7 · web viewumpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang...

44
7. TATARAN LINGUISTIK (4): SEMANTIK Status tataran semantikdengan tataran fonologi, morfologi,dan sintaksis adalah tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa yang disebut wacana dibangun oleh kalimat; satuan kalimat dibangun oleh klausa; satuan klausa dibangun oleh frase; satuan frase dibangun oleh kata; satuan kata dibangun oleh morfem; satuan morfem dibangun oleh fonem; satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Para linguistik strukturalis mengabaikan masalah semantik karena dianggap tidak termasuk atau menjadi tataran yang sederajat dengan tataran yang bangun-membangun. Semantik tidak lagi menjadi objek poriferal melainkan menjadi objek yang setaraf dengan bidang-bidang studi linguistik lainnya. Menurut teori Bapak Linguistik modern, Ferdinand de Saussure, tanda linguistic (signe linguistique) terdiri dari komponen signifian dan signifie, maka sesungguhnya studi linguistik tanpa disertai dengan studi semantik adalah tidak ada artinya, sebab kedua komponen itu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Upload: trantram

Post on 07-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

7. TATARAN LINGUISTIK (4):SEMANTIK

Status tataran semantikdengan tataran fonologi, morfologi,dan

sintaksis adalah tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa yang

disebut wacana dibangun oleh kalimat; satuan kalimat dibangun oleh

klausa; satuan klausa dibangun oleh frase; satuan frase dibangun oleh

kata; satuan kata dibangun oleh morfem; satuan morfem dibangun oleh

fonem; satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi.

Para linguistik strukturalis mengabaikan masalah semantik

karena dianggap tidak termasuk atau menjadi tataran yang sederajat

dengan tataran yang bangun-membangun. Semantik tidak lagi menjadi

objek poriferal melainkan menjadi objek yang setaraf dengan bidang-

bidang studi linguistik lainnya. Menurut teori Bapak Linguistik

modern, Ferdinand de Saussure, tanda linguistic (signe linguistique)

terdiri dari komponen signifian dan signifie, maka sesungguhnya studi

linguistik tanpa disertai dengan studi semantik adalah tidak ada

artinya, sebab kedua komponen itu merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan.

7.1 HAKIKAT MAKNA

Banyak teori tentang makna telah dikemukakan orang. Menurut

teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure

bahhwa makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau

terdapat pada sebuah tanda linguistic. Kalau tanda linguistic itu

disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka berarti makna

adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau

leksem; kalau tanda linguistic itu disamakan dengan morfeem, maka

berarti makna itu adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh

setiap morfem, baik yang disebut morfem dasar maupun morfem afiks.

Page 2: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Makna itu tidak lain daripada sesuatu atau referen yang diacu

oleh kata atau leksem. Kita dapat menentukan makna setelah dalam

bentuk kalimat. Contohnya: Sudah hampir pukul dua belas!

Bila diucapkan oleh seorang ibu asrama putri kepada seorang pemuda

maka bermaksud mengusir, sedangkan jika yang mengatakan adalah

seorang karyawan kantor berarti menunjukkan waktu makan siang.

7.2 JENIS MAKNA

7.2.1 Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual

a) Makna leksikal

Makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan

hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya.

Contoh: Kuda

Berarrti ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa

dikendarai’.

b) Makna gramatikal

Makna ini baru muncul setelah terjadi proses

gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, kamposisi atau

kalimatisasi.

Contoh: dengan dasar kuda menghasilkan arti

‘mengendarai kuda’.

Sintaksis kata-kata adik, menulis, dan surat

menghasilkan makna gramatikal: adik bermakna

‘pelaku’, menulis bermakna ‘aktif’ dan surat bermakna

‘hasil’.

c) Makna kontekstual

Makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam

satu konteks.

Contoh:

Rambut di kepala nenek belum ada yang putus.

Page 3: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Nomor teleponnya ada pada kepala surat.

Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni

tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa terebut.

7.2.2 Makna Referensial dan Non-Referensial

Kata atau leksem.disebut bermkna referensial kalau ada

referensinya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, gambar

bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Kata-

kata dan, atau, karena itu sebaliknya.kata-kata deiktik, acuannya tidak

menetap pada satu maujud, melainkan dapat berpindah dari maujud

yang satu kemaujud yang lain.

Kata deiktik ini adalah yang termasuk pronomia, seperti dia, saya, dan

kamu; kata-kata yang menyatakan ruang, seperti di sini, di sana, dan di

situ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok, dan

nanti; dan kata-kata yang disebut kata penunjuk, seperti ini dan itu.

7.2.3 Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna

sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Makna ini sejenis dengan

makna leksikal. Umpamanya kata kurus, bermakna denotatif ‘keadaan

tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal’.

Makna konotatif adalah makna lain yang ‘ditambahkan” pada

makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang

atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya

kata bini, tewas, bunting, dan lain sebagainya.

7.2.4 Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Menurut Leech, makna konseptual adalah makna yang dimiliki

sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Kata kuda

Page 4: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

memiliki makna konseptual ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa

dikendarai’. Jadi, makna konseptual sesungguhnya sama dengan

makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial. Makna

asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata

berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang

berada diluar bahasa. Misalnya kata melati berasosiasi dengan sesuatu

yang suci atau kesucian. Ke dalam makna asosiasi ini dimasukkan juga

yang disebut dengan makna konotatif, makna stilistika, makna

efektif,dan makna kolokatif. Makna stilistika berkenaan dengan

perbedaan penggunaan kata sehubungan dengan perbedaan sosial atau

bidang kegiatan. Umpamanya kata membedakan penggunaan kata

rumah, pondok, istana, vila, dan wisma yang semuanya memberi

asosiasi yang berbeda terhadap penghuninya. Makna efektif berkenaan

dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau objek yang

dibicarakan. Makna efektif lebih nyata terasa dalam bahas lisan.

Makna kolokatif berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang

dimiliki sebuah kata dari sejumlah kata yang bersinonim sehingga kata

tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata

tertentu. Misalnya kata tampan yang bersinonoim dengan kata cantik

dan indah hanya cocok berkolokasi dengan kata yang memiliki ciri

‘pria’.

7.2.5 MaknaKata dan Makna Istilah

Makna kata berawal dari makna leksikal, makna denotatif, dan

makna konseptual, namun dalam penggunaannya menjadi jelas setelah

sudah berada di dalam konteks kalimat atau situasinya. Makna kata

bersifat umum, kasar, dan tidak jelas. Kata tangan dan lengan,

maknanya lazim dianggap sama.namun sebenarnya memiliki makna

yang berbeda setelah dimasukkan dalam sebuah kalimat. Istilah

mempunyai makna yang pasti, jelas, tidak meragukan meskipun tanpa

konteks kalimat. Istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan dan

Page 5: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

kegiatan tertentu. Umpamanya kata lengan dan tangan. Kedua kata

tersebut dalam bidang kedokteran memilki makna berbeda. Tangan

bermakna bagian dari pergelangan sampai jari tangan; sedangkan

lengan bagian dari pergelangan sampai kepaangkal bahu.

7.2.6 Makna Idiom dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat

‘diramalkan’ dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun

secara gramatikal. Contohnya bentuk membanting tulang bermakna

bekerja keras. Idiom dibedakan menjadi dua yaitu idiom penuh dan

idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya

sudah melebur menjadi satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki

berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya menjual gigi, meja hijau,

dan membanting tulang. Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu

unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Misalnya buku

putih yang bermakna ‘buku yang memuat keterangan resmi mengenai

suatu kasus’.

Peribahasa adalah idiom yang maknanya tidak dapat

“diramalkan” secara leksikal maupun gramatikal namun maknanya

masih bisa ditelusuri dari makna unsurnya karena adanya ‘asosiasi’

antar makna asli dengan makna sebagai peribahasa. Contohnya

peribahasa seperti anjing dan kucing yang bermakna ‘dikatakan ihwal

dua orang yang tidak pernah akur’

7.3 RELASI MAKNA

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara

satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat

berupa kata, frase, kalimat, dan relasi semantik itu dapat menyatakan

kesamaan makna, pertentangan, ketercakupan, kegandaan atau

kelebihan makna.

Page 6: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

7.3.1 Sinonim

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang

menyatakan kesamaan makna dan bersifat dua arah. Misalnya, antara

kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dengan frase duduk

perut. Ketidaksamaan makna yang bersinonim disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain:

I. Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat

klasik dengan kata komandan yang tidak cocok untuk koteks

klasik.

II. Factor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa

digunakan di mana saja, sedngkan beta hanya cocok digunakan

untuk wilayah Indonesia bagian timur.

III. Factor keformalan. Misalya kata uang yang dapat digunakan

dalam rangka formal dan tidak formal, sedangkan kata duit

hanya cocok untuk ragam tak formal.

IV. Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan

oleh siapa saja dan kepada siapa saja, sedangkan kata aku

hanya digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap

akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah

kedudukan sosialnya.

V. Factor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa

digunakan dalam kegiatan apa saja, sedangkan kata surya

hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.

VI. Factor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik,

menonton, meninjau yang masing-masing memiliki makna

yang tidak sama.

Page 7: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

7.3.2 Antonim

Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua ujaran

yang menyatakan kebalikan. Misalnya kata hidup berlawanan dengan

kata mati. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim dibagi menjadi:

i. Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya, kata hidup

berantonim secara mutlak dengan kata mati.

ii. Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata

besar dan kecil berantonim secara relatif.

iii. Antonim yang bersifat rasional. Umpamanya kata membeli dan

menjual, karena munculnya yang satu harus disertai dengan

yang lain.

iv. Antonim yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama

dan bintara berantonim berantonim secara hierarkial karena

kedua satuan ujaran yang berantonim itu berada dalam satu

garis jenjang.

Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki

pasangan antonim lebih dari satu. Umpamanya dengan kata berdiri

dapat berantonim dengan kata duduk, tidur, tiarap, jongkok, dan

bersila.

7.3.3 Polisemi

Polisemi adalah kata atau satuan ujaran yang mempunyai

makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala yang setidaknya

mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia, sesuai dalam kalimat

kepalanya luka kena pecahan kaca, (2) ketua atau pimpinan, seperti

dalam kalimat kepala kantor itu bukan paman saya.

7.3.4 Homonimi

Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang

bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena

masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.

Page 8: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Umpamanya, antara kata pacar yang bermakna ‘inai’ dan kata pacar

yang bermakna ‘kekasih’.

Pada kasus homonimi ini ada dua istilah lain yang biasa

dibicarakan, yaitu homofoni dan homografi. Homofoni adalah adanya

kesamaan bunyi (fon) antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan

ejaan. Contoh yang ada hanyalah kata bank ‘lembaga ‘keuangan’

dengan kata bang yang bermakna ‘kakak laki-laki’. Homografi adalah

mengacu pada bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan

maknanya tidak sama. Contohnya kata teras yang maknanya ‘inti’ dan

kata teras yang maknanya ‘bagian serambi rumah’.

Perbedaan polisemi dan homonimi adalah kalau polisemi merupakan

bentuk ujaran yang maknanya lebih dari satu, sedangkan homonimi

bentuk ujaran yang “kebetulan” bentuknya sama, namun maknanya

berbeda.

7.3.5 Hiponimi

Hiponim adalah kata khusus sedangkan hipernim adalah kata

umum. Contohnya kata burung merupakan hipernim, sedangkan

hiponimnya adalah merpati, tekukur, perkutut, balam, dan kepodang.

7.3.6 Ambiguiti Atau Ketaksaan

Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya

kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Misalnya,

bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi (1)

buku sejarah itu baru terbit, atau (2) buku itu memuat sejarah zaman

baru. Homonimi adalah dua buah bentuk atau lebih yang kebetulan

bentuknya sama, sedangkan ambiguiti adalah sebuah bentuk dengan

dua tafsiran makna atau lebih.

Page 9: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

7.3.7 Redundansi

Redundansi adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental

dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat bola itu ditendang

oleh Dika tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan bola itu

ditendang Dika. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap

redundansi, berlebih-lebihan.

7.4 PERUBAHAN MAKNA

Perubahan makna dapat terjadi oleh beberapa faktor, antara

lain:

1. Perkembangan bidang ilmu dan teknologi.

Misalnya kata berlayar dahulu mengandung makna

‘melakukan perjalanan dengan kapal atau perahu yang

digerakkan tenaga layar’, tetapi untuk sekarang pun masih

digunakan untuk menyebut perjalanan di air itu.

2. Perkembangan sosial budaya.

Misalnya kata sarjana dulu bermakna ‘orang cerdik pandai’;

tetapi kini kata sarjana itu hanya bermakna ‘orang yang telah

lulus dari perguruan tinggi’.

3. Perkembangan pemakaian kata.

Umpamanya, kata jurusan yang berasal dari bidang lalu lintas

kini digunakan juga dalam bidang pendidikan dengan

makna ;bidang studi, vak’.

4. Pertukaran tanggapan indra.

Misalnya, rasa pedas seharusnya ditanggapi dengan indra

perasa lidah menjadi ditanggapi oleh alat pendengar telinga,

seperti dalam ujaran kata-katanya sangat pedas.

5. Adanya asosiasii.

Maksudnya adalah adanya hubungan antar sebuah bentuk

ujaran dengan sesuatu yang lain yang berkenaan dengan bentuk

Page 10: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

ujaran tersebut. Misalnya, kata amplop. Makna amplop

sebenarnya adalah ‘sampul surat’. Tetapi dalam kalimat supaya

urusan cepat beres, beri saja amplop, amplop itu bermakna

‘uang sogok’.

Perubahan makna kata ada beberapa macam, yaitu:

Perubahan makna kata meluas. Umpamanya, kata baju pada

mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang

sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga

dapat bermakna berbeda bila yang dimaksud baju seragam

yang meliputi celana, sepatu, dasi, dan topi.

Perubahan makna kata menyempit. Misalnya kata sarjana dulu

bermakna ‘orang cerdik pandai’; tetapi kini hanya bermakna

‘orang yang telah lulus dari perguruan tinggi’.

Perubahan makna secara total. Umpamanya, kata ceramah dulu

bermakna ‘cerewet, banyak cakap’, sekarang bermakna ‘uraian

mengenai suatu hal di muka orang banyak’.

7.5 MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA

7.5.1 Medan Makna

Medan makna atau medan leksikal adalah seperangkat unsur

leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan

bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta.

Misalnya, nama-nama warna dan nama-nama alat-alat rumah tangga.

Medan makna dibagi menjadi dua, yaitu:

Medan Kolokasi

Menunjukkan hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata

atau unsur leksikal itu. Misalnya, kata-kata cabe, bawang,

terasi, garam, merica, dan lada berada dalm satu kolokasi,

yaitu yang berkenaan dengan bumbu dapur.

Medan Set

Page 11: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Menunjukkan hubungan paradigmatik karena kata-kata yang

berada dalam satu kelompok set itu saling bisa didistribusikan.

Misalnya, kata remaja yang merupakan tahap perkembangan

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

7.5.2 Komponen Makna

Setiap makna atau butir leksikal mempunyai makna, dan setiap

kata itu terdiri dari sejumlah komponen. Misalnya, kata ayah

mempunyai komponen makna /+manusia/, /+dewasa/, /+jantan/,

/+kawin/, /+punya anak/.

7.5.3 Kesesuaian Semantik dan Sintaktik

Misalnya:

Nenek membaca komik

+nomina +verba +nomina

+manusia +manusia +bacaan

+bacaan

Page 12: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

KAJIAN BAHASA INDONESIA SD

BAB 8

SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

Tahap-Tahap Studi Linguistik

Tahap pertama, tahap spekulasi

Pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris,

melainkan pada dongeng/cerita dan klasifikasi.

Tahap kedua, tahap observasi dan klasifikasi

Diadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang

diselidiki, tetapi belum sampai pada merumuskan teori.

Tahap ketiga, tahap perumusan teori

Membuat teori-teori, sehingga dapat dikatakan bersifat ilmiah.

8.1. LINGUISTIK TRADISIONAL

Linguistik tradisional dan linguistik struktural banyak dibicarakan

orang sebagai dua hal yang bertentangan sebagai akibat dari pendekatan

keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional

menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata

bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam

suatu bahasa tertentu.

Misalnya dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa tradisional

mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian;

sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang

dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .”.

8.1.1. LINGUISTIK ZAMAN YUNANI

Sejarah studi bahasa pada zaman Yunani sangat panjang, yaitu dari

lebih kurang abad ke-5 S.M sampai lebih kurang abad ke 2 M.

Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis

pada waktu itu adalah :

Page 13: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

a. Pertentangan antara bahasa bersifat alami (fisis) dan bersifat konvensi

(nomos)

Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan

asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti

di luar manusia itu sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang

menganut faham itu, berpendapat bahwa setiap kata mempunyai

hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Atau dengan kata lain,

setiap kata mempunyai makna secara alami, secara fisis.

Sebaliknya kelompok lain yaitu kaum konvensional, berpendapat

bahwa bahasa bersifat konvensi, artinya, makna-makna kata itu

diperoleh dari hasil-hasil tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang

mempunyai kemungkinan bisa berubah.

b. Pertentangan antara analogi dan anomali

Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa

bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang

dapat menyusun tata bahasa. Jika tidak teratur tentu yang dapat

disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu. Keteraturan itu

tampak, misalnya dalam pembentukan jamak bahasa Inggris : boy

boys, girl girls dan book books.

Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak

teratur. Kalau bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa

Inggris child menjadi children, bukannya childs; mengapa bentuk past

tense bahasa Inggris dari write menjadi wrote dan bukannya writed ?

8.1.1.1. KAUM SOPHIS

Kaum atau kelompok Sophis ini muncul pada abad ke-5 S.M.

Mereka dikenal dalam studi bahasa, antara lain karena :

a. Mereka melakukan kerja secara empiris;

b) mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunan ukuran-

ukuran tertentu;

c) mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa;

Page 14: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

d) mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna

Salah seorang tokoh Shopis, yaitu Protogoras, membagi kalimat

menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat laporan,

doa, dan undangan.

8.1.1.2. PLATO (429 – 347 S.M)

Plato yang hidup sebelum abad Masehi itu, dalam studi bahasa

terkenal antara lain, karena :

a) Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialog.

Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa

konvensional.

b) Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira : bahasa

adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata dan

rhemata.

c) Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan

rhema.

Onoma dapat berarti : (1) nama, dalam bahasa sehari-hari, (2) nomina,

nominal, dalam istilah tata bahasa, dan (3) subjek, dalam hubungan

subjek logis.

Rhema (bentuk tunggalnya rhemata), dapat berarti (1) ucapan, dalam

bahasa sehari-hari, (2) verba, dalam istilah tata bahasa, dan (3) predikat,

dalam hubungan predikat logis. Keduanya, onoma dan rhema,

merupakan anggota dari logos, yaitu kalimat dan klausa.

8.1.1.3. ARISTOTELES (384 – 322 S.M)

Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa

dia terkenal antara lain, karena :

a) Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat

gurunya, Plato yaitu dengan syndesmoi. Jadi menurut Aristoteles ada

tiga macam kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesma.

Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam

Page 15: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

hubungan sintaksis. Jadi syndesmoi itu lebih kurang sama dengan

kelas preposisi dan konjungsi.

b) Dia membedakan jenis kelamin kata (atau gender) menjadi tiga, yaitu

maskulin, feminin, dan neutrum.

Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia memberikan pengertian,

definisi, konsep, makna, dan sebagainya selalu berdasarkan logika.

8.1.1.4. KAUM STOIK

Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada

permulaan abad ke-4 S.M. Mereka terkenal antara lain, karena :

a) Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa

secara tata bahasa;

b) Mereka menciptakan istilah khusus untuk studi bahasa;

c) Mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu

(1) tanda, simbol, sign, atau semainon; (2) makna, apa yang disebut

semanomen, atau lekton; (3) hal-hal di luar bahasa, yakni benda atau

situasi;

d) Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari

fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal yaitu ucapan bunyi

bahasa yang mengandung makna;

e) Mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata

kerja, syndesmoi dan arthoron, yaitu kata-kata yang menyatakan

jenis kelamin dan jumlah;

f) Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak

komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif.

8.1.1.5. KAUM ALEXANDRIAN

Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa.

Oleh karena itulah dari mereka, kita mewarisi sebuah buku tata bahasa

yang disebut tata bahasa Dionysius thrax sebagai hasil mereka dalam

menyelidik kereguleran bahasa Yunani. Buku ini lahir lebih kurang

Page 16: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

tahun 100 S.M. Buku inilah yang kemudian dijadikan model dalam

penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya.

Sezaman dengan sarjana-sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400

S.M. Panini seorang sarjana hindu, telah menyusun lebih kurang 4.000

pemeriah tentang struktur bahasa Sanskerta dengan prinsip-prinsip dan

gagasan-gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern. Leonard

Bloomfield (1887 – 1949), seorang tokoh linguis struktural Amereka

menyebut Panini sebagai One of greatest monuments of the human

intelligence, karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyosi merupakan

deskripsi lengkap dari bahasa Sanskerta yang pertama kali ada.

8.1.2. ZAMAN ROMAWI

Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari

zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani dan munculnya kerajaan

Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal antara lain, Varro (116

– 27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan

karyanya Institutiones Grammaticae.

8.1.2.1. VARRO DAN “DE LINGUA LATINA”

Dalam Buku De Lingua Latina terdiri dari 25 jilid ini, dibagi dalam

bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis.

a) Etimologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata

beserta artinya. Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan

bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman, dan perubahan makna kata.

Kelemahan Varro dalam bidang etimologi ini adalah dia

menganggap kata-kata Latin dan Yunani berbentuk sama adalah

pinjaman langsung.

b) Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan

pembentukannya. Dalam menyusun kelas kata, Barro membagi kelas

kata Latin dalam empat bagian, yaitu :

- Kata benda, termasuk kata sifat, yakni kata yang disebut

berinfleksi kasus.

Page 17: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

- Kata kerja, yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi

“tense”.

- Partisipel, yakni kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata

benda dan kata kerja) yang berinfleksi kasus dan “tense”

- Adverbium, yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari

kata kerja) yang tidak berinfleksi.

Kategori kata kerja dibedakan atas tense, time, dan aspect serta aktif

dan pasif.

Menurut Varro, dalam bahasa Latin ada enam buah kasus, yaitu : (1)

nominativus, yaitu bentuk primer atau pokok; (2) genetivus, yaitu

bentuk yang menyatakan kepunyaan; (3) dativus, yaitu bentuk yang

menyatakan menerima; (4) akusativus, yaitu bentuk yang

menyatakan objek; (5) vokativus, yaitu bentuk sebagai sapaan atau

panggilan; dan (6) ablativus, yaitu bentuk yang menyatakan asal.

Varro membedakan adanya dua macam deklinasi (perubahan bentuk

kata berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah, dan jenis), yaitu :

1) Deklinasi naturalis, adalah perubahan yang bersifat alamiah, sebab

perubahan itu dengan sendirinya dan sudah berpola.

2) Deklinasi voluntaris adalah perubahan yang terjadi secara

morfologis bersifat selektif dan manasuka.

8.1.2.2. INSTITUTIONES GRAMMATICAE ATAU TATA BAHASA

PRISCIA

Buku tata bahasa Priscia ini yang terdiri dari 18 jilid (16 jilid

mengenai morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis) dianggap sangat

penting, karena :

a) Merupakan buku tata bahasa Latin yang paling lengkap yang

dituturkan oleh pembaca aslinya;

b) Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama

pembicaraan bahasa secara tradisional.

Page 18: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Beberapa segi formal bahasa yang patut dibicarakan mengenai buku ini,

antara lain adalah :

1) Fonologi

Dalam bidang ini pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang

disebut litterae, yaitu bagian terkecil dari bunyi yang dapat

dituliskan. Nama huruf-huruf itu disebut figurae. Sedangkan nilai

bunyi itu disebut protestas.

Bunyi itu dibedakan atas empat macam :

vox artikulata, bunyi yang diucapkan untuk membedakan makna

vox martikulata, bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukkan

makna.

vox litterata, bunyi yang dapat dituliskan baik yang artikulata

maupun yang martikulata.

vox ulitterata, bunyi yang tidak dapat dituliskan.

2) Morfologi

Yang dibicarakan dalam bidang ini antara lain mengenai dictio atau

kata, yaitu bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus

diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan.

Kata dibedakan atas delapan jenis yang disebut partes orationis,

yaitu :

a) Nomen, termasuk kata benda dan kata sifat menurut klasifikasi

sekarang.

b) Verbum, kata yang menyatakan perbuatan atau dikenai perbuatan.

c) Participium, kata yang selalu berderivasi dari verbum, mengambil

kategori verbum dan nomen.

d) Pronomen, kata-kata yang dapat menggantikan nomen.

e) Adverbium, kata-kata secara sintaksis dan semantik merupakan

atribut verbum.

f) Proepositio, kata-kata yang terletak di depan bentuk yang

berkasus.

Page 19: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

g) Interjectio, kata-kata yang menyatakan perasaan, sikap, atau

pikiran.

h) Conjunctio, kata-kata yang bertugas menghubungkan anggota-

anggota kelas kata yang lain untuk menyatakan hubungan

sesamanya.

3) Sintaksis

Bidang ini membicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun

kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Akhirnya

dapat dikatakan bahwa buku Instituiones Grammaticae ini telah

menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman pertengahan.

8.1.3. ZAMAN PERTENGAHAN

Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian

penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa Latin menjadi

Lingua Franta, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi,

dan bahasa ilmu pengetahuan. Dan zaman pertengahan ini yang patut

dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah peranan :

Kaum Modistae

Kaum Modistae ini masih pula membicarakan pertentangan antara fisis

dan nomos, dan pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka

menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat

reguler dan bersifat universal.

Tata bahasa spekulativa

Merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin (seperti

yang dirumuskan oleh Priscia) ke dalam filsafat skolastik.

Petrus Hispanus

Beliau pernah menjadi paus, yaitu tahun 1276 – 1277 dengan gelar

Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Perannya

dalam bidang linguistik, antara lain :

a) Dia telah memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa.

Page 20: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

b) Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen

substantivum dan nomen adjectivum.

c) Dia juga telah membedakan partes orationes atas categorematik dan

syntategorematik.

8.1.4. ZAMAN RENAISANS

Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini

yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu :

1) Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga

menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.

2) Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa

lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan,

penyusunan tata bahasa dan malah juga perbandingan.

8.1.5. MENJELANG LAHIRNYA LINGUISTIK MODERN

Dalam masa ini ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah

studi bahasa, yaitu dinyatakan adanya hubungan kekerabatan antara bahasa

Sanskerta dengan bahasa-bahasa Yunani, Latin dan bahasa-bahasa Jerman

lainnya. Dalam pembicaraan mengenai linguistik tradisional di atas, maka

secara singkat dapat dikatakan, bahwa :

a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara

bahasa ujaran dengan bahasa tulisan;

b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil

patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin;

c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah;

d) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan

logika;

e) Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk

selalu dipertahankan.

Page 21: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

8.2. LINGUISTIK STRUKTURALIS

Linguistik strukturalis berusaha mendiskripsikan suatu bahasa

berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini

adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru

terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh bapak linguistik

modern yaitu Fredinand de Saussure.

8.2.1. FERDINAND DE SAUSSURE

Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai bapak ling

modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya

Course de Linguistique Generale yang disusun dan diterbitkan oleh

Charles Bally dan albert Sechehay tahun 1915.

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep :

1) Telaah sinkronik dan diakronik

Telaan bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada

suatu kurun waktu tertentu saja. Sedangkan telaah bahasa secara

diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman

bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.

2) Perbedaan La Langue dan La Parole

La Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai

alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa,

sifatnya abstrak. Sedangkan yang dimaksud dengan La Parole adalah

pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota

masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain

daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang

yang lain.

3) Perbedaan signifiant dan signifie

Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul

dalam pikiran kita, sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan

makna yang ada dalam pikiran kita.

Page 22: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

4) Hubungan sintagmatik dan paradigmatif

Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang

terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat

linear. Sedangkan hubungan paradigmatik adalah hubungan unsur-

unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis

yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.

8.2.2. ALIRAN PRAHA

Aliran praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah seorang

tokohnya, yaitu Vilem Mathesius (1882 – 1945). Dalam bidang fonologi

aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan

fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri,

sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.

8.2.3. ALIRAN GLOSEMATIK

Aliran Glosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain : Louis

Hjemslev (1899 – 1965), yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure.

Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa

menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain dengan peralatan,

metodologis dan terminologis sendiri.

Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan,

dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.

8.2.4. ALIRAN FIRTHIAN

Nama John R. Firth (1890 – 1960) guru besar pada Universitas

London sangat terkenal karena teorinya mengenai fonologi prosodi.

Karena itulah, aliran yang dikembangkannya dikenal dengan nama aliran

Prosodi.

Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada

tataran fonetis. Fonologi prosodi terdiri dari satuan-satuan fonematis dan

satuan prosodi. Satuan-satuan fonematis berupa unsur-unsur segmental,

yaitu konsonan dan vokal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau

Page 23: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

sifat-sifat struktur yang lebih panjang dari pada suatu segmen tunggal. Ada

tiga macam pokok prosodi, yaitu :

1) Prosodi yang menyangkut gabungan fonem; struktur kata, struktur suku

kata, gabungan konsonan, dan gabungan vokal;

2) Prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda; dan

3) Prosodi yang realisasi fonetisnya melampui satuan yang lebih besar

daripada fonem-fonem suprasegmental.

8.2.5. LINGUISTIK SISTEMIK

Nama aliran linguistik sistemik tidak dapat dilepaskan dari nama

M.A.K Halliday, yaitu salah seorang murid Firth yang mengembangkan

teori Firth mengenai bahasa, khususnya yang berkenaan dengan segi

kemasyarakatan bahasa. Sebagai penerus Firth dan berdasarkan

karangannya Categories of the Theory of Grammar, maka teori yang

dikembangkan oleh Halliday dikenal dengan nama Neo-Firthian

Linguistics atau Scals and Category Linguistics. Namun kemudian ada

nama baru, yaitu Systemic Linguistics (SL).

Pokok-pokok pandangan systemic linguistic (SL) adalah :

Pertama, SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan

bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu terlaksana dalam bahasa.

Kedua, SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”. SL mengakui

pentingnya pembedaan langue dan parole. Langue adalah jajaran pikiran

yang dapat dipilih oleh seorang penutur bahasa, sedangkan parole

merupakan perilaku kebahasaan yang sebenarnya.

Ketiga, SL lebih mengutamakan pemberian ciri-ciri bahasa tertentu beserta

variasi-variasinya, tidak atau kurang tertarik pada semestaan bahasa.

Keempat, SL mengenal adanya gradasi atau kontinum.

Kelima, SL menggambarkan tiga tataran utama bahasa, yaitu :

1) Substansi

Yaitu suatu bunyi yang kita ucapkan waktu kita berbicara, dan

lambang yang kita gunakan waktu kita menulis.

Page 24: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Substansi bahasa lisan disebut substansi fonis, sedangkan tulis disebut

substansi grafis.

2) forma

Adalah susunan substansi dalam pola yang bermakna.

Forma terbagi dua, yaitu : a) leksis, yakni yang menyangkut butir-butir

lepas bahasa dan pola tempat butir-butir itu terletak; b) gramatika,

yakni yang menyangkut kelas-kelas butir bahasa dan pola-pola tempat

terletaknya butir bahasa tersebut.

3) Situasi

Situasi meliputi tesis, situasi langsung, dan situasi luas.

8.2.6. LEONARD BLOOMFIELD DAN STRUKTURALIS AMERIKA

Nama Leonard Bloomfield (1877 – 1949) sangat terkenal karena

bukunya yang berjudul Language (terbit pertama kali tahun 1933), dan

selalu dikaitkan dengan aliran struktural Amerika.

Beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran

strukturalisme :

1) Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama,

yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperlukan.

2) Sikap Bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim

filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika, yaitu filsafat

behaviorisme.

3) Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya

The Linguistics Society of America, yang menerbitkan majalah

Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.

Ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka yang sangat

menekankan pentingnya data yang objektif untuk memberikan suatu

bahasa.

8.2.2. ALIRAN TAGMEMIK

Aliran ini dipelopori oleh Kenneth L. Price, seorang tokoh dari

Summer Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan-pandangan

Page 25: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

Bloomfeld, sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga

antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dan sintaksis adalah tagmem.

Tagmem adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan

sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling diperlukan untuk

mengisi slot tersebut.

8.3. LINGUISTIK TRANFORMASIONAL DAN ALIRAN-ALIRAN

SESUDAHNYA

Dunia ilmu termasuk linguistik, bukan merupakan kegiatan yang statis,

melainkan merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang terus menerus

sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang selalu mencari kebenaran yang

hakiki.

Begitulah, linguistik struktural lahir karena tidak puas dengan

pendekatan dan prosedur yang digunakan linguistik tradisional dalam

menganalisis bahasa. Sekian puluh tahun linguistik struktural digandrungi

sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa,

walaupun model struktural itu pun tidak hanya satu macam.

8.3.1. TATA BAHASA TRANSFORMASI

Dapat dikatakan tata bahasa tranformasi lahir dengan terbitnya buku

Noam Chomsky yang berjudul Syntatic Structure pada tahun 1957 yang

kemudian diperkembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai

pihak, di dalam buku Chomsky yang kedua yang berjudul Aspect of the

Theory of Syntax pada tahun 1965.

Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah

merupakan teori dari bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus

memenuhi dua syarat, yaitu :

1) Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh

pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-

buat.

Page 26: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

2) Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan

atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa

tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik

tertentu.

8.3.2. SEMANTIK GENERATIF

Menjelang dasawarsa tujuh puluhan beberapa murid dan pengikut

Chomsky, antara lain Pascal, Lakoff, Mc Cawly, dan Kiparsky, sebagai

reaksi terhadap Chomsky, memisahkan diri dari kelompok Chomsky dan

membentuk aliran sendiri. kelompok Lakoff ini, kemudian terkenal dengan

sebutak kaum Semantik generatif.

Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan

sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu.

8.3.3. TATA BAHASA KASUS

Tata bahasa kasus atau teori kasus pertama kali diperkenalkan oleh

Charles J. Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case”

tahun 1968 yang dimuat dalam buku Bach, E. dan R. Harms Universal in

Linguistic Theory, terbitan Holt Rinehart and Winston.

Dalam karangannya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi

kalimat atas (1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek, dan

adverbia; dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan

sejumlah kasus. Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah

hubungan antara verba dengan nomina.

8.3.4. TATA BAHASA RELASIONAL

Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan

langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori

sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi.

Menurut Teori tata bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri

dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam

maujud (entity), yaitu :

Page 27: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

a) Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di

dalam suatu struktur;

b) Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama

relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam

hubungannya dengan elemen lain;

c) Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada

tataran yang manakan elemen-elemen itu menyandang relasi

gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.

8.4. TENTANG LINGUISTIK DI INDONESIA

Hingga saat ini bagaimana studi linguistik di Indonesia belum ada

catatan yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah

berlangsung lama dan cukup semarak.

8.4.1. Pada awalnya penelitian bahasa di Indonesia dilakukan oleh para ahli

Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan

pemerintahan kolonial.

8.4.2. Pendidikan formal linguistik di fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum

seberapa) dan di lembaga-lembaga pendidikan guru sampai akhir tahun

lima puluhan masih terpaku pada konsep-konsep tata bahasa tradisional

yang sangat bersifat normatif. Perubahan baru terjadi, lebih tepat disebut

perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern.

8.4.3. Pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior

berdirilah organisasi kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat

Linguistik Indonesia (MLI). Anggotanya adalah para linguis yang

kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau

swasta dan di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan.

8.4.4. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa nasional

Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia. Misalnya negeri

Belanda, London, Amerika, Jerman, Rusia, dan Australia banyak

dilakukan kajian tentang bahasa-bahasa Indonesia.

Page 28: 7 · Web viewUmpamanya, kata baju pada mulanya hanya bermakna ‘pakaian sebelah atas dari pinggang sampai ke bahu’ seperti pada kata baju batik; namun baju juga dapat bermakna

8.4.5. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa persatuan, dan

bahasa negara maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki tempat

sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di dalam negeri maupun di

luar negeri. Pelbagai segi dan aspek bahasa telah dan masih menjadi kajian

yang dilakukan oleh banyak pakar dengan menggunakan pelbagai teori

dan pendekatan sebagai dasar analisis. Dalam kajian bahasa nasional

Indonesia di Indonesia tercatat nama-nama seperti Kridalaksana, Kaswanti

Purwo, Dardjowidjojo, dan Soedarjanto, yang telah menghasilkan tulisan

mengenai pelbagai segi dan aspek bahasa Indonesia.