnya, khususnya mereka yang berada di negara berkembang. Dengan latar belakang ini, saya ikut menangis bahagia bahwa Republik hengkang dari gedung Putih dan Demokrat kembali memegang tampuk pimpinan. *) Misionaris Bruder FIC yang tinggal di Malawi, Afrika, sejak 1985. 1 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 Penanggung Jawab : Br.Agus Marjito Ketua Redaksi : Br. T. Totok Sekretaris Redaksi : Br.J. Juadi Staf Redaksi : Br. Y. Krismanto, Br. R.Koencoro, Br. M. Sariya Giri Br. Ag. Suparno Redaktur Pelaksana : Br. M. Sidharta Keuangan : Br. Ag. Suparno Alamat Redaksi : Jalan Kartini 9B Muntilan 56411 Email : komunikasifi[email protected] Telp. (0293) 587592 - Faks. (0293) 587362 Dicetak : Perc. PL Muntilan, Jl. Talun Km. 1, Muntilan 56411 Email: [email protected] Redaksi menerima sumbangan naskah dari pembaca Untuk Kalangan Sendiri Salam Persaudaraan .................................. (2) Antar Kita Ucapan Selamat ................................... (3) Provinsial Menyapa Pemberian Diri yang Indah ................... (4) Tema Utama Kebahagiaan Iman Menurut Komunitas............................................. (5) Peranan Piko ........................................ (7) SpiriTualitas Iman dalam Pilihan Kerasulan FIC ..... (10) Keluarga Bruder Tansah Sumeleh ................................. (13) Komunitasiana Londo yang Indonesia Banget ............ (15) Antar Kota Antar Propinsi ................... (16) Ruang Komisi Memaknai Kebebasan yang Mengandung Konsekuensi ................ (17) Permenungan Memaknai Tahun 2013 ....................... (18) Dari yang Muda Memaknai Penegasan Panggilan dalam Terang Iman ............................. (23) Rekolesi Akbar Propang ..................... (25) Figur Mensyukuri Penyertaan Tuhan ........... (26) Serba - Serbi Pengalamanku Mengikuti Reuni FIC 2012 .................................. (29) Penampakan-Penampakan Ajaib Reuni FIC 2012 yang Kulihat..... (30) Daftar Isi

Upload: doanhanh

Post on 07-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

lain di dunia merasa lega dan ringan. Mengapa saya begitu terlibat jiwa raga

dalam kancah politik Amerika Serikat? Sejak saya duduk di SMP Kanisius (1964-1966), saya terbiasa membaca majalah mingguan bagus berjudul “Inilah Amerika”. Kakak saya yang bersekolah di SGA Pangudi Luhur Muntilan memanjakan saya dengan majalah tersebut. Dia memperolehnya dari USIS (United States Information Service) di Jalan Merdeka Selatan Jakarta.

Lantas pada saat saya mengikuti jejak kakak saya di Muntilan (1967-1969), saya berhasil berlangganan majalah tersebut. Selain itu saya mendaftar sebagai penggemar siaran bahasa Indonesia dari radio Suara Amerika.

Sebagai pelanggan saya mendapatkan begitu banyak photo-photo penyiar serta brosur-brosur tentang Amerika. Naskah serta gambar-gambar pendaratan Neil Amstrong di bulan dapat saya gunakan sebagai alat bantu pengajaran di SD Usaba Ketapang, Kalimantan Barat.

Dari buku yang membeberkan nama-nama presiden Amerika Serikat serta riwayat hidup mereka, sedikit demi sedikit saya mulai tertarik oleh beberapa presiden dari partai Demokrat. Kekaguman saya pada Abraham Lincoln dari partai Republik merupakan terkecualian.

Di Afrika, kehausan untuk mengenal Amerika Serikat terpenuhi. Saya terbiasa membaca mingguan TIME dan Nesweek. Selain itu, di bruderan maupun di sekolah banyak buku-buku bermutu mengenai Amerika. Sekarang dengan adanya internet, saya bisa dengan leluasa memenuhi keinginan saya.

Delapan tahun terakhir saya sangat kecewa dan boleh dikatakan marah atas ulah presiden Bush. Dalam masa tersebut pendukung Bush, kaum fundamentalis Kristen berbuat dengan leluasa, menentang opini dunia dan PBB. Mereka menyerang dan

memporak-porandakan Irak tanpa alasan yang jelas. Akibatnya, jutaan rakyat Irak menjadi kurban. Timur Tengah yang relatif aman pada jaman Clinton, menjadi ajang pertumpahan darah. Semangat anti Amerika serta serangan teroris bermunculan dimana-mana, termasuk Indonesia.

Di Afrika, Amerika Serikat dan negara Barat, menggunakan Bank Dunia serta IMF untuk memeras Afrika.Mereka mau membantu Afrika dengan syarat melakukan privatisasi terhadap lembaga-lembaga yang dikelola oleh pemerintah.

Dalam bidang pertanian, negara donor memaksa pemerintah untuk mencabut subsidi pada petani. Sebagai contoh, tahun 2007 Amerika Serikat dan negara Barat memberikan subsidi 365 milyar dollar untuk para petani yang terdiri dari 4 % penduduk sedangkan negara berkembang tidak boleh memberi subsidi kepada para petani yang terdiri dari 80% penduduk. Akibatnya, pangan melimpah di negara kaya dan negara miskin kelaparan.

Saat ini harga sekarung pupuk (50 kg) di Malawi mencapai K 10.000 atau sekitar 70 dollar atau sekitar Rp 630.000. Ini berarti lebih dari separoh gaji guru SD negeri. Akibatnya para petani putus asa, mereka hanya mengandalkan subsidi 10 kg pupuk dari pemerintah! Tragis.

Perang Irak menyebabkan Amerika Serikat bangkrut dan jutaan penduduk merasakan akibatnya, khususnya mereka yang berada di negara berkembang. Dengan latar belakang ini, saya ikut menangis bahagia bahwa Republik hengkang dari gedung Putih dan Demokrat kembali memegang tampuk pimpinan.

*) Misionaris Bruder FIC yang tinggal di Malawi, Afrika, sejak 1985.

1Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Penanggung Jawab : Br.Agus MarjitoKetua Redaksi : Br. T. Totok Sekretaris Redaksi : Br.J. JuadiStaf Redaksi : Br. Y. Krismanto, Br. R.Koencoro, Br. M. Sariya GiriBr. Ag. SuparnoRedaktur Pelaksana : Br. M. Sidharta Keuangan : Br. Ag. Suparno

Alamat Redaksi : Jalan Kartini 9B Muntilan 56411Email : komunikasifi [email protected]. (0293) 587592 - Faks. (0293) 587362Dicetak : Perc. PL Muntilan, Jl. Talun Km. 1, Muntilan 56411Email: [email protected]

Redaksi menerima sumbangan naskah dari pembaca

Unt

uk K

alan

gan

Sen

diri

Salam Persaudaraan ..................................( 2 )

Antar Kita☺ Ucapan Selamat ...................................( 3)

Provinsial Menyapa☺ Pemberian Diri yang Indah ...................( 4 )

Tema Utama☺ Kebahagiaan Iman Menurut Komunitas.............................................( 5 ) ☺ Peranan Piko ........................................( 7 )

SpiriTualitas☺ Iman dalam Pilihan Kerasulan FIC .....( 10 )

Keluarga Bruder☺ Tansah Sumeleh .................................( 13 )

Komunitasiana☺ Londo yang Indonesia Banget ............( 15 )☺ Antar Kota Antar Propinsi ...................( 16 )

Ruang Komisi☺ Memaknai Kebebasan yang Mengandung Konsekuensi ................( 17 )

Permenungan☺ Memaknai Tahun 2013 .......................( 18 )

Dari yang Muda

☺ Memaknai Penegasan Panggilan dalam Terang Iman .............................( 23 )☺ Rekolesi Akbar Propang .....................( 25 )

Figur

☺ Mensyukuri Penyertaan Tuhan ...........( 26 )

Serba - Serbi

☺ Pengalamanku Mengikuti Reuni FIC 2012 ..................................( 29 )☺ Penampakan-Penampakan Ajaib Reuni FIC 2012 yang Kulihat.....( 30 )

Daftar Isi

Page 2: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

2 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Saudara FIC

Membuat itu memang sulit. Tapi merawat dan memelihara rasanya jauh lebih sulit. Itulah yang kami - para pengelola redaksi Majalah KOMUNIKASI FIC - alami. Kami banyak belajar untuk setia merawat kehidupan KOMUNIKASI FIC ini.

Banyak hal yang kami pelajari dari merawat kehidupan ini. Dalam kemandegan ini selalu saja kami temukan orang-orang yang berjuang kerasa menyalakan api harapan. Mereka seperti tak mau menyerah kalah. Mereka menyuntikkan semangat hidup dengan ajakan dan ide-idenya. Kehadiran dan usaha mereka layaknya malaikat pelindung. Mereka anugerah kehidupan bagi kami.

Kami juga belajar betapa bekerja bersama itu tidak selalu mudah. Memang, kalau dalam kerja bersama semua berjalan baik, kerja bersama itu menjadi pengalaman hidup yang indah. Beban pekerjaan pun menjadi kian ringan ditanggung. Hasil kerja pun menjadi jauh lebih baik.

Tapi ketika kerja bersama mengalami kemandegan, betapa beratnya untuk bangkit dan memulainya lagi. Sebab, kami tak hanya harus bangkit sendirian. Kami harus menyalakan sejumlah api kehidupan, bahkan setiap lentera. Kemandegan yang praktis membekukan gairah seringkali tak menjadikan gampang memantik lagi api kehidupan itu. Uniknya lagi, ketika sebuah lentera menyala, lentara lain yang telah menyala lebih dahulu meredup. Kami seperti bermain waktu. Tak semua itu tak bisa dipaksa seperti apa yang kami mau.

Maka, kami sungguh bersyukur ketika akhirnya KOMUNIKASI FIC bisa kembali hadir. Ini bukan prestasi. Ini sebuah kerja keras kami untuk merawat kehidupan, yaitu kehidupan FIC yang praktis sesungguhnya adalah kehidupan kami juga. Jadi, kalau KOMUNIKASI FIC kembali hadir di hadapan kita, sesungguhnya ini penegasan bahwa kami menolak kalah dan mati percuma. Meski tak mudah, kami tetap memilih kehidupan.

Lebih dari itu, kami tak bisa melupakan aura kehidupan lain yang menghembusi pengelola KOMUNIKASI FIC. Mereka adalah para pembaca setia KOMUNIKASI FIC. Khususnya keluarga para Bruder FIC. Dari banyak informasi yang kami dengar, kehadiran KOMUNIKASI FIC selalu menjadi sesuatu hal yang istimewa dalam keluarga para Bruder. KOMUNIKASI FIC terasa istimewa bukan karena tulisan-tulisannya yang mendalam apalagi rumit, bukan juga karena siapa yang menulis tulisan itu, tapi karena KOMUNIKASI FIC adalah jembatan komunikasi keluarga dengan para Bruder. Setiap kali KOMUNIKASI FIC hadir, mereka serasa berjumpa dengan para Bruder. KOMUNIKASI FIC menjadi ruang perjumpaan keluarga para Bruder dengan anak atau saudara yang menjadi Bruder FIC.

Tanggapan dan pengalaman keluarga para Bruder ini tak hendak kami abaikan dengan gegabah lagi percuma. Dan sesungguhnya pada kenyataan itu juga kami disadarkan betapa pentingnya peran keluarga para Bruder dalam kehidupan kami. Bukan hanya bagi kehidupan para pengelola KOMUNIKASI FIC, tapi sesungguhnya bagi kehidupan para Bruder FIC. Ketika kami merasa lelah hingga hilang semangat, keluarga para Bruder terus menghembusi kami dengan aura kehidupan. Kerinduan mereka menjadi doa-doa yang tulus, yang dipanjatkan ke hadirat Tuhan.

Kini kami hendak kembali memulai. Semoga KOMUNIKASI FIC kian menjadi perjumpaan berahmat.

Salam Persudaraan

35Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Pada saat menikmati harian pagi Salon.Com, untuk kesekian kalinya saya meneteskan airmata di Afrika. Tetesan airmata pertama terjadi tahun 1987 ketika saya membaca buku tebal the Covenant karangan James Michener. Buku ini menceritakan liku-liku apartheid di Afrika Selatan.

Setelah rampung saya melanjutkan dengan buku the Descarded People (orang-orang terbuang). Saya meneteskan air mata trenyuh atas perlakuan bangsa kulit putih terhadap penduduk asli Afrika. Tiga tahun kemudian, kekejaman tersebut akan dipersembahkan dalam film Sarafina. Selain kekejaman, dimunculkan sebuah harapan atas kepemimpinan Mandela yang dipenjara, yang bakal membebaskan Afrika Selatan dari Apartheid.Tahun 1994, saya meneteskan airmata bahagia ketika presiden Mandela dilantik menjadi presiden Afrika Selatan. Kali kali ini saya (menangis) bersama pasangan muda dari Chicago ini. Anne Lamot, wartawan surat kabar harian Salon. Com yang terkenal itu, membeberkan cerita berbobot yang begitu menyentuh hati. Saya amati gambarnya dengan cermat dan saya bertanya beberap kali, mengapa saya bisa menangis bersama mereka?

Yang jelas kami merasa sangat bahagia dengan kemenangan Obama. Tetapi saat saya merasa bahwa maknanya lebih dari sebuah kemenangan, tetesan air mata saya justru bertambah. Ingatan saya masih segar pada buku The farm of Falcuntrust yang membeberkan sikap bangsa Amerika terhadap para budak negro di negara-negara bagian selatan Amerika Serikat seperti Lousiana, Alabama, Missiippi, dsb.

Dari latar belakang tersebut kemenangan Obama sungguh merupakan mukjizat. Sebenarnya kebahagiaan yang mengharukan muncul ketika dalam perjalanan pulang ke Afrika, saya menyaksikan pidato

kemenangan Barack Obama di layar televisi di sebuah restoran di Bandara Oliver Tambo di Johanesburg, Afrika Selatan, Rabu pagi 5 November 2008 jam 07.00 waktu setempat.

Meskipun Obama cukup populer, selama kampanye saya tidak pernah merasa begitu yakin bahwa Obama bakal menang. Sikap dan pernyataan Mc Cain membuat hati saya gundah. Dia begitu tenang dan yakin bahwa dia akan menang. Joe Lieberman, senator Demokrat keturunan Yahudi membelot ke Republikan dan mendukung Mc Cain.

Sejauh ini, peran Yahudi dalam kancah politik di Amerika Serikat sangat dominan. Meskipun selama masa kampanye Barack Obama ke Israel dan diterima baik oleh bangsa Yahudi, saya tetap belum yakin bahwa Israel memberikan doa restu pada Obama.

Faktor lain yang membuat saya ragu adalah kenyataan bahwa Barack Obama berasal dari keluarga Muslim di Kenya. Desa orang tuanya berbatasan dengan Somalia, dan karenanya penduduk desa tersebut keturunan suku Somalia. Kemusliman Obama bisa dibaca dari nama lengkap “Barack Hussein Obama”. Untuk menghilangkan jejak kemusliman tersebut, kata “Hussein” tak pernah diucapkan.

Ketika Barack Obama di Jakarta, dia disekolahkan di Menteng oleh ayah tirinya, Oetoro. Dalam kampanye Obama pernah mengatakan bahwa ia akan duduk bersama presiden Iran. Di mata Republikan dan Yahudi, Iran adalah musuh mereka. Bersama Syria dan Korea Utara, Iran adalah negara Axis of Evil. Karena itu tidak mengherankan jika Republikan menghubungkan Barack Obama dengan teroris. Dan hati saya kecut ketika mereka melecehkan nama Obama menjadi Osama.

Kemenangan Demokrat Obama membuat hidup saya dan jutaan orang

Page 3: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

34 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

memenangakan popular votes sedangkan Obama akan memenangkan electoral votes. Semua ramalan meleset. Obama memenangkan popular votes dan electoral votes.Pada saat-saat tegang mengikuti perhitungan suara, saya dan Dostie bisa mengikuti dan menikmati tayangan pemilu.Tiga Bruder Afrika yang ikut menyaksikan tayangan selalu bertanya-tanya m e n g e n a i penghitungan suara. Ketika saya berkata bahwa dalam pemilu tahun 2000, Al-Gore m e m e n a n g k a n popular votes tetapi kalah dalam p e r h i t u n g a n “electoral votes” dan dalm pemilu kali ini, Mitt Romney akan mengikuti jejak nasib Al-Gore, mereka tambah bingung. Saya bilang bahwa saya akan menerangkan semua proses pemilu setelah selesai penghitungan suara.

Hati saya merasa begitu puas dan lega ketika Romney dalam pidato menerima kekalahan dan Obama bersama jutaan pendukungnya girang menyambut kemenangan.

Mengapa saya ikut terlibat dan akhirnya merasa puas dan lega? Pemilihan umum yang demokratis ada hubungan erat dengan perasaan “keadilan” dan “kejujuran”. Perasaan “puas” dan “lega” itu muncul ketika Jokowi memenangkan pemilu gubernur Jakarta.Seperti Obama, Jokowi berkampanye secara bersih dan jujur. Ketika Roma Irama kotbah mengenai “surga” dan “neraka” dalam pemilu, Jokowi berkomentar bahwa dia suka akan nyanyian-nyanyian Roma Irama. Saya merasa puas dan bangga karena penduduk Jakarta berani mengikuti “nalar” dan “masuk akal”.

Di Amerika, Obama yang jujur

“I wanted to make sure that my

life attached it self to helping kids

get a great education or helping

people living in poverty to get

decent jobs and be able to work

and have dignity. And to make sure

that people didn’t have to go to the

emergency room to get health care.”

yang bekerja keras demi kesejahteraan banyak orang khususnya mereka yang miskin, harus berhadapan dengan Mitt Romney dan pendukungnya yang adalah orang-orang kapitalis yang kaya raya, congkak, sombong, dan iri hati.

Pada suatu hari Obama mengatakan pada anggota kampanye bahwa ada tiga impian yang ingin dicapai, yaitu: pertama pendidikan untuk kasum

muda. Kedua, m e n o l o n g mereka yang miskin agar mereka bisa m e n d a p a t p e k e r j a a n , hidup layak dan terhormat. Ketiga, bisa m e n d a p a t p e l a y a n a n p e n g o b a t a n ketika sakit.

“I wanted to make sure

that my life attached itself to helping kids get a great education or helping people living in poverty to get decent jobs and be able to work and have dignity. And to make sure that people didn’t have to go to the emergency room to get health care.”

Gagasan untuk menolong mereka yang miskin dianggap sebagai gagasan sosialis yang mengutamakan pada pembagian kekayaan atau keadilan sosial (distribution of wealth) yang bertentangan dengan gagasan kapitalis yang mengutamakan pada pengumpulan harta (accumulation of wealth). Gagasan ini diungkapkan Obama kepada Christie, gubernur Negara bagian New Jersey ketika ia mengunjungi korban bencana angin topan. Christie adalah gubernur dari partai Republik. Dia adalah pendukung Mitt Romney. Dalam pertemuan tersebut Obama berjanji akan menolong Negara New Jersey.

Bahagia dan air mata.

3Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Mengucapkan selamat atas kelulusan studi :

1. Br. Leonardus Paryoto 2. Br. Yohenas Sudarman3. Br. Andre Joko Purnomo 4. Br. Yahonis Ari Apelabi5. Br. Albertus Suwarto.

Semoga keilmuan dan gelar yang disandang semakin mengembangkan iman dalam karya kerasulan sebagai FIC.

KOMUNIKASI FIC ikut bersyukur atas teladan kesetiaan hidup bakti

50 tahun kesetiaan sebagai Bruder FIC kepada: Br. Berchman Nyotohardjo, Br. Yos. Baskoro, dan Br. Tarcisius.

40 tahun kesetiaan sebagai Bruder FIC kepada: Br. Petrus Heru Nugroho, Br. Christ. Sukarman, Br. Romualdus Suyono, Br. Nicolaus Prasaja, Br.

Thomas Sumaryadi, Br. Heribertus Sumarjo, Br. Lucius Suparji, dan Br. Martin Handoko.

25 tahun kesetiaan sebagai Bruder FIC kepada: Br. Petrus Sutimin, Br. Ludgerus Haryono, Br. Yohanes Sudaryono, dan Br. Bonifasius Kasmo.12,5 tahun kesetiaan sebagai Bruder FIC kepada: Br. Teguh Supono, Br.

Gregorius Suhadi, dan Br. Yohanes Triwuryanto.

Antara kita

Page 4: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

4 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Pemberian Diri yang Indah Menjadi Bruder, menjadi religius,

adalah sebuah pilihan mulia. Salah satu hal mulia yang mereka upayakan adalah pemberian diri. Hal itulah yang saya jumpai pada para bruder yang dengan susah payah mengelola majalah KOMUNIKASI FIC.

Saya bersyukur bisa mendengarkan pengalaman mereka dalam mengelola majalah KOMUNIKASI FIC itu. Bagi saya, hidup dan pergulatan mereka dalam mengelola majalah para Bruder FIC di Indonesia ini menggambarkan dengan jelas perwujudan artikel 38 dan 39 Konstitusi FIC.

Artikel 38 Konstitusi FIC diberi judul “Sebagai Ciptaan yang Tak Sempurna.” Pada artikel itu dituliskan: “Sebagai ciptaan yang tak sempurna, kita (para Bruder) hanya dapat melaksanakan hal tersebut di atas (kerasulan) secara tak sempurna dan banyak kekurangan. Meskipun demikian, kita tetap berusaha mengejar cita-cita ini”. Dari bagi pengalaman mereka saya merasakan bahwa dalam keterbatasannya, mereka terus berusaha memberikan yang terbaik untuk para Bruder lewat pengelolaan majalah KOMUNIKASI FIC. Kelemahan mereka membuat hasil kerja kadang tidak memuaskan. Namun niat untuk memberikan yang terbaik tak pernah pudar. Ini patut kita syukuri bukan?

Bagi saya sendiri, dengan mendengarkan bagi pengalaman mereka, saya mengalami dengan nyata ungkapan lanjutan dari artikel 38 Konstitusi FIC itu, yaitu: “… kesedihan yang saling kita timpakan dapat juga menjadikan kita mampu berkembang ke tingkat kemanusiaan yang lebih mendalam …”. Kegagalan dan ketidakberesan yang mereka tuturkan dengan jujur justru membuat saya kagum akan kesetiaan mereka untuk bangkit dan berbuat lagi. Bahkan berbuat lebih baik.

Kesetiaan para Bruder yang mengelola KOMUNIKASI FIC yang dibangun dari komitmen mereka rasanya membantu mereka mengalami perkembangan

pribadi. Gagasan perkembangan pribadi ini tergambarkan pada Konstitusi FIC artikel 39. Bagian awal artikel itu adalah, “Sementara kita terus berkembang menjadi orang yang sungguh-sungguh dewasa dan kaya secara rohani, kita akan menjadi semakin berarti bagi persekutuan persaudaraan kita”. Komitmen mereka untuk terus mengolah dan memberdayakan diri pada akhirnya membuat mereka semakin mampu memberikan diri kepada Kongregasi, kepada para Bruder. Memang, menurut Konstitusi FIC perkembangan pribadi mesti diorientasikan untuk semakin mampu memasuki kehidupan bersama para Bruder (persekutuan).

Dalam kesadaran dan kerinduan untuk memberikan diri kepada Kongregasi itu, saya merasa ada saat-saat para Bruder yang mengelola KOMUNIKASI FIC itu mengalami hidup sejati yang membebaskan. Pada bagian akhir artikel 39 Konstitusi FIC itu ditulis, “… kita mampu memberikan diri kita bagi orang lain, namun tetap menjadi diri kita sendiri”.

Saya yakin teks terakhir dari Konstitusi ini mereka alami. Mengelola majalah tarekat itu praktis kerja tanpa upah. Nyaris tak ada keuntungan pribadi dengan terlibat mengelola majalah tarekat. Salah-salah malah mendapat tanggapan yang tidak menyenangkan. Bahkan setelah tercetak pun seringkali tidak mendapat perhatian. Tapi justru karena kemungkinan-kemungkinan hal ini rasanya para bruder dimurnikan hidup dan motivasinya. Saya sungguh mensyukuri pemberian diri mereka lewat majalah KOMUNIKASI FIC. Apa yang mereka lakukan, dengan segala pergulatannya, menunjukkan bahwa pemberian diri bagi orang lain tanpa kehilangan identitas diri itu mungkin. Syaratnya memang semua itu dilakukan dengan tulus, ikhlas, dan kesungguhan. Dan pengalaman tidak menyenangkan seringkali justru menjadi cambuk pemurniannya. Sekali lagi, saya mensyukuri dan menikmati pemberian diri yang indah ini.

PProvinsial Menyapa

33Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Tayangan kemenangan Barak Obama saya nikmati di Bruderan Marist Lilongwe, 300 km dari Blantyre tempat saya tinggal. Siaran langsung dari CNN, BBC World, SkyNews dan Aljazira itu terjadi pada hari Rabu 8 November 2012, jam 06.00 pagi atau Selasa Malam 6 November 2012 waktu Amerika. Hatiku berdebar-debar saat penghitungan suara dari s e m b i l a n negara “swing states”, yaitu n e g a r a -n e g a r a bagian yang menjadi kunci kemenangan. Di negara-n e g a r a t e r s e b u t p e n d u k u n g Obama dan Romney sangat seimbang. Sembilan negara tersebut menyumbangkan “110 electoral votes/electoral College”.

Menurut perhitungan ahli dari kubu Republikan, Romney bakal memenangkan enam swing states termasuk Florida yang menyumbangkan 29 electoral votes. Dengan demikian dia bakal mengantongi 285 electoral votes dan Obama diperkirakan akan mendapat 253 electoral votes. Setelah merasa tegang dan berdebar-debar selama kurang lebih dua setengah jam, berita kemenangan Obama menjadi kenyataan. Meskipun penghitungan suara di Florida belum selesai, Obama sudah mengantongi 306 electoral

Merayakan Kemenangan Obama di Afrika.

oleh : Br. Martinus Dariyo FIC *

votes (kursi pemilihan) dan dinyatakan sebagai pemenang.

Kebetulan di Bruderan Marist ada bruder asli Kanada (Br. Dostie) yang mengerti seluk beluk pemilihan umum Amerika. Setiap negara bagian mendapat jatah kursi perwakilan di pemerintah pusat. Jumlah kursi ditentukan oleh jumlah penduduk di

setiap Negara bagian. Negara bagian yang terpadat adalah C a l i f o r n i a dengan 55 kursi, diikuti oleh Negara bagian Texas 38 kursi, Florida 29 kursi dan New York 29 kursi.

A t u r a n pe r ma inannya

adalah “The winner takes all”. Contoh: di Florida, Obama menang tipis. Dari 29 kursi pemilihan dia hanya mendapatkan 15 kursi dan Romney 14 kursi. Dalam perhitungan suara, 29 kursi adalah milik Obama/ Demokrat. Oleh sebab itu hasil terakhir, Obama mendapat 332 electoral vote (kursi pemilihan) dan Romney 206 kursi pemilihan.

Pada pemilihan presiden tahun 2000, Al-Gore dari partai Demokrat memenangkan “popular votes” artinya jumlah penduduk Amerika yang mencoblos dia, lebih banyak daripada George Bush. Tetapi dalam perhitungan kursi pemilihan, Bush mendapat kursi lebih banyak. Pada Pemilu 2012 ini Romney diramalkan akan

dok. FIC - 10-30-10=Malawi

Page 5: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

32 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

pada surat edaran perdana,”Kerasulan utama kita ialah hidup berkomunitas.”

Bintang-bintang 4 yang lain member kesaksian bahwa hidup panggilan sebagai bruder harus selalu diperjuangkan dan disadari. Hidup sebagai bruder akan berkembang menuju hidup beriman yang bertanggungjawab kepada Allah lewat kongregasi, sesama, dan karya kerasulan.

Penampakan Bintang 5Bintang 5 itu ada istimewanya.

Bintang itu bisa berpijar di Eropa dan bisa bersinar di Asia. Walaupun demikian sang bintang itu bersaksi, “Ketika saya datang di Indonesia saya belum lancer bahasa Indonesia. Meski demikian saya mampu mengurus dapur bruderan Candi Semarang.”

Saya melihat bintang ini memang luarbiasa. Ketika di bertugas di Jakarta dia berhasil menemukan anak bisu tuli di jalanan. Anak itu lalu dibawa ke SLB Pangudi Luhur. Akhirnya anak itu sudah bersekolah di SLB Pangudi Luhur. Kini ia dapat bercakap-cakap. Bintang ini seorang penolong sejati. Segala bayaran sekolah dan uang asrama ia carikan donator di Belanda.

Bagaimana dengan bintang 5 yang lain?

Saya melihat, dia masih muda. Dulu dia seorang ahli pramuka. Tahun ini ia menjadi pemelihara kebun durian di Salatiga. Saying banyak durian yang dimakan ulat. Akibatnya satu pohon yang berbuah 15-20 hanya tinggal 3 saja yang enak dimakan.

Dia berusaha menemui bruder yang ahli pertanian. Padanya ia tanyakan resep untuk menyelematkan buah-buah durian muda itu. Tapi caranya masih belum ditemukan.

Satu bintang pramuka yang lain malam itu tak saya temukan. Barangkali ia sedang bersinar di tempat lain. dari yang saya lihat ini, saya dapat menemukan sebuah harapan di masa depan kongregasi.

Penampakan bintang gemintangMalam itu saya juga merasakan

pendar-pendar aneka bintang yang lain. Mereka itu yang mengelola hajatan reuni tahun 2012 ini. Meski terlihat mendadak, tapi hasilnya tidak mengecewakan. Ini menunjukkan bahwa kerjasama antar panitia sinergis.

Saya melihatnya dari kegairahan dan keterlibatan mereka. Meski hujan mengguyur deras, namun bruder medior, bruder muda, dan calon tetap antusias bermain voli. Mereka tak menghiraukan dengan pakaian mereka yang menjadi demikian kotor. Itu tanda semangat hidup mereka yang membara, seterang cahaya bintang gemintang.

Pementasan drama dari Yogyakarta terasa apik. Bruder Yus Juadi jadi motornya. Drama itu ingin menunjukkan bahwa panggilan menjadi bruder itu diwarnai model dan pengalaman kehidupan dalam keluarga.

Bagaimana dengan pertunjukan wayang orang? Saya melihat adegan-adegan mereka sungguh total. Para penonton dipaksa harus ekstra “berkonsentrasi”, karena bahasa campuran Jawa dan Indonesia itu. Tapi sajian ini dapat memberi suguhan yang bagus.

Di pagi hari, terang kehidupan terasa ketika Bruder Provinsial mengajak mendoakan doa Kongregasi. Doa itu bertema “Semakin Menghayati dan Mengamalkan Hidup Religius dengan Pembangunan Persekuan yang Erat”. Ungkapan yang mengena bagi saya adalah: “Semoga kami berani untuk mencari hal-hal yang indah dalam jiwa sesama dan siap sedia saling mengampuni.” Dan, “Kami mau berusaha agar kami semakin bertanggung jawab bersama dan memberi perhatian yang penuh kasih kepada mereka yang lemah di antara kami.”

*) Tinggal di Bruderan Kembangan Jakarta

5Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Kebahagiaan Iman Menurut Komunitas

“Suburnya nilai

panggilan akan

membuahkan kerasulan

yang mendalam serta

pencarian hidup kita akan

Allah yang adalah kasih

akan nyata terwujud.”

Dalam sebuah diskusi temu kaum muda di Semarang Tahun 2012 tentang “Kekhasan Hidup Membiara”, salah satu peserta menanyakan,”Apakah hidup membiara itu menjanjikan kebahagiaan dan siapakah yang memberikan kebahagiaan itu?”. Pertanyaan tersebut sangat menggelitik pikiran saya. Rasanya sulit untuk dijawab.

Sulit karena tolok ukur bahagia itu sangat relatif dan bersifat pribadi. Contohnya biarawan atau biarawati akan merasa bahagia apabila dapat berdoa sehari 7 kali. Ada pula seorang bruder yang akan merasa bahagia apabila dipercaya menjadi kepala sekolah di sekolah yang bonafide. Ada lagi bruder yang bahagia bila menjadi pimpinan komunitas dalam sebuah biara. Seorang bruder yang lain merasa bahagia apabila mampu menjalani retret agung tanpa hambatan. Masih banyak alasan yang bisa membuat bruder bahagia. Jadi kebahagiaan itu sangat sulit diukur menurut tingkatan dalam pribadi seseorang.

Namun secara umum orang berusaha dengan keras mencari dan mengusahakan kebahagiaan. Kebahagiaan selalu menjadi impian di masa depan. Bahkan rasa bahagia

itu mampu menyekresikan hormon-hormon ke dalam aliran darah untuk menghasilkan perasaan mabuk kepayang.

Atas dasar pengalaman di atas maka kebahagiaan dalam hidup berkomunitas tentunya didasarkan pada suasana yang terjadi dan berkembang dari masing-masing pribadi. Dalam

konstitusi kita telah disinggung bahwa para bruder hendaknya mengusahakan dengan segala cara untuk saling membahagiakan sesama. Dalam hal ini kita menyebut bruder atau saudara dan berusaha untuk menghayatinya di dalam persekutuan kita (Konst. Art. 36).

Gambaran tersebut bertujuan untuk membangun hidup sesuai dengan cita-cita FIC. Budaya saling tegur sapa adalah salah satu jalan untuk menempatkan posisi diri dalam alur perjalanan komunitas. Komunitas yang sehat adalah komunitas yang mampu menjalankan amanat dari pendiri terkait dengan unsur persaudaraan. Secara eksplisit sebenarnya hal itu sudah tertuang dalam Statuta Lokal, Statuta Kongregasi, dan Konstitusi. Apabila hal tersebut dijalankan menurut saya sangat luar biasa.

Namun di sisi lain, ada hal-hal yang bersifat situasional. Dan itu hendaknya diperhatikan oleh masing-masing anggota komunitas demi terciptanya keselarasan hidup bersama sebagai anggota komunitas. Kita perlu jujur bahwa yang mampu memberi makna kebahagiaan dalam hidup berkomunitas tidak lain adalah sesama bruder sekomunitas dan sekongregasi itu sendiri.

Tema Utama

Oleh : Br. Agus Sekti S.A., FIC*

Page 6: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

6 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Banyak pengalaman menunjukkan bahwa apabila kita sedang dalam kesulitan besar baik dalam karya maupun hidup pribadi, yang mampu menyelamatkan kita adalah sesama bruder. Penyelamat itu bukan orang lain, bukan rekan kerja kita, atau juga sahabat karib kita. Maka menjadi penting arti sebuah hidup bersama dalam komunitas. Hidup bersama sebagai komunitas akan mampu menciptakan kebahagiaan iman. Kebahagiaan iman itu jika dicermati akan menghasilkan nilai-nilai injili yang amat dalam seperti pengampuan, pengharapan, pengembangan diri, dan pembebasan.

Dalam sidang Kapitel beberapa waktu dirumuskan suatu kebijakan pentingnya penghayatan dan pengamalan hidup bakti. Diharapkan para bruder menjadi sadar pentingnya jati diri kita sebagai bruder. Para bruder juga diharapkan mendasarkan hidupnya pada pengintegrasian hidup doa, berkomunitas, dan berkarya dengan harmonis.

Dari kebijakan itu diharapkan nilai-nilai injili akan tumbuh selaras dengan cita-cita dan harapan kongregasi. Kita tidak dapat memotong-motong tiga unsur doa, komunitas, dan karya demi tujuan tertentu. Doa akan menjadi lengkap jika dihidupi di dalam komunitas dan akan menjadi sempurna jika diaplikasikan dalam karya kerasulan kita.

Tantangan hidup di jaman modern ini menuntut kita agar lebih berhati-hati dalam menempatkan diri sebagai bruder. Tantangan yang muncul jika tidak dibentengi dengan doa, hidup berkomunitas secara sehat, serta kerasulan yang baik akan menghancurkan sendi-sendi panggilan hidup kita sebagai religius.

Hidup berkomunitas dewasa ini menuntut kita untuk berani melepaskan diri dari kelekatan tak teratur. Sebab kelekatan yang tidak teratur akan memunculkan keserakahan,

kecemburuan, serta kebencian. Jika keserakahan, kecemburuan, dan kebencian tumbuh menjamur di dalam komunitas maka keharmonisan persekutuan sebagai bruder akan luntur bahkan mengarah pada keretakan relasi.

Saya merasa perlu bersyukur bahwa Kapitel memberikan pesan penting dalam membangun persekutuan. Sadar atau tidak Pesan Kapitel tentang Bidang Persekutuan akan menyuburkan nilai panggilan secara pribadi. Suburnya nilai panggilan akan membuahkan kerasulan yang mendalam serta pencarian hidup kita akan Allah yang adalah kasih akan nyata terwujud.

Memang hal tersebut dibutuhkan perjuangan serta pengorbanan terus-menerus baik secara pribadi maupun bersama. Pesan Kapitel hendaknya menjadi perjuangan bersama sebagai bagian dari tata kehidupan para bruder FIC. Tanpa ada kebersamaan sebagai bruder dalam kongregasi FIC maka hidup kita sebagai religius akan rapuh.

Perjalanan hidup kita sebagai bruder FIC ibarat memanjat pohon tinggi di tengah hutan yang sangat lebat. Kalau kita tidak berani berjuang bersama, saling bahu-membahu dalam mencapai puncak kehidupan sebagai bruder FIC, maka kita tidak akan mampu melihat isi dunia serta kebesaran Allah di sekitar kita. Semakin tinggi kita berjuang bersama maka kegelapan akan terpecahkan oleh cahaya terang. Akibat dari hal itu adalah kebahagiaan iman yang tumbuh dalam komunitas akan menerangi serta menyelamatkan banyak orang.

*) Tinggal di Komunitas Ketapang, Kalimantan Barat

31Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Timor Leste terangnya. Sebaliknya kalau salah satu dari

bintang itu hanya berkedip dan selalu ditutupi awan hitam kemalasan dan kesombongan pribadi, rupanya bintang-bintang akan semakin memudarkan diri. Akibatnya bintang-bintang itu tak mampu menyebarkan terang dan cahanya bagi dunia di sekitarnya. Apalagi dunia yang jauh darinya.

Maka benarlah Konstitusi FIC menyatakan dirinya kepada para bruder dalam pernyataan bebas, bahwa,”Hanya kalau seorang bruder masih dapat hidup penuh komitmen dan berpartisipasi dengan komunitasnya, maka dia akan mampu merasul di luar komunitasnya dengan hasil yang memuaskan masyarakat. Inilah tugas seorang bruder.” Hal itu juga ditegaskan oleh Jenderal kita pada edaran Dewan Umum, “Kerasulan utama kita adalah hidup dalam komunitas.”

Penampakan bintang 2,5Bintang ini menampakan diri karena

dipancing oleh Br. Hans Gendut malam itu. Malam itu Br. Gendut bertanya layaknya acara Mata Najwa. Akibatnya jawaban atas pertanyaan itusering berupa kelakar penuh kejenakaan hingga membuat para pendengar tertawa.

Contohnya jawaban Br. Petrus Sutimin ketika ditanya tentang arti maknanya. Ia menjawab, “Nama Sutimin itu dari kata ‘Su’ yang artinya indah. Dan “timin’ itu kurang.” Para bruder dibuat tertawa oleh jawaban yang polos itu.

Lain lagi dengan Br. Yohanes Sudaryono ketika ditanya arti namanya. Ia menjawab, “Saya sendiri tidak tahu arti nama saya. Saya sendiri tidak pernah tahu siapa yang member nama saya. Saya tidak pernah bertanya pada ayah dan ibu.”

Pada reuni itu Br. Yohanes Sudaryono membagikan pengalamannya memelihara ular. Ia bertutur, “Bagi banyak orang ular itu adalah binatang

yang menakutkan, suka menggigit, menyemburkan bisanya. Tetapi sebenarnya ular adalah sahabat yang baik. Ular tahu dengan siapa dia bergaul. Kalau ia bergaul dengan orang yang merawatnya, maka ia akan bersikap baik. Maka saya tidak pernah takut dengan ular itu.”

Bagi pengalaman unik juga dituturkan Br. Ludgerus Haryono. Saat ditanya bagaimana perasaannya ketika para bruder menyebutnya bruder ‘monsinyur’, ia menjawab, “Sebenarnya saya tidak suka dengan panggilan itu. Panggilan itu sebenarnya panggilan terhormat. Saya bukan uskup, saya ini bruder. Menurut saya itu bisa menjadi pelecehan nama.”

Selanjutnya Br. Ludgerus menuturkan, “Saya sudah lama tinggal di Wedi-Klaten. Saya mengajar agama di SMP. Saya bahagia karena saya boleh bergabung dengan para bruder FIC selama 25 tahun. Saya berterimakasih kepada para bruder pemimpin kongregasi. Mereka banyak membimbing dan mengarahkan hidup saya. Mereka telah banyak membantu saya hingga saya mampu setia sebagai bruder FIC.”

Penampakan bintang 4Bintang-bintang ini sungguh

cemerlang sinarnya. Menurut penglihatan saya, ada satu bintang yang menjadi bintang cemerlang. Ia menjadi Jenderal. Dalam kehidupan kongregasi ia member inspirasi, dukungan, peneguhan, dan juga motivasi kepada semua burder FIC di seluruh dunia. Karena sentuhan sinarnya para bruder FIC dibantu untuk berkembang menjadi bruder yang sejati.

Salah satu pidato yang mengesan bagi saya adalah, “Dalam kongregasi ini para bruder dapat berkembang menjadi bruder yang dewasa dan bertanggungjawab atas panggilannya. Sementara, kongregasi terus mendukung dengan member berbagai fasilitas.” Saya juga terkesan dengan tulisannya

Page 7: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

30 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Penampakan-Penampakan Ajaib Reuni FIC 2012 yang Kulihat

Oleh : Br. Anton M FIC *

Ada yang aku lihat dalam pesta perayaan reuni. Semoga apa yang aku lihat juga terlihat oleh para bruder yang datang pada reuni itu. Ada 18 bintang yang gemerlapan dari malam hingga siang.

Meski hanya terpampang pada layar, bertengger pada dahan dan ranting, namun tiap bintang itu berpijar. Bintang-bintang berpijar menurut rahmat hidup rohani dan bakti yang telah mereka hayati sebagai bruder FIC.

Saya melihat ada lima penampakan. Pertama, penampakan ajaib bintang 5. Kedua, penampakan ajaib bintang 4. Ketiga, penampakan ajaib bintang 2,5. Keempat, penampakan ajaib bintang 1,25.

Penampakan bintang 1,25.Ini penampakan “Bintang

Gembreng”. Bintang ini muncul di altar kapel Don Bosko dengan nama Bintang Teguh. Ketika nampak, bintang ini mengatakan,”Aku sebenarnya deg-degan untuk berdiri di depan para bruder. Tetapi karena teman-teman yaitu Br. Hadi dan Br. Triwuryanto meminta saya, ya mau apalagi. Saya

harus ngomong.”“Saya mengucapkan terimakasih

dan syukur kepada kongregasi, terutama kepada para mantan magister saya, yang telah menanam benih-benih panggilan bruder FIC. Benih-benih itu kini telah tumbuh sampai 12,5 tahun. Tak terasa benih itu telah tumbuh selama itu. Benih itu berkembang, meski saya tetap mengalami gelap terangnya, manis pahitnya rasa hidup bakti ini. gelombang pasang surutnya hidup bakti akhir-akhir ini saya bagi rasakan dengan Br. Triwuryanto di Ketapang.

Saya melihat pada penampakan ajaib bintang 1,25 ada tanda-tanda tertulis. Tanda-tanda itu tidak dapat dibaca sore itu. Tapi sebenarnya tanda itu sudah diwartakan. Tanda itu adalah Bintang Pajak, Bintang Akuntansi, dan Bintang Pendidikan.

Dari ketiga macam bintang ini, kalau ketiganya bersinar dengan cemerlang, saya optimis pendidikan di Yayasan Pangudi Luhur akan berpijar, bergebyar-gebyar di seluruh nusantara. Bukan tak mungkin bahkan sampai

dok. FIC - 12-28-10=reuni fi c 2010

PSerba - Serbi

7Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

PERANAN PIKO DALAM PERKEMBANGAN HIDUP BERKOMUNITAS

Oleh: Br. Hans Gendut Suwardi FIC*

Pada malam hari, waktu rekoleksi penegasan panggilan dan evaluasi tengah tahun bagi bruder muda, sekretaris majalah KOMUNIKASI yang juga ikut pertemuan penegasan panggilan mendekati saya dan menyerahkan surat permohonan untuk mengirim tulisan ke KOMUNIKASI.

Saya spontan mengatakan, “Saya tidak mampu lho. Ngomong saja banyak melesetnya apa jadinya kalau harus menulis!”

“Bruder pasti bisa”, katanya pada saya sambil bergaya.

Wah mati kutu saya. Biasanya saya yang memberi semangat pada bruder muda tetapi saat itu bruder yunior itu yang menasihati saya. Terlebih lagi, waktu pembukaan rekoleksi penegasan panggilan, saya memberi masukan tentang siap sedia dan bagaimana membuat hidup agar bermakna bagi banyak orang.

Saya buka surat dari KOMUNIKASI. Pada surat itu saya diminta menulis tentang hidup berkomunitas. Setelah saya refleksikan mungkin sikap saya terhadap bruder yunior tadi dapat saya pergunakan sebagai sarana mengawali tulisan ini. Sikap saya tadi mungkin juga biasa dijumpai dalam hidup berkomunitas. Apalagi ketika kita tanpa sadar menggunakan “posisi” entah kita menjadi pemimpin komunitas-bruderan (PIKO), ketika merasa lebih senior, atau kelebihan-kelebihan lainnya, pada intinya semua yang hanya menyombongkan diri.

Kadang-kadang keberadaan kita khususnya yang melekat karena

tanggungjawab dan tugas jabatan, membuat jarak dengan sesama kita. Jarak tersebut seringkali kurang mendukung dalam perkembangan komunitas kita. Apalagi ketika kita mempunyai kecenderungan

merasa senior. Seringkali hal itu menyebabkan kehidupan komunitas kita tidak nyaman. Bagi yang senior mungkin muncul perasaan harus didahulukan atau harus dihormati. Bagi yang yunior mungkin akan muncul perasaan kurang percaya diri, takut dinilai, takut dievaluasi dan ketakutan yang lain sehingga menghambat perkembangan pribadinya. Apakah senioritas memang ada di komunitas kita?

Menulis pengalaman hidup berkomunitas mengingatkan saya pada perjalanan hidup saya sendiri. Selama ini saya telah menempati enam komunitas yaitu komunitas Postulat, Novisiat 1, Novisiat 2, Boro, Salatiga dan sekarang di Candi. Banyak kisah yang menarik dan saya rasakan sebagai pengalaman yang indah.

Saat di Postulat saya belajar menabuh gamelan. Banyak makna saya temukan dari pengalaman tersebut. Kita semua tahu bahwa gamelan terdiri banyak jenis dan bentuknya. Setiap gamelan punya suara yang khas. Cara memaikannyapun khas. Pengalaman belajar menabuh gamelan banyak memberi inspirasi dalam hidup berkomunitas saya sampai sekarang.

Pengalaman yang menarik juga saya alami di Novisiat lanjutan. Saat itu kami mulai berlatih memimpin selebarasi di hadapan para bruder dan

Tema Utama

Page 8: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

8 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

frater. Perasaan kurang percaya diri, was-was, berdebar-debar, takut dan cemas selalu muncul dari awal sampai akhir selebrasi.

Waktu itu saya menceritakan sebuah kisah inspiratif yang pernah saya baca dari sebuah buku perpustakaan. Dalam buku tersebut diceritakan kisah sebuah biara tua yang tinggal dihuni beberapa biarawan yang usianya sudah lanjut. Biara itu dikepalai seorang Abbas yang sudah tua juga. Suatu malam Abbas bermimpi bahwa mesias akan datang dalam rupa manusia dan tinggal di biara itu.

Pengalaman belajar menabuh gamelan di Postulat dan cerita biara tua waktu selebrasi di Novisiat II merupakan pengalaman yang berhubungan erat dengan hidup berkomunitas. Pada dua peristiwa itu saya belajar rasanya dalam setiap perisitiwa atau setiap hal pasti ada “sang pemicu”. Ia menggerakan atau mempengaruhi. Karena pengaruhnya ada tujuan yang tercapai. Buah-buahnya dapat dirasakan semua pihak.

Kalau dalam gamelan ada kendang yang berfungsi mengatur ritme atau laju suatu gending bahkan juga berfungsi sebagai pemimpin dari gamelan lain. Dalam cerita tentang biara tua itu ada Abbas - kepala biara - yang bermimpi dan menceritakan kepada anggota yang lain bahwa salah satu di antara mereka adalah Mesias. Dan ternyata apa yang dilakukan oleh kendang dan Abbas menghasilkan banyak buah yang dirasakan oleh semua orang.

Kalau dalam gamelan, keindahan dan keharmonisan gending akan terasa karena peranan Kendang. Sedangkan di dalam biara tua itu hubungan satu dengan yang lain juga makin tampak dan membahagiakan karena peran pemimpin biara. Pada kisah itu diceritakan setiap anggota biara itu akhirnya menganggap sesama anggota biaranya sebagai mesias. Kedamaian memancar dari biara itu. Karena itu makin banyak orang mengunjungi biara itu, bahkan menjadi anggota anggota

biara itu. Bukankah hidup berkomunitas juga

tidak ubahnya gamelan yang terdiri dari berbagai macam suara namun sangat indah jika dimainkan sesuai fungsinya? Bukankah hidup berkomunitas begitu tampak hangat dan nyata ketika kita belajar dari kisah biara tua itu dengan memperlakukan setiap orang diantara kita layaknya Mesias? Bukankah dengan begitu setiap anggota komunitas akan menganggap dan menghormati orang lain seperti menghormati Mesias sendiri?

Mari kita lihat lebih dalam lagi tentang kekayaan hikmat gamelan. Jika dalam perangkat gamelan ada kendang dan di dalam biara tua itu ada Abbas yang dalam fungsi dan peranan tertentu mengatur maju mundurnya, lambat cepatnya, baik buruknya suatu gending dan biara tua. Bukankah di dalam komunitas juga demikian?

Peranan dan tugas Piko layaknya kendang yang membangun irama harmoni dalam hidup komunitas. Piko juga berperan seperti Abbas yang mengajak anggota komunitas lain saling menyadari bahwa Mesias ada di dalam diri orang lain. Piko mau tidak mau sebagai penentu baik buruknya suatu komunitas. Memang ada yang mengatakan komunitas tidak tergantung Piko tetapi tergantung pada setiap anggota komunitasnya. Memang benar, Piko juga anggota komunitas yang mempunyai kewajiban seperti anggota yang lain.

Peranan Piko itulah yang dibahas dalam pertemuan tanggal 27 Desember yang lalu. Bruder Provinsial menegaskan tanggungjawab dan kewajiban Piko menurut Konstitusi FIC, Statuta Kongregasi dan Statuta Provinsi. Peranan dan tanggungjawab Piko ternyata sangat menentukan dalam perkembangan komunitas. Dalam Konstitusi FIC antara lain ditegaskan bahwa Piko-lah yang bertugas memberikan inspirasi dan dorongan, meningkatkan persatuan dan

29Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Hidupnya pun terselamatkan. Maka, perayaan 50 tahun hidup sebagai bruder itu sungguh menjadi tanda bahwa Allah terlibat dalam hidupnya. Karena itu, merayakan 50 tahun hidup sebagai bruder itu seperti sebuah selebrasi yang ingin menyerukan bahwa telah 50 tahun Allah setia merawat hidup para bruder. Tentu, Allah bakal terus menyertai hingga ajal menjemput.

Disarikan dari bagi pengalaman para bruder pestawan

setuju dengan pilihannya justru hadir mendukungnya. Sungguh Br. Tarcis tak mengerti bagaimana semua itu terjadi. Akal manusia tak bisa memahaminya. Maka, pasti itu cara dan kerja Allah atas keluarganya, bagi Tarcis muda waktu itu.

Rasa syukur hidup 50 tahun sebagai bruder kian besar ketika Br. Tarcis mengingat sakitnya yang terakhir. Pada sakit yang terakhir itu banyak orang merasa hidupnya tak bakal lama. Namun toh banyak orang membantunya.

Pengalamanku Mengikuti Reuni FIC 2012

Saat itu pertengahan bulan Desember 2012. Kami menerima surat undangan Reuni FIC 2012. Acara reuni tersebut akan diselenggarakan pada 27 dan 28 Desember 2012. Saya dan para frater novis kanonik diwajibkan menyuguhkan satu jenis atraksi dalam acara reuni tersebut.

Setelah berembug akhirnya kami memutuskan untuk mengisi acara reuni dengan pertunjukan tari. Kami punya waktu kurang lebih 10 hari untuk mempersiapkan semuanya. Hampir setiap hari kami latihan menari di Postulat. Kami dibimbing pak Biyanto.

Seumur hidup baru kali ini saya belajar menari. Jujur, saya tidak percaya diri dengan kemampuan menari yang saya miliki. Namun apa boleh buat, demi sebuah ketaatan saya merelakan diri saya jadi bahan tontonan meski dengan kemampuan yang sangat minim.

Tibalah akhirnya hari Reuni itu. Reuni di SMA Don Bosco Semarang ini bagi saya adalah acara Reuni perdana. Saya berjumpa banyak wajah-wajah asing para bruder yang belum pernah saya lihat. Mereka yang berasal dari komunitas yang jauh menyempatkan diri datang di acara reuni tersebut.

Saya juga terkesan dengan

kebersamaan para bruder yang dengan ceria bertanding dalam olahraga. Karena larut dalam keceriaan kadang mereka tidak memedulikan perbedaan usia yang cukup jauh. Saya juga tidak merasakan adanya senioritas di antara mereka. Meskipun saya sendiri kurang bisa dalam berolah raga tetapi saya bisa merasakan keceriaan itu. Tak ada perasaan tegang berhadapan dengan para bruder yang senior, juga yang vokal.

Berbagai macam pertunjukan disuguhkan dalam acara ramah tamah. Para bruder yang berpesta hidup bakti juga turut berbagi pengalaman dan kebahagiaan dalam acara tersebut. Mulai dari pertunjukan parodi, wayang orang, tari tradisional semua dipentaskan dalam acara reuni tersebut.

Satu lagi yang berkesan bagi saya adalah hidangan yang disediakan benar-benar memanjakan lidah dan perut para hadirin semua. Mulai dari siomay, sate ayam, bakso, es, dawet, dan banyak hidangan yang menggugah selera tersaji bagi para undangan. Saya berkesan dengan acara reuni tahun ini karena saya bisa terlibat dan juga menikmati. Ini sungguh pengalaman yang bermakna bagi saya yang baru memulai bergabung dengan Kongregasi FIC. *)Tinggal di Postulat

Serba - Serbi

Oleh : Fr. Teguh*

Page 9: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

28 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

masih hidup sebagai bruder, pastilah itu karena kemurahan hati Allah. Pasti Allah bekerja dan merawatnya, lebih-lebih di saat-saat sulit hidupnya. Karenanya prinsip hidup itu bukanlah untuk sukses, tetapi untuk setia. Pengalaman akan Allah yang setia menemani dan merawat hidupnya menjadi pegangan bagi Br. Yohanes untuk membangun kesetiaan.

Pestawan 50 tahun Kalau benar keberhasilan seseorang

itu sesungguhnya dibangun dari setiap jengkal waktu, terbayangkankah apa yang telah dibuat seseorang yang berhasil setia selama 50 tahun? Kesetiaan hidup bakti selama 50 tahun tak hanya mengagumkan karena lamanya waktu yang dijalani. Yang lebih mengagumkan adalah berapa kali ia membangun kesetiaan itu, dalam suka dan duka, dalam jatuh dan bangun, dalam ringkih dan perkasa, atau dalam gamang dan keteguhan.

Kesetiaan selama 50 tahun itu seolah menuturkan begitu banyaknya pengalaman bangkit dari jatuh, berteguh diri setelah gamang, atau menghibur dari setelah berduka. Maka kesetiaan selama 50 tahun adalah potret sikap hidup yang teguh. Ketegasan pada tujuan hidup. Ketekunan merenda benang-benang mimpi hingga menjadi lembaran kisah hidup. Itu berarti tersirat juga keteguhan untuk memilih yang satu dan melepas yang lain. Keberanian untuk menekuni yang satu dan melepas yang lain.

Tentu bukan perkara gampang menjalani hidup seperti itu. Apalagi manusia mengandung aneka kelemahan. Bahkan untuk sesuatu yang baginya baik pun seringkali ditunggangi kepentingan-kepentingan tidak murni bahkan jahat. Maka, pantaslah bila Br. Berchman dalam mensyukuri kesetiaan hidup sebagai bruder ini hanya bisa mengucapkan syukur dan terimakasih kepada Tuhan. Kesetiaan ini adalah karya cipta Tuhan pada hidup Br. Berchman. Karena peran dan tindakan

Tuhanlah kesetiaan itu terjadi.Cara Tuhan merenda kesetiaan itu

dilakukan dengan berbagai cara. Pada diri Br. Yos Baskoro yang juga merayakan syukur 50 tahun hidup sebagai bruder hadir dalam peristiwa-peristiwa luarbiasa. Ia beberapa kali mengalami sakit yang parah, juga mengalami banyak kesulitan hidup karena kondisi tubuhnya. Namun nyatanya hingga hari ini Allah masih menyelenggarakan hidup baginya, dalam kongregasi FIC. Ketika banyak kali dokter seperti mati akal untuk menyelematkan hidup dan merawat tubuh Br. Yos, selalu saja ada “mukjizat” yang terjadi pada tubuh Br. Yos. Hidupnya pun terus bergulir. Hingga hari ini.

Bagi Br. Yos, Allah tak hanya bekerja lewat tubuhnya. Allah juga membuat Br. Yos setia dengan aneka kegiatan yang ia ikuti. Entah itu dalam retret panjang, dalam permenungan dan pendalaman hidup yang diselenggarakan kongregasi, bahkan sejak ia dihadirkan hidup dalam keluarga kristiani kedua orangtuanya. Semua itu menjadi alasan bagi Br. Yos untuk mensyukuri hidup ini.

Memang, ketika kita diam merenungkan kesetiaan Allah pada hidup kita, seringkali kita menemukan peristiwa-peristiwa hidup yang tak kita pahami seutuhnya. Seperti ada ruang penuh tanya yang tak berjawab. Itulah yang juga dialami Br. Tarcisius. Ia seringkali tak mengerti bagaimana seorang anak dari keluarga moslem bisa menjadi bruder.

Begitulah yang terjadi. Perjumpaannya dengan para bruder ketika ia bersekolah di Boro begitu mengesankan. Demikian terpesonanya kehidupan para bruder bagi Tarcisius muda waktu itu hingga ia memutuskan untuk menjadi bruder. Sayang orangtua dan keluarga tidak mengijinkannya. Namun Tarcisius muda tetap pada keinginannya.

Yang tak dimengertinya adalah ketika hendak mengucapkan prasetia, semua keluarga yang mulanya tak

9Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

kerjasama, mengarahkan persekutuan dengan sarana organisasi dan peraturan dengan tepatguna. Mendengarkan apa yang hidup di antara para bruder, memahami kesukaran-kesukaran dan kesedihan manusiawi, menunjukan kesalahan, kekhilafan, dan kelemahan-kelemahan. Piko juga diharapkan mampu bertindak tegas dan dengan kewibawaan bilamana diperlukan dan dalam hal tertentu memelihara tata tertib.

Sedangkan dalam Statuta Kongregasi Piko diminta aktif untuk meningkatkan komunikasi yang baik. Tugas-tugas tersebut masih kurang karena dalam Statuta Provinsi, Piko juga diminta untuk memperhatikan kemajuan dan perkembangan komunitas dan terlibat dalam bimbingan dan pengawasan bruder muda. Dalam pertemuan tersebut Bruder Provinsial juga menegaskan hal-hal praktis mengenai fungsi dan peranan seorang Piko. Tugas tersebut antara lain fungsi managemen, membuat suasana komunitas yang formatif, menjadi penanggungjawab kerasulan komunitas, memelihara rumah dan fasilitasnya serta perizinan anggota komunitas.

Bagaimana Piko yang tidak mampu menjalankan tugas-tugas tersebut dan justru menjadi batu sandungan bagi komunitas?

Siapa yang mau menjadi Piko dengan tugas yang begitu banyak dan berat. Tetapi alangkah baiknya jika menyadari kelemahannya dan kekurangannya serta membagi tugas-tugasnya kepada yang lain yang jauh lebih mampu. Dengan begitu komunitas tetap berjalan dan berkembang dengan baik. Saya sendiri melakukannya juga.

Salah satu contoh adalah tugas bimbingan dan pendampingan bruder muda. Saya menyadari bahwa usia saya dengan bruder muda di komunitas saya tidak terpaut jauh. Bahkan ada yang selisih usianya hanya beberapa hari saja dengan saya. Saya sadar bahwa saya juga tidak mampu untuk membimbing

secara pribadi. Sulit membayangkan kalau harus mengatakan, “Mari Bruder, silahkan duduk, apakah ada yang bisa saya bantu ?” Wah berat banget saya mengucapkan hal seperti itu. Bisa-bisa bukannya mengatakan, “Saya bantu”, tetapi malah kepleset mengatakan, “Saya banting”. Ha ha ha ha ha.

Menyadari keterbasan itu saya membagi tugas-tugas saya dan menyerahkan kepada Bruder yang punya kemampuan dan keahlian dalam bidangnya. Begitu juga hal-hal lain. Piko tidak harus serba tahu. Piko bukan harus paham semua dan menjadi tempat untuk menjawab setiap persoalan. Piko juga manusia biasa yang bisa mengaduh dan mengeluh, meratap dan menangis.

Jika semua hal tidak mampu dan tidak bisa dilakukan karena kelemahan pribadi kita, cara terbaik adalah dengan berdoa sehingga nanti akan dikenal Piko pendoa. Dengan berdoa kita bisa memperbaiki komunitas kita. Doa membuat anggota komunitas hadir dan dekat di hati kita. Bagi setiap anggota komunitas, kita bisa meneladan kisah di biara itu yang menganggap orang lain adalah Mesias sehingga tercipta hubungan yang erat dan hangat di mana Raja Damai berdiam dihati kita.

Menganggap satu dengan yang lain Mesias itulah modal dasar dan utama untuk membangun hidup komunitas yang erat. Komunitas yang baik memang tidak perlu tergantung satu orang saja. Tetapi seorang Piko perlu menyadari bahwa fungsi dan tanggungjawabnya sehingga ia bisa sebagai kendang yang mengatur gerak laju dan irama sehingga komunitas selalu mengalunkan gending-gending yang indah untuk memuji kemuliaan Tuhan. Suara merdu komunitas akan mengalun sampai di luar tembok biara sehingga banyak orang akan ikut terlibat, tertarik bahkan rela menjadi anggota dan mejadi bagian hidup kita. Semoga demikian.

*) tinggal di Komunitas Wiswa Bernardus Semarang

Page 10: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

10 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Iman dalam Pilihan Kerasulan FIC

Kata banyak orang, seringkali para pendiri tarekat itu punya kenekadan. Tapi sebenarnya lebih baik dikatakan sebagai keberanian bersikap dan bertindak. Dan sesungguhnya bukan hanya sekedar berani bersikap dan bertindak berbeda. Pada keberanian yang berbeda (unik) itu sesungguhnya ada mutu iman.

Itu juga rasanya yang dilakukan Mgr. Rutten dan Br. Bernardus. Betapa tidak, pilihan kerasulan mereka adalah pendidikan dan pendampingan kaum muda. Barangkali sekarang kita tidak merasakan keunikan pilihan sikap serta tindakan berani mereka. Namun untuk situasi saat itu jelas itu sebuah keberanian.

Keberanian dan keteguhan

Saat itu Rutten yang masih sebagai pastor muda hidup di kota Maastricht yang penuh dengan kemiskinan. Anak-anak dari keluarga miskin praktis menjadi anak tak bertuan. Seharian kedua orangtua mereka bekerja sebagai buruh di pabrik. Geliat revolusi industri telah mengubah pola hidup sebagian masyarakat waktu itu. Khususnya masyarakat miskin.

Kaum muda, mulai dari anak-anak hingga

Itu juga rasanya yang dilakukan Mgr. Rutten dan

Br. Bernardus. Betapa tidak, pilihan kerasulan mereka adalah pendidikan dan

pendampingan kaum muda. Barangkali sekarang kita

tidak merasakan keunikan pilihan sikap serta tindakan

berani mereka. Namun untuk situasi saat itu jelas itu sebuah keberanian.

remaja bukan hanya tak memperoleh pendampingan secara fisik dari kedua orangtua mereka. Tetapi tuntutan kerja orangtua mereka sebagai buruh pabrik tentu telah membuat pola hidup yang tidak sehat juga. Banyak orangtua yang tak lagi bisa nyaman dengan hidupnya. Banyak orangtua tegang bahkan stres dengan hidupnya. Maka tak heran kalau perlakuan orangtua pada anak-anak mereka juga memburuk. Mulai dari sikap orangtua yang masa bodoh hingga orangtua yang tidak sabaran dengan anaknya. Kekerasan dalam rumah tangga pun tak terhindarkan.

Pendek kata kaum muda Maastricht waktu itu memang kaum muda yang

malang. Mereka tak punya ruang dan kesempatan yang sehat untuk hidup layaknya orang muda.

Rutten gelisah dengan situasi itu. Kege l i s ahannya kian menjadi hingga serasa menuntutnya untuk melakukan sesuatu. Dan Rutten melakukannya.

A n e h n y a , menanggapi situasi seperti itu Rutten tidak memilih tindakan karitatif, seperti memberi bantuan makanan atau pakaian. Sungguh aneh kalau dalam menanggapi situasi kemiskinan kaum muda Rutten

Spritualitas

Oleh Tim KOMUNIKASI FIC *

27Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

diri atas pilihan hidup sebagai bruder ini membuatnya kreatif mensyukuri segala hal yang dialami karena pilihan hidupnya sebagai bruder. Ia memang mengharapkan bantuan dari sesama bruder, namun kalau toh apa yang ia harapkan dari sesama bruder tidak didapatkan, dengan rasa bangga dalam diri itu ia tetap punya cara untuk merawat panggilannya.

Karena panggilan hidup sebagai bruder itu dialami sebagai anugerah yang membanggakan, maka Br. Ludgerus termasuk yang setia mengenakan identitas fisik para Bruder FIC. Ia setia mengenakan jubah dan kalung medali FIC. Meskipun sebenarnya Br. Ludgerus termasuk orang yang tidak suka mengenakan barang semacam asesoris kalung itu. Namun karena kalung medali FIC itu menunjukkan identitas Bruder FIC maka ia setia mengenakannya.

Bagi Br. Bonifasius Kasmo, karya Allah begitu nyata dalam hidupnya. Br. Boni mengalami bahwa seringkali ia tidak setia dalam menjalani hidup sebagai bruder. Paling nyata ia alami dalam hidup berkomunitas. Ia sering berpikir, komunitas itu menjadi perjumpaan orang-orang yang tidak sempurna. Meskipun demikan mereka yang tidak sempurna itu punya kerinduan sama yaitu ingin hidup sebagai bruder. Maka seringkali hidup berkomunitas dialami tidak mudah.

“Andai saja masing-masing menyadari ketidaksempurnaannya. Andai saja semua menyadari bahwa karena ketidaksempurnaan itu berpotensi saling melukai. Andai saja selanjutnya mereka juga sadar butuh orang lain untuk melengkapi ketidaksempurnaannya, agar menjadi kian sempurna”.

Kenyataan bahwa seorang bruder dipanggil dalam ketidaksempurnaan, bahkan dalam keadaan yang paling buruk hingga sulit dicari kebergunaannya, sungguh dialami Br. Petrus Sutimin. “Saya ini merasa hanya seperti debu,

bahkan mungkin lebih kecil daripada debu-debu yang tak berguna itu. Saya merasa tidak seperti kebanyakan bruder yang punya berbagai kehebatan dan kemampuan. Tapi meskipun demikian kongregasi masih mau menampung dan menerima saya. Itulah yang sangat saya syukuri,” tutur Br. Petrus Sutimin.

Bruder yang kini dipercaya mengelola pertenunan Santa Maria Boro ini merasa karena penerimaan kongregasi itulah ia bisa berbuat lebih. “Saya bersyukur, dengan keadaan saya yang serba kecil dan lemah ini masih bisa berbuat sesuatu untuk kongregasi,” katanya penuh syukur.

Pengalaman Br. Petrus ini mengingatkan kita pada pergulatan hidup Paulus. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus yang kedua menulis, “Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku (11:30); Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku (12:5); Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku (12:9)”.

Andai saja para bruder mampu menyusuri jalan pergulatan seperti digulati Br. Petrus Sutimin tentulah aura kehidupan para bruder demikian berdaya dan mempesona. Sebab, dalam pergulatan itu kesadaran akan keringkihan justru membuka pintu-pintu jiwa untuk sujud merunduk rendah di hadapan Allah. Hiduppun dijalani hanya dengan mengandalkan Allah.

Pengalaman akan alah yang terlibat dan berkarya juga dialami Br. Yohanes Sudaryono. Dalam refleksinya Br. Yohanes menemukan banyak peristiwa hidupnya yang penuh dengan kesulitan. Di masa kecil, Br. Yohanes praktis mengalami hidup dalam kesendirian. Namun kalau sampai saat ini ia toh

Page 11: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

26 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Mensyukuri Penyertaan Tuhan

Hidup ini ada melulu karena kasih Tuhan. Tanpa penyertaan kasih Tuhan rasanya banyak hal sulit terjadi dengan indah. Karena kasih Tuhan jugalah orang yang lemah dimampukan setia menekuni jalan panggilan hidup sebagai religius.

Itulah yang dialami para bruder yang tahun ini telah menjalani hidup sebagai bruder selama 12,5; 25, 40, dan 50 tahun sebagai bruder FIC. Mereka hanya bisa bersyukur atas karunia yang telah diterima Tuhan selama ini.

Menjelang reuni para bruder tanggal 27-28 Desember 2012 para bruder yang merayakan syukur hidup sebagai bruder selama 12,5, 25, dan 50 tahun berkumpul di rumah khalwat Roncalli Salatiga. Bersama Br. Sidharta mereka mengadakan renungan syukur bersama. Berikut ini adalah beberapa hal yang dibagikan dalam renungan syukur itu.

Pestawan 12,5 tahunPara bruder yang merayakan 12,5

tahun hidup membiara yaitu Br. Teguh Supono, Br. Triwuryanto, dan Br. Hadi. Pada umumnya ketiga bruder ini serasa tak percaya kalau sudah menjalani hidup sebagai bruder selama 12,5 tahun.

Meski demikian, ketiga bruder ini menemukan banyak alasan untuk mensyukuri hidupnya sebagai bruder. Br. Hadi merasa peran kedua teman angkatannya itu sangat meneguhkan kehendaknya untuk setia menjadi bruder. Sementara Br. Triwuryanto dan Br. Teguh Supono merasa peran Tuhan sungguh besar hingga membuatnya setia.

Kedua bruder ini menyadari betapa semakin berat tantangan hidup sebagai bruder. Apalagi bersama itu seringkali mereka tidak sungguh bagus dalam merawat panggilan, misalnya kurang member waktu yang cukup untuk doa dan meditasi. Maka tak heran kalau suasana krisis sering mereka

alami. Namun, kalau nyatanya hingga hari ini mereka tetap setia itu berarti hanya karena kehendak dan kasih Tuhanlah semuanya terjadi.

Pestawan 25 tahunPara bruder yang merayakan syukur

25 tahun hidup sebagai bruder FIC adalah Br. Ludgerus Haryono, Br. Petrus Sutimin, Br. Bonifasius Kasmo, dan Br. Yohanes Sudaryono. Keempat bruder ini juga mengalami peran Tuhan yang istimewa dalam hidup panggilannya.

Pada kesempatan itu Br. Ludgerus Haryono mengungkapkan rasa syukurnya karena dipanggil menjadi orang Kristen. Karena panggilan iman ini ia bisa menjadi bruder. Maka dengan segala upaya Br. Ludgerus berusaha merawat panggilan hidup sebagai bruder yang ia alami sebagai anugerah ini.

Salah satu hal yang diupayakan dalam merawat panggilan adalah dengan menumbuhkan rasa bangga dari dalam diri atas pilihan hidup sebagai bruder. Ini seperti sebuah prinsip hidup. Atau seperti api yang member daya dan kehangatan dalam menjalani hidup sebagai bruder. Ia perlu menumbuhkan rasa bangga karena dengan cara ini Br. Ludgerus mengalami selalu memiliki kekuatan untuk setia.

Selain itu rasa bangga dari dalam

dok.

Kom

FIC

. K

etap

ang

21 N

ovem

ber’

10

MMFigur

oleh : Br. Sidharta.*

11Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

justru memilih karya pendidikan dan pendampingan.

Ia memulainya di serambi gereja St. Servastius dengan beberapa anak. Rutten mengumpulkan anak-anak itu dan memberi pelajaran iman kepada mereka. Kalaupun ada makanan kecil yang diberikan itu hanya sekedar pemanis perjumpaan dengan anak, pemberian makanan bukan hal yang utama.

Memang dalam perkembangannya Rutten juga memulai karya mengurus orang jompo dan sakit. Di masa Br. Bernardus juga karya mengurus orang jompo dan sakit masih ada. Tapi pada titik tertentu kedua pendiri para Bruder FIC yaitu Mgr. Rutten dan Br. Bernardus memilih dan menegaskan bahwa karya kerasulan para Bruder FIC adalah pendidikan dan pendampingan kaum muda. Meskipun ketika pilihan tegas ini dibuat kemiskinan masih sangat terasa di Maastricht.

Mempersiapkan masa depanPilihan karya yang ditentukan Mgr.

Rutten dan Br. Bernardus untuk konteks kehidupan sosial waktu itu sekilas tidak menjawab kebutuhan. Bayangkan, kalau di sekitar kita ada kehidupan yang luarbiasa, apa yang mestinya kita buat untuk menjawab kehidupan yang miskin itu?

Pastilah banyak orang akan mengatakan bahwa yang perlu dilakukan adalah menolong mereka dengan segera. Bentuknya bisa dengan memberi mereka makanan dan pakaian. Atau juga berilah mereka sejumlah uang untuk usaha.

Aneh, sekali aneh bila Rutten dan Bernardus tidak melakukan hal itu. Mereka tetap teguh memilih karya pendidikan dan pembinaan kaum muda untuk mengatasi kemiskinan. Apakah keteguhan pilihan karya itu disebabkan karena memang pada waktu itu para Bruder FIC hidup dalam kemiskinan? Kita tak tahu. Tapi yang pasti tak ada bukti sejarah yang menuturkan bahwa karena para Bruder miskin maka karya

karitatif dengan memberi makanan-pakaian-uang tidak dilakukan.

Tetapi kalau kini kita ketahui bahwa banyak Negara kuat dan makmur adalah Negara yang memberi perhatian besar pada pendidikan, maka kita bisa memahami hingga mengagumi keteguhan Rutten dan Bernardus dalam pilihan karya k e r a s u l a n n y a . Artinya, tanpa sadar Rutten dan Bernardus sedang mempers i apkan

sebuah kehidupan yang kokoh dan sejahtera di masa datang. Hanya lewat pendidikan, khususnya pendidikan usia dini seperti yang dilakukan para Bruder, kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahtera dapat diharapkan.

Menyecap iman pendiriSampai di sini kita sadar, tanpa

sadar pendiri para Bruder FIC sedang mempersiapkan kehidupan makmur dan sejahtera dengan keteguhan sikapnya berkarya dalam dunia pendidikan dan pendampingan kaum muda.

Tapi kita juga sadar, itu artinya Rutten dan Bernardus tak akan segera memetik buahnya kalau mereka terus memilih karya pendidikan dan

dok.

FIC

- 07

-01-

10=t

erim

a ju

bah

Page 12: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

12 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

pendampingan kaum muda. Lalu apa yang bisa kita nikmati dari kenyataan ini?

Pertama, pendiri para Bruder FIC mengajarkan nilai ketulusan dan keikhlasan. Para Bruder harus dan ikhlas bahwa apa yang ia lakukan bukan tak mungkin tak akan segera mereka nikmati buahnya. Kerja keras dan kreativitas mereka bisa jadi justru dinikmati orang lain, bahkan orang yang tak pernah berjumpa dengan mereka. Maka sesungguhnya para pendiri Bruder FIC itu juga mengajarkan sikap lepas bebas.

Kedua, pilihan karya pendidikan dan pendampingan kaum muda adalah pilihan investasi jangka panjang. Hal lain yang perlu disadari, para Bruder seringkali hanya mendampingi dalam waktu yang terbatas. Selanjutnya kaum muda yang didampingi itu bisa saja didampingi orang lain. Meski demikian para Bruder harus percaya bahwa apa yang pernah diberikan itu tak akan hilang sia-sia. Pasti ada pengaruhnya.

Nah, bukankah untuk berbagai keyakinan di atas dibutuhkan energi atau sikap diri. Energi dan sikap diri itu kini kita sadari berasal dari iman. Dalam iman kita yakin bahwa kita ini hanya pekerja-pekerja di kebun anggur Tuhan. Tuhan sendiri yang akan merawat s e l u r u h k e h i d u p a n . Kita, manusia ini, hanya ikut ambil bagian sedikit saja. Sebagus dan sekuat apapun yang kita lakukan kita tetap terbatas. Karena itulah kita hanya d a p a t mengerjakan sebagian kecil saja dari proses kehidupan, termasuk proses pendidikan serta pendampingan

Energi dan sikap diri itu

kini kita sadari berasal

dari iman. Dalam iman

kita yakin bahwa kita ini

hanya pekerja-pekerja di

kebun anggur Tuhan.

kaum muda.Maka kita kini bisa menyadari

betapa unggul iman pendiri para Bruder FIC itu. Mereka menekuni dunia pendidikan dan pendampingan kaum muda. Mereka sadar bahwa mereka hanya melakukan sebagian kecil saja dari proses kehidupan. Bisa jadi apa yang telah mereka berikan dicampakkan percuma. Tetapi Rutten dan Bernardus agaknya tidak mau jatuh pada pemahaman ini, lalu melakukan dengan sekenanya. Tidak. Rutten dan Bernardus serta para Bruder FIC awal melakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, tulus, dan penuh gairah. Pada sebagian kecil peristiwa hidup anak didiknya itu digurat dengan hal-hal yang istimewa.

Kerja keras yang tulus serta dibaluri iman yang mendalam itu ternyata memang tak sia-sia. Kita tahu negeri Belanda adalah salah satu negeri yang makmur dan begitu memperjuangkan hak hidup. Maka pastilah para Bruder FIC ikut mempersiapkan lahirnya keadaan hidup Belanda hari-hari ini dengan karya-karya pendidikan dan pendampingan kaum mudanya di Belanda sejak lebih dari 150 tahun yang lalu.

Bagi para Bruder dan Frater FIC saat ini, pilihan karya kerasulan FIC

dalam pendidikan dan pendampingan kaum muda adalah anugerah istimewa. Kesediaan mereka untuk melanjutkan karya kerasulan pendiri para Bruder FIC menjadi kesempatan sekaligus sarana untuk menumbuhkembangkan iman mereka. Lewat karya kerasulan itu para Bruder dan Frater FIC dibantu untuk semakin menjadi manusia yang sesungguhnya dan

sebenarnya, yang kian mendalam seturut Konstitusi FIC.

25Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Rekolesi Akbar PropangRekolesi Akbar PropangOleh : Oleh : Br. Agustinus Widi FIC*

Minggu, 18 November 2012 di Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta berkumpul kira-kira 25 tarekat bersama dengan sejumlah besar pelajar tingkat SMA/SMK se-Yogyakarta. Acara kumpul ini diselenggarakan dalam rangka temu promotor panggilan Keuskupan Agung Semarang bersama dengan remaja SLTA. Kegiatan bersama ini dikemas dalam kegiatan rekoleksi akbar. Rekoleksi ini diselenggarakan atas dasar keprihatinan hilangnya jatidiri dan rasa takut yang dialami kaum muda zaman sekarang. Selain itu, kegiatan rekoleksi ini juga diselenggarakan sebagai ajang promosi panggilan.

Biarawan-biarawati yang hadir dalam rekoleksi ini bergabung bersama dengan para peserta pelajar. Mereka mendampingi para peserta dalam setiap kegiatan. Peserta dibagi dalam kelompok dengan 3-4 pendamping yang didampingi oleh bruder, suster, dan frater. Sebagai pendamping mereka dituntut untuk mampu menjalin kedekatan dengan para peserta.

Melalui busana kas terekat dan ekspresinya, para pendamping diharapkan mampu menunjukkan identitas mereka sebagai seorang biarawan yang tampil ceria pada setiap momen kegiatan. Bernyanyi, berjoget, dan bermain mewarnai seluruh kegiatan rekoleksi ini. Agar keakraban dapat tercapai dalam acara bersama ini “jaim” atau ‘jaga image” adalah sesuatu yang dihindari bagi para bruder, suster, dan frater.

Selain kegiatan bersama secara keseluruhan dan kegiatan bersama dalam kelompok, terdapat juga kegiatan klasikal yang terbagi dalam 5 kelas. Lima kelas ini menggambarkan minat dan pilihan dari para peserta sendiri yang ingin mereka dalami. Satu diantara lima kelas tersebut adalah

“kelas panggilan”. Setelah dilakukan penawaran terhadap peserta dalam kelompok untuk memilih kelas mana yang akan mereka pilih diantara 5 kelas tersebut, ternyata jumlah yang memilih untuk masuk dalam “kelas panggilan” lumayan banyak.

Fakta ini menunjukkan bahwa sesungguhnya pangilan sebagai bruder, suster, dan pastor masih banyak diminati kaum muda. Bagi peserta yang sudah menentukan kelas yang diminati, kemudian mereka masuk ke dalam ruang kelas sesuai dengan kelas yang mereka pilih. Di dalam kelas tersebut sudah ada narasumber yang akan menjelaskan banyak hal sesuai dengan kelas tersebut.

Dalam “kelas panggilan”, penyampaian materi dilakukan dalam bentuk berbagi pengalaman tentang Allah yang mengasihi dan berkarya di setiap pengalaman hidup. Para pendamping juga membagikan pengalaman bagaimana Allah menuntun hidup untuk menentukan pilihan panggilan hidup sebagai bruder, suster, dan imam. Allah terus menuntun para religius meskipun mereka menyadari banyak sekali kelemahan yang melekat dalam pribadinya.

Kegiatan rekoleksi akbar bersama pelajar SLTA se-Yogyakarta ditutup dengan perayaan Ekaristi. Dalam homili disampakan juga tentang pengalaman-pengalaman kasih Allah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman cinta Allah ini menjadi daya dorong yang kuat untuk menjalani hidup panggilan. Pengalaman dicintai Allah menjadi kekuatan untuk bangkit dari permasalahan-permasalahan hidup, juga ketika harus melakukan pilihan hidup.

*) tinggal di Komunitas Klaten

Dari yang Muda

Page 13: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

24 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

besar. Tanpa kita sadari ternyata kita telah jatuh di dalamnya.

Penegasan panggilan adalah suatu kesempatan dimana saya diajak untuk merenungkan kembali peristiwa-peristiwa dalam pengalaman hidup saya. Kata orang bijak hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak bermakna. Dengan kata lain memaknai hidup berawal dari kesadaran terus menerus atau refleksi terus menerus. Refleksi dilakukan dalam terang iman. Dalam refleksi kita menegaskan rencana dan maksud Tuhan dalam setiap peristiwa hidup ini, baik suka maupun duka.

Refleksi dalam terang iman membantu untuk memaknai pengalaman tersebut. Selanjutnya kita mampu berharap akan sesuatu yang baik. Harapan akan membawa pencerahan dalam langkah kehidupan selanjutnya.

Pengalaman dalam penegasan panggilan menyadarkan saya akan dinamika kehidupan saya sebagai bruder yunior FIC. Dalam perjalanan hidup, saya banyak mengalami dan bertatapan dengan pengalaman yang semakin hari saya sadari semakin memunculkan pertanyaan akan arti dan makna hidup yang telah saya pilih dan saya jalani sampai saat ini.

Ada pengalaman yang meneguhkan namun ada pula pengalaman yang melemahkan semangat hidup saya. Pengalaman itu saya alami baik dalam hidup berkomunitas mau pun dalam tugas saya sebagai bruder studi.

Pengalaman yang melemahkan menuntut tanggapan yang bijaksana agar keputusan yang diambil pun sesuai dengan suara hati. Penegasan panggilan membantu saya untuk membuka pemahaman saya akan pengalaman-pengalaman dalam menghayati hidup kebruderan saya.

Banyak hal dalam hidup ini yang menarik, bermakana, dan menyenangkan. Namun kadang pula ada pengalaman sebaliknya yang meyedihkan atau mengecewakan.

Semua itu menyatu dalam roda kehidupan. Untuk mencintai hal yang menarik dan disukai adalah hal biasa. Namun yang menantang adalah bagaimana mencintai atau menerima situasi atau keadaan yang tidak menyenangkan.

Mencintai dan menerima situasi yang tidak menyenangkan seringkali menjadi kesempatan untuk menguji kualitas kesetiaan seseorang. Dalam situasi inilah kesetiaan akan dibuktikan. Seringkali dalam situasi seperti ini orang ditantang untuk teguh hati dan berpegang dalam prinsip hidupnya meski gelombang dan badai menerpa

Tataplah birunya langit,

tataplah deburan ombak

Pandanglah kegagahan gunung, dan

rendah hatinya ngarai-ngarai bumi

Di sana ada senandung cinta tanpa

batas Suatu bukit permenungan janji

dan harapan, rahmat-Nya menyertai

kita dan takkan pernah kering

*)Tinggal di Komunitas Yogyakarta

13Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Perjalanan KOMUNIKASI FIC menuju ke desa Bulawen, Mlati Sleman terasa menyenangkan. Hawa sejuk alam pedesaan masih terasa. Sawah hijau nan luas membentang ke segala penjuru membawa rasa damai di hati bagi siapapun yang melihatnya.

Siang itu, KOMUNIKASI FIC bertandang ke rumah keluarga bapak Tomo Pawiro yang tinggal di desa itu. Dari luar, rumah bercat kuning itu tampak sepi seperti tiada penghuninya. Tapi, pintu terbuka lebar seakan menyambut dan mengajak kami untuk singgah di dalamnya. Beberapa kali kami mengucapkan salam “ Kulo Nuwun” (bahasa Jawa). Ah, benar dugaan kami, tiba-tiba seorang ibu paruh baya keluar dari rumah menyambut kedatangan kami dengan sukacita.

Tansah SumelehKeluarga Mbah Tomo Pawiro

Oleh : Br. R. Koencoro FIC dan Br. J. Juadi, FIC *

K a m i s e g e r a memperkenalkan diri dari KOMUNIKASI FIC dan Mbak Tomo Pawiro mempersilahkan kami singgah. Tak berselang lama, kami ngobrol dan berbagi cerita dengan keluarga Mbah Tomo Pawiro. Tampak sekilas bapak Tomo Pawiro ini seorang yang ramah dan humoris karena sebentar saja bertemu kami sudah akrab.

Bapak Tomo Pawiro ini adalah ayahanda dari Br. Petrus Sutimin FIC yang sekarang tinggal

di Komunitas Boro. Bruder Petrus Sutimin adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Yang menarik dari keluarga ini adalah kesembilan bersaudara semua menggunakan nama depan “Su” yang dalam bahasa Jawa berarti “baik”.

Sembilan “Su” itu adalah: Supanut, Sumaryo, Sukirman, Sutiyem (alm), Sutirah, Sutinem, Sutimin, Sutiyono, dan Sujariah. Tatkala ditanya alasan menggunakan nama depan “Su” simbah Tomo menjawab dengan ramah, “Supaya kelak menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tua”.

Siang itu, mbah Tomo Pawiro ditemani kedua anaknya, ibu Sutinem dan ibu Sutirah. Perbincangan semakin akrab. Kami merasakan keluarga Mbah Tomo Pawiro begitu guyup

Keluarga Bruder

Page 14: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

14 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

dan mudah akrab dengan siapapun. Kepada KOMUNIKASI FIC, ibu Sutinem menceritakan tentang kondisi ayahnya, Di usianya yang hampir menginjak 100 tahun, kesehatan Mbah Tomo Pawiro masih tergolong prima. “Bapak masih ingin bekerja di kebun, masih mengerjakan pekerjaan ringan bahkan kalau ada waktu kosong beliau menjahit (Jawa: dondom). Di balik semua yang dikerjakan dengan tulus itu, mbah Tomo sebenarnya hendak memberi teladan kepada anak-anaknya bahwa untuk hidup harus bekerja. Itulah nilai hidup yang mau ditanamkan pada anak-anaknya.

Tatkala KOMUNIKASI FIC sedang berkunjung ke keluarga Br. Petrus Sutimin, ibu Maria Ngadikem, ibunda Br. Petrus sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. “Siang sudah diperkanankan pulang,” cerita kakak Br. Petrus. Keluarga meminta khusus doa-doa dari para bruder agar ibu Maria Ngadikem segera pulih dari sakitnya.

Ketika disinggung mengenai majalah KOMUNIKASI FIC, ibu Sutirah dengan semangat menceritakan bahwa pak Tomo Pawiro selalu membaca habis semua artikel di majalah Komunikasi FIC. Majalah itu hadir sebagai pengobat rindu pada anaknya yang menjadi Bruder FIC. Bahkan ia dan keluarga merasa ayem, sangat bersyukur dan bangga anaknya masih setia menjadi Bruder FIC. Dengan demikian keluarga percaya bahwa rahmat dan berkat Allah akan melimpah dalam keluarga ini.

Akhir-akhir ini kegiatan mbah Tomo Pawiro selain membaca beliau lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Ia ingin mengenal Kristus lebih dekat dengan membaca Kitab Suci. Maka tak heran apabila mbah Tomo Pawiro sudah tuntas membaca Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian

Baru. “Bapak mau mengulangi membaca Kitab Suci lagi,” jelas salah satu kakak Br. Petrus Sutimin ini.

Ketika KOMUNIKASI FIC bertanya, dengan kalimat yang terbata-bata Mbah Tomo Pawiro mengatakan bahwa ia sudah pasrah, tansah semeleh menyerahkan segala hidupnya kepada Tuhan. “Gusti inkang maringi gesang, Gusti ugi ingkang badhe mundhut”, katanya lirih. Sikap pasrah akan rahmat dan kebesaran Tuhan inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi bapak Tomo Pawiro dalam menjalani hidup.

Tak terasa waktu terus beranjak. Jarum jam menunjukkan pukul 12.00 lebih. Maka KOMUNIKASI FIC mohon diri untuk melanjutkan perjalanan. Di akhir tulisan ini kami menyisipkan sebuah ajakan untuk berdoa. “Mari mendoakan ibu Maria Ngadikem, ibunda Br. Petrus Sutimin yang sedang sakit. Semoga segera diberi kesembuhan.”

“Gusti inkang maringi gesang, Gusti ugi ingkang badhe mundhut”, katanya lirih. Sikap pasrah akan rahmat dan kebesaran

Tuhan inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi

bapak Tomo Pawiro dalam menjalani hidup.

23Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

“Penegasan panggilan adalah suatu kesempatan di mana saya diajak untuk merenungkan kembaliperistiwa-peristiwa dalam pengalaman hidup saya.”

Kata setia atau kesetiaan merupakan kata yang tidak asing di telinga kita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata setia memiliki tiga arti yaitu: patuh atau taat dan berpegang teguh (dalam pendirian, janji, dan sebagainya). Maka membangun kesetiaan berkaitan dengan bagaimana seseorang berusaha untuk patuh, teguh hati dan berpegang teguh dalam hidupnya.

Sebuah kisah mengenai seorang rahib tua yang sudah hidup membiara selama sekian tahun. Ia adalah seorang seorang rahib yang sudah menjalani hidup membiara selama 50 tahun. Ia sangat dikagumi oleh banyak orang karena cara hidupnya yang saleh dan kesetiaannya dalam hidup membiara. Banyak orang yang datang meminta bimbingan rohani kepadanya. Mereka ingin belajar agar bisa mengikuti teladan rahib itu.

Dengan senang hati rahib tua itu membimbing setiap orang yang meminta bimbingannya. Kagum akan kesetiaan hidup membiara si rahib tua itu, seorang murid di biaranya bertanya, “Bapa, bagaimana bapa dapat mempertahankan kesetiaan hidup selibat, taat, dan melarat selama sekian puluh tahun?”

“Sekian puluh tahun katamu?” sahut rahib tua itu meanggapi.

“Bapa kan sudah melewati pesta

Memaknai Penegasan Panggilan dalam Terang Iman

oleh : Br. Kristoforus Sangsung FIC*

emas hidup membiara”, sahut sang murid.

“Oh, itu. Saya tidak berjanji untuk setia seumur hidup. Terlalu berat bagiku”, kata si rahib itu.

Murid itu sedikit terperangah dengan pernyataan rahib tua yang sungguh dihormati itu. Ia ingin menyela. Ketika ingin

menyela, rahib itu meneruskan, “Saya hanya membangun kesetiaan pada kaul untuk jangka waktu satu hari!”

“Satu hari?” tanya murid itu setengah tidak percaya. “Jadi, selama ini anggapan saya, keterkaguman saya dan banyak orang ternyata keliru!”

“Ya, saya mengikrarkan kesetiaan satu hari. Ketika hari berganti baru, saya pun membarui ikrar kesetiaan saya. Demikian saya lakukan terus-menerus setiap hari dalam doa”, tegas rahib tua itu.

Murid itu pun menangkap apa yang dimaksud oleh rahib itu.

Terkadang kita sulit untuk bisa setia. Misalnya dalam mengerjakan atau menghadapi suatu situasi yang tidak menyenangkan. Kadang bosan, tidak sabar, merasa terlalu berat atau sulit, dan seterusnya. Kita cenderung untuk segera beralih kepada hal lain atau malah menyerah.

Di sinilah pengalaman rahib dalam cerita tadi mendapat tempatnya. Rahib itu mau belajar untuk setia sedikit demi sedikit. Rahib itu belajar setia pada hal-hal kecil hingga akhirnya mampu setia pada hal yang lebih besar.

Kesetiaan yang kecil akan membawa kita pada kesetiaan yang besar. Godaan kecil yang terkadang kita turuti pada akhirnya membuat kita tak mampu bertahan terhadap godaan yang lebih

d lDari yang Muda

Page 15: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

22 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

melalui Kongregasi. Bagi saya rahmat ini luar biasa dan ke-luarbiasaan-nya tak bisa saya lukiskan dengan apapun.

Maka saya hanya dapat bersyukur atas kemurahatian Allah lewat Kongregasi. Ketika menyadari kemurahatian ini, saya sadar bahwa tak mungkin saya bisa membalasnya dengan logika timbal balik, karena terlalu luar biasa agungnya. Maka saya hanya mampu membayar dengan kerelaan memberikan diri untuk dibentuk dan dididik yang kemudian dipakai untuk menyalurkan rahmat ini kepada yang lain.

Saya dikatakan berkembang ketika saya mampu berjumpa dengan yang lain secara mendalam, bertahan dalam penderitaan (merasul), dan tekun berpengharapan dalam iman (doa). Tiga hal ini bagi saya merupakanlandasan penyerahan diri kepada Allah melalui Kongregasi.

Kemajuan atau perkembangan kongregasi tergantung kualitas setiap anggota kongregasi (si Aku). Maka perkembangan (kualitas) diri saya secara tidak langsung juga mendukung DP, sesama dan kongregasi untuk akhirnya melangkah bersama. Ini dimulai dari diri pribadi (integritas diri). Maka membangun kongregasi tidak terlepas dari membangun pribadi-pribadi (anggota). Mantan presiden USA John F Kenedy pernah mengatakan, apabila ingin mengubah negara harus dimulai dengan menggubah diri sendiri, kemudian keluarga, masyarakat, dan akhirnya bisa mengubah negara. Untuk mencapainya perlu menumbuhkan iman yang mendalam akan Yesus Kristus Sang Pemanggil yang selalu setia menemani, lewat latihan rohani, doa dan mendalami kitab suci.

Kalau demikian persekutuan kongregasi merupakan persekutuan erat orang-orang yang beriman teguh. Disana harapan sejati itu selalu

ada. Kasih dan pengampunan selalu terpancar yang melahirkan sikap saling mendukung baik secara mental maupun rohani. Tidak ada rasa takut, gelisah, cemas atau galau ketika ada isu kiamat. Yang ada hanya harapan, mampu mengalahkan ego, mematikan dengki, dendam, cemburu, umpatan, saling menjatuhkan. Yang ada hanya spiritualitas kasih. Spritualitas kasih membalut semangat pendiri yang merupakan semangat bersama demi tujuan bersama.

Demikian juga harapan untuk hidup bersama secara kongregasional. Untuk mencapainya kita tidak mungkin melangkah sendiri, berjuang sendiri-sendiri. Kita perlu melangkah bersama. Maka pesan kapitel Provinsi Indonesia 2012 “semakin menghayati dan mengamalkan hidup Bakti dalam komunitas dan Karya Kerasulan” menjawab idealisme ini. Pesan ini artinya bahwa saya harus menyelaraskan cita-cita dan kehendak pribadi dengan apa yang dikehendaki Kongregasi.

*) Tinggal di Komunitas FIC Kiduloji Yogyakarta.

15Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

dok. FIC 56 th ypl

Londo yang Indonesia Banget

Desember 2012 yang adalah bulan yang istimewa. Bagi para Bruder FIC Indonesia serasa istimewa karena Br. Yos Baskoro – mantan misionaris dari Belanda itu, yang sesungguhnya bernama Br. Yos Berkemeijer, hadir di antara para Bruder di Indonesia. Ia telah beberapa tahun kembali ke Belanda. Tapi tahun ini ia datang ke Indonesia untuk menuntaskan sejumlah agenda istimewa.

Agenda pertama, ia ingin merayakan syukur 50 tahun hidup sebagai Bruder FIC di Indonesia. Ini luarbiasa. Sepertinya Indonesia punya tempat istimewa di lubuk hatinya. Tapi apa pun alasannya pilihan Br. Yos untuk bersyukur bersama para Bruder di Indonesia itu sungguh mengagumkan.

Agenda kedua terkait isu kiamat 2012. Isu itu sepertinya juga ikut menggoda Br. Yos. Memang waktu itu tak ada yang tahu apa tahun 2012 akan menjadi akhir segalanya dari kehidupan ini. Banyak tanggapan atas isu kiamat ini. Ada yang sibuk membangun alat untuk menyelamatkan diri. Ada juga yang pasrah. Dan Br. Yos termasuk yang ikut merespon isu kiamat 2012. Entah benar, entah tidak, dan kalaupun benar, Br. Yos berharap

memasuki kiamat di Indonesia. Lagi-lagi untuk urusan kiamat Br. Yos tetap menyertakan Indonesia.

Agenda ketiga adalah pengobatan. Di Belanda Br. Yos mengalami kesulitan dengan bekas operasi pembuluh darah di bagian kaki. Tetapi para dokter di Belanda mengatakan tak ada yang salah dengan tubuhnya. Maka para dokter di Belanda pun tak berani melakukan terapi apa-apa. Nah, di Indonesia ini Br. Yos memeriksakan diri di RS. Elisabeth. Bertemulah ia dengan dokter alih pembuluh darah. Dokter itu mengatakan bahwa masalahnya ada penyumbatan pada pembuluh darah pengganti yang dulu juga di pasang di RS. Elisabeth.

Ah, legalah Br. Yos dengan penemuan dokter Indonesia. Saat sejumlah Bruder menjenguknya di rumah sakit Br. Yos berujar senang, “Untuk urusan kesehatan saya ini, Indonesia lebih baik. Saya lebih percaya pada dokter Indonesia. Indonesia hebat dalam hal ini.” Para Bruder pun tertawa geli mendengarnya.

Ah, Br. Yos ini Indonesia banget.

Komunitasiana

Page 16: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

16 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Komunitas Antar Kota Antar ProvinsiProvinsi

Kita sering membaca tulisan pada badan bus,”Antar Kota Antar Provinsi”. Tulisan itu menunjukkan bahwa ruang jelajah bus itu antar kota yang berbeda provinsi. Ternyata identitas antar kota antar provinsi itu juga bisa diberlakukan untuk hidup berkomunitas para Bruder FIC.

Sore itu Br. Yohanes Sugiyono yang tinggal di Muntilan menerima telepon dari Br. Warto yang tinggal di Semarang. “Der, tolong datang ke rumah simbokku. Kelihatannya simbok tidak enak badan. Kalau memang perlu dibawa ke rumah sakit, periksakan saja. Kalau harus mondok, ya dimondokkan saja”, pinta Br. Warto dalam telepon itu.

Bersama seorang Bruder lain Br. Yo – demikian Br. Yohanes Sugiono akrab dipanggil – segera meluncur menuju rumah ibu Br. Warto. Dalam perjalanan mereka banyak berbincang tentang kehidupan, termasuk kehidupan sebagai Bruder dengan segala hal unik serta istimewanya.

“Jadi Bruder itu ada enak dan tidaknya”, kata Br. Yo memulai pembicaraan.

“Tidak enaknya?” Tanya Bruder lain.

“Ya seperti ini. Kalau orangtua kita tinggal sendirian di rumah. Lalu sakit. Kita tidak segera bisa menengok. Kalau demikian kan kita cemas dan gelisah”.

“Kalau enaknya?” “Ya seperti ini juga”.“Lho, kok sama?” kata Bruder lain

keheranan.“Enaknya ya seperti ini. Meskipun

Brudernya sendiri tidak bisa segera menjenguk, tapi Bruder itu bisa minta tolong sesama Brudernya dari komunitas yang terdekat. Jadi meskipun seorang bruder itu tinggal di tempat yang jauh, beda provinsi sekalipun, tidak harus berlama-lama gelisah ketika mendengar orangtuanya yang tinggal sendirian di rumah tiba-tiba sakit”, kata Br. Yo menjelaskan.

“Wah, itu namanya hidup berkomunitas kita ini antar kota antar provinsi ya Yo,” sambung Bruder lain.

“Ya malah lebih dari itu. Antar kota antar Negara, antar kota antar benua juga.”

Ya, itu salah satu keindahan dan berkat dari hidup berkomunitas para Bruder.

dok.

Kom

- FI

C -

Ger

eja

Ngg

edan

gan

KoKKoKomunitasiana

21Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

kepada sesama.

Demikian juga pengampunan diberikan karena manusia itu lemah dan rapuh. Manusia tidak bisa dikembalikan kepada titik nol. Ketika mengumpat, marah, mencaci maki sesama, kata-kata yang menyakitkan tidak mungkin bisa ditarik kembali seperti benda kasat mata yang menempel pada badan. Umpatan, marah atau caci maki sudah melukai hati. Maka obatnya adalah pengampunan, memberi kesempatan baru untukmemperbaiki apa yang tidak dikehendaki.

Di tahun 2013 ini dalam iman, saya melangkah dengan penuh harapan akan rahmat Tuhan yang selalu disediakan untuk membangun hidup yang lebih baik. Rahmat itu sudah diberikan dengan cuma-cuma dan melimpah

sinilah letak penghayatan iman dengan seluruh integritas diri bukan hanya iman sebatas logika.

Melangkah bersama

Kita menyadari menziarahi hidup panggilan di masa sekarang itu tidak mudah. Sikap, prinsip, dan cara hidup sebagian besar orang di jaman ini menantang saya untuk semakin kritis dan bijak menghidupi tiga pilar hidup religius: hidup bersama, hidup merasul dan hidup doa.

Handphone (HP) dan laptop bisa menghancurkan struktur-struktur hidup bersama kalau saya kehilangan integritas diri dalam menggunakannya. Bagaimanapun hiburan dalam laptop dan HP lebih menarik daripada berjumpa dengan sesama. Padahal saya semakin menjadi manusia yang sejati kalau saya semakin masuk dan mengalami perjumpaan yang mendalam dengan sesama yang lain. Inilah yang menjadi tantangan berat.

Saya menyadari dalam menjalani panggilan ini membutuhkan orang lain, karena sadar bahwa saya ini lemah dan tak berdaya. Saya perlu melangkah bersama yang lain. Saya butuh perhatian dan dukungan yang lain. Bergandengan tangan sebagai satu saudara sepanggilan karena memiliki satu semangat dan satu tujuan bersama.

Saling mendukung di dalamnya diandaikan adanya keutamaan-keutamaan Kristiani yaitu kasih dan pengampunan. Kasih diberikan karena saya dan orang lain adalah pribadi yang tidak bisa diukur atau juga diwadahi. Saya tidak mungkin menilai orang lain hanya dengan satu sisi kelemahan atau kelebihan saja. Manusia itu mempunyai banyak kekhasan. Maka kasihlah yang mampu menerima sesama apa adanya serta memberikan diri apa adanya pula

Handphone (HP) dan laptop bisa menghancurkan

struktur-struktur hidup bersama kalau saya

kehilangan integritas diri dalam menggunakannya. Bagaimanapun hiburan

dalam laptop dan HP lebih menarik daripada berjumpa

dengan sesama. Padahal saya semakin menjadi

manusia yang sejati kalau saya semakin masuk dan

mengalami perjumpaan yang mendalam dengan sesama

yang lain. Inilah yang menjadi tantangan berat.

Page 17: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

20 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Banyak yang berkomentar anggota DP yang usianya rata-rata relatif muda berarti memiliki spirit yang tinggi. Namun yang penting bagi saya adalah bersyukur karena kelima bruder (DP) bersedia dan rela memberikan dirinya untuk melayani sesama bruder. Seperti kita sadari tugas yang mereka emban tidak ringan.

Saya juga bersyukur karena permulaan perutusan DP yang baru dibingkai dengan semangat Natal. Merayakan Natal adalah menghadirkan kembali peristiwa agung ribuan tahun lalu di kota kecil Betlehem, saat Allah yang mewahyukan Diri menjadi manusia biasa dalam Diri Yesus. Allah yang dulu merasa jauh kini hadir dekat dan tinggal bersama manusia. Bahkan Allah hidup seperti manusia. “Hari ini telah lahir bagimu sang Juru selamat di kota Daud” (Luk 2:11). Dalam iman kita menyadari bahwa Yesus yang dulu lahir di kota kecil Betlehem akan terus dilahirkan di Betlehem hati kita masing-masing.

Dengan dasar iman kita bahwa Sang Juru selamat hari ini lahir di Betlehem dan menjadi manusia, di sana edaran waktu tidak lagi berupa siklus, tetapi menjadi garis sejarah lurus, datu peristiwa disusul peristiwa selanjutnya. Ketika awal sejarah kehidupan baru dimulai dengan natal, maka sejak saat itu waktu sejarah manusia menjadi “suci”. Ini terjadi karena Allah masuk ke dalam sejarah. Sejak saat itu pula menjadi saat hening tahun awal Masehi yang kini menapak sampai tahun 2013.

Maka konsekwensinya adalah tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun adalah berkat karena Allah telah menebusnya dalam sejarah kita. Sejak saat itu pula bagi seorang Kristiani setiap waktu adalah baik karena sudah “dimasuki” rahmat keselamatan Allah dalam Diri Yesus Kristus. Maka

kemudian orang mulai memaknai hidupnya hari demi hari dengan menulis refleksi, sejarah, autobiografi, atau merayakan hari ulang tahun.

Disposisi iman kita kembali dipertanyakan dengan ensiklik Paus Benediktus XVI “porta Fidei”. Ketika Paus mencanangkan tahun 2013 sebagai tahun iman menurut saya merupakan sebuah seruan dan sekaligus ajakan untuk perlunya melihat kembali (merefleksikan) penghayatan dan sikap iman kita.

Paus mencanangkan tahun 2013 sebagai tahun iman karena realitas di kalangan umat terjadi kemerosotan hidup beriman. Bentuknya bisa dalam iman yang terasa menjadi kering. Maka saya beryukur untuk hal ini karena diingatkan untuk kembali merefleksikan iman saya yaitu bagaimana menghidupi iman di era sekarang.

Fenomena Perkembangan zaman yang semakin pesat dan tak terbendung ini mengancam dan sekaligus membelenggu kita. Membelenggu karena kadang saya tidak siap baik secara intelektual maupun mental dengan perkembangan yang ada yang pada finalnya saya cenderung menghamba kepada teknologi daripada kepada Allah sang sumber hidup. Lebih banyak membaca SMS daripada membaca kitab suci?

Beriman kepada Allah berarti menyerahkan seluruh hidup (integritas diri) dalam bimbingan dan tuntunan Allah. Kepasrahan yang total kepada-Nya tanpa berceloteh pada keegoisan diri. Banyak contoh tokoh yang menjadi model iman, seperti Abraham, Maria atau santo Paulus. Dari permenungan dan pengalaman saya menemukan bahwa orang yang sungguh beriman adalah orang yang teguh, setia, tekun atau bertahan baik dalam untung (senang) maupun malang (susah). Di

17Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Memaknai Kebebasan yang Mengandung Konsekuensi

Oleh : Br. Andreas Joko P. FIC *

Tahun 2003 silam, saya bersama 12 teman mencoba menanggapi bisikan yang saya yakini sebagai bisikan Tuhan. Bisikan Tuhan itu mengajak saya dan teman-teman untuk bergabung dalam kongregasi para bruder FIC. Tahun demi tahun saya berproses bersama dengan teman-teman mengikuti bisikan Tuhan itu. Selama menjalani proses ada beberapa teman yang menemukan pilihan hidup yang lain. Selama satu tahun dari 13 orang ada tiga orang yang memilih jalan panggilan lain.

Setiap akhir tahun dalam masa pendidikan, saya dan teman-teman selalu diminta untuk membuat surat lamaran. Surat lamaran itu berisi tentang permohonan untuk tetap setia melanjutkan pilihan yang diyakini sebagai bisikan Tuhan ataupun tidak melanjutkannya.

Syukurlah dari 10 orang yang ada semua tetap memilih untuk melanjutkan pilihan yang telah diyakini. Setelah mendapatkan jawaban dari pemimpin kongregasi kami bersepuluh kembali berproses lagi. Dalam proses kedua ini lagi-lagi ada dua teman yang memilih jalan panggilan lain. Pada akhir tahun kedua kami tinggal delapan orang. Saya dan teman-teman kembali diminta untuk membuat lamaran tentang penegasan panggilan apakah kami ingin tetap melanjutkan atau tidak. Begitulah proses sampai tahun 2006 kami berdelapan tiap akhir tahun

diminta membuat lamaran penegasan panggilan.

Tahun 2006 saya beserta teman-teman mengucapkan janji pertama untuk menjalani

hidup sebagai bruder FIC. Kami mendapat tugas yang berbeda-beda. Dalam tugas perutusan itu, kami dihadapkan pada banyak pilihan yang memberi tawaran yang serba menyenangkan. Tengah tahun pertama setelah mengucapkan kaul, kami diberi kesempatan untuk menyaringkan pengalaman hidup bersama dengan para bruder di komunitas yang baru.

Dari pengalaman itu saya dan teman-teman masih mampu untuk berproses dalam hidup sebagai bruder. Dalam proses itu kami harus mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan juga. Hidup di komunitas sama sekali berbeda dengan hidup sewaktu masih menjalani pendidikan calon yang semuanya serba baik. Tetapi saya bersyukur boleh mengalami hal itu. Dengan banyaknya tawaran yang kelihatannya serba menyenangkan itu bisikan Tuhan semakin dimurnikan. Waktu terus berjalan. Saya beserta teman-teman terus berproses sebagai bruder FIC.

Pada tahun 2009 saya beserta teman yang lain mendapat undangan dari kongregasi perihal penegasan panggilan. Pendampingan yang diberikan oleh para bruder dalam penegasan panggilan sangat membantu dalam menanggapi tawaran-tawaran.

Ruang Komisi

Page 18: 36 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013 1 - bruderfic.or.idbruderfic.or.id/file/majalah komunikasi 2013.pdf · darah. Semangat anti Amerika ... donor memaksa pemerintah untuk mencabut

18 Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

Semua tawaran yang diberikan adalah baik. Namun kami harus memilih yang terbaik.

Sayang ternyata dua teman kami memilih cara hidup lain. Kini kami tinggal berenam.

Bagi saya penegasan panggilan ini adalah suatu tawaran kebebasan yang disertai dengan konsekuensi-konsekuensinya. Penegasan panggilan adalah tawaran yang perlu dihadapi dengan kemerdekaan hati.

Penegasan panggilan tidak dimaksudkan untuk kepentingan yang sempit, yaitu bukan hanya untuk menentukan lanjut atau tidaknya panggilan hidup seorang bruder. Penegasan panggilan dimaksudkan agar bruder mengenali hidupnya lebih luas. Contohnya terkait dengan tugas kerasulan. Seorang bruder muda yang mendapat tugas studi pada penegasan panggilan diminta melihat pengalaman hidupnya terkait tugas studinya. Pada saat itu ia dibantu untuk melihat apakah tugas studi itu memberdayakan hidupnya, atau malah sebaliknya.

Dalam penegasan panggilan seorang bruder dibantu untuk bersikap tegas. Yaitu tegas menentukan mana yang pokok dan mana yang tidak pokok dalam tugas kerasulannya. Dalam hal ini para bruder akhirnya dibantu untuk kembali menata hidupnya. Para bruder dibantu untuk memberi perhatian yang harmonis antara doa dan karya serta hidup bersama para bruder yang lain. Dalam penegasan panggilan saya mengalami dibantu juga untuk menemukan hal-hal yang sering menyulitkan hidup panggilan. Saya dibantu untuk tegas. Sebab seringkali ada banyak hal yang sekilas kelihatannya baik tetapi sesungguhnya justru menghambat tugas pokok saya. Kalau hal ini tidak disadari dan disikapi dengan tegas, hidup saya sebagai bruder pasti tidak bahagia.

*) Tinggal di Komunitas Sedayu, Yogyakarta

Bagi saya penegasan

panggilan ini adalah

suatu tawaran

kebebasan yang disertai

dengan konsekuensi-

konsekuensinya.

Penegasan panggilan

adalah tawaran yang

perlu dihadapi dengan

kemerdekaan hati.

19Edisi VI Th. XLIII Januari 2013

MENAPAK TAHUN 2013Br. Wensislaus Parut, FIC

Menapak tahun 2013, m e r e t a s s e m a n g a t dan harapan baru akan d a t a n g n y a k e m a j u a n , kebaikan dan

kesejahteraan bersama (bonum commune). Setiap pribadi punya cita-cita atau harapan akan adanya kemajuan yang lebih dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kita patut beryukur karena masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup di era baru tahun 2013. Memasuki tahun 2013 bak menghirup udara kebebasan. Banyaknya isu yang beredar mengenai kiamat pada tahun 2012 mendorong saya untuk kembali merenung tentang lembaran sejarah perjalanan hidup ini. Saya memandang sejarah hidup sangat menentukan sikap iman saya dalam menanggapi setiap persoalan hidup termasuk isu kiamat yang menjadi ikon ramalan pada tahun 2012.

Berbagai cara dan usaha dilakukan untuk penyelamatan diri. Misalnya di belahan bumi bagian Barat (Amerika, Eropa), ada yang membuat bunker di bukit atau membuat kapal canggih seandainya kiamat yang diramalkan sungguh terjadi seperti air bah di zaman nabi Nuh. Demikian juga dengan ekspresi-ekspresi lain dibuat sesuai keyakinan masing-masing tentang kiamat yang diramalkan itu. Sikap batin

(psikis) dan iman pun d e m i k i a n . Ada yang cemas, takut, galau. Tapi ada juga yang sebal iknya. M e r e k a menghadapi r a m a l a n d e n g a n

tenang dan pasrah kepada Tuhan.

Tiga moment penting

Ada tiga moment penting yang membingkai saya memasuki gerbang tahun 2013. Pertama, persistiwa terpilihnya Dewan Baru dalam Kongregasi (Dewan Umum dan Dewan Provinsi). Kedua, perayaan Natal 2012. Ketiga, penetapan 2012-2013 sebagai tahun iman oleh paus Benediktus XVI (dalam ensiklik “Porta Fidei”).

Tiga peristiwa ini menurut saya merupakan pilar yang menjiwai langkah perjalanan hidup di tahun 2013. Tahun ini kita berharap dapat melangkah dalam kepastian, optimistis dan penuh harapan. Dengan demikian saya pun termotivasi menaklukan keraguan, pesimistis, kegalauan, kecemasan dan ketakutan yang ada.

Terpilihnya anggota Dewan Provinsi (DP) Indonesia untuk periode 2012-2018 menandakan adanya harapan baru bagi kehidupan Kongregasi, terutama Provinsi Indonesia untuk enam tahun ke depan. Para bruder menyambut dengan antusias anggota DP yang baru.

dok.KOM - FIC 12-25-10=natalan lansia

Permenungan