pencemaranlaut.files.wordpress.com › 2014 › 11 › ... · web viewhal ini akan memicu efek...
TRANSCRIPT
Biodata
II. DATA PRIBADI1. Nama Lengkap / Nama
PanggilanGanang Wibisono / Ganang
2. Tempat / Tanggal Lahir Kabupaten Semarang / August 12, 19943. Jenis Kelamin Male
4. Tinggi / Berat 169 cm / 60 kg5. Alamat Rumah Baran Gembyang RT 04 RW 01,
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
6. E-mail [email protected]. Hobi Sepak Bola, menonton sepak bola,
hiking9. Golongan Darah O
Berita Tentang Pencemaran Laut Logam Berat
Ulasan Mengenai Berita Pencemaran Laut Logam Berat diatas.
Istilah logam berat mungkin sudah tidak asing lagi bagi para kimiawan / ahli –
ahli kimia. Akan tetapi, bagi orang awam kemungkinan tidak. Mungkin istilah logam
berat masih terasa asing di telinga mereka dan didefinisikan secara sederhana saja
yaitu logam yang berat (dalam artian ditimbang) seperti besi, baja, aluminium dan
tembaga. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang
sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila
logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan
logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk
hidup (Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada
mahluk hidup, besi merupakan logam yang dibutuhkan dalam pembentukan pigmen
darah dan zink merupakan kofaktor untuk aktifitas enzim (Wilson, 1988). Logam
berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak
di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur
S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen,
1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg)
merupakan zat pencemar yang berbahaya.
IPTEK yang semakin berkembang seiring perubahan jaman, memicu
terjadinya pencemaran lingkungan laut. Tentu saja pencemaran merupakan kejadian
yang tidak ingin dirasakan oleh manusia, termasuk pencemaran logam berat di laut.
Hal ini akan memicu efek negatif bagi lingkungan maupun manusia sendiri.
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk
ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus
merkuri di Minamata Jepang pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering
terjadi dan semakin banyak dilaporkan. Di Indonesia sendiri kasus pencemaran logam
berat telah banyak terjadi, beberapa diantaranya adalah kasus diatas, yaitu di Bangka
Belitung dan Teluk Jakarta. Kedua tempat tersebut telah mengalami pencemaran
logam berat.
Sumber Pencemar
Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan
akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi,
dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan
limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan
dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen
meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami
pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang
hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena
adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam berat
mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar
perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).
Keberadaan logam berat dalam lingkungan laut berasal dari dua sumber.
Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan
geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil
aktivitas manusia terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller, 1995). Dalam
neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan
pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988).
Sumber pencemaran untuk kedua kasus diatas, yaitu di Teluk Jakarta dan
Bangka Belitung, cenderung sama, merupakan akibat dari aktivitas manusia. Akan
tetapi jenis aktivitasnya berbeda. Di Bangka Belitung terjadi pencemaran timah
karena aktivitas penambangan timah di laut sedangkan di Teluk Jakarta terjadi
pencemaran logam berat akibat dari limbah – limbah domestik yang masuk melalui
sungai – sungai sekitar teluk seperti yang dilansir dalam berita.
Penambangan timah di Bangka Belitung biasa disebut TI (Tambang
Inkonvensional) oleh kalangan masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. TI ini
sebenarnya melanggar hukum karena tidak memiliki izin penambangan.
Penambangan ini menggunakan peralatan mekanis sederhana yang sebenarnya
dimodali oleh rakyat dan dikerjakan oleh rakyat pula. Karena hanya menggunakan
peralatan mekanis sederhana inilah yang membuat TI dianggap sebagai sumber
pencemaran timah di Bangka Belitung. Itu merupakan kegiatan penambangan yang
dilakukan di daratan. Meskipun di darat, namun efek limbah yang dihasilkan bisa
sampai ke laut meskipun tidak secara langsung.
Ada beberapa aspek lain yang menjadi penyebab penambangan ini dikatakan
sebagai penyebab pencemaran. Yang pertama adalah lubang tambang. Ketika TI ini
selesai melakukan pekerjaannya, akan meninggalkan lubang – lubang raksasa di
bekas areal pertambangannya karena TI melakukan penambangan dengan cara
terbuka. Lubang ini mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke
sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar, tidak menutup kemungkinan
sampai ke laut. Aspek kedua yaitu air asam tambang. Air asam tambang mengandung
logam-logam berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka
panjang. Air asam tambang baru terbentuk bertahun-tahun kemudian sehingga
perusahaan pertambangan yang tidak melakukan monitoring jangka panjang bisa
salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang.
Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah. Untuk aspek
selanjutnya adalah tailing. Tailing dihasilkan dari operasi pertambangan dalam
jumlah yang sangat besar. Sekitar 97 persen dari bijih yang diolah oleh pabrik
pengolahan bijih akan berakhir sebagai tailing. Tailing mengandung logam-logam
berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan, seperti tembaga, timbal atau timah
hitam, merkuri, seng, dan arsen (Jukandi, 2009).
Sumber pencemar timah di Bangka Belitung secara langsung adalah proses
penambangan timah di laut, masyarakat babel sering menyebutnya TI Apung.
Herman, 2006 menyatakan bahwa kegiatan penambangan logam dasar melakukan
pembuangan tailing dengan kandungan timbal yang signifikan. Pencemaran logam
pada penambangan timah merupakan logam yang terdapat di alam sehingga
kemudian mencemari perairan dalam proses penambangannya Mekanisme dalam
penambangan timah lepas pantai adalah dengan membuang langsung limbah hasil
penambangan ke perairan sehingga mempunyai dampak langsung.
Selanjutnya saya akan menyampaikan ulasan mengenai sumber pencemaran di
Teluk Jakarta, kasus yang kedua. Teluk Jakarta sama seperti di Bangka Belitung,
telah terjadi pencemaran logam berat. Akan tetapi, sumber yang mencemari Teluk
Jakarta berbeda dengan pencemaran di Bangka. Seperti yang tersurat dalam berita
diatas, salah satu sumber pencemar di Teluk Jakarta adalah limbah domestik.
Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat membuat lingkungan sekitar Teluk Jakarta
dipadati pemukiman penduduk. Sayangnya, peningkatan pembangunan ini hanya
mengedepankan fungsi ekonomi dan mengorbankan fungsi ekologis. Masyarakat
masih banyak beranggapan bahwa persoalan pembuangan limbah dengan membuang
ke sungai, pesisir, dan laut merupakan cara yang praktis, murah dan efisien.
Sebenarnya ada sumber pencemar lain yang lebih dominan mencemari Teluk
Jakarta dengan logam berat selain limbah domestik, yaitu limbah – limbah industri.
Perkembangan industri di daerah DKI dan sekitarnya dewasa cukup pesat. Menurut
Lestari dan Edward (2004), peningkatan jumlah industri ini akan selalu diikuti oleh
pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah
tersebut mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya (B3) dan masuk ke
Teluk Jakarta melalui 13 DAS yang bermuara ke perairan ini. Diperkirakan dalam
sehari lebih dari 7.000 m3 limbah cair termasuk diantaranya yang mengandung logam
berat yang dibuang melalui empat sungai yang melintasi wilayah Tangerang.
Keempat sungai itu adalah Sungai Cisadane, Cimanceri, Cirarab dan Kali Sabi.
Sungai-sungai tersebut bermuara ke Teluk Jakarta, sehingga dapat meningkatkan
kadar logam berat dalam air laut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh S. Yatim, dkk
menunjukkan bahwa kadar logam berat dalam air di Teluk Jakarta sudah tergolong
tinggi, bahkan di beberapa lokasi seperti muara Angke kadar logam beratnya
cenderung meningkat. Hasil penelitian [3] dan [4] di perairan muara Angke
menunjukkan bahwa air laut , udang, kerang-kerangan dan beberapa jenis ikan yang
hidup di muara Angke telah tercemar oleh merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium
(Cd). Selanjutnya disebutkan bahwa sumber bahan cemaran tersebut berasal dari
kegiatan di darat, khususnya industri yang membuang limbahnya ke Kali Angke.
Efek terhadap ekosistem
Dari kedua kasus pencemaran logam berat di laut yang terjadi di Indonesia
tersebut, memiliki efek yang negatif bagi lingkungan / ekosistem sekitarnya.
Ekosistem awal yang masih baik menjadi terganggu akibat adanya logam berat yang
mencemari mereka. Seperti kasus pencemaran logam berat akibat penambangan
timah laut yang terjadi di Bangka Belitung. Penambangan timah lepas pantai dapat
meningkatkan produktivitas pertambangan timah di masa mendatang, namun hal ini
akan mengakibatkan kerusakan lingkungan jika tidak dilakukan sesuai dengan
prosedur. Berdasarkan Permen LH No. 05 Tahun 2012, semua sebaran penambangan
di laut berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem
pesisir dan laut, mengganggu alur pelayaran dan proses-proses alamiah di daerah
pantai. Limbah penambangan timah lepas pantai ini akan mengakibatkan terjadinya
akumulasi logam berat pada ikan, cumi – cumi, kerang dan biota lain yang hidup di
laut. Seperti yang dilansir dalam lensaindonesia.com, aktivitas penambangan timah di
laut Bangka Belitung dituding menyebabkan kekayaan terumbu karang rusak.
Kerusakan ini karena terumbu karang tertutup lumpur terkait kegiatan kapal isap dan
tambang inkonvensional (TI) apung yang terus menyedot timah di wilayah perairan.
Pencemaran logam berat yang terjadi di Teluk Jakarta sendiri memiliki efek
yang kurang lebih sama dengan pencemaran timah di Bangka Belitung. Logam berat
yang masuk ke dalam Teluk Jakarta akan terakumulasi di dalam biota laut yang
bersifat bentik seperti kerang-kerangan. Karena kandungan logam berat yang tinggi,
menyebabkan matinya ribuan ikan di teluk Jakarta beberapa waktu lalu. Dan
membuat warna air laut menjadi hitam pekat. Kematian total terumbu karang di Teluk
Jakarta juga menjadi dampak dari adanya pencemaran logam berat ini. Dan yang pasti
kualitas air dimana terjadi pencemaran logam berat akan buruk.
Efek terhadap sosial ekonomi
Terjadinya pencemaran logam berat di laut ini dampaknya akan menjalar ke
sektor soisal dan ekonomi rakyat pesisir meskipun tidak secara langsung. Kedua
tempat di atas memiliki efek yang cenderung sama untuk bidang sosial dan ekonomi.
Masyarakat nelayan yang berada di kawasan yang telah tercemar oleh logam berat,
terus menerus mengeluhkan tangkapannya yang berkurang, lantaran pengaruh limbah
tambang seperti yang terjadi di Bangka Belitung. Sedangkan dana kompensasi yang
diberikan pengusaha tak akan mampu menutupi kebutuhan masyarakat untuk
menghadapi masa setelah tambang tersebut. Potensi perikanan, yang menjadi salah
satu sumber ekonomi Bangka Belitung menjadi menurun karena sebagian besar ikan-
ikan di daerah pertambangan pasti akan pindah dan hilang. Hal ini memicu nelayan –
nelayan disana untuk beralih profesi menjadi buruh dan bekerja di sektor tambang.
Dapat diartikan, nelayan – nelayan Bangka Belitung yang beralih profesi menjadi
buruh tambang akan berkurang rasa kepeduliannya terhadap lingkungan atau
mindsetnya telah berubah. Sedangkan untuk kasus pencemaran logam berat yang
terjadi di Teluk Jakarta, dampak terjadi pada sektor sosial ekonomi adalah bidang
pariwisata. Kegiatan wisata yang menjadi sumber penghasilan masyarakat sekitar
akan berkurang karena kondisi lautnya yang buruk. Air berwarna hitam serta potensi
perikanan dan kelautan yang menipis akibat adanya logam berat ini. Teluk Jakarta
menjadi tidak menarik lagi. Seafood yang dijual didaerah Teluk terkontaminasi logam
berat sehingga tidak layak dikonsumsi. Hal ini tentu mempenggaruhi ekonomi
masyarakat di sekitar Teluk Jakarta.
Efek terhadap kesehatan manusia
Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran logam berat di laut yaitu
terganggunya kesehatan manusia. Logam berat yang mencemari kawasan Bangka
Belitung dan Teluk Jakarta akan berakibat fatal apabila terakumulasi dalam tubuh
manusia dalam jumlah yang besar. Bahan – bahan beracun tersebut dapat masuk ke
tubuh manusia melalui proses rantai makanan. Manusia memakan makanan laut
(kerang, ikan, cumi – cumi, dll) yang terkontaminasi / terakumulasi logam berat,
kemudian logam berat tersebut akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Akumulasi
logam berat dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan neurologi (susunan syaraf),
gangguan pada ginjal, sistem reproduksi penyakit akut atau kronik sistem syaraf,
bronchitis, sampai rusaknya paru-paru. Sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat
di Jepang. Merkuri yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk minamata
terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya
menderita cacat dan meninggal. Untuk efek yang terjadi di tubuh bagian luar adalah
gatal – gatal, iritasi kulit, dan lain – lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bryan, G.W. 1976. Heavy Metal Contamination in the Sea dalam R. Johson (Ed).
Marine Pollution. London Academic Press.
Connel, D.W and. G. J. Miller. 1995. Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. 520
p
http://www.antarasumsel.com/berita/268333/pencemaran-tambang-timah-laut-babel-
memprihatinkan. diakses pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 21.30 WIB.
http://www.gresnews.com/berita/detail-print.php?seo=117176-teluk-jakarta-kian-
tercemar-pakar-kandungan-logam-tinggi-hindari-seafood-hasil-budi-daya-
dekat-pantai. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 22.45 WIB
Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat. Dalam Status
Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. P30 - LIPI. Jakarta.
Hal 45-59
Jukandi, Dori. 2013. http:// fppb.ubb.ac.id /?Katagori = Lingkungan&&judul_artike l
= DAMPAK + PENAMBANGAN + BAGI + MASYARAKAT + BANGKA +
BELITUNG &&id=363&&Page = artikel_ubb&&ID_Menu=363. Diakses
pada tanggal 3 November 2014 pukul 20.00
Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap Kualitas Air
Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan Teluk
Jakarta). Makara Sains, Volume 8 No. 2 Agustus 2004.
Miettinen, J.K. 1977. Inorganic Trace Element as Water Pollutan to Healt and
Aquatic Biota dalam F. Coulation an E. Mrak, Ed. Water Quality Procced of an
Int. Forum. Academic Press. New York.
Palar, H .1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Bandung
Wilson, D.N. 1988. Cadmium-Market Trends And Influences In Cadmium 87.
Proceedings Of The International Cadmium Conference London: Cadmium
Association.