ahp hasil
TRANSCRIPT
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 1/15
V ANALISIS HASIL STUDI AHP
1. Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan PertimbanganPenentuan Teknologi Pengolahan Sampah di Jakarta Timur
Analisis pendapat gabungan para responden menunjukkan bahwa aspek
lingkungan (nilai bobot 0,440) merupakan aspek paling penting yang perlu
diperhatikan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur.
Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek sosial (nilai bobot 0,243);
aspek teknis (nilai bobot 0,169), dan aspek ekonomi (nilai bobot 0,148). Setiap aspek
yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta
Timur beserta nilai bobotnya disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Setiap Aspek yang Dipertimbangkan dalam Menentukan Teknologi Pengolahan
Sampah di Jakarta Timur Beserta Nilai Bobotnya.Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial
EKONOMI = Aspek ekonomi
LINGKUNG = Aspek Lingkungan
TEKNIS = Aspek Teknis
Terpilihnya aspek lingkungan sebagai prioritas utama yang harus diperhatikan
dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur mencerminkan
bahwa kegiatan pengolahan sampah sangat erat kaitannya dengan masalah
pengelolaan lingkungan hidup. Ada dua hal pokok yang menjadi implikasi penting
dalam kaitannya antara teknologi pengolahan sampah dengan pengelolaan lingkungan
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 2/15
55
hidup. Implikasi pertama adalah input teknologi dalam kegiatan pengolahan sampah
harus mampu menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
sampah. Dalam hal ini, teknologi yang digunakan harus mampu mengolah sampah
sedemikian rupa sehingga seluruh sampah yang dihasilkan warga Jakarta Timur dapat
diolah secara efektif dan efisien. Dengan demikian potensi sampah untuk mencemari
lingkungan dapat ditekan semaksimal mungkin. Implikasi kedua adalah input
teknologi dalam kegiatan pengolahan sampah harus memberikan dampak minimal
terhadap lingkungan.
Aspek lingkungan yang dikemukakan dalam penelitian ini mencakup enam
kriteria, yaitu : 1) minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air;
2) minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran udara dan bau;
3) minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran tanah; 4) minimal
dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat penyakit; 5) minimal dalam
menimbulkan degradasi keindahan lingkungan kota; dan 6) relatif sesuai dengan arah
pengembangan kota. Dari keenam kriteria tersebut, kriteria yang dipandang utama
oleh para responden dalam menentukan prioritas teknologi pengolahan sampah
adalah minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air (nilai bobot
0,236). Kriteria-kriteria selanjutnya mulai dari kriteria yang memiliki nilai bobot
tinggi hingga rendah berturut-turut adalah : minimal dalam menimbulkan dampak
untuk menjadi habitat penyakit (nilai bobot 0,226); minimal dalam memberikan
dampak pencemaran udara dan bau (nilai bobot 0,197); minimal dalam memberikan
dampak pencemaran tanah (nilai bobot 0,163); relatif sesuai dengan arah
pengembangan kota (nilai bobot 0,121); dan minimal dalam menimbulkan degradasi
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 3/15
56
keindahan lingkungan kota (nilai bobot 0,057). Secara singkat, setiap kriteria dalam
aspek lingkungan beserta nilai bobotnya dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Setiap Kriteria dalam Aspek Lingkungan Beserta Nilai Bobotnya.Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air
UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau
TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah
HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit
INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota
ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota
Secara implisit hal ini menunjukkan bahwa masalah utama dalam pengolahan
sampah yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah pencemaran air
yang diakibatkan oleh kegiatan pengolahan sampah. Sehingga para responden
berpendapat bahwa teknologi yang sebaiknya diutamakan dalam kegiatan pengolahan
sampah di Jakarta Timur adalah teknologi yang minimal menimbulkan pencemaran
air terhadap badan perairan di Jakarta Timur pada khususnya dan perairan di kota
Jakarta pada umumnya. Hal ini terkait dengan kondisi perairan kota Jakarta yang
sudah mengalami tingkat pencemaran memprihatinkan.
Gambar 6 juga menunjukkan bahwa kriteria minimal dalam menimbulkan
dampak untuk menjadi habitat penyakit memiliki nilai bobot 0,226 (hampir sama
dengan nilai bobot kriteria yang memberikan dampak minimal terhadap pencemaran
air [nilai bobot 0,236]). Hal ini boleh jadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sampah
yang terlalu lama menumpuk akan menjadi tempat berkembang biaknya berbagai
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 4/15
57
organisme yang bisa menimbulkan penyakit pada manusia, seperti yang dikatakan
Salvato (1982) bahwa pembuangan sampah yang tidak ada pemisahan serta
kegagalan dalam melakukan sistem pengumpulan sampah dalam jangka waktu dua
hingga tiga minggu akan segera menimbulkan berbagai masalah, antara lain bau,
lalat, kecoa, dan lain-lain. Pendapat Salvato (1982) ini menyiratkan bahwa tumpukan
sampah yang terlalu lama dibiarkan akan menjadi habitat berbagai organisme yang
bisa menimbulkan penyakit pada manusia. Oleh karena itu menurut pandangan para
responden disamping pertimbangan minimal dalam menimbulkan pencemaran air,
teknologi pengolahan sampah yang sebaiknya diterapkan di Jakarta Timur hendaknya
tidak menimbulkan tumpukan sampah yang dapat menjadi habitat penyakit.
Aspek kedua yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi
pengolahan sampah di Jakarta Timur adalah aspek sosial. Nilai bobot setiap kriteria
dalam aspek sosial dapat dilihat pada Gambar 7. Pada gambar tersebut terlihat bahwa
kriteria yang memiliki skala prioritas tertinggi adalah teknologi yang memiliki
potensi konflik yang rendah (nilai bobot 0,437); kemudian secara berturut-turut
diikuti oleh kriteria teknologi yang dapat meningkatkan peran serta masyarakat (nilai
bobot 0,250); teknologi yang membuka kesempatan usaha (nilai bobot 0,114);
teknologi yang memberikan peluang tumbuhnya sektor informal (nilai bobot 0,106);
serta teknologi yang mampu memperluas kesempatan kerja (nilai bobot 0,093).
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 5/15
58
Gambar 7. Nilai Bobot Setiap Kriteria dalam Aspek Sosial.Keterangan : TENAKER = Penyerapan tenaga kerja
KONFLIK = Potensi konflik dengan masyarakat rendah
USAHA = Menumbuhkan lapangan usaha
FORMAL = Menumbuhkan sektor formal dan/atau informal
PSM = Penguatan peran serta masyarakat
Berdasarkan pendapat para responden, pertimbangan sosial terpenting yang
perlu diperhatikan dalam menetapkan suatu teknologi pengolahan sampah adalah
rendahnya potensi konflik yang mungkin terjadi dengan masyarakat. Jika suatu
teknologi pengolahan sampah akan diterapkan ditengah-tengah masyarakat, maka
keberadaan teknologi tersebut hendaknya relatif tidak mengganggu masyarakat,
terutama masyarakat disekitar teknologi itu berada. Jika memungkinkan, keberadaan
suatu teknologi pengolahan sampah manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat,
terutama masyarakat yang tinggal disekitar lokasi teknologi. Jika kondisi ini tercipta
maka masyarakat akan merasa memiliki teknologi pengolahan sampah yang
diterapkan. Hal ini akan menjamin keberlanjutan teknologi pengolahan sampah yang
digunakan.
Implikasi penting dari hal ini adalah perlu dilakukannya studi sosial yang dapat
mengukur tingkat penerimaan masyarakat terhadap suatu teknologi pengolahan
sampah yang direncanakan. Implikasi penting berikutnya adalah perlunya sosialisasi
kepada masyarakat, terkait dengan rencana penerapan teknologi pengolahan sampah
sebelum teknologi tersebut diimplementasikan.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 6/15
59
Aspek ketiga yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan teknologi
pengolahan sampah adalah aspek teknis. Dalam aspek teknis, kriteria yang menjadi
prioritas utama adalah efektifitas dalam mereduksi sampah (nilai bobot 0,249).
Kemudian prioritas berikutnya secara berturut-turut dari tertinggi hingga terendah
adalah minimal dalam menggunakan lahan (nilai bobot 0,178); masih dapat
memanfaatkan sampah sebagai suatu sumberdaya (nilai bobot 0,132); mudah dalam
operasional (nilai bobot 0,126); ketersediaan lokasi yang memungkinkan teknologi
dapat diterapkan (nilai bobot 0,122); teknologi yang akan digunakan mudah
didapatkan termasuk adanya pelayanan purna jual (nilai bobot 0,108); serta
tersedianya sumberdaya manusia yang memahami teknologi yang akan digunakan
(nilai bobot 0,084). Secara ringkas, nilai bobot setiap kriteria dalam aspek teknis
ditampilkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Nilai Bobot Setiap Kriteria dalam Aspek Teknis.Keterangan :
EFEKTIF = Tingkat efektifitas dalam mengurangi tumpukan sampah
LAHAN = Dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan
LOKASI = Ketersediaan lokasiTEKNOLOGI = Ketersediaan teknologi
MUDH-OPR = Kemudahan penerapan teknologi (kemudahan operasional)
SDM = Ketersediaan SDM yang memahami teknologi
MANFAAT = Pemanfaatan sumberdaya (dapat memanfaatkan sampah
sebagai sebuah sumberdaya)
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 7/15
60
Preferensi para responden untuk mengutamakan kriteria efektifitas dalam
mereduksi sampah adalah hal yang logis karena tujuan penggunaan teknologi dalam
kegiatan pengolahan sampah adalah mereduksi sampah secara efektif dalam periode
waktu relatif singkat. Namun demikian, bukan hanya masalah efektifitas dalam
mereduksi sampah saja yang menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan teknologi
pengolahan sampah di Jakarta Timur, masalah keterbatasan lahan pun turut menjadi
bahan pertimbangan. Masalah ini menempati prioritas kedua dalam kriteria aspek
teknis.
Para responden memandang bahwa teknologi yang sebaiknya diterapkan di
Jakarta Timur, disamping memiliki efektifitas yang tinggi dalam mereduksi sampah
juga yang membutuhkan lahan relatif tidak terlalu luas. Hal ini membawa implikasi
kepada perlunya suatu kegiatan pengolahan sampah yang intensif pada suatu kawasan
tertentu dengan menerapkan teknologi yang membutuhkan lahan relatif tidak terlalu
luas, serta ditunjang oleh keberadaan unit organisasi yang secara profesional
mengelola kegiatan pengolahan sampah.
Aspek terakhir yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan teknologi
pengolahan sampah di Jakarta Timur adalah aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi,
kriteria yang memiliki prioritas tertinggi hingga terendah berturut-turut: teknologi
yang memiliki biaya operasional rendah (nilai bobot 0,567); teknologi yang
investasinya rendah (nilai bobot 0,288); dan kemungkinan menghasilkan PAD (nilai
bobot 0,144). Nilai bobot setiap kriteria dalam aspek ekonomi dapat dilihat pada
Gambar 9.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 8/15
61
Gambar 9. Nilai Bobot Setiap Kriteria dalam Aspek Ekonomi.Keterangan : INVEST = Investasi rendah
BEA-OPRS = Biaya operasional rendah
PAD = Menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi
Pandangan responden yang menetapkan kriteria teknologi yang memiliki biaya
operasional rendah sebagai prioritas yang seharusnya diutamakan dalam penentuan
teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur sesungguhnya terkait dengan
keterbatasan anggaran pemerintah daerah yang dapat dialokasikan untuk kegiatan
operasional pengolahan sampah. Demikian pula prioritas kedua yang menetapkan
kriteria investasi yang rendah dalam pengadaan teknologi juga didasarkan pada
alasan keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah daerah.
Para responden boleh jadi berpandangan bahwa untuk mencapai keberlanjutan
suatu teknologi pengolahan sampah, sebaiknya lebih diutamakan menggunakan
teknologi yang memiliki biaya operasional rendah agar pihak pemerintah daerah
memiliki kemampuan untuk mendanai kegiatan operasional rutinnya, termasuk biaya
pemeliharaan dan lain-lain. Boleh jadi suatu jenis teknologi memiliki investasi relatif
tinggi namun memiliki biaya operasional relatif rendah sehingga dalam jangka
panjang sesungguhnya lebih murah dibanding dengan teknologi yang investasi
pengadaannya relatif rendah namun biaya operasionalnya relatif tinggi. Sehingga
dalam hal ini para responden lebih menekankan kepada teknologi yang memiliki
biaya operasional relatif rendah dibanding dengan investasi yang rendah.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 9/15
62
Kriteria menghasilkan PAD dalam kegiatan pengolahan sampah merupakan
prioritas terakhir dalam pertimbangan penentuan teknologi pengolah sampah karena
belum pernah ada kegiatan pengolahan sampah yang bisa menghasilkan PAD. Selama
ini, kegiatan pengolahan sampah hanya dipandang sebagai cost center ketimbang
sebagai profit center .
2. Penentuan Skala Prioritas Teknologi Pengolahan Sampah yang Sebaiknya
Diterapkan di Jakarta Timur Berdasarkan Setiap Aspek dan Kriteria
Berdasarkan pertimbangan setiap aspek dan kriteria yang dikemukakan dalam
studi AHP, dapat dianalisis prioritas teknologi pengolahan sampah yang sebaiknya
diterapkan di Jakarta Timur. Analisis yang dilakukan memberikan hasil sebagai
berikut :
A. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan
Jika ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi, pengomposan lebih merupakan
prioritas dibandingkan dengan incenerator untuk diterapkan dalam pengolahan
sampah di Jakarta Timur. Sedangkan jika ditinjau dari aspek lingkungan dan
teknis, incenerator lebih diprioritaskan dibandingkan dengan pengomposan. Untuk
lebih memperjelas perbandingan skala prioritas antara incenerator dan
pengomposan ditinjau dari setiap aspek, dapat dilihat pada Gambar 10.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 10/15
63
Gambar 10. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan
Berdasarkan Setiap Aspek.Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial
EKONOMI = Aspek ekonomi
LINGKUNG = Aspek Lingkungan
TEKNIS = Aspek TeknisOverall = Keseluruhan
Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa jika yang menjadi titik berat
penentuan teknologi pengolahan sampah adalah aspek sosial dan ekonomi, maka
pengomposan merupakan prioritas utama. Namun jika yang menjadi titik berat
perhatian adalah aspek lingkungan dan teknis, maka incenerator merupakan
prioritas utama. Namun secara keseluruhan teknologi pengomposan merupakan
prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan
incenerator.
B. Penentuan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill
Berdasarkan pertimbangan semua aspek (sosial, ekonomi, lingkungan, dan
teknis), pengomposan merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta
Timur dibandingkan dengan sanitary landfill, sebagaimana disajikan Gambar 11.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 11/15
64
Gambar 11. Perbandingan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill
Berdasarkan Setiap Aspek.Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial
EKONOMI = Aspek ekonomi
LINGKUNG = Aspek Lingkungan
TEKNIS = Aspek TeknisOverall = Keseluruhan
Hal ini berarti bahwa para responden memandang teknologi pengomposan
lebih dapat mengakomodir pertimbangan sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknis
dibandingkan dengan sanitary landfill.
C. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill :
Berdasarkan pertimbangan aspek sosial, lingkungan, dan teknis, incenerator
merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan
dengan sanitary landfill, seperti disajikan pada Gambar 12. Sedangkan ditinjau
dari aspek ekonomi, kedua jenis teknologi memiliki skala prioritas relatif sama.
Secara keseluruhan, incenerator menempati prioritas utama jika dibandingkan
dengan sanitary landfill. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi incenerator relatif
dapat mengakomodir pertimbangan sosial, lingkungan, dan teknis dalam
penentuan teknologi pengolah sampah di Jakarta Timur.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 12/15
65
Gambar 12. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill
Berdasarkan Setiap Aspek.Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial
EKONOMI = Aspek ekonomi
LINGKUNG = Aspek LingkunganTEKNIS = Aspek Teknis
Overall = Keseluruhan
D. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan
Berdasarkan beberapa kriteria yang termasuk aspek lingkungan, yaitu :
minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air; minimal dalam
memberikan dampak terhadap pencemaran tanah; minimal dalam menimbulkan
dampak untuk menjadi habitat penyakit; minimal dalam menimbulkan degradasi
keindahan lingkungan kota; dan relatif sesuai dengan arah pengembangan kota,
teknologi incenerator merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta
Timur dibandingkan dengan pengomposan. Sedangkan ditinjau dari kriteria
minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran udara dan bau,
pengomposan lebih diprioritaskan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pula pada
Gambar 13.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 13/15
66
Gambar 13. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan.Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air
UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau
TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanahHABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit
INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota
ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota
Overall = Keseluruhan
Hal ini menunjukkan bahwa teknologi incenerator dipandang mampu
mengakomodir pertimbangan kriteria minimal dalam memberikan dampak
terhadap pencemaran air; minimal dalam memberikan dampak terhadap
pencemaran tanah; minimal dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat
penyakit; minimal dalam menimbulkan degradasi keindahan lingkungan kota; dan
relatif sesuai dengan arah pengembangan kota ketimbang teknologi pengomposan.
Namun Berdasarkan seluruh nilai bobot kriteria yang termasuk dalam aspek
lingkungan, incenerator menempati prioritas utama jika dibandingkan dengan
pengomposan.
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 14/15
67
E. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan
Berdasarkan semua kriteria yang terdapat dalam aspek lingkungan, teknologi
incenerator merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur
dibandingkan dengan teknologi sanitary landfill, sebagaimana disajikan pada
Gambar 14. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi incenerator dipandang mampu
mengakomodir seluruh pertimbangan kriteria dalam aspek lingkungan
Gambar 14. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan.Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air
UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau
TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah
HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit
INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota
ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota
Overall = Keseluruhan
F. Penentuan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan
Berdasarkan semua kriteria yang terdapat dalam aspek lingkungan, teknologi
pengomposan juga merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur
dibandingkan dengan sanitary landfill. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi
5/12/2018 AHP hasil - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ahp-hasil 15/15
68
pengomposan dipandang mampu mengakomodir pertimbangan seluruh kriteria
aspek lingkungan dibandingkan dengan teknologi sanitary landfill. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Perbandingan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan.Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air
UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau
TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah
HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit
INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota
ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota
Overall = Keseluruhan
G. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan
Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Sosial
Semua kriteria dalam aspek sosial menunjukkan bahwa teknologi
pengomposan merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur
dibandingkan dengan incenerator, sebagaimana disajikan pada Gambar 16.