5.1.kolom.doc

42
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom A. PENDAHULUAN 1. Jenis-jenis Kolom - Kolom Tidak Bertulang: - Dari batu atau beton - Pada bangunan-bangunan kuno - Kolom Beton Bertulang: 69 5 KOLOM BETON BERTULANG

Upload: donny-iskandar

Post on 14-Dec-2014

67 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

A. PENDAHULUAN

1. Jenis-jenis Kolom

- Kolom Tidak Bertulang: - Dari batu atau beton- Pada bangunan-bangunan kuno

- Kolom Beton Bertulang:

69

5KOLOM BETON BERTULANG

Page 2: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

- Kolom Beton Bertulang Pracetak

Kolom adalah suatu komponen struktur yang menahan

- beban desak sentris atau

- beban desak eksentris (atau: kombinasi beban desak sentris dan momen)

Bentuk kolom yang paling sederhana adalah yang kedua ujungnya berupa tumpuan

sendi. Kolom ini hanya mengalami gaya desak sentris. Tetapi bentuk ini jarang

digunanakan dalam struktur beton, karena sulit dan mahal untuk mendapatkan

tumpuan sendi yang sempurna.

Pada struktur beton, kolom sering merupakan bagian dari suatu struktur rangka.

Dengan adanya hubungan kaku antara balok dan kolom atau kolom dengan fondasi,

maka selain menahan gaya desak sentris pada kolom juga terdapat beban momen.

Dalam hal ini kolom menjadi penahan gaya desak eksentris.

Kolom merupakan elemen

struktur yang vital. Jika kolom

mengalami kegagalan maka

balok yang menumpu padanya,

dan mungkin juga seluruh

bangunan, akan mengalami

keruntuhan.

70

Page 3: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Berdasarkan bentuk penampang dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Kolom Segiempat atau Bujursangkar, dengan tulangan memanjang dan begel

berupa sengkang biasa (sekang ikat)

2. Kolom Bulat, dengan tulangan memanjang dan begel yang berupa tulangan spiral.

3. Kolom Segi-Banyak dan Kolom tidak beraturan, dengan tulangan memanjang dan

begel yang berupa sengkang ikat atau tulangan spiral.

71

Page 4: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

4. Kolom Komposit, berupa kombinasi elemen memanjang berupa baja profil

struktural dan beton, dengan atau tanpa sengkang/begel.

Ketentuan bahwa pada kolom bulat digunakan sengkang lilitan spiral dan pada

kolom bentuk lain dengan sengkang ikat biasa, adalah bukan suatu keharusan.

Pada kolom lain (bukan kolom bulat) dapat juga digunakan sengkang lilitan spiral,

namun karena proses membuatnya cukup sulit maka pada kolom jenis ini

digunakan sengkang ikat biasa.

Kolom dengan begel spiral mempunyai daktilitas yang lebih baik dibandingkan dengan

kolom dengan sengkang biasa (ikat).

Kedua jenis kolom berperilaku sama sampai selimut beton (bagin beton diluar begel)

pecah dan lepas (terkelupas). Selanjutnya pada beban yang terus ditingkatkan, pada

kolom dengan begel sengkang ikat akan terjadi kehancuran pada beton di bagian

dalam dan kemungkinan tulangan memanjang mengalami tekuk (buckling). Sedangkan

pada kolom dengan begel spiral, beton di bagian dalam yang terkurung oleh lilitan

spiral masih dapat efektif menahan beban aksial sampai beton tersebut hancur dan

baja lilitan spiral mencapai tegangan lelehnya. Jadi kolom dengan lilitan spiral mampu

mengalami deformasi yang lebih besar sebelum runtuh. Luas tulangan dan jarak lilitan

spiral akan mempengaruhi perilaku ini.

Berdasarkan posisi beban yang bekerja pada penampang melintang dibedakan

menjadi:

72

Page 5: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

1. Kolom dengan beban aksial desak sentris,

2. Kolom dengan beban aksial desak eksentris

Beban P tidak bekerja di pusat kolom, tetapi bekerja dengan eksentrisitas ex dan

ey. Jenis beban ini dapat diekivalensikan menjadi beban desak sentris dan beban

momen yang sesuai. Berdasarkan eksentrisitas Beban P, momen yang bekerja

dapat berupa:

omomen yang bekerja terhadap satu sumbu (x atau y) saja, disebut momen

lentur uniaksial,

o atau momen yang bekerja terhadap sumbu x dan sumbu y, disebut momen

lentur biaksial.

3. Berdasarkan kelangsingan kolom dibedakan menjadi:

1. Kolom Pendek

Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) tidak

perlu diperhatikan,

2. Kolom Panjang (Kolom Langsing)

Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) harus

diperhatikan.

Kelangsingan kolom dipengaruhi oleh:

- dimensi penampang,

73

Page 6: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

- panjang kolom, dan

- jenis tumpuan pada ujung2 kolom.

Bahaya tekuk (buckling) pada kolom

2. Kuat Perlu dan Kuat Rencana

Kuat perlu suatu penampang dihitung dengan faktor beban dan kombinasi

beban sbb. (SK SNI 03-2847-2002):

1. Beban Mati : U = 1,4 D

2. Beban Mati & Hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)

3. Beban Angin : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R)

U = 0,9 D ± 1,6 W

4. Beban Gempa : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E & U = 0,9 D ± 1,0 E

5. Tekanan Tanah : U = 1,2 D + 1,6 L + 1,6 H + 0,5 (A atau R)

6. Temperatur : U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 T)

7. Beban Dinamik : Pada beban hidup L di kalikan Faktor Kejut

8. Beban Fluida : U = 1,2 D + 1,6 L + 1,2 F + 0,5 (A atau R)

U = 1,4 D + 1,4 F

9. Beban Tumbukan P : Ditambahkan 1,2 P

Kuat Rencana suatu penampang diperoleh dari Kuat Nominalnya dikalikan dengan

faktor reduksi menurut SK SNI 03-2847-2002:

Faktor reduksi untuk kolom:

- Beban Aksial Desak dan Beban Aksial Desak dengan Lentur

Kolom dengan tulangan spiral sesuai pasal 12.9.3 SK SNI Φ = 0,70

Kolom lainnya Φ = 0,65

74

Page 7: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

- Untuk beban aksial desak yang makin kecil, faktor reduksi Φ dapat ditingkatkan

secara linier dari 0,65 atau 0,70 tsb menjadi 0,8; dengan menurunnya nilai Φ.Pn

dari 10%.(fc’.Ag) ke nilai nol.

Syarat: fy ≤ 400 MPa, tulangan simetrik, dan (h-d’-ds)/h ≥ 0,65.

Jika syarat tidak dipenuhi:

Faktor reduksi Φ dapat ditingkatkan secara linier dari 0,65 atau 0,70 tersebut menjadi

0,8; dengan menurunnya nilai Φ.Pn dari 10%.(fc’.Ag) atau Pb (pilih yang terkecil) ke

nilai nol.

Faktor reduksi untuk kolom:

- Geser dan Torsi Φ = 0,75

3. Dasar-dasar dan asumsi pada analisis dan perancangan kolom beton

bertulang

Dasar-dasar dan asumsi seperti yang digunakan dalam kasus lentur (balok):

- Berlaku hipotesa Bernoulli dan Navier

- Beton yang mengalami tegangan tarik diabaikan dan dianggap tidak menahan

tegangan tarik yang terjadi.

- Batas2 regangan dan distribusi tegangan pada beton desak dan baja tulangan

mengikuti standard yang berlaku (misal: SK SNI 03-2847-2002)

4. Jenis-jenis Keruntuhan Kolom

Kolom dapat mengalami keruntuhan:

1. Karena kehancuran bahan:

1.1 Keruntuhan under reinforced, jika beton desak hancur (mencapai regangan -

0,003) dengan didahului tegangan tarik baja mencapai tegangan lelehnya.

Keruntuhan terjadi dengan peringatan dini yang berupa deformasi yang cukup

besar.

1.2 Keruntuhan over reinforced, jika beton desak hancur (mencapai regangan -

0,003) ketika tegangan tarik baja belum mencapai tegangan lelehnya.

Keruntuhan terjadi dengan tiba-tiba.

1.3 Keruntuhan tarik, yaitu jika regangan baja tarik mencapai atau melampaui

regangan lelehnya, sedangkan beton desak belum mencapai regangan maks.

-0,003. Hal ini terjadi jika jumlah tulangan tarik sangat kecil (lebih kecil dari

Amin)

75

Page 8: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

2. Karena kehilangan stabilitas lateral:

Jenis keruntuhan ini terjadi pada kolom dengan kelangsingan tinggi.

Kolom mengalami tekuk (buckling).

B. PERSYARATAN DETAIL PENULANGAN KOLOM

1. Lindungan beton:

a). untuk beton bertulang cor ditempat: tulangan

pokok, sengkang dan lilitan spiral harus

mempunyai lindungan beton ≥ 40 mm

b). untuk beton pracetak:

lindungan beton utk tulangan pokok ≥ db, ≥ 15

mm, ≤ 40 mm, lindungan beton untuk dan

sengkang dan lilitan spiral ≥ 10 mm

c). untuk beton prategang:

lindungan beton utk tulangan pokok ≥ 40 mm, lindungan beton untuk dan

sengkang dan lilitan spiral ≥ 25 mm

2. Tulangan memanjang

Rasio luas tulangan pokok memanjang dan luas penampang kolom dibatasi:

1% £ ρg = As / Ag £ 8%. Rasio yang lazim digunakan berkisar antara 1% - 4%. Nilai

8% dapat terjadi pada sambungan tulangan lewatan.

Jumlah tulangan memanjang minimum ditentukan sbb. (SK SNI):

o 6 batang, untuk kolom dengan begel spiral,

o 4 batang, untuk kolom dengan sengkang ikat berbentuk segi empat atau lingkaran,

o 3 batang, untuk kolom dengan sengkang ikat berbentuk segitiga.

Jarak bersih antar tulangan pokok memanjang pada kolom dengan sengkang ikat

minimal 1,5 db atau 40 mm (nilai terbesar menentukan).

3. Sengkang ikat

o Diameter sengkang ikat ≥ D-10 (dia.9,0

mm) jika dia. tulangan pokok £ D-32

(dia.16,3mm) , dan ≥ D-13 (dia.10,3 mm)

jika dia. tulangan pokok > D-32.

o Jarak bersih pada arah memanjang kolom:

£ 16 x dia. tulangan pokok memanjang

76

Page 9: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

kolom, £ 48 x dia. sengkang, £ lebar (b)

penampang kolom (b < h).

o Tidak boleh ada tul.pokok yang berjarak

bersih > 150 mm dari tul.pokok yang

ditahan secara lateral. Jika ada, maka

harus dipasang sengkang pengikat.

4. Lilitan Spiral

o Untuk beton cor ditempat, diameter lilitan spiral ≥

10 mm, tetapi umumnya £ 16 mm.

o Jarak bersih pada arah memanjang kolom: 25 mm

£ s £ 75 mm.

o Penjangkaran dilakukan dengan 1,5 lilitan ekstra

pada kedua ujung spiral.

o Rasio tulangan spiral: ρs ≥ 0,45 ( Ag / Ac -1)

. fc‘ / fy → dg. fy £ 400 Mpa

C. KOLOM PENDEK DAN KOLOM PANJANG (LANGSING)

Berdasarkan kelangsingan kolom dibedakan menjadi:

1. Kolom Pendek

Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) tidak perlu

diperhatikan.

2. Kolom Panjang (Kolom Langsing)

Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) harus

diperhatikan.

Kelangsingan kolom dipengaruhi oleh:

- dimensi penampang,

- panjang kolom, dan

- jenis tumpuan pada ujung-ujung kolom.

77

Page 10: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Menurut SK SNI, pengaruh kelangsingan boleh diabaikan jika dipenuhi syarat sbb.:

(1) Pada portal tak bergoyang:

(2) Pada portal bergoyang:

k = faktor panjang efektif kolom ( tergantung dari jenis tumpuan ujung)

lu = panjang bagian kolom yang tidak ditahan lateral

r = jari-jari girasi = √(I / A)

M1 dan M2 = momen batas (sdh dikalikan faktor beban) pada ujung-ujung kolom,

dengan M1 < M2

1. KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN SENTRIS & KOLOM PENDEK DENGAN

BEBAN BEREKSENTRISITAS KECIL

Untuk kolom jenis ini, pada keadaan beban batas dianggap beton mengalami tegangan

desak merata sebesar 0,85.fc‘ dan semua baja tulangan mencapai tegangan luluh fy.

Kuat nominal kolom pendek tsb.adalah:

Po = 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast

Kuat rencana kolom pendek: .Pn = .Po

Karena perilaku yang berbeda, maka faktor

reduksi kekuatan f dibedakan sbb.:

Untuk kolom dg. lilitan spiral = 0,70

Untuk kolom dg. sengkang ikat = 0,65

Meskipun secara teoritis beban aksial bekerja sentris (e = 0), kuat rencana kolom

pendek tsb harus direduksi sesuai jenis begelnya sbb. (SK SNI 03-2847-2002 Ps.

12.3.5)):

(1) Kolom dengan lilitan spiral dan kolom komposit, faktor reduksi = 0,85

.Pn,max = 0,85 { ( 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast)}

(2) Kolom dengan sengkang ikat, faktor reduksi = 0,80

.Pn,max = 0,80 { ( 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast)}

Dengan demikian maka secara tidak langsung diperhatikan adanya eksentrisitas

minimum (kecil), yang mungkin terjadi akibat:

- Pelaksanaan yang tidak sempurna (penggeseran as kolom (bangunan)),

78

Page 11: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

- Variasi mutu bahan yang tidak merata

- Pengaruh hubungan monolit dengan balok-balok pada ujung-ujung kolom.

1.1 ANALISIS KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN BEREKSENTRISITAS KECIL:

Analisis à - pemeriksaan kekuatan kolom berdasarkan kekuatan maksimum

bahannya (tanpa memperhatikan pengaruh panjang kolom

(kelangsingan)).

- pemeriksaan detail penulangan dan persyaratan penggunaan/

pemasangan tulangan.

Contoh 1.1

Beton fc‘ = 25 MPa

Baja fy = 400 MPa

Lindungan beton 40 mm (dari sisi luar sengkang)

Tentukan beban aksial maksimum yang dapat didukung kolom pendek tersebut.

Pemeriksaan Tulangan Pokok (memanjang):

Rasio tulangan pokok:

ρg = Ast / Ag = (8.0,25.π.292) / (4002) = 5284,16 /160000 = 0,033 > 0,01

< 0,08 OK!

Jumlah tulangan:

8 buah > 4 buah (jml. min. untuk sengkang ikat segi empat), OK!

Jarak bersih tulangan pokok:

(400 – 2.40 – 2.10 – 3.29) / 2 = 106,5 mm > 1,5 db = 1,5.29 = 43,5 mm

> 40 mm

< 150 mm, OK!

Pemeriksaan Sengkang:

Diam. tul. pokok = 29 mm < 32 mm à diameter sengkang 10 mm OK!

Jarak antar sengkang pusat kepusat = 250 mm < 48 . dsk = 48 . 10 = 480 mm

< 16 . db = 16 . 29 = 464 mm

< b = 400 mm, OK !

Kuat rencana kolom:

79

Page 12: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Kolom dengan sengkang ikat: faktor reduksi kekuatan = 0,65

faktor reduksi eksentrisitas kecil = 0,80

. Pn,max = 0,80 (f ( 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast))

= 0,80 (0,65 (0,85 . 25 (160000 – 5284,16)/1000 + 400 . 5284,16 / 1000))

= 2808,715 kN

Contoh 1.2

Beton fc‘ = 30 MPa

Baja fy = 400 MPa

Lindungan beton 40 mm (dari sisi luar spiral)

Beban terfaktor yang bekerja:

Pu = 2400 kN, dengan eksentrisitas kecil.

Periksa apakah kolom pendek ini mampu

menahan beban tsb.!

Pemeriksaan Tulangan Pokok (memanjang):

Rasio tulangan pokok:

ρg = Ast / Ag = (7.0,25.π.252) / (0,25.π.3802) = 3436,12 /113411,5

= 0,03 > 0,01 dan < 0,08 OK!

Jumlah tulangan:

7 buah > 6 buah (jml. min. untuk begel lilitan spiral), OK!

Pemeriksaan Lilitan Spiral:

Diam. tul. pokok = 25 mm < 32 mm à diameter btg. spiral 10 mm, OK!

ρs,aktual = (4.Asp) / (Dc.s) = (4 . 0,25.π.102) / ((380 – 2.40).50) = 0,021

ρs,min = 0,45.(Ag / Ac – 1). (fc‘/fy) = 0,45. (113411,5 / 70685,8 – 1) . (30 / 400)

= 0,0204

ρs,aktual = 0,021 > ρs,min = 0,0204 , OK!

Kuat rencana kolom:

Kolom dengan lilitan spiral: faktor reduksi kekuatan = 0,70

faktor reduksi ekssentrisitas kecil = 0,85

.Pn,max = 0,85 ( (0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast))

80

Page 13: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

= 0,85 (0,70 (0,85 . 30. (113411,5 – 3436,12)/1000 + 400 . 3436,12 / 1000))

= 2486,40 kN > Pu = 2400 kN, OK!

1.2 PERANCANGAN KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN BEREKSENTRISITAS

KECIL

Perancangan à - menentukan bentuk dan dimensi kolom

- menentukan mutu bahan (baja dan beton)

- menghitung kebutuhan baja tulangan

- memasang baja tulangan memanjang & sengkang sesuai

ketentuan

Pada umumnya bentuk dan dimesi kolom serta mutu bahan sudah ditetapkan

(diasumsikan) pada tahap prarancangan.

Contoh 1.3

Bahan : Beton fc‘ = 30 MPa dan Baja fy = 400 MPa

Beban : Beban mati = 1400 kN dan beban hidup = 850 kN (keduanya sentris)

Kolom berbentuk EPP dg ukuran 400 x 400.

Hitung kebutuhan tulangan pokok untuk kolom tersebut.

Penyelesaian:

Beban terfaktor (kuat perlu) Pu = 1,2 . 1400 + 1,6 . 850 = 3040 kN

Ag = 400 x 400 = 160000 mm2

Kolom dengan sengkang ikat: = 0,65 dan faktor reduksi eks.kecil = 0,80

Jadi:

Pu = . Pn,maks

3040 = 0,80 ( (0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast))

= 0,80 (0,65 (0,85.30.(160000 – Ast) / 1000 + 400.Ast / 1000))

1766,15 = 0,3745 Ast

Ast = 4716,02 mm2 < Digunakan: 8D29 = 5284 mm2

Kontrol rasio tulangan pokok:

ρs = 5284 / 160000 = 0,033 > 0,01 dan < 0,08, OK!

Kontrol jarak tulangan:

81

Page 14: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Jarak bersih tulangan:

(400 – 2.40 – 2.10 – 3.29) / 2 = 106,5 mm > 43,5 mm

< 150 mm OK!

2. KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN BEREKSENTRISITAS BESAR

Jika beban Pu bekerja pada penampang kolom dan berjarak e dari sumbu kolom,

maka akibat yang ditimbulkan oleh beban tersebut adalah sama dengan apabila suatu

pasangan yang terdiri atas beban Pu sentris dan momen Mu = Pu.e bekerja serentak

pada penampang tersebut.

Hanya ditinjau untuk

momen uniaksial

Eksentrisitas e

ditinjau dari titik pusat

plastis kolom

Jadi, jika dari Analisis Struktur diperoleh kombinasi beban yang bekerja pada

kolom adalah pasangan Pu dan Mu, maka dapat ditetapkan hubungan: e = Mu / Pu. Hal

ini berarti: suatu penampang kolom yang telah dirancang dari suatu e tertentu (dari

pasangan Pu dan Mu tertentu), kemungkinan akan mampu mendukung pasangan-

pasangan Pu dan Mu lainnya.

Selanjutnya akan dibahas analisis kolom pendek dengan penampang lintang

berbentuk empat persegi panjang dan dengan eksentrisitas beban satu arah (beban

momen uniaksial).

Kolom Pendek-Penampang EPP

82

Page 15: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Prinsip Perancangan:

Kuat Rencana ≥ Kuat Perlu

Untuk P: ρ . Pn ≥ Pu

Keseimbangan gaya:

Pn = Cc + Cs –Ts

Keseimbangan momen:

Mn = Pn . e

= Cc (y – a/2) + Cs (y – d‘) + Ts (d – y)

Cc = (0,85.fc‘).b.a

Cs = As‘ . fs‘

Ts = As . fs

Pn = Cc + Cs – Ts

= (0,85.fc‘).b.a+As‘ . fs’– As . fs

harus ≤ Pn,maks

Mn = Pn . e

= (0,85.fc‘).b.a.(y– a/2)+As‘.fs‘.(y–d‘)

+As . fs .(d – y)

Untuk fs dan fs‘ harus digunakan nilai

aktualnya, jika regangan baja mencapai

regangan lelehnya (ey), maka untuk fs

dan fs‘ digunakan tegangan leleh baja fy.

Regangan baja tarik: jika εs ≥ εy à fs = fy

jika εs < εy à fs = εs .Es

Regangan baja desak: jika ε‘s ≥ εy à f‘s = fy

jika ε‘s < ey à f‘s = ε‘s .Es

2.1 KEADAAN SEIMBANG

εy = fy / Es

83

Page 16: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

ab = β1 . cb

Pn,b = (0,85.fc‘).b.ab + As‘ . fs‘ – As . fy

Mn,b = Pn,b . eb

= (0,85.fc‘).b.ab. (y– ab/2)+

As‘ . fs‘.(y– d‘) + As . fy .(d – y)

eb = Mnb / Pnb

2.2. KEADAAN KERUNTUHAN TARIK

Keruntuhan tarik terjadi jika beton desak mencapai regangan max. 0,003 dengan

didahului tercapainya tegangan leleh baja tulangan tarik. Keruntuhan tarik terjadi pada:

e > eb atau Pn < Pnb. Pada kolom umumnya dipasang tulangan As‘ = As untuk

mencegah kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik dan desak dalam

pelaksanaan. Hal ini juga diperlukan apabila ada kemungkinan beban yang berbalik

arah, misalnya akibat angin atau gempa.

Terdapat dua kemungkinan keadaan regangan baja tulangan desak:

1. Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya

2. Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya.

2.2.a Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya

Ditetapkan sebuah nilai e > eb.

Pn = Cc + Cs – Ts

= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fy – As . fy

= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . fy – As . fy

Mn = Pn . e

= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . fy .(d – y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . fy .(d – y)

Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan

selanjutnya nilai Pn dan Mn.

2.2.b Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya

Ditetapkan sebuah nilai e > eb

Pn = Cc + Cs – Ts

84

Page 17: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fs‘ – As . fy

= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . (εs‘.Es) – As . fy

= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . ((0,003.(c – d‘)/c).Es) – As . fy

Mn = Pn . e

= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fs‘. (y – d‘) + As . fy .(d – y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y–(β1.c)/2) + As‘ . (εs‘.Es) . (y – d‘) + As . fy .(d – y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . ((0,003.(c – d‘)/c).Es) . (y – d‘) +

As . fy .(d – y)

Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan

selanjutnya nilai Pn dan Mn.

3. KEADAAN KERUNTUHAN DESAK

Keruntuhan desak terjadi jika regangan beton desak telah mencapai regangan

max. 0,003, sedangkan regangan baja tulangan tarik belum mencapai regangan

lelehnya (ey).

Keruntuhan desak terjadi pada: e < eb atau Pn > Pnb

Untuk jenis keruntuhan ini pada umumnya baja tulangan desak telah mencapai

tegangan lelehnya. Namun secara umum terdapat dua kemungkinan keadaan

regangan baja tulangan desak:

1. Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya

2. Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya.

3.1. Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya

Ditetapkan sebuah nilai e < eb

Pn = Cc + Cs – Ts

= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fy – As . fs

= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . fy – As . (εs.Es)

= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . fy – As . ((0,003.(d – c)/c).Es)

Mn = Pn . e

= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . fs .(d – y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . (εs.Es) .(d – y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . fy. (y – d‘) +

As . ((0,003.(d – c)/c).Es) .(d – y)

Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan

selanjutnya nilai Pn dan Mn

85

Page 18: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

3.2 Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya

Ditetapkan sebuah nilai e < eb

Pn = Cc + Cs – Ts

= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fs‘ – As . fs

= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . (εs‘.Es) – As . (εs.Es)

= (0,85.fc‘).b.(β1.c)+As‘.((0,003.(c – d‘)/c).Es) – As . ((0,003.(d – c)/c).Es)

Mn = Pn . e

= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fs‘. (y – d‘) + As . fs .(d – y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (b1.c)/2) + As‘. (εs‘.Es).(y – d‘) + As.(εs.Es).(d–y)

= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . ((0,003.(c – d‘)/c).Es) . (y – d‘) + As .

((0,003.(d – c)/c).Es) .(d – y)

Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan

selanjutnya nilai Pn dan Mn

3.2.3 KEADAAN KERUNTUHAN DESAK – Metoda Pendekatan

Untuk jenis keruntuhan ini dapat digunakan metoda pendekatan dari Whitney

untuk menghitung Pn. Syarat penggunaan:

- hanya untuk kolom dengan tulangan simetris

- tulangan satu lapis dan terletak sejajar sumbu lentur.

Jika momen dari gaya-gaya pada penampang dihitung terhadap tulangan tarik,

diperoleh:

Pn (e + (d – d‘)/2) = Cc . (d – a/2) + Cs . (d – d‘)

Gaya Cc ditaksir dengan nilai a = 0,54d:

Cc = 0,85 . fc‘. b . a = 0,85 . fc‘. b . (0,54.d) = 0,459.b.d.fc‘

Karena biasanya baja tulangan desak mencapai tegangan leleh : Cs = As‘.fy

Dengan memasukkan nilai-nilai Cc dan Cs tersebut diperoleh (untuk kolom dengan

penampang empat persegi panjang):

Contoh Hitungan :

Kolom empat persegi panjang dengan sengkang ikat diameter 10mm

Ukuran : b = 350 mm dan h = 500 mm

Lindungan beton : 40 mm

86

Page 19: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Tulangan : As = 3D29 dan As‘ = 3 D29

Bahan : beton fc‘ = 30 MPa dan baja fy = 400 MPa

Hitung : kuat rencana kolom f.Pn untuk berbagai kondisi sbb.:

1. eksentrisitas kecil

2. keadaan seimbang

3. momen murni (Pn = 0)

4. e > eb

5. e < eb

Penyelesaian :

1. Eksentrisitas kecil:

Ag = 350 x 500 = 175000 mm2

Ast = 6 x 0,25 . π . 292 = 3963,12 mm2

.Pn = .Pn,max = 0,80 . (0,85 . fc‘ . (Ag – Ast) + fy . Ast)

= 0,80 . 0,65 (0,85 . 30 (175000 – 3963,12)/1000+ 400 . 3963,12 / 1000)

= 3092,278 kN

2. Keadaan seimbang:

Es = 200000 MPa

d = 500 – 40 – 10 – 29/2 = 435,5 mm

cb = 0,003 / (0,003 + 400/200000). 435,5 = 261,3 mm

εs‘ = (261,3 – 64,5) / 261,3 . 0,003 = 0,00226 > εy =400/200000= 0,002

jadi baja tulangan desak sudah mencapai tegangan lelehnya fs‘ = fy =400

As‘ = 3 x 0,25 . π . 292 = 1981,56 mm2 fc‘ = 30 MPa à β1 = 0,85

ab = β1 . cb = 0,85 . 261,3 = 222,105 mm

Cc,b = 0,85.fc‘.ab.b = 0,85 . 30 . 222,105 . 350 / 1000 = 1982,29 kN

Cs,b = (400 – 0,85 . 30) . 1981,56 / 1000 = 742,09 kN

Ts,b = 400 . 1981,56 / 1000 = 792,62 kN

à Pn,b = Cc,b + Cs,b – Ts,b = 1982,29 + 742,09 – 792,62 = 1931,76 kN

à Mn,b = Cc,b . (y – ab/2) + Cs,b . (y – d‘) + Ts,b .(d – y)dg. y = 0,5.h = 250

= 1982,29 . (250 – 222,105/2) + 742,09 . (250 – 64,5)

+ 792,62 . (435,5 – 250)

= 560,124 kNm

à eb = Mn,b / Pn,b = 670,140 / 1931,76 = 289,956 mm

87

Reduksi utk kolom dg beban sentris (eks. kecil),kolom dg sengkang ikat

Faktor reduksi kekuatan ,utk kolom dg sengkang ikat.

“displaced concrete” diperhitungkan !

Page 20: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Jadi pada keadaan seimbang:

. Pn,b = 0,65 . 1931,76 kN = 1255,64 kN

. Mn,b = 0,65 . 560,124 kNm = 364,081 kNm

eb = 289,956 mm

3. Keadaan Momen Murni

Pada keadaan ini, maka Pu dan juga f.Pn keduanya bernilai nol, sehingga

eksentrisitas beban (e) sama dengan tak terhingga. Karena prinsip keseimbangan

harus dipenuhi, maka Ts = Cc + Cs. Untuk penulangan simetrik (As = As‘), maka

haruslah Cs < Ts, yang berarti hanya mungkin jika tegangan baja desak As‘ belum

mencapai tegangan leleh sedangkan tegangan baja tarik sudah. Jadi untuk

menghitung Cs harus menggunakan tegangan desak aktual yang terjadi.

Ts = Cc + Cs dengan:

Cc = (0,85.fc‘).b.a = (0,85.fc‘).b.(β1.c) = 0,85 . 30 . 350 .(0,85.c) = 7586,25 . c

Cs = As‘ . fs‘ = As‘ . (Es . εs‘) = 1981,56 . (200000 . (0,003 . (c – 64,5) / c))

= 1188936. (c – 64,5) / c

Ts = As . fs = As . fy = 1981,56 . 400 = 792624 N

Jadi: 792624 = 7586,25 . c + 1188936 . (c – 64,5) / c

7586,25 . c2 + 396312 . c – 76686372 = 0

c = 77,759 mm

Sehingga: Cc = 7586,25. c = 7586,25 . 77,76/1000 = 589,90 kN

Cs = 1188936. (c – 64,5) / c = 202,73 kN

Ts = 589,91 + 202,74 = 792,63 kN OK (hit. di atas 792,624 kN)

Momen nominal dari gaya-gaya tsb. :

Mn = Cc . (y – a/2) + Cs . (y – d‘) + Ts .(d – y)

= 589,90.(250–(0,85.77,759)/2) + 202,73.(250– 64,5)+ 792,63 . (435,5 – 250)

= 312617 kNmm = 312,617 kNm

Untuk kolom berpengikat sengkang: f = 0,65, sehingga:

. Mn = 0,65 . 312,617 = 203,201 kNm

Tetapi SK SNI menetapkan, bahwa untuk kolom dg penulangan simetrik, fy ≤ 400

MPa dan (h – d‘ – ds) / h ≥ 0,65, maka faktor reduksi kekuatan dapat ditingkatkan

secara linier menjadi 0,8 seiring dengan berkurangnya .Pn dari 0,10.fc‘.Ag ke nol.

Dalam hal ini : Pn = 0 dan (h – d‘ – ds) / h = 0,742 ≥ 0,65 etc., shg. berlaku = 0,8

Sehingga : . Mn = 0,80 . 312,332 = 250,094 kNm

4. Keadaan e > eb: (ditetapkan e = 500 mm)

88

“displaced concrete” diabaikan !

Page 21: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Pada keadaan ini kolom akan mengalami keruntuhan tarik. Baja tulangan tarik

sudah mencapai reg.lelehnya (jadi digunakan fs = fy), sedangkan baja tulangan

pada sisi desak tidak diketahui keadaannya. Dianggap: baja tulangan desak belum

mencapai reg. lelehnya, fs‘ ≠ fy.

Berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan gaya dan momen disusun persamaan-

persamaan sbb.:

Σgaya-gaya = 0 à Pn = Cc + Cs – Ts

dengan: Cc = 0,85.fc‘.a.b = 0,85.30.(0,85.c).350 = 7586,25.c

Cs = As‘.(fs‘ – 0,85.fc‘)

= 1981,56.(200000.(c – 64,5)/c.0,003 – 0,85.30))

Ts = As . fy = 1981,56 . 400 = 792624

diperoleh persamaan Pn dalam variabel c.

ΣMomen = 0 à Pn .e = Cc . (y – a/2) + Cs . (y – d‘) + Ts .(d – y)

dengan: Pn, Cc, Cs dan Ts spt tsb. dimuka (masih dlm variabel c).

e = 500 mm dan a = β1. c

diperoleh persamaan pangkat tiga dalam variabel c.

Jika diselesaikan, diperoleh c = 147,231 mm

Kontrol: εs‘ = (c – d‘) / c . 0,003 = (147,231 – 64,5) / 147,231 . 0,003

= 0,0017 < εy = 400/200000 = 0,0020

baja desak belum mencapai regangan leleh, anggapan benar!

Selanjutnya c di masukkan ke dlm persm.2 di muka dan dihitung:

Pn = Cc + Cs – Ts = 941,857 kN à .Pn = 0,65.Pn = 612,207 kN

Mn = Pn. e = 612,207. 500 = 470,928 kNm

à . Mn = 0,65 . Mn = 306,104 kNm

5. Keadaan e < eb: (ditetapkan e = 150 mm)

Pada keadaan ini kolom akan mengalami keruntuhan desak. Baja tulangan desak

umumnya sudah mencapai reg.lelehnya (jadi digunakan fs = fy), dan baja tulangan

pada sisi tarik tidak diketahui keadaannya.

Dianggap: - baja tulangan desak sudah mencapai reg. lelehnya, fs‘ = fy.

- baja tulangan tarik belum mencapai reg. lelehnya, fs‘ ≠ fy.

Berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan gaya dan momen disusun persamaan-

persamaan sbb.:

Σgaya-gaya = 0 à Pn = Cc + Cs – Ts

dengan: Cc = 0,85.fc‘.a.b = 0,85.30.(0,85.c).350 = 7586,25.c

89

Page 22: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Cs = As‘.(fy – 0,85.fc‘)

= 1981,56.(400 – 0,85.30)) = 742094

Ts = As . fs = 1981,56 (200000.0,003.(435,5 – c)/c)

diperoleh persamaan Pn dalam variabel c

ΣMomen = 0 à Pn .e = Cc . (y – a/2) + Cs . (y – d‘) + Ts .(d – y)

dengan: Pn, Cc, Cs dan Ts seperti tsb. dimuka (masih dlm variabel c).

e = 150 mm dan a = β1. c

diperoleh persamaan pangkat tiga dalam variabel c.

Jika diselesaikan, diperoleh c = 348,062 mm

Kontrol:

εs‘ = (c – d‘) / c . 0,003 = (348,062 – 64,5) / 348,062 . 0,003

= 0,0024 > εy = 400/200000 = 0,0020

baja desak sudah mencapai regangan leleh, anggapan benar!

εs = (d – c) / c . 0,003 = (435,5 – 348,062) / 348,062 . 0,003

= 0,0007 < εy = 400/200000 = 0,0020

baja tarik belum mencapai regangan leleh, anggapan benar!

Selanjutnya c di masukkan ke dlm persamaan-persamaan di muka dan dihitung:

Pn = Cc + Cs – Ts = 3083,902 kN

à.Pn = 0,65.Pn = 2004,536 kN

Mn = Pn. e = 3083,902 . 150 = 462,587 kNm

à.Mn = 0,65 . Mn = 300,682 kNm

3.2.4 DIAGRAM INTERAKSI – PENAMPANG EPP

Dari hasil-hasil analisis sebuah kolom, pasangan nilai .Pn dan .Mn yang

diperoleh dapat digambarkan dalam sebuah diagram yang disebut Diagram Interaksi

Kolom. Kuat beban aksial .Pn digambarkan dalam sumbu vertikal dan kuat momen

f.Mn dalam sumbu horisontal. Diagram tersebut hanya berlaku untuk kolom yang

dianalisis, tidak berlaku untuk yang lain, dan dapat memberikan gambaran tentang

susunan pasangan kombinasi beban aksial dan momen yang dapat didukung oleh

kolom tersebut. Setiap titik yang terletak pada garis lengkung (kurva) diagram ini

menunjukkan pasangan beban aksial dan momen yang diijinkan dan dapat didukung

kolom tersebut

Titik-titik yang berada ‚di dalam‘ kurva juga merupakan pasangan beban aksial

dan momen yang dapat didukung, tetapi pasangan beban tersebut lebih rendah dari

90

Page 23: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

kemampuan dukung kolom, sehingga jika digunakan berarti dimensi & tulangan kolom

tersebut berlebihan (overdesigned). Sedangkan titik-titik ‚ di luar‘ kurva, merupakan

pasangan-pasangan beban aksial dan momen yang melebihi daya dukung kolom,

sehingga kolom tidak diijinkan untuk mendukung beban-beban tersebut.

Ringkasan hasil pada contoh di muka:

No. Keadaan . Pn (kN) .Mn (kNm) eks. (e,mm)

1 Sentris (teoritis) 3865,347 0 0

2 Eks. Kecil 3092,279 0

3 Seimbang 1255,642 364,081 289,956

4 Momen murni 0 203,201 (250,094) tak thg.

5 Patah Tarik 612,207 306,104 500

6 Patah Desak 2004,536 300,682 150

4. KOLOM DENGAN PENAMPANG BULAT

Prinsip analisis kolom berpenampang bulat pada dasarnya sama dengan kolom

penampang persegi. Yang perlu diperhatikan disini adalah:

- Hitungan luas bagian beton yang terdesak (termasuk titik beratnya),

- Tegangan masing2 baja tulangan harus dihitung berdasarkan regangan aktual

masing2, jika es ≥ ey boleh digunakan fs = fy.

91

Page 24: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Nilai a untuk penampang bulat agak

berbeda dengan penampang persegi,

sebagai pendekatan dapat dianggap

sama seperti pada penampang persegi:

a = 0,85.c

Selanjutnya dapat dihitung Cc, Csi dan Tsi

dengan lengan momen masing-masing

terhadap titik berat penampang,

sehingga dapat diperoleh Pn dan Mn.

ANALISIS KEKUATAN KOLOM BUNDAR

1. Dengan Beban Sentris

Kapasitas beban :

Po = 0.85 f’c(Ag-Ast)+Ast.fy

Batasan :

Kolom Spiral :

Pn(maks)= 0.85 [0.85 f’c(Ag - Ast)+Ast.fy]

Kolom bersengkang :

Pn(maks)= 0.80 [0.85 f’c(Ag – Ast)+Ast.fy]

2. Dengan Beban Eksentris

• Tidak mengenal istilah beban biaksial yaitu beban yang bekerja secara

bersamaan terhadap sumbu lentur x dan y.

• Digunakan istilah beban eksentris yaitu beban yang bekerja pada suatu

eksentrisitas tertentu, tanpa membedakan arah x ataupun y, kerena dimana pun

letak beban maka penampang beton selalu membentuk daerah beton tertekan

yang sama yaitu berbentuk tembereng lingkaran.

Perbedaan kolom bundar dan kolom persegi :

1. Bentuk luas yang tertekan merupakan elemen lingkaran

2. Tulangan-tulangan tidak dikelompokkan kedalam kelompok tekan dan tarik

yang sejajar, sehingga gaya dan tegangan pada masing-masing tulangan harus

ditinjau sendiri-sendiri.

92

εs’

Cc

εs’

εs

c aCs1

Cs2

Ts2

x

Ac’

Ts1εs

Page 25: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Penampang ekivalen berdasarkan asumsi Whitney/keruntuhan tekan dan balanced

(ekuivalen segi empat)

Keruntuhan Tekan/Balanced

• Transformasi kolom bundar menjadi penampang persegi ekivalen :

1. Tinggi dalam arah lentur sebesar 0.8h, dimana h adalah diameter luar kolom

bundar

2. Lebar kolom segiempat ekivalen diperoleh dengan membagi luas bruto

penampang kolom bundar dengan 0.8h, jadi b=Ag/0.8h

93

(a)

(b)

Penampang segiempat ekivalen (keruntuhan tekan/balanced

Penampang aktual

Page 26: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

3. Luas tulangan total Ast ekivalen didistribusikan pada dua lapis sejajar dengan

jarak 2Ds/3 dalam arah lentur, dimana Ds adalah diameter lingkaran tulangan

(terjauh) as ke as.

4. Perhitungan tinggi garis netral, beban dan momen sama dengan persamaan

pada kolom persegi kondisi tekan/balanced.

• Whitney : penampang kolom bundar dapat diubah menjadi penampang persegi

ekivalen bila kegagalannya berupa keruntuhan tekan.

• Persamaan diperoleh dengan mengggantikan :

As’ menjadi 0.5Ast

(d-d’) menjadi 2Ds/3

d menjadi 0.5(h+2Ds/3)

h menjadi 0.8h

• Sehingga persamaan menjadi :

Keruntuhan Tarik

• Digunakan kolom aktual untuk menghitung Cc, tetapi 40% dari luas tulangan Ast

dikelompokkan sejajar berjarak 0.75Ds

• Dg menganggap tulangan tekan telah leleh (berarti nanti ada checking apa betul

telah leleh), daerah tekan beton mempunyai luas A, Whitney berasumsi bhw jarak

pusat penampang thd pusat berat luasan A adalah :

Bila diasumsikan bahwa tulangan tekan telah leleh dan As = As’ (=40% Ast), maka

dari pers. di depan akan didapat :

Pn = 0,85.fc’.A atau

Sehingga :

94

Page 27: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Dari beberapa asumsi mengenai keruntuhan tarik, maka momen yg terjadi thd tul

tarik dpt ditulis sbb :

Pn.(e + 0,375.Ds) = Cc.(x + 0,375.Ds) + Cs.(0,75.Ds)

atau

Pn.(e + 0,375.Ds) = Pn.(x + 0,375.Ds) + 0,4.Ast.fy.0,75.Ds

dengan memasukkan nilai x ke dalam persamaan ini akan didapat :

Dimana :

ρg = Ast/Ag dan

m = fy/0,85.fc’

e = eksentrisitas gaya tekan nomial thd sumbu lentur kolom

• Jika tulangan tekan belum leleh, maka dipakai prosedur coba2, yg langkahnya

sama dg pada kolom persegi, hanya penampangnya mrpk suatu bag dari lingkaran

• langkah prosedur coba-coba adalah :

1. Jarak sumbu netral c ditetapkan

2. Tinggi blok tegangan ekivalen a = β1.c

3. Tegangan baja tekan dan tarik :

4. Beban aksial nominal :

Pn=0.85fc’.A + As’f’s - Asfy

5. Eksentrisitas yang terjadi :

Mn=Pn.e=0.85fc‘A[y-(ab/2]+A’sf’s(y-d’)+Asfy(d-y)

6. Hitungan dihentikan jika sudah tercapai syarat konvergensi yaitu eksentrisitas

hasil hitungan kira-kira sama atau mendekati dengan eksentrisitas yang

diberikan.

5. ANALISIS KOLOM LANGSING

5.1 Pendahuluan

95

Page 28: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

Jika kelangsingan kolom melampaui batas tertentu yang ditetapkan dalam

peraturan, maka analisis dan perancangannnya harus memperhatikan ke-mungkinan

terjadinya tekuk (buckling) pada kolom.

Kolom langsing yang menahan kombinasi beban aksial desak dengan beban

momen lentur akan mendapatkan momen lentur tambahan (momen sekunder) akibat

efek P- Δ dan mengalami deformasi lateral.

Suatu penampang kolom

mempunyai diagram interaksi seperti

gambar disamping. Jika kolom tersebut

termasuk kolom langsing, maka akibat

beban luar Pu akan mengalami

tambahan momen sekunder Pu.Δ,

sehingga momen total menjadi Pu.(e+Δ).

Akibatnya, pada keadaan tsb, daya

dukung kolom terhadap kuat desak turun

dari Pu menjadu Pu‘.

5.2 Kelangsingan Kolom

Tingkat kelangsingan suatu kolom dinyatakan Rasio Kelangsingan à

dengan: k = faktor panjang efektif kolom

lu = panjang bagian kolom yang tidak di topang lateral

r = jari-jari girasi (radius of giration) penampang kolom

= √ ( I / A)

SK SNI menetapkan, bahwa pengaruh kelangsingan dapat diabaikan (jadi: kolom

termasuk kolom pendek), apabila dipenuhi syarat:

Rasio Kelangsingan < (34 – 12 (M1 / M2))

≤ 40

Rasio Kelangsingan < 22

Jika Rasio Kelangsingan > 100 à maka perencanaan kolom harus

menggunakan Analisis Struktur Orde Kedua, yaitu metoda analisis yang

memperhitungkan efek simpangan (defleksi). Analisis ini umumnya juga menuntut

digunakannya modulus elastik beton yang realistik (direduksi). Karena analisis ini

cukup rumit, maka hanya cocok untuk hitungan dengan menggunakan program

96

untuk kolom pada portal takbergoyang (portal berpengaku lateral)

untuk kolom pada portalbergoyang (portal tanpa pengaku lateral)

Page 29: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

komputer. Akan tetapi pada umumnya rasio kelangsingan kolom jarang mencapai

angka > 70.

k = faktor panjang efektif kolom

Faktor ini digunakan untuk modifikasi panjang kolom yang tumpuan ujung-nya bukan

sendi, sbg contoh:

Kedua ujung sendi, tidak bergerak lateral k = 1,0

Kedua ujung jepit k = 0,5

Satu ujung jepit, ujung lain bebas k = 2,0

97

k = 1,0 k = 0,5 k = 2,0 Jepit – jepit,ada gerak lateral

k = 1,0

Jepit – sendi,k = 0,7

Keadaan umum, kolom pada portal

k = 0,7 – 0,9

Jepit elastis - bebask > 2,0

Page 30: 5.1.Kolom.doc

Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom

k = faktor panjang efektif kolom

Keadaan umum à kolom pada portal struktur rangka 3D

98

Nilai k merupakanfungsi dari keka-kuan relatif Ψ dari kalom thd balok-balok pada ujung-ujung kolom

k = 0,73