8096-26265-1-pb

22
NASKAH PUBLIKASI UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSAN ESTERIA ROSLINA HUTABARAT I 11110033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2014

Upload: doddy-novriadie

Post on 30-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ggg

TRANSCRIPT

Page 1: 8096-26265-1-PB

NASKAH PUBLIKASI

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA(Aloe vera L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTARYANG DIINDUKSI ALOKSAN

ESTERIA ROSLINA HUTABARATI 11110033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2014

Page 2: 8096-26265-1-PB

LEMBAR PENGESAHANNASKAH PUBLIKASI

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA(Aloe vera L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTARYANG DIINDUKSI ALOKSAN

TANGGUNG JAWAB YURIDIS MATERIAL PADA:

ESTERIA ROSLINA HUTABARATNIM I11110033

DISETUJUI OLEH

PEMBIMBING UTAMA

dr. Pandu Indra Bangsawan, M.KesNIP. 19821126 201212 1 002

PEMBIMBING KEDUA

dr. Widi Raharjo, M.KesNIP. 19620601 198803 1 014

Mengetahui,Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas KedokteranUniversitas Tanjungpura

dr. Ita ArmyantiNIP. 19811004 200801 2 011

Page 3: 8096-26265-1-PB

1

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA(Aloe vera L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTARYANG DIINDUKSI ALOKSAN

Esteria Roslina Hutabarat1; Pandu Indra Bangsawan2; Widi Raharjo3

Intisari

Latar Belakang: Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolikyang ditandai dengan kondisi hiperglikemia. Gel yang diperoleh dari daun lidahbuaya (Aloe vera L.) memiliki kandungan metabolit sekunder yang dapatmenurunkan kadar glukosa darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untukmengetahui efek hipoglikemik dan dosis efektif ekstrak etanol daun lidah buayapada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan dibandingkan denganmetformin. Metodologi: Penelitian ini merupakan eksperimental randomized pre-test post-test controlled group design. Sebanyak 30 ekor tikus putih jantan galurWistar dibagi secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif(CMC 0,5%), kontrol positif (metformin), dosis I (250 mg/kgBB), dosis II (500mg/kgBB) dan dosis III (1000 mg/kgBB). Seluruh kelompok perlakuan diinduksidengan aloksan terlebih dahulu sampai kadar glukosanya mencapai >200 mg/dl.Perlakuan diberikan selama 7 hari. Data dianalisis menggunakan uji One-wayAnova yang dilanjutkan dengan uji Post-Hoc LSD. Hasil: Berdasarkan skriningfitokimia ekstrak etanol daun lidah buaya mengandung flavonoid, alkaloid,saponin, glikosida. Hasil analisa menunjukkan perbedaan yang bermakna rata-ratakadar glukosa kelompok kontrol (negatif dan positif) dengan kelompok dosis I, IIdan III ekstrak etanol daun lidah buaya (p<0,05) pada hari ke-8. Tidak ditemukanperbedaan bermakna antara dosis I dengan dosis II, dosis I dengan dosis III dandosis II dengan dosis III. Kesimpulan: Ekstrak etanol daun lidah buaya memilikiefek penurunan kadar glukosa yang lebih baik dibandingkan dengan metforminpada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan dengan dosis efektif250 mg/kgBB.

Kata Kunci: Aloe vera L., kadar glukosa darah, ekstrak etanol daun lidah buaya,induksi aloksan.

1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, UniversitasTanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

2) Departemen Farmakologi, Program Studi Pendidikan Dokter, FakultasKedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

3) Departemen Kedokteran Komunitas, Keluarga dan Kesehatan Masyarakat,Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, UniversitasTanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

Page 4: 8096-26265-1-PB

2

THE HYPOGLYCEMIC EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT FROMLIDAH BUAYA LEAVES (Aloe vera L.) AGAINST BLOOD GLUCOSE

LEVEL ON WHITE MALE WISTAR RAT (Rattus norvegicus)AFTER ALLOXAN INDUCTION

Esteria Roslina Hutabarat1; Pandu Indra Bangsawan2; Widi Raharjo3

Abstract

Background: Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized byhyperglycemia. Gel from lidah buaya leaves (Aloe vera L.) contain secondarymetabolites compound which reduce blood glucose level. Objective: The aim ofthis study is to investigate the hypoglycemic effect and find effective dose ofethanolic extract from lidah buaya leaves on male wistar rats after alloxaninduction compared with metformin as positive control. Method: The researchwas a randomized pre-test post-test controlled group design experiment. Thirtywistar rats was randomly divided into 5 experimental group, negative control(CMC 0,5%), positive control (metformin), dose I (250 mg/k gBW), dose II (500mg/kgBW, and dose III (1000 mg/kgBW). All groups were induced with alloxan toa glucose level approximately more than 200 mg/dl. Treatments wereadministered for 7 days. The data were analyzed by One-way Anova testcontinued with LSD Post Hoc test. Result: From the phytochemical screeningresult, lidah buaya leaves ethanolic extract contain flavonoid, alkaloid, saponin,glycoside. Statistical analysis showed significant difference between averageglucose level from control group (negative and positive) against dose I group,dose II group and dose III group (p<0,05) at day-8. Significant differencebetween dose I group and dose II group, dose I group and dose III group, dose IIgroup and dose III group, is not found Conclusion: Ethanolic extract from lidahbuaya leaves has hypoglycemic effect better than metformin on white male wistarrats after alloxan induction with effective dose at 250 mg/kgBW.

Key Words: Aloe vera L., blood glucose level, ethanolic extrct from lidah buayaleaves, alloxan induction

1) Medical School, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura Pontianak,Kalimantan Barat

2) Department of Pharmacology, Medical School, Faculty of Medicine,Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat

3) Departement of Community Health, Family Health and Public Health,Medical School, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura Pontianak,Kalimantan Barat

Page 5: 8096-26265-1-PB

3

PENDAHULUANDiabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai

dengan kondisi hiperglikemia sebagai akibat kelainan pada sekresi insulin,

kerja insulin, ataupun keduanya. Kondisi hiperglikemia yang kronis dapat

mengakibatkan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan organ-organ tubuh

lainnya terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.1

Penyandang diabetes melitus di dunia pada tahun 2010 berjumlah 285

juta orang, meningkat menjadi lebih dari 371 juta orang pada tahun 2012,

dan diperkirakan akan mencapai 439 juta orang pada tahun 2030.2,3,4

Peningkatan jumlah kasus diabetes melitus terjadi di hampir setiap negara

seiring dengan pertumbuhan populasi, urbanisasi, tingginya prevalensi

obesitas dan perubahan gaya hidup.3,5 Prevalensi nasional diabetes

melitus di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 5,7% dengan Kalimantan

Barat menduduki posisi tertinggi di tingkat provinsi yaitu sebesar 11,1%.6

Diabetes melitus dapat menimbulkan kematian dini dan komplikasi seperti

kebutaan, amputasi, penyakit ginjal, penyakit kardiovaskular serta

menghabiskan biaya yang cukup besar. Penyandang diabetes melitus

mempunyai jadwal berkunjung ke layanan kesehatan, menggunakan

banyak obat-obatan, memiliki kecenderungan yang tinggi untuk dirawat di

rumah sakit dan membutuhkan perawatan jangka panjang.7

Peningkatan jumlah kasus diabetes melitus dan komplikasi dari penyakit

ini penting diperhatikan. Berbagai tatalaksana diperlukan untuk

menurunkan glukosa darah kembali ke kadar yang normal, meliputi

perubahan gaya hidup, peningkatan aktifitas fisik, modifikasi diet dan

terapi farmakologis.8 Sejak tahun 1954-1956, telah ditemukan sulfonilurea

yang dapat meningkatkan sekresi insulin tetapi penggunaan obat

hipoglikemik oral dan suntikan insulin memiliki berbagai efek samping

seperti hipoglikemia, lipoatrofi, lipohipertrofi, asidosis laktat, gangguan

gastrointestinal dan reaksi alergi.9

Lidah buaya sudah lama digunakan sebagai obat diabetes di India dan

Arab. Gel yang diperoleh dari bagian dalam daun lidah buaya

Page 6: 8096-26265-1-PB

4

mengandung mineral seperti Cr, Zn dan Mn yang meningkatkan

sensitivitas insulin. Lidah buaya mengandung komponen antioksidan

seperti senyawa fenol, flavonoid, vitamin C dan vitamin E yang berperan

dalam penurunan glukosa darah pada tikus yang diinduksi dengan

aloksan. Selain itu, lidah buaya juga memiliki efek antihiperkolesterol dan

antioksidatif.10

Tanaman lidah buaya mudah ditemukan di Indonesia khususnya di

Kalimantan Barat yang dikenal sebagai sentra lidah buaya nasional. Dua

jenis aloe yang banyak digunakan di dunia sebagai suplemen nutrisi dan

kesehatan yaitu Aloe arborescens dan Aloe barbadensis (Aloe vera L.)

sehingga dalam penelitian ini akan digunakan jenis Aloe vera L.11

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hipoglikemik ekstrak

etanol daun lidah buaya (Aloe vera L.) pada tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan dibandingkan

dengan metformin serta menentukan dosis efektif ekstrak etanol daun

lidah buaya yang dapat memberikan efek hipoglikemik.

BAHAN DAN METODE

AlatAlat yang digunakan adalah kandang tikus, sonde oral, spuit injeksi,

spektrofotometer, alat sentrifuge, timbangan analitik, timbangan hewan,

blender, kaca arloji, mikropipet, evaporator, gelas ukur, batang pengaduk,

corong pisah, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, bejana

maserasi, microtube, tabung mikrohematokrit, sarung tangan, toples, UV

sterilization.

BahanBahan yang diperlukan adalah daun lidah buaya, metformin, aloksan,

etanol 96%, pakan tikus, akuades, kloralhidrat, aluminium foil, HCl,

CH3COOH glacial, pereaksi Meyer, serbuk magnesium, H2SO4, FeCl3 5%,

Page 7: 8096-26265-1-PB

5

CMC, kloroform, alkohol 70%, NaCl 0,9%, pereaksi Molisch, kertas saring,

kapas, putih telur ayam.

Hewan UjiTikus yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Wistar. Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar

yang diambil dari sebanyak 30 ekor dengan umur 2-3 bulan dan berat

badan 150-200 gram.

Metode

Pengambilan TanamanSampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun lidah buaya (Aloe

vera L.). Pelepah yang akan diambil adalah pelepah yang besar dan

cukup umur (10-12 bulan). Tanaman diambil dari Aloe Vera Center yang

berada di Jalan Budi Utomo Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan

Barat.

Determinasi TanamanTanaman yang digunakan pada penelitian ini diidentifikasi di Laboratorium

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Tanjungpura Pontianak.

Pembuatan Simplisia Daun Lidah BuayaDaun lidah buaya utuh yang masih segar dicuci dengan air mengalir,

dibersihkan dari kulit kemudian dicuci lagi dengan air mengalir sampai

terbebas dari getah/lateks yang keluar dari daun saat dilakukan

pemotongan. Daging daun lidah buaya ditimbang dalam keadaan kering

sesuai dengan berat yang dikehendaki, dipotong kecil-kecil kemudian

Page 8: 8096-26265-1-PB

6

diblender hingga halus seperti jus. Lidah buaya yang sudah diblender lalu

dihitung volumenya di dalam gelas ukur .

Pemeriksaan Karakteristik SimplisiaPemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan mikroskopik dan

pemeriksaan makroskopik

Pembuatan Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera)Proses maserasi dimulai dengan mencampurkan simplisia lidah buaya

dengan pelarut etanol 96% sampai terendam di dalam bejana yang

terbuat dari gelas atau baja tahan karat. Bejana ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari terlindung cahaya sambil sesekali diaduk. Pelarut diganti

setiap 1x24 jam. Hasil maserasi dikumpulkan dan disaring. Pemekatan

dilakukan dengan rotary evaporator pada suhu 55ºC hingga diperoleh

ekstrak daun lidah buaya.

Skrining FitokimiaPemeriksaan fitokimia yang dilakukan adalah pemeriksaan flavonoid,

alkaloid, tanin, glikosida, saponin dan steroid/triterpenoid.

Pengujian Efek Hipoglikemik

Adaptasi Hewan UjiHewan percobaan diaklimatisasikan selama 1 minggu dengan pemberiaan

makan pakan standar dan minum ad libitum. Hewan percobaan dibagi

secara acak menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 ekor

tikus.

Induksi AloksanTikus diberikan diet tinggi protein (1 butir putih telur untuk setiap ekor tikus

setiap harinya) selama 1 minggu setelah aklimatisasi kemudian diinduksi

Page 9: 8096-26265-1-PB

7

dengan aloksan secara intraperitoneal dengan dosis 155 mg/kgBB untuk

memicu diabetes. Tikus yang diabetes ditandai dengan kadar glukosa

darah lebih dari 200 mg/dl.

Uji Efek Hipoglikemik

Perlakuan dengan ekstrak etanol daun lidah buaya dosis 1 (250

mg/kgBB), dosis 2 (500 mg/kgBB), dosis 3 (1000 mg/kgBB) pada

kelompok uji dan perlakuan dengan metformin pada kelompok kontrol

positif serta perlakuan dengan CMC 0,5% pada kelompok kontrol negatif

dilakukan selama 7 hari. Sebelum diambil darahnya, tikus dipuasakan

selama 8-12 jam. Darah diambil melalui sinus retroorbita. Pengukuran

kadar glukosa dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pada saat awal (setelah

aklimatisasi), 3 hari pasca induksi aloksan (pre-test), pada hari ke-4

perlakuan (post-test 1) dan pada hari ke-8 perlakuan (post-test 2).

Pemeriksaan kadar glukosa menggunakan spektrofotometer dengan

metode GOD-PAP.

HASIL

Pemeriksaan MakroskopikPemeriksaan makroskopik merupakan pemeriksaan organoleptik yang

meliputi warna, bau dan rasa yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan organoleptik

No. Pemeriksaan Pengamatan1. Warna Hijau2. Bau Khas3. Rasa Agak Pahit

Page 10: 8096-26265-1-PB

8

Pemeriksaan Mikroskopik

(A) Gel lidah buaya (B) Lapisan musilago

Gambar 1. Gambaran Mikroskopik Daun Lidah Buaya

Pembuatan Ekstrak Etanol 96% Daun Lidah Buaya (Aloe vera)Daging daun lidah buaya sebanyak 5 kg dipotong kecil-kecil kemudian

diblender hingga halus menjadi 5 liter jus lidah buaya. Pembuatan ekstrak

menggunakan etanol 96% dan dilakukan dengan cara maserasi. Hasil

yang didapatkan selama 5 hari maserasi yaitu 10 liter maserat, kemudian

dilanjutkan dengan proses pemekatan menggunakan rotary evaporator

sehingga diperoleh ekstrak kental daun lidah buaya sebanyak 378 gr. Dari

hasil tersebut, didapatkan rendemen ekstrak daun lidah buaya sebesar

7,56%.

Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Lidah BuayaHasil skrining fitokimia ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera) dapat dilihat

pada Tabel 2.

Page 11: 8096-26265-1-PB

9

Tabel 2. Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Lidah Buaya

No Senyawa yangDiuji

Hasil

1 Flavonoid +2 Tanin -3 Alkaloid +4 Steroid -5 Terpenoid -6 Glikosida +7 Saponin +

Pengujian Efek HipoglikemikBerikut ini adalah rerata kadar glukosa darah tiap kelompok pada setiap

waktu pengukuran.

Tabel 3. Rerata Kadar Glukosa Darah 6 Ekor Tikus pada Tiap Kelompok

KelompokKadar Glukosa Darah Tikus (Mean±SD)

Glukosaawal

Glukosapre-test

Glukosapost-test 1

Glukosapost-test 2

K (-) 97,00±10,296 498,83±57,874 413,83±34,764 234,33±38,733K (+) 81,17±16,546 400,17±81,764 218,33±64,121 126,17±21,849Dosis 1 90,67±8,847 402,67±78,135 170,83±32,603 98,00±13,342

Dosis 2 94,50±19,665 415,50±83,013 167,17±28,750 97,00±19,005Dosis 3 88,83±16,510 480,50±28,738 147,00±22,027 94,33±14,569

K (-) = Kontrol Negatif, K (+) = Kontrol Positif, Dosis I = dosis 250mg/kgBB, Dosis II = dosis 500 mg/kgBB, Dosis III = dosis 1000 mg/kgBB

Berikut ini adalah rerata kadar glukosa darah masing-masing kelompok

pada setiap waktu pengukuran.

Page 12: 8096-26265-1-PB

10

Gambar 2. Rerata Kadar Glukosa Antar Waktu

Pada gambar 2. dapat dilihat rerata kadar glukosa darah tiap kelompok

pada saat awal, pre-test, post-test 1 dan post-test 2. Rerata kadar glukosa

kelompok kontrol negatif pada saat awal (97,00±10,296) lebih rendah

dibandingkan rerata kadar glukosa kelompok kontrol negatif pre-test

(498,83±57,874) dan berbeda bermakna (p<0,05) pada uji Post-Hoc LSD.

Hal ini menunjukkan adanya kenaikan glukosa darah yang bermakna

sebagai akibat dari kerja aloksan. Pemberian CMC 0,5% secara oral

selama 3 hari pertama menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa

yang bermakna dibandingkan dengan kadar glukosa pre-test. Hal ini dapat

dilihat dari rerata kadar glukosa post-test 1 (413,83±34,764) yang lebih

rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa pre-test dan hasil uji

Post-Hoc LSD yang berbeda bermakna (p<0,05). Pada saat setelah 7 hari

pemberian CMC 0,5%, didapatkan rerata kadar glukosa post-test 2

(234,33±38,733) yang lebih rendah dan berbeda bermakna pada uji Post-

Hoc LSD (p<0,05) dibandingkan dengan kadar glukosa pre-test dan post-

test 1. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar glukosa

yang bermakna dibandingkan dengan kadar glukosa pre-test dan post-test

1. Walaupun mengalami penurunan yang bermakna, tetapi rerata kadar

glukosa post-test 2 masih berada dalam keadaan diabetes dan belum

RerataKadar

GlukosaKontrol (-)

RerataKadar

GlukosaKontrol

(+)

RerataKadar

GlukosaDosis 1

RerataKadar

GlukosaDosis 2

RerataKadar

GlukosaDosis 3

awal 97.00 81.17 90.67 94.50 88.83pre-test 498.83 400.17 402.67 415.50 480.50post-test 1 413.83 218.33 170.83 167.17 147.00post-test 2 234.33 126.17 98.00 97.00 94.33

0.00100.00200.00300.00400.00500.00600.00

Kada

r Glu

kosa

(mg/

dl)

Page 13: 8096-26265-1-PB

11

mencapai rentang kadar glukosa yang normal. Penurunan kadar glukosa

yang bermakna ini tidak disebabkan oleh perlakuan dengan CMC 0,5%

tetapi disebabkan oleh efek aloksan yang reversibel dalam menginduksi

diabetes.

Rerata kadar glukosa awal kelompok kontrol positif (81,17±16,546) lebih

rendah dibandingkan rerata kadar glukosa pre-test (400,17±81,764) dan

berbeda bermakna (p<0,05) pada uji Post-Hoc (LSD). Hal ini menunjukkan

adanya kenaikan glukosa darah yang bermakna sebagai akibat dari kerja

aloksan. Pemberian metformin dosis 63 mg/kgBB secara oral selama 3

hari memiliki efek yang bermakna dalam menurunkan kadar glukosa

darah. Hal ini dapat dilihat dari rerata kadar glukosa post-test 1

(218,33±64,121) yang lebih rendah dibandingkan kadar glukosa pre-test

dan hasil uji Post-Hoc (LSD) yang bermakna (p<0,05). Setelah dilakukan

pemberian metformin selama 7 hari, didapatkan rerata kadar glukosa

post-test 2 (126,17±21,849) lebih rendah dibandingkan rerata kadar

glukosa pre-test dan post-test 1 serta terdapat perbedaan bermakna pada

uji Post-Hoc Least LSD (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa metformin

dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada tikus

diabetes dan memiliki efek penurunan kadar glukosa darah yang berbeda

bermakna pula bila dibandingkan antara pemberian selama 7 hari dengan

pemberian selama 3 hari. Kadar glukosa post-test 1 berbeda bermakna

dengan kadar glukosa awal pada uji Post-Hoc LSD (p<0,05) sedangkan

kadar glukosa post-test 2 tidak berbeda bermakna dengan kadar glukosa

awal pada uji Post-Hoc LSD (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

metformin dapat menurunkan kadar glukosa tikus diabetes menjadi

hampir mendekati kadar glukosa awalnya setelah pemberian selama 7

hari. Bila dilihat dari rerata kadar glukosa post-test 1, pemberian selama 3

hari belum bisa menurunkan kadar glukosa ke rentang yang normal.

Kelompok dosis I memiliki rerata kadar glukosa awal (90,67±8,847) yang

lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa pre-test

(402,67±78,135) dan berbeda bermakna pada uji Post-Hoc LSD (p<0,05).

Page 14: 8096-26265-1-PB

12

Hal ini menunjukkan adanya kenaikan glukosa darah yang bermakna

sebagai akibat dari kerja aloksan. Pemberian ekstrak etanol daun lidah

buaya dosis I selama 3 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah

secara bermakna. Hal ini dapat dilihat dari rerata kadar glukosa post-test 1

(170,83±32,603) yang lebih rendah dibandingkan kadar glukosa pre-test

dan hasil uji Post-Hoc LSD yang bermakna (p<0,05). Pemberian ekstrak

etanol daun lidah buaya dosis I selama 7 hari memiliki efek yang

bermakna dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes dan

memiliki efek yang berbeda bermakna pula bila dibandingkan dengan

pemberian yang hanya dilakukan selama 3 hari. Hal ini dapat dilihat dari

rerata kadar glukosa post-test 2 (98,00±13,342) yang lebih rendah

dibandingkan kadar glukosa pre-test dan post-test 1 serta hasil uji Post-

Hoc LSD yang bermakna (p<0,05). Kadar glukosa post-test 2 tidak

berbeda bermakna dengan kadar glukosa awal pada uji Post-Hoc LSD

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun lidah buaya

dosis I dapat menurunkan kadar glukosa tikus diabetes menjadi hampir

mendekati kadar glukosa awalnya dan bila dilihat dari nilai reratanya

(98,00±13,342), sudah mencapai rentang normal setelah pemberian

selama 7 hari.

Kelompok dosis II memiliki rerata kadar glukosa awal (94,50±19,665) yang

lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa pre-test

(415,50±83,013) dan berbeda bermakna pada uji Post-Hoc LSD (p<0,05).

Hal ini menunjukkan adanya kenaikan glukosa darah yang bermakna

sebagai akibat dari kerja aloksan. Pemberian ekstrak etanol daun lidah

buaya dosis II selama 3 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah

secara bermakna. Hal ini dapat dilihat dari rerata kadar glukosa post-test 1

(167,17±28,750) yang lebih rendah dibandingkan kadar glukosa pre-test

dan uji Post-Hoc LSD yang berbeda bermakna (p<0,05). Pemberian

ekstrak etanol daun lidah buaya dosis II selama 7 hari memiliki efek yang

bermakna dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes dan

memiliki efek yang berbeda bermakna pula bila dibandingkan dengan

Page 15: 8096-26265-1-PB

13

pemberian yang hanya dilakukan selama 3 hari. Hal ini dapat dilihat dari

rerata kadar glukosa post-test 2 (97,00±19,005) yang lebih rendah

dibandingkan kadar glukosa pre-test dan post-test 1 serta uji Post-Hoc

LSD yang berbeda bermakna (p<0,05). Kadar glukosa post-test 2 tidak

berbeda bermakna dengan kadar glukosa awal pada uji Post-Hoc LSD

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun lidah buaya

dosis II dapat menurunkan kadar glukosa tikus diabetes menjadi hampir

mendekati kadar glukosa awalnya dan bila dilihat dari nilai reratanya

(97,00±19,005), sudah mencapai rentang normal setelah pemberian

selama 7 hari.

Kelompok dosis III memiliki rerata kadar glukosa awal (88,83±16,510)

yang lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa pre-test

(480,50±28,738) dan berbeda bermakna pada uji Post-Hoc LSD (p<0,05).

Hal ini menunjukkan adanya kenaikan glukosa darah yang bermakna

sebagai akibat dari kerja aloksan. Pemberian ekstrak etanol daun lidah

buaya dosis III selama 3 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah

secara bermakna. Hal ini dapat dilihat dari rerata kadar glukosa post-test 1

(147,00±22,027) yang lebih rendah dibandingkan kadar glukosa pre-test

dan uji Post-Hoc LSD yang berbeda bermakna (p<0,05). Pemberian

ekstrak etanol daun lidah buaya dosis III selama 7 hari memiliki efek yang

bermakna dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes dan

memiliki efek yang berbeda bermakna pula bila dibandingkan dengan

pemberian yang hanya dilakukan selama 3 hari. Hal ini dapat dilihat dari

rerata kadar glukosa post-test 2 (94,33±14,569) yang lebih rendah

dibandingkan kadar glukosa pre-test dan post-test 1 serta hasil uji Post-

Hoc LSD yang berbeda bermakna (p<0,05). Kadar glukosa post-test 2

tidak berbeda bermakna dengan kadar glukosa awal pada uji Post-Hoc

(LSD) (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun lidah

buaya dosis III dapat menurunkan kadar glukosa tikus diabetes menjadi

hampir mendekati kadar glukosa awalnya bila dilihat dari nilai reratanya

Page 16: 8096-26265-1-PB

14

(94,33±14,569), sudah mencapai rentang normal setelah pemberian

selama 7 hari.

Gambar 3. Diagram Persentase Perubahan Kadar Glukosa

Penurunan kadar glukosa paling besar pada post-test 1 terlihat pada

kelompok dosis III tetapi dari hasil uji statistik, tidak terdapat perbedaan

bermakna antara kelompok dosis III dengan dosis I, dosis III dengan dosis

II, dosis II dengan dosis I sehingga dosis efektif ekstrak etanol daun lidah

buaya yang dapat menurunkan kadar glukosa pada post-test 1 (setelah 3

hari pemberian ekstrak) adalah kelompok dosis I. Hasil uji statistik

menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok dosis I dan

kelompok kontrol positif pada post-test 1, sehingga dapat disimpulkan

bahwa kelompok terbaik yang dapat menurunkan kadar glukosa setelah 3

hari perlakuan yaitu kelompok dosis I ekstrak etanol daun lidah buaya.

Kelompok kontrol negatif menunjukkan penurunan kadar glukosa yang

paling besar pada post-test 2, tetapi dari hasil uji statistik, terdapat

perbedaan bermakna antara kadar glukosa post-test 2 ini dengan kadar

glukosa awalnya. Hal ini menandakan bahwa meskipun terdapat

Δ RerataKadar

GlukosaKontrol (-)

Δ RerataKadar

GlukosaKontrol

(+)

Δ RerataKadar

GlukosaDosis 1

Δ RerataKadar

GlukosaDosis 2

Δ RerataKadar

GlukosaDosis 3

awal 97.00 81.17 90.67 94.50 88.83pre-test 401.83 319.00 312.00 321.00 391.67post-test 1 -85.00 -181.83 -231.83 -248.33 -333.50post-test 2 -179.50 -92.17 -72.83 -70.17 -52.67

-400.00-300.00-200.00-100.00

0.00100.00200.00300.00400.00500.00

Kada

r Glu

kosa

(mg/

dl)

Persentase Perubahan Kadar Glukosa

Page 17: 8096-26265-1-PB

15

penurunan yang besar dan bermakna secara statistik, tetapi penurunan ini

tidak sampai mendekati kadar glukosa awalnya dan tidak mencapai

rentang kadar glukosa normal yang dapat dilihat dari rerata kadar glukosa

post-test 2 masih dalam keadaan diabetes (234,33±38,733).

PEMBAHASAN

Induksi AloksanHewan percobaan diinduksi menjadi diabetes dengan menggunakan

aloksan monohidrat. Penginduksian dengan aloksan dilakukan secara

intraperitoneal. Dosis yang digunakan adalah dosis yang didapatkan dari

hasil uji pendahuluan yaitu 155 mg/kgBB, yang mana dosis tersebut dapat

menyebabkan diabetes pada tikus tanpa menyebabkan kematian dengan

pemberian diet tinggi protein selama 1 minggu sebelum penginduksian.

Diet tinggi protein yang diberikan menggunakan putih telur ayam. Pada

diabetes melitus, gangguan sekresi ataupun kerja insulin menyebabkan

peningkatan katabolisme protein otot.12 Hal ini yang mendasari pemberian

diet tinggi protein pada hewan percobaan.

Keadaan diabetes yang diakibatkan oleh aloksan bersifat reversibel

karena dapat terjadi regenerasi spontan dari sel β pankreas.13 Hal ini

menyebabkan adanya penurunan kadar glukosa darah yang bermakna

pada kelompok kontrol negatif pada hari ke-4 maupun hari ke-8, walaupun

tidak sampai mencapai rentang kadar glukosa yang normal.

Uji Efek HipoglikemikPenurunan kadar glukosa darah sebagai efek dari kerja ekstrak etanol

daun lidah buaya diperankan oleh berbagai kandungan metabolitnya.

Flavonoid meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan perifer dan

menghambat pengangkutan glukosa melewati usus.14 Mekanisme

terjadinya diabetes pada tikus yang diinduksi aloksan adalah adanya

Page 18: 8096-26265-1-PB

16

pembentukan reactive oxygen species (ROS) yang menghasilkan nekrosis

selektif sel β pankreas.15 Pada diabetes melitus, terjadi stres oksidatif

yang dipicu oleh hiperglikemia. Pembentukan advanced glycosylation end

products (AGEs) dan jalur poliol yang melibatkan enzim aldolase

reduktase merupakan mekanisme stres oksidatif yang terjadi pada

diabetes melitus.12 Efek antioksidan flavonoid pada diabetes terjadi

melalui penghambatan enzim aldolase reduktase dan penghambatan

pembentukan advanced glycosylation end products (AGEs).16 Kandungan

alkaloid dapat menstimulasi pengambilan glukosa pada sel β pankreas

dan sel mioblas mencit. Pada dosis yang rendah, alkaloid memiliki potensi

antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada sel β

pankreas.17 Kandungan glikosida aloe emodin yang terdapat pada daun

lidah buaya dapat meningkatkan masukan glukosa ke sel otot dan sel

adiposit serta memicu glikogenesis pada otot.18 Saponin dapat

menurunkan ekspresi G6Pase di hati dan FABP4 di jaringan adiposa serta

meningkatkan ekspresi adipsin, PPARγ, dan GLUT-4 di jaringan

adipose.19 Saponin dapat meningkatkan sekresi insulin melalui regenerasi

sel β pancreas dan menghambat absorpsi makanan melalui inhibisi enzim

alfa-glukosidase.20,21

Penelitian yang membandingkan studi in vitro dan in vivo pada efek daun

lidah buaya pada diabetes menunjukkan bahwa secara in vivo, terjadi

penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan kadar insulin serum

sedangkan secara in vitro, terjadi peningkatan sekresi insulin oleh sel β

pancreas dan ekspresi gen GLUT 4.22,23 Dari beberapa penelitian di atas

dapat dilihat bahwa mekanisme kerja daun lidah buaya pada diabetes tipe

2 tidak hanya dengan meningkatkan masukan glukosa ke dalam sel tetapi

juga memperbaiki keadaan stres oksidatifnya melalui efek antioksidan.

Efek antioksidan inilah yang tidak dimiliki oleh metformin sehingga daun

lidah buaya dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih cepat

dibandingkan metformin. Hal ini dapat dilihat dari kadar glukosa post-test

1 yaitu rerata kadar glukosa darah kelompok dosis I, II dan III lebih

Page 19: 8096-26265-1-PB

17

rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa darah kelompok kontrol

positif dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara dosis I, II dan III

terhadap kelompok kontrol positif yang diberikan metformin.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abuelgasim et al. (2008)

menujukkan bahwa dosis ekstrak etanol daun lidah buaya 100 mg/kgBB

memiliki kemampuan menurunkan glukosa darah setara dengan

glibenklamid 10 mg/kgBB sedangkan dosis ekstrak etanol daun lidah

buaya 500 mg/kgBB dapat menurunkan glukosa darah secara signifikan.

Pada penelitian ini, didapatkan dosis yang terbaik dalam menurunkan

kadar glukosa darah yaitu dosis I (250 mg/kgBB) karena tidak terdapat

perbedaan bermakna antara efek yang ditimbulkan oleh dosis I dengan

dosis II serta dosis I dengan dosis III. Kemungkinan sudah terjadi

kejenuhan pada reseptor sehingga peningkatan dosis tidak menghasilkan

efek yang lebih baik.24 Hasil yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah

dosis efektif ekstrak etanol daun lidah buaya dalam menurunkan kadar

glukosa darah adalah 250 mg/kgBB.

KESIMPULAN1. Ekstrak etanol daun lidah buaya diduga memiliki efek dalam

penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan galur Wistar yang diinduksi aloksan.

2. Ekstrak etanol daun lidah buaya memiliki efek penurunan kadar

glukosa darah yang lebih baik dibandingkan dengan metformin.

3. Dosis efektif ekstrak etanol daun lidah buaya untuk menurunkan kadar

glukosa darah adalah 250 mg/kgBB secara in vivo pada hewan uji.

SARAN

1. Melakukan penelitian lanjutan yang menguji efek ekstrak etanol daun

lidah buaya dosis <250 mg/kgBB untuk mendapatkan rentang bawah

dosis efektifnya dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Page 20: 8096-26265-1-PB

18

2. Melakukan uji efek hipoglikemik daun lidah buaya menggunakan

metode penyarian lain yang lebih selektif.

3. Melakukan uji toksisitas ekstrak etanol daun lidah buaya.

DAFTAR PUSTAKA1. American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 2012; Vol. 35: 64-71.

2. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas. Ed 4. Brussels:

IDF; 2009.

3. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas. Ed 5. Brussels:

IDF; 2012.

4. Zhang P, Zhang X, Brown J, Virtisen D, Sicree R, Shaw, J. Global

Healthcare Expenditure on Diabetes for 2010 and 2030. Diabetes

Research and Clinical Practice. 2010; Vol. 87: 293-301.

5. Shaw JE, Sicree RA, Zimmet PZ. Global Estimates of the Prevalence

of Diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Res Clin Prac. 2010; Vol. 87

(1): 4-14.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Nasional Riset

Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Depkes RI; 2008.

7. American Diabetes Association. Economia Costs of Diabetes in the

U.S in 2007. Diabetes Care. 2008; Vol. 31 (3): 596-615.

8. Benzie IFF dan Galor SW. Herbal Medicine. 2nd Ed. USA: CRC Press

Taylor and Francis Group. 2011. Hal: 406.

9. Suyono S. Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam: Penatalaksanaan

Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. Hal: 11.

10.Mohamed EAK. Antidiabetic, Antihypercholestermic and Antioxidative

Effect of Aloe vera Gel Extract in Alloxan Induced Diabetic Rats. Aust.

J. Basic and Appl. Sci. 2011; Vol. 5 (11): 1321-1327.

11. International Aloe Science Council. Aloe Scientific Primer. USA: IASC.

2008. Hal: 2.

Page 21: 8096-26265-1-PB

19

12.Ganong WF dan Mcphee SJ. Patofisiologi Penyakit. Ed 5. Jakarta:

EGC; 2010. Hal: 572-573.

13. Kumar S, Singh R, Vasudeva N, Sharma S. Acute and Chronic Animal

Models for The Evaluation of Anti-diabetic Agents. Cardiovascular

Diabetology. 2012; Vol. 11 (9): 1-13.

14.Jadhav R dan Puchchakalaya G. Hypoglycemic and Antidiabetic

Activity of Flavonoids: Boswellic Acid, Ellagic Acid, Quercetin, Rutin on

Streptozotocin-Nicotinamide Induced Type 2 Diabetic Rats. Int J Pharm

Pharm Sci. 2011; Vol. 4( 2): 251-256.

15. Lenzen S. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Induced

Diabetes. Diabetologia. 2008; Vol. 51: 216-226.

16. Stefek M. Natural Flavonoids as Potential Multifunctional Agents in

Prevention of Diabetic Cataract. Interdiscip Toxicol. 2011; Vol. (2): 69–

77.

17.Tiong SH, Looi CY, Hazni H, Arya A, Paydar M, Wong WF. Antidiabetic

and Antioxidant Properties of Alkaloids from Catharanthus roseus (L.)

G. Don, Molecules. 2013; Vol. 18: 9770-9784.

18.Anand S, Muthusamy VS, Sujatha S, Sangeetha KN, Raja RB,

Sudhagar, S. Aloe Emodin Glycosides Stimulates Glucose Transport

and Glycogen Storage Through PI3K Dependent Mechanism in L6

Myotubes and Inhibits Adipocyte Differentiation in 3T3L1 Adipocytes,

FEBS Letters. 2010; Vol. 584: 3170–3178.

19.Bhavsar SK, Singh S, Giri S, Jain MR, Santani DD. Effect of Saponins

from Helicteres isora on Lipid and Glucose Metabolism Regulating

Genes Expression. Journal of Ethnopharmacology. 2009; Vol. 124:

426-433..

20.Firdous M, Koneri R, Sarvaraidu CH, Harish M, Shubhapriya KH.

NIDDM Antidiabetic Activity of Saponin of Momordica cymbalaria in

Streptozotocin-Nicotinamide NIDDM Mice. Journal of Clinical and

Diagnostic Research. 2009; Vol. 3: 1460-1465.

Page 22: 8096-26265-1-PB

20

21.Lee JS, Choi MS, Seo KI, Lee J, Lee HI, Kim MJ. Platycodi Radix

Saponin Inhibits α-Glucosidase In Vitro and Modulates Hepatic

Glucose-Regulating Enzyme Activities in C57BL/KsJ-db/db Mice. Arch

Pharm Res. 2014; Vol. 37 (6): 73-82.

22.Youssef AMHA dan Messiha BAS. Beneficial Effects of Aloe vera in

Treatment of Diabetes: Comparative In Vivo and In Vitro Studies.

Egypt: Cairo University Faculty of Pharmacy. 2012.

23.Kumar A, Kumar R, Sharma B, Tomar NR, Roy P, Gupta AK. In Vivo

Evaluation Of Hypoglycemic Activity of Aloe spp. And Identification on

Its Mode of Action on GLUT-4 Gene Expression In Vitro. Appl Biochem

Biotechnol. 2011; Vol. 164: 1246-1256.

24.Rang, HP, Dale MM, Ritter JM, Flower RJ, Henderson G. Rang and

Dale’s Pharmacology. 7th edition. New York: Elsevier Churchill

Livingstone; 2012.