6 bab 1 analog.pdf

33
1 BAB 1 ANALOG & DIGITAL 1.1 AVOMETER Gambar 1.1 Avometer (1) Gambar 1.2 Avometer (2)

Upload: dyazdays

Post on 05-Dec-2014

51 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

1

BAB 1 ANALOG & DIGITAL

1.1 AVOMETER

Gambar 1.1 Avometer (1)

Gambar 1.2 Avometer (2)

Page 2: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

2

1.1.1 BAGIAN-BAGIAN AVOMETER

Gambar 1.3 Bagian Avometer

a. Multimeter / AVO Meter Analog

AVO Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk

memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi.

Keakuratan hasil pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari

skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol,

jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO Meter Analog,

kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan

(paralax).

Page 3: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

3

Keterangan :

1. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat AVO

meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri

dengan menggunakan obeng pipih kecil.

2. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan

batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan

batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini merupakan kunci utama

bila kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi

pengukuran, yaitu :

- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari

tiga batas ukur : x1; x10; dan K.

- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC yang

terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.

- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC yang

terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.

- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai

miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.

Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan yang lain

batas ukurannya belum tentu sama.

3. Terminal + dan – Com, terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt, DC

Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam untuk -).

4. Pointer (Jarum Meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan dan kekiri

yang menunjukkan besaran / nilai.

5. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. Cermin

pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan

Page 4: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

4

membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak lurus dimana

bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya

agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.

6. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

7. Zero Adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika

menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test

lead + (merah) dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian tombol pengatur

kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan

skala 0 Ohm.

8. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan alat

ukur.

9. Kotak Meter, adalah kotak / tempat meletakkan komponen-komponen AVOmeter.

Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu

Voltmeter untuk mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini dibagi

atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500 V, 0-1000 V.

Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur Ohm

meter yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik buruknya alat-alat

dalam “pesawat”. Pada bagian ini terdapat batas ukur, yaitu misal : x1, x10, x100, x1K,

x10K.

Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (Direct Current Volt) yang merupakan

bagian dari Voltmeter, yaitu bagian yang digunakan khusus untuk untuk mengukur

tegangan listrik DC. Batas ukur DCV dibagi atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500

V, 0-1000 V.

Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0-10 V. Bila di atas 12 Volt dan di

bawah 50 Volt dipergunakan batas ukur 0-50 V. Jika di atas 50 Volt dan di bawah 250

Volt digunakan batas ukur 0-250 V. Bila di atas 250V dan dibawah 500V digunakan

batas ukur 500 Volt. Bila lebih dari 500 V dan di bawah 1000V digunakan batas ukur 0-

1000 V. Jika lebih dari itu, maka tidak boleh menggunakan Volt meter secara langsung.

Page 5: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

5

Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur besarnya

kuat arus listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0-0,25 mA, 0-25 mA, 0-500 mA. Bila

menggunakan alat ukur ini, pertama-tama letakkanlah saklar pada batas ukur yang

terbesar / tertinggi, kemudian di bawahnya sehingga batas ukur yang digunakan selalu

lebih tinggi dari arus yang kita ukur.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam menggunakan AVO meter

:

1. Setiap kali menggunakan AVO meter harus memperhatikan batas ukur alat tersebut.

Kemampuan alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar dari yang hendak di

ukur. Kesalahan dalam pemakaian alat ukur AVO meter dapat mengakibatkan

kerusakan.

2. AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, tidak boleh

dipergunakan untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter tidak

boleh dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik, baik DC maupun AC Volt

karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut. Jadi, pemakaian alat ukur

harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut.

3. Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DC mA, DCV atau

ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di bagian

kanan.

1.1.2 Cara Penggunaan Avometer

Putar knob avo meter ke posisi ACV. Untuk tegangan yang belum diketahui, silakan

putar knob avo meter ke posisi range tertinggi (biasanya 1000V) untuk menghindari

kerusakan pada avo meter.

Misalmya kita akan mengukur tegangan PLN di rumah kita. Putar posisi knob ke

250VAC (PLN sekitar 220V). Masukkan kedua ujung probe avo meter ke stop

kontak/colokan. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala ACV.

Perhatikan gambar di bawah ! Jarum avo meter menunjuk ke angka 200 lebih

Page 6: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

6

Gambar 1.4 Membaca Skala Avometer

Mengukur Tegangan Arus Searah

Putar posisi knob switch avo metar ke posisi DCV.

Pada gambar di bawah, sedang mengukur tegangan terendah suatu adaptor. Hasil yang

terbaca adalah 2 volt.

Gambar 1.5 Mengukur Tegangan Arus Searah

Page 7: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

7

Pada gambar di bawah, hasil pengukuran tegangan adaptor adalah 11 volt

:

Gambar 1.6 Hasil Pengukuran Tegangan Adaptor

Cara Mengukur Arus

Putar knob ke posisi DCmA , silahkan hubungkan probe merah ke kutub positif power

supply/adaptor/baterai. Hubungkan probe hitam ke beban yang akan di ukur tadi.

Sillakan baca angka yang ditunjukkan oleh jarum pada skala DCmA

Perhatikan gambar di bawah ! jarum menunjukkan 200 mA lebih.

Gambar 1.7 Cara Mengukur Arus

Page 8: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

8

Jika jarum avo meter tidak menyimpang, silakan putar lagi knob avo meter ke posisi 25.

Pada posisi knob di 25 , itu bererti pengukuran maksimum cuma sampai 25mA , silakan

kalikan 0,1 (faktor pengali) dengan hasil yang ditunjukkan di jarum. misalnya jarum

menunjukkan 200 , maka hasil sebenarnya adalah 200.0,1=20mA

Jika knob pada posisi 2,5mA , maka faktor pengalinya adalah 0,01

Dan untuk posisi knob di 0,25mA , faktor pengalinya adalah 0,001

Cara Mengukur Hambatan Resistor/Tahanan

Hubung singkatkan dulu kedua probe, kemudian putar knob kecil untuk mengatur

posisi jarum agar posisinya tepat pada posisi nol. Lihat gambar di bawah !

Gambar 1.8 Cara Mengukur Hambatan Resistor/Tahanan

Pada pengukuran resistor, biasanya ada beberapa pilihan range pengukuran; X1 , X10 ,

dan Kohm.

Ketiganya itu adalah faktor pengali. Misalnya kita mengukur resistor/tahanan 220 ohm.

Silakan perhatikan gambar di bawah!

Page 9: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

9

Gambar 1.9 Posisi Knob Switch

Jarum menunjukkan 22 , karena knob switch pada posisi X10 , maka hasil pembacaan

adalah 22.10=220 ohm.

Misalnya juga kita mengukur resistor 10 Kohm (10.000 ohm) , putar posisi knob switch

avometer ke Kohm.

Pada gambar di bawah terukur 9 ohm lebih. maka hasil sebenarnya adalah 9 . Kohm=9

Kohm lebih

Gambar 1.10 Posisi Knob Switch (2)

Page 10: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

10

1.1.3 CARA MENGUJI DIODA

Dengan jangkah OHM x1 k atau x100 penyidik merah ditempel pada katoda (ada tanda

gelang) dan hitam pada anoda, jarum harus ke kanan. Panyidik dibalik ialah merah ke

anoda dan hitam ke katoda, jarum arus tidak bergerak. Bila demikian berarti dioda

dalam keadaan baik.Cara demikian juga dapat digunakan untuk mengetahui mana

anoda dan mana katoda dari suatu diode yang gelangnya terhapus.

Gambar 1.11 Cara Menguji Dioda

Dengan Saklar jangkah pada posisi VDC, bahan suatu dioda dapat diperkirakan dengan

cara merangkai pada gambar dibawah. Bila tegangan katoda anoda 0.2 V, maka

kemungkinan dioda germanium, dan bila 0.6 V kemungkinan dioda silicon.

Gambar 1.12 Cara Menguji Dioda (2)

1.1.4 Avometer untuk Mengukur Kondensator dan Transistor

TRANSISTOR

Gambar 1.13 Menguji transistor

Page 11: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

11

1. Menguji transistor jenis NPN

Sakelar jangkah pada x100 ,

Penyidik hitam pada Basis, Penyidik merah pada Kolektor, jarum harus

bergerak ke kanan

Penyidik hitam tetap pada Basis, Penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum

harus bergerak ke kanan lagi.

Penyidik merah dipindah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus tidak

bergerak

Penyidik merah tetap pada Basis Penyidik hitam dipindah ke Emitor jarum juga

harus tidak bergerak.

Saklar jangkah pada 1 k,

Penyidik hitam ditempel pada kolektor dan merah pada emitor, jarum harus

sedikit bergerak ke kanan dan bila dibalik jarum harus tidak bergerak.

2. Menguji transistor jenis PNP

Sakelar jangkah pada x100

Penyidik hitam pada Basis, Penyidik merah pada Kolektor, jarum harus tidak

bergerak

Penyidik hitam tetap pada Basis, Penyidik merah dipindah ke Emitor, jarum

harus tidak bergerak

Penyidik merah dipindah pada Basis dan hitam pada Kolektor, jarum harus

bergerak

Penyidik merah tetap pada Basis Penyidik hitam dipindah ke Emitor harus

bergerak.

Saklar jangkah pada 1 k,

Penyidik hitam ditempel pada kolektor dan merah pada emitor, jarum harus

sedikit bergerak ke kanan dan bila dibalik jarum harus tidak bergerak.

Page 12: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

12

Kesimpulan : Apaila salah satu peristiwa/pengujian diatas tidak terjadi, maka

kemungkinan transistor rusak, dan dengan cara pengujian diatas kita juga bisa

menentukan posisi/letak kaki-kaki tranistor (basis, kolektor dan emitor

3. Menguji Transistor FET

Penentuan jenis FET dilakukan dengan saklar jangkah pada x100 penyidik hitam pada

Source dan merah pada Gate. Bila jarum menyimpang, maka janis FET adalah kanal P

dan bila tidak, FET adalah kanal N.

Gambar 1.14 Menguji Transistor Jenis FET

Kerusakan FET dapat diamati dengan rangkaian pada gambar diatas. Dengan

Mengunakan potensiometer dan dirangkai seperti gambar, Saklar Jangkah diletakkan

pada x1k atau x10k, potensio pada minimum, resistansi harus kecil. Bila potensio

diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Bila peristiwa ini tidak terjadi, maka

kemungkinan FET rusak

4. Menguji Transistor UJT

Cara kerja UJT (Uni Junktion Transistor) adalah seperti switch, UJT kalau masih bisa

on off berarti masih baik.

Gambar 1.15 Menguji Transistor UJT

Page 13: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

13

Saklar Jangkah pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil.

Setelah potensio diputar pelan-pelan jarum naik sampai posisi tertentu dan kalau diputar

terus jarum tetap disitu. Bila jaum diputar pelan-pelan ke arah minimum lagi, pada

suatu posisi tertentu tiba-tiba jarum bergerak ke kiri dan bila putaran potensio

diteruskan sampai minimum jarum tetap disitu. Bila peristiwa tersebut terjadi, maka

UJT masih baik.

KONDENSATOR

Sebelumnya muatan kondensator didischarge. Posisikan saklar jangkah pada OHM,

tempelkan penyidik merah pada kutub POSITIF dan hitam pada NEGATIF. Bila jarum

menyimpang ke KANAN dan kemudian secara berangsur-angsur kembali ke KIRI,

berarti kondensator baik. Bila jarum tidak bergerak, kondensator putus dan bila jarum

mentok ke kanan dan tidak balik, kemungkinan kondensator bocor.

Gambar 1.16 Cara Menguji Kondensator

Pemilihan skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai

elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai

elko dibawah 10uF.

1.2 RESISTOR

1.2.1 GAMBAR DAN PENJELASAN JENIS-JENIS RESISTOR

1. Resistor Tetap

Merupakan suatu resistor yang nilai resistansinya tidak dapat diubah. Resistor tetap

memiliki nilai resistansi yang tertulis pada badan resistor menggunakan kode warna dan

kode angka. Resistor jenis ini sering digunakan sebagai penghambat arus listrik secara

permanen dalam rangkaian elektronika. Aplikasi secara sederhana fungsi resistor tetap

dalam rangkaian elektronika adalah pada pembatas arus yang mengalir pada LED atau

lampu.

Page 14: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

14

Pemasangan resistor sebagai pembatas arus yang sifatnya tetap ini dipasang secara seri

dengan beban (LED/Lampu) dalam rangkaian elektronika.

Gambar 1.17 Resistor tetap

Gambar 1.18 Simbol Resistor tetap

2. Resistor Variabel

Merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah secara langsung baik dengan

tuas yang telah tersedia atau menggunakan obeng. Ada 2 jenis resistor variabel yang

ada dipasaran, yaitu trimpot (trimer potensio) dan potensiometer.

a) Trimer Potensio (Trimpot)

Resistor jenis ini merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah dengan

memutar porosnya menggunakan obeng. Nilai resistansi dari trimpot tertulis pada badan

Page 15: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

15

trimpot tersebut menggunakan kode angka. Nilai yang trertulis pada badan trimpot

merupakan nilai maksimum dari resistansi trimpot tersebut. Misal trimpot dengan nilai

10KOhm maka trimpot tersebut dapat diubah nilai resistansinya dari 0Ohm sampai

10Khm. Aplikasi dari trimpot dapat kita temui pada rangkaian elektronika seperti

receiver atau multivibrator variabel.

Gambar 1.19 Trimer Potensio (Trimpot)

b) POTENSIOMETER

Merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar

porosnya melalui tuas yang telah tersedia. Nilai resistansi potensiometer tertulis pada

badan potensiometer menggunakan kode angka. Nilai resistansi potensiometer yang

beredar dipasaran ada 2 macam, yaitu nilai resistansinya yang dapat diubah secara

logaritmis dan nilai resistansi yang dapat diubah secara linier. Nilai resistansi yang

tertulis di badan potensiometer bermakna sama dengan nilai resistansi trimpot, yaitu

nilai yang tertulis dibadan potensiometer merupakan nilai maksimal resistansi yang

dapat diatur oleh potensiometer. Aplikasi potensiometer ini dapat kita jumpai pada

perangkat audio, seperti pada pengatur nada bass, trebel dan volume.

Page 16: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

16

Gambar 1.20 Simbol Potensio Meter

Gambar 1.21 Potensiometer

1.2.2 SIMBOL NTC,PTC DAN LDR

1) NTC (Negative Temperature Coefficient)

Adalah komponen Resistor yang nilainya akan berubah karena suhu. Semakin panas yang

mengenai NTC semakin kecil nilainya. Penerapan NTC pada rangkain sensor suhu .

Page 17: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

17

Gambar 1.22 Simbol NTC

2) PTC (Positive Temperature Coefficient)

Merupakan resistor dengan koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Secara prinsip

karakteristik PCT berbanding terbalik dengan NTC, yaitu pada PCT semakin tinggi koefisien

suhu maka semakin tinggi nilai resistansi (namun tidak linier). Termistor PTC, yang

resistansinya berubah secara drastis dalam interval temperatur tertentu, khususnya digunakan

sebagai pendeteksi harga ambang-batas (threshold detector). Perbedaan termistor PTC dengan

termistor NTC antara lain seperti berikut:

a) Koefisien temperatur dari PTC bernilai positif hanyay dalam interval temperatur tertentu,

sehingga di luar interval tersebut, koefisien temperaturnya bisa bernilai nol atau negative.

b) Pada umumnya, harga mutlak dari koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar

dari pada termistor NTC.

Page 18: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

18

Gambar 1.23 Simbol PTC

3) LDR (LIGHT DEPENDENT RESISTOR)

LDR atau dalam bahasa indonesia nya RESISTOR PEKA CAHAYA memiliki nilai resistansi

yang dapat berubah-ubah tergantung dari cahaya yang diterima. Semakin kuat intensitas cahaya

yang diterima LDR maka semakin kecil nilai resistansi LDR. LDR banyak digunakan sebagai

sensor cahaya.

Page 19: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

19

Gambar 1.24 Simbol LDR

1.2.3 KODE WARNA RESISTOR

Kode warna pada resistor tetap dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu 4 gelang warna, 5 gelang

warna, dan 6 gelang warna. Hal pertama dalam membaca kode warna resistor adalah

menentukan gelang pertama dan gelang terakhir. Gelang terakhir merupakan gelang yang

memiliki jarak yang lebih lebar terhadap gelang lain.

Gambar 1.25 Kode warna resistor

1.2.4 JENIS-JENIS RESISTOR BERDASARKAN BAHAN DASAR

Dalam bidang elektronika kita mengenal bermacam-macam jenis resistor. Nama dan

jenis Resistor tersebut disesuaikan dengan nama bahan dasar yang dipakai membuat

Resistor tersebut seperti: Resistor Kawat, Resistor Karbon, Resistor Film dan lain-lain.

Jadi jenis atau macam-macam resistor berdasarkan kelasnya dibagi menjadi 2 yang

Page 20: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

20

mana pada umumnya terbuat dari bahan carbon film atau metal film, tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lainnya adalah sebagai berikut:

1. Resistor Tetap (Fixed Resistor)

2. Resistor Variabel

1. Resistor Tetap (fixed resistor)

Merupakan resistor yang mempunyai nilai tetap atau tidak berubah-ubah. Untuk

resistor tetap, ciri – cirinya adalah nilai resistansinya tidak dapat diubah – ubah karena

pabrik pembuatnya telah menentukan nilai tetap dari resistor tersebut.

a. Resistor Kawat

Resistor Kawat ini adalah jenis Resistor pertama yang lahir pada generasi pertama

pada waktu rangkaian elektronika masih menggunakan Tabung Hampa (VacuumTube).

Bentuknya bervariasi dan pada umumnya memiliki ukuran dan bentuk fisik agak besar.

Resistor Kawat ini biasanya banyak dipergunakan dalam rangkaian daya karena

memiliki ke tahanan yang tinggi yaitu disipasi terhadap panas yang tinggi. jenis lainnya

yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis Resistor dengan lilitan kawat yang

dililitkan pada barang keramik kemudian dilapisi dengan bahan semen. Kemampuan

dayanya tersedia dalam ukuran 1 Watt, 2 Watt, 5 Watt dan 10 Watt.

Gambar 1.26 Resistor Kawat

b. Resistor Batang Karbon (Arang)

Page 21: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

21

Pada awalnya Resistor ini dibuat dari bahan karbon kasar yang diberi lilitan kawat yang

kemudian diberi tanda dengan kode warna berbentuk gelang dan untuk pembacaannya.

Dapat di lihat pada Tabel Kode Warna.

Gambar 1.27 Gambar Tabel Warna Resistor

c. Resistor Keramik atau Porselin

Dengan adanya perkembangan teknologi elektronika, saat ini telah dikembangkan

jenis Resistor yang dibuat dari bahan keramik atau porselin. Kemudian dengan

perkembangan yang ada telah dibuat jenis Resistor keramik yang dilapisi dengan

lapisan kaca tipis, jenis Resistor ini banyak dipergunakan dalam

rangkaian-rangkaian modern seperti sekarang ini karena bentuk fisiknya kecil dan

memiliki ketahanan yang tinggi. Di pasaran kita akan menjumpai Resistorjenis ini

dengan ukuran bervariasi mulai dari 1/4Watt, 1/3 Watt, 1/2Watt, 1 Watt dan 2

Watt.

Page 22: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

22

Gambar 1.28 Resistor Kramik atau Porselin

d. Resistor Film Karbon

Sejalan dengan perkembangan teknologi para produsen komponen elektronika

telah memunculkan jenis Resistor yang dibuat dari bahan karbon dan dilapisi

dengan bahan film yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai

resistansinya dicantumkan dalam bentuk kode warna seperti pada Resistor Karbon.

Gambar 1.29 Resistor Film Karbon

e. Resistor Film Metal

Resistor Film Metal dibuat dengan bentuk hampir menyerupai Resistor Film

Karbon dan memiliki keandalan dan stabilitas yang tinggi dan tahan terhadap

perubahan temperatur. Selain sifat-sifat seperti di atas Resistor Film Metal

memiliki toleransi yang rendah. Dengan adanya kemampuan dan sifat di atas, maka

Resistor Film Metal banyak dipergunakan dalam rangkaian-rangkaian yang

menuntut ketelitian yang tinggi seperti peralatan ukur atau peralatan yang

menggunakan teknologi tinggi.

Page 23: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

23

f. Resistor Tipe Film Tebal

Resistor jenis ini bentuknya mirip dengan Resistor Film Metal, namun Resistor ini

dirancang khusus agar memiliki kehandalan yang tinggi. Sebagai contoh sebuah

Resistor Film Tebal dengan rating daya 2 Watt saja sudah mampu untuk dipakai

menahan beban tegangan di atas satuan Kilo Volt.

2. Resistor Tidak Tetap (Variable)

1. Potensiometer

Potensiometer merupakan komponen pembagi tegangan yang dapat disetel sesuai

dengan keinginan. Bentuk fisik dari Potensiometer pada umumnya besar dan dibuat

dari bahan kawat atau arang (karbon).

2. Trimpot

Trimpot sebagai bahan resistifnya dibuat dari bahan karbon atau arang.

KONDENSATOR

1.2.5 Gambar penjelasan tentang jenis-jenis dan simbol condensator

2. Kondensator (Capasitor)

adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan

cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator

memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-

1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata

"kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro

Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore),

berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang

tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak

menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia

"condensatore", seperti bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman

Kondensator atau Spanyol Condensador.

Page 24: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

24

Gambar 1.30 Kondensator

Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan

negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.

Gambar 1.31 Simbol Kondensator

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,

tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan

berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet

atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).

Page 25: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

25

Gambar 1.32 Lambang kapasitor

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada

masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya

menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering

didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun

sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011

cm² yang artinya luas

permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1

µF = 9 x 105 cm².

Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis,

satuan yang banyak digunakan adalah:

1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)

1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)

1 µF = 1.000 nF (nano Farad)

1 nF = 1.000 pF (piko Farad)

1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)

Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:

1. Menyusunnya berlapis-lapis.

2. Memperluas permukaan variabel.

3. Memakai bahan dengan daya tembus besar.

3. Wujud dan Macam kondensator

Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi dalam:

1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)

2. Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco)

Page 26: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

26

3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)

1. Kondensator tetap

yaitu suatu kondensator yang nilainya konstan dan tidak berubah-ubah.

Kondensator tetap ada tiga macam bentuk:

a. Kondensator keramik (Ceramic Capacitor)

Bentuknya ada yang bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah,

hijau, coklat dan lain-lain. Dalam pemasangan di papan rangkaian (PCB),

boleh dibolak-balik karena tidak mempunyai kaki positif dan negatif.

Mempunyai kapasitas mulai dari beberapa piko Farad sampai dengan

ratusan Kilopiko Farad (KpF). Dengan tegangan kerja maksimal 25 volt

sampai 100 volt, tetapi ada juga yang sampai ribuan volt.

Contoh misal pada badannya tertulis = 203, nilai kapasitasnya = 20.000 pF

= 20 KpF = 0,02 µF.

Jika pada badannya tertulis = 502, nilai kapasitasnya = 5.000 pF = 5 KpF =

0,005 µF

b. Kondensator polyester

Pada dasarnya sama saja dengan kondensator keramik begitu juga cara

menghitung nilainya. Bentuknya persegi empat seperti permen. Biasanya

mempunyai warna merah, hijau, coklat dan sebagainya.

c. Kondensator kertas

Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada

radio dipasang seri dari spul osilator ke variabel condensator. Nilai

kapasitas yang dipakai pada sirkuit oscilator antara lain:

Kapasitas 200 pF - 500 pF untuk daerah gelombang menengah (Medium Wave /

MW) = 190 meter - 500 meter.

Kapasitas 1.000 pF - 2.200 pF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave /

SW) SW 1 = 40 meter - 130 meter.

Kapasitas 2.700 pF - 6.800 pF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4, = 13 meter -

49 meter.

Page 27: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

27

2.Kondensator Elektrolit

Electrolytic Condenser (sering disingkat Elco) adalah kondensator yang biasanya

berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki berpolaritas positif dan negatif,

ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan yang pendek negatif atau yang

dekat tanda minus ( - ) adalah kaki negatif. Nilai kapasitasnya dari 0,47 µF

(mikroFarad) sampai ribuan mikroFarad dengan voltase kerja dari beberapa volt

hingga ribuan volt.

Berbagai macam simbol gambar untuk Kapasitor Elektrolit pada skema

elektronika:

Gambar 1.33 Simbol Kondensator Elektrolit

Gambar 1. 34 Simbol Kondensator Elektrolit (2)

Gambar 1.35 Simbol Kondensator Elektrolit (3)

Page 28: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

28

Gambar 1.36 Simbol Kondensator Elektrolit (4)

Gambar 1.37 Kondensator Elektrolit

Tampak pada gambar diatas polaritas negatif pada kaki Kondensator Elektrolit.

Selain kondensator elektrolit yang mempunyai polaritas pada kakinya, ada juga

kondensator yang berpolaritas yaitu kondensator solid tantalum.

Kerusakan umum pada kondensator elektrolit di antaranya adalah:

Kering (kapasitasnya berubah)

Konsleting

Meledak, yang dikarenakan salah dalam pemberian tegangan positif dan

negatifnya, jika batas maksimum voltase dilampaui juga bisa meledak.

Page 29: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

29

3.Kondensator variabel dan trimmer

adalah jenis yang kapasitasnya bisa diubah-ubah. Kondensator ini dapat berubah

kapasitasnya karena secara fisik mempunyai poros yang dapat diputar dengan

menggunakan obeng.

a. Kondensator Variabel

Gambar 1.38 Kondensator Variabel

Kondensator variabel terbuat dari logam, mempunyai kapasitas maksimum sekitar 100

pF (pikoFarad) sampai 500 pF (100pF = 0.0001µF).

Kondensator variabel dengan spul antena dan spul osilator berfungsi sebagai pemilih

gelombang frekuensi tertentu yang akan ditangkap.

Gambar 1.39 Simbol Kondensator Variable

Page 30: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

30

b. Kondensator Trimer

Sedangkan kondensator trimer dipasang paralel dengan variabel kondensator berfungsi

untuk menepatkan pemilihan gelombang frekuensi tersebut.

Kondensator trimer mempunyai kapasitas dibawah 100 pF (pikoFarad).

Gambar 1.40 Simbol Kondensator Trimer

Kerusakan umumnya terjadi jika:

1. Korsleting

2. Setengah korsleting (penangkapan gelombang pemancar menjadi tidak normal)

Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam

medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan

listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael

Faraday (1791-1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata

"kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta

seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan

dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding

komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa

Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", seperti bahasa

Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.

Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif

serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.

Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif) pada skema elektronika.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak

mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih

Page 31: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

31

berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering

disebut kapasitor (capacitor).

Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada

masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya

menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering

didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun

sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang artinya luas

permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi

1 µF = 9 x 105 cm².

Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis,

satuan yang banyak digunakan adalah:

1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad) 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad) 1 µF = 1.000

nF (nano Farad) 1 nF = 1.000 pF (piko Farad) 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)

Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:

>> Menyusunnya berlapis-lapis. Memperluas permukaan variabel. Memakai bahan

dengan daya tembus besar.

Wujud dan Macam kondensator Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi

dalam:

Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) Kondensator elektrolit

(Electrolite Condenser = Elco) Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-

ubah)

1.2.8 Cara menghitung kondensator keramik

Nilai kapasitansi seringkali dicetak pada badan kapasitor, akan tetapi karena tidak

terdapat cukup ruang pada badan kapasitor-kapasitor berukuran kecil, nilai-nilai

kapasitansi ini harus dikodekan.

Page 32: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

32

Gambar 1.41 Kondensaor Keramik

Kode yang digunakan terdiri dari tiga digit. Dua digit pertama kode adalah dua digit

pertama dari nilai kapasitor yang bersangkutan, dalam satuan pikofarad (pF). Digit

ketiga merepresentasikan jumlah angka nol yang terdapat di belakang kedua digit tadi.

Contoh soal 1:

Berapakah nilai kapasitansi kapasitor yang terlihat pada gambar diatas?

Penyelesaian:

Seperti yang telihat, kapasitor memiliki kode 104, berarti bahwa 10 diikuti dengan 4

buah angka nol di belakangnya. Dengan menggunakan nilai konversi satuan, maka

C = 100000 pF

C = 100 nF

C = 0,1 µF

diperoleh nilai kapasitor pada gambar diatas adalah 0,1 µF.

Contoh soal 2:

Berapakah nilai kapasitor dengan kode 223, 122, dan 471?

Page 33: 6 BAB 1 ANALOG.pdf

33

Penyelesaian:

1. Kode 223 berarti bahwa 22 diikuti dengan 3 buah angka nol di belakangnya.

Nilai ini adalah 22000 pF, sama dengan 22 nF

2. Kode 122 berarti bahwa 12 diikuti dengan 2 buah angka nol di belakangnya.

Nilai ini adalah 1200 pF, sama dengan 1,2 nF

3. Kode 471 berarti bahwa 47 diikuti dengan 1 buah angka nol di belakangnya.

Nilai ini adalah 470 pF, sama dengan 0,47 nF

1.2.9 KODE WARNA KONDENSATOR

Gambar 1.42 Kode Warna Kondensator

Kondensator juga dituliskan dengan kode warna seperti resistor, namun kapasitor jenis

ini jarang ditemui. Format penulisan dengan kode warna kapasitor ditulis dalam 4 ring

warna dan 5 ring warna. Kapasitor yang ditulis dengan kode warna menggunakan

satuan dasar pico farad (pF). Urutan pembacaan ring kapasitor dimulai dari ring paling

atas. Ring pertama = digit ke 1, ring kedua = digit ke 2, ring ketiga = faktor pengali,

ring ke empat = toleransi. Sebagai contoh kapasitor dengan 4 ring warna dimulai dari

atas kuning (4), ungu (7), merah (2) dan hijau (5%) sehingga nilai kapasitor tersebut

adalah 4700 pF = 4,7 nF dengan toleransi 5%.