aik

36
A. Pengertian agama islam Pengertian agama islam memiliki 2 sisi yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan.dari sisi kebahasaan islam berasal dari bahasa arab ,yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat,sentosa,dan damai. Selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedamaian .menurut Maulana Muhammad Ali dari firman Allah SWT yang terdapat pada ayat 202 surat Al Baqarah yang artinya : Hai orang –orang yang beriman ,masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhannya ,dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan ,sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Dan juga dapat dipahami dari ayat 61 surat al anfal yang artinya : dan jika mereka condong kepada perdamaian maka condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada allah.sesungguhnya dialah tuhan yang maha mendengar lagi maha mengetahui.” Pengertian islam dari sisi peristilahan adalah suatu aturan yang mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT,bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari nabi Mjuhammad SAW. Selanjutnya dilihat dari segi misi ajarannya,islam adalah agama sepanjang sejarah manusia.Agma dari seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allahg SWT,akan tetapi agama yang mereka anut itu bukan bernama Agama islam. Misi yang mereka anut adalah islam,tetapi agama yang mereka bawa nama dikaitkan dengan nama daerah atau nama penduduk yang menganut agama tersebut .Agama yang dibawa oleh nabi Isa 1

Upload: tasya-felicia-macellinfull

Post on 13-Aug-2015

17 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aik

A. Pengertian agama islam

Pengertian agama islam memiliki 2 sisi yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan.dari sisi kebahasaan islam berasal dari bahasa arab ,yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat,sentosa,dan damai.Selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedamaian .menurut Maulana Muhammad Ali dari firman Allah SWT yang terdapat pada ayat 202 surat Al Baqarah yang artinya :

“Hai orang –orang yang beriman ,masuklah kamu kedalam islam secara keseluruhannya ,dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan ,sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Dan juga dapat dipahami dari ayat 61 surat al anfal yang artinya :

“dan jika mereka condong kepada perdamaian maka condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada allah.sesungguhnya dialah tuhan yang maha mendengar lagi maha mengetahui.”

Pengertian islam dari sisi peristilahan adalah suatu aturan yang mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT,bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari nabi Mjuhammad SAW.Selanjutnya dilihat dari segi misi ajarannya,islam adalah agama sepanjang sejarah manusia.Agma dari seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allahg SWT,akan tetapi agama yang mereka anut itu bukan bernama Agama islam.Misi yang mereka anut adalah islam,tetapi agama yang mereka bawa nama dikaitkan dengan nama daerah atau nama penduduk yang menganut agama tersebut .Agama yang dibawa oleh nabi Isa as,misalnya sungguh pun misinya penyerahan diri kepada Allah (islam),tetapi nama agama tersebut adalah Kristen ,yaitu nama yang dinisbahkan kepada yesus kristus sebagai pembawa agama tersebut,atau agama nasrani,yaitu nama yang dinisbahkan kepada tempat kelahiran nabi Isa yaitu Nazaret.

1

Page 2: Aik

B. Sumber ajaran islam

Adapun dasar dari ajaran Islam itu antara lain adalah;

A. Al-Qur’an al-Karim

Secara etimologi kata al-Qur’an dan adalah bentuk mashdar dari kata yang berarti قرأ bacaan (المقروء). Adapun makna terminologis dari al-Qur’an adalah;

                                                      العربي  كالم  باللسان وسلم عليه الله صلى الله رسول على المنزل تعالى الله

المتعبد بالتواتر المنقول فىالمصاحف المكتوب منه سورة بأقصر لإلعجازالناس بسورة المختوم الفاتحة بسورة المبدوء بتالوته

 Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW berbahasa Arab yang melemahkan dalam bentuk yang ringkas (mu’jiz), tertulis dalam mushaf-mushaf, dinukilkan secara mutawatir, beribadah membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.

Di antara anugerah Allah yang terbesar bagi manusia adalah bahwasanya Allah tidak akan membiarkan manusia begitu saja dalam mengarungi kehidupan ini, Ia akan senantiasa memberi hidayah bagi hamba-hamba-Nya berupa fitrah atau potensi yang lurus (al-fitrah al-salîmah). Hal ini akan senantiasa menggiring manusia pada kebaikan dan kemaslahatan. Bahkan untuk menyempurnakan akhlaq dan peradaban manusia dalam hidup dan kehidupannya, Allah juga mengutus nabi dan rasul serta membawa kitab suci sebagai pedoman bagi manusia dalam kehidupannya. Sehingga manusia dapat hidup dalam lindungan wahyu dan akal sehat dalam menjalani hidup dan ia mampu menghadapi berbagai problema dan kesulitan. Tentu semua itu adalah dengan merujuk kepada al-Qur’an dan yang lainnya seperti sunnah nabi dan sebagainya.

Al-Qur’an adalah risalah sempurna yang diperuntukkan Allah bagi manusia, ia mencakup nash-nash, petunjuk dan dalil yang senantiasa menggiring dan menuntun manusia. Dengan ajarannya yang universal dan komprehensif, ia mencakup seluruh aspek dan sendi kehidupan manusia, sehingga manusia dapat meniti dan menempuh jalan yang pas, tepat dan selamat.

Dari defenisi al-Qur’an di atas, ada beberapa hal yang menjadi keistimewaan dan ciri khas dari al-Qur’an itu sendiri. Di antaranya adalah bahwasanya al-Qur’an itu adalah kalam Allah. Bukti bahwasanya al-Qur’an itu kalam Allah adalah kemukjizatannya, di mana dengan kemukjizatannya itu ia memberi tantangan (tahaddiy) kepada manusia untuk mendatangkan semisalnya. Al-Qur’an memberi tantangan kepada kafir Quraisy dan siapa saja yang mengingkarinya, yaitu dengan membuka peluang untuk mendatangkan semisalnya. Mula-mula mereka ditantang untuk mendatangkan al-Qur’an secara keseluruhan (QS al-Thur/ 52: 34); Kedua, mereka ditantang untuk mendatangkan sepuluh surat dari al-Qur’an (QS Hud/ 11: 13); Ketiga, mereka ditantang untuk mendatangkan satu surat dari al-Qur’an (QS Yunus/ 10: 38) dan, yang terakhir mereka ditantang untuk mendatangkan yang lebih kurang sama dengan satu surat dari al-Qur’an (QS al-Baqarah/ 2: 23).

2

Page 3: Aik

Menurut Azyumardi Azra ada beberapa segi kemukjizatan al-Qur’an, antara lain yaitu:

1)      Kemukjizatan al-Qur’an dari segi kebahasaanDi antara bentuk kemukjizatan al-Qur’an dari segi kebahasaannya antara lain adalah

keseimbangan dalam pemakaian kata. Abd al-Razaq al-Naufal mengungkapkan setidaknya ada lima bentuk keseimbangan kosa kata dalam al-Qur’an, yaitu keseimbangan antara jumlah kata dengan antonimnya (seperti antara kata al-hayydengan al-maut masing-masing sebanyak 145 kali), keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya (seperti al-harts dengan al-zirâ’ahyang berarti membajak atau bertani masing-masing sebanyak 14 kali, keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjukkan akibatnya (seperti kata al-infâq dengan al-ridhâ’masing-masing sebanyak 73 kali), keseimbangan antara jumlah kata dengan dengan kata penyebabnya (seperti  al-isrâf/ pemborosandengan al-sur’ah/ tergesa-gesa masing-masing sebanyak 23 kali).

Di samping itu juga terdapat konsistensi pemakaian huruf yang menjadi pembuka surah. Hasil penelitian Rasyad Khalifah memperlihatkan keajaiban al-Qur’an yang sekaligus memperlihatkan otentisitasnya, yaitu konsistensi pemakaian huruf yang digunakan sebagai pembuka surah. Dalam surah-surah yang dimulai dengan huruf, jumlah huruf dalam surah itu selalu habis dibagi 19, yang merupakan jumlah huruf  dalam basmalah. Bahkan semua kata dalam al-Qur’an yang terhimpun dalam basmalah juga habis bila dibagi dengan 19. sebagai contoh adalah huruf qâf yang merupakan pembuka surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali, yakni 3 x 19. Huruf nûn yang menjadi pembuka surah al-Qalam terulang sebanyak 133 kali, yaitu 7 x 19 dan lain-lain sebagainya.

Selanjutnya kemukjizatan al-Qur’an dari segi kebahasaannya adalah keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya. Syekh Fakhruddin al-Razi, penulis kitab tafsir yang berjudul Mafâtih al-Ghaib, menyatakan bahwa kefasihan bahasa, keindahan susunan kata dan pola-pola kalimat al-Qur’an amat luar biasa. Sementara itu Qhadhi Abu Bakar dalam I’jâz al-Qur’ân menyatakan bahwa memahami kemukjizatan al-Qur’an dari sisi keindahan bahasanya jika dibandingkan dengan syiir dan sastra Arab, amat sukar ditandingi. Abu Hasan Hasim al-Quthajani menyatakan bahwa keluarbiasaan al-Qur’an itu antara lain terlihat dalam konsistensi, kefasihan bahasa dan keindahan susunan kalimatnya. Bahkan al-Qur’an amat sempurna dilihat dari semua segi, sehingga tidak mungkin menentukan tingkatan keindahan susunanya itu karena tidak ada alat untuk mengukurnya. Adapun bagian-bagian kebahasaan yang menjadi pusat perhatian tentang keindahan al-Qur’an itu antara lain dapat dilihat dari segi îjâz, tasybîh, majâz dan isti’ârah.

2)      Kemukjizatan al-Qur’an dari segi pemberitaanSemua ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an secara keseluruhan merupakan mukjizat

bagi para penantangnya. Namun terdapat bagian-bagian tertentu yang betul-betul îjâz dan siapapun tidak mungkin dapat melakukannya, yaitu menyangkut pemberitaan-pemberiataan ghaib, baik kisah-kisah lama yang luput dari penelitian sejarah maupun peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

Adapun di antara pemberitaan-pemberitaan tersebut antara lain adalah pemberitaan kisah-kisah lalu dan hal ini sekaligus menjadi mukjizatnya, yaitu pemaparannya tentang kisah-kisah lama yang sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita rakyat Arab. Tentunya hal ini tidak mungkin ditemukan secara keseluruhan dalam kajian-kajian kesejarahan. Sebagai contoh adalah QS Hud/ 11: 49 yang berbunyi:

 

3

Page 4: Aik

من والقومك أنت تعلمها كنت ما إليك نوحيها الغيب أنباء من قبل  تلكهذا

 Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepada Muhammad, tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak pula kaum sebelum ini (QS Hud/ 11: 49).

Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah Nabi Nuh dan para pengikutnya yang menyelamatkan diri dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi para penantang dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan nabi-nabi lain seperti Nabi Ibrahim, Ismail. Luth, Ya’qub, Yusuf, Musa, Harun dan lain-lain. Semua itu tentunya sulit untuk diketahui manusia ketika itu tanpa adanya wahyu.

Di samping itu, al-Qur’an juga mengungkapkan pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa silam lewat rangkaian kisah-kisah, al-Qur’an juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Peristiwa-peristiwa yang digambarkan al-Qur’an dan akan terjadi setelah itu telah terbukti dalam sejarah. Sebagai contohnya adalah QS al-Qamar/ 54: 45, yaitu;

الدبر ويولون الجمع سيهزمGolongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang (QS al-Qamar/ 54: 45).

Melalui ayat ini Allah memberitahu Muhammad SAW behwa kaum musyrikin Quraisy akan dapat dikalahkan. Ayat ini diturunkan semasa Rasul masih tinggal di kota Makkah. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 8 H, mereka dikalahkan secara total dalam peristiwa fath al-Makkah.

3)      Isyarat-isyarat keilmuanSelain memiliki kekuatan dalam segi kebahasaan dan pemberitaan, al-Qur’an juga

memperlihatkan keistimewaannya melalui ilustrasi-ilustrasi ajarannya  yang memberi isyarat ke arah pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Ilustrasi-ilustrasi ajarannya menyoroti banyak hal yang ada dalam kehidupan alam ini, baik mengenai proses terjadinya alam, mekanisme mengenai kehidupan makhluk-makhluk termasuk manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Padahal bangsa Arab zaman itu tergolong pada masyarakat yang lemah tradisi tulis baca serta lemah dari segi wawasan dan pengetahuan tentang berbagai bidang keilmuan, kecuali dalam aspek perdagangan yang sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Quraisy sejak masa nenek moyang mereka. Kontak mereka dengan orang-orang Byzantium dari Eropa Timur bukanlah kontak keilmuan, tetapi kontak perdagangan. Maka dari itu, al-Qur’an mengistilahkan mereka sebagai masyarakat ummiy (lemah tradisi tulis-bacanya). Demikian pula dengan Muhammad yang merupakan bagian dari anggota masyarakat Quraisy. Beliau tidak punya akses terhadap ilmu pengetahuan, baik khazanah keilmuan hasil peradaban masyarakat Yunani Kuno – yang lebih bercorak ilmu-ilmu kontemplatif dalam berbagai aspek kehidupan alam semesta dan tersimpan dengan utuh di bawah kekuasaan Byzantium – maupun ilmu-ilmu falsafah mistik dari Persia.

Namun demikian, satuhal yang harus disadari adalah bahwa al-Qur’an bukanlah buku ilmu pengetahuan, tetapi dalam proses penyampaian pesan-pesan ajarannya, al-Qur’an mengungkapkan berbagai ilustrasi tentang kehidupan alam dan kemudian ditangkap para ilmuwan sebagai isyarat ilmu pengetahuan. Sebagai contoh adalah ketika al-Qur’an mengungkap

4

Page 5: Aik

tentang proses kejadian alam semesta di mana dalam kajian ilmu pengetahuan modern  hal ini termasuk dalam kajian disiplin ilmu fisika.

Menurut Ahmad Baiquni, al-Qur’an memberi isyarat tentang bagaimana proses awal alam ini diciptakan. Isyarat itu terlihat antara lain dalam QS al-Anbiya’/ 21: 30 yang berbunyi;

 من وجعلنا ففتقنهما رتقا كنتا واألرض السموات أن كفروا الذين ير أولم

يؤمنون أفال حي شيء كل الماء 

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakan mereka tiada juga beriman (QS al-Anbiya’/ 21: 30).

Ayat ini pada dasarnya merupakan seruan kepada orang-orang kafir untuk beriman kepada Allah dan tunduk kepada segala perintahnya, karena Tuhan adalah pencipta alam semesta, termasuk mereka yang kafir kepada-Nya. Tuhan memperlihatkan awal kejadian alam  di mana menurut informasi al-Qur’an, langit dan bumi pada awalnya satu, kemudian dipecah oleh-Nya sehingga terpisah-terpisah. Lalu apa yang dimaksud dengan langit, apa yang dimaksud dengan bumi dan bagaimana proses pemisahan tersebut? Inilah beberapa pertanyaan yang dapat dikembangkan dari ayat di atas yang memberi pertanyaan untuk berpikir kritis terhadap alam semesta.

Kalau ditafsirkan dalam bahasa ilmu pengetahuan, langit itu tiada lain adalah gugusan bintang-bintang yang berada di luar planet bumi, sedang bumi adalah planet tempat tinggal manusia.

Ayat di atas menjelaskan bahwa antara gugusan bintang-bintang dengan planet bumi pada awalnya bersatu, kemudian dipisahkan oleh Tuhan. Persoalan ini menurut Bauquni bisa terjawab kalau penyatuan tersebut pada gumpalan hidrogen dalam konsentrasi yang amat padat. Sedangkan pemecahan bumi dan langit adalah peristiwa ledakan dahsyat akibat suhu amat panas yang muncul karena gesekan-gesekan atas atom hidrogen yang memadat tersebut. Sesuai dengan analisis laboratorium fisika, kejadian alam berasal dari kondensasi hidrogen yang menimbulkan panas yang sangat tinggi, lalu terjadi ledakan besar yang membuat hamparan galaksi-galaksi, yang kemudian memadat karena suhu dingin. Salah satu galaksi tersebut adalah galaksi bima sakti yang memancarkan sinar (matahari) ke planet bumi, serta memberi kehidupan untuk berbagai jenis makhluk di planet bumi termasuk manusia.

Itulah sekilas tentang isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat dalam al-qur’an. Di samping itu al-Qur’an juga masih memuat isyarat tentang ilmu pengetahuan lainnya seperti biologi, astronomi, kimia, geologi, ilmu kesehatan, hidrologi, demografi, ekonomi, perdagangan dan lain-lain sebagainya.

Dari gambaran di atas, terlihat bahwa sesungguhnya al-Qur’an memang berasal dari sisi Allah, sehingga sampai saat ini tidak satupun makhluk yang mampu untuk menandinginya, sebab al-Qur’an penuh dengan kemukjizatan sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Adapun ciri khas dan keutamaan lainnya yang dimiliki al-Qur’an berdasarkan defenisi sebelumnya adalah bahwa al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab dan tidak satupun yang memuat bahasa ajam (asing/ selain bahasa Arab). Kemudian ciri khas lainnya yang dimiliki al-Qur’an adalah bahwasanya al-Qur’an dinukilkan secara mutawatir (populer atau diketahui oleh banyak orang yang memustahilkan adanya kerja sama untuk membuat-buat atau mereka-reka).

5

Page 6: Aik

Dengan demikian penukilan al-Qur’an dapat diyakini dengan pasti, sebab hal ini berpatokan kepada keabsahan riwayat.

Umat Islam sepakat bahawasanya al-Qur’an adalah hujjah bagi kaum muslimin serta wajib mengamalkan isi dan kandungannya. Di samping itu, tidak dibolehkan untuk berpaling darinya kecuali dalam hal atau suatu kejadian yang tidak ada dalil hukumnya, namun semua itu harus didasarkan pada akal sehat serta pemahaman yang benar terhadap hakikat syari’ah dan maqâshid al-syarî’ah. Adapun argementasi bahwasanya al-Qur’an merupakan hujjah yang harus diamalkan oleh seluruh manusia adalah karena al-Qur’an berasal dari sisi Allah SWT yang diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia di bumi dan bukti bahwasanya al-Qur’an berasal dari sisi Allah adalah karena dia mengandung mukjizat yang tidak mampu ditandingi oleh siapapun.  B.       Al-Sunnah Nabi

Secara bahasa sunnah berarti أوقبيهة كانت حسنة metode atau jalan yang baik)  السيرةatau jelek). Dalam hal ini berarti سننتها Adapun sunnah secara .(melewati atau melalui) سرتها istilah menurut para muhaddits adalah;

      تقرير أو أوفعل قول من وسلم عليه الله صلى الرسول عن ماأثر كل

أم حراء فىغار كتحنثه البعثة قبل أكان سواء أوسيرة أوخلقية خلقية أوصفة بعدها

 Seluruh yang berasal dari Rasulullah Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat fisik ataupun akhlaq dan atau perjalanan hidup baik sebelum diangkat menjadi rasul seperti bertahannus di gua Hira’ ataupun sesudahnya

Dalam hal ini para muhaddits terlihat lebih luas dalam mendefenisikan sunnah, sebab mereka memandang dan memposisikan Nabi sebagai figur yang senantiasa memberi petunjuk (hidayah) dan selalu memberi taushiyah kepada umatnya. Di samping itu Allah juga menginformasikan bahwasanya dia adalah suri tauladan yang paling baik. Sehingga mereka meriwayatkan dan menukilkan semua yang berasal dari Nabi, baik dari aspek perjalanan hidup, akhlaq, tingkah laku, berita, perkataan maupun perbuatan tanpa membedakan apakah itu berkaitan dengan hukum syara’ ataupun tidak.

Dalam hal ini sunnah dijadikan sebagai dasar ajaran Islam adalah berdasarkan perintah tegas dari Allah SWT yang terdapat dalam QS al-Nisa’/ 4: 59 yang berbunyi:

فإن منكم األمر أولى و الرسول أطيعوا و الله أطيعوا آمنوا الذين يايهاواليوم بالله تؤمنون كنتم إن الرسول و الله إلى فرده شيء فى تنازعتم

تأويال وأحسن خير ذالك األخر Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS al-Nisa’/ 4: 59).

Adapun yang dimaksud dengan ungkapan “kembalikan ia kepada Allah” adalah kembalikan kepada kitab al-Qur’an al-Karim dan ungkapan “kembalikan ia kepada Rasul” adalah kembalikan kepada sunnah Nabi SAW.

6

Page 7: Aik

Dalam hal ini umat Islam sepakat untuk menjadikan sunnah sebagai dasar ajaran Islam sebagaimana mereka menyepakati al-Qur’an sebagai dasar, sebab al-Qur’an sendiri selaku sumber tasyrî’memerintahkan akan hal itu. Di samping itu sunnah juga merupakan penopang dan penguat terhadap keberadaan al-Qur’an itu sendiri. Adapun fungsi sunnah terhadap al-Qur’an al-Karim antara lain adalah;

1)      Memperkuat dan memperkokoh hukum yang terdapat dalam al-Qur’anDalam hal ini terdapat dua buah sumber hukum dan ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah nabi. Sebagai contoh adalah dalam masalah kewajiban mendirikan shalat, membayarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, naik haji ke baitullah bagi yang mampu, larangan untuk berbuat syirik, sumpah palsu, durhaka pada orangtua, membunuh tanpa hak, larangan memakan harta orang lain serta untuk berbuat baik kepada kaum wanita dan sebagainya.

2)      Memberi penjelasan lebih lanjut terhadap apa yang ada dalam al-Qur’anDi dalam al-Qur’an banyak hal yang diperintahkan kepada umat Islam seperti perintah mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji dan lain-lain sebagainya. Namun demikian semua itu masih bersifat umum dan universal, maka sunnah dalam hal ini tampil sebagai penjelas bagi al-Qur’an. Dalam hal ini sunnah tampil untuk menjelaskan yang masihmujmal (samar), mengkhususkan hal-hal yang masih bersifat umum dan universal serta men-taqyîd-kan sesuatu yang bersifat mutlaqdalam al-Qur’an dan lain-lain sebagainya.

3)      Adakalanya sunnah berdiri sendiri dalam menetapkan hukumDalam beberapa hal adakalanya sunnah tampil secara independen dalam menetapkan hukum syara’, yaitu ketika al-Qur’an tidak berbicara dalam suatu hukum, sehingga sunnah langsung tampil sebagai dalil hukum. Sebagai contohnya adalah hukum rajam terhadap zina yang muhshin, hukumam bagi orang yang memberi sumpah dan kesaksian, pengharaman emas dan permata bagi kaum laki-laki dan lain-lain sebagainya.

7

Page 8: Aik

C. Tujuan Agama Islam

Tujuan ajaran Islam sering diistilah dengan maqâshid al-syarî’ah.Islam merupakan agama anutan ummah seluruh dunia. Ia menjadi pegangan serta asas budaya hidup berbagai umat dan bangsa. Agama Islam dikenali sebagai agama yang menyusun cara hidup yang meliputi  aspek keimanan, ibadah,  muamalah, siasah , sosial dan ekonomi.  Seluruh kehidupan dan keperluan manusia disusun secara lengkap oleh ajaran Islam. Islam disifatkan sebagai peraturan dan menu terbaik untuk manusia dan alam seluruhnya. Di sisi Allah hanya agama Islam yang diterima sebagai anutan dan pegangan. Maka dari itu, sudah pasti Islam mempunyai tujuan tersendiri terhadap ajarannya, di mana tujuan tersebut lebih dikenal dengan maqâshid al-syarî’ah.

Maqâshid al-syarî’ah adalah kandungan dan sasaran yang dituju oleh syara’ dalam seluruh hukum dan keagungannya. Dengan kata lainmaqâshid al-syarî’ah adalah tujuan utama dari syari’ah serta rahasia-rahasia yang ditetapkan oleh Allah dalam seluruh hukum yang ditetapkan-Nya. Mengetahui maqâshid al-syarî’ah adalah masalah penting  untuk keberlangsungan hidup manusia, apalagi bagi para mujtahid, sebab ia sangan membutuhkannya ketika menggali hukum dan dalam memahami nash. 

Syari’ah telah digariskan dan ditetapkan Allah untuk betul-betul menjaga kemaslahatan hidup manusia, baik untuk sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Tentunya semua itu adalah untuk melindungi dan memberi manfaat bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Di samping itu, syari’ah juga bertujuan untuk melindungi manusia dari mudharat dan kerusakan. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa maqâshid al-syarî’ahharuslah berdasarkan hal yang “tetap, jelas, teratur dan berkesinambungan ( مطردا منضبطا ظاهرا ثابتا maksudnya (tetap)  ثابتا .(adalah makna atau tujuan tersebut harus pasti, bisa direalisasikan atau berdasarkan dugaan yang kuat dan pasti. ظاهرا (jelas) maksudnya adalah terang dan jelas, sehingga memicu terjadinya perbedaan penentuan atau personifikasi tujuan. منضبطا  (tertib dan teratur) maksudnya adalah bahwa ukuran atau batas dari tujuan tersebut tidak meragukan, yaitu tidak berlebih dan tidak berkurang. مطردا(berkesinambungan) maksudnya adalah bahwasanya tujuan tersebut tidak berubah oleh perbedaan tempat dan waktu.

Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa maqâshid al-syarî’ahbertujuan untuk memelihara dan menjaga keteraturan dan kesinambungan kehidupan di alam serta untuk mengontrol tindak tanduk manusia dari kehancuran dan kerusakan. Tentunya semua itu dilakukan dengan menciptakan kemaslahatan dan menjauhi kehancuran. Maka di sini akan diungkapkan macam-macam mashlahah ditinjau dari segi pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat, yaitu:

A. Al-Dharûriyât

Al-Mashâlih al-Dharûriyah adalah kemaslahatan yang harus terwujud dalam kehidupan manusia, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan dunia. Apabila salah satu darinya hilang, maka hancurlah kehidupan dunia, tersebarlah kejahatan dan hilanglah kenikmatan hidup serta pelakunya akan beroleh iqab di akhirat kelak. Kemaslahatan ini terkumpul dalam lima hal, yaitu yang berkaitan dengan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

8

Page 9: Aik

B.      Al-Hâjiyât

Al-Mashâlih al-hâjiyâh adalah kemaslahatan yang dibutuhkan manusia untuk meringankan beban dan menghilangkan kesulitan. Apabila hal ini kurang atau tidak ada, dapat memberatkan manusia dalam kehidupannya, tetapi tidak sampai menghancurkan tatanan hidup masyarakat.Sebagai contoh adalah dalam masalah ibadah, di mana Allah memberikan keringanan menjamak dan mengqashar shalat bagi orang yang sedang dalam perjalanan, membolehkan berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit atau musafir dan lain-lain sebagainya.

c.       Al-Tahsîniyât

Mashlahah ini adalah kemaslahatan yang dipergunakan untuk menjaga muru’ah dan harga diri, yaitu untuk menjaga kebiasaan yang baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan untuk menciptakan akhlaqul karimah. Apabila mashlahah ini hilang atau berkurang maka hal itu tidaklah sampai menyebabkan rusaknya tatanan hidup bermasyarakat atau membawa kesusahan bagi masyarakat, namun hal itu dapat menyebabkan terjadinya pola hidup yang kotor dan tidak bermoral dalam pandangan akal manusia. Sebagai contoh dalam masalah ibadah adalah disyaria’tkannya thaharah dan menutup aurat ketika melaksanakan shalat dan lain-lain sebagainya.

d.      Al-Mukammilât

Untuk menyempurnakan kemaslahatan-kemaslahatan sebelumnya, Allah juga mensyari’atkan beberapa hukum lainnya, yaitu yang berkaitan dengan al-dharûriyât, al-hâjiyât dan al-tahsîniyât. Sebagai contoh yang berhubungan dengan al-dharûriyât adalah seperti dalam memelihara akal, Allah mengharamkan meminum khamar walau itu hanya sedikit. Dalam hal yang berhubungan dengan al-hâjiyât, Allah mensyaratkan sekufu bagi calon suami istri. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kecocokan antara seorang suami dengan istrinya. Dalam masalah al-tahsîniyât diciptakan adab dan sopan santun dalam membuang hadas serta dianjurkannya thaharah atau dianjurkannya untuk tidak membatalkan ibadah yang sedang dikerjakan dan lain-lain.

9

Page 10: Aik

D. Ruang Lingkup Agama Islam

Ruang lingkup ajaran islam meliputi tiga bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak.

a. Aqidah 

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu yang berarti العقد الشيء أطراف بين الجمع(menghimpun atau mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat). Secara istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah ini identik dengan iman yang berarti kepercayaan atau keyakinan. Sekiranya disinergiskan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah di atas dapat digambarkan bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau keterkaitan antara seorang hamba dengan Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu mempengaruhi hamba dalam seluruh perilaku, aktivitas dan pekerjaan yang ia lakukan. Dengan kata lain keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan mengontrol dan mengarahkan semua tindak-tanduknya kepada nilai-nilai ketuhanan.

Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah, Rasul dan hal-hal yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping itu juga menyangkut dengan masalah eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan dan keimanan, maka muncul arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhirat, qadha dan qada.

Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai pemahaman, sehingga menimbulkan kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok memiliki metode dan keyakinan masing-masing dalam pemahamannya. Di antara kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah, Asy’ariyah, Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.

Menurut Harun Nasution, timbulnya berbagai kelompok dalam masalah aqidah atau teologi berawal ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika menyelesaikan sengketa antara kelompok Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib.

Kaum Khawarij memandang bahwa hal tersebut bertentangan dengan QS al-Maidah/ 5: 44 yang berbunyi;

الكافرون… هم فألئك الله أنزل بما يحكم لم ومن…Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah kafir (QS al-Maidah/ 5: 44).

Peristiwa tersebut membuat kelompok Khawarij tidak senang, sehingga mereka mendirikan kelompok tersendiri serta memandang bahwa Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib adalah Kafir, sebab mereka telah melenceng dari ketentuan yang telah digariskan al-Qur’an. Dengan berdirinya kelompok ini, juga memicu berdirinya kelompok-kelompok lain dalam masalah teologi, sehingga masing-masing memiliki pemahaman yang berbeda dengan yang lainnya.

10

Page 11: Aik

Namun demikian, perbedaan tersebut tidaklah sampai menafikan Allah, dengan kata lain perbedaan pemahaman tersebut tidak sampai menjurus untuk lari dari tauhid atau berpaling pada thâgh ût.

Di antara sumber perbedaan pemahaman antara masing-masing golongan tersebut antara lain adalah masalah kebebasan manusia dan kehendak mutlak Tuhan. Ada kelompok yang menganggap bahwa kekuasan Tuhan adalah maha mutlak, sehingga manusia tidaklah memiliki pilihan lain dalam berbuat dan berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh kelompok Asy’ariyah. Ada pula kelompok bahwa Tuhan memang maha kuasa, tetapi Tuhan menciptakan sunnah-Nya dalam mengatur kebebasan manusia, sehingga manusia memiliki alternatif dan pilihan dalam berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunnah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain manusia bebas dalam berbuat dan berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh kelompok Muktazilah. Ada pula kelompok yang mengambil sikap pertengahan antara kedua kelompok tersebut, namun mereka tetap meyakini bahwa Allah maha kuasa terhadap seluruh tindak-tanduk dan kehendak manusia. Kelompok ini diwakili oleh Mathuridiyah. Itulah sekilas tentang permasalahan aqidah serta pemikiran masing-masing kelompoknya, di mana semua itu beranjak dari pemahaman mereka terhadap kekuasaan Allah dan kebebasan manusia.

b. Syari’ah 

Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak yaitu; Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw.

1. IbadahIbadah berasal dari kata yang berarti العبد hamba. Kemudian dari kata ini muncul kata

yang العبادة berarti التذلل /memperlihatkan) إظهار mendemonstrasikan ketundukan dan kehinaan). Secara istilah ibadah berarti usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang disembah. Ulama fiqh mendefinisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah SWT. Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adalah semua yang dilakukan atau dipersembahkan untuk memperoleh keredhaan Allah dan mengharapkan imbalan pahala-Nya di akhirat kelak. Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah berawal dari suatu hubungan dan keterkaitan yang erat antara hati dengan yang disembah.Kemudian hubungan dan keterkaitan tersebut meningkat menjadi kerinduan karena tercurahnya perasaan hati kepada-Nya. Kemudian rasa rindu itu pun meningkat menjadi kecintaan yang kemudian meningkat pula menjadi keasyikan. Sehingga akhirnya membuat cinta yang amat mendalam yang membuat orang yang mencitai bersedia

11

Page 12: Aik

melakukan apa saja demi yang dicintai. Oleh karena itu, betapapun seseorang menundukkan diri kepada sesama manusia, ketundukan demikian tidak dapat disebut sebagai ibadah sekalipun antara anak dan bapaknya.

Dari segi manfaatnya ibadah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu; pertama, ibadah perorangan (fardhiyah/mahdhah), yakni ibadah yang menyangkut diri pelakunya sendiri serta tidak ada hubungannya dengan orang lain seperti shalat dan puasa. Kedua, ibadah kemasyarakatan (ijtimâiyah/ghaira mahdhah), yakni ibadah yang memiliki keterkaitan dengan orang lain, terutama dari segi sasarannya seperti sedekah, zakat dan sebagainya. Berkaitan dengan ini, Dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah dijelaskan bahwa ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkannya. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah umum ialah segala amalan yang dizinkan Allah sedangkan ibadah khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu. Menurut Nazaruddin Razak, dalam konteks ibadah yang dikerjakan, terdapat lima pokok ibadah, yakni: shalat, zakat, puasa dan naik haji serta disusul dengan thaharah, di mana thaharah merupakan kewajiban yang menyertai shalat, zakat, puasa dan naik haji.Yusuf al-Qaradhawiy menjelaskan lima persyaratan agar suatu perbuatan dapat bernilai ibadah, yaitu:1)      Perbuatan yang dimaksud tidak bertentangan dengan syariat Islam.2)      Perbuatan tersebut dilandasi dengan niat yang suci dan ikhlas.3)      Untuk melakukan perbuat tersebut, yang bersangkutan harus memiliki keteguhan hati dan

percaya diri bahwa perbuatan yang dilakukan akan membawa kepada kebaikan.4)      Harus memperhatikan garis-garis atau aturan-aturan Allah SWT, tidak ada unsur

kelaliman, khianat, penipuan dan lain-lain.5)      Perbuatan-perbuatan duniawi yang dilakukan dengan niat ibadah tidak boleh

menghalangi kewajiban-kewajiban agama seperti berjual beli yang membuat diri lalai mengerjakan shalat dan sebagainya.

 2. Mu’amalah

Secara etimologi muamalah semakna dengan yang berarti saling berbuat. Kata ini مفاعلة menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan orang lain atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Secara terminologi kata ini lebih dikenal dengan istilah fiqh muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan tindak-tanduk manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan. Misalnya dalam persoalan jual beli, utang-piutang, kerjasama dagang, persyarikatan, kerjasama dalam penggarapan tanah, sewa menyewa dan lain-lain sebagainya. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tidak boleh ada sesuatupun dari tindak-tanduk manusia yang lari dari prinsip-prisip ketuhanan, termasuk dalam masalah muamalah atau yang lebih dikenal dengan tindak-tanduk manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya untuk memenuhi kehidupannya masing-masing. Walau semua itu diatur hanya secara global, namun Allah telah memberikan konsep dan prinsip-prinsip umum bagi manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. Dengan demikian, maka seluruh aktivitas dan tindak-tanduk manusia harus

12

Page 13: Aik

sesuai, menjurus dan sinergis dengan apa yang telah ditetapkan di dalam nash, baik dari nash al-Qur’an maupun dari hadits.

Di samping itu, juga terdapat beberapa keistimewaan ajaran muamalah yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah, antara lain yaitu:

1)      Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mengitari manusia itu sendiri. Dari prinsip pertama ini terlihat perbedaan muamalah dengan persoalan aqidah, akhlaq dan ibadah. Dalam persoalan aqidah, syariat Islam bersifat menentukan dan menetapkan secara tegas hal-hal yang menyangkut masalah aqidah tersebut dan tidak diberikan kebebasan bagi manusia untuk melakukan suatu kreasi. Dalam bidang akhlaq juga demikian, yaitu dengan menetapkan sifat-sifat terpuji yang harus diikuti oleh umat Islam serta sifat-sifat tercela yang harus dihindari. Selanjutnya di bidang ibadah dan bahkan prinsip dasarnya adalah tidak boleh dilakukan atau dilaksanakan oleh setiap muslim jika tidak ada dalil yang memerintahkan untuk dilaksanakan.

2)      Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh sampai ditemukan dalil yang melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang melarang suatu kreasi jenis muamalah, maka muamalah itu dibolehkan. Namun demikian, walau pada prinsipnya muamalah dibolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya, tetapi semua itu tidak boleh lepas dari sikap pengabdian kepada Allah SWT, di mana terdapat kaidah-kaidah umum yang mengatur dan mengontrolnya, antara lain yaitu; Tidak boleh terlepas dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan; Berdasarkan pertimbangan kemaslahatan pribadi dan masyarakat; Menegakkan prinsip kesamaan hak dan kewajiban sesame manusia; Seluruh perbuatan kotor adalah haram dan seluruh tindakan yang baik adalah halal, dan lain-lain.

Secara umum mu’amalah mencakup antara lain yaitu; hal-hal yang berkaitan dengan hak-hak dan hal lain yang terkait dengannya; Hal-hal yang berkaitan dengan harta seperti hibah, sedekah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan seperti jual beli, khiyâr,ihtikâr, syirkah, mudhârabah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian amanah kepada orang lain seperti hiwâlah, ijârah, ariyah, al-rahn dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan lahan pertanian seperti muzâra’ah, musâqah, dan lain-lain. 

c. Akhlak

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari (al-khuluq) الخلق yang berarti والسجايا القوىبالبصيرة kekuatan jiwa dan perangai yang dapat diperoleh melalui pengasahan mata) المدركة

bathin). Dari pengertian lughawi ini, terlihat bahwa akhlaq dapat diperoleh dengan melatih mata bathin dan ruh seseorang terhadap hal yang baik-baik. Dengan demikian dari pengertian lughawi ini tersirat bahwa pemahaman akhlaq lebih menjurus pada perbuatan-perbuatan terpuji. Konsekuensinya adalah bahwa perbuatan jahat dan melenceng adalah perbuatan yang tidak

13

Page 14: Aik

berakhlaq (bukan akhlâq al-madzmûmah). Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Sedangkan Nazaruddin Razak, mengungkapkan akhlak dengan makna akhlak islam, yakni suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Zat Yang Maha Kuasa dan juga merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan keeasaan Tuhan, yaitu produk dari jiwa tauhid.

Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq dengan al-khalq yang berarti penciptaan di mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama. Dengan demikian pengertian ini menggambarkan bahwa akhlaq adalah hasil kreasi manusia yang sudah dibiasakan dan bukan datang dengan spontan begitu saja, sebab ini ada kaitannya dengan al-khalq yang berarti mencipta. Maka akhlaq adalah sifat, karakter dan perilaku manusia yang sudah dibiasakan.Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik atau berbuat buruk sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat atas segala tingkah lakunya. Di samping itu, akhlaq seorang muslim harus merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup dan kehidupan.

Secara garis besar menurut Endang Saifuddin Anshari, akhlak terdiri atas; pertama, akhlak manusia terhadap khalik, kedua, akhlak manusia terhadap sesama makhluk, yakni akhlak manusia terhadap sesama manusia dan akhlak manusia terhadap alam lainnya.

Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlaq manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah yang memiliki sifat terpuji dan sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan sikap sebagai berikut:1)      Mensucikan Allah dan senantiasa memujinya.2)      Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berbuat dan berusaha terlebih dahulu.3)      Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada makhluk-Nya

hanyalah kebaikan.

Adapun akhlaq kepada sesama manusia dapat dibedakan kepada beberapa hal, yaitu:1)      Akhlaq kepada orang tua, yaitu dengan senantiasa memelihara keredhaannya, berbakti

kepada keduanya dan memelihara etika pergaulan dengan keduanya.2)      Akhlaq terhadap kaum kerabat, yaitu dengan menjaga hubungan shilaturrahim serta

berbuat kebaikan kepada sesama seperti mencintai dan merasakan suka duka bersama mereka.

3)      Akhlaq kepada tetangga, yaitu dengan menjaga diri untuk tidak menyakiti hatinya, senantiasa berbuat baik (ihsân) dan lain-lain sebagainya.

14

Page 15: Aik

E. Karakteristik Ajaran Islam

A. PENGERTIAN KARAKTERISTIK AJARAN ISLAMIstilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata: karakteristik dan ajaran Islam. Kata karakteristik dalam Kamus Bahasa Indonesia, diartikan sesuatu yang mempunyai karakter atau sifatnya yang khas. Islam dapat diartikan agama yang diajarkan Nabi Muhammad saw., yang berpedoman pada kitab suci Al-quran dan diturunkan di dunia ini melalui wahyu Allah SWT.Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari katasalima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Juga berarti memelihara dalam keadaan sentosa, meyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.[3]

B.     JENIS-JENIS KARAKTERISTIK ISLAMkita membaca berbagai sumber kepustakaan tentang Islam yang ditulis oleh para pakar,

ternyata Islam memiliki karakteristik khas yang dapat diketahui melalui konsepsinya dalam berbagai bidang. Seperti bidang agama, ibadah, aqidah, Ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, kehidupan ekonomi, kesehatan dan Islam sebagai disiplin ilmu. Karakteristik atau ciri khas tersebut dapat diketahui melalui karya Abuddin Nata dalam buku Metodologi Studi Islam sebagai berikut:

1.       Dalam Bidang Agama      Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan agama masing-masing dengan penuh kesungguhan. Kemudian pengakuan akan hak-hak agama lain dengan sendirinya merupakan dasar paham kemajemukan sosial budaya dan agama sebagai ketetapan Tuhan yang tidak berubah-ubah.

“Dan kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai pertunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Maidah (5): 46).      Kesadaran segi kontinuitas agama juga ditegaskan dalam kitab suci di berbagai tempat, disertai perintah agar kaum muslimin berpegang teguh kepada ajaran kontinuitas itu dengan beriman semua para Nabi dan Rasul tanpa kecuali dan tanpa membeda-bedakan antara mereka.

      “Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka, Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (QS. al-Baqarah (2): 136)

15

Page 16: Aik

      “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-baqarah (2): 62).

      Dengan demikian karakteristik agama Islam dan visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai, karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.[4]

2.       Dalam Bidang MuamalahKarakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang ibadah. Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah saw., karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.[5]Ibadah yang dibahas dalam bagian ini adalam ibadah yang khusus. Dalam Yurisprudensi Islam telah ditetapkan bahwa urusan ibadah tidak boleh ada “kreativitas”, sebab yang membentuk suatu ibadah dalam Islam dnilai sebagai bid’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan. Misalnya: bilangan salat lima waktu serta tata cara mengerjakannya, ketentuan ibadah haji dan tata cara mengerjakannya, termasuk masalah ibadah yang tata cara mengerjakannya telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.Ketentuan ibdah demikian itu termasuk salah satu bidang ajaran Islam dimana akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini mematuhi, mentaati, melaksanakan, dan menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan sebagai bukti pengabdian dan rasa terima kasih kepada-Nya.

3.       Dalam Bidang Aqidah

Ajaran Islam sebagaimana dikemukakan Maulana Muhammad Ali, dibagi kepada dua bagian, yaitu bagian teori atau yang lazim disebut rukun iman, dan bagian praktek yang mencakup segala yang harus dikerjakan oleh orang Islam, yakni amalan-malan yang harus dijadikan pedoman hidup. Bagian pertama disebut ushul (pokok) dan bagian kedua furu’. Kata ushuladalah jamak dari ashl artinya pokok atau asas; adapun kata furu’ artinya cabang. Bagian pertama disebut aqa’id artinya kepercayaan yang kokoh, adapun bagian kedua disebutahkam.Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Akidah Islam diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Keyakinan tersebut sedikitpun tidak boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang berdampak pada motivasi kerja yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah. Dalam prosesnya keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui perantara. Akidah demikian itulah yang akan melahirkan bentuk

16

Page 17: Aik

pengabdian hanya kepada Allah, yang selanjutnya berjiwa bebas, merdeka dan tidak tunduk pada manusia dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan.Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya; perbuatan dengan amal saleh. Akidah demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman tidak ada rasa dalam hati, atau ucapan dan perbuatan melainkan secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah, yakni tidak ada niat, ucapan, dan perbuatan yang dikemukakan orang yang beriman itu kecuali yang sejalan dengan kehendak Allah.

4.       Dalam Bidang Ilmu dan KebudayaanKarakteristik ajaran Islam dan bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif,

tetapi juga selektif. Yakni dari satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Dalam bidang ilmu dan teknologi, Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka atau tidak tertutup. Sekalipun kita yakin bahwa Islam itu bukan Timur dan bukan Barat, itu tidak berarti kita harus menutup diri dari keduanya. Bagaimanapun, Islam adalah sebuah paradigma terbuka. Ia merupakan mata rantai peradaban dunia. Dalam sejarah kita melihat Islam mewarisi peradaban Yunani-Romawi di Barat, dan peradaban-peradaban Persia, India, dan Cina di Timur. Selama abad VII sampai abad XV, ketika peradaban di besar di Barat dan di Timur itu tenggelam dan mengalami kemorosotan, Islam bertindak sebagai pewaris, utamanya untuk kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang melalui Renaissans. Jadi dalam bidang ilmu dan kebudayaan Islam menjadi mata rantai yang penting dalam sejarah peradaban dunia. Dalam kurun waktu selama delapan abad itu, Islam bahkan mengembangkan warisan-warisan ilmu pengetahuan dan teknologi dari peradaban-peradaban tersebut.

Banyak contoh dapat dijadikan bukti tentang peranan islam sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan matematika India, ilmu kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan dari Persia, logika Yunan dan sebagainya. Tentu saja dalam proses peminjaman dan pengembangan itu terjadi dialektika internal. Jadi misalnya untuk pengkajian tertentu Islam menolak logika Yunani yang sangat rasional untuk digantikan dengan cara berpikir intuitif yang lebih menekankan rasa seperti yang dikenal dalam tasawuf. Dan dengan proses ini pula Islam tidak sekedar mewariskan tetapi juga melakukan enrichment dalam substansi dan bentuknya. Melalui inilah Islam akhirnya mampu menymbangkan warisan-warisannya sendiri yang itentik. Melalui karya S.I. Poeradisastra berjudul Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, kita dapat memperoleh informasi yang agak lengkap mengenai peranan yang dimainkan Islam dalam membangun ilmu pengetahuan dan peradaban modern, baik berkenaan dengan ilmu alam, teknik dan arsitektur, maupun ilmu pengetahuan sosial, filsafat, sastra, kedokteran, matematika, fisika, dan lain sebagainya.

17

Page 18: Aik

5.       Dalam Bidang PendidikanSejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut di atas, Islam juga

memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau perempuan; dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Dalam bidang pendidikan Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq sebagaimana disebutkan di atas. Di dalam al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan, seperti metode ceramah, tanya jawab,  diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya.[8] Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik.

6.       Bidang SosialSelanjutnya karakteristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya di bidang sosial. Ajaran

Islam di bidang sosial ini termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran Islam sebagaimana telah disebutkan di atas pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun khusus dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan Derajat), tenggang rasa dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, kelamin dan sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Atas dasar ukuran ini, maka dalam Islam semua orang memiliki kesempatan yang sama. Mobilitas vertikal dalam arti yang sesungguhnya ada dalam Islam, sementara sistem kelas yang menghambat mobilitas sosial tersebut tidak diakui keberadaannya. Seseorang yang berprestasi sungguhpun berasal dari kalangan bawah, tetap dihargai dan dapat meningkat kedudukannya serta mendapat hak-hak sesuai dengan prestasi yang dicapainya.

Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamlah lebih besar daripada urusan ibadah. Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Muamalah jauh lebih luas daripada ibadah (dalam arti khusus). Hal demikian dapat kita lihat misalnya bila urusan ibadah bersamaam waktunya dengan urusan sosial yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (diqashar atau dijama’ dan bukan ditinggalkan). Dalam hadisnya Rasulullah SAW. mengingatkan imam supaya memperpendek shalatnya, bila di tengah jama’ah ada yang sakit, orang lemah, orang tua, atau orang yang mempunyai keperluan. Istri Rasulullah Saw. Siti Aisyah mengisahkan: Rasulullah SAW. berjalan membuka pintu, kemudian kembali ke tempat salatnya. Hadis ini diriwayatkan oleh lima orang perawi, kecuali ibn Majah.[9]

18

Page 19: Aik

Selanjutnya Islam menilai bahwa ibadah yang dilakukan secara berjama’ah atau bersama-sama dengan orang lain nilainya lebih tinggi daripada salat yang dilakukan secara perorangan, dengan perbandingan 27 derajat.

Dalam pada itu Islam menilai bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena mendengar pantangan tertentu, maka kifarat (tebusannya) adalah dengan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan sosial. Bila puasa tidak mampu dilakukan karena sakit yang menahun dan sulit diharapkan sembuhnya, maka boleh diganti dengan fidyah(tebusan) dalam bentuk memberi makan bagi orang miskin. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah, urusan ibadahnya tidak dapat menutupnya.  Yang merampas hal orang lain tidak dapat menghapus dosanya dengan salat tahajjud. Orang yang berbuat dzalim tidak akan hilang dosanya dengan membaca zikir seribu kali. Bahkan dari beberapa keterangan, kita mendapatkan kesan bahwa ibadah ritual tidak diterima Allah, bila pelakunya melanggar norma muamalah.

7.       Dalam Bidang Kehidupan EkonomiKarakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dipahami dari konsepsinya dalam bidang

kehidupan. Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat, dan kehidupan akhirat dicapai dengan dunia. Kita membaca hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Mubarak yang artinya: Bukanlah termasuk orang baik di antara kamu adalah orang yang meninggalkan dunia karena mengejar kehidupan akhirat, dan kehidupan akhirat karena mengejar kehidupan dunia. Orang yang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk urusan dunia.

Pandangan Islam mengenai kehidupan demikian itu, secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dan urusan agama. Urusan agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia.

Dalam kaitan ini, maka perlu dimiliki pandangan kosmologis yang didasarkan pada pandangan teologi yang benar. Dalam teologi Islam, bahwa alam raya dengan segala isinya sebagai ladang untuk mencari kehidupan adalah sesuatu yang suci dalam arti tidak haram untuk dimanfaatkan. Alam raya ini sesuatu yang diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan manusia, dan bukan sekali-kali untuk dijadikan obyek penyembahan sebagaimana dijumpai pada masyarakat primitif. Alam raya dengan segala keindahannya adalah ciptaan Tuhan. Kita tahu bahwa di alam raya ini dijumapi berbagai keajaiban dan kekaguman. Misalnya di taman atau di kebun kita menyaksikan aneka ragam tanaman dan buah-buahan, padahal ditanam di tempat yang sama, tetapi buah dari tanaman itu beraneka ragam.Ketika kita menyaksikan yang demikian itu, kita menganggapnya sebagai Tuhan. Yang dianggap Tuhan adalah Allah yang menciptakan seluruh alam ini. Ketika kita menyaksikan keindahan dan kekaguman itu, kita dianjurkan mengucapkan subhanallah = Maha Suci Allah yang telah menciptakan semua itu. Dengan cara demikian selain keimann kita semakin bertambah mantap, juga akan merasakan manfaat atas segala ciptaan Tuhan itu. Dari keadaan demikian, maka ia akan memanfaatkan kehidupan dunia ini untuk beribadah kepada Allah swt

19

Page 20: Aik

8.       Dalam Bidang KesehatanCiri khas ajaran Islam selanjutnya dapat dilihat dalam konsepnya mengenai kesehatan.

Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan daripada penyembuhan. Dalam bahasa Arab, prinsip ini berbunyi: al-wiqayah khair min al-’ilaj. Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi saw yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.

Untuk menuju pada upaya pencegahan tersebut, maka Islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin. Kebersihan lahir dapat mengambil bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaiian, makanan, minuman dan lain sebagainya. Dalam hubungan ini kita membaca ayat al-Qur’an yang artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan senang kepada orang-orang yang membersihkan diri. (QS. Al-Baqarah (2): 222).

Bertaubat sebagaimana dikemukakan pada ayat tersebut aakan menghasilkan kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik. Selanjutnya kita baca lagi ayat al-Qur’an yang berbunyi: “Dan bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkanlah segala macam kekotoran”. (QS. Al-Mudatsir (74): 4-5). Perintah tersebut berbarengan dengan perintah menyampaikan ajaran agama dan membesarkan nama Allah swt.

9.       Dalam Bidang PolitikCiri ajaran Islam selanjutnya dapat diketahui melalui konsepsinya dalam bidang politik.

Dalam al-qur’an surah an-Nisa ayat 156 terdapat perintah mentaati ulil amri yang terjemahnya termasuk penguasa di bidang politik, pemerintahan dan negara. Dalam hal ini Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadap pemimpin. Islam menghendaki suatu ketaatan kritis, yaitu ketaatan yang didasarkan pada tolok ukur kebenaran dari Tuhan. Jika pemimpin tersebut berpegang pada tuntunan Allah dan Rasul-nya maka wajib ditaati. Sebaliknya jikabermanfaat bagi orang lain. pemimpin tersebut bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya, maka boleh dikritik atau diberi saran agar kembali ke jalan yang benar dengan cara-cara yang persuasif. Dan jika cara tersebut juga tidak dihiraukan oleh pemimpin tersebut, maka boleh saja untuk tidak dipatuhi.

Masalah politik ini selanjutnya berhubungan dengan bentuk pemerintahan. Dalam sejarah kita mengenal beberapa bentuk pemerintahan seperti republik yang dipimpin oleh Presiden, kerajaan yang dipimpin oleh Raja, dan sebagainya. Islam tidak menetapkan bentuk pemerintahan tertentu. Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya. Namun yang terpenting bentuk pemerintahan tersebut harus digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian dan ketenteraman masyarakat.

10.   Dalam Bidang PekerjaanKarakteristik ajaran Islam lebih lanjut dapat dilihat dari ajarannya mengenai kerja. Islam

memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah swt. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian kepada Allah swt., dan adalah kerja yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu Islam tidak menekankan pada

20

Page 21: Aik

banyaknya pekerjaan, tetapi pada kualitas manfaat kerja. Kita misalnya membaca ayat al-Qur’an yang artinya: Dialah yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu saiapa diantara kamu yang paling baik amalnya QS. Al-Mulk (67:2). Ayat tersebut dengan tegas menyatakan siapakah yang paling baik amalnya, dan bukan yang paling banyak amalnya. Selain itu amal tersebut juga juga harus bermanfaat bagi orang lain. Nabi Muhammad saw mengingatkan kepada ummatnya bahwa orang yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, maka Islam memandang kerja yang dilakukan adalah kerja profesional, yaitu kerja yang didukung ilmu pengetahuan, keahlian, pengalaman, kesungguhan dan seterusnya. Suatu pekerjaan yang diserahkan bukan pada ahlinya tunggulah kehancurannya. Demikian peringatan Nabi Muhammad saw.

11.   Islam Sebagai Disiplin IlmuSelain sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-cirinya

yang khas tersebut, Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu keislaman. Menurut peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah la-Qur’an/Tafsir, hadis/Ilmu hadis, Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf, Hukum Islam (Fikih), Sejarah dan Kebudayaan Islam, serta Pendidikan Islam.

Jauh sebelum itu, Harun Nasution mengatakan bahwa Islam berlainan dengan apa yang umum diketahui, Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi, aspek ibadah, aspek moral, aspek mistisisme, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan dan sebagainya. Inilah yang selanjutnya membawa kepada timbulnya berbagai jurusan dan fakultas di Istitut Agama Islam Negeri (IAIN) yang tersebar di Indonesia, serta berbagai Perguruan Tinggi Islam swasta lainnya di tanah air.

Dari uraian mengenai karakteristik ajaran Islam yang secara dominan ditandai oleh pendekatan noematif, historis dan filosofis tersebut, terlihat bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara keseluruhan amat ideal. Islam agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, egaliter, kerja keras yang bermutu, demokratis, adil seimbang antara urusan dunia dan akhirat, berharta, memilki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan, mengtamakan pencegahan daripada penyembuhan dalam bidang kesehatan dengan cara memperhatikan segi kebersihan badan, pakaian, makanan, tempat tinggal, lingkungan dan sebagainya. Islam juga telah tampil sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman dengan berbagai cabangnya.

“Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yg berbuat kerusakan.”

Sebagai muslim kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu pemahaman kita terhadap ajaran Islam

21

Page 22: Aik

secara syamil dan kamil menjadi satu keharusan. Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik.

Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak “takut” dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita pahami. 1.      Robbaniyyah.Allah Swt merupakan Robbul alamin disebut juga dengan Rabbun nas dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt bukan dari manusia sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini tapi beliau hanya menyampaikannya.

2.      Insaniyyah.Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia.

3.      Syumuliyah.Islam merupakan agama yang lengkap tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi keluarga masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.

4.      Al Waqi’iyyah.Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang kaya miskin pria wanita dewasa remaja anak-anak berpendidikan tinggi berpendidikan rendah bangsawan rakyat biasa berbeda suku adat istiadat dan sebagainya.

5.      Al Wasathiyah.Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan umat yang seimbang dalam beramal baik yg menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani.

F.

22

Page 23: Aik

6.      Al Wudhuh.Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas . Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Islam itu sendiri.

7.      Al Jam’u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah.Di dalam Islam tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel . Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat dia mesti begitu misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama’ dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu berwudhu bisa diganti dengan tayamum.

23