75546402 skripsi 1 pembuatan peta dan sistem informasi mengenai lahan menggunakan metode gis zi

24
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam hayati didefinisikan sebagai unsur-unsur di alam yang terdiri dari sumber-sumber alam nabati dan hewani yang bersama dengan unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk suatu ekosistem (Poolock, 1991). Salah satu bentuk-bentuk sumberdaya alam adalah kekayaan hutan yang dimiliki bangsa Indonesia. Pengelolaan sumberdaya hutan bertujuan untuk mendapatkan manfaat-manfaat penting dari hutan, diantaranya sebagai penghasil kayu dan vegetasi lainnya, satwa liar, tempat rekreasi, mencegah banjir dan erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan mengatur kondisi iklim dan lingkungan hidup (Worrel, 1970). Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan karakteristik sumberdaya alam ini yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya, sebab selain

Upload: bangblues-sibro

Post on 26-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

TRANSCRIPT

Page 1: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya alam hayati didefinisikan sebagai unsur-unsur di alam yang

terdiri dari sumber-sumber alam nabati dan hewani yang bersama dengan unsur

non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk suatu ekosistem

(Poolock, 1991). Salah satu bentuk-bentuk sumberdaya alam adalah kekayaan

hutan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Pengelolaan sumberdaya hutan bertujuan untuk mendapatkan manfaat-

manfaat penting dari hutan, diantaranya sebagai penghasil kayu dan vegetasi

lainnya, satwa liar, tempat rekreasi, mencegah banjir dan erosi, mempertahankan

kesuburan tanah, dan mengatur kondisi iklim dan lingkungan hidup (Worrel,

1970).

Hutan mempunyai banyak manfaat (multiple use) yang merupakan

karakteristik sumberdaya alam ini yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya,

sebab selain sebagai produksi kayu, hutan juga mempunyai berbagai fungsi

penting lainnya, sehingga dalam pengambilan keputusan mengenai macam

penggunaan hutan, perlu diperhatikan bahwa tidak semua lahan hutan cocok untuk

semua bentuk pemanfaatan (Suparmoko, 1989).

Hutan di Indonesia merupakan 75 % dari seluruh wilayah Indonesia atau

50% dari hutan tropika di Asia Tenggara dan 10 % dari seluruh wilayah hutan

tropika dunia. Hutan di Indonesia berdasarkan Tata Guna Lahan Kesepakatan

(TGHK) secara nasional seluas 144 juta hektar yang tersebar di berbagai pulau

1

Page 2: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

utama di Indonesia. Kawasan hutan seluas 144 juta hektar tersebut dalam

pembulatan presentase dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu 20 % sebagai hutan

konversi, 27 % sebagai hutan lindung, 9,8 % sebagai hutan suaka alam dan wisata

hutan, 17 % sebagai hutan produksi tetap, 16,1 % sebagai hutan produksi terbatas

(Arief, 2001).

Salah satu wilayah Sumatera Selatan yang memiliki hutan produksi adalah

Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hutan produksi terdapat di berbagai lahan seperti

lahan kering, rawa lebak, dan rawa gambut. Pengembangan hutan produksi sendiri

masih memiliki berbagai kendala seperti kondisi lahan yang terbatas dan

kemampuan lahan tidak merata, maka pengembangan lahan yang lestari dan

berkelanjutan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan sistem

perencanaan yang akurat dan terukur. Oleh karena itu semua faktor yang

mempengaruhi pengembangan hutan yang berkelanjutan, termasuk faktor

pendukung dan pembatas, perlu dipikirkan sejak awal dan dituangkan dalam

sebuah produk database dan peta.

Perkembangan penggunaan sumber daya lahan sampai saat ini di

Kabupaten Ogan Komering Ilir belum sepenuhnya memiliki kontribusi yang nyata

dalam meningkatkan produksi tanaman secara berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi

oleh kondisi lahan bervariasi berdasarkan letak geografis dan topografinya, yang

masing-masing sangat mempengaruhi produktifitas tanaman. Diperlukan

perencanaan yang matang dalam mengambil keputusan jenis tanaman yang akan

ditanam.

Page 3: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

Perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh

data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan. Penggunaan teknologi

berbasis komputer untuk mendukung perencanaan tersebut mutlak diperlukan

untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel

dan keruangan. Salah satu teknologi tersebut adalah Sistem Informasi Geografis

(SIG) yang memiliki kemampuan membuat model yang memberikan gambaran,

penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual.

Oleh karena itu maka untuk mendapatkan model, informasi dan gambaran

keruangan tentang komoditas yang cocok di Kabupaten Ogan Komering Ilir

secara cepat dan akurat, maka dilakukan kegiatan pembuatan peta dan sistem

informasi mengenai lahan menggunakan metode GIS.

B. Tujuan

Tujuan penelitian sistem informasi lahan rawa gambut hutan produksi

Pedamaran Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah :

Tujuan penelitian potensi dan pengembangan lahan hutan gambut melalui Sistem

Informasi Manajemen di Kabupaten Ogan Komering Ilir adalah:

1. Membuat database karakterisasi lahan hutan rawa gambut sebagai data dasar

dalam membuat suatu perencanaan pengelolaan lahan rawa sesuai dengan

karakteristik dan kemampuan lahan.

2. Mengidentifikasi potensi kesesuaian lahan terutama pada kawasan lahan hutan

produksi dan menyajikan data dan informasi yang lebih akurat, obyektif dan

lengkap sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam

pengembangan lahan hutan produksi.

Page 4: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

3. Membuat Sistem Informasi Manajemen Lahan hutan rawa gambut di bentang

lahan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

4. Memberikan alternatif kegiatan masyarakat dalam mengelolan kawasan hutan

secara baik dan berkesinambungan.

Page 5: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan

Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan dijumpai di daerah

tropis, subtropis, di dataran rendah maupun pegunungan bahkan di daerah kering

sekalipun. Pengertian hutan disini adalah suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan

hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu

kawasan dan membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam

keseimbangan dinamis.

Pengertian menurut pemerintah berdasarkan Undang-Undang Pokok

Kehutanan No.5 Tahun 1967 adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohonan

yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati, alam

lingkungannya dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan (Arief, 1994)

Menurut Arief (1994), hutan produksi adalah kawasan hutan yang khusus

dikelola untuk menghasilkan jenis-jenis hasil hutan tertentu sebagai keperluan

industri dan ekspor. Contohnya hutan jati (Tectona grandis), hutan pinus (Pinus

merkusii), hutan damar (Agathis loranthifolia), hutan mahoni(Swietenia sp.) dan

sonokeling (Dalbergia latifolia).

Hutan adalah masyarakat tetumbhan dan binatang yang hidup dalam

lapisan dan dipermukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk

suatu kesatuan eksosistem yang berada dalam keseimbangan dinamis (Arief,

1994).

4

Page 6: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) tahun 1999 total luas

hutan Indonesia adalah 120,34 juta hektar (WALHI, 2007). Departemen

Kehutanan telah mengalokasikan hutan produksi tidak produktif untuk usaha

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 5,4 juta ha. Hutan produksi tidak produktif

seluas 5,4 juta ha tersebut tersebar di 8 propinsi yang ada di 102 kabupaten di

daratan Sumatera dan Kalimantan, merupakan alokasi untuk tahap pertama. Untuk

realisasi pelaksanaannya terlebih dahulu akan dilakukan klarifikasi kondisi riil di

lapangan (Departemen Kehutanan, 2007) .

B. Lahan Gambut

a. Definisi

Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau atau lebak

yang menjorok masuk ke pedalaman sungai sampai sekitar 100 km atau sejauh

dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Jadi, lahan rawa dapat dikatakan sebagai

lahan yang mendapatkan pengaruh pasang surut air laut atau sungai sekitarnya.

Pada saat musim hujan, lahan tergenang sampai satu meter, tetapi pada musim

kemarau menjadi kering bahkan sebagian muka air tanah turun menjadi

kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah (Noor, 2004).

Dalam pengertian yang lebih luas, rawa digolongkan sebagai lahan basah

(wetlands) atau lahan bawahan (lowlands), tetapi tidak berarti bahwa lahan basah

atau lahan bawahan hanya rawa. Menurut Konversi Ramsar yang dimaksud

dengan lahan basah adalah daerah rawa, payau, gambut, atau badan perairan

lainnya, baik alami maupun buatan, yang airnya mengalir atau tergenang, bersifat

Page 7: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

tawar, payau atau salin, termasuk kawasan laut yang mempunyai kedalaman air

pada saat surut terendah tidak lebih dari enam meter (Ramsar dalam Noor, 2004).

Hutan Rawa Gambut Tropika pada umumnya disebut pula sebagai Hutan

Ramin, mengingat jenis ini sangat mendominasi tipe hutan ini, meskipun pola

sebarannya cenderung berubah mengikuti trend perubahan ketebalan lapisan

gambut. Jenis Ramin (Gonystilus bancanus) pada umumnya terkonsenterasi

berada di daerah dengan ketebalan lapisan gambut berkisar antara 0,5 - 5 meter.

Di daerah-daerah dimana ketebalan lapisan gambut mencapai 5 meteran, jenis ini

cenderung berkurang. Sedangkan untuk daerah-daerah peralihan (0,5 meter), jenis

Ramin ini berasosiasi dengan cukup significant dengan jenis Agathis dan

beberapa jenis Meranti Rawa (Anonim, 2007).

b. Sebaran Gambut

Luasan lahan gambut atau bergambut pada kondisi utuh dan asli

penutupan vegetasinya adalah identik dengan luas hutan rawa gambut, karena

pada hutan primer di lahan gambut merupakan sumber utama bahan organik

sebagai bahan utama gambut. Dengan demikian luasan lahan gambut ada awalnya

adalah sama dengan luas lahan gambut. Namun dengan perkembangan kebutuhan

manusia dan teknologi yang ada menusia mengelola lahan rawa gambut dan

sebagian besar terjadi degradasi lahan (Lopez dan Shanley, 2005).

Indonesia memiliki kawasan gambut dan lahan basah air tawar yang

sangat luas yaitu sekitar 19 juta hektar atau 10 persen luas wilayah negara.

Delapan puluh sembilan persen diantaranya berupa lahan gambut yang sebagian

besar terletak di Papua Barat, Sumatera, dan Kalimantan. Lahan-lahan basah

Page 8: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

tropis ini secara alami tertutup rapat oleh vegetasi hutan dan seringkali memilki

jenis kayu bernilai tinggi (Chokkalingam dan Suyanto, 2004).

Daerah sebaran Hutan Rawa Gambut Tropika ini meliputi semua hutan

alam yang tumbuh pada hutan rawa bergambut (organik), terletak pada delta-delta

sungai (mencapai 5.000 meter dari tepi sungai) dan diantara tipe penyusun tanah

alluvial dengan jenis podzol, dengan ketebalan lapisan gambut yang bervariasi

yang mempengaruhi tipe penyusun vegetasi yang tumbuh di atasnya.

Penyebaran tanah gambut biasanya mengikuti pola landform yang

terbentuk diantara dua sungai besar, diantaranya berupa dataran rawa pasang surut

dan dataran gambut (dome). Landform tersebut terletak dibelakang tanggul sungai

(leeve). Tanah gambut yang menyebar langsung di belakang tanggul sungai dan

dipengaruhi oleh luapan air sungai disebut gambut topogen, sedangkan yang

terletak jauh di pedalaman dan hanya dipengaruhi oleh air hujan biasa disebut

gambut ombrogen.

c. Proses Pembentukan

Tanah gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan

organik melebihi proses mineralisasi yang biasanya terjadi pada

kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi

oksigen dalam tanah terhambat. Hal tersebut akan memperlambat

proses dekomposisi bahan organik dan akhirnya bahan organik itu

akan menumpuk (Chotimah, 2002). Gambut terbentuk dari seresah

organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju penambahan bahan

organik lebih tinggi daripada laju dekomposisinya. Di dataran rendah dan daerah

Page 9: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

pantai, mula-mula terbentuk gambut topogen karena kondisi anaerobik yang

dipertahankan oleh tinggi permukaan air sungai, tetapi kemudian penumpukan

seresah tanaman yang semakin bertambah menghasilkan pembentukan hamparan

gambut ombrogen yang berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen di Indonesia

terbentuk dari seresah vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun,

sehingga status keharaannya rendah dan mempunyai kandungan kayu yang tinggi

(Radjagukguk, 1990).

d. Karakteristik Gambut

Analisis laboratorium bahan organik dinyatakan dalam kadar karbon 12-

18% atau lebih. Makin tinggi kadar karbon, bahan organik dapat dikatakan masih

segar, sedangkan makin kecil kadar karbon maka bahan organik makin lanjut

pelapukannya dan disebut dengan humus (Rismunandar, 2001).

Tanah gambut di Indonesia pada umunya mempunyai reaksi kemasaman

tanah (pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Hasil

analisis di berbagai wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya,

memperlihatkan bahwa Histosols menunjukkan reaksi tanah masam ekstrim (pH

3,5 atau kurang) sampai sangat masam sekali (pH 3,6 – 4,5). Kandungan bahan

organik di seluruh lapisan, sangat tinggi ( 6 – 91 %) dan kandungan nitrogen di

seluruh lapisan gambut, sebagian besar, juga sangat tinggi (>75 %), rasio C/N

tergolong tinggi sampai sangat tinggi (16 – 69), yang berarti walaupun kandungan

N tinggi, tetapi dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Kandungan P dan K-

potensial lapisan atas (0 -50 cm) sedang sampai tinggi, lebih baik dari pada

Page 10: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

lapisan bawah yang umumnya rendah. Pada gambut dangkal dan gambur eutrofik

kandungan potensial kedua unsur tersebut termasuk sedang sampai tinggi.

Kriteria kadar abu dari Fliescher in Widjaja-Adhi (1986) yang menyatakan

bahwa gambut eutropik, mesotropik, dan oligotropik mempunyai kadar abu

masing-masing sekitar 10,5 dan 2 %. Jumlah basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K,

dan Na) sebagian besar tergolong sangat rendah sampai rendah. KTK tanah

karena kandungan bahan organik tinggi, semuanya menunjukkan nilai sangat

tinggi (60 – 350 Cmol(+)kg-1 tanah. Namun sebaliknya, KB-nya semuanya

termasuk sangat rendah (1-5%). Dengan demikian, disimpulkan bahwa potensi

kesuburan alami tanah gambut adalah sangat rendah sampai rendah.

Sifat kimia tanah gambut mempunyai sifat fisik yang sangat dipengaruhi

oleh tingkat dekomposisinya. Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah

berkisar antara 0,05 – 0,25 gcm-3, semakin lemah tingkat dekomposisinya

semakin rendah berat isi (BD), sehingga daya topang terhadap bebadan diatasnya

seperpti tanmana, banguanan irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah

rendah. Gambut yang sudah direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara

0,1 – 0,4 gcm-3 (Subagyono et al., 1997). Porositas tanah tinggi, penyusutan

volume tanah gambut (irreversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila

tergenang akan mengembang dan hanyut terbawa arus.

Menurut Subagjo (2002), tanah gambut mempunyai pori-pori dan kapiler

yang tinggi, sehingga mempunyai daya menahan air yang sangat besar. Dalam

keadaan jenuh kandungan air tanah gambut dapat mencapai 4,50-30 kali bobot

keringnya. Meskipun pada musim kemarau, tanah gambut masih tetap lembab

Page 11: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

dengan kadar air tinggi. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang optimal bagi

pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pengambilan sampel pada kondisi lembab

akan lebih mendekati keadaan di lapangan. Sifat fisik juga sangat berkaitan

dengan aspek teknik pembangunan rumah, pembuatan dan pemeliharaan jalan,

serta pembuatan saluran drainase dan irigasi (Widjaja, 1984).

Kualitas tanah gambut sangat bergantung pada vegetasi yang

menghasilkan bahan organik pembentuk tanah gambut, bahan mineral yang

berada dibawahnya, faktor lingkungan tempat terbentuknya tanah gambut dan

proses pembentukan tanahnya. Di daerah tinggi atau dingin bahan organik yang

terbentuk lebih halus atau mudah melapuk daripada di dataran rendah atau pantai.

Makin halus kadar serat bahan organik berarti yang berombak makin tinggi,

sehingga pada umumnya kualitas gambut makin baik (Rismunandar, 2001).

Pada pengelolaan tanah gambut untuk usaha pertanian, yang

pertama harus diperhatikan adalah dinamika sifat-sifat fisika dan

kimia tanah gambut, terutama sifat kimia yang berhubungan

dengan manajemen air tanah, antara lain (1) dinamika sifat

kemasaman tanah yang dikaitkan dengan pengendalian asam-asam

organik meracun, dan (2) dinamika kesuburan tanah sehubungan

dengan ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan

tanaman yang diusahakan (Sabiham, 1996).

e. Klasifikasi Tanah Gambut

Menurut Soil Survey Staff (1990) tanah gambut termasuk ordo Histosol

yang dibedakaan lagi ke dalam sub ordo, great group, sub group dan famili. Sub

Page 12: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

group terdiri dari Folist, Fibrist, Hemist dan Saprist. Pembagian pada tingkat ordo

lebih menekankan kepada tingkat kematangan gambut. Dalam klasifikasi tanah

Soepraptohardjo (1961a dan 1961b) disebut tanah organosol, dan biasa

masyarakat menyebutnya dalam tanah rawang, atau tanah sepuk spok (Subagyo et

al., 2000). Tingkat dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh

kandungan serat. Pengertian taraf dekomposisi bahan organik

tanah yang lebih jelas dikemukakan Widjaja (1988).

Yang dimaksud dengan fibrik adalah bahan organik tanah

yang sangat sedikit terdekomposisi yang mengandung serat

sebanyak 2/3 volume. Bobot volume fibrik lebih kecil dari 0.075 g

cm-3 dan kandungan air tinggi jika tanah dalam keadaan jenuh air.

Saprik adalah bahan organik yang terdekomposisi paling lanjut yang

mengandung serat kurang dari 1/3 volume dan bobot isi saprik

adalah 0.195 g cm-3, sedangkan hemik adalah bahan organik yang

mempunyai tingkat dekomposisi antara fibrik dengan saprik dengan

bobot isi 0.075 sampai 0.195 g cm-3.

Pusat Penelitian Tanah (1983), memasukkan tanah gambut kedalam tanah

organosol yang dibedakan kedalam tiga macam yaitu : 1) Organosol Fibrik, ialah

tanah organosol yang didominasi oleh bahan fibrik sedalam 50 cm atrau berlapis

sampai 80 cm dari permukaan; 2) Organosol Hemik ialah tanah organosol yang

didominasi bahan hemik sedalam 50 cm atau berlapis sampai 80 cm dari

permukaan; dan 3) Organosol Saprik, ialah tanah organosol selain organosol

fibrik maupun hemik yang umumnya didominasi oleh bahan saprik.

Page 13: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

Untuk menentukan kematangan gambut di lapangan

ditentukan melalui sidik cepat.

a. Berdasarkan Kadar Air Maksimum (KAM)

1. Fibrik – KAM 850 - > 3.000 % berat

Warna coklat kekuningan muda, coklat tua, atau coklat

kemerahan

2. Hemik – KAM 450 – 850 %

Warna coklat tua, atau coklat kemerahan

3. Safrik – KAM < 450 %

Warna coklat tua, coklat kehitaman, atau hitam

b. Berdasarkan Kadar Serat

Kematangan Kadar Serat Utuh Kadar Serat GosokFibrik > 66% > 75 %Hemik 33 – 66 % 15 – 75%Saprik < 33% < 15 %

Berdasarkan kualitasnya tanah gambut dibagi menjadi 3 macam, yaitu

gambut eutropik, mesotropik, dan oligotropik. Gambut Eutropik terdiri dari

gambut topogenus yaitu gambut yang terbentuk di daerah pedalaman dataran

pantai atau dapat juga di daerah dataran pasang surut, sehingga gambut ini relatif

subur. Gambut topogenus dicirikan oleh akumulasi bahan organik yang tidak

terlalu tebal, yang berkisar antara 0,5 – 2,0 m, dan biasanya dijumpai pada

landform dataran gambut atau pada sisi kubah gambut. Gambut mesotropik dan

gambut oligotropik terdiri dari gambut ombrogenus yang terbentuk dari tumpukan

bahan organik yang tidak dipengaruhi oleh luapan air sungai dan biasanya

membentuk kubah gambut (dome), serta memiliki ketebalan > 2 m (Siswanto et

al., 2006).

Page 14: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

f. Fungsi Hutan Rawa Gambut

Maltby (1997), menekankan perlunya pengelolaan terpadu dan

pemanfaatan yang berkelanjutan untuk lahan gambut tropika. Hutan Rawa

Gambut mempunyai banyak fungsi yaitu pengamanan biodiversitas dan habitat

kehidupan liar (wildlife), serta pemeliharaan lingkungan dan landscape, seperti

penyimpanan karbon bumi (global carbon storage), pengatur iklim skala mikro

dan meso, penyimpan dan pemasok air, pengaturan aliran, pencegahan banjir,

pencegahan intrusi air asin, dan sumbangan pendapatan bagi masyarakat lokal dari

hasil hutan (damar, rotan, kayu, perikanan). Disamping itu merupakan “gudang”

plasma nutfah dan genes, serta sumber tanaman obat-obatan tradisional yang

potensial. Ada bagian lahan gambut yang lebih sesuai untuk konservasi alam dan

lingkungan hidupm dan ada bagian yang masih sesuai utuk poenggunaan

pertanian. Wilayah yang potensial untuk pengembangan pertanian harus dipilih

secara hati-hati, dan umumnya terbatas pada gambut topogen dangkal dengan

sisipan tanah mineral, dan atau pada gambut dangkal di wilayah pinggiran kubah

gambut (peatswamp).

C. Rawa Lebak

a. Defenisi

Lahan rawa merupakan dataran rendah yang pada musim hujan digenangi

air dan pada musim kemarau menjadi daratan dengan kondisi seperti hanya dapat

ditanami 1 kali dalam 1 tahun. Perbedaannya dengan danau ialah, bahwa rawa

tertumbuhi tumbuhan (pohon, glagah, rumput, tumbuhan akuatik), genangannya

secara nisbi dangkal dan ladang (stagnant), dan tanah dasarnya berupa lumpur.

Page 15: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

Swamp ialah rawa yang tertumbuhi pohon di sana sini dan lebih bersifat

tumpat air daripada tergenang. Menurut pengertian Amerika, swamp ialah rawa

bergambut, yang di Inggris dinamakan bog atau morass. Ada rawa yang

genangannya dipertahankan oleh air permukaan ( runoff) atau luapan sungai yang

berlangsung secara berkala. Tebal air genangan rawa ini berfluktuasi menurut

musim hujan dan kemarau.

Page 16: 75546402 Skripsi 1 Pembuatan Peta Dan Sistem Informasi Mengenai Lahan Menggunakan Metode GIS Zi

TIP CEPAT LULUS SKRIPSI :1. Pilih 5 judul yang menurut anda paling anda sukai2. Ajukan ke Dosen Pembimbing 3. Donwload Skripsi yang telah di Acc oleh Dosen4. Insya Alloh 2 minggu kemudian anda di wisuda5. Tidak percaya ???? Bisa anda buktikan disini !Semoga bermanfaat.

UNTUK MEMPEROLEH FULL CONTENT DALAM BENTUK DOC FILE :

Rp. 100.000 per judul skripsiRp. 200.000 per judul tesis

ANGGAP UNTUK GANTI PENGETIKAN SKRIPSI/TESIS LENGKAP DALAM FORM DOC

Pemesanan melalui Transfer ke :

BRI SYARIAH Cabang KediriNo. Rek : 1004172945A/n : Moch. Ircham

Contact Person :Home : (0345) 671672, Flexi : (0354) 7072876, 085649109445E-mail: [email protected] = irchamgroup

BILA JUDUL DAN ISI BELUM SESUAI, JANGAN KECEWA!!

ANDA BISA MENCARINYA DI SEARCH ENGINE KAMIPADA www.pusatskripsitesis.wordpress.com

ADA BANYAK LINK YANG MUNGKIN SESUAI DENGAN JUDUL

ANDA

SEMOGA BERMANFAAT