6 bab 1 analog.pdf
TRANSCRIPT
1
BAB 1 ANALOG & DIGITAL
1.1 AVOMETER
Gambar 1.1 Avometer (1)
Gambar 1.2 Avometer (2)
2
1.1.1 BAGIAN-BAGIAN AVOMETER
Gambar 1.3 Bagian Avometer
a. Multimeter / AVO Meter Analog
AVO Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk
memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi.
Keakuratan hasil pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari
skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol,
jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO Meter Analog,
kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan
(paralax).
3
Keterangan :
1. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat AVO
meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri
dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan
batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini merupakan kunci utama
bila kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari
tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan yang lain
batas ukurannya belum tentu sama.
3. Terminal + dan – Com, terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt, DC
Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam untuk -).
4. Pointer (Jarum Meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan dan kekiri
yang menunjukkan besaran / nilai.
5. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. Cermin
pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan
4
membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak lurus dimana
bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya
agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.
6. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
7. Zero Adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika
menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test
lead + (merah) dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian tombol pengatur
kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan
skala 0 Ohm.
8. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan alat
ukur.
9. Kotak Meter, adalah kotak / tempat meletakkan komponen-komponen AVOmeter.
Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu
Voltmeter untuk mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini dibagi
atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500 V, 0-1000 V.
Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur Ohm
meter yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik buruknya alat-alat
dalam “pesawat”. Pada bagian ini terdapat batas ukur, yaitu misal : x1, x10, x100, x1K,
x10K.
Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (Direct Current Volt) yang merupakan
bagian dari Voltmeter, yaitu bagian yang digunakan khusus untuk untuk mengukur
tegangan listrik DC. Batas ukur DCV dibagi atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500
V, 0-1000 V.
Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0-10 V. Bila di atas 12 Volt dan di
bawah 50 Volt dipergunakan batas ukur 0-50 V. Jika di atas 50 Volt dan di bawah 250
Volt digunakan batas ukur 0-250 V. Bila di atas 250V dan dibawah 500V digunakan
batas ukur 500 Volt. Bila lebih dari 500 V dan di bawah 1000V digunakan batas ukur 0-
1000 V. Jika lebih dari itu, maka tidak boleh menggunakan Volt meter secara langsung.
5
Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur besarnya
kuat arus listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0-0,25 mA, 0-25 mA, 0-500 mA. Bila
menggunakan alat ukur ini, pertama-tama letakkanlah saklar pada batas ukur yang
terbesar / tertinggi, kemudian di bawahnya sehingga batas ukur yang digunakan selalu
lebih tinggi dari arus yang kita ukur.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam menggunakan AVO meter
:
1. Setiap kali menggunakan AVO meter harus memperhatikan batas ukur alat tersebut.
Kemampuan alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar dari yang hendak di
ukur. Kesalahan dalam pemakaian alat ukur AVO meter dapat mengakibatkan
kerusakan.
2. AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, tidak boleh
dipergunakan untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter tidak
boleh dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik, baik DC maupun AC Volt
karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut. Jadi, pemakaian alat ukur
harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut.
3. Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DC mA, DCV atau
ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di bagian
kanan.
1.1.2 Cara Penggunaan Avometer
Putar knob avo meter ke posisi ACV. Untuk tegangan yang belum diketahui, silakan
putar knob avo meter ke posisi range tertinggi (biasanya 1000V) untuk menghindari
kerusakan pada avo meter.
Misalmya kita akan mengukur tegangan PLN di rumah kita. Putar posisi knob ke
250VAC (PLN sekitar 220V). Masukkan kedua ujung probe avo meter ke stop
kontak/colokan. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala ACV.
Perhatikan gambar di bawah ! Jarum avo meter menunjuk ke angka 200 lebih
6
Gambar 1.4 Membaca Skala Avometer
Mengukur Tegangan Arus Searah
Putar posisi knob switch avo metar ke posisi DCV.
Pada gambar di bawah, sedang mengukur tegangan terendah suatu adaptor. Hasil yang
terbaca adalah 2 volt.
Gambar 1.5 Mengukur Tegangan Arus Searah
7
Pada gambar di bawah, hasil pengukuran tegangan adaptor adalah 11 volt
:
Gambar 1.6 Hasil Pengukuran Tegangan Adaptor
Cara Mengukur Arus
Putar knob ke posisi DCmA , silahkan hubungkan probe merah ke kutub positif power
supply/adaptor/baterai. Hubungkan probe hitam ke beban yang akan di ukur tadi.
Sillakan baca angka yang ditunjukkan oleh jarum pada skala DCmA
Perhatikan gambar di bawah ! jarum menunjukkan 200 mA lebih.
Gambar 1.7 Cara Mengukur Arus
8
Jika jarum avo meter tidak menyimpang, silakan putar lagi knob avo meter ke posisi 25.
Pada posisi knob di 25 , itu bererti pengukuran maksimum cuma sampai 25mA , silakan
kalikan 0,1 (faktor pengali) dengan hasil yang ditunjukkan di jarum. misalnya jarum
menunjukkan 200 , maka hasil sebenarnya adalah 200.0,1=20mA
Jika knob pada posisi 2,5mA , maka faktor pengalinya adalah 0,01
Dan untuk posisi knob di 0,25mA , faktor pengalinya adalah 0,001
Cara Mengukur Hambatan Resistor/Tahanan
Hubung singkatkan dulu kedua probe, kemudian putar knob kecil untuk mengatur
posisi jarum agar posisinya tepat pada posisi nol. Lihat gambar di bawah !
Gambar 1.8 Cara Mengukur Hambatan Resistor/Tahanan
Pada pengukuran resistor, biasanya ada beberapa pilihan range pengukuran; X1 , X10 ,
dan Kohm.
Ketiganya itu adalah faktor pengali. Misalnya kita mengukur resistor/tahanan 220 ohm.
Silakan perhatikan gambar di bawah!
9
Gambar 1.9 Posisi Knob Switch
Jarum menunjukkan 22 , karena knob switch pada posisi X10 , maka hasil pembacaan
adalah 22.10=220 ohm.
Misalnya juga kita mengukur resistor 10 Kohm (10.000 ohm) , putar posisi knob switch
avometer ke Kohm.
Pada gambar di bawah terukur 9 ohm lebih. maka hasil sebenarnya adalah 9 . Kohm=9
Kohm lebih
Gambar 1.10 Posisi Knob Switch (2)
10
1.1.3 CARA MENGUJI DIODA
Dengan jangkah OHM x1 k atau x100 penyidik merah ditempel pada katoda (ada tanda
gelang) dan hitam pada anoda, jarum harus ke kanan. Panyidik dibalik ialah merah ke
anoda dan hitam ke katoda, jarum arus tidak bergerak. Bila demikian berarti dioda
dalam keadaan baik.Cara demikian juga dapat digunakan untuk mengetahui mana
anoda dan mana katoda dari suatu diode yang gelangnya terhapus.
Gambar 1.11 Cara Menguji Dioda
Dengan Saklar jangkah pada posisi VDC, bahan suatu dioda dapat diperkirakan dengan
cara merangkai pada gambar dibawah. Bila tegangan katoda anoda 0.2 V, maka
kemungkinan dioda germanium, dan bila 0.6 V kemungkinan dioda silicon.
Gambar 1.12 Cara Menguji Dioda (2)
1.1.4 Avometer untuk Mengukur Kondensator dan Transistor
TRANSISTOR
Gambar 1.13 Menguji transistor
11
1. Menguji transistor jenis NPN
Sakelar jangkah pada x100 ,
Penyidik hitam pada Basis, Penyidik merah pada Kolektor, jarum harus
bergerak ke kanan
Penyidik hitam tetap pada Basis, Penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum
harus bergerak ke kanan lagi.
Penyidik merah dipindah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus tidak
bergerak
Penyidik merah tetap pada Basis Penyidik hitam dipindah ke Emitor jarum juga
harus tidak bergerak.
Saklar jangkah pada 1 k,
Penyidik hitam ditempel pada kolektor dan merah pada emitor, jarum harus
sedikit bergerak ke kanan dan bila dibalik jarum harus tidak bergerak.
2. Menguji transistor jenis PNP
Sakelar jangkah pada x100
Penyidik hitam pada Basis, Penyidik merah pada Kolektor, jarum harus tidak
bergerak
Penyidik hitam tetap pada Basis, Penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum
harus tidak bergerak
Penyidik merah dipindah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus
bergerak
Penyidik merah tetap pada Basis Penyidik hitam dipindah ke Emitor harus
bergerak.
Saklar jangkah pada 1 k,
Penyidik hitam ditempel pada kolektor dan merah pada emitor, jarum harus
sedikit bergerak ke kanan dan bila dibalik jarum harus tidak bergerak.
12
Kesimpulan : Apaila salah satu peristiwa/pengujian diatas tidak terjadi, maka
kemungkinan transistor rusak, dan dengan cara pengujian diatas kita juga bisa
menentukan posisi/letak kaki-kaki tranistor (basis, kolektor dan emitor
3. Menguji Transistor FET
Penentuan jenis FET dilakukan dengan saklar jangkah pada x100 penyidik hitam pada
Source dan merah pada Gate. Bila jarum menyimpang, maka janis FET adalah kanal P
dan bila tidak, FET adalah kanal N.
Gambar 1.14 Menguji Transistor Jenis FET
Kerusakan FET dapat diamati dengan rangkaian pada gambar diatas. Dengan
Mengunakan potensiometer dan dirangkai seperti gambar, Saklar Jangkah diletakkan
pada x1k atau x10k, potensio pada minimum, resistansi harus kecil. Bila potensio
diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Bila peristiwa ini tidak terjadi, maka
kemungkinan FET rusak
4. Menguji Transistor UJT
Cara kerja UJT (Uni Junktion Transistor) adalah seperti switch, UJT kalau masih bisa
on off berarti masih baik.
Gambar 1.15 Menguji Transistor UJT
13
Saklar Jangkah pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil.
Setelah potensio diputar pelan-pelan jarum naik sampai posisi tertentu dan kalau diputar
terus jarum tetap disitu. Bila jaum diputar pelan-pelan ke arah minimum lagi, pada
suatu posisi tertentu tiba-tiba jarum bergerak ke kiri dan bila putaran potensio
diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu. Bila peristiwa tersebut terjadi, maka
UJT masih baik.
KONDENSATOR
Sebelumnya muatan kondensator didischarge. Posisikan saklar jangkah pada OHM,
tempelkan penyidik merah pada kutub POSITIF dan hitam pada NEGATIF. Bila jarum
menyimpang ke KANAN dan kemudian secara berangsur-angsur kembali ke KIRI,
berarti kondensator baik. Bila jarum tidak bergerak, kondensator putus dan bila jarum
mentok ke kanan dan tidak balik, kemungkinan kondensator bocor.
Gambar 1.16 Cara Menguji Kondensator
Pemilihan skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai
elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai
elko dibawah 10uF.
1.2 RESISTOR
1.2.1 GAMBAR DAN PENJELASAN JENIS-JENIS RESISTOR
1. Resistor Tetap
Merupakan suatu resistor yang nilai resistansinya tidak dapat diubah. Resistor tetap
memiliki nilai resistansi yang tertulis pada badan resistor menggunakan kode warna dan
kode angka. Resistor jenis ini sering digunakan sebagai penghambat arus listrik secara
permanen dalam rangkaian elektronika. Aplikasi secara sederhana fungsi resistor tetap
dalam rangkaian elektronika adalah pada pembatas arus yang mengalir pada LED atau
lampu.
14
Pemasangan resistor sebagai pembatas arus yang sifatnya tetap ini dipasang secara seri
dengan beban (LED/Lampu) dalam rangkaian elektronika.
Gambar 1.17 Resistor tetap
Gambar 1.18 Simbol Resistor tetap
2. Resistor Variabel
Merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah secara langsung baik dengan
tuas yang telah tersedia atau menggunakan obeng. Ada 2 jenis resistor variabel yang
ada dipasaran, yaitu trimpot (trimer potensio) dan potensiometer.
a) Trimer Potensio (Trimpot)
Resistor jenis ini merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah dengan
memutar porosnya menggunakan obeng. Nilai resistansi dari trimpot tertulis pada badan
15
trimpot tersebut menggunakan kode angka. Nilai yang trertulis pada badan trimpot
merupakan nilai maksimum dari resistansi trimpot tersebut. Misal trimpot dengan nilai
10KOhm maka trimpot tersebut dapat diubah nilai resistansinya dari 0Ohm sampai
10Khm. Aplikasi dari trimpot dapat kita temui pada rangkaian elektronika seperti
receiver atau multivibrator variabel.
Gambar 1.19 Trimer Potensio (Trimpot)
b) POTENSIOMETER
Merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar
porosnya melalui tuas yang telah tersedia. Nilai resistansi potensiometer tertulis pada
badan potensiometer menggunakan kode angka. Nilai resistansi potensiometer yang
beredar dipasaran ada 2 macam, yaitu nilai resistansinya yang dapat diubah secara
logaritmis dan nilai resistansi yang dapat diubah secara linier. Nilai resistansi yang
tertulis di badan potensiometer bermakna sama dengan nilai resistansi trimpot, yaitu
nilai yang tertulis dibadan potensiometer merupakan nilai maksimal resistansi yang
dapat diatur oleh potensiometer. Aplikasi potensiometer ini dapat kita jumpai pada
perangkat audio, seperti pada pengatur nada bass, trebel dan volume.
16
Gambar 1.20 Simbol Potensio Meter
Gambar 1.21 Potensiometer
1.2.2 SIMBOL NTC,PTC DAN LDR
1) NTC (Negative Temperature Coefficient)
Adalah komponen Resistor yang nilainya akan berubah karena suhu. Semakin panas yang
mengenai NTC semakin kecil nilainya. Penerapan NTC pada rangkain sensor suhu .
17
Gambar 1.22 Simbol NTC
2) PTC (Positive Temperature Coefficient)
Merupakan resistor dengan koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Secara prinsip
karakteristik PCT berbanding terbalik dengan NTC, yaitu pada PCT semakin tinggi koefisien
suhu maka semakin tinggi nilai resistansi (namun tidak linier). Termistor PTC, yang
resistansinya berubah secara drastis dalam interval temperatur tertentu, khususnya digunakan
sebagai pendeteksi harga ambang-batas (threshold detector). Perbedaan termistor PTC dengan
termistor NTC antara lain seperti berikut:
a) Koefisien temperatur dari PTC bernilai positif hanyay dalam interval temperatur tertentu,
sehingga di luar interval tersebut, koefisien temperaturnya bisa bernilai nol atau negative.
b) Pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar
dari pada termistor NTC.
18
Gambar 1.23 Simbol PTC
3) LDR (LIGHT DEPENDENT RESISTOR)
LDR atau dalam bahasa indonesia nya RESISTOR PEKA CAHAYA memiliki nilai resistansi
yang dapat berubah-ubah tergantung dari cahaya yang diterima. Semakin kuat intensitas cahaya
yang diterima LDR maka semakin kecil nilai resistansi LDR. LDR banyak digunakan sebagai
sensor cahaya.
19
Gambar 1.24 Simbol LDR
1.2.3 KODE WARNA RESISTOR
Kode warna pada resistor tetap dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu 4 gelang warna, 5 gelang
warna, dan 6 gelang warna. Hal pertama dalam membaca kode warna resistor adalah
menentukan gelang pertama dan gelang terakhir. Gelang terakhir merupakan gelang yang
memiliki jarak yang lebih lebar terhadap gelang lain.
Gambar 1.25 Kode warna resistor
1.2.4 JENIS-JENIS RESISTOR BERDASARKAN BAHAN DASAR
Dalam bidang elektronika kita mengenal bermacam-macam jenis resistor. Nama dan
jenis Resistor tersebut disesuaikan dengan nama bahan dasar yang dipakai membuat
Resistor tersebut seperti: Resistor Kawat, Resistor Karbon, Resistor Film dan lain-lain.
Jadi jenis atau macam-macam resistor berdasarkan kelasnya dibagi menjadi 2 yang
20
mana pada umumnya terbuat dari bahan carbon film atau metal film, tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lainnya adalah sebagai berikut:
1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)
2. Resistor Variabel
1. Resistor Tetap (fixed resistor)
Merupakan resistor yang mempunyai nilai tetap atau tidak berubah-ubah. Untuk
resistor tetap, ciri – cirinya adalah nilai resistansinya tidak dapat diubah – ubah karena
pabrik pembuatnya telah menentukan nilai tetap dari resistor tersebut.
a. Resistor Kawat
Resistor Kawat ini adalah jenis Resistor pertama yang lahir pada generasi pertama
pada waktu rangkaian elektronika masih menggunakan Tabung Hampa (VacuumTube).
Bentuknya bervariasi dan pada umumnya memiliki ukuran dan bentuk fisik agak besar.
Resistor Kawat ini biasanya banyak dipergunakan dalam rangkaian daya karena
memiliki ke tahanan yang tinggi yaitu disipasi terhadap panas yang tinggi. jenis lainnya
yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis Resistor dengan lilitan kawat yang
dililitkan pada barang keramik kemudian dilapisi dengan bahan semen. Kemampuan
dayanya tersedia dalam ukuran 1 Watt, 2 Watt, 5 Watt dan 10 Watt.
Gambar 1.26 Resistor Kawat
b. Resistor Batang Karbon (Arang)
21
Pada awalnya Resistor ini dibuat dari bahan karbon kasar yang diberi lilitan kawat yang
kemudian diberi tanda dengan kode warna berbentuk gelang dan untuk pembacaannya.
Dapat di lihat pada Tabel Kode Warna.
Gambar 1.27 Gambar Tabel Warna Resistor
c. Resistor Keramik atau Porselin
Dengan adanya perkembangan teknologi elektronika, saat ini telah dikembangkan
jenis Resistor yang dibuat dari bahan keramik atau porselin. Kemudian dengan
perkembangan yang ada telah dibuat jenis Resistor keramik yang dilapisi dengan
lapisan kaca tipis, jenis Resistor ini banyak dipergunakan dalam
rangkaian-rangkaian modern seperti sekarang ini karena bentuk fisiknya kecil dan
memiliki ketahanan yang tinggi. Di pasaran kita akan menjumpai Resistorjenis ini
dengan ukuran bervariasi mulai dari 1/4Watt, 1/3 Watt, 1/2Watt, 1 Watt dan 2
Watt.
22
Gambar 1.28 Resistor Kramik atau Porselin
d. Resistor Film Karbon
Sejalan dengan perkembangan teknologi para produsen komponen elektronika
telah memunculkan jenis Resistor yang dibuat dari bahan karbon dan dilapisi
dengan bahan film yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai
resistansinya dicantumkan dalam bentuk kode warna seperti pada Resistor Karbon.
Gambar 1.29 Resistor Film Karbon
e. Resistor Film Metal
Resistor Film Metal dibuat dengan bentuk hampir menyerupai Resistor Film
Karbon dan memiliki keandalan dan stabilitas yang tinggi dan tahan terhadap
perubahan temperatur. Selain sifat-sifat seperti di atas Resistor Film Metal
memiliki toleransi yang rendah. Dengan adanya kemampuan dan sifat di atas, maka
Resistor Film Metal banyak dipergunakan dalam rangkaian-rangkaian yang
menuntut ketelitian yang tinggi seperti peralatan ukur atau peralatan yang
menggunakan teknologi tinggi.
23
f. Resistor Tipe Film Tebal
Resistor jenis ini bentuknya mirip dengan Resistor Film Metal, namun Resistor ini
dirancang khusus agar memiliki kehandalan yang tinggi. Sebagai contoh sebuah
Resistor Film Tebal dengan rating daya 2 Watt saja sudah mampu untuk dipakai
menahan beban tegangan di atas satuan Kilo Volt.
2. Resistor Tidak Tetap (Variable)
1. Potensiometer
Potensiometer merupakan komponen pembagi tegangan yang dapat disetel sesuai
dengan keinginan. Bentuk fisik dari Potensiometer pada umumnya besar dan dibuat
dari bahan kawat atau arang (karbon).
2. Trimpot
Trimpot sebagai bahan resistifnya dibuat dari bahan karbon atau arang.
KONDENSATOR
1.2.5 Gambar penjelasan tentang jenis-jenis dan simbol condensator
2. Kondensator (Capasitor)
adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan
cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator
memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-
1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata
"kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro
Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore),
berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang
tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak
menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia
"condensatore", seperti bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman
Kondensator atau Spanyol Condensador.
24
Gambar 1.30 Kondensator
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan
negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
Gambar 1.31 Simbol Kondensator
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,
tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan
berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet
atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).
25
Gambar 1.32 Lambang kapasitor
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada
masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya
menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering
didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun
sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011
cm² yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1
µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis,
satuan yang banyak digunakan adalah:
1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:
1. Menyusunnya berlapis-lapis.
2. Memperluas permukaan variabel.
3. Memakai bahan dengan daya tembus besar.
3. Wujud dan Macam kondensator
Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi dalam:
1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)
2. Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco)
26
3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)
1. Kondensator tetap
yaitu suatu kondensator yang nilainya konstan dan tidak berubah-ubah.
Kondensator tetap ada tiga macam bentuk:
a. Kondensator keramik (Ceramic Capacitor)
Bentuknya ada yang bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah,
hijau, coklat dan lain-lain. Dalam pemasangan di papan rangkaian (PCB),
boleh dibolak-balik karena tidak mempunyai kaki positif dan negatif.
Mempunyai kapasitas mulai dari beberapa piko Farad sampai dengan
ratusan Kilopiko Farad (KpF). Dengan tegangan kerja maksimal 25 volt
sampai 100 volt, tetapi ada juga yang sampai ribuan volt.
Contoh misal pada badannya tertulis = 203, nilai kapasitasnya = 20.000 pF
= 20 KpF = 0,02 µF.
Jika pada badannya tertulis = 502, nilai kapasitasnya = 5.000 pF = 5 KpF =
0,005 µF
b. Kondensator polyester
Pada dasarnya sama saja dengan kondensator keramik begitu juga cara
menghitung nilainya. Bentuknya persegi empat seperti permen. Biasanya
mempunyai warna merah, hijau, coklat dan sebagainya.
c. Kondensator kertas
Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada
radio dipasang seri dari spul osilator ke variabel condensator. Nilai
kapasitas yang dipakai pada sirkuit oscilator antara lain:
Kapasitas 200 pF - 500 pF untuk daerah gelombang menengah (Medium Wave /
MW) = 190 meter - 500 meter.
Kapasitas 1.000 pF - 2.200 pF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave /
SW) SW 1 = 40 meter - 130 meter.
Kapasitas 2.700 pF - 6.800 pF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4, = 13 meter -
49 meter.
27
2.Kondensator Elektrolit
Electrolytic Condenser (sering disingkat Elco) adalah kondensator yang biasanya
berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki berpolaritas positif dan negatif,
ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan yang pendek negatif atau yang
dekat tanda minus ( - ) adalah kaki negatif. Nilai kapasitasnya dari 0,47 µF
(mikroFarad) sampai ribuan mikroFarad dengan voltase kerja dari beberapa volt
hingga ribuan volt.
Berbagai macam simbol gambar untuk Kapasitor Elektrolit pada skema
elektronika:
Gambar 1.33 Simbol Kondensator Elektrolit
Gambar 1. 34 Simbol Kondensator Elektrolit (2)
Gambar 1.35 Simbol Kondensator Elektrolit (3)
28
Gambar 1.36 Simbol Kondensator Elektrolit (4)
Gambar 1.37 Kondensator Elektrolit
Tampak pada gambar diatas polaritas negatif pada kaki Kondensator Elektrolit.
Selain kondensator elektrolit yang mempunyai polaritas pada kakinya, ada juga
kondensator yang berpolaritas yaitu kondensator solid tantalum.
Kerusakan umum pada kondensator elektrolit di antaranya adalah:
Kering (kapasitasnya berubah)
Konsleting
Meledak, yang dikarenakan salah dalam pemberian tegangan positif dan
negatifnya, jika batas maksimum voltase dilampaui juga bisa meledak.
29
3.Kondensator variabel dan trimmer
adalah jenis yang kapasitasnya bisa diubah-ubah. Kondensator ini dapat berubah
kapasitasnya karena secara fisik mempunyai poros yang dapat diputar dengan
menggunakan obeng.
a. Kondensator Variabel
Gambar 1.38 Kondensator Variabel
Kondensator variabel terbuat dari logam, mempunyai kapasitas maksimum sekitar 100
pF (pikoFarad) sampai 500 pF (100pF = 0.0001µF).
Kondensator variabel dengan spul antena dan spul osilator berfungsi sebagai pemilih
gelombang frekuensi tertentu yang akan ditangkap.
Gambar 1.39 Simbol Kondensator Variable
30
b. Kondensator Trimer
Sedangkan kondensator trimer dipasang paralel dengan variabel kondensator berfungsi
untuk menepatkan pemilihan gelombang frekuensi tersebut.
Kondensator trimer mempunyai kapasitas dibawah 100 pF (pikoFarad).
Gambar 1.40 Simbol Kondensator Trimer
Kerusakan umumnya terjadi jika:
1. Korsleting
2. Setengah korsleting (penangkapan gelombang pemancar menjadi tidak normal)
Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam
medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan
listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael
Faraday (1791-1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata
"kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta
seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan
dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding
komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa
Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", seperti bahasa
Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif
serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif) pada skema elektronika.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak
mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih
31
berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering
disebut kapasitor (capacitor).
Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada
masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya
menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering
didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun
sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi
1 µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis,
satuan yang banyak digunakan adalah:
1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad) 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad) 1 µF = 1.000
nF (nano Farad) 1 nF = 1.000 pF (piko Farad) 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:
>> Menyusunnya berlapis-lapis. Memperluas permukaan variabel. Memakai bahan
dengan daya tembus besar.
Wujud dan Macam kondensator Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi
dalam:
Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) Kondensator elektrolit
(Electrolite Condenser = Elco) Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-
ubah)
1.2.8 Cara menghitung kondensator keramik
Nilai kapasitansi seringkali dicetak pada badan kapasitor, akan tetapi karena tidak
terdapat cukup ruang pada badan kapasitor-kapasitor berukuran kecil, nilai-nilai
kapasitansi ini harus dikodekan.
32
Gambar 1.41 Kondensaor Keramik
Kode yang digunakan terdiri dari tiga digit. Dua digit pertama kode adalah dua digit
pertama dari nilai kapasitor yang bersangkutan, dalam satuan pikofarad (pF). Digit
ketiga merepresentasikan jumlah angka nol yang terdapat di belakang kedua digit tadi.
Contoh soal 1:
Berapakah nilai kapasitansi kapasitor yang terlihat pada gambar diatas?
Penyelesaian:
Seperti yang telihat, kapasitor memiliki kode 104, berarti bahwa 10 diikuti dengan 4
buah angka nol di belakangnya. Dengan menggunakan nilai konversi satuan, maka
C = 100000 pF
C = 100 nF
C = 0,1 µF
diperoleh nilai kapasitor pada gambar diatas adalah 0,1 µF.
Contoh soal 2:
Berapakah nilai kapasitor dengan kode 223, 122, dan 471?
33
Penyelesaian:
1. Kode 223 berarti bahwa 22 diikuti dengan 3 buah angka nol di belakangnya.
Nilai ini adalah 22000 pF, sama dengan 22 nF
2. Kode 122 berarti bahwa 12 diikuti dengan 2 buah angka nol di belakangnya.
Nilai ini adalah 1200 pF, sama dengan 1,2 nF
3. Kode 471 berarti bahwa 47 diikuti dengan 1 buah angka nol di belakangnya.
Nilai ini adalah 470 pF, sama dengan 0,47 nF
1.2.9 KODE WARNA KONDENSATOR
Gambar 1.42 Kode Warna Kondensator
Kondensator juga dituliskan dengan kode warna seperti resistor, namun kapasitor jenis
ini jarang ditemui. Format penulisan dengan kode warna kapasitor ditulis dalam 4 ring
warna dan 5 ring warna. Kapasitor yang ditulis dengan kode warna menggunakan
satuan dasar pico farad (pF). Urutan pembacaan ring kapasitor dimulai dari ring paling
atas. Ring pertama = digit ke 1, ring kedua = digit ke 2, ring ketiga = faktor pengali,
ring ke empat = toleransi. Sebagai contoh kapasitor dengan 4 ring warna dimulai dari
atas kuning (4), ungu (7), merah (2) dan hijau (5%) sehingga nilai kapasitor tersebut
adalah 4700 pF = 4,7 nF dengan toleransi 5%.