adat hajat tujuh bulan

4
Adat Hajat Tujuh Bulan Melihat berbagai macam adat dan budaya pada masing-masing daerah ternyata berbeda-beda. Masing-masing mempunyai adat dan kebiasaan tersendiri. Seperti salah satu adat yang terdapat di lingkungan tempat tinggal saya yaitu adat Hajat Tujuh Bulanan. Karena saya tinggal di wilayah Jawa Barat, otomatis sering saya melihat adat Hajat Tujuh Bulanan yang hampir setiap urutan acara adatnya hampir sama disetiap daerah di Jawa Barat. Dari setiap symbol atau barang yang dipakai pada adat ini mempunyai arti tersendiri. Apabila di lihat dari unsur Agama, sama sekali tidak ada hadist yang mengharuskan melakukan hajat tujuh bulanan. Tapi ternyata adatnya lebih di utamakan bagi sebagian kalangan masyarakat. Salah satunya di daerah saya,di Cisaranten kulon, Bandung. Disini sering sekali apabila ada seorang ibu hamil yang usia kandungannya sudah berumur 7 bulan, maka ia akan mengadakan hajat tujuh bulanan. Untuk melaksanakan adat ini, tidak sedikit modal yang harus dikeluarkan, karena perlengkapan yang dibutuhkan untuk adat ini sangat beragam. Seperti kain samping 7 buah, ayakan (saringan besar yang terbuat dari bambu), gayung dari batok kelapa, uang-uangan yang berbentuk koin dari genteng, belut, bunga 7 rupa, 7 macam umbi- umbian, 7 macam buah-buahan, 7 macam makanan ringan, kelapa muda yang digambar wayang arjuna dan Srikandi, bungan Jambe, jarum, benang, cobek kecil, cermin kecil, belum lagi sebagai tambahan sebelum acara siraman, biasanya diadakan dahulu pengajian, yaitu membaca Al-Qur’an. Surat yang di baca biasanya surat Yusuf dan surat Maryam. Karena tujuan dari membaca kedua surat itu adalah meminta kepada Allah apabila anak yang dikandung ibu tersebut adalah anak laki-laki, semoga menjadi anak laki-laki yang tampan dan shaleh. Dan apabila anak yang dikandung ibu itu adalah anak perempuan, semoga menjadi anak yang cantik juga shalehah.

Upload: nitaaoktav

Post on 25-Jun-2015

4.552 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Adat hajat tujuh bulan

Adat Hajat Tujuh Bulan

Melihat berbagai macam adat dan budaya pada masing-masing daerah ternyata

berbeda-beda. Masing-masing mempunyai adat dan kebiasaan tersendiri. Seperti salah

satu adat yang terdapat di lingkungan tempat tinggal saya yaitu adat Hajat Tujuh

Bulanan. Karena saya tinggal di wilayah Jawa Barat, otomatis sering saya melihat adat

Hajat Tujuh Bulanan yang hampir setiap urutan acara adatnya hampir sama disetiap

daerah di Jawa Barat. Dari setiap symbol atau barang yang dipakai pada adat ini

mempunyai arti tersendiri.

Apabila di lihat dari unsur Agama, sama sekali tidak ada hadist yang

mengharuskan melakukan hajat tujuh bulanan. Tapi ternyata adatnya lebih di

utamakan bagi sebagian kalangan masyarakat. Salah satunya di daerah saya,di

Cisaranten kulon, Bandung.

Disini sering sekali apabila ada seorang ibu hamil yang usia kandungannya

sudah berumur 7 bulan, maka ia akan mengadakan hajat tujuh bulanan. Untuk

melaksanakan adat ini, tidak sedikit modal yang harus dikeluarkan, karena

perlengkapan yang dibutuhkan untuk adat ini sangat beragam. Seperti kain samping 7

buah, ayakan (saringan besar yang terbuat dari bambu), gayung dari batok kelapa,

uang-uangan yang berbentuk koin dari genteng, belut, bunga 7 rupa, 7 macam umbi-

umbian, 7 macam buah-buahan, 7 macam makanan ringan, kelapa muda yang

digambar wayang arjuna dan Srikandi, bungan Jambe, jarum, benang, cobek kecil,

cermin kecil, belum lagi sebagai tambahan sebelum acara siraman, biasanya diadakan

dahulu pengajian, yaitu membaca Al-Qur’an. Surat yang di baca biasanya surat Yusuf

dan surat Maryam. Karena tujuan dari membaca kedua surat itu adalah meminta

kepada Allah apabila anak yang dikandung ibu tersebut adalah anak laki-laki, semoga

menjadi anak laki-laki yang tampan dan shaleh. Dan apabila anak yang dikandung ibu

itu adalah anak perempuan, semoga menjadi anak yang cantik juga shalehah.

samsung
Sticky Note
Adat Hajat tujuh bulanan di Bandung, Jawa Barat. Dipaparkan simbol-simbol dari setiap benda yang digunakan dalam adat ini.
Page 2: Adat hajat tujuh bulan

Adapun tata cara mandi (siraman) yang saya lihat pada adat tujuh bulanan

adalah sebagai berikut:

Biasanya air dari pengajian di campurkan dengan kembang 7 rupa di dalam

sebuah ember atau gentong yang terbuat dari tanah liat.

Masukan belut kedalam ember/gentong tersebut.

Siapkan ayakan, gayung dari batok/tempurung kelapa, mayang jambe, dan kain

samping 7 buah.

Kemudian si Ibu hamil dimandikan/disirami oleh 7 orang sepupu wanita di

daerah setempat.

Setiap satu kali kucuran air (satu kali menyirami si ibu hamil) satu kain samping.

Jadi setiap selesai disiram oleh satu orang, 7 samping yang ia pakai harus di

lepas satu per satu.

Kemudian kelapa hijau yang sudah di gambari wayang tadi dibelah menjadi dua

oleh suaminya. Seandainya yang diambil gambarnya srikandi, maka anak yang

di kandungh kemungkinan besar anka perempuan. Dan apabilan gambar yang

terambil adalah gambar Arjuna berarti kemungkinan si ibu itu mengandung

anak laki-laki.

Setelah mandi, si ibu biasanya langsung menjual rujak. Yang terdiri dari 7

macam buah-buahan. Apabila membeli rujak dari ibu hamil ini, kita harus

menambahi uang kita dengan genteng yang dibentuk seperti koin. Dan uang

yang diperoleh dari hasil menjual rujak harus disimpan bersama dengan

gentengnya itu hingga si bayi lahir.

Adapun symbol dari barang-barang yang tadi disediakan:

1. 7 Kain samping, menandakan usia kandungan si ibu.

2. Kelapa hijau bergambar wayang Arjuna dan Srikandi, berharap kalau gambar

srikandi adalah tokoh wayang wanita tercantik dan arjuna tokoh wayang

Page 3: Adat hajat tujuh bulan

tertampan. Berharap anaknya akan mempunyai paras yang cantik maupun

tampan.

3. 7 macam buah-buahan dan umbi-umbian, adalah hasil dari proses tanaman

sampaijadi buah yang dapt dinikmati dan berguna bagi semua orang. Yang

dihasilkan dari atas bumi dan bawah bumi. Mereka berharap anaknya kelak

menjadi orang yang berguna jiwa dan raganya . jiwa dari dalam sedangkan raga

adalah luarnya.

4. Mayang jambe (bunga pinang), adalah bunga yang warnanya kuning keemasan,

bunga yang indah, sepintas terlihat seperti runtuyan jambrut atau intan. Konon

dulu pada masa sunan Kalijaga, dengan ilmunya runtuyan buah jambe berubah

menjadi berlian yang berkilauan. Disini mereka juga berharap anaknya kelak

menjadi orang terpandang dan berkilauan harta.

5. Jarum dan benang, diibaratkan seperti cerita pada timun mas, semula benda itu

diberikan kepada anaknya yang berubah menjadi senjata yang bias melindungi

anaknya dari cengkraman raksasa. Disini mereka berharap anaknya terhindar

dari hal buruk yang akan menimpanya kelak.

6. Cobek kecil, adalah tempat untuk diisi rtujak kemudian di berikan kepada para

pembeli. Yang artinya agar kelak anak mereka bisa menjaga dirinya atau jiwa

raganya agar kelakuannya nanti tidak melampaui batas.

7. Rujak, gabungan antara buah-buahan dan umbi-umbian yang di tumbuk dan

dijadikan satu kemudian diberi bumbu.

8. Ayakan atau saringan besar terbuat dari anyaman bamboo yang biasa digunakan

untuk menjemur makanan. Waktu mandi (siraman) tujuh bulanan disimpan

diatas kepala si ibu hamil, kemudian disiram memakai airdoa dan kembang 7

rupa.

9. Cermin kecil, adalah symbol agar kelak anak bisa memilih dan memilah apa

yang terbaik untuk dirinya.

10. 7 macam makanan ringan (di sunda sering disebut dengan sebutan

hahampangan), seperti brondong jagung, opak, ranggining, dll. Ini symbol agar

Page 4: Adat hajat tujuh bulan

kelak anaknya akan diberi kemudahan dalam mengerjakan suatu hal yang

dianggapnya sulit.

Intinya semua arti dari yang di simbolkan oleh benda-benda di atas adalah

semua harapan terbaik orang tua untuk buah hatinya. Mungkin ini yang bisa saya

ceritakan mengenai tradisi yang masih sering dipakai di daerah tempat tinggal saya.

Walaupun ada sebagian orang yang menganggap semua itu hanyalah mitos belaka,

atau ada juga yang menyebutnya bid’ah. Contohnya dari Rosulullah , yang menurut

mereka lebih baik ditinggalkan saja karena tidak masuk kedalam kategori ibadah, yaitu

amalan yang tidak ada pahalanya (mubazir). Tapi inilah buadaya kita, budaya yang

terdapat di Indonesia yang sangat beragam. Sangat disayangkan apabilan

budaya/tradisi tersebut hilang dimakan zaman. Karena, buadaya adalah identitas

suatu bangsa. Tapi semua itu kembali kepada diri kita sendiri. Karena prinsip dan

pemikiran setiap orang itu berbeda-beda.