repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 18797... · web view abstrak -...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
STUDI PERILAKU JOIN BALOK CASTELLA – KOLOM BAJA AKIBAT BEBAN SIKLIK
DISUSUN OLEH :
ARIANTO
D111 09 259
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tugas akhir dengan
judul “STUDI PERILAKU JOIN BALOK CASTELLA – KOLOM BAJA AKIBAT BEBAN SIKLIK”, sebagai salah satu persyaratan yang diajukan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa, Laboratorium Mekanika Terapan di jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian serta penulisan tugas akhir ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap langkah kehidupan penulis, yang setia menjadi sumber kekuatan dan pengharapan yang abadi. Terima kasih untuk setiap kesempatan mengadu dan mengucap syukur untuk semua hal yang boleh terjadi.
2. Ayahanda Lolok Sarungallo dan Ibunda Lince untuk semua kasih sayang yang selalu diberikan, untuk semua doa yang selalu teruntai, untuk semua dukungan moral dan materil yang tidak akan pernah mampu ananda balas.
3. Bapak Prof. Dr.Ing. Herman Parung, M.Eng., selaku pembimbing I, Ibu Dr.Eng.Hj. Rita Irmawaty,ST. MT., selaku pembimbing II, untuk semua kesabaran selama membimbing dan mengarahkan penulis dari awal penelitian hingga selesainya semua tahap penulisan dan pemaparan hasil penelitian.
4. Saudara-saudaraku: Andre, Lisa Lolok, dan Jefri Sarungallo, untuk semua dukungan yang selalu kalian berikan dan untuk semua permohonan yang tak pernah lupa kalian sisipkan dalam setiap doa.
5. Pak Yunusmara, Ibu Suri dan Ramin sebagai teman seperjuangan dari awal memulai penelitian ini, selama masa penyusunan laporan dan akhirnya boleh bersama-sama menyelesaikan pemaparan hasil penelitian ini. Terima kasih untuk kesempatan dimana penulis boleh belajar dan bekerja bersama dengan kalian, hingga akhirnya boleh bersama-sama kembali mengucap syukur untuk semua hal yang telah kita perjuangkan.
6. Deril, dan teman-teman civilkozongzembilan; Ray, Ely, Apri, Louis, Boni, Septi, Isak dan semua teman-teman sipil angkatan 2009. Terima kasih untuk semua tetes keringat, air mata, tenaga, waktu dan kebersamaan yang sudah kita habiskan bersama-sama tidak hanya selama penelitian di laboratorium, namun di setiap detik kehidupan kita di kampus merah dari awal menjadi maba hingga sekarang kita menjadi mantan maba.
7. Semua dosen dan pegawai Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, semua peneliti dan Pak Karel Tikupadang, ST. di Laboratorium Mekanika Terapan Universitas Kristen Indonesia Paulus serta kakak-kakak senior dan adik-adik Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, untuk semua bantuan dan kerjasama selama penyelesaian tugas akhir ini.
8. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu karena begitu banyaknya bantuan, dukungan dan doa yang penulis terima selama penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak celah kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih atas setiap koreksi, saran, masukkan maupun petunjuk yang bersifat konstruktif untuk kelanjutan penyusunan yang jauh lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap dengan selesainya penulisan dan penyusunan tugas akhir ini maka dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pengetahuan semua pihak yang turut membaca, khususnya dalam bidang struktur dan bagi pembangunan dunia ketekniksipilan secara umum.
Makassar, Juni 2015
Penulis
Abstrak
Castellation adalah proses memotong badan baja profil dengan pola zig-zag dimana setengah bagian profil baja yang telah dipotong disambung dengan cara digeser atau dibalik (ujung kanan di las dengan ujung kiri, dan sebaliknya) sehingga membentuk lubang berbentuk polygonal. Perilaku balok kastella dengan pembebanan monotonik telah banyak dikembangkan oleh para peneliti, tetapi hasil penelitian yang dihasilkan belum bisa digunakan untuk mendesaian elemen struktur pada bangunan bertingkat yang menerima beban gempa sehingga diperlukan suatu penelitian dalam bentuk eksperimental dalam laboratorium terhadap balok kastella yang dibebani beban siklik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas beban siklik yang mampu dipikul oleh suatu balok baja kastella dan mengidentifikasi tipe kerusakan yang terjadi pada balok baja kastella pada saat pembebanan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Struktur Teknik Sipil Universitas Hasanuddin di Kabupaten Gowa. Model penelitian berupa studi eksperimen terhadap 2 balok normal IWF 200 (kiri dan kanan) dan 2 balok kastella (kiri dan kanan) panjang 2 meter yang disambungkan pada kolom baja dengan pembebanan siklik. Dari hasil penelitian diperoleh : 1) Dari hubungan beban dengan lendutan diperoleh
peningkatan kekuatan balok kastella sebesar 43,33 % dari kekuatan balok baja IWF 200 pada lendutan 7,2 mm. 2) Dari hubungan tegangan dengan regangan diperoleh peningkatan kekuatan balok kastella sebesar 41,10 % dari kekuatan balok baja IWF 200 pada kondisi leleh. 3) Tekuk badan balok kastella mengalami penurunan 14,7 % dibanding balok baja IWF 200.
Kata kunci: balok baja IWF 200, balok kastella, balok kolom, pembebanan siklik.
Abstract
Castellations is a process of cutting the web of profile steel with a zig-zag pattern where half of the profiles steel that have been cut should be by sliding or reversed (right end in welding with the left end, and vice versa) to form a polygonal shaped hole. Castella beam behavior with monotonic loading has been developed by researchers, but the research results generated can not be used for structural elements mendesaian multistory buildings that receive seismic load so we need a form of experimental research in the laboratory against castella beam encumbered cyclic loading. This study aims to determine the cyclic load capacity capable carried by a steel beam Kastella and identify the type of damage that occurs in Kastella steel beams at the time of loading. This research was conducted in the Laboratory of Materials and Structures in Civil Engineering , Hasanuddin University in Gowa . Model experimental research is a study of the two beams normal IWF 200 ( left and right ) and 2 castellated beams ( left and right ) 2 -meter length attached to a steel column with cyclic loading . The results were obtained : 1 ) From the relationship with the load beam deflection obtained by increasing the strength of Castella for 43.33 % of the strength of the steel beam deflection IWF 200 at 7.2 mm . 2 ) From stress to strain relationship obtained by increasing the strength of the beam Castella amounted to 41.10 % of the strength of steel beams IWF 200 on melting conditions . 3 ) Bend the beam body castella decreased 14.7 % compared to a steel beam IWF 200 .
Keywords: steel beams IWF 200, Castela beams, beam-column, cyclic loading.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
LEMBAR PENGESAHAN x
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4. Batasan Masalah 4
1.5. Manfaat Penelitian 5
1.6. Sistematika Penulisan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya 7
2.2 Sifat - Sifat Baja 8
2.3 Momen Inersia 11
2.4. Balok Baja Castella 11
2.4.1 Desain Balok Baja Castella 12
2.5Sifat Aksi Umum Balok 14
2.6Sifat Perluasan Girder 17
2.7 Tekuk Elastik Pada Balok 19
2.8 Tegangan Lentur Balok Baja Castella 21
2.9 Join Balok – Kolom Baja 23
2.10 Kegagalan Dalam Balok Baja Castella 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Umum 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 26
3.3 Jenis Penelitian dan Sumber Data 26
3.4 Skema penelitian 27
3.5 Desain Penelitian 27
3.6 Metode Pengujian 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Material 31
4.2 Joint Balok Normal IWF 200 - Kolom 32
4.3 Joint Balok Castella - Kolom 36
4.4 Pengaruh Castellation Terhadap Balok Baja Normal IWF 200 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 42
5.2 Saran 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Idealisasi diagram tegangan regangan untuk baja struktural 9
Gambar 2.2 Baja Profil WF 11
Gambar 2.3 Bagian-bagian hexagonal balok kastela (Patrick Bardley, 2007) 12
Gambar 2.4 Proses cutting dan joining dari baja profil I ke balok baja castela 13
Gambar 2.5 Hubungan lendutan, kekakuan, dan regangan 15
Gambar 2.6 Penampang balok baja castella 17
Gambar 2.7 lokal buckling pada balok (a) sayap tertekan (b) badan tertekan 20
Gambar 2.8 Bidang momen dan geser akibat beban vertical pada balok castella (Blodgett,
Omer W., 1982) 21
Gambar 2.9 Gaya geser V1 dan V2 dibagi rata ke bagian Tsection atas dan Tsection bawah
(Blodgett, Omer W., 1982) 23
Gambar 2.10 Tekuk Badan (Redwood & Demirdjian, 1998) 25
Gambar 3.1 Skema penelitian 27
Gambar 3.2 Penampang melintang balok uji 28
Gambar 3.3 Kerangka pengujian balok kolom 28
Gambar 4.1 Pengujian tarik profil baja IWF 200.100.8.5,5 32
Gambar 4.2 Grafik hubungan beban (KN) dan lendutan (mm) pada balok IWF
200…………………………………………………………….. 33
Gambar 4.3 Grafik hubungan tegangan dan regangan pada SFA2 34
Gambar 4.4 Grafik hubungan tegangan dan regangan pada SFB2 34
Gambar 4.5 Grafik hubungan tinggi badan dengan tekuk badan maksimum
pada balok baja normal IWF 200 35
Gambar 4.6 Grafik hubungan beban (KN) dan lendutan (mm) pada balok
baja castella 36
Gambar 4.7 Grafik hubungan tegangan dan regangan pada SFA2 27
Gambar 4.8 Grafik hubungan tegangan dan regangan pada SFB2 37
Gambar 4.9 Grafik hubungan tinggi badan dengan tekuk badan maksimum
pada balok baja castella 38
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Batas Lendutan Maksimum (δ) 17
Tabel 4.1 Hasil pengujian tarik profil baja IWF 200.100.8.5,5 31
Tabel 4.2 Tabel perbandingan peningkatan beban balok normal IWF
200 dengan balok Castella 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Foto-foto pelaksanaan penelitian
Lampiran 2 Evaluasi kelangsingan penampang dan tegangan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini konstruksi baja merupakan suatu Alternatif yang menguntungkan dalam
pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini
dikarenakan material baja mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan bahan konstruksi yang
lain. Seperti sifat baja dengan kekuatan yang tinggi sehingga struktur yang terbuat dari baja pada
umumnya mempunyai ukuran tampang yang relatif kecil dan proses pengerjaan yang relatif
lebih cepat.
Kebanyakan struktur bangunan dengan material baja menggunakan profil baja solid.
Profil solid ini sudah digunakan sejak awal perkembangan era struktur baja. Seiring dengan
perkembangannya dan mulai ditemukanya profil castella, penggunaan profil baja mulai lebih
beragam. Tetapi dibandingkan dengan profil baja solid. profil castella bisa menjadi solusi praktis
dalam pengerjaan konstruksi, karena karakteristiknya yang cukup menguntungkan.
Metode castella merupakan gagasan pertama kali dikemukakan oleh H.E. Horton dari
Chicago dan Iron Work sekitar tahun 1910. Dengan cara semacam itu maka balok dengan luas
yang sama akan menghasilkan modulus potongan dan momen inersia yang lebih besar. Namun
disisi lain dengan semakin tingginya balok maka kelangsingannya semakin meningkat sehingga
akan menurunkan tegangan kritisnya, atau akan menghasilkan tegangan kritis yang lebih kecil
dari pada tegangan lelehnya (fcr < fy). Jika fcr < fy maka profilnya akan cepat rusak, hal ini dapat
diatasi dengan cara memasang pengaku pada bagian pelat badannya.
Kebanyakan struktur bangunan dengan material baja memakai profil baja solid. Profil
solid ini sudah digunakan sejak awal perkembangan era struktur baja. Seiring dengan
perkembangannya dan mulai ditemukan-nya profil castella, penggunaan profil baja mulai lebih
beragam.
Tetapi dibandingkan dengan profil baja solid, profil baja castella bisa menjadi solusi
praktis dalam pengerjaan konstruksi, karena karakteristik-nya yang cukup menguntungkan. Baja
castella adalah profil baja I, H, atau U yang kemudian pada bagian badannya dipotong
memanjang dengan pola zig-zag. Kemudian bentuk dasar baja diubah dengan cara menggeser
atau membalik setengah bagian profil baja yang telah dipotong. Penyambungan setengah bagian
profil dengan cara dilas pada bagian “gigi-gigi”nya. Sehingga terbentuk profil baru dengan
lubang berbentuk segi enam (hexagonal), segi delapan (octogonal), dan lingkaran (circular)
(Johann Grűnbauer, 2001).
Balok baja castella dianalogikan sebagai Vierendeel truss yang dihasilkan dengan cara
menambah lebar balok menjadi lebih tinggi (H). (Jihad Dokali Megharief, 1997).
Profil castella mempunyai beberapa kelebihan diantaranya adalah (Megharief, 1997) :
1. Mempunyai momen inersia dan modulus section yang lebih besar sehingga lebih kuat dan
kaku bila dibandingkan dengan profil asalnya.
2. Mampu memikul momen lebih besar dengan tegangan ijin yang lebih kecil.
3. Bahannya ringan, kuat, serta mudah dipasang.
4. Mengurangi biaya erection (pengangkatan).
Profil castella juga mempunyai beberapa kelemahan (Megharief,1997) :
1. Kurang tahan api. Sehingga harus ditambah dengan lapisan tahan api 20% lebih tebal agar
mencapai ketahanan yang sama dengan profil awalnya.
2. Kurang kuat menerima gaya lateral.
3. Kurang kuat dalam menerima gaya geser
Dalam pemilihan tipe struktur dan material tidak hanya dituntut dalam segi kekuatan
menerima beban. Tetapi harus memiliki daya guna dan hasil guna yang seimbang. Studi
eksperimental ini diharapkan akan bermanfaat untuk menambah referensi bagi perencana yang
berminat menggunakan material baja. Karena dari beberapa penelitian terdahulu kelihatan
bahwa desain dari balok castella belum sampai pada tahap menentukan kemampuannya dalam
menerima beban siklik. Penelitian ini diharapkan mampu menjawab masalah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa kapasitas beban siklik yang mampu dipikul oleh suatu balok baja castella ?
2. Bagaimana tipe kerusakan terjadi pada balok baja castella pada saat pembebanan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Terkait dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kapasitas beban siklik yang mampu dipikul oleh suatu balok baja castella.
2. Mengidentifikasi tipe kerusakan yang terjadi pada balok baja castella pada saat pembebanan.
1.4. Batasan masalah
Untuk mencapai tujuan di atas, akan dilakukan penelitian uji eksperimental join balok
castella – kolom baja agar diketahui efek pembebanan siklik terhadap kapasitas beban
maksimum dan defleksi serta tekuk badan yang terjadi pada balok baja castella, yang dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan adalah studi eksperimen terhadap join balok castella – kolom
baja. Baja yang digunakan pada penelitian ini adalah balok baja IWF 200.
2. Pengujian dilakukan dengan uji siklik.
3. Bentuk bukaan hexagonal dengan tinggi 0.6 H, panjang bukaan 9 cm dan sudut bukaan 60˚.
4. Tidak membahas tentang kekuatan las sambungan pada balok baja castella.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perilaku dari join balok castella – kolom baja akibat pembebanan siklik yang
dapat memenuhi persyaratan teknis seperti: lentur, lendutan, dan tekuk badan.
2. Mengetahui kapasitas beban siklik yang mampu dipikul oleh join balok castella – kolom
baja yang dapat dipergunakan dalam desain struktur bangunan baja.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka sistematika penulisan
penelitian disusun dalam lima bab. Adapun sistematika penulisan penelitian adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latarbelakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian,
pokok bahasan dan batasan masalah serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menyajikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk menganalisis dan membahas
permasalahan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Menjelaskan mengenai langkah-langkah atas prosedur pengambilan dan pengolaan data hasil
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menyajikan data-data hasil penelitian di laboratorium, analisis data, hasil analisis data dan
pembahasannya.
BAB V PENUTUP
Menyajikan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Para peneliti terdahulu telah banyak melakukan studi eksperimen dan kajian teoretis
tentang balok castella dengan bentuk lubang heksagonal untuk mengetahui tegangan dan
defleksi pada balok. Dari hasil penelitian tersebut hampir semuanya terfokus pada bentuk
bukaan, yang berdasar pengalaman di lapangan pada umumnya terjadi konsentrasi tegangan
pada bagian sudut sehingga sering menimbulkan crack di daerah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wakchaure M. R., Sagade A. V., Auti
V. (2012) pada balok baja castella dengan variasi kedalaman dari bukaan badan didapat beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Sampai dengan batas layan balok baja castella memiliki kekakuan hampir sama profil balok
aslinya.
2. Balok baja castella berperilaku baik untuk beban layan sampai dengan kedalaman bukaan
maksimum sebesar 0,6D.
3. Balok baja castella memiliki bukaan badan dengan efek lokal balok, peningkatan beban
menyebabkan balok akan gagal pada mode kegagalan yang berbeda, yang resistan terhadap
beban hingga kapasitas sebenarnya diperoleh.
4. Peningkatan efek Vierendeel sebagai kedalaman bukaan secara jelas diamati pada sudut dan
lebar bukaan badan.
Herman Parung dkk (2013) telah melakukan penelitian sebagai tindak lanjut dari
penelitian Wakchaure M. R., Sagade A. V., Auti V. (2012). Penelitian ini menggunakan profil
IWF 200 100 5.5 8 yang dipabrikasi menjadi balok castella berlubang segi enam (hexagonal),
tinggi bukaan 0,6 H, variasi sudut dan panjang bukaan dengan pembebanan monotonik. Hasil
penelitian menunjukkan sudut bukaan 600 dan panjang bukaan 9 cm memberikan hasil yang
optimal untuk bukaan segi enam (hexagonal).
Namun penelitian-penelitian sebelumnya kelihatan bahwa desain dari balok castella
hanya berfokus pada pembebanan monotonik, belum sampai menggunakan pembebanan siklik
untuk mengetahui perilaku balok dalam memikul beban gempa.
Tega
ngan
, kg/
cm
1.1.1 2.2 Sifat-Sifat Baja
Pengetahuan mengenai sifat-sifat baja merupakan keharusan apabila akan menggunakan
baja sebagai pilihan untuk suatu bagian struktur. Sifat mekanis yang sangat penting pada baja
dapat diperoleh dari uji tarik. Uji ini melibatkan pembebanan tarik sampel baja sampai
mengalami kehancuran dan bersamaan dengan itu dilakukan pengukuran beban dan
perpanjangan sehingga akan diperoleh tegangan dan regangan, yang dihitung dengan
menggunakan :
Tegangan = f tr=
PA ....................................................... (2.1)
Regangan = ε=
L1 -LO
LO ....................................................... (2.2)
Dimana :
f tr : Tegangan tarik yang dihitung (kg/cm2)
P : Beban tarik yang diberikan (kg)
A : Luas penampang melintang sampel tarik (cm2); Harga ini diasumsikan konstan
selama uji dilakukan; Pengurangan luas penampang diabaikan.
: Regangan
L1 - L0 : Perpanjangan atau perubahan panjang antara dua titik acuan pada sampel tarik
(cm).
L0 : Panjang semula di antara dua titik acuan (dapat berupa tanda berlubang) pada
sampel tarik sebelum dibebani (cm).
Tega
ngan
, kg/
cmRegangan
Batas Proporsional, f p
fy
p y
Baja tersebut tetap elastis bila tegangannya tidak melampaui harga di atas batas
proporsional yang disebut batas elastis. Dengan menambah bebannya, akan tercapai suatu titik
pada saat regangan bertambah untuk harga tegangan yang konstan, disebut tegangan leleh ( f y )
yaitu tegangan untuk daerah horisontal kurva tegangan-regangan. Bagian kurva mulai titik awal
sampai batas proporsional disebut daerah elastis. Pada dewasa ini, hampir semua baja struktural
didesain sedemikian rupa sehingga tegangan aktual di dalam elemen struktur tidak melebihi
tegangan izin, yaitu mempertahankan tegangan di dalam daerah elastis disebut desain tegangan
izin atau desain elastis. Pada desain demikian, hanya bagian kiri dari kurva tegangan-tegangan
yang diperlihatkan oleh desainer. Sekalipun demikian, masih ada daerah tegangan-regangan
yang dapat dialami oleh baja sebelum mencapai kekuatan tarik maksimum ( f u ) hingga
mengalami kegagalan tarik.
Ketika baja masuk ke dalam daerah plastis yaitu apabila melampaui batas proporsional,
regangan akan bertambah untuk tegangan yang konstan sebesar f y; Maka lama-kelamaan akan
tercapai suatu titik di mana kapasitas pikul bebannya bertambah yang disebut fenomena strain
hardening atau pengerasan regangan. Sekalipun desain elastis merupakan cara yang paling
sering, namun penggunaan desain yang mengijinkan sebagian dari elemen struktur mengalami
tegangan leleh, f y , dan regangannya ada di dalam daerah plastis disebut desain plastis. Dimana
untuk berbagai tujuan praktis hanya daerah elastis dan daerah plastis yang ditinjau karena
regangan dalam daerah pengerasan regangan sedemikian besar sehingga deformasinya terletak
dalam daerah yang tidak dapat diterima dalam desain.
Gambar 2.1. Idealisasi diagram tegangan regangan untuk baja struktural
Dalam diagram tegangan – regangan juga menunjukkan 2 (dua) fenomena yang tidak
kalah menariknya, yaitu : (1) Modulus Elastisitas, E (atau Modulus Young) yang besarnya
merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan, dan kemiringan kurva tegangan –
regangan di dalam daerah elastis. E untuk semua baja struktural pada dasarnya sama, yaitu
2,0.105 Mpa.
2.3 Momen Inersia
Profil WF (Wide Flange) adalah salah satu profil baja struktural yang paling populer
digunakan untuk konstruksi baja. Profil ini terbagi dalam 3 bagian yang berbentuk persegi
seperti pada gambar 2.2. Dengan demikian perhitungan momen inersia baja ini menggunakan
rumus :
I=112
b h3 .........................................................................(2.3)
Gambar 2.2. Baja Profil WF
2.4 Balok Baja Castella
Castellation adalah proses memotong badan profil dengan pola zig-zag yang dicetak
menggunakan hot-rolled (cetakan panas) berbentuk H, I, atau U. Setengah bagian profil baja
yang telah dipotong disambung dengan cara digeser atau dibalik (ujung kanan di las dengan
ujung kiri, dan sebaliknya) sehingga membentuk lubang berbentuk polygonal. Hal ini
mengakibatkan bertambahnya tinggi (h) dan tinggi daerah pemotongan (d).
Di bawah ini merupakan bagian-bagian dari balok baja castella :
Web-Post : Luas solid dari balok baja kastella.
Castellation : Luas yang sudah mengalami pelubangan (hole).
Throat Width : Perpanjangan horisontal dari potongan “gigi” bawah profil.
Throat Depth : Tinggi daerah profil potongan “gigi” bawah sampai sayap profil.
Gambar 2.3 Bagian-bagian hexagonal balok castella (Patrick Bardley, 2007)
2.4.1 Desain Balok Castella
Profil castella ini dibuat secara ekonomis dengan menggunakan suatu profil baja yang
dipotong secara simetris arah zig-zag sepanjang garis tengah profil. Dimulai pemotongan secara
mendatar, pada bagian bawah dengan panjang tertentu kemudian naik dengan sudut dan
ketinggian tertentu, kembali memotong secara mendatar, turun lagi dengan sudut dan ketinggian
tertentu, kembali pemotongan secara mendatar dengan panjang yang sama. Pemotongan
dilakukan secara terus menerus dengan cara yang sama sehingga mencapai panjang batang (L)
yang diinginkan. Selanjutnya sisi potongan terluar ditemukan dan disatukan dengan teknik
pengelasan, sehingga akan didapatkan profil yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan berlubang
Bottom Tee Web Post Weld
Castellation
Top Tee
Web Post
Width of Throat
pada bagian badan (open-web expanded beam), Proses cutting dan joining dari baja profil I ke
balok baja castella bisa terlihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Proses cutting dan joining dari baja profil I ke balok baja castella
Memulai desain dengan balok IWF standar yang lebih ringan balok baja castela
dirancang untuk dapat memikul beban yang lebih besar. Untuk desain struktur bangunan
pemanfaatan bagian lubang biasanya digunakan sebagai sistem pemipaan struktur, sistem
jaringan kabel elektrikal, dan sistem jaringan kabel telekomunikasi, sehingga pipa-pipa dan
kabel-kabel tidak mengurangi volume ruang dari struktur tersebut. Pada bangunan seperti hotel
atau perkantoran jarak antara lantai dan plafond dapat dikurangi, sehingga menghasilkan
ruangan yang lebih besar.
Selain pemanfaatan itu, balok castella ini juga menghasilkan sirkulasi udara untuk
kebutuhan mesin-mesin untuk struktur pabrik. Sistem pengelasan yang dilakukan, yaitu dengan
penggunaan “semi-automatic” las lengkung. Dengan sistem ini badan penampang dapat 100%
tersambung.
2.5 Sifat Aksi Umum Balok
Balok adalah suatu elemen struktur yang berfungsi mentransfer beban vertikal. Akibat beban
kerja vertikal ini, maka balok akan mengalami lenturan atau disebut sebagai elemen lentur.
Lentur yang terjadi pada balok akibat beban kerja (beban terpusat/beban merata) akan
menyebabkan bagian atas dari garis netral akan tertekan (terjadi perpendekan) dan bagian bawah
dari garis netral akan tertarik (terjadi perpanjangan).
Akibat beban kerja yang tegak lurus sumbu memanjang balok ini, maka penampang balok akan
mengalami kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1. Terjadi tegangan lentur (flexural strength) dan tegangan geser (shear strength).
2. Terjadi tekuk arah samping (lateral torsional buckling).
3. Terjadi lendutan (flexibility)
Menurut Gideon (1994), suatu balok dapat dibayangkan sebagai susunan sejumlah tak
berhingga serat atau batang tipis memanjang (longitudinal). Setiap serat diasumsikan beraksi
secara independen terhadap yang lain, yaitu, tidak ada tekanan lateral atau tegangan geser
diantara serat. Umumnya balok bahkan karena berat sendirinya akan terlendut ke bawah dan
serat-serat pada bagian bawah akan mengalami pemanjangan, sedang bagian bawah akan
mengalami pemendekan.
Perubahan panjang serat ini menghasilkan tegangan dalam serat. Bagian yang mengalami
pemanjangan mempunyai tegangan tarik dengan arah sumbu memanjang, sedang bagian yang
mengalami pemendekan akan terjadi tegangan tekan.
Gambar 2.5 Hubungan lendutan, kekakuan, dan regangan
0.5 dg
∆LL
ρ adalah jari-jari kelengkungan dari sumbu netral dan 0.5dg adalah jarak
antara sumbu netral ke serat bawah . Dari hubungan kesebangunan segitiga pada
Gambar tersebut diperoleh :
(2.4)
Berdasarkan Hukum Hooke :
(2.5)
(2.6)
Karena ,maka dengan w.0.5 dg =I ,hubungan antara jari-jari
kelengkungan, momen, modulus elastisitas danlendutan untuk beban dua titik persamaannya
adalah :
dimana:
Perbandingan ∆L/L menyatakan suatu regangan, sehingga selanjutnya akan
diperoleh :
atau (2.7)
dimana :
ρ : jari – jari kelengkungan dari sumbu netral (cm)
∆ : lendutan yang terjadi akibat pembebanan (cm)
L : panjang bentang (cm)
L1 : panjang bentang dari tumpuan ke titik pembebanan (cm)
P : beban (kg)
E : modulus elastisitas (kg/cm²)
0 .5 dgρ
=ΔLL
ε= fE
f =E . ε
1ρ= M
E . w . 0 .5 dgf = M
w
Δ= PL3
24 EIX ( 3 L1
L−4 L 13
L3 )ρ=(3 L2−4 L12 )24 Δ
1ρ= ε
0. 5 dgε=0 .5 dg
ρ
I : momen inersia (cm⁴)
Batas-batas lendutan untuk keadaan kemampuan-layan batas harus sesuai dengan
struktur, fungsi penggunaan, sifat pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh
struktur tersebut. Batas lendutan maksimum (δ) diberikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Batas Lendutan Maksimum (δ)
Komponen struktur dengan beban tidak terfaktor
Beban tetap
Beban sementara
Balok pemikul dinding atau finishing yang getas
L/360 -
Balok biasa L/240 -Kolom dengan analisis orde pertama saja
h/500 h/200
Kolom dengan analisis orde kedua h/300 h/200Dengan syarat Δ < δ
2.6 Sifat perluasan girder
Berdasarkan buku Design of Welded Structures sifat perluasan grider pada balok baja
castella dapat ditentukan berdasarkan rumus berikut ini:
dg d
ds dT Cs
h
Gambar 2.6 Penampang balok baja castella
Menghitung titik berat pada penampang balok baja castella
(2.8)
(2.9)
dari rumus 2.8 dan 2.9, diperoleh titik berat penampang,yaitu :
(2.10)
(2.11)
Setelah diperoleh profil bukaan badan yang dirancang. Inersia profil dapat ditentukan.
Inersia yang dipakai seperti yang diuraikan sebelumnya adalah inersia pada bagian badan
yang berlubang (dua Tsection).
(2.12)
(2.13)
dg d
ds dT Cs
h
a t=¿ af +a w=¿ b. tf +d s . t w ¿¿
Ay =¿ a f (ds+ tf2 )+a w(ds
2 ) ¿
Cs= Aya t
d=2(h+Cs)
Iy=af (d s2+d s . tf + tf 2
3 )+a w . d s2
3It=Iy−Cs. Ay
(2.14)
Menghitung modulus penampang potongan balok baja castella
(2.15)
(2.16)
Dimana:
aw : Luas penampang badan (cm²)
af : Luas penampang sayap (cm²)
tw : Tebal badan (cm)
tf : tebal sayap (cm)
Cs : titik berat penampang grider (cm)
Iy : momen inersia (cm⁴)
It : momen inersia (cm⁴)
Ig : momen inersia balok baja castella (cm⁴)
Sb : modulus penampang potogan balok baja castella (cm³)
Ss,f : modulus penampang potongan bidang tarik-tekan balok baja castella (cm³)
2.7 Tekuk Elastik Pada Balok
Tegangan Normal Dalam Balok dan Momen Kapasitas
Untuk setiap balok yang mempunyai satu bidang simetri memanjang dan dikenai momen
tekuk M pada suatu penampang melintangnya, tegangan normal yang bekerja pada serat
memanjang pada jarak y dari sumbu netral balok diberikan dengan persamaan :
Ig=2 It+ at . d 2
2
S s , f = ¿c s
Sb=2 Igdg
f = M . yI (2.17)
Sehingga momen kapasitasnya yaitu :
M= f . I
y (2.18)
Dimana I menyatakan momen inersia penampang melintang terhadap sumbu netral.
Lokasi Sumbu Netral
Ketika aksi dalam balok masih dalam batas elastis, sumbu netral melewati centroid atau
pusat penampang melintang. Dengan demikian, momen inersia I yang muncul dalam persamaan
di atas untuk tegangan normal adalah momen inersia luasan penampang-melintang terhadap
sumbu yang melewati centroid penampang melintang balok.
Modulus Penampang
Pada serat terluar balok nilai koordinat y sering dinyatakan dengan simbol c. Dalam
kasus ini tegangan tekuk dapat dinyatakan dengan,
f = M .cI atau
f = MIc (2.19)
Rasio I/c disebut modulus penampang dan biasanya dinyatakan dengan simbol S.
Satuannya adalah m3. Dengan demikian tegangan tekuk maksimum dapat dinyatakan dengan
f = MS (2.20)
Local buckling (tekuk lokal) pada badan profil, seperti yang terlihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 lokal buckling pada balok (a) sayap tertekan (b) badan tertekan
(a) (b)
2.8 Tegangan Lentur Balok Baja Castella
Fungsi sayap pada balok memikul sebagian besar dari beban dan gaya-gaya internal yang
ada, kehilangan dari area badan tidak begitu mempengaruhi balok untuk memikul momen
selama tinggi tampang cukup untuk menghasilkan inersia yang diperlukan. Sedangkan, geser (D)
dan normal (N) yang dipikul pada badan harus diperhatikan (walaupun dalam perencanaan
seluruh gaya-gaya internal ditampung oleh sayap). Pada setiap bagian badan yang lubang, dua
Tsection akan berperan sebagai penahan gaya geser (D) dan gaya normal (N). Sehingga tinggi
Tsection akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan layanan terhadap gaya geser dan
normal. Pada tengah bentang “b” (pada Gambar 2.7), gaya geser sangat kecil (pada Mmaks, D = 0)
dan mungkin hanya memiliki efek yang kecil terhadap kekuatan balok. Pada bagian “a” dimana
geser yang ada besar, gaya geser yang ada haruslah dapat menahan gaya geser tersebut.
Gambar 2.8 Bidang momen dan geser akibat beban vertical pada balok castella (Blodgett,
Omer W., 1982)
Kemampuan layanan terhadap geser seperti pada Gambar 2.9, umumnya titik bengkok
berada pada bagian atas dan bawah dari Tsection. Pada Tsection, dipengaruhi momen akibat
geser (yang diasumsikan berada pada bagian tengah penampang, tepat berada di tengah lubang),
diasumsikan terbagi rata antara dua buah Tsection. Sebenarnya, desain dan perilaku terhadap
geser pada bukaan badan (open-web) sama dengan Vierendeel truss.
Anggapan utama dalam melakukan desain balok baja castella adalah :
Bagian atas dan bawah pada balok diasumsikan menahan gaya tekan dan gaya tarik yang
timbul dari pembebanan yang dilakukan σ = M/Sb. Pada sepanjang bentang tetap
diasumsikan gaya tarik dan tekan yang terjadi ditransfer pada bagian Tsection. Untuk
dicatat, bahwa perlunya pengecekan untuk kemampuan layanan terhadap gaya-gaya lateral
pada bagian Tsection ini, dan penyebaran gaya-gaya tersebut ke kedua bagian Tsection
melalui sudut dan jarak yang dibentuk pada badan utuh ke badan yang memiliki lubang.
Geser vertikal yang ditahan oleh bagian badan yang utuh dan bagian yang lubang. Tentunya
bagian yang kritis adalah bagian yang mempunyai lubang. Oleh karena itu, analisa geser
vertikal dilakukan pada bagian Tsection.
Pada bagian lubang, geser vertikal (D) dibagi rata ke bagian atas dan bawah Tsection,
asumsikan ketinggian Tsection adalah sama.
Pada sepanjang bentang, momen inersia yang digunakan adalah momen inersia yang
dihasilkan oleh dua buah bagian Tsection.
Gambar 2.9 Gaya geser V1 dan V2 dibagi rata ke bagian Tsection atas dan Tsection bawah
(Blodgett, Omer W., 1982)
2.9 Join Balok – Kolom Baja
Bahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi dipabrik-pabrik peleburan dalam bentuk,
ukuran dan panjang tertentu sesuai dengan standar yang ditentukan. Oleh karena itu tidaklah
mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit (dipabrikasi dicetak), akan tetapi terpaksa
dibangun dari elemen-elemen yang disambung satu persatu dilapangan. Suatu sambungan
merupakan sarana dimana beban-beban yang bekerja disalurkan. Untuk sambungan balok ke
kolom, beban-beban yang disalurkan meliputi gaya normal N, gaya lintang D dan momen M.
Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang yang
disatukan dengan alat pengencang. Salah satu alat pengencang disamping las yang cukup
popular adalah baut terutama baut mutu tinggi. Deformasi yang terjadi pada sambungan antara
balok-kolom pada struktur baja yang menggunakan sambungan baut akan mempengaruhi
kekakuan struktur, sehingga akan berpengaruh pada momen lentur yang terjadi.
2.10 Kegagalan Dalam Balok Baja Castella
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, maka kegagalan dalam balok baja castella
disebutkan sebagai berikut :
1. Vierendeel atau Mekanisme Gaya Geser
Mekanisme ini berbanding lurus dengan tegangan geser yang cukup tinggi pada balok.
Sendi plastis terjadi pada ujung balok (reentrant corners) pada lubang dapat merubah
bentuk bagian T (tee section) menjadi seperti jajaran genjang (parallelogram mechanism).
2. Mekanisme Lentur Toprack &
Cook (1959) dan Halleux (1967) menyimpulkan bahwa titik leleh yang terjadi pada bagian
T (tee section) bagian atas dan bawah pada ujung awal (bukaan) profil balok baja kastela
hampir sama dengan profil WF solid pada kondisi under pure bending forces.
3. Tekuk Torsi Lateral
Nethercot dan Kerdal (1982) menyimpulkan bahwa pada bukaan badan (web opening)
mempunyai efek yang diabaikan pada tekuk torsi lateral pada balok-balok yang telah
mereka uji.
4. Keruntuhan Pertemuan Las
Las pada jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya (e) dapat mengalami rupture
(putus) ketika tegangan geser horisontal melebihi kekuatan leleh dari pengelasannya
(welded joint) (Husain dan Speirs 1971).
5. Tekuk Bukaan Badan akibat Gaya Tekan
Kegagalan ini disebabkan oleh beban terpusat yang secara langsung dibebankan melebihi
badan (web-post). Kegagalan ini dapat dicegah bila penggunaan pengakunya diperkuat
untuk menahan gaya tersebut.
Gambar 2.10 Tekuk Badan (Redwood & Demirdjian, 1998)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui perilaku dari join balok castella
– kolom baja akibat beban siklik, menentukan kapasitas beban siklik yang mampu dipikul oleh
suatu balok baja castella, dan mengidentifikasi tipe kerusakan terjadi pada balok baja castella
pada saat pembebanan.
Model penelitian berupa studi eksperimen terhadap join balok castella – kolom baja
dengan pengujian yang dilakukan secara uji siklik.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Struktur jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Gowa dengan waktu penelitian mulai bulan 22 Juli
2014 s/d 25 September 2014
3.3 Jenis Penelitian dan Sumber Data
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratorium. Menurut Moh.
Nazir, Ph.D (1988) observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition), dimana kondisi
tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti, dengan demikian penelitian eksperimental adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta
adanya kontrol, dengan tujuan untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta
berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan
tertentu pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.
3.4 Skema Penelitian
1.2
Gambar 3.1 Skema penelitian
3.5 Desain Penelitian
Skema penelitian diperlihatkan pada gambar 3.1, desain penelitian dibagi atas 3 (tiga)
tahap yaitu :
KESIMPULAN
TAHAP III ANALISIS
DATA
TAHAP II PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BENDA UJI
Pembuatan balok baja castella
Pengujian Join Balok Castella – Kolom Baja
Akibat Beban Siklik
TAHAP I PEKERJAAN PERSIAPAN Studi pustaka
Persiapan peralatan penelitian
a. Tahap Pertama yaitu pekerjaan persiapan yang meliputi studi pustaka. Kemudian persiapan
penelitian meliputi penyiapan bahan material dasar yakni baja solid IWF dan persiapan
peralatan yang akan digunakan dalam pengujian.
b. Tahap kedua meliputi proses pembuatan dan pengujian benda uji. Pembuatan dan pengujian
benda uji direncanakan berdasarkan parameter-parameter yang menentukan karakteristik
join balok castella – kolom baja.
Gambar 3.2 Penampang melintang balok uji
Gambar 3.3 Kerangka pengujian balok kolom
c. Tahap ketiga yaitu mempelajari data yang telah diperoleh di laboratorium. Data percobaan
dianalisa untuk mengetahui kapasitas kekuatan dari join balok castella kolom baja akibat
beban siklik.
3.6 Metode Pengujian
Kerangka pengujian akan diletakkan di atas lantai beton bertulang dan diperkuat dengan
baut. Peralatan yang dibutuhkan untuk memasang kerangka dan balok uji serta peralatan lainnya
yang diperlukan dalam pengujian sebagai berikut :
1 Crane
2 Strain gauge.
3 LVDT (Linear Variable Displacement Transducer)
4 Alat uji pembebanan.
Peralatan pengujian yang diperlukan terdiri dari :
1) Actuator (horizontal jack), untuk memberi beban.
2) Load cell, untuk mengetahui besar beban yang diberikan oleh hydraulic ram.
3) Hydraulic ram, berfungsi sebagai jack pemberi beban
4) Spherical Bearing, untuk menjadikan beban yang diberikan hydraulic ram menjadi
terpusat pada satu titik.
5) Data logger dan swithing box, untuk merekam secara serempak dan otomatis data
yang diukur oleh strain gauge, LVDT, dan load cell.
Beban siklik diberikan dalam bentuk displacement-controlled pada ujung kolom bagian
atas, di mana besarnya deformasi yang diberikan serta jumlah cycle disesuaikan dengan hasil
pretest analysis untuk menentukan yield displacement. Besarnya displacement maksimal,
tergantung kepada besarnya pengurangan kekuatan benda uji, tetapi secara umum biasanya
pembebanan akan dihentikan jika sudah terjadi pengurangan kekuatan sekitar 20 – 30 persen.
Pengambilan data selama pengujian selain data yang terekam pada data logger dan swithing box,
pengambilan data juga dilakukan pengamatan secara visual seperti tekuk sayap, tekuk badan dan
keruntuhan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Material
Pada penelitian ini, benda uji berupa balok baja normal (IWF 200) dan balok baja
castella. Balok normal yang digunakan adalah balok baja profil IWF 200. 100. 8. 5,5.
Sedangkan balok castella dibentuk dari balok baja profil IWF 200. 100. 8. 5,5. Adapun
pengujian material benda uji antara lain:
a. Uji tarik baja profil
Pengujian ini meliputi pengujian kuat tarik profil baja dilakukan terhadap satu buah
spesimen dengan ukuran plat Ø 12,5 mm yang diperlihatkan Gambar 4.1. Hasil
pemeriksaan kuat tarik profil baja IWF 200.100.8.5,5 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil pengujian tarik profil baja IWF 200.100.8.5,5
Sampel Platy u Pmax E
(N/mm²) (N/mm²) N Mpa
Ø 12,5 247,4 372,3 29.04 200000
Gambar 4.1. Pengujian tarik profil baja IWF 200.100.8.5,5
Pengujian tarik baja tulangan dilakukan di laboratorium teknik mesin UKI – Paulus
Makassar dengan menggunakan alat Tensile Mechine kapasitas 4500 KN seperti
pada Gambar 4.1.
4.2. Joint Balok Normal IWF 200 – Kolom
a. Hubungan beban dengan lendutan
Dalam pengujian terhadap balok normal IWF 200, diperoleh data hubungan
beban dengan lendutan yang disajikan pada grafik dibawah ini.
-30 -20 -10 0 10 20 30
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
Beb
an P
(KN
)
Lendutan Δ (mm)
Gambar 4.2. Grafik hubungan beban (KN) dan lendutan (mm) pada balok IWF 200.
Dari grafik pada gambar 4.2. diketahui bahwa beban maksimum yang diberikan pada
balok normal IWF 200 dengan pengujian secara siklik adalah 30,00 KN (tekan) dengan
lendutan yang dihasilkan sebesar 7,2 mm dan 30,60 KN (tarik) dengan lendutan yang
dihasilkan sebesar 7,49 mm.
Grafik ini juga menunjukkan bahwa lendutan terbesar yang terjadi pada balok baja
normal IWF 200 adalah 15,2 mm yang terjadi pada pembebanan 26,2 KN (tekan) dan
20,6 mm yang terjadi pada pembebabanan 23,2 KN (tarik).
b. Hubungan tegangan dan regangan
Hubungan tegangan dengan regangan yag terjadi pada pengujian balok baja
normal IWF 200 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
-1500 -1000 -500 0 500 1000 1500
-500-400-300-200-100
0100200300400500
ε (micro stain)
σ (M
Pa)
Gambar 4.3.
Grafik hubungan tegangan dengan regangan pada SFA2
-1500 -1000 -500 0 500 1000 1500
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
ε (micro stain)
σ (M
Pa)
Gambar 4.4.
Grafik hubungan tegangan dengan regangan pada SFB2
Dari grafik pada gambar 4.3 dan gambar 4.4, diketahui bahwa bagian balok baja
normal IWF 200 yang dekat dengan kolom (SFA 2 dan SFB2) mulai leleh pada
pembebanan -30,12 KN siklus ke 6.
c. Tekuk Badan
Dalam pengujian ini, tekuk badan diketahui dari LVDT yang dipasang ditengah badan
balok baja normal IWF 200. Tekuk badan maksimum yang terjadi pada balok baja
normal IWF 200 adalah 40,8 mm.
Hubungan tinggi badan terhadap tekuk vertikal yang terjadi pada badan balok baja
normal IWF 200 akibat beban siklik diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
NB
TIN
GGI B
ADAN
(mm
)
TEKUK BADAN (mm)
Gambar 4.5. Grafik hubungan tinggi badan dengan tekuk badan maksimum pada
balok baja normal IWF 200.
4.3. Joint Balok Castella – Kolom
a. Hubungan beban dengan lendutan
Dalam pengujian terhadap balok baja castella, diperoleh data hubungan beban
dengan lendutan yang disajikan pada grafik dibawah ini.
`
-30 -20 -10 0 10 20 30
-70
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
Lendutan Δ (mm)
Beba
n P
(KN)
Gambar 4.6. Grafik hubungan beban (KN) dan lendutan (mm) pada balok baja
castella
Dari grafik pada gambar 4.6. diketahui bahwa beban maksimum yang diberikan
pada balok baja castella dengan pengujian secara siklik adalah 60,75 KN (tekan) dengan
lendutan yang dihasilkan sebesar 10,21 mm dan 61,5 KN (tarik) dengan lendutan yang
dihasilkan sebesar 10,7 mm. Grafik ini juga menunjukkan bahwa lendutan
terbesar yang terjadi pada balok baja castella adalah 17,2 mm yang terjadi pada
pembebanan 50 KN (tekan) dan 24,6 mm yang terjadi pada pembebabanan 45,5 KN
(tarik).
b. Hubungan Tegangan dengan Regangan
Hubungan tegangan dengan regangan yag terjadi pada pengujian balok baja
castella dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
-8000-6000
-4000-2000 0
20004000
60008000
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
ε (micro stain)
σ (M
Pa)
Gambar 4.7. Grafik hubungan tegangan dengan regangan pada SFA2
-500
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
400
500
ε (micro stain)
σ (M
Pa)
Gambar 4.8. Grafik hubungan tegangan dengan regangan pada SFB2
Dari grafik pada gambar 4.7 dan gambar 4.8, diketahui bahwa bagian balok baja
castella yang dekat dengan kolom (SFA 2 dan SFB2) mulai leleh pada pembebanan
+47,5 KN siklus ke 5.
c. Tekuk Badan
Dalam pengujian ini, tekuk badan diketahui dari LVDT yang dipasang ditengah badan
balok baja castella. Tekuk badan maksimum yang terjadi pada balok baja castella adalah
34,8 mm.
Hubungan tinggi badan terhadap tekuk vertikal yang terjadi pada badan balok baja
castella akibat beban siklik diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
0 10 20 30 40 50 600
20406080
100120140160180200220240260280300
CB
TIN
GGI B
ADAN
(mm
))
TEKUK BADAN (mm)
Gambar 4.9. Grafik hubungan tinggi badan dengan tekuk badan maksimum pada
balok baja castella
4.4. Pengaruh Castellation Terhadap Balok Baja Normal IWF 200
a. Berdasarkan hubungan Beban dengan Lendutan
Besar pengaruh castellation terhadap balok baja normal dapat diiketahui dengan
membandingkan besar lendutan yang dihasilkan pada setiap pembebanan yang diberikan.
Dari gambar 4.2 dan gambar 4.6 diketahui bahwa untuk menghasilkan lendutan yang
hampir sama dibutuhkan beban yang sangat berbeda. Hal ini ditunjukkan dari pengujian
balok normal IWF 200, untuk menghasilkan lendutan 7,2 mm dibutuhkan beban sebesar
30 KN. Sedangkan dari pengujian balok castella dimana untuk menghasilkan lendutan
7,1 mm dibutuhkan beban sebesar 43 KN. Dengan demikian, castellation dapat
meningkatkan kekuatan balok baja sebesar 43,33% dari beban semula. Peningkatan
beban setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Tabel Perbandingan Peningkatan Beban Balok Normal IWF 200
dengan Balok Castella.
b.
Berdasarkan
hubungan
Tegangan
dan
Regangan
Dari hubungan tegangan dengan regangan yang terjadi pada balok baja normal
IWF 200 dan balok castella diketahui bahwa pada bagian yang dekat dengan kolom
(SFA2 dan SFB2) balok baja normal IWF 200 mulai leleh pada pembebanan -30,12 KN
siklus ke 6 sedangkan balok castella mulai leleh pada pembebanan +47,5 KN siklus ke 5.
Data ini menunjukkan bahwa castellation dapat meningkatkan kekuatan balok baja
sebesar 41,10% dari kekuatan semula.
c. Berdasarkan Tekuk Badan
Dengan membandingkan tekuk badan yang terjadi pada balok baja normal IWF
200 dengan balok baja castella, diketahui bahwa balok castella mengalami tekuk badan
maksimum yang lebih kecil yaitu 34,8 mm dengan beban siklik terbesar 61,5 KN
Siklus/Lendutan
Beban Balok Normal (KN)
Beban Balok Castella (KN)
Peningkatan Beban
(%)Tarik
(-)Tekan
(+)Tarik
(-)Tekan
(+)Tarik
(-)Tekan
(+)Siklus 1
(0.34 mm) 3,27 2,5 5,25 5,25 60,55 110Siklus 2
(1,65 mm) 8,52 8,75 12 12 40,96 37,14Siklus 3
(2,89 mm) 13 12,8 14,25 14,5 9,61 13,28Siklus 4
(4,35 mm) 20,75 20,5 25,75 25,73 24,09 25,51Siklus 5
(5,12 mm) 23,25 22,31 48 48,14 106,45 115,77Siklus 6
(6,87 mm) 27,58 27,5 53,5 52,37 93,98 90,43
dibanding tekuk badan maksimum yang terjadi pada balok baja normal IWF 200 sebesar
40,8 mm dengan beban siklik terbesar 30,6 KN.
Berdasarkan hasil pengujian ini diketahui besarnya tekuk badan yang terjadi pada
balok baja castella lebih kecil dengan beban siklik yang lebih besar, sedangkan pada
balok baja normal IWF 200 tekuk yang terjadi lebih besar dengan beban siklik yang
lebih kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian balok normal dan balok castella dengan pembebanan siklik
diperoleh kesimpulan sebagai berikut
1. Kapasitas beban maksimum balok castella mengalami peningkatan 100,98 % dari balok
normal. Beban maksimum yang terjadi pada balok normal 30,60 KN mengakibatkan tekuk
badan 40,80 mm, lendutan 7,49 mm sedangkan pada balok castella dengan beban
maksimum yang lebih besar 61,50 KN mengakibatkan tekuk badan dan lendutan yang lebih
kecil yaitu masing-masing 34,8 mm dan 10,70 mm.
2. Model kerusakan yang terjadi pada saat pengujian balok normal dan balok castella dengan
beban siklik yaitu mekanisme tekuk badan.
5.2 Saran
1. Berdasarkan analisis data yang diperoleh balok castella mengalami peningkatan kekuatan
dari balok normal sehingga dapat disarankan untuk dimanfaatkan pada bangunan tahan
gempa.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap balok baja castella khususnya profil baja
castella yang dibungkus beton pada bagian badan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyatno, Hendry., 2000. Pengaruh rasio tinggi dan tebal badan balok castella pada kapasitas lentur. Tesis Pascasarjana. Universitas Gajah Mada
Blodgett, W. Omer., 1982. Open-web expanded beams and Girders (castellated)., Design of welded structures , The James F. Lincoln Arc Welding Foundation.
Grunbauer, Johann., 2011. What Makes Castellated Beams So Desirable As a Constructional Element. (http://www.grunbauer.nl/eng/inhoud, diakses Pebruari 2011).
Hosain, M.U., and Spiers. W.G., 1971. Experiments on castellated steeI beams. Jurnal American Welding Society, Welding Research Supplement, 52:8, 329s-3428.
Nethercot. D.A., and Kerdai. D., 1982. Laterai-torsional buckling of casteliated bearns.Stmct. Engr, 60B:3, 53-6 1.
Parung, Herman, et al 2013. Experimental Study On Castellated Steel Beam Using Monotonic Loading, Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS), Bandung
Redwood R.G., and Demirdjian S., 1998. Castellated beam web buckling in Shear, Journal of Structural Engineering, American Society of Civil Engineers, 124(8): 1202-1207.
Sevak, Demirdjian., 1999. Stability of Castellated Beam Webs, Department of Civil Engineering and Applied Material, McGill University, Montreal, Canada
Setiawan, Agus., 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD,, Erlangga , Jakarta
Wakchaure, M.R., and Sagade A.V., 2012. Finite Element Analysis of Castellated Steel Beam, International Journal of Enggineering and Innovative Technology, Volume 2, Issue 1, July.
Wakchaure, M.R., Sagade, A.V., and Auti V., 2012. Parametric study of castellated beam with varying depth of web opening, International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 8, August.
Lampiran 1. Foto-foto pelaksanaan penelitian
1. Pengukuran benda uji
2. Pemotongan profil normal
3. Balok normal yang telah dipotong
4. Balok yang dilas menjadi balok castella
5. Balok normal yang telah dipasangi pen penyambung
6. Kolom tengah
7. Balok castella
8. Pelaksanaan pengujian balok normal
9. Pelaksanaan pengujian balok normal
10. Pelaksanaan pengujian balok castella
11. Model kerusakan balok normal
12. Model kerusakan balok castella
Lampiran 2. Hasil analisa hitungan balok
PERHITUNGAN BALOK NORMAL
A. DATA BAHAN
Tegangan leleh baja (yield stress), fy = 240 MPa
Tegangan sisa (residual stress), fr = 70 MPa
Modulus elastik baja (modulus of elasticity), E = 200000 MPa
Angka Poisson (Poisson's ratio), u = 0,3
B. DATA PROFIL BAJA
Profil : WF 200.100.5,5.8
ht = 200 mm
bf = 100 mm
tw = 5,5 mm
tf = 8 mm
r = 0 mm
A = 2612 mm2
Ix = 17609322 mm4
Iy = 1335884 mm4
rx = 82,1 mm
ry = 22,6 mm
Sx = 176093 mm3
Sy = 26720 mm3
Berat : w = 208,881645 N/m
C. DATA BALOK KOLOM
Panjang elemen thd.sb. x, Lx = 1850 mm
Faktor reduksi kekuatan untuk aksial tekan, fn = 0,85
Faktor reduksi kekuatan untuk lentur, fb = 0,90
Faktor reduksi kekuatan untuk geser, ff = 0,75
D. SECTION PROPERTIES
G = E / [ 2 *( 1 + u ) ] = 76923 MPa
h1 = tf + r = 8,00 mm
h2 = ht - 2 * h1 = 184,00 mm
h = ht - tf = 192,00 mm
J = S[b*t3/3] = 2*1/3* bf * tf3 + 1/3* (ht - 2* tf) * tw3 = 44337,7 mm4
Iw = Iy * h2 / 4 = 1,231E+10 mm6
X1 = p / Sx * √ [ E * G * J * A / 2 ] = 16838,7 MPa
X2 = 4 * [ Sx / (G * J) ]2 * Iw / Iy = 0,0000983 mm2/N2
Zx = tw * ht2 / 4 + ( bf - tw ) * ( ht - tf ) * tf = 200152,0 mm3
Zy = tf * bf2 / 2 + ( ht - 2 * tf ) * tw2 / 4 = 41391,5 mm3
E. PERHITUNGAN KEKUATAN
1. MOMEN NOMINAL PENGARUH LOCAL BUCKLING
Kelangsingan penampang sayap, λ = bf / 2 tf = 6,25
Batas kelangsingan maksimum untuk penampang compact,
λ p = 170 / √ fy = 10,973
Batas kelangsingan maksimum untuk penampang non-compact,
λ r = 370 / √ ( fy - fr ) = 28,378
Momen plastis, Mp = fy * Zx = 48036480 Nmm
Momen batas tekuk, Mr = Sx * ( fy - fr ) = 29935810 Nmm
Momen nominal penampang untuk :
a. Penampang compact : λ ≤ λp
→ Mn = Mp
b. Penampang non-compact : λp < λ ≤ λr
→ Mn = Mp - (Mp - Mr) * (λ - λp) / ( λr - λp)
c. Penampang langsing : λ > λr
→ Mn = Mr * (λr / λ )2
λ < λp dan λ < λ r
Berdasarkan nilai kelangsingan sayap, maka termasuk penampang
compact
Momen nominal penampang dihitung sebagai berikut :
compact : Mn = Mp = 48036480 Nmm
non-compact : Mn = Mp - (Mp - Mr) * ( l - lp) / ( lr - lp) = - Nmm
langsing : Mn = Mr * ( lr / l )2 = - Nmm
Momen nominal untuk penampang : compact
Mn = 48036480 Nmm
3. MOMEN NOMINAL PENGARUH LATERAL BUCKLING
Momen nominal komponen struktur dengan pengaruh tekuk lateral, untuk a. Bentang pendek :
L ≤ Lp
→ Mn = Mp = fy * Zx
b. Bentang sedang : Lp < L ≤ Lr
→ Mn = Cb * [ Mr + ( Mp - Mr ) * ( Lr - L ) / ( Lr - Lp ) ] ≤ Mp
c. Bentang panjang : L > Lr
→ Mn = Cb * p/L*√ [E * Iy * G * J + ( p * E / L )2 * Iy *Iw] ≤ Mp
Panjang bentang maksimum balok yang mampu menahan momen plastis,
Lp = 1.76 * ry * √ ( E / fy ) = 1148 mm
fL = fy - fr = 170 MPa
Panjang bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan oleh momen kritis tekuk torsi
lateral,
Lr = ry * X1 / fL * √ [ 1 + √ ( 1 + X2 * fL2 ) ] = 3851 mm
Momen plastis, Mp = fy * Zx = 48036480 Nmm
Momen batas tekuk, Mr = Sx * ( fy - fr ) = 29935810 Nmm
Panjang bentang thd.sb. y (jarak dukungan lateral),
L = Ly = 1850 mm
L > Lp dan L < Lr
Termasuk kategori : bentang sedang
PERHITUNGAN BALOK CASTELLA
A. DATA BAHAN
Tegangan leleh baja (yield stress), fy = 240 MPa
Tegangan sisa (residual stress), fr = 70 MPa
Modulus elastik baja (modulus of elasticity), E = 200000 MPa
Angka Poisson (Poisson's ratio), u = 0,3
B. DATA PROFIL BAJA
Profil : WF 305.100.14,5.8
` ht = 305 mm
bf = 100 mm
tw = 14,5 mm
tf = 8 mm
r = 0 mm
A = 5790,5 mm2
Ix = 64458363 mm4
Iy = 1406754,385 mm4
rx = 105,5 mm
ry = 15,6 mm
Sx = 422680 mm3
Sy = 28140 mm3
Berat : w = 782,402145 N/m
C. DATA BALOK KOLOM
Panjang elemen thd.sb. x, Lx = 1850 mm
Panjang elemen thd.sb. y ( jarak dukungan lateral ), Ly = 1850 mm
Faktor reduksi kekuatan untuk aksial tekan, fn = 0,85
Faktor reduksi kekuatan untuk lentur, fb = 0,90
Faktor reduksi kekuatan untuk geser, ff = 0,75
D. SECTION PROPERTIES
G = E / [ 2 *( 1 + u ) ] = 76923 MPa
h1 = tf + r = 8,00 mm
h2 = ht - 2 * h1 = 289,00 mm
h = ht - tf = 297,00 mm
J = S[ b * t3/3 ]=2 * 1/3 * bf * tf3 +1/3 *(ht - 2 * tf)*tw3 = 327817,5 mm4
Iw = Iy * h2 / 4 = 3,102E+10 mm6
X1 = p / Sx * √ [ E * G * J * A / 2 ] = 28401,5 MPa
X2 = 4 * [ Sx / (G * J) ]2 * Iw / Iy = 0,0000248 mm2/N2
Zx = tw * ht2 / 4 + ( bf - tw ) * ( ht - tf ) * tf = 540363,6 mm3
Zy = tf * bf2 / 2 + ( ht - 2 * tf ) * tw2 / 4 = 55190,6 mm3
E. PERHITUNGAN KEKUATAN
1. MOMEN NOMINAL PENGARUH LOCAL BUCKLING
Kelangsingan penampang sayap, λ = bf / 2tf = 6,25
Batas kelangsingan maksimum untuk penampang compact,
λp = 170 / √ fy = 10,973
Batas kelangsingan maksimum untuk penampang non-compact,
λr = 370 / √ ( fy - fr ) = 28,378
Momen plastis, Mp = fy * Zx = 129687270 Nmm
Momen batas tekuk, Mr = Sx * ( fy - fr ) = 71855600 Nmm
Momen nominal penampang untuk :
a. Penampang compact : λ < λ p
→ Mn = Mp
b. Penampang non-compact : λ p < λ ≤ λr
→ Mn = Mp - (Mp - Mr) * (λ - λp) / ( λr - λp)
c. Penampang langsing : λ > λ r
→ Mn = Mr * (λr / λ )2
λ < λ p dan λ < λ r
Berdasarkan nilai kelangsingan sayap, maka termasuk penampang compact
Momen nominal penampang dihitung sebagai berikut : compact : Mn =
Mp = 129687270 Nmm
non-compact : Mn = Mp - (Mp - Mr) * (λ - λp) / (λr - λp) = - Nmm
langsing : Mn = Mr * (λr / λ)2 = - Nmm
Momen nominal untuk penampang : compact Mn = 129687270 Nmm
3. MOMEN NOMINAL PENGARUH LATERAL BUCKLING
Momen nominal komponen struktur dengan pengaruh tekuk lateral, untuk a. Bentang pendek :
L ≤ Lp
→ Mn = Mp = fy * Zx
b. Bentang sedang : Lp < L ≤ Lr
→ Mn = Cb * [ Mr + ( Mp - Mr ) * ( Lr - L ) / ( Lr - Lp ) ] ≤ Mp
c. Bentang panjang : L > Lr
→ Mn = Cb * p / L*√ [E * Iy * G * J + ( p * E / L )2 * Iy * Iw ] ≤ Mp Panjang
bentang maksimum balok yang mampu menahan momen plastis,
Lp = 1.76 * ry * √ ( E / fy ) = 793 mm
fL = fy - fr = 170 MPa
Panjang bentang minimum balok yang tahanannya ditentukan oleh momen kritis tekuk torsi
lateral,
Lr = ry * X1 / fL * √ [ 1 + √ ( 1 + X2 * fL2 ) ] = 3961 mm
Momen plastis, Mp = fy * Zx = 129687270 Nmm
Momen batas tekuk, Mr = Sx * ( fy - fr ) = 71855600 Nmm
Panjang bentang thd.sb. y (jarak dukungan lateral), L = Ly =1850 mm
L > Lp dan L < Lr
Termasuk kategori : bentang sedang
Lampiran 3. Gambar detail alat
PERENCANAAN PORTAL UJI
GAMBAR PORTAL UJI
GAMBAR ALAT PEMBEBANAN
Pelat tebal 2 cm
Pelat Tebal 1.5 cm