acara ii fix
DESCRIPTION
fisheTRANSCRIPT
ACARA II
OBSERVASI SISTEM KARDIOVASKULER DAN RESPIRASI MENGAMATI TEKANAN DARAH, DENYUT JANTUNG, DAN
DENYUT NADI
I. TUJUAN
Setelah mengikut praktikum fisiologi hewan dengan materi observasi
system kardiovaskuler, mahasiswa mampu :
1. Mengetahui prinsip dan cara-cara pengukuran tekanann darah pada saat
distol dan diastol
2. Mengetahui pengaruh aktifitas metabolik pada besarnya tekanan sistol
dan diastol.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sistem Kardiovaskuler
Menurut Muttaqin (2009), sistem kardiovaskuler adalah
kesatuan organ-organ dalam tubuh manusia yang memiliki fungsi
untuk memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke
seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses
metabolisme. Sistem ini juga berfungsi sebagai sistem regulasi untuk
melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh
aktivitas tubuh. Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem
transpor tertutup yang terdiri atas jantung, sebagai organ pemompa
darah ke seluruh tubuh. Lalu ada komponen darah, sebagai pembawa
materi oksigen dan nutrisi. Selain itu, ada pembuluh darah yang
memiliki fungsi sebagai media yang mengalirkan komponen darah.
Ketiga komponen tersebut harus berfungsi dengan baik agar seluruh
jaringan dan organ tubuh menerima suplai oksigen dan nutrisi yang
tepat. Otot jantung, pembuluh darah, sistem konduksi, suplai darah,
dan mekanisme saraf jantung harus bekerja secara sempurna agar
sistem kardiovaskular dapat berfungsi dengan baik. Semua komponen
tersebut bekerja bersama-sama dan mempengaruhi denyutan, tekanan,
dan volume pompa darah untuk menyuplai aliran darah ke seluruh
jaringan sesuai kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh.
II.2 Tekanan Darah
Menurut Ronny, dkk (2008), tekanan darah adalah tekanan
yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah
dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau
penurunan elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume
darah akan menurun tekanan darah. Darah yang dipompa oleh jantung
akan mengalir ke dalam pembuluh darah arteri. Pada saat darah
mengalir ke dalam arteri, arteri meregang namun karena sifatnya yang
elastisitas arteri akan kembali ke ukuran semula dan dengan demikian
darah akan mengalir ke daerah yang lebih distal.
Menurut Gunawan (2007), tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada
waktu jantung menguncup (sistole). Adapun tekanan darah diastolik
adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali (diastole).
Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih
tinggi daripada tekanan darah diastolik. Tekanan darah manusia
senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak
jantung. Menurut Anggara dan Prayitno (2013), tekanan darah
merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk
daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler, dan
sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.
II.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi tekanan darah, diantaranya adalah:
1. Umur Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata
73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara
bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia,
arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal
ini mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan
diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh darah
tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan
darah.
2. Jenis Kelamin Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension,
Oparil menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering
terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung
memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan
risiko wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih
tinggi (Miller, 2010).
3. Olahraga Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Obat-obatan Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan
atau menurunkan tekanan darah. Universitas Sumatera Utara
6
5. Ras Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki
tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria Amerika Eropa
dengan usia yang sama.
6. Obesitas Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun
dewasa merupakan faktor predisposisi hipertensi.
II.4 Denyut Jantung dan Denyut Nadi
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang
dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat
tertentu. Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari
noddus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus Rhythim).
Waktu istirahat, jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya
berkurang waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam,
dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi seseorang akan
terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang
bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi.
Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut
per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam
waktu beberapa menit saja. 30 Tempat meraba denyut nadi adalah:
pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan
(Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido
mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung
(Arteri temparalis) dan di pelipis (Muffichatum, 2006).
II.5 Alat yang DigunakanII.5.1 Spygmomanometer
Menurut Potter (2005), Tensimeter dikenalkan pertama kali
oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari
100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran
tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer.
Sejak itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan
sebagai standar emas pengukuran tekanan darah oleh para
dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya
menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang,
kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan
penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh
dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih
digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Para
dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan
mereka kepada tensimeter air raksa ini.
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat
udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain,
dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum
stopwatch atau air raksa.
Cara pengukuran tekanan darah
Cara menggunakan tensimeter air raksa adalah
1. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain
(cuff) pada lengan atas.
2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara
memompakan udara ke dalamnya. Kantong karet yang
membesar akan menekan pembuluh darah lengan
(brachial artery) sehingga aliran darah terhenti
sementara.
4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan
memutar sumbat udara.
5. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada
dua hal yang harus diperhatikan pemeriksa. Pertama,
jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut pembuluh
darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat
terdengat denyut untuk pertama kalinya, nilai yang
ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai
tekanan sistolik.
6. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi
denyut yang terdengar lewat stetoskop akan
menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk tekanan saat bunyi denyut menghilang disebut
tekanan diastolik.
II.5.2 Stetoskop
Menurut Silvahanan (2010), Stetoskop ditemukan di
Perancis pada 1816 oleh René-Théophile-Hyacinthe Laennec.
Dia terdiri dari tabung kayu kosong. Konon dia menciptakan
stetoskop sehingga ia tidak perlu menaruh telinganya di buah
dada wanita Perancis. Tidak jelas apakah Laennec mencoba
menghindarinya, atau untuk menghindari rasa malu pasien.
Namun begitu, orang mengatakan bahwa “Kebutuhan adalah
ibu dari penemuan”.
Stetoskop (bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein,
memeriksa) adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa
suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk mendengar
suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan
untuk mendengar intestine dan aliran darah dalam arteri dan
“vein”.
Ada dua jenis stetoskop: akustik dan elektronik.
a. Stetoskop Akustik
Stetoskop Akustik adalah stetoskop yang paling
umum digunakan, dan beroperasi dengan menyalurkan
suara dari bagian dada, melalui tabung kosong berisi udara
ke telinga pendengar. Bagian “chestpiece” biasanya terdiri
dari dua sisi yang dapat diletakan di badan pasien untuk
memperjelas suara, sebuah diaphgram (disk plastik) atau
“bell” (mangkok kosong). Bila diaphgram diletakkan di
pasien, suara tubuh menggetarkan diaphgram,
menciptakan tekanan gelombang akustik yang berjalan
sampai ke tube ke telinga pendengar. Bila “bell”
diletakkan di tubuh pasien getaran kulit secara langsung
memproduksi gelombang tekanan akustik yang berjalan ke
telinga pendengar. Bell menyalurkan suara frekuensi
rendah, sedangkan diaphgram menyalurkan frekuensi
suara yang lebih tinggi. Stetoskop dua sisi ini diciptakan
oleh Rappaport dan Sprague pada awal abad ke-20.
Permasalahan dengan akustik stetoskop adalah tingkatan
suara sangat rendah, membuat diagnosis sulit.
b. Stetoskop elektronik
Stetoskop jenis ini mengatasi tingkatan suara yang
rendah dengan cara memperkuat suara tubuh. Sekarang
ini, telah ada beberapa perusahaan menawarkan stetoskop
elektronik, dan mungkin dalam beberapa tahun lagi,
stetoskop elektronik akan menjadi lebih umum dari
stetoskop akustik.
Stetoskop digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa
penyakit tertentu. Stetoskop dapat menyalurkan suara
tertentu dan menghilangkan suara yang lain. Sebelum
stetoskop ditemukan, dokter meletakkan telinganya ke
dekat badan pasien dengan harapan untuk mendengarkan
sesuatu. Stetoskop seringkali dianggap sebagai simbol
pekerjaan dokter, karena dokter sering dilihat atau
digambarkan dengan sebuah stetoskop yang tergantung di
sekitar lehernya. Stetoskop juga digunakan oleh mekanik
untuk mengisolasi suara tertentu dari mesin untuk
diagnosa.
III. METODELOGIIII.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
a. Stetoskop
b. Sphygmomanometer
c. Alat tulis
III.1.2 Bahan
a. Praktikan dalam Keadaan Istirahat
b. Praktikan dalam Keadaan Kerja Fisik atau Aktifias
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pengukuran Tekanan Darah
a. Dipasang sphygmomanometer pada lengan, setelah
dipasang kemudian diukur dan dilihat pada
sphygmomanometer untuk mengetahui tekanan sistole dan
diastole.
b. Hasil yang didapat kemudian dicatat pada lembar kerja
yang ada.
III.2.2 Pengukuran Denyut Jantung
a. Stetoskop disiapkan.
b. Denyut jantung dicari disekitar dada
c. Setelah didapat denyut jantung disunakan stetoskop.
d. Denyut jantung diukur selama satu menit.
e. Pengukuran denyut jantung dilakukan dalam kurun waktu
menit pertama, lima menit pertama, lima menit kedua, dan
lima menit ketiga.
f. Hasil yang didapatkan kemudian dicatat pada lembar kerja
yang ada.
III.2.3 Pengukuran Denyut Nadi
a. Dicari denyut nadi pada sekitar lengan tangan dibagian
bawah.
b. Denyut nadi yang didapat kemudian dihitung selama satu
menit.
c. Hasil penghitungan denyut nadi kemudian dicatat dilembar
kerja yang ada.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Waktu Pengamatan
Istirahat Kerja Fisik
Tekanan Darah
Denyut Jantung
Denyut Nadi
Tekanan Darah
Denyut Jantung
Denyut Nadi
0'110/80 mmHg 96 84
120/90 mmHg 126 98
5' 100 86 119 10010' 100 88 115 10515' 101 86 119 108
IV.2 Pembahasan Praktikum Fisiologi Hewan acara II yang berjudul “Observasi
Fungsi Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi Serta Mengamati
Tekanan Darah, denyut Jantung, dan Denyut Nadi” dilaksanakan pada
tanggal 29 September 2015 di Laboratorium BSFH. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui prinsip dan cara-cara pengukuran tekanan
darah pada saat sistol dan diastol, mengetahui pengaruh aktifitas
metabolik pada besarnya tekanan sistol dan diastol. Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu stetoskop,
tensimeter, manusia dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan
beraktifitas.
IV.2.1 Pengukuran Tekanan Darah
Praktikum pengukuran tekanan darah dalam keadaan
istirahat dilakukan dengan waktu pengukuran (0 menit, 5 menit
pertama, 5 menit kedua, dan 5 menit ketiga). Alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah stetoskop dan
sphygmomanometer, sedangkan bahan yang digunakan adalah
praktikan dalam keadaan istirahat. Cara kerja yang dilakukan
pada saat pengukuran tekanan darah adalah dengan
sphygmomanometer. Sphygmomanometer digunakan
mengukur tekanan darah pada manusia. Cara penggunaan
sphygmomanometer adalah melingkarkan manset di lengan
atas probandus, kemudian balon dipompa. Manset
digelembungkan sampai tekanannya melampaui tekanan
sistolik. Lalu balon dikempeskan secara perlahan, lalu diamati
angka yang ditunjukkan monitor saat terdengar bunyi pertama
dan saat suara detak hilang pada stetoskop. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Marliani, 2007), bahwa tekanan darah
manusia diukur menggunakan alat yang bernama
sphygmomanometer. Alat ini dilengkapi dengan manset
pembungkus lengan yang dapat digelembungkan, balon untuk
memompa, monior yang berisi air raksa atau jarum sebagai
indikator untuk menunjukkan hasil pengukuran. Selama
pengukuran, manset dibungkuskan pada lengan atas, lalu balon
dipompa sehingga udara masuk ke dalamnya melalui selang.
Manset digelembungkan sampai tekanan di dalamnya
melampaui tekanan sistolik. Arteri utama dalam lengan (arteri
brakhalis) pun menjadi pipih karena tertekan sehingga darah
tidak bisa mengalir ke bagian bawah lengan. Ini ditandai
dengan tidak adanya suara pada stetoskop yang ditempatkan di
atasnya. Udara kemudian secara perlahan dikeluarkan dengan
jalan membuka kunci di samping balon pemompa sehingga
tekaan pada arteri berkurang. Bila arteri tidak pipih lagi, akan
terdengar bunyi berdetak pertama. Ini menunjukkan
mengalirnya kembali darah dalam pembuluh darah arteri.
Angka yang ditunjuk oleh jarum pada saat terdengar bunyi
pertama itu disebut tekanan sistolik. Pembebasan udara dari
manset menyebabkan tekanan pada arteri brakhialis terus
menurun, dan arteri terbuka lebar. Hal ini dapat diketahui
dengan tidak adanya suara berdetak pada stetoskop. Angka
yang ditunjukkan merupakan tekanan diastolik.
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada 0 menit atau
pada menit pertama hasil yang didapat pada menit pertama
adalah 110/80 mmhg. 110 menunjukkan tekana sistole dan 80
menunjukkan nilai diastole. Nilai tekanan sistole dan diastole
pada saat berada dalam keadaan istirahat adalah normal,
Karena tekanan darah manusia pada saat tidak melakukan apa-
apa bernilai 110/80. Hal ini sesuai dengan pendapat (), bahwa,,
Kemudian hasil pengukuran setelah beraktifitas tekanan darah
mengalami kenaikan yakni 120/90 mmhg. Aktifitas dilakukan
selama 5 menit. Aktifitas praktikan yang dilakukan pada saat
satu menit pertama adalah dengan melakukan push up,
kemudian pada menit kedua melakukan lari lari-lari kecil,
kemudian pada menit ketiga melakukan lari naik-dan turun
tangga, kemudian pada menit terakhir melakukan lari cepat da
naik turun tangga. Akibat dari kegiatan yang dilakukan selama
5 menit menyebabkan tekanan darah naik, hal tersebut
dikarenakan, meningkatnya kebutuhan suplai O2 dalam tubuh
sehingga jantung terpacu untuk menyuplai darah lebih banyak
untuk menyokong kebutuhan O2 dan meningkatkan tekanan
darah dalam tubuh. Perbedaan jenis aktivitas tetap
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Menurut Brata, dkk
(2013), tekanan darah naik setelah melakukan aktifitas
disebabkan karena semakin tinggi aktivitas yang dilakukan
maka akan meningkatkan kerja jantung, karena jantung harus
mengeluarkan tenaga yang tinggi sehingga tekanan darah juga
meningkat . Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi
oleh tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas
lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada saat
istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas
sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat
metabolisme tubuh bekerja semakin cepat pula dalam
menghasilkan energi.
IV.2.2 Pengukuran Denyut Jantung
Percobaan pengukuran denyut jantung menggunakan
alat yang bernama stetoskop. Cara kerja yang dilakukan adalah
dengan mencari denyut jantung yang berada di sekitar dada,
kemudian dideteksi dengan mengunakan stetoskop. Setelah
didapatkan denyut jantung, kemudian diukur dengan cara
menghitung denyut jantung selama satu menit. Denyut jantung
keadaan istirahat pada menit pertama adalah 96 permenit,
kemudian pada 5 menit pertama adalah 100, pada 5 menit
kedua adalah 100, dan denyut jantung pada 5 menit ketiga
adalah 101. Hasil perhitungan denyut jantung pada keadaan
istirahat adalah normal. Menurut Campbell (2008), denyut
jantung normal pada keadaan istirahat adalah 75 denyutan per
menit, hal ini terjadi karena saat probandus beristirahat,
probandus tidak beristirahat secara total, melainkan masih
melakukan aktivitas kecil seperti berjalan. Percobaan
pengukuran denyut jantung pada saat setelah melakukan
aktifitas atau kerja fisik mengalami peningkatan. Hasil
pengukuran yang didapat adalah sebagai berikut. Menit
pertama adalah 126, pada menit pertama adalah 119, 5 menit
pertama adalah 119, denyut jatung pada 5 menit kedua adalah
115, kemudian denyut jantung pada 5 menit ketiga adalah 119.
Denyut jantung mengalami peningkatan setelah melakukan
kerja fisik atau beraktifitas karena suhu tubuh probandus
mengalami kenaikan, serta kebutuhan O2 tubuh meningkat
cepat akibat aktivitas tubuh yang lebih berat dari sebelumnya ,
sehingga jantung berdetak lebih cepat guna memompa darah
pembawa O2 ke seluruh tubuh lebih cepat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sherwood (2011) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi denyut jantung antara lain; usia, ukuran tubuh,
posisi tubuh, latihan fisik, dan faktor lain seperti kerja otot,
suhu tubuh, ketinggian tempat dan suhu lingkungan.
IV.2.3 Pengukuran Denyut Nadi
Percobaan pengukuran jumlah denyut nadi dilakukan
terhadap praktikan berjenis kelamin laki-laki dengan rentang
usia remaja, dimana usia ini juga akan mempengaruhi denyut
nadi. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan dan pada masa remaja,
denyut jantung menetap serta dengan iramanya yang teratur
(Siswantiningsih, 2010). Pengukuran jumlah denyut nadi
dilakukan pada saat keadaan istirahat dan setelah melakukan
kerja fisik, pengukuran ini dihitung sebanyak empat kali dalam
jangka waktu yang berbeda-beda (0’, 5’, 10’ dan 15’) saat
istirahat maupun setelah melakukan kerja fisik. Perhitungan
jumlah denyut nadi dilakukan selama 1 menit dengan
menggunakan tangan, denyut nadi yang diukur adalah nadi
yang ada di pergelangan tangan. Pergelangan tangan
merupakan salah satu tempat untuk meraba denyut nadi,
tepatnya di bagian pergelangan tangan bagian depan sebelah
atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis) (Siswantiningsih,
2010). Pengukuran pertama yang dilakukan adalah pada saat
istirahat yaitu praktikan tidak melakukan apa-apa dengan posisi
duduk. Hasil yang diperoleh pada menit ke 0’, jumlah denyut
nadi adalah 84. Menit ke 5’, jumlah denyut nadi adalah 86.
Menit ke 10’, jumlah denyut nadi adalah 88 sedangkan di menit
ke 15’, jumlah denyut nadi adalah 86.
Pengukuran yang kedua dilakukan pada saat setelah
melakukan kerja fisik. Kerja fisik yang dilakukan adalah
selama 2 menit praktikan melakukan push-up, kemudian lari
naik-turun tangga di menit ke-3, dilanjutkan dengan jalan naik-
turun tangga serta lompat di menit ke 3-4, pada menit ke-5
kembali lari naik-turun tangga. Hasil yang diperoleh pada
menit pertama, jumlah denyut nadi adalah 98. Menit ke 5’,
jumlah denyut nadi adalah 100. Menit ke 10’, jumlah denyut
nadi adalah 105. Perhitungan terakhir yaitu pada menit ke 15’,
jumlah denyut nadi yaitu 108.
Berdasarkan data hasil pengukuran tersebut dapat
disimpulkan bahwa jumlah denyut nadi pada saat istirahat jauh
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah denyut nadi setelah
praktikan melakukan kerja fisik. Hal ini sesuai dengan literatur
yaitu pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel-sel
otot sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat-
zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot.
Semakin tinggi aktivitas maka semakin meningkat metabolism
otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai
kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi
denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada
akhirnya (Siswantiningsih, 2010)
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Febby. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jakarta: Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5(1).
Brata, Didik Dwi, dkk. 2013. Tekanan Darah pada Manusia. Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Kozier, B., et al, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier Erb.
Jakarta: EGC.
Marliani, Lili dan Tantan S. 2007. 100 Questions & Answers Hipertensi. Jakarta:
Gramedia.
Miller, C., 2010. Factors Affecting Blood Pressure and Heart Rate. NY: Oxford
University Press.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustak Utama.
Potter,Patricia A. 2005. Buku ajar pundamental keperawatan.Jakarta: EGC.
Siswantiningsih, Kalpika Anis. 2010. “Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan
Sesudah Bekerja pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. Indo Acidatama
Tbk Kemiri, Kebakkramat Karanganyar”. Laporan Khusus. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem . Edisi 6.
Jakarta : EGC.
LEMBAR PENGESAHAN