accessibility of people with disabilities to public

14
1 Journal of Politics and Policy Volume 3, Number 1, December 2020 Accessibility Of People With Disabilities To Public Facilities In Yogyakarta City Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Umum Di Kota Yogyakarta Aan Qur’ana a , Eko Priyo Purnomo b ab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta, Indonesia a [email protected] , b [email protected] Abstract Persons with disabilities, those who have physical limitations so that they have difficulty doing daily activities. Accessibility is very important for people with disabilities because it is to get the same with non-disabled people. The available facilities must also look at the surrounding community, so that all communities can experience the facilities. That way the existing facilities must be able to meet the needs of persons with disabilities in order to facilitate their access. That way this research aims to analyze the existing facilities in the city of Yogyakarta is adequate or not. The facilities examined here are such as sidewalks, public transportation in the form of Trans Jogja buses and also education in the city of Yogyakarta. In addition, several concepts related to accessibility and public facilities for people with disabilities also use the right approach. Through a qualitative descriptive analysis of accessibility and public facilities for persons with disabilities that are already expected to be able to facilitate and is expected to be designed according to needs. Starting from the design of transportation, education as well as the place of recreation. Therefore, these interests must pay attention to and consider designs that can be accessed by persons with disabilities. Keywords: Accessibility, Public Facilities, People with Disabilities. Abstrak Penyandang disabilitas, mereka yang memiliki keterbatasan fisik sehingga mereka kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Aksesibilitas sangat penting bagi para penyandang disabilitas karena untuk memperoleh kesamaan dengan orang yang non disabilitas. Fasilitas yang tersedia juga harus melihat masyarakat sekitar, supaya semua masyakarat dapat merasakan fasilitas tersebut. Dengan begitu fasilitas yang ada harus bisa memenuhi kebuthan para penyandang disabilitas guna untuk mempermudah akses mereka. Dengan begitu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fasilitas yang ada di kota Yogyakarta

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Accessibility Of People With Disabilities To Public

1

Journal of Politics and Policy Volume 3, Number 1, December 2020

Accessibility Of People With Disabilities To Public Facilities In

Yogyakarta City

Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Umum Di

Kota Yogyakarta

Aan Qur’anaa, Eko Priyo Purnomo

b

ab Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta, Indonesia

[email protected] ,

[email protected]

Abstract Persons with disabilities, those who have physical limitations so that they have difficulty

doing daily activities. Accessibility is very important for people with disabilities because it is to get the same with non-disabled people. The available facilities must also look at the

surrounding community, so that all communities can experience the facilities. That way the

existing facilities must be able to meet the needs of persons with disabilities in order to facilitate their access. That way this research aims to analyze the existing facilities in the

city of Yogyakarta is adequate or not. The facilities examined here are such as sidewalks,

public transportation in the form of Trans Jogja buses and also education in the city of

Yogyakarta. In addition, several concepts related to accessibility and public facilities for people with disabilities also use the right approach. Through a qualitative descriptive

analysis of accessibility and public facilities for persons with disabilities that are already

expected to be able to facilitate and is expected to be designed according to needs. Starting from the design of transportation, education as well as the place of recreation. Therefore,

these interests must pay attention to and consider designs that can be accessed by persons

with disabilities. Keywords: Accessibility, Public Facilities, People with Disabilities.

Abstrak Penyandang disabilitas, mereka yang memiliki keterbatasan fisik sehingga mereka kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Aksesibilitas sangat penting bagi para penyandang

disabilitas karena untuk memperoleh kesamaan dengan orang yang non disabilitas. Fasilitas

yang tersedia juga harus melihat masyarakat sekitar, supaya semua masyakarat dapat merasakan fasilitas tersebut. Dengan begitu fasilitas yang ada harus bisa memenuhi

kebuthan para penyandang disabilitas guna untuk mempermudah akses mereka. Dengan

begitu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fasilitas yang ada di kota Yogyakarta

Page 2: Accessibility Of People With Disabilities To Public

2

sudah memadai apa belum. Fasilitas yang diteliti disini yaitu seperti trotoar, angkutan umum

berupa bus trans jogja dan juga pendidikan yang ada di kota Yogyakarta. Selain itu beberapa konsep yang terkait dengan aksesibilitas dan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas

juga menggunakan pendekatan yang tepat. Melalui analisis deskriptif kualitatif terhadap

aksesibilitas dan fasilitas umum bagi penyandang disabilitas yang sudah ada diharapkan

mampu memudahkan dan sangat diharapkan untuk dirancang sesuai dengan kebutuhan. Mulai dari desain tansportasi, pendidikan maupun dengan tempat berekreasi. Oleh karena

itu, kepentingan kepentingan ini harus memperhatikan dan mempertimbangkan desain yang

bisa diakses oleh penyandang disabilitas. Kata Kunci: Aksesibilitas, Fasilitas Umum, Penyandang Disabilitas.

PENDAHULUAN

Membahas tentang penyandang disabilitas sepertinya sudah tidak asing lagi di

telinga kita. Penyandang disabilitas merupakan kondisi manusia dan memiliki

prevalansi yang tinggi (Syafi, 2012). Penyandang disabilitas ini termasuk golongan

yang rentan terhadap beberapa factor seperti, kemiskinan yang terdapat di setiap

Negara. Secara lebih luas dalam aspek keuangan non-moneter seperti, standar hidup

misalnya, kesehatan, pendidikan, dan kondisi kehidupan. Akan tetapi disini penyandang

disabilitas perempuan memiliki risiko yang paling besar dibandingkan dengan

disabilitas laki-laki pada umumnya. Dari aspek kemiskinan yang mereka alami

membuat peluang dalam pendidikan dan pengembangan keterampilan sangat terbatas.

Mereka (penyandang disabilitas) yang bekerja berpendapatan lebih kecil dibandingkan

dengan yang non-disabilitas didalam perekonomian informal dengan perlindungan

social yang minim atau tidak sama sekali. Sering sekali kita jumpai di beberapa tempat,

penyandang disabilitas sering dikucilkan dari pendidikan, pelatihan kejuruan dan

peluang kerja (Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia, n.d.).

Penting untuk mengetahui perbedaan makna atau pengertian dari penyandang

cacat, difabel dan penyandang disabilitas. Tentu saja dari ketiganya banyak memiliki

perbedaan. pertama, penyandang cacat, seseorang yang memiliki atau mempunyai

kelainan fisik atau mental yang mengganggu kegiatan fisiknya dan merupakan suatu

rintangan atau hambatan untuk melakukan sesuatu secara selayaknya. Adapun beberapa

macam penyandang cacat, misalnya penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental

dan penyandang cacat fisik dan mental. Kedua, difabel sering kita maknai sama dengan

disabilitas ternyata leduanya berbeda. Disabilitas bisa saja mengakibatkan seseorang

tidak mampu menjalan suatu kegiatan yang ‘normal’, tetapi difabel ini masih mampu

melakukan kegiatannya tetapi dengan cara yang berbeda. Misalnya dengan berjalan,

mereka bisa berjalan dari tempat satu ketempat yang lainnya. Mereka yang tidak

Page 3: Accessibility Of People With Disabilities To Public

3

mempunyai kaki bisa melakukan mobilitas dengan kursi roda. Ketiga, penyandang

disabilitas, seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, mental atau sensorik,

intelektual dalam jangka yang panjang dan untuk berinteraksi dengan lingkungan

mengalami kesulitan untuk ikut berpartisipasi secara penuh dan efektif. (Maftuhin,

2016).

Di Indonesia juga memiliki Undang Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang

Penyandang Disabilitas yang menggantikan Undang Undang Nomor 4 tahun 1997

tentang Penyandang Cacat yang dipandang belum berspektif hak asasi manusia, lebih

bersifat belas kasihan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas masih dinilai sebagai

masalah social yang kebijakan pemenuhan haknya baru bersifat jaminan social,

rehabilitas social, bantuan social, dan peningkatan kesejahteraan social. Penyandang

disabilitas ini seharusnya memiliki kesempatan yang sama dalam upaya

mengembangkan dirinya melalui kemandirian sebagai manusi yang bermartabat (Situasi

Disabilitas, n.d.). Fasilitas umum merupakan fasilitas yang tersedia untuk kepentingan

umum. Contoh dari fasilitas umum yaitu angkutan umum, jembatan, saluran air, under

pass, alat penerangan umum, halte, tempat pembuangan sampah fly over, jalan, jaringan

listrik, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian fasilitas umum di atas, sudah jelas

bahwa fasilitas umum diperuntukkan untuk setiap warga Negara dan penduduk di

Indonesia (Mada, 2019)

Kehidupan seorang penyandang disabilitas tidaklah mudah dibandingkan dengan

kehidupan non disabilitas. Dimana semua sarana dan prasarana yang ada hamper di

seluruh indinesia diseain khusus untuk orang non disabilitas, maka sarana dan prasarana

bagi penyandang disabilitas sangat sulit. Penyandang disabilitas sering kali tidak

dianggap dan dipandang kasihan oleh masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana

masih sangat terbatas untuk ramah disabilitas di Indonesia maupun di Yogyakarta

(Rahayu & Dewi, 2013). Setiap warga Negara Indonesia mempunyai hak yang sama

dan kedudukan yang sama di hadapan hokum. Penyandang disabilitas akan merasa

kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena beberapa sikap masyarakat

maupun lingkungan yang memandang belas kasihan bahkan bisa jadi bahan celaan. Hak

hak bagi penyandang disabilitas antara lain aksesibilitas pendidikan, kesempatan kerja,

fisik, rehabilitasi (Yogyakarta, 2011). Penyandang disabilitas memerlukan perhatian

supaya mereka mampu melaksanakan beberapa tugas dan fungsinya. Penyandang

disabilitas ini akan merasa kesulitan dalam melakukan aktifitasnya jika di bandingkan

dengan orang non disabilitas (normal) yang secara fisik mereka mempunyai kelemahan

Page 4: Accessibility Of People With Disabilities To Public

4

dalam menggerakan tubuhnya. Permasalahan yang sering dihadapi oleh penyandang

disabilitas adalah kurangnya informasi, kurangnya fasilitas umum yang memudahkan

mereka untuk melakukan aktifitasnya sehari hari (No Title, 2016) Sebagai masyarakat

Indonesia sudah seharusnya kita peduli dengan sesama kita.

Dalam data statistic di Indonesia pada tahun 2018 (Situasi Disabilitas, n.d.),

mengatakan bahwa, disabilitas anak (umur 5-17 tahun) mendapatkan 3,3% anak umjur

tahun 5-17 tahun yang mengalami disabilitas. Proporsi disabilitas meningkat pada usia

yang lebih tua dan paling besar proporsinya adalah laki laki dibandingakan dengan

perempuan, dan penduduk pedesaan lebih sedikit dibandingkan dengan perkotaan. Pada

proposi disabilitas dewasa (usia 18-59 tahun) ini sebesar 22,0%. Proporsi disabilitas

pada usia ini meningkat pada kelompok usia yang paling tinggi adalah perempuan

dibandingkan dengan laki laki, pendidikan dan orang yang tidak bekerja rendah,

sedangkan proporsi di perkotaan dan pedesaan hamper sama. Selanjutkan disabilitas

lanjut usia (usia ≥ 60 tahun), hasil riskesdas pada tahun 2018 mendapatkan 74,3% lanjut

usia dapat beraktifitas sehari hari secara mandiri, 22,0% mengalami hambatan ringan,

1,1% hambatan sedang, 1% hambatan berat, dan 1,6% mengalami ketergantungan total.

METODE

Dalam sistematika penulisan karya ilmiah baik itu proposal penelotian, skripsi

dan lain sebagainya, syaratnya harus dilengkapi dengan metode pendekatam yang

sebaiknya digunakan. Dengan begitu penelitian ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif tentang Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap

Fasilitas Umum Di Kota Yogyakarta, dengan melakukan berbagai kajian kajian pustaka

yang akan menghasilkan beberapa indicator. Metode deskriptif menurut (Iii &

Penelitian, 2017) adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui variable mandiri,

yaitu baik dari segi satu variable maupun lebih tanpa membuat sebuah perbandingan itu

sendiri dan mencari hubungan dengam variable lain.

Ruang lingkup penelitian ini di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disetiap daerah

yang dijuluki daerah istimewa selalu mempunyai ketimpangan seperti baik dari segi

social, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan llain sebagainya. Yogyakarta mempunyai

banyak fasilitas yang diperuntukkan untuk masyakarat kota Yogyakarta dan sekitarnya.

Definisi Operasional

a. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah kemudahan yang sudah disediakan untuk mewujudkan

Page 5: Accessibility Of People With Disabilities To Public

5

kesamaan kesempatan dalam aspek kehidupan. Aksesibilitas ini bagian dari kehidupan

manusia, sehingga aksesibilitas sangat penting untuk penyandang disabilitas maupun

non disabilitas (Yogyakarta, 2011).

b. Fasilitas Umum

Fasilitas umum disediakan untuk kepentingan umum. Di Daerah Istimewa

Yogyakarta ini sudah menyediakan fasilitas umum baik untuk penyandang disabilitas

maupun non disabilitas.

c. Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta sering disebut sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta. Banyak

julukan untuk Kota Yogyakarta seperti kota pelajar, budaya, pariwisata dan makanan

khas nya seperti gudeg. Banyak peninggalan peninggalan yang bersejarah di kota ini.

Menurut (Iii & Penelitian, 2017) populasi merupakan suatu daerah yang mempunyai

subyek atau obyek dan memiliki standar kualitas dan karakteristik tertentu.

Karakteristik ini di tetapkan oleh peneliti supaya mudah dipelajari dan ditarik

kesimpulan. Populasi di Kota Yogyakarta ini adalah adanya fasilitas umum yang

memudahkan masyarakat Kota Yogyakarta melakukan aktivitasnya teruta untuk

penyandang disabilitas.

Cara mendapatkan sampel dengan cara mendata dan memetakan secara khusus

dan spesifik yang sudah ditentukan atau melalui tujuan penelitian, dengan begitu akan

menjawab dalam sebuah permasalahan penelitian. Menurut (Iii & Penelitian, 2017),

sampel adalah beberapa poin yang di ambil dari populasi yaitu jumlah dan

karakteristiknya. Jika jumlah populasinya lebih besar makan seorang peneliti tidak akan

mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut. Teknik pengumpulan data melalui

studi pustaka dengan judul relevan yang akan dilakukan oleh penulis. Adapun hasil dari

studi pustaka akan menghasilkan sebuah teori yang berhubungan dan dibutuhkan

dengan judul penelitian. Teknik yang dilakukan dengan rekaman, catata, dan lain

sebagainya guna untuk mengalisis dan menelaah data dalam penelitian yang dilakukan.

Dengan begitu model analisis ini menggunakan teknik analisis data berupa

pengumpulan data (data collection), penyajian data (data display), dan penarikan

kesimpulan (conclusion).

Page 6: Accessibility Of People With Disabilities To Public

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Aksesibilitas Fasilitas Umum bagi Penyandang Disabilitas

Undang Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 1 ayat 4,

aksesibilitas merupakan kemudahan bagi penyandang disabilitas untuk meuwujudkan

suatu kesamaan kesempatan didalam semua aspek kehidupannya. Adapun beberapa

azas yang memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas seperti, Azas

kemudahan, kegunaan, keselamatan, dan kemandirian (Rahayu et al., 2013).

Kemudahan merupakan setiap orang dapat menjangkau atau menikmati semua tempat

yang bersifat umum didalam suatu lingkunagn atau wilayah. Kegunaan merupakan

setiap orang dapat mempergunakan segala bangunan maupun tempat yang bersifat

umum didalam suatu lingkungan atau wilayah. Keselamatan merupakan setiap tempat

atau bangunan yang di bangun harus memperhatikan keselamatan bagi setiap orang.

Kemandirian merupakan setiap orang mampu mempergunakan suatu bangunan tau

tempat tanpa meminta bantuan kepada orang lain (Anthropometri & Aksesibilitas,

2013).

Terkait dengan aksesibilitas fisik, adapun kebijakan Negara berupa Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum RI No. 30 tahun 2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan

aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan. Lansia dan penyandang disabilitas

diberikan akses yang mudah dengan dibangun gedung, ruang terbuka dan penghijauan.

Aksesibilitas fisik lainnya dengan adanya transportasi sarana dan prasarana angkutan,

yang dimaksud dengan sarana angkutan seperti transportasi udara (pesawat udara), darat

(kendaraan bermotor, kereta api), dan laut (kapal laut). Sedangkan prasarana angkutan

adalah prasarana yang menaik turunkan barang atau orang di tempat tempat tertentu

misalnya di terminal, pelabuhan, stasiun, dan Bandar udara (Syafi, 2012).

Sedangkan aksesibilitas non fisik, aksesibilitas ini adalah sebuah informasi,

komunikasi dan teknologi yang mudah di pahami oleh para penyandang disabilitas.

Bagaimana caranya supaya para penyandang disabilitas ini mampu memahami dan

merespon dengan baik yang mereka butuhkan. Pertama, jika kita ingin

menyebarluaskan informasi, yang harus kita pikirkan informasi yang kita buat harus

sampai dan mudah dipahami oleh penyandang disabilitas tunarungu, dan tunanetra.

Kedua, membuat informasi yang aksesibel, sangat penting untuk memadukan media

informasi dengan format format tertentu. Ketiga, memberikan suatu layanan yang

tujuan nya supaya para penyandang disabilitas mengerti akan informasi tersebut seperti

“communication support”(Syafi, 2012).

Page 7: Accessibility Of People With Disabilities To Public

7

Fasilitas umum yang ada di Kota Yogyakarta ini, sudah banyak sekali fasilitas

yang disediakan. Fasilitas umum diberikan untuk kepentingan umum dan di nikmati

secara bersama khususnya pada masyakarakat Kota Yogyakarta. Fasilitas umum ini

terdiri dari, jalan raya, lampu jalan, halte, toilet umum, jembatan, angkutan umum, dan

lain sebagainya. Fasilitas umum ini disediakan oleh pemerintah kota Yogyakarta guna

untuk memudahkan akses bagi masyarakat penyandang disabilitas dan non disabilittas.

Penyelenggara fasilitas umum di Yogyakarta ini juga harus memperhatikan

tersedianya sarana dan prasarana umum yang sangat diperlukan dan memberikan akses

khusus kemudahan selain untuk penyandang disabilitas, yaitu untuk ibu/wanita hamil,

balita, dan lanjut usia (Nuraviva, 2008).

Pembahasan ini akan membahas tentang aksesibilitas bagi penyandang

disabilitas yang ada di Kota Yogyakarta. Kualitas pelayanan merupakan pemenuhan

kebutuhan masyarakat serta untuk memenuhi kebutuhan dan harapan terhadap

pelayanan pemerintah (Karniawati & Apriati, 2017). Kualitas yang di sediakan oleh

pemerintah Kota Yogyakarta dinilai masih belum baik, kuliatas yang belum baik disini

maksudnya masih kurang dalam menyediakan aksesibilitas trotoar jalan bagi

penyandang disabilitas. Seperti yang sudah kita lihat di sekitar kawasan malioboro

trotoar untuk pengguna jalan bebas dari para pedangang kaki lima. Tidak hanya di

kawasan malioboro saja, hamper diseluruh sudut kota Yogyakarta sudah tertata rapi dan

ada berbagai tempat duduk untuk sekedar beristirahat. Akan tetapi ada beberapa trotoar

yang masih kurang memadai untung pengguna kursi roda.

Gambar 1

Sumber: liputan6.com

Page 8: Accessibility Of People With Disabilities To Public

8

Gambar 2

Sumber: wordpress.com

Bisa kita lihat dari gambar di atas, gambar pertama, tidak hanya bagi

penyandang disabilitas yang bisa menikmati nyamannya trotoar di kota Yogyakarta

tetapi masyakarat para non disabilitas ikut menikmatinya. Pada gambar pertama juga

menunjukkan masyarakat non disabilitas melakukan aktifitas nya di sepanjang jalan

malioboro. Gambar yang kedua, ada penyandang disabilitas yang kurang nyaman

dengan adanya tiang yang mengganggu di jalan untuk pengguna kursi roda. Selebihnya

sudah cukup baik dengan tertata nya trotoar hanya untuk pengguna pejalan kaki.

Dengan begitu pemerintah kota yogyakartab lebih memerhatikan lagi akses jalan untuk

penyandang disabilitas pengguna kursi roda. Trotoar yang ada di kota Yogyakarta

sekrang ini sudah sangat rapi dan khususnya di desain juga untuk para penyandang

disabilitas suapaya lebih mudah melakukan aktivitas berjalan kaki.

B. Fasilitas Umum Angkutan Umum Bus Trans Jogja

Trans Jogja merupakan salah satu fasilitas umum yang disediakan oleh

pemerintah untuk masyarakat kota Yogyakarta ini. Transportasi sistemnya cepat, murah

dan sudah ber-AC, dan bus ini sudah mulai beroperasi sejak awal bulan Maret tahun

2008. Pengelola bus Trans Jogja ini PT Tugu Trans menyediakan fasilita khusus untuk

penyandang disabilitas yang berpa halte yang sudah dilengkapi dengan tangga landau.

Halte ini didesain khusus untuk penyandang disabilitas khususnya untuk disabilitas

terutama yang menggunakan kursi roda. Pada halte tersebut, pintu masuk yang

Page 9: Accessibility Of People With Disabilities To Public

9

disediakan sudah cukup untuk masuk bagi penyandang disabilitas pengguna kursi roda.

Pintu masuk yang tidak sempit dan tidak begitu luas (Rahayu et al., 2013).

Gambar 3.

Gambar 4. Ramp yang tidak begitu curam tetapi masih memerlukan bantuan orang lain.

Ruangan di dalam bus Transjogja dan di dalam ruang tunggu halte juga sudah

menyediakan tempat khusus penyandang disabilitas bagi pengguna kursi roda. Didalam

ruang tunggu di halte didesain dengan membuat ruang yang minimal dengan ukuran

155 cm dan ruangan itu dikurangi dengan kursi tunggu penumpang. Sedangkan kursi

Page 10: Accessibility Of People With Disabilities To Public

10

roda berukuran 150 cm, sehingga menyulitkan untuk bergerak bagi penyandang

disabilitas pengguna kursi roda (Aksesibilitas & Kurniawan, n.d.). Akan tetapi tidak

semua halte bus yang tempatnya kurang luas hanya ada beberapa titik yang tempatnya

masih sempit.

Gambar 5. Didalam Bus Trans Jogja.

Gambar 6. Di dalam Ruang Tunggu Halte.

Untuk jarak transfer antar bus dengan halte sendiri sekitar 30-40 cm, dan jarak

yang terlalu besar ini sangat membahayakan para penumpang non disabilitas dan

khususnya penyandang disabilitas (Aksesibilitas & Kurniawan, n.d.).

Page 11: Accessibility Of People With Disabilities To Public

11

Gambar 7. Transfer Penumpang dari Halte ke Bus.

Sampai saat ini angkutan umum Trans Jogja yang ada di Kota Yogyakarta sudah

mulai ramah disabilitas. Fasilitas yang disediakan oleh bus trans jogja ini sudah

memberikan kemudahn bagi penyandang disabilitas. Bus trans jogja ini hanya terbatas

dan melayani rute terbastas pula seperti menjangkau di wilayah kota Yogyakarta dan

perbatasan dengan kabupaten Bantul dan Sleman, termausk Bandara Adi Sucipto

(Aksesibilitas & Kurniawan, n.d.). Transportasi keberlanjutan ini kota Yogyakarta juga

sudah memperhatikan penyandang disabilitas. Menurut (Nugraha et al., 2020)

mengatakan bahwa penyandang disabilitas masih kesusahan dalam landasan (ramp)

untuk memasuki bus, yang masih menggunakan pintu yang tinggi atau high floor.

Selain itu juga terdapat pada drop point yang di sediakan oleh Dinas Perhubungan yang

semuanya tidak bisa di akses oleh para penyandang disabilitas karena tidak disediakan

untuk disabilitas.

C. Fasilitas Pendidikan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang tidak memandang kondisi anak

untuk belajar bersama, kondisi tersebut seperti kondisi mentel intelektual, social, fisik,

maupun kondisi yang lainnya. Penyandang disabilitas dan anak yang berkebutuhan

khusus lainnya membutuhkan pendidikan karena mereka juga memiliki bakat dan

kelebihan yang istimewa (Inklusif & Disabilitas, 2014). Pendidikan inklusi ini memiliki

2 (dua) model yaitu yang pertama, inklusi penuh (full inclusion), siswa atau peserta

didik yang berkebutuhan khusus mendapatkan proses belajar individual dalam kelas

Page 12: Accessibility Of People With Disabilities To Public

12

regular. Kedua, inklusi parsial (partial inclusion),siswa atau peserta didik mendapatkan

proses belajar dikelas regular dan ada yang di dalam kelas full out dengan didampingi

oleh guru khusus (Soleh, 2014).

Beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta juga sudah memfasilitasi pendidikan

khusus penyandang disabilitas. Adanya fasilitas khusus yaitu Pusat Studi Layanan

Difabel (PSLD), dengan adanya akses membaca ini sangat memudahkan bagi

penyandang disabilitas untuk mencari kebutuhan dan kepentingan mereka. Buku buku

ini juga sebagian di desain khusus untuk penyandang disabilitas walaupun belum

sepenuhnya optimal (Soleh, 2014). Peraturan Walikota Yogyakarta No : 47 /2008

tentang Penyelenggaraan pendidikan Inklusi di kota Yogyakarta, peraturan ini di

lakukan secara intensif. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memberikan kemudahan

kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) supaya bisa bersekolah di tempat normal

bersama anak yang lainnya. Dinas Pendidikan ini juga mewajibkan setiap sekolah untuk

menerima siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kemampuan untuk melayani

anak usia wajib sekolah tersebut. Dengan adanya sekolah inklusi ini bisa menjadikan

masyarakat lebih terbuka, mendapatkan keadalian tanpa diskriminasi, lebih menghargai

dan merangkul perbedaan antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal

(Yogyakarta, 2011).

KESIMPULAN

Aksesibilitas merupakan hal yang sangat penting bagi penyandang disabilitas,

karena mendapatkan kemudahan untuk menjalankan sebuah aktivifitas mereka.

Aksesibilitas juga dibagi menjadi 2 yaitu aksesibilitas fisik dan non fisik. Aksesibilitas

fisik yaitu lansia dan penyandang disabilitas diberikan akses yang mudah dengan

dibangun gedung, ruang terbuka dan penghijauan sedangkan aksesibilitas non fisik

adalah sebuah informasi, komunikasi dan teknologi yang mudah di pahami oleh para

penyandang disabilitas. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang sudah disediakan oleh

pemerintah kota Yogyakarta untuk kepentingan umum. Kepentingan umum disini

tertuju kepada masyakarat kota Yogyakarta khususnya untuk para penyandang

disabilitas. Dengan adanya fasilitas fasilitas yang sudah disediakan sangat bermanfaat

bagi para penyandang disabilitas untuk melakukan apapun. terlebih pada angkutan

umum bus trans jogja dan juga fasilitas pendidikan yang sudah disediakan. Dengan

begitu mereka juga bisa menikmati dan merasakan yang bisa dinikmati oleh masyarakat

non formal. Walaupun penyandang disabilitas selalu di pandang sebelah mata bahkan

Page 13: Accessibility Of People With Disabilities To Public

13

tidak dianggap keberadaannya mereka memiliki potensi yang sangat luar biasa,

dikaruniai kelebihan oleh Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Aksesibilitas, T. R., & Kurniawan, H. (n.d.). HALTE TRANS JOGJA. 1–18.

Anthropometri, P., & Aksesibilitas, D. A. N. (2013). REDESAIN SHELTER BUS

TRANS JOGJA DENGAN. 36, 126–140.

Iii, B. A. B., & Penelitian, M. (2017). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

metode kuantitatif dengan pendekatan penelitian deskriptif dan analisis

asosiatif, karena adanya variabel- variabel yang akan ditelaah hubungannya

serta tujuannya untuk menyajikan gambaran mengenai hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti. 47–71.

Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia. (n.d.). 1–4.

Inklusif, P., & Disabilitas, P. (2014). Volume Nomor September 2014. September, 221–

229.

Karniawati, N., & Apriati, W. (2017). Aspek Transparansi Dalam Kualitas Pelayanan

Pada Penyediaan Aksesibilitas Trotoar Jalan Bagi Penyandang Disabilitas

Tunanetra Di Kota Bandung. Journal of Indonesian Public Administration and

Governance Studies (JIPAGS), 1, 1–17.

Mada, U. G. (2019). Pelayanan umum kereta api di y o g y a k a r t a b a g i d if a b e l.

6(1), 47–70. https://doi.org/10.14421/ijds.060103

Maftuhin, A. (2016). MENGIKAT MAKNA DISKRIMINASI : Penyandang Cacat ,

Difabel , dan. 3(2), 139–162. https://doi.org/10.14421/ijds.030201

No Title. (2016). V(3), 105–112.

Nugraha, A. A., Purnomo, E. P., Kasiwi, A. N., Of, D., & Affairs, G. (2020). Kesiapan

kota yogyakarta dalam pembangunan transportasi yang berkelanjutan. 7.

Nuraviva, L. (2008). Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Publik Di

Kota Surakarta. Journal of Medical Internet Research, 10(3), e22.

Rahayu, S., & Dewi, U. (2013). Pelayanan Publik Bagi Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas

Di Kota Yogyakarta. Natapraja, 1(1). https://doi.org/10.21831/jnp.v1i1.3194

Rahayu, S., Dewi, U., & Ahdiyana, M. (2013). Pelayanan Publik Bidang Transportasi

bagi Difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta. 10(2), 108–119.

Situasi Disabilitas. (n.d.).

Soleh, A. (2014). Kebijakan Perguruan Tinggi Negeri Yogyakarta Terhadap

Page 14: Accessibility Of People With Disabilities To Public

14

Penyandang Disabilitas. IIII. https://doi.org/10.14421/jpi.2014.31.1-30

Syafi, M. (2012). BAGI PENYANDANG DISABILITAS. 269–308.

Yogyakarta, D. I. (2011). No Title. 16(20150610054).