5.1.kolom.doc
TRANSCRIPT
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
A. PENDAHULUAN
1. Jenis-jenis Kolom
- Kolom Tidak Bertulang: - Dari batu atau beton- Pada bangunan-bangunan kuno
- Kolom Beton Bertulang:
69
5KOLOM BETON BERTULANG
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
- Kolom Beton Bertulang Pracetak
Kolom adalah suatu komponen struktur yang menahan
- beban desak sentris atau
- beban desak eksentris (atau: kombinasi beban desak sentris dan momen)
Bentuk kolom yang paling sederhana adalah yang kedua ujungnya berupa tumpuan
sendi. Kolom ini hanya mengalami gaya desak sentris. Tetapi bentuk ini jarang
digunanakan dalam struktur beton, karena sulit dan mahal untuk mendapatkan
tumpuan sendi yang sempurna.
Pada struktur beton, kolom sering merupakan bagian dari suatu struktur rangka.
Dengan adanya hubungan kaku antara balok dan kolom atau kolom dengan fondasi,
maka selain menahan gaya desak sentris pada kolom juga terdapat beban momen.
Dalam hal ini kolom menjadi penahan gaya desak eksentris.
Kolom merupakan elemen
struktur yang vital. Jika kolom
mengalami kegagalan maka
balok yang menumpu padanya,
dan mungkin juga seluruh
bangunan, akan mengalami
keruntuhan.
70
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Berdasarkan bentuk penampang dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kolom Segiempat atau Bujursangkar, dengan tulangan memanjang dan begel
berupa sengkang biasa (sekang ikat)
2. Kolom Bulat, dengan tulangan memanjang dan begel yang berupa tulangan spiral.
3. Kolom Segi-Banyak dan Kolom tidak beraturan, dengan tulangan memanjang dan
begel yang berupa sengkang ikat atau tulangan spiral.
71
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
4. Kolom Komposit, berupa kombinasi elemen memanjang berupa baja profil
struktural dan beton, dengan atau tanpa sengkang/begel.
Ketentuan bahwa pada kolom bulat digunakan sengkang lilitan spiral dan pada
kolom bentuk lain dengan sengkang ikat biasa, adalah bukan suatu keharusan.
Pada kolom lain (bukan kolom bulat) dapat juga digunakan sengkang lilitan spiral,
namun karena proses membuatnya cukup sulit maka pada kolom jenis ini
digunakan sengkang ikat biasa.
Kolom dengan begel spiral mempunyai daktilitas yang lebih baik dibandingkan dengan
kolom dengan sengkang biasa (ikat).
Kedua jenis kolom berperilaku sama sampai selimut beton (bagin beton diluar begel)
pecah dan lepas (terkelupas). Selanjutnya pada beban yang terus ditingkatkan, pada
kolom dengan begel sengkang ikat akan terjadi kehancuran pada beton di bagian
dalam dan kemungkinan tulangan memanjang mengalami tekuk (buckling). Sedangkan
pada kolom dengan begel spiral, beton di bagian dalam yang terkurung oleh lilitan
spiral masih dapat efektif menahan beban aksial sampai beton tersebut hancur dan
baja lilitan spiral mencapai tegangan lelehnya. Jadi kolom dengan lilitan spiral mampu
mengalami deformasi yang lebih besar sebelum runtuh. Luas tulangan dan jarak lilitan
spiral akan mempengaruhi perilaku ini.
Berdasarkan posisi beban yang bekerja pada penampang melintang dibedakan
menjadi:
72
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
1. Kolom dengan beban aksial desak sentris,
2. Kolom dengan beban aksial desak eksentris
Beban P tidak bekerja di pusat kolom, tetapi bekerja dengan eksentrisitas ex dan
ey. Jenis beban ini dapat diekivalensikan menjadi beban desak sentris dan beban
momen yang sesuai. Berdasarkan eksentrisitas Beban P, momen yang bekerja
dapat berupa:
omomen yang bekerja terhadap satu sumbu (x atau y) saja, disebut momen
lentur uniaksial,
o atau momen yang bekerja terhadap sumbu x dan sumbu y, disebut momen
lentur biaksial.
3. Berdasarkan kelangsingan kolom dibedakan menjadi:
1. Kolom Pendek
Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) tidak
perlu diperhatikan,
2. Kolom Panjang (Kolom Langsing)
Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) harus
diperhatikan.
Kelangsingan kolom dipengaruhi oleh:
- dimensi penampang,
73
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
- panjang kolom, dan
- jenis tumpuan pada ujung2 kolom.
Bahaya tekuk (buckling) pada kolom
2. Kuat Perlu dan Kuat Rencana
Kuat perlu suatu penampang dihitung dengan faktor beban dan kombinasi
beban sbb. (SK SNI 03-2847-2002):
1. Beban Mati : U = 1,4 D
2. Beban Mati & Hidup : U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
3. Beban Angin : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R)
U = 0,9 D ± 1,6 W
4. Beban Gempa : U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E & U = 0,9 D ± 1,0 E
5. Tekanan Tanah : U = 1,2 D + 1,6 L + 1,6 H + 0,5 (A atau R)
6. Temperatur : U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 T)
7. Beban Dinamik : Pada beban hidup L di kalikan Faktor Kejut
8. Beban Fluida : U = 1,2 D + 1,6 L + 1,2 F + 0,5 (A atau R)
U = 1,4 D + 1,4 F
9. Beban Tumbukan P : Ditambahkan 1,2 P
Kuat Rencana suatu penampang diperoleh dari Kuat Nominalnya dikalikan dengan
faktor reduksi menurut SK SNI 03-2847-2002:
Faktor reduksi untuk kolom:
- Beban Aksial Desak dan Beban Aksial Desak dengan Lentur
Kolom dengan tulangan spiral sesuai pasal 12.9.3 SK SNI Φ = 0,70
Kolom lainnya Φ = 0,65
74
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
- Untuk beban aksial desak yang makin kecil, faktor reduksi Φ dapat ditingkatkan
secara linier dari 0,65 atau 0,70 tsb menjadi 0,8; dengan menurunnya nilai Φ.Pn
dari 10%.(fc’.Ag) ke nilai nol.
Syarat: fy ≤ 400 MPa, tulangan simetrik, dan (h-d’-ds)/h ≥ 0,65.
Jika syarat tidak dipenuhi:
Faktor reduksi Φ dapat ditingkatkan secara linier dari 0,65 atau 0,70 tersebut menjadi
0,8; dengan menurunnya nilai Φ.Pn dari 10%.(fc’.Ag) atau Pb (pilih yang terkecil) ke
nilai nol.
Faktor reduksi untuk kolom:
- Geser dan Torsi Φ = 0,75
3. Dasar-dasar dan asumsi pada analisis dan perancangan kolom beton
bertulang
Dasar-dasar dan asumsi seperti yang digunakan dalam kasus lentur (balok):
- Berlaku hipotesa Bernoulli dan Navier
- Beton yang mengalami tegangan tarik diabaikan dan dianggap tidak menahan
tegangan tarik yang terjadi.
- Batas2 regangan dan distribusi tegangan pada beton desak dan baja tulangan
mengikuti standard yang berlaku (misal: SK SNI 03-2847-2002)
4. Jenis-jenis Keruntuhan Kolom
Kolom dapat mengalami keruntuhan:
1. Karena kehancuran bahan:
1.1 Keruntuhan under reinforced, jika beton desak hancur (mencapai regangan -
0,003) dengan didahului tegangan tarik baja mencapai tegangan lelehnya.
Keruntuhan terjadi dengan peringatan dini yang berupa deformasi yang cukup
besar.
1.2 Keruntuhan over reinforced, jika beton desak hancur (mencapai regangan -
0,003) ketika tegangan tarik baja belum mencapai tegangan lelehnya.
Keruntuhan terjadi dengan tiba-tiba.
1.3 Keruntuhan tarik, yaitu jika regangan baja tarik mencapai atau melampaui
regangan lelehnya, sedangkan beton desak belum mencapai regangan maks.
-0,003. Hal ini terjadi jika jumlah tulangan tarik sangat kecil (lebih kecil dari
Amin)
75
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
2. Karena kehilangan stabilitas lateral:
Jenis keruntuhan ini terjadi pada kolom dengan kelangsingan tinggi.
Kolom mengalami tekuk (buckling).
B. PERSYARATAN DETAIL PENULANGAN KOLOM
1. Lindungan beton:
a). untuk beton bertulang cor ditempat: tulangan
pokok, sengkang dan lilitan spiral harus
mempunyai lindungan beton ≥ 40 mm
b). untuk beton pracetak:
lindungan beton utk tulangan pokok ≥ db, ≥ 15
mm, ≤ 40 mm, lindungan beton untuk dan
sengkang dan lilitan spiral ≥ 10 mm
c). untuk beton prategang:
lindungan beton utk tulangan pokok ≥ 40 mm, lindungan beton untuk dan
sengkang dan lilitan spiral ≥ 25 mm
2. Tulangan memanjang
Rasio luas tulangan pokok memanjang dan luas penampang kolom dibatasi:
1% £ ρg = As / Ag £ 8%. Rasio yang lazim digunakan berkisar antara 1% - 4%. Nilai
8% dapat terjadi pada sambungan tulangan lewatan.
Jumlah tulangan memanjang minimum ditentukan sbb. (SK SNI):
o 6 batang, untuk kolom dengan begel spiral,
o 4 batang, untuk kolom dengan sengkang ikat berbentuk segi empat atau lingkaran,
o 3 batang, untuk kolom dengan sengkang ikat berbentuk segitiga.
Jarak bersih antar tulangan pokok memanjang pada kolom dengan sengkang ikat
minimal 1,5 db atau 40 mm (nilai terbesar menentukan).
3. Sengkang ikat
o Diameter sengkang ikat ≥ D-10 (dia.9,0
mm) jika dia. tulangan pokok £ D-32
(dia.16,3mm) , dan ≥ D-13 (dia.10,3 mm)
jika dia. tulangan pokok > D-32.
o Jarak bersih pada arah memanjang kolom:
£ 16 x dia. tulangan pokok memanjang
76
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
kolom, £ 48 x dia. sengkang, £ lebar (b)
penampang kolom (b < h).
o Tidak boleh ada tul.pokok yang berjarak
bersih > 150 mm dari tul.pokok yang
ditahan secara lateral. Jika ada, maka
harus dipasang sengkang pengikat.
4. Lilitan Spiral
o Untuk beton cor ditempat, diameter lilitan spiral ≥
10 mm, tetapi umumnya £ 16 mm.
o Jarak bersih pada arah memanjang kolom: 25 mm
£ s £ 75 mm.
o Penjangkaran dilakukan dengan 1,5 lilitan ekstra
pada kedua ujung spiral.
o Rasio tulangan spiral: ρs ≥ 0,45 ( Ag / Ac -1)
. fc‘ / fy → dg. fy £ 400 Mpa
C. KOLOM PENDEK DAN KOLOM PANJANG (LANGSING)
Berdasarkan kelangsingan kolom dibedakan menjadi:
1. Kolom Pendek
Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) tidak perlu
diperhatikan.
2. Kolom Panjang (Kolom Langsing)
Yaitu jika pengaruh kemungkinan terjadinya bahaya tekuk (buckling) harus
diperhatikan.
Kelangsingan kolom dipengaruhi oleh:
- dimensi penampang,
- panjang kolom, dan
- jenis tumpuan pada ujung-ujung kolom.
77
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Menurut SK SNI, pengaruh kelangsingan boleh diabaikan jika dipenuhi syarat sbb.:
(1) Pada portal tak bergoyang:
(2) Pada portal bergoyang:
k = faktor panjang efektif kolom ( tergantung dari jenis tumpuan ujung)
lu = panjang bagian kolom yang tidak ditahan lateral
r = jari-jari girasi = √(I / A)
M1 dan M2 = momen batas (sdh dikalikan faktor beban) pada ujung-ujung kolom,
dengan M1 < M2
1. KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN SENTRIS & KOLOM PENDEK DENGAN
BEBAN BEREKSENTRISITAS KECIL
Untuk kolom jenis ini, pada keadaan beban batas dianggap beton mengalami tegangan
desak merata sebesar 0,85.fc‘ dan semua baja tulangan mencapai tegangan luluh fy.
Kuat nominal kolom pendek tsb.adalah:
Po = 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast
Kuat rencana kolom pendek: .Pn = .Po
Karena perilaku yang berbeda, maka faktor
reduksi kekuatan f dibedakan sbb.:
Untuk kolom dg. lilitan spiral = 0,70
Untuk kolom dg. sengkang ikat = 0,65
Meskipun secara teoritis beban aksial bekerja sentris (e = 0), kuat rencana kolom
pendek tsb harus direduksi sesuai jenis begelnya sbb. (SK SNI 03-2847-2002 Ps.
12.3.5)):
(1) Kolom dengan lilitan spiral dan kolom komposit, faktor reduksi = 0,85
.Pn,max = 0,85 { ( 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast)}
(2) Kolom dengan sengkang ikat, faktor reduksi = 0,80
.Pn,max = 0,80 { ( 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast)}
Dengan demikian maka secara tidak langsung diperhatikan adanya eksentrisitas
minimum (kecil), yang mungkin terjadi akibat:
- Pelaksanaan yang tidak sempurna (penggeseran as kolom (bangunan)),
78
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
- Variasi mutu bahan yang tidak merata
- Pengaruh hubungan monolit dengan balok-balok pada ujung-ujung kolom.
1.1 ANALISIS KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN BEREKSENTRISITAS KECIL:
Analisis à - pemeriksaan kekuatan kolom berdasarkan kekuatan maksimum
bahannya (tanpa memperhatikan pengaruh panjang kolom
(kelangsingan)).
- pemeriksaan detail penulangan dan persyaratan penggunaan/
pemasangan tulangan.
Contoh 1.1
Beton fc‘ = 25 MPa
Baja fy = 400 MPa
Lindungan beton 40 mm (dari sisi luar sengkang)
Tentukan beban aksial maksimum yang dapat didukung kolom pendek tersebut.
Pemeriksaan Tulangan Pokok (memanjang):
Rasio tulangan pokok:
ρg = Ast / Ag = (8.0,25.π.292) / (4002) = 5284,16 /160000 = 0,033 > 0,01
< 0,08 OK!
Jumlah tulangan:
8 buah > 4 buah (jml. min. untuk sengkang ikat segi empat), OK!
Jarak bersih tulangan pokok:
(400 – 2.40 – 2.10 – 3.29) / 2 = 106,5 mm > 1,5 db = 1,5.29 = 43,5 mm
> 40 mm
< 150 mm, OK!
Pemeriksaan Sengkang:
Diam. tul. pokok = 29 mm < 32 mm à diameter sengkang 10 mm OK!
Jarak antar sengkang pusat kepusat = 250 mm < 48 . dsk = 48 . 10 = 480 mm
< 16 . db = 16 . 29 = 464 mm
< b = 400 mm, OK !
Kuat rencana kolom:
79
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Kolom dengan sengkang ikat: faktor reduksi kekuatan = 0,65
faktor reduksi eksentrisitas kecil = 0,80
. Pn,max = 0,80 (f ( 0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast))
= 0,80 (0,65 (0,85 . 25 (160000 – 5284,16)/1000 + 400 . 5284,16 / 1000))
= 2808,715 kN
Contoh 1.2
Beton fc‘ = 30 MPa
Baja fy = 400 MPa
Lindungan beton 40 mm (dari sisi luar spiral)
Beban terfaktor yang bekerja:
Pu = 2400 kN, dengan eksentrisitas kecil.
Periksa apakah kolom pendek ini mampu
menahan beban tsb.!
Pemeriksaan Tulangan Pokok (memanjang):
Rasio tulangan pokok:
ρg = Ast / Ag = (7.0,25.π.252) / (0,25.π.3802) = 3436,12 /113411,5
= 0,03 > 0,01 dan < 0,08 OK!
Jumlah tulangan:
7 buah > 6 buah (jml. min. untuk begel lilitan spiral), OK!
Pemeriksaan Lilitan Spiral:
Diam. tul. pokok = 25 mm < 32 mm à diameter btg. spiral 10 mm, OK!
ρs,aktual = (4.Asp) / (Dc.s) = (4 . 0,25.π.102) / ((380 – 2.40).50) = 0,021
ρs,min = 0,45.(Ag / Ac – 1). (fc‘/fy) = 0,45. (113411,5 / 70685,8 – 1) . (30 / 400)
= 0,0204
ρs,aktual = 0,021 > ρs,min = 0,0204 , OK!
Kuat rencana kolom:
Kolom dengan lilitan spiral: faktor reduksi kekuatan = 0,70
faktor reduksi ekssentrisitas kecil = 0,85
.Pn,max = 0,85 ( (0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast))
80
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
= 0,85 (0,70 (0,85 . 30. (113411,5 – 3436,12)/1000 + 400 . 3436,12 / 1000))
= 2486,40 kN > Pu = 2400 kN, OK!
1.2 PERANCANGAN KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN BEREKSENTRISITAS
KECIL
Perancangan à - menentukan bentuk dan dimensi kolom
- menentukan mutu bahan (baja dan beton)
- menghitung kebutuhan baja tulangan
- memasang baja tulangan memanjang & sengkang sesuai
ketentuan
Pada umumnya bentuk dan dimesi kolom serta mutu bahan sudah ditetapkan
(diasumsikan) pada tahap prarancangan.
Contoh 1.3
Bahan : Beton fc‘ = 30 MPa dan Baja fy = 400 MPa
Beban : Beban mati = 1400 kN dan beban hidup = 850 kN (keduanya sentris)
Kolom berbentuk EPP dg ukuran 400 x 400.
Hitung kebutuhan tulangan pokok untuk kolom tersebut.
Penyelesaian:
Beban terfaktor (kuat perlu) Pu = 1,2 . 1400 + 1,6 . 850 = 3040 kN
Ag = 400 x 400 = 160000 mm2
Kolom dengan sengkang ikat: = 0,65 dan faktor reduksi eks.kecil = 0,80
Jadi:
Pu = . Pn,maks
3040 = 0,80 ( (0,85.fc‘.(Ag – Ast) + fy . Ast))
= 0,80 (0,65 (0,85.30.(160000 – Ast) / 1000 + 400.Ast / 1000))
1766,15 = 0,3745 Ast
Ast = 4716,02 mm2 < Digunakan: 8D29 = 5284 mm2
Kontrol rasio tulangan pokok:
ρs = 5284 / 160000 = 0,033 > 0,01 dan < 0,08, OK!
Kontrol jarak tulangan:
81
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Jarak bersih tulangan:
(400 – 2.40 – 2.10 – 3.29) / 2 = 106,5 mm > 43,5 mm
< 150 mm OK!
2. KOLOM PENDEK DENGAN BEBAN BEREKSENTRISITAS BESAR
Jika beban Pu bekerja pada penampang kolom dan berjarak e dari sumbu kolom,
maka akibat yang ditimbulkan oleh beban tersebut adalah sama dengan apabila suatu
pasangan yang terdiri atas beban Pu sentris dan momen Mu = Pu.e bekerja serentak
pada penampang tersebut.
Hanya ditinjau untuk
momen uniaksial
Eksentrisitas e
ditinjau dari titik pusat
plastis kolom
Jadi, jika dari Analisis Struktur diperoleh kombinasi beban yang bekerja pada
kolom adalah pasangan Pu dan Mu, maka dapat ditetapkan hubungan: e = Mu / Pu. Hal
ini berarti: suatu penampang kolom yang telah dirancang dari suatu e tertentu (dari
pasangan Pu dan Mu tertentu), kemungkinan akan mampu mendukung pasangan-
pasangan Pu dan Mu lainnya.
Selanjutnya akan dibahas analisis kolom pendek dengan penampang lintang
berbentuk empat persegi panjang dan dengan eksentrisitas beban satu arah (beban
momen uniaksial).
Kolom Pendek-Penampang EPP
82
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Prinsip Perancangan:
Kuat Rencana ≥ Kuat Perlu
Untuk P: ρ . Pn ≥ Pu
Keseimbangan gaya:
Pn = Cc + Cs –Ts
Keseimbangan momen:
Mn = Pn . e
= Cc (y – a/2) + Cs (y – d‘) + Ts (d – y)
Cc = (0,85.fc‘).b.a
Cs = As‘ . fs‘
Ts = As . fs
Pn = Cc + Cs – Ts
= (0,85.fc‘).b.a+As‘ . fs’– As . fs
harus ≤ Pn,maks
Mn = Pn . e
= (0,85.fc‘).b.a.(y– a/2)+As‘.fs‘.(y–d‘)
+As . fs .(d – y)
Untuk fs dan fs‘ harus digunakan nilai
aktualnya, jika regangan baja mencapai
regangan lelehnya (ey), maka untuk fs
dan fs‘ digunakan tegangan leleh baja fy.
Regangan baja tarik: jika εs ≥ εy à fs = fy
jika εs < εy à fs = εs .Es
Regangan baja desak: jika ε‘s ≥ εy à f‘s = fy
jika ε‘s < ey à f‘s = ε‘s .Es
2.1 KEADAAN SEIMBANG
εy = fy / Es
83
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
ab = β1 . cb
Pn,b = (0,85.fc‘).b.ab + As‘ . fs‘ – As . fy
Mn,b = Pn,b . eb
= (0,85.fc‘).b.ab. (y– ab/2)+
As‘ . fs‘.(y– d‘) + As . fy .(d – y)
eb = Mnb / Pnb
2.2. KEADAAN KERUNTUHAN TARIK
Keruntuhan tarik terjadi jika beton desak mencapai regangan max. 0,003 dengan
didahului tercapainya tegangan leleh baja tulangan tarik. Keruntuhan tarik terjadi pada:
e > eb atau Pn < Pnb. Pada kolom umumnya dipasang tulangan As‘ = As untuk
mencegah kekeliruan dalam penempatan tulangan tarik dan desak dalam
pelaksanaan. Hal ini juga diperlukan apabila ada kemungkinan beban yang berbalik
arah, misalnya akibat angin atau gempa.
Terdapat dua kemungkinan keadaan regangan baja tulangan desak:
1. Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya
2. Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya.
2.2.a Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya
Ditetapkan sebuah nilai e > eb.
Pn = Cc + Cs – Ts
= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fy – As . fy
= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . fy – As . fy
Mn = Pn . e
= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . fy .(d – y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . fy .(d – y)
Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan
selanjutnya nilai Pn dan Mn.
2.2.b Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya
Ditetapkan sebuah nilai e > eb
Pn = Cc + Cs – Ts
84
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fs‘ – As . fy
= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . (εs‘.Es) – As . fy
= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . ((0,003.(c – d‘)/c).Es) – As . fy
Mn = Pn . e
= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fs‘. (y – d‘) + As . fy .(d – y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y–(β1.c)/2) + As‘ . (εs‘.Es) . (y – d‘) + As . fy .(d – y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . ((0,003.(c – d‘)/c).Es) . (y – d‘) +
As . fy .(d – y)
Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan
selanjutnya nilai Pn dan Mn.
3. KEADAAN KERUNTUHAN DESAK
Keruntuhan desak terjadi jika regangan beton desak telah mencapai regangan
max. 0,003, sedangkan regangan baja tulangan tarik belum mencapai regangan
lelehnya (ey).
Keruntuhan desak terjadi pada: e < eb atau Pn > Pnb
Untuk jenis keruntuhan ini pada umumnya baja tulangan desak telah mencapai
tegangan lelehnya. Namun secara umum terdapat dua kemungkinan keadaan
regangan baja tulangan desak:
1. Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya
2. Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya.
3.1. Baja tulangan desak mencapai tegangan lelehnya
Ditetapkan sebuah nilai e < eb
Pn = Cc + Cs – Ts
= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fy – As . fs
= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . fy – As . (εs.Es)
= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . fy – As . ((0,003.(d – c)/c).Es)
Mn = Pn . e
= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . fs .(d – y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . fy. (y – d‘) + As . (εs.Es) .(d – y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . fy. (y – d‘) +
As . ((0,003.(d – c)/c).Es) .(d – y)
Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan
selanjutnya nilai Pn dan Mn
85
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
3.2 Baja tulangan desak tidak mencapai tegangan lelehnya
Ditetapkan sebuah nilai e < eb
Pn = Cc + Cs – Ts
= (0,85.fc‘).b.a + As‘ . fs‘ – As . fs
= (0,85.fc‘).b.(β1.c) + As‘ . (εs‘.Es) – As . (εs.Es)
= (0,85.fc‘).b.(β1.c)+As‘.((0,003.(c – d‘)/c).Es) – As . ((0,003.(d – c)/c).Es)
Mn = Pn . e
= (0,85.fc‘).b.a. (y – a/2) + As‘ . fs‘. (y – d‘) + As . fs .(d – y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (b1.c)/2) + As‘. (εs‘.Es).(y – d‘) + As.(εs.Es).(d–y)
= (0,85.fc‘).b. (β1.c).(y – (β1.c)/2) + As‘ . ((0,003.(c – d‘)/c).Es) . (y – d‘) + As .
((0,003.(d – c)/c).Es) .(d – y)
Dari dua persamaan tsb di atas dihitung nilai c (letak garis netral), dan
selanjutnya nilai Pn dan Mn
3.2.3 KEADAAN KERUNTUHAN DESAK – Metoda Pendekatan
Untuk jenis keruntuhan ini dapat digunakan metoda pendekatan dari Whitney
untuk menghitung Pn. Syarat penggunaan:
- hanya untuk kolom dengan tulangan simetris
- tulangan satu lapis dan terletak sejajar sumbu lentur.
Jika momen dari gaya-gaya pada penampang dihitung terhadap tulangan tarik,
diperoleh:
Pn (e + (d – d‘)/2) = Cc . (d – a/2) + Cs . (d – d‘)
Gaya Cc ditaksir dengan nilai a = 0,54d:
Cc = 0,85 . fc‘. b . a = 0,85 . fc‘. b . (0,54.d) = 0,459.b.d.fc‘
Karena biasanya baja tulangan desak mencapai tegangan leleh : Cs = As‘.fy
Dengan memasukkan nilai-nilai Cc dan Cs tersebut diperoleh (untuk kolom dengan
penampang empat persegi panjang):
Contoh Hitungan :
Kolom empat persegi panjang dengan sengkang ikat diameter 10mm
Ukuran : b = 350 mm dan h = 500 mm
Lindungan beton : 40 mm
86
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Tulangan : As = 3D29 dan As‘ = 3 D29
Bahan : beton fc‘ = 30 MPa dan baja fy = 400 MPa
Hitung : kuat rencana kolom f.Pn untuk berbagai kondisi sbb.:
1. eksentrisitas kecil
2. keadaan seimbang
3. momen murni (Pn = 0)
4. e > eb
5. e < eb
Penyelesaian :
1. Eksentrisitas kecil:
Ag = 350 x 500 = 175000 mm2
Ast = 6 x 0,25 . π . 292 = 3963,12 mm2
.Pn = .Pn,max = 0,80 . (0,85 . fc‘ . (Ag – Ast) + fy . Ast)
= 0,80 . 0,65 (0,85 . 30 (175000 – 3963,12)/1000+ 400 . 3963,12 / 1000)
= 3092,278 kN
2. Keadaan seimbang:
Es = 200000 MPa
d = 500 – 40 – 10 – 29/2 = 435,5 mm
cb = 0,003 / (0,003 + 400/200000). 435,5 = 261,3 mm
εs‘ = (261,3 – 64,5) / 261,3 . 0,003 = 0,00226 > εy =400/200000= 0,002
jadi baja tulangan desak sudah mencapai tegangan lelehnya fs‘ = fy =400
As‘ = 3 x 0,25 . π . 292 = 1981,56 mm2 fc‘ = 30 MPa à β1 = 0,85
ab = β1 . cb = 0,85 . 261,3 = 222,105 mm
Cc,b = 0,85.fc‘.ab.b = 0,85 . 30 . 222,105 . 350 / 1000 = 1982,29 kN
Cs,b = (400 – 0,85 . 30) . 1981,56 / 1000 = 742,09 kN
Ts,b = 400 . 1981,56 / 1000 = 792,62 kN
à Pn,b = Cc,b + Cs,b – Ts,b = 1982,29 + 742,09 – 792,62 = 1931,76 kN
à Mn,b = Cc,b . (y – ab/2) + Cs,b . (y – d‘) + Ts,b .(d – y)dg. y = 0,5.h = 250
= 1982,29 . (250 – 222,105/2) + 742,09 . (250 – 64,5)
+ 792,62 . (435,5 – 250)
= 560,124 kNm
à eb = Mn,b / Pn,b = 670,140 / 1931,76 = 289,956 mm
87
Reduksi utk kolom dg beban sentris (eks. kecil),kolom dg sengkang ikat
Faktor reduksi kekuatan ,utk kolom dg sengkang ikat.
“displaced concrete” diperhitungkan !
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Jadi pada keadaan seimbang:
. Pn,b = 0,65 . 1931,76 kN = 1255,64 kN
. Mn,b = 0,65 . 560,124 kNm = 364,081 kNm
eb = 289,956 mm
3. Keadaan Momen Murni
Pada keadaan ini, maka Pu dan juga f.Pn keduanya bernilai nol, sehingga
eksentrisitas beban (e) sama dengan tak terhingga. Karena prinsip keseimbangan
harus dipenuhi, maka Ts = Cc + Cs. Untuk penulangan simetrik (As = As‘), maka
haruslah Cs < Ts, yang berarti hanya mungkin jika tegangan baja desak As‘ belum
mencapai tegangan leleh sedangkan tegangan baja tarik sudah. Jadi untuk
menghitung Cs harus menggunakan tegangan desak aktual yang terjadi.
Ts = Cc + Cs dengan:
Cc = (0,85.fc‘).b.a = (0,85.fc‘).b.(β1.c) = 0,85 . 30 . 350 .(0,85.c) = 7586,25 . c
Cs = As‘ . fs‘ = As‘ . (Es . εs‘) = 1981,56 . (200000 . (0,003 . (c – 64,5) / c))
= 1188936. (c – 64,5) / c
Ts = As . fs = As . fy = 1981,56 . 400 = 792624 N
Jadi: 792624 = 7586,25 . c + 1188936 . (c – 64,5) / c
7586,25 . c2 + 396312 . c – 76686372 = 0
c = 77,759 mm
Sehingga: Cc = 7586,25. c = 7586,25 . 77,76/1000 = 589,90 kN
Cs = 1188936. (c – 64,5) / c = 202,73 kN
Ts = 589,91 + 202,74 = 792,63 kN OK (hit. di atas 792,624 kN)
Momen nominal dari gaya-gaya tsb. :
Mn = Cc . (y – a/2) + Cs . (y – d‘) + Ts .(d – y)
= 589,90.(250–(0,85.77,759)/2) + 202,73.(250– 64,5)+ 792,63 . (435,5 – 250)
= 312617 kNmm = 312,617 kNm
Untuk kolom berpengikat sengkang: f = 0,65, sehingga:
. Mn = 0,65 . 312,617 = 203,201 kNm
Tetapi SK SNI menetapkan, bahwa untuk kolom dg penulangan simetrik, fy ≤ 400
MPa dan (h – d‘ – ds) / h ≥ 0,65, maka faktor reduksi kekuatan dapat ditingkatkan
secara linier menjadi 0,8 seiring dengan berkurangnya .Pn dari 0,10.fc‘.Ag ke nol.
Dalam hal ini : Pn = 0 dan (h – d‘ – ds) / h = 0,742 ≥ 0,65 etc., shg. berlaku = 0,8
Sehingga : . Mn = 0,80 . 312,332 = 250,094 kNm
4. Keadaan e > eb: (ditetapkan e = 500 mm)
88
“displaced concrete” diabaikan !
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Pada keadaan ini kolom akan mengalami keruntuhan tarik. Baja tulangan tarik
sudah mencapai reg.lelehnya (jadi digunakan fs = fy), sedangkan baja tulangan
pada sisi desak tidak diketahui keadaannya. Dianggap: baja tulangan desak belum
mencapai reg. lelehnya, fs‘ ≠ fy.
Berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan gaya dan momen disusun persamaan-
persamaan sbb.:
Σgaya-gaya = 0 à Pn = Cc + Cs – Ts
dengan: Cc = 0,85.fc‘.a.b = 0,85.30.(0,85.c).350 = 7586,25.c
Cs = As‘.(fs‘ – 0,85.fc‘)
= 1981,56.(200000.(c – 64,5)/c.0,003 – 0,85.30))
Ts = As . fy = 1981,56 . 400 = 792624
diperoleh persamaan Pn dalam variabel c.
ΣMomen = 0 à Pn .e = Cc . (y – a/2) + Cs . (y – d‘) + Ts .(d – y)
dengan: Pn, Cc, Cs dan Ts spt tsb. dimuka (masih dlm variabel c).
e = 500 mm dan a = β1. c
diperoleh persamaan pangkat tiga dalam variabel c.
Jika diselesaikan, diperoleh c = 147,231 mm
Kontrol: εs‘ = (c – d‘) / c . 0,003 = (147,231 – 64,5) / 147,231 . 0,003
= 0,0017 < εy = 400/200000 = 0,0020
baja desak belum mencapai regangan leleh, anggapan benar!
Selanjutnya c di masukkan ke dlm persm.2 di muka dan dihitung:
Pn = Cc + Cs – Ts = 941,857 kN à .Pn = 0,65.Pn = 612,207 kN
Mn = Pn. e = 612,207. 500 = 470,928 kNm
à . Mn = 0,65 . Mn = 306,104 kNm
5. Keadaan e < eb: (ditetapkan e = 150 mm)
Pada keadaan ini kolom akan mengalami keruntuhan desak. Baja tulangan desak
umumnya sudah mencapai reg.lelehnya (jadi digunakan fs = fy), dan baja tulangan
pada sisi tarik tidak diketahui keadaannya.
Dianggap: - baja tulangan desak sudah mencapai reg. lelehnya, fs‘ = fy.
- baja tulangan tarik belum mencapai reg. lelehnya, fs‘ ≠ fy.
Berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan gaya dan momen disusun persamaan-
persamaan sbb.:
Σgaya-gaya = 0 à Pn = Cc + Cs – Ts
dengan: Cc = 0,85.fc‘.a.b = 0,85.30.(0,85.c).350 = 7586,25.c
89
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Cs = As‘.(fy – 0,85.fc‘)
= 1981,56.(400 – 0,85.30)) = 742094
Ts = As . fs = 1981,56 (200000.0,003.(435,5 – c)/c)
diperoleh persamaan Pn dalam variabel c
ΣMomen = 0 à Pn .e = Cc . (y – a/2) + Cs . (y – d‘) + Ts .(d – y)
dengan: Pn, Cc, Cs dan Ts seperti tsb. dimuka (masih dlm variabel c).
e = 150 mm dan a = β1. c
diperoleh persamaan pangkat tiga dalam variabel c.
Jika diselesaikan, diperoleh c = 348,062 mm
Kontrol:
εs‘ = (c – d‘) / c . 0,003 = (348,062 – 64,5) / 348,062 . 0,003
= 0,0024 > εy = 400/200000 = 0,0020
baja desak sudah mencapai regangan leleh, anggapan benar!
εs = (d – c) / c . 0,003 = (435,5 – 348,062) / 348,062 . 0,003
= 0,0007 < εy = 400/200000 = 0,0020
baja tarik belum mencapai regangan leleh, anggapan benar!
Selanjutnya c di masukkan ke dlm persamaan-persamaan di muka dan dihitung:
Pn = Cc + Cs – Ts = 3083,902 kN
à.Pn = 0,65.Pn = 2004,536 kN
Mn = Pn. e = 3083,902 . 150 = 462,587 kNm
à.Mn = 0,65 . Mn = 300,682 kNm
3.2.4 DIAGRAM INTERAKSI – PENAMPANG EPP
Dari hasil-hasil analisis sebuah kolom, pasangan nilai .Pn dan .Mn yang
diperoleh dapat digambarkan dalam sebuah diagram yang disebut Diagram Interaksi
Kolom. Kuat beban aksial .Pn digambarkan dalam sumbu vertikal dan kuat momen
f.Mn dalam sumbu horisontal. Diagram tersebut hanya berlaku untuk kolom yang
dianalisis, tidak berlaku untuk yang lain, dan dapat memberikan gambaran tentang
susunan pasangan kombinasi beban aksial dan momen yang dapat didukung oleh
kolom tersebut. Setiap titik yang terletak pada garis lengkung (kurva) diagram ini
menunjukkan pasangan beban aksial dan momen yang diijinkan dan dapat didukung
kolom tersebut
Titik-titik yang berada ‚di dalam‘ kurva juga merupakan pasangan beban aksial
dan momen yang dapat didukung, tetapi pasangan beban tersebut lebih rendah dari
90
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
kemampuan dukung kolom, sehingga jika digunakan berarti dimensi & tulangan kolom
tersebut berlebihan (overdesigned). Sedangkan titik-titik ‚ di luar‘ kurva, merupakan
pasangan-pasangan beban aksial dan momen yang melebihi daya dukung kolom,
sehingga kolom tidak diijinkan untuk mendukung beban-beban tersebut.
Ringkasan hasil pada contoh di muka:
No. Keadaan . Pn (kN) .Mn (kNm) eks. (e,mm)
1 Sentris (teoritis) 3865,347 0 0
2 Eks. Kecil 3092,279 0
3 Seimbang 1255,642 364,081 289,956
4 Momen murni 0 203,201 (250,094) tak thg.
5 Patah Tarik 612,207 306,104 500
6 Patah Desak 2004,536 300,682 150
4. KOLOM DENGAN PENAMPANG BULAT
Prinsip analisis kolom berpenampang bulat pada dasarnya sama dengan kolom
penampang persegi. Yang perlu diperhatikan disini adalah:
- Hitungan luas bagian beton yang terdesak (termasuk titik beratnya),
- Tegangan masing2 baja tulangan harus dihitung berdasarkan regangan aktual
masing2, jika es ≥ ey boleh digunakan fs = fy.
91
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Nilai a untuk penampang bulat agak
berbeda dengan penampang persegi,
sebagai pendekatan dapat dianggap
sama seperti pada penampang persegi:
a = 0,85.c
Selanjutnya dapat dihitung Cc, Csi dan Tsi
dengan lengan momen masing-masing
terhadap titik berat penampang,
sehingga dapat diperoleh Pn dan Mn.
ANALISIS KEKUATAN KOLOM BUNDAR
1. Dengan Beban Sentris
Kapasitas beban :
Po = 0.85 f’c(Ag-Ast)+Ast.fy
Batasan :
Kolom Spiral :
Pn(maks)= 0.85 [0.85 f’c(Ag - Ast)+Ast.fy]
Kolom bersengkang :
Pn(maks)= 0.80 [0.85 f’c(Ag – Ast)+Ast.fy]
2. Dengan Beban Eksentris
• Tidak mengenal istilah beban biaksial yaitu beban yang bekerja secara
bersamaan terhadap sumbu lentur x dan y.
• Digunakan istilah beban eksentris yaitu beban yang bekerja pada suatu
eksentrisitas tertentu, tanpa membedakan arah x ataupun y, kerena dimana pun
letak beban maka penampang beton selalu membentuk daerah beton tertekan
yang sama yaitu berbentuk tembereng lingkaran.
Perbedaan kolom bundar dan kolom persegi :
1. Bentuk luas yang tertekan merupakan elemen lingkaran
2. Tulangan-tulangan tidak dikelompokkan kedalam kelompok tekan dan tarik
yang sejajar, sehingga gaya dan tegangan pada masing-masing tulangan harus
ditinjau sendiri-sendiri.
92
εs’
Cc
εs’
εs
c aCs1
Cs2
Ts2
x
Ac’
Ts1εs
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Penampang ekivalen berdasarkan asumsi Whitney/keruntuhan tekan dan balanced
(ekuivalen segi empat)
Keruntuhan Tekan/Balanced
• Transformasi kolom bundar menjadi penampang persegi ekivalen :
1. Tinggi dalam arah lentur sebesar 0.8h, dimana h adalah diameter luar kolom
bundar
2. Lebar kolom segiempat ekivalen diperoleh dengan membagi luas bruto
penampang kolom bundar dengan 0.8h, jadi b=Ag/0.8h
93
(a)
(b)
Penampang segiempat ekivalen (keruntuhan tekan/balanced
Penampang aktual
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
3. Luas tulangan total Ast ekivalen didistribusikan pada dua lapis sejajar dengan
jarak 2Ds/3 dalam arah lentur, dimana Ds adalah diameter lingkaran tulangan
(terjauh) as ke as.
4. Perhitungan tinggi garis netral, beban dan momen sama dengan persamaan
pada kolom persegi kondisi tekan/balanced.
• Whitney : penampang kolom bundar dapat diubah menjadi penampang persegi
ekivalen bila kegagalannya berupa keruntuhan tekan.
• Persamaan diperoleh dengan mengggantikan :
As’ menjadi 0.5Ast
(d-d’) menjadi 2Ds/3
d menjadi 0.5(h+2Ds/3)
h menjadi 0.8h
• Sehingga persamaan menjadi :
Keruntuhan Tarik
• Digunakan kolom aktual untuk menghitung Cc, tetapi 40% dari luas tulangan Ast
dikelompokkan sejajar berjarak 0.75Ds
• Dg menganggap tulangan tekan telah leleh (berarti nanti ada checking apa betul
telah leleh), daerah tekan beton mempunyai luas A, Whitney berasumsi bhw jarak
pusat penampang thd pusat berat luasan A adalah :
Bila diasumsikan bahwa tulangan tekan telah leleh dan As = As’ (=40% Ast), maka
dari pers. di depan akan didapat :
Pn = 0,85.fc’.A atau
Sehingga :
94
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Dari beberapa asumsi mengenai keruntuhan tarik, maka momen yg terjadi thd tul
tarik dpt ditulis sbb :
Pn.(e + 0,375.Ds) = Cc.(x + 0,375.Ds) + Cs.(0,75.Ds)
atau
Pn.(e + 0,375.Ds) = Pn.(x + 0,375.Ds) + 0,4.Ast.fy.0,75.Ds
dengan memasukkan nilai x ke dalam persamaan ini akan didapat :
Dimana :
ρg = Ast/Ag dan
m = fy/0,85.fc’
e = eksentrisitas gaya tekan nomial thd sumbu lentur kolom
• Jika tulangan tekan belum leleh, maka dipakai prosedur coba2, yg langkahnya
sama dg pada kolom persegi, hanya penampangnya mrpk suatu bag dari lingkaran
• langkah prosedur coba-coba adalah :
1. Jarak sumbu netral c ditetapkan
2. Tinggi blok tegangan ekivalen a = β1.c
3. Tegangan baja tekan dan tarik :
4. Beban aksial nominal :
Pn=0.85fc’.A + As’f’s - Asfy
5. Eksentrisitas yang terjadi :
Mn=Pn.e=0.85fc‘A[y-(ab/2]+A’sf’s(y-d’)+Asfy(d-y)
6. Hitungan dihentikan jika sudah tercapai syarat konvergensi yaitu eksentrisitas
hasil hitungan kira-kira sama atau mendekati dengan eksentrisitas yang
diberikan.
5. ANALISIS KOLOM LANGSING
5.1 Pendahuluan
95
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
Jika kelangsingan kolom melampaui batas tertentu yang ditetapkan dalam
peraturan, maka analisis dan perancangannnya harus memperhatikan ke-mungkinan
terjadinya tekuk (buckling) pada kolom.
Kolom langsing yang menahan kombinasi beban aksial desak dengan beban
momen lentur akan mendapatkan momen lentur tambahan (momen sekunder) akibat
efek P- Δ dan mengalami deformasi lateral.
Suatu penampang kolom
mempunyai diagram interaksi seperti
gambar disamping. Jika kolom tersebut
termasuk kolom langsing, maka akibat
beban luar Pu akan mengalami
tambahan momen sekunder Pu.Δ,
sehingga momen total menjadi Pu.(e+Δ).
Akibatnya, pada keadaan tsb, daya
dukung kolom terhadap kuat desak turun
dari Pu menjadu Pu‘.
5.2 Kelangsingan Kolom
Tingkat kelangsingan suatu kolom dinyatakan Rasio Kelangsingan à
dengan: k = faktor panjang efektif kolom
lu = panjang bagian kolom yang tidak di topang lateral
r = jari-jari girasi (radius of giration) penampang kolom
= √ ( I / A)
SK SNI menetapkan, bahwa pengaruh kelangsingan dapat diabaikan (jadi: kolom
termasuk kolom pendek), apabila dipenuhi syarat:
Rasio Kelangsingan < (34 – 12 (M1 / M2))
≤ 40
Rasio Kelangsingan < 22
Jika Rasio Kelangsingan > 100 à maka perencanaan kolom harus
menggunakan Analisis Struktur Orde Kedua, yaitu metoda analisis yang
memperhitungkan efek simpangan (defleksi). Analisis ini umumnya juga menuntut
digunakannya modulus elastik beton yang realistik (direduksi). Karena analisis ini
cukup rumit, maka hanya cocok untuk hitungan dengan menggunakan program
96
untuk kolom pada portal takbergoyang (portal berpengaku lateral)
untuk kolom pada portalbergoyang (portal tanpa pengaku lateral)
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
komputer. Akan tetapi pada umumnya rasio kelangsingan kolom jarang mencapai
angka > 70.
k = faktor panjang efektif kolom
Faktor ini digunakan untuk modifikasi panjang kolom yang tumpuan ujung-nya bukan
sendi, sbg contoh:
Kedua ujung sendi, tidak bergerak lateral k = 1,0
Kedua ujung jepit k = 0,5
Satu ujung jepit, ujung lain bebas k = 2,0
97
k = 1,0 k = 0,5 k = 2,0 Jepit – jepit,ada gerak lateral
k = 1,0
Jepit – sendi,k = 0,7
Keadaan umum, kolom pada portal
k = 0,7 – 0,9
Jepit elastis - bebask > 2,0
Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang Kolom
k = faktor panjang efektif kolom
Keadaan umum à kolom pada portal struktur rangka 3D
98
Nilai k merupakanfungsi dari keka-kuan relatif Ψ dari kalom thd balok-balok pada ujung-ujung kolom
k = 0,73