92471022-studi-kritis-terrhadap-ilmu-kalam.docx

7
STUDI KRITIS TERRHADAP ILMU KALAM Secara garis besar, titik kelemahan ilmu kalam yang menjadi sorotan para pengritiknya berputar pada aspek berikut ini. A. Aspek Estimologi Ilmu Kalam Yang dimaksud epistimologi adalah cara yang di gunakan oleh para pemuka aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan kalam, terutama ketika menafsirkan Al Qur’an. Diantara kritik dalam aspek epistimologi ilmu kalam, adalah: 1. Aduan Amal dan Samsu Rizal Panggabean Mereka melihat bahwa penafsiran kalangan Asy’ariyah pada kenyataannya merupakan tanggapan terhadap kebutuhan sejarah, yakni untuk membela sudut pandang golongan Ahlussunnah. 2. Muhammad Husein Adz Dzahabi Ia melihat bahwa ada kecenderunagn para pemuka aliran kalam untuk mencocok-cocokkan Al-Qur’an dengan pandangan madzhabnya. 3. Amin Abdullah Ia melihat bahwa dimensi pemiiran teologi atau kalam sebenarnya lebih subtil, tidak clear-cut, lebih kaya nuansa, daripada semata-mata hanya di warnai konspirasi politik. 4. M. Iqbal Berkaitan dengan kritik yang ditujukan kepada epistimologi ilmu kalam, M. Iqbal melihat adanya anomali (penyimpangan) lain yang melekat dalam literature ilmu kalam klasik. B. Aspek Ontologi Ilmu Kalam Dalam kata khalifah terkandung makna pergantian generasi sebelumnya, kepemimpinan dan pergantian arah untuk menegakkan hukum-hukum-Nya di bumi. – Tugas manusia sebagai khalifah untuk menggantikan generasi sebelumnya yaitu manusia yang di tuntut untuk mengubah dan mengoreksi tradisi dan kebiasaan generasi sebelumnya dan mengganti dengan ajaran Allah. Dalam kepemimpinan, terkandung pula tugas mengurus dan mengelola potensi bumi dan seisinya untuk dijadikan sarana taqwa kepada Allah SWT. Konsep kemimpinan yang diambil dari kata khalifah tidak mesti diartikan bahwa seluruh manusia harus menjadi pemimpin polotik. Pada dasarnya semua manusia itulah pemimpin. – Maka khalifah sebagai pengganti Allah dan melaksanakn aturan- autran Nya diambil secara implisit dari konsekuensi logis tugas manusia sebagai pemimpin. Artinya, manusia telah diberi mandat

Upload: amirwan2222

Post on 25-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Ilmu-Kalam

TRANSCRIPT

Page 1: 92471022-Studi-Kritis-Terrhadap-Ilmu-Kalam.docx

STUDI KRITIS TERRHADAP ILMU KALAMSecara garis besar, titik kelemahan ilmu kalam yang menjadi sorotan para pengritiknya berputar pada aspek berikut ini.A. Aspek Estimologi Ilmu Kalam Yang dimaksud epistimologi adalah cara yang di gunakan oleh para pemuka aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan kalam, terutama ketika menafsirkan Al Qur’an.Diantara kritik dalam aspek epistimologi ilmu kalam, adalah: 1. Aduan Amal dan Samsu Rizal PanggabeanMereka melihat bahwa penafsiran kalangan Asy’ariyah pada kenyataannya merupakan tanggapan terhadap kebutuhan sejarah, yakni untuk membela sudut pandang golongan Ahlussunnah.2. Muhammad Husein Adz DzahabiIa melihat bahwa ada kecenderunagn para pemuka aliran kalam untuk mencocok-cocokkan Al-Qur’an dengan pandangan madzhabnya.3. Amin AbdullahIa melihat bahwa dimensi pemiiran teologi atau kalam sebenarnya lebih subtil, tidak clear-cut, lebih kaya nuansa, daripada semata-mata hanya di warnai konspirasi politik. 4. M. IqbalBerkaitan dengan kritik yang ditujukan kepada epistimologi ilmu kalam, M. Iqbal melihat adanya anomali (penyimpangan) lain yang melekat dalam literature ilmu kalam klasik.B. Aspek Ontologi Ilmu KalamDalam kata khalifah terkandung makna pergantian generasi sebelumnya, kepemimpinan dan pergantian arah untuk menegakkan hukum-hukum-Nya di bumi. – Tugas manusia sebagai khalifah untuk menggantikan generasi sebelumnya yaitu manusia yang di tuntut untuk mengubah dan mengoreksi tradisi dan kebiasaan generasi sebelumnya dan mengganti dengan ajaran Allah. Dalam kepemimpinan, terkandung pula tugas mengurus dan mengelola potensi bumi dan seisinya untuk dijadikan sarana taqwa kepada Allah SWT. Konsep kemimpinan yang diambil dari kata khalifah tidak mesti diartikan bahwa seluruh manusia harus menjadi pemimpin polotik. Pada dasarnya semua manusia itulah pemimpin. – Maka khalifah sebagai pengganti Allah dan melaksanakn aturan-autran Nya diambil secara implisit dari konsekuensi logis tugas manusia sebagai pemimpin. Artinya, manusia telah diberi mandat oleh Allah untuk memimpin bumi dan langit serta isinya. Tentunya dalam melaksanakan mandatnya itu harus sesusai dengan syariat.A. Aplikasi Khalifah dalam Bidang PolitikDalam hal ini, ada beberapa etika yang harus dijalankan oleh setiap pemimpin politik, diantaranya :

1. Pengenalan diri dan kesiapan menjadi pemimpin2. Beragama dan bertaqwa kepada Tuhan3. Berlaku adil4. Berlaku jujur5. Amanah6. Menepati janji7. Berilmu pengetahuan8. Memiliki keberanian9. Dermawan

Page 2: 92471022-Studi-Kritis-Terrhadap-Ilmu-Kalam.docx

10. Kasih sayang11. Memiliki kesabaran12. Menegndallikan diri dan memiliki masa lalu13. Memiliki kekuatan14. Memiliki kemampuan manajeria

B. Aplikasi Khilafah Dalam Bidang HukumAplikasi khilafah dalam bidang hukum berarti pula menegakkan hukum dengan adil, termasuk didalamnya adalah memberi keputusan yang adil.Berikut adalah interpretasi yang dikemukakan Nur Kholis Madjid dalam kaitannya dengan interpretasi surat Al Baqaqrah ayat 30 :a. Kisah ini menunjukkan martabat manusia yang sangat tinggi yaitu sebagai khalifah atau wakil Tuhan di bumi.b. Martabat itu bersangkutan dengan konsep bahwa alam dengan segala isinya diciptakan untuk manusia se4rta menjadi bidang garapan dan tempat pelaksanaa tugasnya.c. Martabat itu juga berkaitan dengan nilai kemanusiaan universal.d. Untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah Alah di muka bumi, manusia dilengkapi dengan ilmu pengetahuan.e. Kelengkapan martabat manusia adalah kebebasan yang mengenal batas.f. Pelanggaran terhadap batas membuat manusia jatuh, tidak terhormat.g. Dorongan untuk melanggar batas adalah nafsu serakah yaitu perasaan yang tidak pernah puas dengan anugerah Tuhan.h. Karena kelengkapan ilmu saja tidak menjamin manusia terhindar dari kejatuhan. Manusia memerlukan petunjuk Alla

STUDI KRITIS TERRHADAP ILMU KALAMSecara garis besar, titik kelemahan ilmu kalam yang menjadi sorotan para pengritiknya berputar pada spek berikut ini.A. Aspek Estimologi Ilmu Kalam Yang dimaksud epistimologi adalah cara yang digunakan oleh para pemuka aliran kalam dalam menyelesaikan persoalan kalam, terutama ketika menafsirkan Al Qur’an.Diantara kritik dalam aspek epistimologi ilmu kalam, adalah: 1. Aduan amal dan Samsu Rizal PanggabeanMereka melihat bahwa penafsiran kalangan Asy’ariyah pada kenyataannya merupakan tanggapan terhadap kebutuhan sejarah, yakni untuk membela sudut pandang golongan Ahlussunnah.2. Muhammad Husein Adz DzahabiIa melihat bahwa ada kecenderunagn para pemuka aliran kalam untuk mencocok-cocokkan Al-Qur’an dengan pandangan madzhabnya.3. Amin AbdullahIa melihat bahwa dimensi pemiiran teologi atau kalam sebenarnya lebih subtil, tidak clear-cut, lebih kaya nuansa, daripada semata-mata hanya diwarnai konspirasi politik. 4. M. IqbalBerkaitan dengan krtik yang ditujukan kepada epistimologi ilmu kalam, M. Iqbal melihat adanya anomali (penyimpangan) lain yang melekat dalam literature ilmu kalam klasik.B. Aspek Ontologi Ilmu Kalam

Page 3: 92471022-Studi-Kritis-Terrhadap-Ilmu-Kalam.docx

Tantangan kalam / teologi Islam kontemporer adalah isu-isu kemanusiaan universal, pluralisme keberagamaan, kemiskinan struktural, kerusakan lingkungan dan sebagainya. Teologi Islam dan kalam yang hidup untuk era sekarang ini berdialog dengan realitas dan perkembangan pemikiran yang berjalan saat ini.Jika ilmu kalam klasik berdialog dengan pemikiran dan bergaul dengan format pemikiran serta epistimologi Yunani (hellenisme), teologi Islam atau modern harus bersentuhan dengan pemikiran dan falsafah Barat modern lantaran falsafah Barat kontemporer itulah yang dibentuk dan diilhami oleh arus perbuatan yang diakibatkan oleh perkembangan iptek.C. Aspek Askiologi Ilmu KalamKritikan yang dialamatkan pada aspek aksiollogi ilmu kalam menyangkut pada kegunaan ilmu itu sendiri dalam menyingkap hakikat kebenaran.1. M. AbduhBeranggapan bahwa objek penelaahan dan penelitian akal pikiran manusia pada dasarnya adalah sifat-sifat dasar dari segala macam fenomena yang ditemui dalam kehidupannya.2. Ahmad HanafiIa melihat perlunya pergeseran paradigma dari yang bercorak tradisional, yang bersandar pada paradigma logicometafisika (dialektika kata-kata) ke arah teologi yang mendasarkan pada paradigma “empiris” (dialektika sospol).

PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN(ABDUH, AHMAD KHAN, DAN IQBAL)A. Syekh M. AbduhPemikiran-pemikiran kalam M.Abduh1. Kedudukan akal dan fungsi wahyuAda dua pendapat persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiranAbduh, yaitu :- Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengetahuan agama yakni dengan memahami langsung dari umber pokoknya, Al-Qur’an.- Memperbaiki daya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-kantor pemerintah maupun dalam tulisan-tulisan di media masa.2. Kebebasan manusia dan fatalismeBagi Abduh, disamping mempunyai daya pikir, manusia juga mempumyai kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar alami yang ada dalam diri manusia, namun tidak mempunyai kebebasan absolut.3. Sifat-sifat TuhanHarun Nasution melihat bahwa Abduh cenderung kepada pendapat bahwa sifat termasuk esensi Tuhan walaupun tidak secara tegas mengatakannya.4. Kehendak mutlak TuhanTuhan tidak bersifat mutlak.5. Keadilan TuhanSifat ketidak adilan Tuhan tidak dapat diberikan kepada Tuhan karena ketidakadilan tidak sejalan denagn kesempurnaa alam semesta.6. AntrofomorfismeTidak mungkin esensi dan sifat-sifat Tuhan mengambil bentuk tubuh atau ruh makhluk di alam ini.7. Melihat Tuhan

Page 4: 92471022-Studi-Kritis-Terrhadap-Ilmu-Kalam.docx

Kesanggupan melihat Tuhan hanya dianugerahkan kepada orang-orang tertentu di akhirat.8. Perbuatan TuhanWajib bagi Tuhan untuk berbuat yang terbaik bagi manusia.B. Sayyid Ahmad KhanPemikiran-pemikiran kalam Sayyid Ahmad Khan1. Kedudukan AkalAkal bukanlah segalanya dan kekuatan akalpun terbatas.2. Kebebasan ManusiaManusia bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatan.3. Sayyid Ahmad Khan menolak adanya taklid percaya adanya hukum alam.C. Muhammad IqbalSPemikiran-pemikiran kalam M. Iqbal1. Hakekat TeologiSecara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi keimanan, mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa “persamaan, kesetiakawanan, dan kebebasmerdekaan”.2. Pembuktian TuhanDalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argumen kosmologis maupun ontologis. Ia juga menolak argumen teologis yang berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan Nya dari sebelah luar. Walaupun demikian ia menerima landasan teologis yang imanen (tetap ada).3. Jati Diri ManusiaManusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya, bukan sebaliknya, yakni melemahkan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh para sufi yang menundukkan jiwa sehingga fana dengan Allah.4. Surga dan neraka.Surga dan neraka adalah keadaa, bukan tempat. Gambaran-gambaran tentang keduanya di dalam Al Qur’an adalah penampilan-penampilan kenyataan batin secara visual, yaitu sifatnya.

ILMU KALAM MASA KINI ISMAIL FARUQI HAAN HANAFI, RASYIDI, DAN HARUN NASUTIONA. ISMAIL AL-FARUQI1. Pemikiran Kalam Al-FaruqiAl-Faruqi menjelaskan hakikat tauqit sebagai berikut:1. Tauhid sebagai pengalaman agama2. Tauhid sebagai pandangan dunia3. Tauhid sebagai inti sari Islam4. Tauhid sebagai prinsip sejarah5. Tauhid sebagai prinsip pengetahuan6. Tauhid sebagai prinsip metafisika7. Tauhid sebagai prinsipetika8. Tauhid sebagai prinsip tata sosial

B. HASAN HANAFIPemikiran kalam Hasan Hanafi1. Kritik terhadap teologi tradisional

Page 5: 92471022-Studi-Kritis-Terrhadap-Ilmu-Kalam.docx

a. Teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar–benar hidup, dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan konkret ummat manusia.b. Kegagalan para teolog tradisional disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia.2. Rekontruksi teologiTujuan rekontruksi teolgi Hanafi adalah menjadikan teologi menjelma sebagai ilmu tentang pejuang sosial yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional memiliki fungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.

C. H. M. RASYIDI1. Pemikiran kalam H. M. Rasyidi.a. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi Ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen Kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yangb. di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu kalam.2. Tema-tema ilmu kalama. Deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia. b. Menonjolkan perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah akan melemahkan iman para mahasiswa.3. Hakikat ImanIman bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi kontekstual atau hubungan manusia dengan manusia, yaitu hidup dalam masyarakat.

D. HARUN NASUTIONPemikiran kalam Harun Nasution1. Peranan kalamAkal melambangkan kekuatan manusia, karena akal manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pulalah kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lainnya. 2. Hubungan akal dan wahyu1. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya.2. Akal hanya memberi interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengankecenderungan dan kesanggupan pemberi interpretasi.