57177569-kti
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi
pria. Kehamilan remaja merupakan masalah yang sering terjadi pada remaja saat ini.
(Rumini, 2009)
Data Survei Demogrofi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan pada
kelompok perempuan usia 15-19 tahun, sebanyak 9% pernah melahirkan bayi dengan
100 orang per 1.000 perempuan. Bandingkan dengan angka di Amerika yang hanya 62
orang per 1.000 perempuan.
Oleh karena itu, mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-30 % kematian
wanita subur disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Tahun 2012 WHO
memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil, bersalin dan
nifas (Efri, 2013).
Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 390/100.000
tertinggi di ASEAN menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan penyakit
yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis
(Santoso, 2013).
Dampak dari kehamilan pada usia remaja antara lain abortus yang didukung
dengan status ekonomi sebuah keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si
bayi, keadaan emosionalnya, pasangan yang tidak bertanggung jawab. Ada juga
kehamilan pada remaja beresiko terjadinya pre-eklampsia, anemia, bayi prematur, bayi
berat lahir rendah (BBLR), kematian bayi, kanker pada alat kandungan perempuan,
karena rentan pada usia 12-17 tahun perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif
sekali, menderita disproporsi sefalo pelvik (karena tulang panggul belum tumbuh
sempurna) dan PMS. Selain itu, Kehamilan usia remaja dapat menyebabkan perceraian
karena kurang matangnya kedewasaan mereka dalam membina suatu rumah tangga.
(Imron, 2006)
Dari sudut kesehatan obstetri hamil pada usia remaja memberi resiko komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti : anemia, preeklampsia, eklampsia,
abortus. Partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif
obstetri lebih sering dibandingkan dengan kehamilan pada golongan usia 20 tahun
keatas (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan data dinkes …………..jumlah ibu hamil………….
Data tempat penelitian …………………..
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Gambaran factor-faktor yang terjadi pada kehamilan usia < 20 tahun “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut “Apa saja faktor?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran factor-faktor yang terjadi pada kehamilan usia < 20
tahun.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kejadian BBLR………………
b. Menganalisa sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3
Madiun.
c. Menganalisa adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap remaja
putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu yang
berkait dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terhadap kehamilan
remaja di SMAN 3 Madiun.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi (Akbid Bhakti Husada Mulia Madiun)
Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi yang dipergunakan
untuk menambah pengetahuan kesehatan reproduksi seluruh siswa khususnya
dalam mencegah kehamilan remaja.
b. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu kesehatan
reproduksi dan meningkatkan kemampuan melakukan penelitian selanjutnya.
Selain itu, peneliti dapat menganalisa pengetahuan dan sikap remaja putri
terhadap dampak kehamilan remaja sehingga peneliti dapat mengaplikasikan
hasil penelitian yang didapat secara lansung untuk mencegah terjadinya
kehamilan pada remaja.
c. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
remaja putri siswi kelas II SMAN 3 MADIUN tentang dampak kehamilan
yang sering terjadi dikalangan remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan (mata), indera
pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera perasa (lidah) dan
indera peraba (tangan). Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan
(believe), takhayul (supersition) dan penerangan-penerangan yang keliru (miss
information). (Soerjono, 2005)
2.1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (re-call) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh badan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek/ materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang akan dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagau kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahkan masalah
(Problem Solving Cycle) di dalam pemecahan masalah dari kasus yang
diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen tapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja, misalnya dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungjan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evalution)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari suatu objek penelitian atau responden.
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari sumber, misalnya media massa, media cetak, media elektronik, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa banyak yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara
mendapatkan pengetahuan dikelompokkan menjadi 2 antara lain :
a) Cara tradisional
Cara tradisional terdiri dari 4 cara, yaitu :
1. Trial and error
Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan
atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba- coba saja.
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka
dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu, cara ini
disebut dengan metode Trial (mencoba) dan Error (gagal/salah) atau
metode coba salah/coba-coba. Metode ini telah banyak jasanya, terutama
dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai
ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan dari upaya
memperoleh pengetahuan, walaupun dalam taraf yang masih primitif. Di
samping itu, pengalaman yang diperoleh melalui penggunakan metode
ini banyak membantu perkembangan berpikir dalam kebudayaan
manusia ke arah yang lebih sempurna.
2. Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui perantara, apakah yang
dilakukan itu baik/tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada
masyarakat tradisional saja melainkan juga terjadi pada masyarakat
modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterma oleh sumbernya
berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun non formal, ahli
agama, pemegang pemerintah dan sebagainya.
Dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
otoritas/kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
pengetahuan.
3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pepatah
ini mengandung bahwa pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran
4. Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan perasaannya dalam memperoleh pengetahuan. Manusia
telah menjalankan jalan pikirannya, baik melalui induksi atau deduksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melairkan pemikiran
secara tidak langsung pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan,
kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pertanyaan-pertanyaan
khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi
adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum kepada
khusus.
b) Cara Ilmiah
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematik, logis
ilmiah. Cara ini disebut metode penelititan ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian (Research Methodology).
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), Nursalam dan Siti Pariani (2001) faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
(1) Umur
Menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001)
semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum
cukup tinggi dewasanya. Hal ini sebagai akibat dari kematangan dan
pengalaman jiwa.
(2) Tingkat Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti bahwa
dalam pendidikan itu telah terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, dan
perubahan ke arah yang dewasa, lebih baik dan lebih matang dalan individu,
kelompok dan masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseirang makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,
sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai bagi yang dikenakan.
(3) Pekerjaan
Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu dan tenaga,
untuk itu informasi yang diperoleh sulit dicerna, sedangkan ibu yang tidak
bekerja mempunyai banyak waktu luang, sehingga informasi yang diperoleh
semakin banyak sehingga pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi.
(4) Pengalaman dan Sumber Informasi
Pengetahuan dapat dipengaruhi pengalaman sendiri atau dari pengalaman
orang lain, sebagai contoh seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api
itu panas adalah setelah memperoleh pengetahuan dimana tangan atau
kakinya terkena api dan terasa panas.
2.2 Konsep Dasar Sikap
2.2.1 Pengertian Sikap
Menurut Bimo Walgito (2002) yang dikutip oleh Sunaryo (2004)
menyatakan sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan
tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau
berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Menurut Gerungan dalam Sunaryo (2004) menyatakan attitude diartikan
dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan
atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan objek tadi.
Menurut Abu Ahmadi dalam Sunaryo (2004) menyatakan sikap adalah
kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau
situasi secara konsisten.
Menurut Notoatmodjo (2003), Sikap (Attitude) merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari
berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi meruopakan predisposisi
tindakana atau perilaku.
Ssedangkan menurut Berkowitz 1972 yang dikutip oleh Syaiffuddin
Azwar (2005), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak
dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup tersebut. (Sunaryo, 2004)
2.2.2 Komponen Pokok
Dalam bagian lain Allport, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Notoatmodjo yang dikutip oleh Sunaryo (2004), menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
a. Komponen Kognitif
Ialah kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Komponen Afektif
Ialah kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Komponen Konatif
Ialah kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah
mendengar tentang dampak kehamilan remaja. Pengetahuan ini akan membawa
ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terjerumus dalam
kehamilan remaja. Dalam berpikir ini komponen emosi akan memberitahu
kepada anaknya untuk lebih berhati-hati dalam bergaul agar tidak terjerumus
dalam kehamilan remaja.
2.2.3 Fungsi Sikap
Menurut Attkinson, R.L, dkk., dalam Sunaryo (2004) menyatakan bahwa
sikap memiliki 5 fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan
menggambarkan keadaan keinginan. Sebagaimana kita maklumi bahwa untuk
mencapai suatu tujuan, diperlukan sarana yang disebut sikap. Apabila objek
sikap dapat membantu individu mancapai tujuan, individu akan bersikap positif
terhadap objek sikap tersebut atau sebaliknya. Disebut fungsi manfaat (utility),
yaitu sejauh mana manfaat objek sikap dalam pencapaian tujuan.
b. Fungsi Pertahanan Ego
Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari kecemasan
atau ancaman harga dirinya.
c. Fungsi Nilai Ekspresi
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem
nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh
individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.
d. Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa
keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap indovidu memiliki motif untuk ingin tahu,
ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan.
e. Fungsi Penyesuaian Sosial
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat.
Dalam ini, sikap yang diambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya.
2.2.4 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo dalam Sunaryo (2004) menyatakan sikap
memiliki 4 tingkat, dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu :
a. Menerima (Receiving)
Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu
masalah.
d. Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan
tingkat sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
2.2.5 Pembentukan Sikap
Menurut Syaifuddin Azwar (2005), beberapa faktor pembentukan sikap
adalah :
a. Pengalaman Pribadi
Menurut Middlebrook (1974) yang dikutip oleh Saifuddin Azwar (2005)
bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis
cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman
akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting,
seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya
dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya
lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan
lain- lain.
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita. Seorang ahli psikologi yang terkenal,
Burrhus Frederic Skinner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian, kata tidak lain
daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah
reinforcement yang kita alami. Kita memiliki pola sikap dan perilaku tertentu
dikarenakan kita mendapat reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan
perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. (Hergenhahn, 1982
yang dikutip oleh Saifuddin Azwar, 2005)
d. Pusat Informasi
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain. Mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarah opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
f. Pengaruh Faktor Emosional
Kadang-kadang suatu bentuk sikap nerupakan oernyataan hyang frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.2.6 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh para ahli seperti Gerungan
(1996), Abu Ahmadi (1999), Sarlito Wirawan Sarwono (2000), dan Bimo Walgito
(2001) dalam Sunaryo (2004) yaitu :
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan
dengan objek.
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.
d. Sikap dapat tertuju pada suatu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan
atau banyak objek.
e. Sikap dapat berlangsung lama atau sementara.
f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan
dengan pengetahuan.
2.2.7 Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya bersifat
mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan
pernyataan yang favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif
mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap
objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan pernyataan yang unfavourable.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan
favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian
pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang
seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap.
(Syaiffudin Azwar, 2005).
Sedangkan pengukuran sikap menurut Sunaryo (2004) dibedakan menjadi
2 cara yaitu :
a. Secara Langsung
Dengan cara ini, subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya
terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Jenis – jenis
pengukuran sikap secara langsung, yaitu :
1. Langsung berstruktur
Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan
langsung diberikan kepada subjek yang diteliti.
2. Langsung tidak berstruktur
Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak diperlukan
persiapan yang cukup mendalam, misalnya mengukur sikap dengan
wawancara bebas atau free interview, pengamatan langsung, atau survei.
b. Secara Tidak Langsung
Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes umunya digunakan skala
semantik-differensial yang terstandart. Cara pengukuran sikap yang banyak
digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E. Osgood.
2.3 Konsep Dasar Kehamilan
2.3.1 Pengertian Kehamilan
Menurut Syaiffudin (2002), Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulun 7 hari) di hitung dari haid pertama haid terakhir (di mulai dari konsepsi)
sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.
Menurut Sarwono (2009), Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan
7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9
bulan. Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam
rahim ibu.
Menurut Mansjoer (2001), Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung
kira-kira 40 minggu (280 hari) dab tidak lebih dari 43 minggu (300 hari).
Kehamilan yang berlangsung antara 28 minggu dan 36 minggu disebut
kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan
postmatur. Menurut usia kehamilan dibagi menjadi : kehamilan trimester
pertama 0-14 minggu, trimester kedua 14-28 minggu, trimester ketiga 28-42
minggu
Menurut (Manuaba, 1998: 123-125) Lama kehamilan berlangsung
sampai persalinan aterm sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai
berikut:
- Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila berakhir disebut
keguguran.
- Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut premature.
- Kehamilan berumur 37 sampai 42 disebut aterm.
- Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau
postdatism (serotinus). ( dikutip dari http://stikesonline.com/2011/03/definisi-
kehamilan-normal/ yang diakses pada tanggal 11 April 2011 )
Menurut Guyton, Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru
terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai
menjadi fetus yang aterm.
Menurut Kushartanti (2004), Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil
pembuahan sel telur oleh sel sperma.
Menurut Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, untuk tiap kehamilan
harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil
konsepsi. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan da belakang uterus, dekat
fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut terjadi adanya
kehamilan. Masa kehamilan dimulai dan konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terahir (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
Kehamilan dimulai dari ovulasi sampai partus lamanya kira-kira 280 hari
(40minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu
ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu
disebut kehamilan post matur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut
kehamilan premature. Kehamilan post matur akan mempengaruhi viabilitas
(kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi yang terlalu muda
mempunyai prognosis buruk. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu trimester pertama (antara 0-12 minggu), kehamilan
trimester dua (antara 12-28 minggu), dan kehamilan trimester tiga (antara 28-40
minggu). Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan
dibawah 20 minggu, disebut abortus (keguguran). Bila hal ini terjadi di bawah
36 minggu disebut partus prematurus (persalinan premature). Kelahiran dari 38-
40 minggu disebut partus aterm. (Hanifa Wiknjosastro, 2007 : 125)
2.3.2 Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut Ubaydillah (2002), Kehamilan usia dini memuat risiko yang
tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang.
Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam
kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung
bayinya. (Ubaydillah, 2000)
2.3.3 Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda
Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda antara lain :
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Seperti
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping
yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan
lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu
yang belum menginjak 20 tahun.
Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga
di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat
dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan
saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya
kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat
hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah
merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius
karena dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung
juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional
(dukun).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara
lain:
Resiko bagi ibunya :
a. Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot
rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga
disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam
rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir
b. Kemungkinan keguguran/abortus
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal
ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang
disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
c. Persalinan yang lama dan sulit
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab
dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan
persalinan yang salah.
d. Kematian ibu
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan
infeksi.
Dari bayinya :
a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal
ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan
berkurang.
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.
kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat
hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun
yang diderita oleh ibu hamil.
c. Cacat bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan
kelainan hormon.
d. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama
hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang
dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran
kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).
2.3.4 Ciri-ciri perkembangan fetus sebagai berikut :
Tua Kehamilan (minggu)
Ciri-ciri Perkembangan Fetus
Organogenesis- 8 minggu
- 12 minggu
Kuping, hidung, jari-jari mulai dibentuk, kepala membungkuk ke dada.Daun kuping lebih jelas, kelopak-kelopak mata masih melekat leher mulai dibentuk, alat genitalia eksterna terbentuk, belum berdiferensiasi
Masa Fetal- 16 minggu
- 20 minggu
- 24 minggu
Genetalia eksterna terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah tipis sekali.Kulit lebih tebal, opak dengan rambut halus (lanugo)Kelopak-kelopak mata terpisah, alis dan bulu mata ada, kulit keriput.
Masa Perinatal28 minggu Berat 1000 gram
(Sarwono Prawirohardjo, 2007)
2.3.5 Perubahan Anatomik dan Fisiologi Pada Wanita Hamil
Pada masa kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genetalia eksterna, interna dan payudara (mammae). Dalam
hal ini hormon somatomammotropin, estrogen, dan progresteron mempunyai
peranan penting seperti telah dikemukakan. Menurut Sarwono (2007),
perubahan yang terdapat pada wanita hamil menurut ialah sebagai berikut :
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen
dan progresteron yang kadarnya meningkat. Hubungan antara besarnya uterus
dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk
membuat diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologik atau hamil ganda
atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa, dan sebagainya.
Menurut Hanifa (2007:91), Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada
akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan
panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm. Pada bulan-
bulan pertama kehamilan bentuk uerus seperti buah advokad, agak gepeng.
Pada kahamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir
kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. Pada
kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari di bawah procesus
xipoideus. Pada triwulan terakhir istmus lebih nyata menjadi bagian corpus
uteri dan berkembang menjadi besar.
b. Serviks Uteri
Pada kehamilan juga mengalami perubahan dikarenakan hormon estrogen.
Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih
banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat
pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar esrtogen yang
meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistenso serviks
menjadi lebih lunak. Hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami
perubahan. Dan hipervaskularisasi itu juga mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah kebiru-biruan (livide). (Hanifa Wiknjosastro, 2007:95)
c. Perubahan kulit
Pada kulit terlihat adanya hyperpigmentatie, ialah athnya kelebihan pigmen
pada tempat-tempat tertentu. Perubahan pada kulit ini tidak selalu sama pada
setiap wanita hamil, ada yang sebagian saja dan ada pub yang semua pada
tempat tersebut.
Menurut Hanifa (2007:126), Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas pada
pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan
(kloasma gravidarum). Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena
terjadi deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam,
demikian pula linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam.
Pigmentasi ini terjadi karena pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang
merangsang melanofor dan kulit.
d. Sistem pencernaan
Menurut Hanifa (2007:97), Tonos otot-otot saluran pencernaan menurun,
sehingga motilitas seluruh saluran pencernaan juga berkurang. Makanan lebih
lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicerna akan berada lebih
lama dalam usus. Hal ini baik untuk reabsorbsi, akan tetapi menimbulkan
obstipasi.
e. Traktus urinarius
Menurut Hanifa (2007:97), Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung
kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering
kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus
gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin
mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul
lagi karena kandung kencing mulai tertekan lagi.
f. Metabolisme
Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi hingga 15-20%
terutama pada trimester akhir. Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami
perubahan konsentrasi alkali.
Wanita tidak hamil : 155 mEq/liter
Wanita hamil : 145-147 mEq/liter
Serum Na : turun dari142 mEq/liter menjadi 135-137 mEq/liter
Plasma bikarbonat : turun dari 25 ke 22 mEq/liter
Protein diperlukan dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat
kandungan, mammae dan untuk janin. Protein harus disimpan pula untuk
kelak dapat dikeluarkan pada laktasi.
Metabolisme lemak : kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih
per 100 ml. Hormon somatomammotropin mempunyai peranan dalam
pembentukan lemak dan mammae.
Kalsium : janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan
tulang, terutama trimester akhir, dibutuhkan 1,5-2,5 gr kalsium sehari
Fosfor : dibutuhkan rata-rata 2 gr perhari
Zat besi : dibutuhkan tambahan zat besi sekitar 800 mg, atau 30-50 mg
besi sehari.
Berat badan wanita hamil naik kira-kira di antara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5
kg, kenaikan berat badan ini terjadi terutama kehamilan 20 minggu terakhir.
(Wiknjosastro, 2007: 98-99)
g. Perubahan pada kelenjar
Yang kelihatan ialah kelenjar tiroid yang menjadi besar, jadi leher wanita itu
bentuknya seperti leher pria. Perubahan ini tidak terdapat pada setiap wanita
hamil.
h. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke
placenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang
membesar pula, mamae dan alat lain yang fungsinya berlebih dalam
kehamilan. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 dengan
puncak kehamilan 32 minggu,diikuti dengan cardiac output yang meningkat
kira-kira 30. Akibat hemodulasi yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16
minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan
dekompensasi kordis. (Wiknjosastro, 2007:96)
i. Perubahan pada mammae (buah dada)
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum bisa mengeluarkan air susu ibu.
Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron
menambah sel-sel asinus pada mammae. Sedangkan somatomammotropin
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan
dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan
laktoglobulin. Di bawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin,
terbentuk lemak di sekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mammae
menjadi lebih besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegak dan
tampak lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
Glandula montgomery tampak lebih jelas menonjol di permukaan areola
mammae. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar
cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. (Wiknjosastro, 2007:95)
j. Perubahan perut
Perut akan kelihatan makin lama makin besar. Biasanya dari umur kehamilan
4 bulan membesarnya perut belum kelihatan. Setelah itu mulai kelihatan
membesar, lebih-lebih setelah kehainilan umur 5 bulan kelihatan cepat sekali
menjadi besar.
k. Perubahan pada tungkai
Perubahan pada tungkai ini adalah timbulnya varices pada sebelah atau kedua
belah tungkai. Pada hamil tua sering oedema pada salah satu tungkai. Oedema
ini disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis,
sebelah kanan atau sebelah kiri.
l. Sikap ibu pada waktu kehamilan agak tua.
Sikapnya menjadi lordose yang disebabkan oleh adanya perubahan bentuk
pada tulang belakang (vertebrae) dimana tulang belakang tersebut
menyesuaikan diri dengan keseimbangan badan yang berhubungan dengan
keadaan uterus yang membesar.
m. Amenorea ( tidak terdapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak terdapat haid
lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat
ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
(Wiknjosastro, 2007:125)
n. Epulish
Epulish adalah suatu hipertropi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan
pertama. (Wiknjosastro, 2007 : 126)
o. Varises
Menurut Hanifa (2007:126), sering dijumpai pada trimester terakhir. Terdapat
pada daerah genetalis eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu,
timbul kembali pada trimester pertama. Kadang timbulnya varises merupakan
gejala pertama kehamilan muda.
p. Tanda piscaceck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran tersebut. (Wiknjosastro, 2007:126)
q. Suhu basal
Bila suhu basal setelah ovulasi tetap tinggi antara 37,20C-37,80C adalah salah
satu tanda akan adanya kehamilan. Gejala ini sering dipakai dalam
pemeriksaan kemandulan. (Wiknjosastro, 2007:127)
r. Ditemukan hormon HCG
Ciri khas yang dipakai untuk menentukan adanya Human Chorionik
Gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pagi hari.
Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat membantu
membuat diagnosis kehamilan sedini-dininya. (Wiknjosastro, 2007:127)
s. Perubahan-perubahan maternal
Menurut Hanifa (2007), Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu.
Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan
beratnya 0,5-0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki
energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat.
Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan
untuk persalinan.
2.3.6 Keluhan yang Sering Dirasakan Oleh Ibu hamil
Menurut Kushartanti (2004), ketidak nyamanan fisik tersebut berupa
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain:
Mudah terengah-engah
Keluhan ini terutama dirasakan apabila uterus telah membesar sehingga
mendesak sekat rongga dada (diafragma) dan mengganggu ekspansi paru.
Keadaan ini diperberat oleh meningkatnya kebutuhan oksigen pada ibu hamil.
Mudah lelah
Keluhan ini dipicu oleh. meningkatnya kebutuhan aliran darah yang
kurang dibanding dengan ketersediaan darah. Volume darah ibu hamil
meningkat sampai 30-50%, dan frekuensi denyut jantung meningkat hingga
20%.
Mual dan muntah
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan aktivitas hormon yang
menurunkan peristaltik usus dan tertumpahnya asam lambung keujung atas
lambung. Penurunan peristaltik usus ini juga akan memperlambat proses
pencernaan dan mengakibatkan sembelit.
Enek umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, kadang
disertai emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tapi tidak selalu. Keadaan ini lazim
disebut morning sickness. Dalam batas tertentu keadaan ini masih fisiologik.
Bila terlalu sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan disebut hiperemesis
gravidarum. (Wiknjosastro, 2007:125-126)
Nyeri punggung dan pinggang
Keluhan ini disebabkan oleh adanya perubahan postur tubuh dimana
bentuk tulang belakang cenderung melengkung kedepan (lordose). lengkungan
ini disebabkan oleh membesarnya perut. Disamping itu, keluhan ini juga dipicu
oleh adanya hormon relaksin yang mengendurkan persendian dipunggung
bagian bawah dan panggul.
Nyeri panggul
Keluhan ini disebabkan oleh semakin membesarnya uterus sehingga
menekan panggul. Keadaan ini semakin diperberat dengan mengendurnya
persendian dipanggul dan meregangnya otot-otot panggul.
Tidak bisa tidur
Keluhan nii biasanya terjadi pada akhir kehamilan, karena pada saat itu
terjadi penumpukan berbagai keluhan. Keluhan tersebut misalnya, susah
bernafas dan nyeri punggung.
Mengidam (menginginkan makanan atau minutan tertentu)
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama, tapi akan
menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. (Wiknjosastro, 2007:126)
Sering kencing
Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada trimester II umumnya keluhan
ini hilang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada
trimester III akhir, gejala ini bisa timbul lagi karena janin mulai masuk ke ruang
panggul dan menekan kembali kandung kencing. (Wiknjosastro, 2007 : 126)
2.4 Konsep Dasar Remaja
2.4.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah masa transisi (masa peralihan) dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh
lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai anak-anak. (Abdul, 2006)
Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari
segi program pelayanan, definisi yang digunakan oleh departemen kesehatan
adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sementara itu,
menurut BKKBN (2000) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Masa remaja
merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat dan fisik, emosi, kognitif dan sosial yang menjembatani masa kanak-
kanak dan dewasa. Secara umum remaja dimulai dari usia 11-12 tahun dan
berakhir pada usia sekitar 18-21 tahun. (Mernstein, 2002)
Remaja atau “adolence” (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksudkan
adalah bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan psikologis dan
sosial (Hurlock, 2003)
Remaja mengalami perubahan secara primer yakni menarche pada
remaja putri, dan perubahan primer tersebut menghasilkan efek psikologis
seperti adanya efek psikologis dari menarche. (Victoria, 2000)
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-
anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal
11 April 2011)
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 12-21 tahun. (dikutip dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal 11 April 2011)
Dari bahasa inggris "teenager" yakni manusia usia 13-19 tahun. Dimana
usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa untuk itu peran
orang tua disini betul betul berperan, karena kalau tidak diarahkan sesuai dengan
kaidah agama dan nilai etika yang baik pasti cenderung terjerumus ke hal-hal
yang negatif. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena
tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja
belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. (dikutip
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal 11 April 2011)
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa
peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah
matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja
(adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12-21 tahun. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses
pada tanggal 11 April 2011).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun, demikian,
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens
dalam bahasa inggris adolescence) Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologi yang terjadi dengan cepat dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, sedangan adolesens lebih ditekankan pada
perubahan psikososial atau kematangan yang menhyertai masa pubertas
(Soetjiningsih, 2004 dalam buku Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya)
2.4.2 Perkembangan Remaja
Menurut Merenstein, Gerald B (2002: 234) perkembangan remaja dibagi
mejadi 3 fase perkembangan yaitu :
a. Masa remaja awal (usia 10-13 tahun)
Dicirikan oleh pertumbuhan yang tepat dan perkembangan karakteristik
seks sekunder. Remaja muda sering terpaku pada perubahan fisik yang
berlangsung pada tubuh mereka, karena perubahan fisik yang cepat, kesan
tubuh, konsep pribadi, dan harga diri berfluktuasi secara dramatis. Ketika remaja
muda mulai menjadi independent dan ikatan keluarga melanggar, kesetiaan
bergeser dari orang tua kepada teman sebaya, yang menjadi lebih penting.
b. Masa remaja menengah (usia 14-16 tahun)
Pada saat ini remaja mulai menyesuaikan diri dan merasa lebih nyaman
dengan tubuh mereka yang “baru”. Sifat yang khas pada saat ini adalah emosi
yang kuat dan perubahan suasana hati yang cepat, dimana terjadi juga perubahan
pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Secara kognitif, ketika
remaja berubah dari berfikir kongkrit menjadi berfikir normal, terbentuklah
kemampuan berfikir secara abstrak. Kadang pada masa ini juga teman sebaya
menentukan standar dalam hal identifikasi, perilaku aktifitas dan lain-lain untuk
mendapatkan otonominya. Pada masa ini kemungkinan dapat menimbulkan
masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku
menyimpang. Kondisi tertentu perilaku menyimpang. Kondisi tertentu perilaku
menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi
tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat
kepribadian yang kurang akan menajdi pemicu timbulnya berbagai
penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan
atau norma yang ada dimasyarakat yang biasanya disebutkan dengan kenakalan
remaja.
c. Masa remaja akhir (usia 17 tahun ke atas)
Pada masa ini, remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai
lebih mementingkan orang lain. Hubunghan sosial bergeser dari kelompok
teman sebaya ke arah hubungan individual. Dan masa remaja akhir ini
merupakan periode idealisme.
Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004), tahap perkembangan remaja
sebagai berikut :
a. Masa remaja awal (11-13 tahun)
Merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak perubahan
fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang.
b. Masa remaja pertengahan (14-16 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan disik secara penuh, dan
gairah seksual sudah mencapai puncak sehingga mereka cenderung
mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.
c. Masa remaja lanjut (17-20 tahun)
Pada masa remaja lanjut sudah mengalami perkembangan fisik secara
penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku
seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya
dalam bentuk pacaran.
2.4.3 Karakterisik Remaja
Sepertinya halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri remaja menurut Hurlock
(2003:207) antara lain sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode penting
Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting,
namun kadar pentingnya berbeda-beda. Pada periode remaja, akibat langsung
maupun akibat jangka panjang tetaplah penting, ada periode yang penting karena
akibat fisik dan ada pula akibat psikologisnya. Perkembangan fisik yang cepat
dan penting disertai cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada
awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya mental dan
perlunya membentuk sikap, nilai dan minat yang baru pada masa remaja.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari suatu tahap
perkembangan ketahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status
individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan oeran yang akan dilakukan.
Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
Status remaja yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai, sifat, yang paling sesuai bagi dirinya .
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Ada 5 perubahan yang sama yang hampir
bersifat universal, yaitu :
- Meninggikan emosi
Perubahan emosi terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka
meningginys emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir-akhir
remaja.
- Perubahan tubuh
Disini mulai tampak perbedaan antara pria dan wanita akibat perubahan
fisik yang terjadi, misalnya pada wanita mengalami menarche,
tumbuhnya payudara, mulai terlihatnya timbunan lemak di daerah
pinggulnya, dan tumbuhnya bulu pubis, dan bulu di daerah ketiak.
- Minat dan perang yang diharapkan
Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak
dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi
sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah sampai ia
sendiri menyelesaikan menurut kepuasannya.
- Perubahan nilai-nilai
Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting sekarang setelah
hampir dewasa dianggap tidak penting lagi. Sekarang mereka mengerti
bahwa kualitas lebih penting daripada kuantitas.
- Sikap ambivalan terhadap setiap perubahan
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering
takut bertanggung jawab akan apa akibatnya dan meragukan kemampuan
mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun perempuan. Karena remaja tidak mampu untuk mengatasi sendiri
masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Sepanjang usia kahir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan
standart kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak daripada individualitas.
Tetapi masa awal remaja ini, penyesuaian diri dengan kelompok nasih tetap
penting bagi anak laki0laki maupun perempuan. Salah satu cara untuk mencoba
mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol
status. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri adar
dipandang sebagai individu, dan oada saat inilah ia mempertahankan identitas
dirinya terhadap kelompok sebayanya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutkan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang
dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Menerima
stereotif ini adalah adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai
pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan ke masa dewasa
menjadi sulit. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan antara orang tua
sehingga menjadi penghalang bagi anak meminta bantuan kepada orang tua
untuk mengatasi masalahnya.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca, ia melihat diri
sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana
adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini menjadi
remaja menjadi marah dan kecewa. Tetapi dengan bertambahnya pengalaman
pribadi dan pengalaman sosial dan meningkatkan kemampuan untuk berfikir
rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga, teman-
teman dan kehidupan pada umumnya secara lebih realistik.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotif belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan
bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja
mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
2.4.4 Rentang Waktu Usia Remaja
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
Masa praremaja 10-12 tahun
masa remaja awal 12-15 tahun
masa remaja pertengahan 15-18 tahun
masa remaja akhir 18-21tahun
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15
tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21
tahun (Deswita, 2006:192).
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah
Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara
12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu
pematangan fisik, maupun psikologis. (dikutip dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja diakses pada tanggal 11 April 2011).
2.4.5 Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja
Menurut Widyastuti (2009), Perubahan-perubahan yang berkaitan
dengan kejiwaan pada remaja adalah :
a. Perubahan emosi tersebut berupa kondisi :
- Sensitif atau peka misalnya menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya
bisa tertawa tanpa alasan.
- Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan dari
luar yang mempengaruhi.
- Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b. Perkembangan intelegensia ini dapat menyebabkan diantaranya :
- Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak dan suka memberikan
kritik.
- Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
remaja ingin mencoba-coba.
2.4.6 Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku yang melampaui batas toleransi orang
lain dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatanyang
melanggar hak azasi manusia, bahkan sampai melanggaran hukum. (Tim Penulis
Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988:93) mengatakan remaja yang nakal itu
disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental
disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga
perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut
“kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6/1977 buku pedoman 8, dikatakan
bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang
bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang
berlaku dalam masyarakat. (dikutip dari
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
yang diakses pada tanggal 11 April 2011)
Singgih D. Gumarso (1988:19), mengatakan dari segi hukum kenakalan
remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma
hukum yaitu :
(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-
undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
(2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. (dikutip dari
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
yang diakses pada tanggal 11 April 2011)
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan ;
(a) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit
(b) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin
(3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar
nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan
remaja dalam penelitian.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,
pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim dalam Soerjono Soekanto
(2001), bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu
dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of
Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal
karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku
dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam
masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada
sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang
dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja
meninggalkan keresahan pada masyarakat. (dikutip dari
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/Masngudin.htm
yang diakses pada tanggal 11 April 2011)
2.4.7 Hal-hal yang Dilakukan Remaja saat Mengalami Kehamilan Remaja
Hal-hal yang dilakukan remaja saat mengalami kehamilan remaja antara
lain :
a. Menggugurkan
b. Membunuh
c. Membuang
d. Merawatnya sendiri
e. Diadopsi Oleh Lingkungan Keluarga
f. Diadopsi Oleh Keluarga Lain
g. Dititipkan ke Panti Asuhan
2.4.8 Remaja Sebagai Manusia Berpotensi
“Remaja”. Kata itu menurut remaja sendiri adalah kelompok minoritas
yang punya warna tersendiri, yang punya “dunia” tersendiri yang sukar dijamah
oleh orang tua. Sekarang kelompok remaja adalah manusia yang mempunyai
potensi. Remaja kelompok yang mempunyai vitalitas, semangat priorita, harapan
penerus generasi. Generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader
penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan
bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme
idealisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.
Untuk itu perlu diciptakan iklim yang sehat sehingga memungkinkan
kreativitas generasi muda berkembang secara wajar dan bertanggung jawab.
Segi pendekatannya melalui pendidikan formal, non formal, atau pun informal;
di luar maupun di dalam sekolah. Sebagai contoh kecil usaha melibatkan
generasi muda dalam pembangunan adalah pengikut–sertaan masa remaja dalam
pendidikan politik yang kongkritnya nampak dilakukan dalam banyak kegiatan
kampanye pemilu 1982.
(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70
yang diakses pada tanggal 11 April 2011)
2.4.9 Usaha-usaha untuk mengerti dan memahami remaja
Usaha-usaha untuk mengerti dan memahami remaja yaitu dengan
mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja,
khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan psikis dan kematangan
sosialnya.
(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70
yang diakses pada tanggal 11 April 2011)
2.4.10 Ikhtisar hal-hal yang perlu dimengerti dan dipahami
Sebelum seseorang disebut remaja yaitu “ambang pintu masa remaja”
yang sering dikenal dengan sebutan “pubertas” dengan aneka keunikannya. Ciri-
cirinya penuh dengan “badai dan topan” , perasaan yang penuh gejolak dan peka
terhadap rangsang-rangsang negatif.
G. Stanley Hall, mengatakan bahwa masa ini disebut sebagai masa yang
penuh dengan “strom and stress”. Kemudian ciri-ciri remaja akhir adalah suatu
masa indah dalam kehidupannya. Young men and Young women ini menghiasi
hdup mereka dengan kisah cinta yang tidak jarang menghanyutkan.
Pertumbuhan jasmani remaja awal sedmikian cepat’ terjadi ketidakseimbangan
berbagai anggota badan, sehingga seringkali mereka nampak mengalami
ketidakseimbangan badan dan ketidakseimbangan gerak. Selanjutnya
pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks dan perkmebangan perilaku seksual
diketahui telah mengalami “sejarah” yang cukup panjang. (Dikutip dari
http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70 yang diakses
pada tanggal 11 April 2011).
Elizabeth B Hurlock jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk dan pola-
pola perilaku yang nampak khas bagi usia-usia, maka kematangan kehidupan
terdiri atas 11 masa yaitu:
prenatal: saat konsepsi sampai lahir.
masa neonatus: lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir.
masa bayi: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
masa kanak-kanak awal: dua tahun sampai enam tahun
masa anak-anak akhir: 6 tahun sampai dengan 10-11 tahun.
masa pubertas/preadolescence: 10-12 tahun sampai dengan 13-14 tahun.
masa remaja awal: 13-14 tahun sampai dengan 17 tahun.
masa remaja akhir: 17 tahun sampai dengan 21 tahun.
masa dewasa awal: 20 tahun sampai dengan 40 tahun.
masa setengah baya: 40 tahun sampai dengan 60 tahun.
masa tua: 60 tahun sampai dengan meninggal.
(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70
yang diakses pada tanggal 11 April 2011)
2.4.11 Ciri-ciri penting periode pubertas
Pubertas merupakan periode transisi dan tumpang tindih. Sebab pubertas
berada dalam peralihan antara masa anak-anak danremaja, disebut kanan-kanak
tidak tepat disebut dewasa juga tidak.
Ada beberapa ciri yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan
perkembangan biologis dan psikologis menurut Hurlock (2003), yaitu :
a) Ciri-ciri primer
Bagi wanita ditandai dengan haid pertama (menarche) yang disertai
pelbagai perasaan tak enak bagi yang mengalaminya. Bagi pria ditandai oleh
mimpi polusi (mimpi basah) atau dikenal dengan sebutan nocturnal emmisions.
b) Ciri-ciri seks sekunder
Bagi wanita pinggulnya membesar dan membulat, buah dada semakin
nampak menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan, dan
kaki. Ada perubahan suara dar suara anak-anak menjadi lebih merdu
(melodious), kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat, kulit
menjadi lebih kasar dibanding kulit anak-anak.
c) Ciri tersier
Ialah ciri-ciri yang tampak pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu
erat juga sangkut pautnya de ngan perubahan psikis yaitu perubahan tingkah
laku yang tampak seperti perubahan minat. Anak wanita mulai memperhatikan
dirinya, karena perubahan tingkah laku inilah maka jiwanya selalu gelisah dan
sering konflik dengan orang tua karena adanya perubahan sikap dan pandangan
hidup. (Wilis, 2005)
Bagi pria otot-otot tubuh, dada, lengan, paha dan kaki tumbuh kuat,
tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, betis dan kadang-kadang dada;
terjadi perubahan suara yaitu nada pecah dan suara merendah hingga sampai
akhir masa remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya kelenjar-kelenjar
keringat dan kelenjar-kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak walaupun
remaja tersebut bergerak sedikit saja.
Pada usia 11-12 tahun wnaita lebih cepat tumbuh dibanding pria
sehingga secara tidak sadar si puber sering merasa iri hati terhadap si puber
wanita. Inilah sebabnya sering ada puber pria yang menjauhi bahkan
bermusuhan dengan puber wanita pada usia ini, istilahnya sex antagonisme.
Akan tetapi dalam pertumbuhan tubuh kekar maka mulailah timbul saling
tertarik antara 2 jenis kelamin ini. Hal yang demikian dipengaruhi oleh daya
tarik seksuil atau “sex appeal”.
Setelah melewati masa pubertasnya sip uber ini akan memasuki masa
remaja awal yang ditandai dengan ketidakstabilan kedaan perasaan dan
emosinya, dalam bekerja ia tiba – tiba bersemangat sekali namun bisa juga
kelihatan lesu sekali, dalam hal sikap dan moralnya terutama menonjol
menjelang akhir remaja awal (15-17 tahun).
Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan
itu sheingga kadng-kadang dinilai oleh masayarakat tidak sopan, dalam hal
kemampuan mental dan kecerdasan mulai sempurna. Kesempurnaan mengambil
kesimpulan dan informasi abstrak mulai pada usia 14 tahun. Akibatnya si remaja
awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal tetapi dengan alasan yang
masuk akal remaja cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa. Hal status
remaja awal sangat sulit ditentukan bahkan membingungkan. Perlakuan yang
diberikan orang dewasa kepada remaja awal sering berganti-ganti. Ada keraguan
orang dewasa untuk memberi tanggung jawab kepada remaja dengan dalih
“merasa masih anak-anak” tetapi pada lain kesempatan si remaj awal sering
mendapat teguran sebagai “orang yang sudah besar” jika remaja awal bertingkah
laku yang kekanak -kanakan. Akibatnya si remaja awalpun mendapat sumber
kebingungan dan menambah masalahnya.
Setelah masa remaja awal berakhir si remaja awal ini akan menghadapi
masa remaja akhir yang ditandai dengan stabilitas yang mulai meningkat, citra
diri dan sikap pandangan yang lebih realistis, menghadapi masalahnya secara
lebih matang dan perasaan yang lebih tenang.
(Dikutip dari http://www.refleksiteraphy.com/?m=artikel&page=detail&no=70 yang
diakses pada tanggal 11 April 2011)
2.5 Kerangka Teori Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Keyakinan akan akibat
perilaku
Keyakinan normatif akan akibat perilaku
Norma Subjektif tentang perilaku
Niat untuk melakukan
perilaku
Sikap terhadap perilaku
PERILAKU
Penjelasan tentang kerangka pemikiran akan diuraikan sebagai berikut ini.
Keyakinan akan akibat perilaku adalah komponen yang bersifat aspek pengetahuan
tentang perilaku. Pengetahuan tidak selalu sesuai dengan fakta yang sebenaranya, hanya
opini tentang sesuatu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Sikap terbentuk
tergantung pada segi positif atau negatif komponen pengetahuan. Keyakinan normatif
akan akibat perilaku merupakan komponen pengetahuan, lebih menekankan pada
pandangan orang yang berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Norma subjektif
tentang perilaku berisikan keputusan yang dibuat setelah mempertimbangkan
pandangan orang-orang yang mempengaruhi norma subjektif tentang perilaku. Ini
sangat bergantung pada kebribadian individu. Niat untuk melakukan suatu perilaku
ditentukan oleh interaksi antara kedua komponen yakni sikap terhadap perilaku dan
norma subjektif tentang perilaku subjektif. Ketidakserasian antara dua komponen ini
mungkin terjadi.
Jika perilaku diartikan sebagai perilaku seks pranikah remaja, maka diakibatkan
dari ;perilaku dari aspek pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Sistem
pengetahuan kemudian membentuk sikap mereka terhadap perilaku seks pranikah.
Sikap bergantung pada komponen pengetahuan positif atau negatif. Keyakinan normatif
merupakan komponen pengetahuan dari sudut pandang orang lain seperti teman,
keluarga dan masyarakat terhadap perilaku seks pranikah. Keyakinan normatif ini akan
mempengaruhi keyakinan subjektif yang merupakan keputusan yang dibuat seseorang
setelah mempertimbangkan keyakinan normatif yang berlaku di sekitarnya.
Terpengaruh tidaknya seseorang dengan lingkungannya tergantung pada kepribadian
masing-masing. Interaksi antara sikap seseorang terhadap perilaku seks pranikah
dengan norma subjektif perilaku tersebut akan mendorong niat seseorang untuk
melakukan perilaku seks pranikah. Bila niat tersebut diaktualisasikan, akan terjadi atau
tidak perilaku seks pranikah.
(Dikutip dari : Tukiran, Agus Joko Pitoyo, dan Pande Made Kutanegara, 2010)
2.6 Kerangka Konsepitual Penelitian
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Per
ila
ku
seks
re
maj
a R
EM
AJA
DAMPAK KEHAMILAN
REMAJA
PENGETAHUAN
SIKAP remaja dalam menghadapi
kehamilan remaja
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan :
a. Lingkungan
b. Sosial Budaya
c. Latar belakang keluarga
Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan :
a. Umur
b. Pendidikan
c. pekerjaan
2.7 Hipotesa Penelitian
Hipotesis adalah jawaaban sementara dari suatu penelitian (Notoatmodjo, 2005).
Dengan memperhatikan permasalahan penelitian tersebut diatas secara khusus
hipotesisnya dapat dirumusukan bahwa :
H1 : ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada
remaja di SMA Negeri 3 Madiun.
H0 : tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan
pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode atau cara yang akan digunakan dalam
penelitian. Oleh sebab itu, dalam uraian tersebut tercermin langkah–langkah teknis dan
operasional penelitian yang akan dilaksanakan (Notoatmojdo, 2010).
3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan analitik observasional, yaitu penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi
(Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini menggunakan analitik korelasi merupakan
teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau
hubungan (meansures of association). Penelitian ini menghubungankan antara
pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMA
Negeri 3 Madiun.
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi validity suatu hasil. Rancangan penelitian sebagai petunjuk
penelitian dalan perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2008).
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah study cross sectional
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subyek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua
obyek penelitian diamati pada waktu yang sama ( Notoatmodjo, 2010). Variable
dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
kehamilan remaja yang diukur satu kali, pada satu saat.
3.2 Kerangka Kerja
Menurut Nursalam (2003), Kerangka kerja adalah tahapan dalam suatu
penelitian yang menyajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan
digunakan. Kerangka kerja dalam penelitian ini dijelaskan dalam diagram
sebagai berikut:
Gambar 3.2 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Remaja Di Sma Negeri 3 Madiun tahun 2011.
Populasi : Semua Siswi Kelas II (78 orang) di SMA Negeri 3 Madiun
Menggunakan Sampel : Sebagian Siswi Kelas II yang bersedia menjadi responden dengan tehnik purposive sampling
Variabel Bebas
Pengetahuan siswi tentang kehamilan pada remaja
Variabel Terikat
Sikap siswi tentang kehamilan pada remaja
Penilaian Jawaban :
Kuesioner : Pengetahuan siswi
Penilaian Jawaban :
Kuesioner : Sikap siswi
Analisa data dengan rumus Chi Square
H0 diterima apabila Xhasil
H0 ditolak apabila
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
PUBLIKASI
3.3 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel adalah suatu ukuran yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok (Nursalam, 2003).
3.3.1 Variable
Menurut Notoatmodjo (2010), Variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Variabel penelitian dibagi
menjadi dua yaitu antara lain :
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel independent adalah yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2010).
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variable lain
(Nursalam, 2008). Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri
tentang kehamilan pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel independent adalah yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2010).
Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
(Nursalam, 2008). Variabel terikat penelitian ini adalah sikap remaja putri
tentang kehamilan pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun.
3.4 Definisi Operational
Menurut Notoatmodjo (2010), Definisi operasional adalah ukuan tentang
batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel
yang bersangkutan.
Varibel Penelitian Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Skoring
Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun
Merupakan hasil tahu pada siswi tentang kehamilan pada remaja yang didapatkan melalui indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba.
Tingkat pengetahuan siswi tentang :- Pengertian Kehamilan- Dampak kehamilan pada remaja- Persiapan masa remaja- Fisiologi kehamilan
Kuesioner Ordinal Untuk jawaban :Benar : 1Salah : 0Kemudian Skore nilai :76-100%= Baik56-75%= Cukup< 56 %=Kurang
Variabel terikat penelitian ini adalah sikap remaja putri tentang tentang kehamilan pada remaja di SMA Negeri 3 Madiun
Merupakan reaksi atau respon seseorang yang dinyatakan dalam pernyataan setuju atau tidak setuju tentang kehamilan pada remaja
Sikap siswi tentang kehamilan pada remaja meliputi :- agama- sosial-
Kuesioner Ordinal Untuk jawabanSangat Setuju : 4Setuju : 3Tidak Setuju : 2Sangat Tidak Setuju : 1Kemudian Skore nilai :T≥MT:PositifT<MT:Negatif
Tabel 3.5 Definisi Operasional Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Pada Remaja di SMA Negeri 3 Madiun.
3.5 Sampling Desain
3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi
dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia,siswi) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswi kelas 2 di SMA Negeri 3 Madiun sebanyak 130 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian siswi kelas 2 di SMA Negeri 3 Madiun.
Rumus :
n = N Nd2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikasi (5 %) (Nursalam, 2003)
3.5.2.1 Kriteria Insklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,
2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang bersedia dijadikan responden
b. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang dianggap sudah dikategorikan usia remaja
3.5.2.2 Kriteria Ekslusi
Kritreia Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian
ini adalah :
a. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang tidak hadir saat penelitian karena sakit,
ijin ataupun alfa dan yang sedang ada keperluan.
b. Siswi SMA Negeri 3 Madiun yang tidak bersedia dijadikan responden.
3.3.2.3 Besar Sampel
Menurut Nursalam (2006), Besar sampel adalah banyaknya anggota yang
dijadikan sampel. Besar kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh desain dan
ketersediaan subyek dari penelitian ini.
Penyusunan besar sampel :
- Jika besar populasi ≤ 1000, maka sampel bisa diambil 20-30%.
- Jika besar sampel < 1000, maka :
n = N Nd2 + 1
= 78 78(0,05)2 + 1
= 78 78(0,0025) + 1
= 78 0,195 + 1
= 78 1,195
= 65, 27 = 65 responden
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat signifikasi (5 %) (Nursalam, 2003)
3.5.3 Tehnik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar diperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2008).
Cara pengambilan sampel dari penelitian ini adalah Purporsive sampling
yaitu pengambilan sampel secara purporsive didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Riduwan, 2006)
3.6 Pengumpulan Data dan Analisis
3.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karateristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2003).
3.6.1.1 Proses Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan data dari Puslitbang dan mendapatkan ijin dari
Kepala SMA Negeri 3 Madiun, kemudian peneliti mengadakan pendekatan pada
calon responden atau siswi kelas 2 dengan menyuruh para siswi tersebut untuk
kumpul di sebuah aula. Peneliti memberikan informasi tetang tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan cara mengisi angket. Setelah itu memberikan selembar
persetujuan menjadi responden kepada siswi. Kemudian peneliti membagikan
kuesioner untuk diisim peneliti menunggu responden menyelesaikan pengisian
kuesioner dan setelah selesai meminta responden untuk mengumpulkan kembali
peneliti untuk kemudian dilakukan analisa data.
3.6.1.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yaitu alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode
(Arikunto, 2002). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul
data berupa angket atau kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan
interviewe (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010).
3.6.1.3 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 dan bertempat di SMA
Negeri 3 Madiun.
3.6.2 Analisis data
3.6.2.1 Pengolahan Data
1. Penyutingan (Editing)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data (kuesioner) atau setelah data terkumpul (A. Aziz, 2007).
2. Pengkodean (Coding)
Kegiatan pengkodean berupa pemberian kode ke dalam lembaran
kuesioner, kemudian digunakan untuk pedoman dalam analisis data dan dan
penulisan laporan (Notoatmodjo, 2002).
3. Pemberian Skore (Skoring)
Scoring adalah pemberian skore atau nilai terhadap bagian-bagian yang
perlu diskore. Untuk mengukur pengetahuan, jawaban yang benar dinilai 1 dan
jawaban yang salah diberi nilai 0.
4. Tabulasi (Tabulating)
Tabulating merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar
dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
(Notoatmodjo, 2002).
Menyusun data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata
untuk disajikan dan dianalisis. Langkah yang terakhir dari penelitian ini adalah
melakukan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke computer dan
dianalisis secara statistik. Dalam penelitian ini analisa yang akan digunakan
adalah analisa univariate dan bivariate dengan uji statistik chi square. Penyajian
data dalam tabel distribusi frekuensi.
Rumus Uji Chi Square
X2 = ∑ (fo – fh)2
Fn
Keterangan : x2 = Chi kuadrat
fn = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang di harapkan
3.8.2 Rencana Analisis Data
3.8.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariabel ini digunakan untuk menganalisis tiap-tiap variabel
hasil penelitian, penyajiannya dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase
dari tiap variabel. Setelah data yang diperlukan terkumpul, melalui angket atau
kuesioner maka (langkah selanjutnya analisa data yaitu dengan melakukan
tabulasi atau pengalompokan suatu variabel yang diteliti dengan cara pemberian
skor dan penelitian dimana jawaban yang benar di beri nilai 1, sedangkan yang
salah diberi nilai 0. Kemudian dari hasil responden yang benar diberi skor,
kemudian dibandingkan atau dibagi dengan skor tertinggi lalu dikalikan 100%.
Selanjutnya dicari masing-masing prosentase dengan rumus:
N = x 100%
Keterangan :
N = Nilai yang didapat
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor maksimal
Setelah prosentase diketahui menurut Nursalam (2008) kemudian
hasilnya dikelompokkan pada kriteria :
76 % - 100 % = Baik
56 % - 75 % = Cukup
< 56 % = Kurang
Untuk mengukur tingkat pengetahuan, bila responden menjawab
pertanyaan dengan benar maka diberikan kode ”1” bila responden menjawab
salah maka diberikan kode ”0”.
Dari keseluruhan jawaban responden dihitung jumlah total skore yang
didapat kemudian dicari prosentasenya dengan rumus :
Keterangan :
P : Prosentase
f : Jumlah skor jawaban yang benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar (Budiarto, 2002)
P = × 100%
Variabel terikat adalah sikap remaja putri tentang dampak kehamilan
remaja putri yaitu perilaku remaja dalam menghadapi kehamilan remaja. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui sikap dari responden positif / negative
menggunakan rumus T skor yaitu :
Keterangan :
x : Skor responden.
: Skor maksimal.
S : Standar deviasi (simpangan baku).
Untuk memudahkan penilaian maka hasil presentase untuk dukungan,
peneliti menginterprestasikan jawaban menjadi 2 kategori yaitu:
T ≥ MT : Positif
T < MT : Negatif. (Azwar, 2003).
3.8.2.2 Analisis Bivariat
Setelah data dari hasil penelitian terkumpul selanjutnya dilakukan analisa
data dengan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17 For
windows, menggunakan Spearmen Rank. Untuk menilai ada tidaknya hubungan
dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
(a) Jika nilai ρ < 0,05 maka ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja
putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.
(b) Jika nilai ρ > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
remaja putri tentang kehamilan pada remaja di SMAN 3 Madiun.
(Alimul, 2007)
3.9 Etika Penelitian
Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat
pening dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung
dengan manusia (Alimul, 2009). Adapun etika penelitian meliputi :
3.9.1 Informed Consent ( informasi untuk responden )
Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat, dan
dampak dari tindakan, dan dijelaskan bahwa keikutsertaan di dalam penelitian
ini sifatnya sukarela. Setelah pasien telah membaca lembar permohonan menjadi
responden, kemudian peneliti menyerahkan lembar persetujuan menjadi
responden, pasien memberikan tanda tangan di lembar persetujuan sebagai bukti
bersedia menjadi responden.
3.9.2 Anonimity (kerahasiaan)
Peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar observasi tapi hanya
memberikan inisial dan kode sebagai nomer urut sebagai responden.
3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan informasi)
Merupakan masalah etika dengan manajemen kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset dan
data yang sudah tidak dibutuhkan lagi maka seluruh data dimusnahkan.
Daftar pustaka
Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik” edisi 8. Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar, Syaiffudin. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi 2.
Yogyakarta : pustaka pelajar.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik (Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat) .
Jakarta: EGC
BKKBN. 2000. Materi Pelatihan kesehatan reproduksi remaja bagi fasilitator. Badan
koordinasi keluarga berencana nasional. Jakarta dari hhtp://[email protected]
BKKBN. 2008. Modul pelatihan konseling kesehatan reproduksi remaja
Djarwanto. 2003. Statistik Nonparametik. Yogyakarta : Penerbit BPFE
Hurlock, E. B. Edisi Kelima. Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Kartono, kartini. 2006. Psikologi wanita 1. Bandung: mandar maju.
Kushartanti. (2004). Senam hamil menyamankan kehamilan mempermudah
persalinan.Yogyakarta : Lintang Pustaka.
Manuaba, IGB. 2002. Memahami kesehatan reproduksi remaja. Jakarta : arcan
Manuaba, IGB. 2008. Gawat-darurat obstetri-ginekologi dan obstetri ginekologi sosial
untuk profesi bidan. Jakarta : arcan
Merenstein, et all. 2002. Buku Peganggan pediatri. Jakarta : widya medika
Nazir, Moh. 2009. Metode penelitian. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia
Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: rineka cipta
Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta : rineka
cipta.
Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metodelogi penelitian Kesehatan. Jakarta : rineka cipta.
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Metodologi riset Keperawatan. Jakarta: Info medika
Nursalam. 2002. Konsep penerapan metodelogi penelitian keperawatan. Jakarta : EGC.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan Edisi
2. Jakarta: salemba medika.
Pande Made Kutanegara, Tukiran, Agus joko Pitoyo. Oktober 2010. Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : pustaka pelajar
Razak, Abdul. 2006. Remaja dan bahaya narkoba. Jakarta : prenada
Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Sarwono, prawiroharjo. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta : yayasan bina pustaka
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Penghantar Umum Psikologi. Jakarta : PT bulan
Bintang
Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu penghantar. Jakarta : P.T Raja grafindo
persada
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta : CV
agung seto
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan cetakan 1. Jakarta : EGC
Sugiarti S dkk. 2001. Tingkat tumbuh kembang wanita pada masa remaja. Makalah
tugas berstruktur depkes RI, akbid soetomo Surabaya.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk kesehatan. Bandung : alfabet
Sudjana. 2006. Metode statistik. Bandung : Tarsito
Tim penyusunan kamus pusat bahasa. 2003. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta :
balai pustaka
Tim Poktekkes Depkes Jakarta I. 2010. Problema dan Solusinya. Jakarta : BDP
Walgito, Bimo. 2002. Penghantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Andi
Widyastuti, yani dkk. 2009. Kesehatan reproduksi remaja. Yogjakarta : fitramaya
Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Prawiroharjo. 2007. Wilis, sofyan s. 2005. Remaja dan permasalahannya. Jakarta :
alfabet.
Varney, helen, Kriebs, M Jan, Gegor, L Carolyn. 2006. Buku ajar Asuhan kebidanan
Edisi 4. Jakarta : EGC