aa-4-total prostate rulan dn pakasi

12
263 Pakasi. Prostate specific antigen TOT AL PROSTA TE SPECIFIC ANTIGEN, PROST ATE SPECIFIC ANTIGEN DENSITY AND HISTOPHAT OLOGIC A NALYSIS ON B ENIGN ENLARGMENT OF PROSTATE Ruland DN Pakasi Department of Clinical Pathology, Medical Faculty, Hasanuddin University, Makassar  ABST RACT Background: Benign Prostate Hyperplasia (BPH) is a benign tumor frequently found in men and its incidence increases with age. Total Prostate Specific Antigen (tPSA) is a tumor marker and applied to patients with prostate enlargement. Prostate Specific  Antigen Density (PSAD ) measurement is one way to increase the effectiveness of tPSA. Objectives : To evaluate tPSA, PSAD and histopathological-features of BPH. Methods : Seventy subjects age >50 year old were involved in this study. Measurement of tPSA and PSAD lev els as well as histologic exa mination were done. Results : BPH, Prostatic Intra-Epithelial Neoplasia  (PIN) and adenokarsinoma were found in 47.2%; 41.4% and 11.4% patient, respectively. In BPH, PIN and adenokarsinoma the mean of tPSA 7.4+5.8ng/ml (0.7-24.9), 12.9+6.8ng/ml (2.6-26.1) dan 19.2±6.5ng/ ml (9.0-27.8) respectivel y , whereas PSAD mean 0.2±0.2 ng/ml/cc (0.2-0.8), 0 .4±0.3ng/ ml/cc (0.06-1.0) and 0.4±0.2ng/ml/cc (0.1-0.6), respectively. tPSA 9.0-24.9ng/ml and PSAD 0.1-0.8ng/ml/cc were found to be in grey area. There was a significant different of hi stologic feature of patient with tPSA <4ng/ml, 4-10ng/ml, >10-20ng/ml and >20ng/ml (p<0.05) and with PSAD >0.15ng/ml/cc dan <0.15 ng/ml/cc (p<0.005) . Conclusions : tPSA and PSAD can be used to predict prostate hiperplasia conditions but the effectiveness of tPSA was not increased by PSAD. Keywords: prostate, antigen, age, histology  ANAL ISIS TES TOTAL PROSTATE SPECIFIC ANTIGEN , PROSTATE SPECIFIC ANTIGEN DENSITY  DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PEMBESARAN PROSTAT JINAK  ABST RAK Latar belakang : Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) adalah tumor jinak pria yang sering ditemukan dan insidennya meningkat dengan berta mbahnya umur. Total Prostate Specific Antigen (tPSA) adalah petanda tumor yang perlu diperiksa pada semua pembesaran prostat dan pengukuran Prostate Specific Antigen Density (PSAD) adalah salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas t PSA. Tujuan:  Mengevaluasi hasil tes tPSA, PSAD dan gambaran histopatologi penderita PPJ. Metode: Tujuh puluh pasien dengan umur >50 dilibatkan. Kadar tPSA dan PSAD serta pemeriksan ORIGINAL ARTICLE

Upload: chris-wariaka

Post on 28-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asad

TRANSCRIPT

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 1/12

263

Pakasi. Prostate specific antigen

TOTAL PROSTATE SPECIFIC ANTIGEN, PROSTATE

SPECIFIC ANTIGEN DENSITY AND

HISTOPHATOLOGIC ANALYSIS ON BENIGN

ENLARGMENT OF PROSTATE

Ruland DN Pakasi

Department of Clinical Pathology, Medical Faculty, Hasanuddin University,Makassar

 ABSTRACT

Background: Benign Prostate Hyperplasia (BP H) is a benign tumor frequently foundin men and its incidence increases with age. Total Prostate Specific Antigen (tPSA) isa tumor marker and applied to patients with prostate enlargement. Prostate SpecificAntigen Density (PSAD) measurement is one way to increase the effectiveness of tPSA. Objectives: To evaluate tPSA, PSAD and histopathological-features of BPH.Methods: Seventy subjects age >50 year old were involved in this study. Measurementof tPSA and PSAD levels as well as histologic examination were done. Results :BPH, Prostatic Intra-Epithelial Neoplasia (PIN) and adenokarsinoma were found in47.2%; 41.4% and 11.4% patient, respectively. In BPH, PIN and adenokarsinomathe mean of tPSA 7.4+5.8ng/ml (0.7-24.9), 12.9+6.8ng/ml (2.6-26.1) dan 19.2±6.5ng/ml (9.0-27.8) respectively, whereas PSAD mean 0.2±0.2ng/ml/cc (0.2-0.8), 0.4±0.3ng/ml/cc (0.06-1.0) and 0.4±0.2ng/ml/cc (0.1-0.6), respectively. tPSA 9.0-24.9ng/ml andPSAD 0.1-0.8ng/ml/cc were found to be in grey area. There was a significant differentof histologic feature of patient with tPSA <4ng/ml, 4-10ng/ml, >10-20ng/ml and

>20ng/ml (p<0.05) and with PSAD >0.15ng/ml/cc dan <0.15 ng/ml/cc (p<0.005).Conclusions: tPSA and PSAD can be used to predict prostate hiperplasia conditionsbut the effectiveness of tPSA was not increased by PSAD.

Keywords: prostate, antigen, age, histology

 ANALISIS TES TOTAL PROSTATE SPECIFIC ANTIGEN, PROSTATE

SPECIFIC ANTIGEN DENSITY DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI

PADA PEMBESARAN PROSTAT JINAK

 ABSTRAK

Latar belakang: Pembesaran Prostat J inak (PPJ ) adalah tumor jinak pria yang seringditemukan dan insidennya meningkat dengan bertambahnya umur. Total Prostate

Specific Antigen (tPSA) adalah petanda tumor yang perlu diperiksa pada semuapembesaran prostat dan pengukuran Prostate Specific Antigen Density (PSAD) adalahsalah satu cara untuk meningkatkan efektivitas tPSA. Tujuan: Mengevaluasi hasiltes tPSA, PSAD dan gambaran histopatologi penderita PPJ . Metode: Tujuh puluhpasien dengan umur >50 dilibatkan. Kadar tPSA dan PSAD serta pemeriksan

ORIGINAL ARTICLE

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 2/12

264

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 p. 263-274

histologik dilakukan pada semua pasien. Hasil : PPJ , Prostatic In tra-Epithelial

Neoplasia (PIN) dan adenokarsinoma dijumpai pada masing masing 47.2%; 41.4%dan 11.4% pasien. Pada pasien PPJ , P IN dan adenokarsinoma nilai rerata tPSAmasing masing adalah 7.4+5.8ng/ml (0.7-24.9), 12.9+6.8ng/ml (2.6-26.1) dan19.2±6,5ng/ml (9.0-27.8), sedangkan nilai rerata PSAD adalah masing masing0.2±0.2ng/ml/cc (0.01-0.8), 0.4±0.3ng/ml/cc (0.06-1.0) dan 0.4±0.2ng/ml/cc (0.1-0.6). Nilai tPSA 9.0-24.9ng/ml dan PSAD 0.1-0.8ng/ml/cc merupakan daerah kelabu. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologik dari pasien dengan nilai tPSAdengan kategori <4ng/ml, 4-10ng/ml, >10-20ng/ml dan >20ng/ml (p<0.05). PSAD

dengan kategori >0.15ng/ml/cc dan <0.15 ng/ml/cc juga menunjukkan perbedaan

histologik yang bermakna (p<0.005).Simpulan: Nilai tPSA and PSAD dapat digunakan untuk memprediksi kondisihiperplasi prostat namun pengukuran PSAD tidak meningkatkan efektifitas

pengukuran tPSA.Kata kunci: prostat, antigen, age, histology

PENDAHULUAN

Kelenjar prostat merupakan organ priayang sering mengalami kelainan.Kelainan yang bersifat jinak disebutHipertrofi Prostat (HP) atau Benign

Prostatic Hyperplasia   (BPH) atauPembesaran Prostat J inak (PP J ) sedangyang bersifat ganas disebut Karsinoma

Prostat (KaP).1-3

PPJ merupakan tumor jinak yang seringditemukan pada pria yang berumur lebihdari 50 tahun dan insidennya semakinmeningkat dengan bertambahnyaumur.1,4,5 Penelitian secara histopatologidi negara Barat menunjukkan sekitar20% kasus PPJ pada umur 41-50 tahun,50% pada umur 51-60 tahun dan lebihdari 90% pada umur lebih dari 80 tahun.1

Di Indonesia PP J merupakan kelainanurologi kedua setelah batu saluran kemihyang dijumpai di klinik Urologi dandiperkirakan 50% pada pria berusia

diatas 50 tahun. Angka harapan hidup diIndonesia, rata-rata mencapai 65 tahunsehingga diperkirakan 2,5 juta laki-lakidi Indonesia menderita PPJ 5,6.

Di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo(RSCM) J akarta ditemukan rata-rata 150sampai 200 penderita pembesaranprostat setiap tahun yang memerlukantindakan operasi, dan kecenderunganangka tersebut terus meningkat.6 Di SMFUrologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, dalam 5 tahun terakhir ini PPJmenduduki peringkat pertamamenggeser batu saluran kemih (protap10 penyakit SMF Urologi RS Dr. WahidinSudirohusodo).5

PPJ secara klinis tidak dicurigai suatukeganasan prostat dengan pemeriksaanDigital rectal examination (DRE),Prostate

specific antigen (PSA), dan Transrectal

Ultrasonography (TRUS). Sampaisekarang belum ada tes laboratoriumyang spesifik untuk PP J . Tes yang adaadalah tes petanda tumor untuk KaPyaitu tes PSA. Tes PSA perlu diperiksa

pada semua pembesaran prostat karenapenderita yang secara klinis didugamenderita P P J , setelah tindakanpembedahan prostatektomi dan

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 3/12

265

Pakasi. Prostate specific antigen

pemeriksaan histopatologi ternyataditemukan KaP, keadaan ini disebutKarsinoma Prostat insidental (KaPinsidental). 6-9 KaP insidental inimerupakan occult carcinoma ataudengan DRE tidak ditemukan nodul (To)dan digolongkan dalam stadium A (tidakdapat diraba, penemuan secarakebetulan pada pemeriksaanhistopatologi).7,9,10 Diagnosis ini pentinguntuk penanganan penderitaselanjutnya.8,11,12

Di luar negeri, angka KaP insidental

adalah 9-15%, di Indonesia sekitar 5.4%,pada nilai cutt off total PSA (tPSA) 4ng/ml.6 Nilai rujukan tPSA secara umumadalah <4 ng/ml.12-14

KaP merupakan keganasan paling seringdiantara keganasan sistem urogenitalpria dan biasanya ditemukan pada umur>50 tahun dan merupakan penyebabkematian kedua akibat kanker (sesudahkanker paru).11,12

Pada tahun 2003, sekitar 220.900 kasusbaru di Amerika Serikat, 28.900meninggal akibat KaP.4,11 Di Australia,

diagnosis KaP sekitar 10.000 kasus barusetiap tahun, 2-3% diantaranya yangmeninggal.15 Di Eropa, insidenbertambah 10-20% setiap tahun,diberbagai, negara di Asia misalnya J epang masih rendah dengan angkakematian tidak banyak meningkat.16,17

Di Indonesia, belum ada angka insidenKaP, tetapi berdasarkan pemeriksaanpatologi anatomi dengan data 13Fakultas Kedokteran negerimenunjukkan bahwa penyakit initermasuk dalam 10 keganasan pada pria.Di sub bagian Urologi, bagian Bedah

FKUI/RS Ciptomangunkusumo,penderita baru KaP terus meningkatmenjadi sekitar 30 penderita barupertahun dibandingkan hanya 5 penderita

pada 15 sampai 20 tahun yang lalu16. DiMakassar dan sekitarnya periode J anuari1994 sampai J uli 1998, dari 421penderita pembesaran prostat yangdirawat, 19% diantaranya adalah KaP.18

Pada tahun 1994, Food and Drug

 Administration (FDA) telah memberikanpersetujuan penggunaan tPSA sebagaites diagnosis KaP. Tes tPSA bukanmerupakan diagnosis pasti KaP tapihanya berperan sebagai salah satuindikasi untuk melakukan biopsi jaringanprostat. Diagnosis pasti KaP adalah

pemeriksaan histopatologi dari spesimenbiopsi jaringan prostat atau hasilpembedahan.19

Dari hasil penelitian pada 1653 laki-lakiberumur 50 tahun, Catalano et al

menyimpulkan bahwa kombinasi tPSA,DRE dan TRUS, merupakan kombinasiterbaik untuk deteksi KaP.20,21

Penggunaan tes tPSA sebagai tes saringmasih kontroversial, karena biladigunakan sebagai tes tunggal, makasensitivitas dan spesifisitas rendah (59dan 69 %), ditemukan 45% KaP pada

nilai tPSA <4ng/ml sehinggadirekomendasikan untuk digunakanbersama dengan DRE.15 Penelitian lainmendapatkan prevalensi KaP sebanyak15.2 % pada nilai tPSA <4 ng/ml denganDRE yang normal.22

Kecenderungan terjadinya KaP pada nilaitPSA >4ng/ml sebanyak 25-30%, tPSA

4-10ng/ml sebanyak 20%, bila disertaidengan adanya tanda lokal padapemeriksaan DRE maka ditemukan KaPsekitar 70-80%, dan pada tPSA >10 ng/ml sebanyak 60%.15

 Amer ic an Ca nc er Soc ie ty (A CS),

 American Urological Association (AUA)

dan American College of Radiology

(ACR) merekomendasikan pada pria

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 4/12

266

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 p. 263-274

umur 50 tahun dan umur 40 tahun bagiyang mempunyai resiko tinggi (ras Afrika-Amerika, genetik) untuk melakukan tesDRE dan tPSA setiap tahun dalam upayadeteksi dini KaP.23

 Tes tPSA juga mempunyai keterbatasanyaitu bersifat organ spesifik dan bukantumor spesifik sehingga tidak dapatmembedakan dengan jelas antara PPJdengan KaP. Ketidak mampuan initerutama terjadi pada penderita dengantPSA 4,0-10.0ng/ml dan 4-20ng/ml.12,24-26

Peningkatan palsu tPSA didapatkan

sekitar 60%.15

Adanya nilai yang tumpang tindih antarapeningkatan kadar tPSA pada penderitaPPJ dan KaP merupakan suatu masalahapabila deteksi KaP hanya meng-gunakan tes tPSA saja. Untuk mengatasiketerbatasan tersebut diatas, diajukanbeberapa strategi untuk meningkatkanefisiensi penggunaan tPSA dalam deteksidini KaP, antara lain  Age -S pe cif ic

Reference, Prostate Specific Antigen

velocity (PSAV), Rasio Free-Prostate

Specific Antigen ( fPSA) dan tPSA,

Prostate Specific Antigen-

 Ant ichimotrypsin  (PSA-ACT), Prostatespecific membrane antigen   (PSMA),

Human kalicrein 2 (HK2) dan Prostate

Specific Antigen Density (PSAD).20,25,27,28

Walaupun beberapa strategi diatas dapatmeningkatkan efisiensi tPSA, namunmempunyai juga kelemahan. Pada Age-

Specific Reference, kadar tPSA akanmeningkat seiring dengan bertambahnyaumur, namun biaya untuk tes lanjutanmeningkat pada kelompok umur mudadan angka deteksi KaP yang masihcurable pada kelompok umur tuamenurun.20,25 Prostate Specific Antigen

Velocity (PSAV) adalah kecepatanperubahan kadar tPSA dari waktu kewaktu. Seseorang harus menunggu 6-12bulan sehingga diagnosis tertunda.27,28

Rasio fPSA/tPSA yang semakin kecilmaka kecurigaan KaP semakin besar.Nilai batas optimal sampai saat ini belumdapat disepakati, diperlukan pengukurandua tes, berhubungan dengan biaya yangtinggi.16 Pengukuran rasio PSA-ACT/

tPSA, PSMA dan HK2 belum dianjurkanuntuk tes rutin karena alasan teknis danbelum tersedia.16,20,25,28

Prostat Specific Antigen Density (PSAD)

merupakan nilai pembagian tPSA

terhadap volume prostat yang ditentukandengan TRUS .16 Peningkatan tPSA

diperhitungkan dengan penambahanvolume kelenjar prostat.17,20,21 Nilai cutt

off  yang dianjurkan yaitu 0,15 ng/ml/cc.16,20,21 Hasil PSAD lebih dari 0,15 ng/ml/cc diindikasikan suspek KaP .12,21,29

Beberapa peneliti melaporkan bahwaPSAD penderita KaP secara statistikberbeda bermakna dibanding PSAD

penderita PPJ dan spesifisitas dapatditingkatkan sampai 62% denganmempertahankan sensitivitas 85%, dansekitar 24-42% biopsi yang tidakdiperlukan dapat dihindari.16

Kuriyama membandingkan antara tPSA,

rasio antara fPSA (PSA yang bebas)dengan tPSA (fPSA + PSA yang terikat),dan PSAD pada nilai serum tPSA 2-20ng/ml pada 714 penderita (184 KaP) dan530 bukan KaP (terbanyak PPJ ) denganmemper-tahankan sensitivitas 90%,maka didapatkan spesifisitas tPSA

20.4% dan biopsi dapat dihindarisebanyak 17.6%, spesifisitas fPSA/tPSA

17.9 % dan biopsi dapat dihindarisebanyak 15.8% dan spesifisitas PSAD

28.5% dan biopsi dapat dihindari sebesar23.7%. Diantara ketiga parameter ini,nilai PSAD dapat memberikan hasil yang

lebih baik3

. Meskipun demikian, PSADmempunyai kelemahan yaitukemungkinan terjadinya bias akibatkesalahan pengukuran volume prostat.16

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 5/12

267

Pakasi. Prostate specific antigen

Beberapa penelitian menemukan bahwapemeriksaan PSAD kurang berartiterutama dalam pengambilan keputusanuntuk melakukan biopsi.20,25,27,28

Penelitian ini bertujuan untukmengevaluasi hasil tes tPSA, PSAD dangambaran histopatologi pada penderitadengan diagnosis klinis PPJ (DREkesan jinak).

METODE

Penelitian dilakukan di RS Dr. WahidinSudirohusodo periode Desember 2004

sampai Mei 2005. Populasi penelitianadalah semua penderita yang datang dipoliklinik Urologi RS Dr. WahidinSudirohusodo dengan suspek PP J .Sampel penelitian adalah anggotapopulasi yang memenuhi kriteria inklusiyaitu: secara klinis menderita gejala PP J ,bersedia ikut dalam penelitian,pengambilan sampel darah untuk testPSA sebelum pemeriksaan DRE ,pemeriksaan DRE: kesan jinak(konsistensi kenyal, permukaan rata,simetris dan tidak teraba nodul),penderita yang menjalani pemeriksaan

 TRUS setelah pengambilan sampel tPSAdan DRE, penderita yang menjalaniProstatektomi dan pemeriksaanhistopatologi jaringan prostat. Kriteriaeksklusi yaitu keadaan yang dapatmempengaruhi peningkatan palsu nilaitPSA seperti manipulasi prostat (Masaseprostat, sistoskopi, biopsi prostat, DRE,kateter), obat-obatan (testosteron),keadaan yang dapat mempengaruhipenurunan palsu PSA seperti, kastrasi,penggunaan obat anti androgen, terapiradiasi, dan penderita dengan DREkesan ganas.

 J umlah sampel minimal dalam penelitianadalah 62 orang. Tes laboratoriumterhadap penderita yang menjadi subyek

penelitian dilakukan dengan mengambildan memeriksa sampel darah di BagianPatologi Klinik RS dr WahidinSudirohusodo Makassar untukmenentukan nilai tPSA serum. Nilai tPSAditentukan dengan alat Elecsys 2010 dariRoche dengan metode Electroche-

miluminescent (ECL) assay, prinsipSandwich dengan satuan ng/ml. Setelahpengambilan sampel untuk tes tPSA,maka penderita dianjurkan untuk kembalike dokter pengirim untuk pemeriksaanDRE, selanjutnya penderita dirawat untukpemeriksaan TRUS dan persiapanprostatektomi. TRUS dilakukan oleh ahliUrologi untuk mengukur volume prostat,prostatektomi dilakukan oleh ahli Urologiatau residen bedah. J aringan prostathasil prostatektomi dikirim ke BagianPatologi Anatomi RS Dr WahidinSudirohusodo Makassar untukpemeriksaan histopatologi.

Data diolah dengan Statistical Program

for Social Science (SPSS) for Windowsversi 11.5 serta dilakukan analisisdengan uji statistik yang sesuai tujuandan skala ukur variabel dengan uji one

way anova serta uji X2

  pada bataskemaknaan α = 5 %.

HASIL

Pada penelitian ini diperoleh 70 penderitadengan diagnosis klinis PPJ (DRE kesan jinak), umur antara 50-84 tahun (rerata63.4 tahun), kadar tPSA antara 0.68–27.8ng/ml (rerata 9.7 ng/ml), PSAD antara0.01–0.76 ng/ml/cc (rerata 0.24 ng/ml/cc) dan TRUS antara 12.6-129.0cc(rerata 46.7cc).

 Tabel 1 menunjukkan distribusi tPSA dan

PSAD menurut kelompok umur.Kelompok umur terbanyak adalah 60-69tahun. Analisis statistik dengan uji one-

way Anova menunjukkan tidak ada

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 6/12

268

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 p. 263-274

hubungan antara kelompok umur baikdengan nilai rerata tPSA maupun dengannilai rerata PSAD.

Tabel 1. Distribusi Total Prostate Specific Antigen (tPSA) dan Prostate Specific

 An tigen Dens ity (PSAD) menurut kelom pok umur pada penderita Pembesaran

Prostat Jinak (PPJ)

Keterangan: hasil uji one way anova untuk kelompok umur pada nilai tPSA dan PSAD masingmasing p=0,7930 dan p=0,7690

Dari 70 penderita PPJ (DRE kesan jinak),pada pemeriksaan histopatologiditemukan 33 (47.2%) PPJ , 29 (41.4%)P IN dan 8 (11.4%) KaP insidental(adenokarsinoma). Gambaranhistopatologi berdasarkan kelompokumur dapat dilihat pada tabel 2.Kelompok umur 50-59 tahun terbanyakditemukan PPJ 50.0% disusul PIN 37.5%

dan KaP insidental (adenokarsinoma)12.5%. Kelompok umur 60-69 tahunterbanyak ditemukan PPJ 52.7% disusulPIN 38.0% dan KaP insidental(adenokarsinoma) 8.3%. Kelompok umur70-79 tahun terbanyak ditemukan P IN50.0% disusul PP J (37.5%) dan KaPinsidental (adenokarsinoma) (12.5%).

Kelompok umur >80 tahun ditemukan

KaP insidental (adenokarsinoma) danPIN sama banyak 50.0% tetapi tidak

ditemukan PPJ . Analisis statistik denganuji X2  tidak menunjukkan perbedaandistribusi hasil pemeriksaan histopatologiyang bermakna menurut kelompok umur(p>0.05).

Nilai rerata tPSA tertinggi dijumpai padapenderita dengan gambaranhistopatologi KaP insidental(adenokarsinoma) yaitu 19.25 ng/mlpada nilai antara 9.0-27.8 ng/ml disusuloleh penderita dengan gambaranhistopatologi P IN yaitu 12.9ng/ml pada

nilai antara 2.6-26.1 ng/ml dan palingrendah pada penderita dengan gambaranhistopatologi PPJ yaitu 7,40 ng/ml padanilai antara 0.7-24,9 ng/ml. Analisisstatistik dengan uji one-way Anova

menunjukkan adanya perbedaan nilaitPSA bermakna (p<0.05) menurutgambaran histopatologi. Nilai tPSA padaKaP insidental (adenokarsinoma) lebihtinggi daripada PIN dan nilai tPSA pada

PIN lebih tinggi daripada PP J .

Umur (tahun)

JumlahtPSA (ng/ml ) PSAD (ng/ml)

Range Rerata (S) Range Rerata (SD)

50-59 16 2.9-24.5 11.8 (7.2) 0.1-1.0 0.3 (0.3)

60-69 36 0.7-26.1 10.2 (7.0) 0.1-1.3 0.3 (0.3)

70-79 16 1.7-27.8 12.4 (8.8) 0.1-0.6 0.3 (0.23)

≥80 2 11.6 (14.4) 13.0 (2.0) 0.5-0.4 0.32 (0.11)

 Total 70 0.7 (27.8) 11.1 (7.4) 0.1-1.0 0.39 (0.25)

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 7/12

269

Pakasi. Prostate specific antigen

Tabel 2. Distribusi gambaran histopatologi berdasarkan kelompok umur 

pada penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

Keterangan: hasil uji X2  p=0,5570

Tabel 3. Nilai Total Prostate Specific Antigen (tPSA) menuru t gambaran

histopatolog i pada penderita Pembesaran Prostat Jin ak (PPJ)

Keterangan: hasil uji one way anova: p=0,0001

Nilai rerata PSAD tertinggi dijumpai padapenderita dengan gambaranhistopatologi KaP insidental(adenokarsinoma) yaitu 0,36 ng/ml/ccpada nilai antara 0,10-0,59 ng/ml/ccsama dengan gambaran histopatologiPIN yaitu 0,36 ng/ml/cc pada nilai antara0,06-1,03ng/ml/cc dan paling rendah

pada penderita dengan gambaranhistopatologi PPJ yaitu 0,21ng/ml/cc

pada nilai antara 0,01-0,76ng/ml/cc.Hasil analisis dengan uji one way anovamenunjukkan perbedaan nilai PSADbermakna (p<0,05). Nilai PSAD padapenderita adenokarsinoma dan PIN lebihtinggi daripada nilai PSAD pada PPJ .

Tabel 4. Nilai Prostate Specific Antigen Density (PSAD) menurut gambaran

histopatolog i pada penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

Keterangan: hasil uji one way anova: p=0,0280

UMUR(tahun)

HISTOPATOLOGITOTAL

 ADENOKARSINOMA PIN PPJ

50-59 2 ( 12.5 %) 6 (37,5%) 8 (50,0%) 16 (100 %)60-69 3 ( 8.3%) 14 (38,0%) 19 (52,7%) 36 (100 %)70-79 2 (12.5 %) 8 (50,0%) 6 (37,5%) 16 (100 %)≥80 1 (50.0 %) 1 (50,0%) 0 (0,0% ) 2 (100 %)

 TOTAL 8 ( 11,4%) 29 (41,4%) 33 (47,2%) 70 (100 %)

HISTOPATOLOGI tPSA ( ng/ml)

n Mean SD Min Max

PPJ 33 7.40 5.78 0.68 24.90PIN 29 12.97 6.81 2.59 26.12

ADENOKARSINOMA 8 19.25  6.50 9.0 27.80

HISTOPATOLOGIPSAD (ng /ml/cc)

N Mean SD Min Max

PPJ 33 0.21 0.19 0.01 0.76

PIN 29 0.36 0.29 0.06 1.03ADENOKARSINOMA 8 0.36 0.19 0.10 0.59

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 8/12

270

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 p. 263-274

Nilai tPS A <4ng/ml ditemukan PP J(75.0%), PIN (25.0%) dan tidakditemukan KaP insidental(adenokarsinoma); nilai tPSA 4-10ng/mlditemukan PPJ (65.4%), PIN (30.8%)dan KaP insidental (adenokarsinoma)(3.8%); nilai tPSA >10-20ng/mlditemukan PIN ( 60.0%), PPJ (15.2%)dan KaP insidental (adenokarsinoma)(15.0%); nilai tPSA >20ng/ml ditemukanPIN (50.0%), KaP insidental

(adenokarsinoma) (33.3%) dan PP J(16.7%). Ditemukan perbedaan distribusihasil kategori nilai tPSA menurutgambaran histopatologi. Hasil uji X2

menunjukkan perbedaan distribusibermakna (p<0.05). Walaupun nilai tPSAyang tinggi (>20ng/ml) dapat ditemukanpada ketiga gambaran histopatologi,tetapi nilai tPSA <4ng/ml tidak ditemukanpada penderita KaP insidental(adenokarsinoma).

Tabel 5. Distribu si gambaran his topatologi menurut kategori ni lai Total Prostate

Specific Antigen (tPSA) pada penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

Keterangan: Hasil uji X2: p=0,0030

 Terdapat perbedaan distribusi hasilkategori nillai PSAD menurut gambaranhistopatologi. Hasil uji X2 menunjukkan

perbedaan distribusi yang bermakna(p<0.05). Nilai PSAD tinggi (>0.15 ng/ml/cc) lebih banyak ditemukan padapenderita dengan gambaranhistopatologi PIN dan adenokarsinoma,sedangkan nilai PSAD rendah (< 0.15 ng/

ml/cc) lebih banyak ditemukan padapenderita dengan gambaran histopatolgiPPJ . Walaupun nilai PSAD < 0.15 ng/

ml/cc lebih banyak ditemukan padapenderita dengan gambaranhistopatologi PP J , tetapi masihditemukan pada penderita denganadenokarsinoma (3.8%) dan PIN(26.9%).

Tabel 6. Distribusi gambaran histopatologi menurut kategori nilai Prostate

Specific Antig en Density (PSAD) pada pender ita Pembesaran Pros tat Jinak

(PPJ)

Keterangan : Uji statistik dengan X2: p = 0,0150

  tPSA(ng/ml)

HISTOPATOLOGITOTAL

 ADENOKARSINOMA PIN PPJ

<4 0 (0.0 %) 3 (25.0% ) 9 (75.0%) 12 (100.0%)4-10 1 ( 3.8 %) 8 (30.8%) 17 (65.4%) 26 (100.0%)

>10-20 3 (15.0%) 12 (60.0%) 5 (15.2%) 20 (100.0%)>20 4 (33.3%) 6 (50.0%) 2 (16.7%) 12 (100.0%)

 TOTAL 8 (11.4%) 29 (41.4%) 33 (47.1%) 70 (100.0%)

PSAD(ng/ml/cc)

HISTOPATOLOGI TOTAL

 ADENOKARSINOMA PIN PPJ

≥0,15 7 (15.9 %) 22 (50.0%) 15 (34.1%) 44 (100.0%)

<0,15 1 ( 3.8%) 7 (26.9%) 18 (69.2%) 26 (100.0%) TOTAL 8 (11.4%) 29 (41.4%) 33 (47.2%) 70 (100.0%)

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 9/12

271

Pakasi. Prostate specific antigen

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini diperiksa penderitadengan diagnosis klinik PPJ (DRE kesan jinak). Usia termuda 50 tahun dan tertua84 tahun, dengan rata-rata usia 63,4tahun. Hal ini tidak berbeda jauh daripenelitian lain yang mengungkapkanbahwa PPJ merupakan tumor jinak yangpaling sering ditemukan pada priaberusia >50 tahun. Khodjojo KZ (1999)dalam penelitiannya pada 30 penderitaPPJ (DRE jinak), berumur antara 51-86tahun, rata-rata usia 64,7 tahun, sedang

Orosco menemukan 5006 kasusberumur 50-79 tahun dengan umur rata-rata 65,8 tahun.10

Kelompok umur terbanyak adalah 60-69tahun dengan nilai rata-rata tPSA 10,20ng/ml. Kelompok umur terkecil adalah diatas 80 tahun dengan nilai rata-rata tPSA12,96 ng/ml. Kurangnya jumlah penderitaberusia > 80 tahun dalam penelitian inidapat dikaitkan dengan usia-harapan-hidup di Indonesia yang hanya mencapaiumur 65 tahun. Hasil penelitian kamimenunjukkan tPSA cenderung naiksejalan dengan peningkatan umur,namun walaupun nilai tPSA cenderungmeningkat dengan meningkatnya umur,secara statistik dengan uji one way

 An ova tidak terdapat perbedaanbermakna. Hal ini dapat disebabkankarena distribusi sampel pada setiapkelompok umur tidak sama.

Pemeriksaan histopatologi dilakukanterhadap 70 penderita dengan diagnosisklinis PP J (DRE kesan jinak) dandiperoleh gambaran berturut-turut PPJ33 orang (47.2%), tanda keganasanterdiri dari PIN (prakanker) 29 orang

(41.4%) dan adenokarsinoma 8 orang(11.4%). Adenokarsinoma yangditemukan ini merupakan KaP insidentalkarena terdiagnosis setelah pemeriksaan

histopatologi dari penderita dengandiagnosis klinik PPJ (DRE kesan jinak). J umlah KaP insidental dalam peneilitiankami tidak berbeda jauh dari laporan-laporan lain di kepustakaan yang ada.Referensi lain melaporkan sekitar 2.5 %- 33.33%, dengan rerata 10%.16 Padanilai cut-off tPSA 4 ng/ml tercatat KaPinsidental 9-15% di luar negeri dansekitar 5.4% di Indonesia.6

Penderita dengan gambaran PIN, biladengan tPSA yang tinggi kemungkinanmenjadi KaP sekitar 10.7% pada nilai

serum tPSA 4-10 ng/ml, dan 42.8% padanilai serum tPSA >10 ng/m.30 PIN yangtidak memperoleh penanganan baik akanberkembang menjadi KaP.

Nilai rerata tPSA tertinggi dijumpai padapenderita dengan gambaranhistopatologi KaP insidental berupaadenokarsinoma (19.25±6.50) ng/mlpada nilai batas antara 9,0-27,80ng/ml,kemudian disusul oleh penderita dengangambaran histopatologi P IN(12.97±6.81)ng/ml pada nilai batasantara 2.59-26.12ng/ml, dan palingrendah pada penderita dengan gambaranhistopatologi PP J (7.40 ±5.78) ng/mlpada nilai batas antara 0.68-24.90ng/ml.Hasil analisis dengan uji one way anova

menunjukkan adanya perbedaan nilaitPSA yang bermakna menurut gambaranhistopatologi. Hal ini sesuai denganreferensi bahwa secara statistik terdapatperbedaan bermakna pada nilai reratatPSA PP J dibandingkan dengan KaP.16

Pada penderita KaP, 25-92% dapatditemukan peningkatan tPSA, 30-50 %pada PPJ .31

Dalam penelitian kami, nilai rerata tPSA

pada PPJ ditemukan (7.40 ±5.78)ng/ml, nilai ini lebih rendah bila dibandingdengan nilai rata-rata di Indonesia (12,9±24.6)ng/ml.29 Hal ini disebabkan karena

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 10/12

272

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 p. 263-274

sampel penelitian adalah penderita yangtelah disaring dari faktor-faktor yangmempengaruhi hasil tes tPSA, sedangsampel pada penelitian Rahardjo dkk(2000, 2002), banyak yang datangdengan volume prostat besar dan telahdikateterisasi, mengingat sebagian besarpenderita datang dengan retensi danvolume prostat yang besar29.

Nilai batas atas tPSA pada PPJ adalah24.90ng/ml dan nilai batas bawah KaPinsidental (adenokarsinoma) 9.0 ng/ml, sehingga nilai batas antara 9.0-

24.90ng/ml merupakan nilai area kelabuyaitu suatu nilai yang tumpang tindihantara PPJ dan KaP. Nilai ini tidak jauhberbeda dengan yang didapatkan diIndonesia yaitu pada daerah kelabu 8-30ng/ml. Di Taiwan diperoleh angka nilaidaerah kelabu 4.1-20.0ng/ml. Nilai yangtumpang tindih ini dapat terjadi karenasifat tPSA yangorgan-specific dan bukantumor-specific artinya tPSA dapatdihasilkan baik oleh jaringan normalmaupun jaringan yang mengalamipembesaran (PP J ) dan keganasan(KaP).12,24,25,32

Penderita dengan diagnosis klinis PPJ(DRE kesan jinak) ditambah dengan hasilnilai tPSA <4 ng/ml tidak ditemukanpada penderita KaP insidental(adenokarsinoma). Nilai tPSA 4-10ng/mlditemukan terbanyak PPJ (65.4%) danhanya 1(3.8%) KaP insidental(adenokarsinoma). Nilai tPSA >10-20terbanyak PIN ( 60.0%) dan 3 (15%) KaPinsidental (adenokarsinoma). Nilai tPSAyang tinggi (>20ng/ml) dapat ditemukanpada ketiga gambaran histopatologi,namun lebih banyak ditemukan padagambaran histopatologi dengan tanda

keganasan (50% pada PIN dan 33.3%KaP insidental (adenokarsinoma)dibanding hanya 16,7% PPJ .Ditemukanperbedaan distribusi hasil kategori nillai

tPSA menurut gambaran histopatologi.Hasil uji X2 menunjukkan perbedaandistribusi yang bermakna (p<0,05).

Penderita DRE jinak ditambah nilai tPSA<4 ng/ml tidak ditemukan KaP insidentalsehingga penderita yang berada pada nilaiini tidak disarankan lagi untuk tes diagnosislebih lanjut, misalnya biopsi. Hal ini sesuaidengan yang direkomendasikan olehNational Academy of Clinical Biochemistry

( NACB-USA) dan The European Group

on Tumor Markers(EGTM), bahwapenderita dengan tPSA <4 ng/ml tidak

disarankan untuk biopsi.33 Namun adabeberapa penelitian tentang nilai normalPSA, diantaranya di Indonesia nilai rujukanPSA normal 8ng/ml,29 nilai tPSA 4ng/mlmenjadi nilai batas untuk laki-laki sehattanpa PPJ , dan nilai 10ng/ml menjadi nilaibatas kelainan jinak dengan kankerprostat.24,33

Nilai rata-rata PSAD tertinggi dijumpaipada penderita dengan gambaranhistopatologi KaP insidental(adenokarsinoma) yaitu 0.36ng/ml/ccberada pada nilai antara 0.10ng/ml/ccsampai 0.59ng/ml/cc, sama dengangambaran histopatologi P IN (0.36ng/ml/cc), berada pada nilai antara 0.06 ng/ml/cc sampai 1,03ng/ml/cc dan palingrendah pada penderita dengan gambaranhistopatologi PP J (0.21 ng/ml/cc),berada pada nilai 0.01 ng/ml/cc sampai0.76ng/ml/cc. Hasil analisis dengan ujione way anova menunjukkan adanyaperbedaan nilai PSAD yang bermakna(p<0.05) menurut gambaranhistopatologi. Hasil uji LSD nilai PSADpada penderita adenokarsinoma dan PINlebih tinggi daripada nilai PSAD padaPPJ (p<0.05). Hal ini sama dengan yang

dikemukakan oleh beberapa penelitibahwa PSAD penderita KaP secarastatistik berbeda bermakna dibandingPSAD penderita PPJ .16

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 11/12

273

Pakasi. Prostate specific antigen

Penderita dengan diagnosis klinis PPJ(DRE kesan jinak) ditambah dengan nilaiPSAD yang tinggi (>0.15ng/ml/cc) lebihbanyak ditemukan pada penderitadengan gambaran histopatologi PIN danadenokarsinoma, sedangkan nilai PSADrendah (<0.15ng/ml/cc) lebih banyakditemukan pada penderita dengangambaran histopatolgi PPJ . Ditemukanperbedaan distribusi hasil kategori nilaiPSAD menurut gambaran histopatologi.Hasil uji X2 menunjukkan perbedaandistribusi yang bermakna (p<0.05).Walaupun nilai PSAD < 0,15 ng/ml/cclebih banyak ditemukan pada penderitadengan gambaran histopatologi PPJ ,tetapi masih ditemukan pada penderitadengan adenokarsinoma 1 (3.8%) dan

PIN 7 (26.9%). Dari 8 penderita KaPinsidental (Adenokarsinoma), 7 penderitaberada pada nilai PSAD >0.15ng/ml/ccdan 1 penderita <0.15ng/ml/cc. Di negaraAsia yang prevalensi KaP rendahterdapat perbedaan nilai normal PSA.Pada nilai PSAD > 20 baru perludilakukan biopsi prostat.

Penyebab peningkatan tPSA dan PSADlebih tinggi pada KaP insidental(adenokarsinoma) dibanding PPJ olehkarena pada KaP akan mensekresi PSA12 kali lebih besar per volume prostat

dibanding jaringan PP J . Referensi lainmengatakan bahwa KaP melepaskan 30kali lebih banyak PSA ke dalam sirkulasidibanding jaringan prostat normal.12,27,34

DAFTAR RUJUKAN

1. Presti J C. Neoplasms of the Prostate Glandin Smith”s General Urology Sixteenth Edition,Mc Graw Hill, Boston, 2004; 367 – 84.

2. Purnomo BB. Dasar- Dasar Urologi, CV.

Sagung Seto. J akarta, 2003; 69-85, 175-80.3. Kuriyama M. et al. Determination of 

Reference Value for Total PSA, F/T andPSAD According to Prostatic Volume in

 J apanase Prostate Cancer Patiens withSlightly Elevated Serum PSA Levels, 1999:http://www.oup.co.uk/jjco/Volume 29/Issue12/html/hyc 162 gml.html

4. Cigna Healthcare Coverage Position,Prostate-Specific Antigen Testing forScreening and Early Detection of ProstateCancer. 2004.

5. Palinrungi AM. Terapi MedikamentosaPembesaran Prostat J inak dalam J urnalMedika Nusantara, April- J uni, 2001; 22 (2):

360-69.

6. Raharjo J . Perkembangan MutakhirDiagnostik dan Penanganan Pembesaran

Prostat J inak dalam Kursus Penyegar Ilmubedah, PIT-X IKABI, Bali. 1995: 1-15.

7. American Urological Association (AUA ),Prostate-Specifik Antigen(PSA) Best

Practice Policy, Oncology, 14 (2), 2000:267-86.

8. Underwood J CE. General and SystematicPatology, Edisi 2, J akarta, EGC, 2000; 609-612.

9. Sjamsuhidajat R, Wim de J ong. Buku AjarIlmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, J akarta,1997; 1058 – 66.

10. Khodjojo KZ. Perbandingan HasilPemeriksaan Klinis Preoperatif dan PatologiAnatomi pada Penderita P embesaranProstat J inak, Karya Akhir, Makassar, 1999;1-11.

11. Stephan C, J ung K. Indirect free PSA and

Other Molecular Forms of PSA in LabMedica International, J ohns HopkinsMedical Institutions, Baltimore, USA, 2004;14-6.

7/14/2019 AA-4-Total Prostate Rulan Dn Pakasi

http://slidepdf.com/reader/full/aa-4-total-prostate-rulan-dn-pakasi 12/12

274

The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 p. 263-274

12. J ain S, Bhojwani AG, Mellon J K. Improvingthe Utility of Prostate Spesific Antigen (PSA)in the Diagnosis of Prostate Cancer, Theuse of PSA Derivates and Novel Markers,Postgraduate Medical Journal, 2002; 78:646-50.

13. Ferri FF. Instant Diagnosis and Treatment,

Mosby. 2004; 701-2, 1398.

14. Hardjoeno. Interpretasi Hasil TesLaboratorium Diagnostik, HasanuddinUniversity Press, Makassar. 2003: 421-5.

15. Adshead JM. Stricker Philip D, LocalizedProstate Cancer Questions Patients Ask,

Medical Progress, J anuari. 2005; 32 (1):5-12.

16. Umbas R . P erkembangan MutakhirPenanda Tumor untuk Kanker P rostat,

 J urnal Ilmu Bedah Indonesia. 2003; 31 (1):48-51.

17. Malawat HR. Diagnosis and Tumor Markerof Prostate Cancer dalam J urnal MedikaNusantara. 2001; 22(2): 386-8

18. Malawat HR, Insidens Kanker Prostat diMakassar dan Sekitarnya dalam J urnalMedika Nusantara, 2000; 21(4): 222-3.

19. Reiter RE deKernion J B. Epidemiology,Etiology and Prevention of Prostate Cancer,

2003.

20. Sikaris KA. Prostate Specipic Antigen,Clinical Biochem Revs, 1996: 17; 50-60.

21. Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI),Laboratorium Klinik P rodia, DiagnostikLaboratorik Kanker yang Akurat, Pra KonasIV POI, Makassar, 2002.

22. Thompson IM. et al. Prevalence of ProstateCancer among Men with a Pros tate-Specific Antigen Level £ 4.0 ng per milliliter,

 The New England J ournal of Medicine May,2004; 350( 22): 2239-46.

23. Dodi S. PSA and Prostate CancerDetection in Surabaya in Asian Lecture Tour

Series, The Prostate Cancer, TakedaPharmaceutical Company Limited, 2004: 4.

24. Chan Daniel W, Sell Stewart. TumorMarkers in Tietz Fundamentals of ClinicalChemistry, 4th ed, WB Saunders,Philadelphia. 1996; 336- 50.

25. Partin AW. cPSA More Accurate forDetecting Prostate Cancer in Lab MedicaInternational, J ohns Hopkins MedicalInstitutions, Baltimore,USA, 21(4), 2004.

26. Tandisau J R. P engaruh Colok Duburterhadap Kadar PSA dalam darah padapenderita Pembesaran Prostat J inak. KaryaAkhir, Makassar. 1999: 1-21.

27. Steven PB. at al. Biology of Prostate-Spesific Antigen, J ournal of ClinicalOncology. 2003: 21; 383-91.

28. National Guideline Clearinghouse (NGC),Prostate spesific antigen (PSA), BestPractice Policy, 2000: http://www.guide l ine.gov/summary/summary.apx?ss=15&doc_id=2181&nbr=&string.

29. Birowo P, Rahardjo D, Pembesaran Prostat J inak, Tinjauan Pustaka: http://www.tempo.co.id/ medika/arsip/072002/pus-3.htm.

30. Malawat HR, Prostat Intraepihelial

Neoplasma dalam J urnal MedikaNusantara. 2000; 21(4): 241-2.

31. Malawat HR, Pemakaian Prostat SpesifikAntigen secara Rasional pada Penatalak-sanaan Kanker P rostat dalam J urnalMedika Nusantara. 2001; 22(1): 306-7.

32. Raharjo J , Pembesaran Prostat J inak,Manifestasi klinik dan Manajemen,Ropanasuru, 1997; XXV (1): 37-43.

33. Suryaatmadja M, Penggunaan Petanda Tumor PSA pada Kanker Prostat, BuletinABC, V/I/, 2005.

34. Brosman SA, Prostate–Specific Antigen,2005: eMedicine.com,Inc. http://

www.emedicine. com/med/topic3465.htm.