akselerasi perekonomian masyarakat transmigrasi di hinterland kota terpadu mandiri telang

Upload: nopriansyah-al-banna

Post on 03-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    1/12

    13

    Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24

    DanartiPusat Penelitian dan Pengembangan Ketransmigrasian, Kemenakertrans

    Jln. TMP. Kalibata No. 17, JakartaTelepon/Faks. (021) 7971010

    Email:[email protected]: 15 April 2011, Disetujui: 19 Mei 2011

    AKSELERASIPEREKONOMIAN MASYARAKAT TRANSMIGRASI

    DI HINTERLAND KOTA TERPADU MANDIRI TELANG

    Acceleration of Economic Improvementin The Hinterland Area of Telang Transmigration Economic Zone

    Abstract

    The development of Kota Terpadu Mandiri (KTM) is one of transmigration policy issues which is relevant to the

    objectives of RPJM 2010-2014. One of the keys to accelerate the economic development in KTM is the synergy of

    related institution. The purpose of the study is to know the impact of potential commodity development programs

    and actions synergy on the acceleration of economic improvement in Telang Rejo village as a hinterland KTM. It

    was conducted from year 2009 to 2010. The research in 2009 included identification of economic condition,

    potential commodities, obstacle, and synergic needs to accelerate economy. Identification was conducted through

    literature study, observation, and focused discussion at village and district levels. The research was continued in

    2010 through observation and analysis of economic improvement. The analysis was conducted by comparing some

    indicators (funds and production infrastructures, technology, manpower, institutions, potential commodities

    productivity, and income) before and after synergy was conducted. The result shows that action synergy can acceleratethe economy of people in KTM, although all actions needed are not completely implemented yet.

    Keywords: economic acceleration, synergy, potential commodity, hinterland area

    Abstrak

    Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) merupakan salah satu focus kebijakan pembangunan transmigrasi

    yang relevan dengan sasaran pokok RPJM 2010-2014. Salah satu kunci untuk mempercepat perekonomian masyarakat

    transmigrasi di hinterland KTM adalah sinergitas instansi terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akselerasi

    perekonomian masyarakat transmigrasi yang terjadi sebagai akibat sinergitas kegiatan pengembangan komoditas

    potensial di Desa Telang Rejo sebagai salah satu hinterland KTM Telang. Penelitian dilaksanakan selama dua tahun

    dari tahun 2009 sampai dengan 2010. Kegiatan penelitian tahun 2009 meliputi identifikasi kondisi ekonomi, potensi

    komoditas potensial, kendala, dan kebutuhan sinergitas untuk akselerasi ekonomi. Identifikasi dilaksanakan melaluistudi pustaka, obervasi, dan diskusi terfokus di tingkat lapang dan di kabupaten. Penelitian dilanjutkan pada tahun

    2010 melalui pengamatan dan analisis akselerasi ekonomi. Analisis akselerasi ekonomi dilaksanakan dengan

    membandingkan beberapa indikator yaitu ketersediaan modal dan saprodi, teknologi, tenaga kerja, kelembagaan,

    produktivitas komoditas potensial, dan pendapatan; pada sebelum dan sesudah dilakukan sinergitas. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa sinergitas kegiatan dapat mendorong akselerasi ekonomi masyarakat di hinterland KTM, walaupun

    belum seluruh kegiatan yang dibutuhkan dapat diimplementasikan.

    Kata Kunci: akselerasi ekonomi, sinergitas, komoditas potensial, hinterland KTM

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    2/12

    14

    Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)

    I. PENDAHULUAN

    Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM)

    merupakan salah satu fokus kebijakan

    pembangunan transmigrasi yang relevan dengan

    sasaran pokok pengembangan ekonomi lokal dan

    daerah sebagaimana arahan Rencana Strategis

    Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010 - 2014.

    Dalam RPJM disebutkan bahwa sasaran pokok

    dalam upaya peningkatan pengembangan ekonomi

    lokal dan daerah antara lain adalah meningkatnya

    keterkaitan kegiatan ekonomi antara pusat

    pertumbuhan dengan wilayah produksi (hinterland)

    melalui peningkatan fungsi kawasan yang

    berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.

    Kawasan transmigrasi Telang merupakan

    salah satu kawasan transmigrasi yangdikembangkan sebagai Kota Terpadu Mandiri.

    Kawasan ini cukup potensial sebagai pusat

    pertumbuhan baru dan memiliki potensi sumber

    daya alam yang cukup besar yang dapat dijadikan

    sebagai modal dasar dalam membangun

    perekonomian. Di kawasan ini terdapat 32 desa

    terdiri atas 21 desa eks transmigrasi dan 11 desa

    penduduk setempat (Direktorat Perencanaan Teknis

    Pengembangan Masyarakat dan Kawasan, 2007

    dan Kepmen Nakertrans No. 293/MEN/IX/2009).

    Potensi pengembangan usaha di kawasan inicukup baik karena letak lokasi yang strategis

    dengan lahan yang relatif subur, tetapi belum

    tergarap secara optimal. Melalui program

    pengembangan KTM, berbagai rencana telah

    disusun antara lain rencana pembangunan

    infrastrukur, pembangunan pasar modern,

    pengembangan budidaya tanaman pangan dan

    perkebunan, serta agroindustr i. Implementsi

    pembangunan fisik terutama di pusat KTM,

    cenderung lebih cepat dibandingkan dengan

    pembangunan aspek ekonomi, sosial dan budaya

    di kawasan hinterlandKTM. Apabila hal inidibiarkan, maka akan terjadi ketidak-seimbangan

    perkembangan antara pusat KTM dan hinterland

    KTM. Padahal, pusat KTM akan berkembang

    apabila hinterlandKTM juga berkembang. Hal

    senada juga diungkapkan oleh Ernan Rustiadi dan

    S. Hadi (2004), yang menyatakan bahwa proses

    interaksi antar wilayah pedesaan dengan wilayah

    perko taa n ke depan har us dalam konteks

    pembangunan inter-regional berimbang, dimana

    terjadi proses pembagian nilai tambah yang

    seimbang dan proporsional antara keduanya. Diwilayah perdesaan harus dibangun strategi

    pengembangan yang sesuai dengan kondisi

    perdesaan dengan kemampuan tingkat pelyanan

    infrastuktur, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-

    lain yang serta sehingga mampu menggerakkan

    ekonomi perdesaan dan penciptaan nilai tambah

    yang dinikmati oleh pelaku lokal.

    Dari aspek konsumsi, pusat KTM akan

    berkembang, apabila daya beli masyarakat di

    hinterland KTM juga mengalami peningkatan.

    Menurut Stohr (1981) dalam R.G. Mercado (2002),

    teori pusat pertumbuhan trickle down effect

    (dampak penetesan ke bawah) dan spread effect

    (dampak penyebaran) sering gagal apabila aktivitas

    industri di pusat pertumbuhan tidak mempunyai

    hubungan dengan basis sumberdaya di wilayah

    hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di pusat

    tidak cukup menjangkau wilayah hinterland karena

    hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota.Untuk mengatasi masalah demikian, maka

    pembangunan pusat per tumbuhan baru perlu

    dilakukan secara terpadu sehingga terjadi

    keseimbangan pertumbuhan antara pusat KTM

    dengan di bagian hinterland-nya.

    Hasil penelitian Sri Najiyati, dkk. (2010),

    menunjukkan bahwa diperlukan sinergitas kegiatan

    diantara stakeh older untuk menunjang

    keberhasilan pembangunan di kawasan KTM.

    Sinergitas berasal dari kata sinergi. Menurut

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), sinergiberart i kegiatan atau operasi gabungan. Oleh

    sebab itu, sinergitas dalam pembangunan berarti

    keterpaduan berbagai unsur pembangunan yang

    dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih

    besar. Menurut teori sinergitas (James A. F. Stoner

    and Charles Wankel, 1986), tingkat kerjasama yang

    terbaik adalah sinergistik yaitu kerjasama yang

    tinggi, saling mempercayai, dan terpadu sehingga

    menghasilkan keluaran yang lebih besar dari

    penjumlahan hasil keluaran masing-masing pihak.

    Pertanyaannya, apakah betul bahwa sinergitas

    dapat meningkatkan akselerasi ekonomi dalampembangunan hinterland KTM? Pertanyaan ini

    pe rl u dijawab ka rena keyakinan terhadap

    kemanfaatan sinergitas sering menjadi kendala bagi

    terealisasikannya sinergitas di tingkat lapang.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    akselerasi (percepatan) perekonomian masyarakat

    transmigrasi sebagai akibat sinergitas kegiatan

    pengembangan komoditas potensial di Desa Telang

    Rejo yang merupakan salah satu desa di hinterland

    KTM Telang. Untuk maksud tersebut, dalam

    penelitian ini juga dilakukan identifikasi terhadapkendala dan kebutuhan sinergitas kegiatan untuk

    pengembangan komoditas unggulan.

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    3/12

    15

    Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24

    Dalam penelitian ini, sinergitas dibatasi pada

    sinergitas kegiatanstakeholderinstitusi pemerintah

    yang terkait dalam pengembangan komoditas

    potensial di hinterlandKTM Telang. Komoditas

    potensial dalam hal ini adalah komoditas pertanian

    unggulan dan penunjang.

    II. METODE

    Penelitian dilaksanakan di Desa Telang Rejo

    Kecamatan Muara Telang, Kabupaten

    Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan sejak

    tahun 2009 hingga tahun 2010. Kegiatan

    penelitian tahun 2009 meliputi identifikasi kondisi

    ekonomi, potensi komoditas potensial, kendala,

    dan kebutuhan sinergitas untuk akselerasi

    ekonomi. Identifikasi tersebut dilaksanakanmelalui studi pustaka, observasi, dan diskusi

    terfokus. Diskusi terfokus dilaksanakan dua kali,

    yaitu di tingkat lapang dan di kabupaten. Diskusi

    terfokus di lapang dilaksanakan bersama-sama

    antara petani, tokoh masyarakat, dan peneliti.

    Hasil identifikasi ditindaklanjuti dengan diskusi

    terfokus kedua yang dilaksanakan di Dinas

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

    Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dengan

    melibatkanstakeholder yaitu instansi pemerintah

    terkait.Hasil kesepakatan st akeholder

    diimplementasikan pada tahun 2009 - 2010.

    Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap

    akselerasi ekonomi. Data akselerasi ekonomi

    dihimpun melalui observasi, wawancara dengan

    key persondan responden.Key personterdiri atas

    petugas pembina lapang, aparat desa, dan pengurus/

    pengelola lembaga ekonomi.

    Pengamatan terhadap akselerasi ekonomi

    dilakukan melalui metode survei dengan

    responden sebanyak 30 kepala keluarga.

    Responden dipilih secara acak. Selain itu, jugadilakukan wawancara dengan petani kooperator

    sebanyak 20 orang petani. Wawancara dengan

    responden dilakukan sebelum dan sesudah

    dilakukan sinergitas kegiatan.

    Analisis akselerasi ekonomi dilaksanakan

    dengan membandingkan beberapa indikator data

    sebelum dan sesudah dilakukan sinergitas kegiatan.

    Indikator yang digunakan untuk menilai akselerasi

    ekonomi yaitu ketersediaan modal dan sarana

    produksi, penggunaan teknologi, tenaga kerja, serta

    produktivitas yang terkait dengan komoditaspotensial; kelembagaan ekonomi; serta pendapatan

    masyarakat dan petani kooperator.

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Rona Awal Desa Telang Rejo

    Desa Telang Rejo adalah salah satu desa di

    HinterlandKTM Telang yang awalnya merupakan

    permukiman transmigrasi unit 9. Secara geografis

    desa tersebut terletak pada daerah reklamasi rawa

    pasang surut Delta Telang I dan secara administratif

    masuk ke dalam Kecamatan Muara Telang

    Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

    Desa ini mulai ditempati transmigran sejak tahun

    1983 dengan jumlah transmigran sebanyak 500

    Kepala Keluarga (KK). Pada tahun 1987 di desa

    ini mendapat tambahan penempatan Transmigran

    Swakarsa Mandiri (TSM) sebanyak 68 KK. Pada

    tahun 2009 jumlah penduduk Desa Telang Rejosebanyak 600 KK atau 2.913 jiwa.

    1. Aksesibilitas

    Desa Telang Rejo hanya dapat ditempuh

    melalui jalan air dari ibu kota provinsi maupun

    kabupaten dan jalan darat atau air dari ibukota

    kecamatan. Infrastuktur jalan di Desa Telang Rejo

    terdiri dari: (1) Jalan poros yang membelah desa

    dari utara ke selatan dan mempunyai panjang + 8

    Km; (2) jalan utama yang sejajar saluran primer 8

    dari arah timur-barat dan mempunyai panjang 4Km, dan (3) jalan usahatani yaitu jalan ke areal

    pertanian terletak diantara dua petak tersier dengan

    lebar 2 meter. Kesemua jalan tersebut masih berupa

    jal an tanah dan ber fungsi sebaga i sa rana

    transportasi di dalam desa, antara desa serta ke

    lahan pertanian (lahan usaha).

    Untuk sarana transportasi ke luar kecamatan,

    ibukota kabupaten dan ibukota provinsi

    menggunakan sarana transportasi air baik dengan

    speedboat maupun dengan perahu motor. Jarak

    antara Desa Telang Rejo ke ibukota Kecamatan

    Muara Telang (di Desa Telang Jaya) adalah 8 Kmdengan waktu tempuh 30 menit menggunakan

    kendaraan sepeda motor. Jarak ke ibukota

    kabupaten (di Kota Pangkalan Balai) adalah 90 Km

    dengan waktu tempuh 3 jam ditempuh dengan

    speedboat diteruskan kendaran roda empat,

    sedangkan jarak ke ibukota propinsi (di Palembang)

    + 40 Km dengan waktu tempuh 1 jam

    menggunakan speedboat.

    2. Kondisi Lahan

    Lahan di Desa Telang Rejo merupakan lahanpasang surut potensial dan sulfat masam dengan

    kedalaman pirit 30 - 150 Cm dan tipe luapan air

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    4/12

    16

    Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)

    bervariasi dari A hingga B. Jaringan tata air yang

    dibangun adalah sistem drainase terbuka, dengan

    menggunakan saluran primer sebagai saluran

    navigasi yang berhubungan langsung ke sungai.

    Setiap transmigran pada awalnya memperoleh

    lahan seluas 2 Ha terdiri atas 0,5 Ha lahan

    pekarangan dan 1,5 Ha lahan usaha. Saat ini,

    kepemilikan lahan sudah mengalami perubahan.

    Luas kepemilikan lahan saat ini bervariasi antara

    2 hingga 10 Ha/KK karena adanya jual beli

    kepemilikan tanah. Umumnya transmigran yang

    menjual tanah kembali ke desa asalnya. Luas sawah

    di desa ini berkembang menjadi 2.119 Ha termasuk

    lahan Balai Benih Umum (BBU), yang seluruhnya

    sudah digarap.

    3. Kondisi PerekonomianPenduduk Desa Telang Rejo umumnya

    bermata pencaharian sebagai petani (94,16%),

    pedagang (2,87%), dan sisanya sebagai tukang/

    buruh bangunan, buruh tani, montir sepeda motor

    atau TV, penjahit pakaian, pegawai swasta,

    industri pengolahan (penggilingan padi), PNS dan

    lain-lain.

    Komoditas unggulan yang diusahakan petani

    adalah padi dan kelapa. Budidaya padi hanya

    dilakukan satu kali musim tanam dalam setahun.

    Hanya beberapa petani saja yang mengusahakanpadi dua kali panen setiap tahun (IP 200). Sebagian

    transmigran mengelola lahan setelah padi dengan

    tanaman jagung atau sayuran. Di luar musim tanam,

    petani umumnya menganggur atau bekerja di luar

    lokasi.

    Panen padi dilakukan dengan menggunakan

    sabit selanjutnya gabah dirontokkan dengan

    menggunakanpower threserdan dilakukan dengan

    tenaga kerja dalam keluarga secara gotong royong.

    Petani yang memiliki lahan lebih dari 2 Ha,

    mendatangkan tenaga kerja dari luar lokasi dengan

    cara bagi hasil atau bawon 7:1. Setiap 7 karunghasil panen, petani pemilik mendapatkan 6 karung

    dan tenaga panen mendapatkan 1 karung.

    Umumnya petani langsung menjual gabahnya ke

    pedagang. Petani umumnya langsung memasarkan

    padi keti ka masih di sawah, se te lah petani

    menyisihkan sebagian untuk kebutuhan

    keluarganya. Oleh pedagang, padi digiling di tempat

    penggilingan padi yang terletak di dalam atau luar

    desa/kawasan.

    Pada musim tanam tahun berikutnya petani

    telah kehabisan modal, sehingga untuk

    membudidayakan umumnya petani melakukan

    pinjaman modal kepada pedagang yang nantinya

    membeli hasil panen. Pengembalian modal

    diperhitungkan dari hasil panen. Kondisi demikian

    sangat merugikan petani karena selalu terlilit oleh

    pinjaman.

    Komoditas unggulan untuk tanaman tahunan

    adalah kelapa, yang kini telah berumur 25 tahun.

    Panen kelapa dilakukan satu kali per bulan denganproduksi 150-250 butir/0,25 Ha. Pengembangan

    komoditas ini merupakan program pemerintah pada

    dekade tahun 1980-an sehingga saat ini sudah perlu

    diremajakan. Kelapa umumnya dipasarkan ketika

    masih di pohon karena tidak semua petani bisa

    memetik buah kelapa. Oleh pedagang pengumpul,

    buah kelapa dijadikan kopra, lalu dijual kepada

    pedagang besar.

    Komoditas lain seperti ternak dan ikan hanya

    diusahakan sebagai penunjang. Ternak yang

    dipelihara antara lain adalah entog (itik manila) danayam, sedangkan jenis ikan yang umum

    dibudidayakan adalah nila. Komoditas ini umumnya

    dipelihara di lahan pekarangan, di sela-sela tanaman

    kelapa.

    Pendapatan rata-rata masyarakat di Desa

    Telang Rejo sebelum pelaksanaan sinergitas

    sebesar Rp 13.307.700/KK/tahun atau Rp

    228.419/orang/bulan. Rata-rata pendapatan

    tersebut sudah lebih tinggi dari Garis Kemiskinan

    pedesan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009

    (BPS, 2009) sebesar Rp 192.351/kapita/bulan.

    Walaupun demikian, pendapatan tersebut masihdapat ditingkatkan melalui optimalisasi

    pemanfaatan sumberdaya yan g dimi liki

    masyarakat.

    Tabel 1. Pendapatan Penduduk di Desa Telang Rejo, Tahun 2009

    PendapatanNo Sumber Pendapatan

    Rp/KK/Tahun Rp/Kapita/Bulan

    Garis Kemiskinan

    Rp/Kapita/Bulan*)

    1 Usahatani 8.443.700

    2 Buruh tani 2.600.650

    3 Non Pertanian 1.563.350Jumlah 13.307.700

    228.419 192.351

    *) Garis Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2009 (Sumber: BPS, 2009)

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    5/12

    17

    Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24

    B. Kendala dan Kebutuhan Pengembangan

    Komoditas

    Akselerasi perekonomian di Desa Telang

    Rejo dapat diwujudkan melalui pengembangan

    komoditas potensial yang terdiri atas komoditas

    unggulan dan penunjang. Berdasarkan hasil

    obeservasi dan diskusi terfokus dengan petani,

    terpilih lima komoditas unggulan untuk

    dikembangkan di Desa Telang Rejo yakni padi

    dan kelapa sebagai komoditas unggulan dan itik,

    belut, dan ikan nila sebagai komoditas penunjang.

    Untuk mengembangkan komoditas tersebut,

    teridentifikasi potensi dan kendala sebagai

    berikut.

    1. Padi dengan luas 2.119 Ha, umumnya baruditanam satu kali dalam satu tahun dengan

    produksi 3 - 4 ton/Ha. Padi masih dapat ditanam

    menjadi dua kali dalam satu tahun. Komoditas

    ini relatif mudah dipasarkan dan menjadi

    sumber pendapatan utama masyarakat di desa

    Telang Rejo. Masalah yang teridentifikasi

    adalah:

    a. Tata air makro belum sempurna sehingga

    sebagian lahan mengalami banjir. Banjir

    disebabkan oleh jebolnya tanggul saluran

    sekunder di empat titik dan kekuranganpintu-pintu air. Jumlah pintu air yang sudah

    dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum

    sebanyak 24 unit, dari 72 unit yang

    dibutuhkan.

    b. Hama tikus dan penyakit blast menjadi

    masalah yang ditakuti petani. Hama tikus

    merajalela terutama apabila tanam tidak

    serentak.

    c. Ketika musim tanam dan panen, tenaga

    kerja petani umumnya tidak mencukupi.

    Untuk mengatasi masalah tenaga kerja saat

    tanam, langkah-langkah yang sudahdilakukan adalah:

    1) Penggunaan hand traktor untuk

    mengolah tanah. Saat ini sudah tersedia

    34 unit traktor yang umumnya dibeli

    dengan sistem kredit. Umur pemakaian

    traktor berkisar 3 - 4 tahun sehingga

    perlu diremajakan karena sudah tidak

    ekonomis. Saat ini, 12 unit sudah rusak.

    Untuk itu, perlu akses terhadap

    program traktor murah dan kredit

    modal untuk pembelian traktor. Dalamhal ini, petani bersedia untuk

    mengembalikan kredit setiap panen.

    2) Menggunakan metode tanam dengan

    sistem tebar. Kelebihan metode ini

    adalah jumlah tenaga kerja yang

    dibutuhkan untuk menebar benih lebih

    sedikit yaitu 1 orang/3 Ha.

    Kelemahannya, jarak tanam kurang

    teratur, memerlukan banyak tenaga

    kerja untuk sulam dan penjarangan,

    pupuk dan pestisida kurang merata, dan

    produktivitasnya lebih rendah. Hasil

    pengamatan petani ada selisih produksi

    antara 15% - 20% dibandingkan bila

    ditanam secara teratur. Untuk

    mengatasi hal ini, perlu Alat Tanam

    Benih Langsung (Atabela) tetapi yang

    bobotnya ringan dan dapat membuat

    alur sehingga jarak tanam tidakberubah bila sewaktu-waktu benih

    terendam air.

    3) Mendatangkan buruh tani dari Jawa

    pada musim panen selama 10 - 15 hari/

    musim. Berdasarkan perhitungan

    petani, jumlah buruh tani berkisar

    antara 190 - 200 orang/desa.

    2. Kelapa merupakan komoditas tanaman

    tahunan yang menjadi unggulan di Desa Telang

    Rejo. Komoditas ini, dikembangkan di lahan

    pekarangan. Luas lahan pekarangan di DesaTelang Rejo seluas 200 Ha. Rata-rata populasi

    tanaman kelapa di lahan pekarangan 40

    pohon/0,25 Ha. Panen kelapa dilakukan satu

    kali per bulan dengan produksi 150-250 butir/

    0,25 Ha. Harga kelapa saat ini Rp 600/butir di

    pohon dan Rp 1.000/but ir di pedagang.

    Permasalahannya tanaman kelapa di lokasi ini

    telah berumur 25 tahun sehingga produksinya

    sudah mulai menurun dan perlu peremajaan.

    3. Itik terbukti sesuai dibudidayakan di lokasi ini

    karena ketersediaan air dan pakan (dedak) yang

    cukup melimpah saat musim panen sertapeluang pasar telur itik yang cukup besar.

    Ternak ini umumnya sudah dibudidayakan

    secara tradisional di lokasi, jumlahnya terbatas,

    dan untuk dikonsumsi sendiri. Itik perlu

    dikembangkan secara semi intensif dalam skala

    ekonomi, agar dapat menjadi matapencaharian

    yang memberikan pendapatan memadai di luar

    musim panen padi. Persoalannya, petani

    memerlukan pelatihan tentang ramuan pakan,

    unit percontohan, dan bibit yang baik.

    4 . Ikan yang potensial untuk dikembangkan adalahnila, lele dumbo, dan belut. Potensi pasar ketiga

    komoditas tersebut sangat besar. Di lokasi,

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    6/12

    18

    Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)

    harga nila Rp 15.000 - Rp 20.000/Kg, belut

    tangkap Rp 15.000/Kg, belut budidaya Rp

    20.000/Kg, dan lele Rp 15.000/Kg. Potensi yang

    sudah dimiliki masyarakat adalah kolam.

    Persoalannya mereka memerlukan

    pendampingan/pelatihan teknik budidaya dan

    cara pembuatan ramuan pakan yang ekonomis,

    serta bibit yang berkualitas. Untuk itu, perlu

    pembuatan percotohan budidaya ikan.

    Untuk mendukung pengembangan berbagai

    komoditas tersebut, perlu dikembangkan

    Lembaga Keuangan Mikro dan toko sarana

    pr od uksi sebaga i sal ah sa tu un it usaha

    Gapoktan. Melalui lembaga ini, diharapkan

    petani dapat mengakses berbagai program yang

    tersedia di berbagai instansi dan sekaligussebagai sarana pemupukan modal swadaya.

    C. Sinergitas Kegiatan

    Berdasarkan kendala dan kebutuhan untuk

    mempercepat kondisi perekonomian masyarakat

    di Desa Telang Rejo, dapat diketahui bahwa

    kegiatan yang dibutuhkan cukup banyak dan

    menjadi kewenangan banyak instansi pemerintah.

    Oleh sebab itu, dibutuhkan sinergitas kegiatan

    lintas sektor. Hal senada juga dikemukakan olehStephen R. Covey (1993), pembangunan yang

    mengedepankan sinergitas dapat menghasilkan

    keluaran yang lebih baik dan hasil yang lebih

    besar.

    Sebagai tindak lanjut hasil penelitian, telah

    dilakukan diskusi lintas instansi. Diskusi dipimpin

    oleh Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Kabupaten Banyuasin dan dihadiri

    dari instansi (1) Balai Pengkajian Teknologi

    Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan, (2) Direktorat

    Pengembangan Usaha, Ditjen P2MKT

    Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, (3)Puslitbang Ketransmigrasian, Badan Penelitian,

    Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga

    Kerja dan Transmigrasi, (4) Dinas Koperasi, UKM,

    Perindustrian dan Perdagangan, (5) Dinas Pertanian

    dan Peternakan Kabupaten Banyuasin, (6) Dinas

    Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuasin, (7)

    Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

    Banyuasin, (8) Dinas Pengairan Pekerjaan Umum

    Pengairan Kabupaten Banyuasin, dan (9) Dinas

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

    Banyuasin.Sinergi kegiatan yang diperlukan untuk

    akselerasi ekonomi sebagai berikut:

    1. Rehabilitasi tanggul dan pintu-pintu air oleh

    Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi

    Sumatera Selatan. BPTP akan mendampingi

    kelompok P3A Desa Telang Rejo untuk

    membuat usulan kepada Dinas Pengairan

    Pekerjaan Umum.

    2. BPTP Sumatera Selatan dan Dinas Pertanian

    dan Peternakanakan menggerakkan Gapoktan

    dan kelompok tani untuk tanam serempak dan

    tanam padi dengan IP 200.

    3. Pemberian bantuan traktor murah dan

    pemagaran tikus untuk budidaya tanam padi

    dengan fiberglas sebagai percontohan oleh

    Dinas Petanian dan Peternakan.

    4. Pembangunan percontohan budidaya itik dan

    ikan nila dilaksanakan oleh Gapoktan yang

    difasilitasi oleh Direktorat PengembanganUsaha Ditjen P2MKT bekerjasama dengan

    BPTP dan petani.

    5. Pengembangan warung saprodi oleh Gapoktan

    yang difasilitasi oleh Direktorat Pengembangan

    Usaha (Ditjen P2MKT) dan pengembangan

    selanjutnya oleh Dinas Koperasi, UKM,

    Perindustrian dan Perdagangan.

    6. Sosialisasi padi varietas unggul oleh BPTP,

    Dinas Pertanian dan Peternakan, serta Balai

    Benih.

    7. Pemberian bantuan percontohan Atabela olehDirektorat Pengembangan Usaha Ditjen

    P2MKT. Selanjutnya, BPTP mendampingi

    masyarakat untuk membuat sendiri alat

    tersebut, dengan catatan masyarakat

    menyediakan bahan baku secara swadaya.

    8. Pengembangan permodalan melalui Lembaga

    Keuangan Mikro (LKM) yang difasilitasi oleh

    Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kabupaten Banyuasin dan dana BLM-PUAP

    untuk Gapoktan yang difasilitasi oleh Dinas

    Pertanian dan Peternakan Kabupaten

    Banyuasin. Pengembangan LKM oleh DinasKoperasi, UKM, Perindustrian dan

    Perdagangan.

    9. Peremajaan tanaman kelapa oleh masyarakat

    dengan fasilitasi oleh Dinas Kehutanan dan

    Perkebunan Kabupaten Banyuasin.

    Tidak seluruh sinergi kegiatan yang

    dibutuhkan untuk akselerasi ekonomi sebagaimana

    tersebut di atas dilaksanakan. Berikut adalah

    kegiatan-kegiatan yang sudah direalisasikan dan

    perkembangannya.1. Percontohan mesin pengering padi Bahan

    Bakar Sekam (BBS) berkapasitas 10 ton dan

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    7/12

    19

    Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24

    3,5 ton terintegrasi dengan penggilingan padi

    telah dilaksanakan oleh Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) pada tahun 2008.

    Model pengeringan padi ini sekarang sudah

    menyebar di berbagai desa di kawasan KTM

    Telang. Di Desa Telang Rejo, model ini sudahditiru secara swadaya oleh masyarakat dan

    jumlahnya saat ini (Desember 2010) sudah

    Tabel 2. Kendala Pengembangan dan Kebutuhan Sinergitas Kegiatan

    untuk Pengembangan Komoditas Potensial Di Desa Telang Rejo

    No Komoditas Potensi Kendala Kebutuhan Stakeholder Implementasi

    -

    Luas : 2119 Ha, produksi4,31 ton GKG/Ha

    -

    Bisa dua kali panen tetapiumumnya baru 1 kalipanen

    -

    Tata air makrobelum sempurna,

    karena tangguljebol di 4 titik.

    -

    Pintu airterpasang 24 unitdari 72 unit yangdibutuhkan

    -

    Rehabilitasitanggul 4 titik

    -

    Pembangunan48 pintu air

    Dis. PU Pengairan Belumdilaksanakan

    -

    Telah dilakukanpercontohan mesinpengering Bahan BakarSekam oleh BPTP

    Panen padi dimusim hujan,membutuhkan alatpengering

    Modal untukpembangunan alatpengering padi

    -

    Dinas Pertanian danPeternakan

    -

    Mitra usaha

    Secara swadaya

    Rusak 14 unit, -

    Traktor murah-

    Kredit traktor

    Dis. Pertanian danPeternakan

    Belumdilaksanakan

    1 Padi

    -

    Traktor : 34 unit-

    Kesediaan petani untukmembeli traktor sacarakredit

    -

    Tenaga Kerjaterbatas

    -

    Hama tikus danblas

    -

    Atabela-

    Motivasi tanamserentak

    -

    Pagar tikus(fiberglas)

    -

    Dit. PengembanganUsaha

    -

    BPTP-

    Dis. Pertanian danPeternakan

    Dilaksanakantetapi belumoptimal

    Pelatihan/pengawalan budidaya,manajemen, danteknik pembuatanpakan murah

    -

    BPTP-

    Dit. PengembanganUsaha

    Bibit skalaekonomi tingkatpetani kooperator

    -

    BPTP-

    Dinas Kelauatandan Perikanan

    Rehab kolam Masyarakat

    Dilaksanakantetapi belumoptimal

    2 Ikan Nila -

    Kolam sederhana, airmemadai sepanjang tahun(kecuali kemarau panjang)

    -

    Peluang pasar besar

    -

    Teknik budidaya-

    Teknikpembuatanramuan(formulasi) pakanmurah bahanlokal

    -

    Ketersedian bibit

    Pengembangansacara luas

    -

    Dinas Kelauatandan Perikanan

    -

    Masyarakat

    Belumdilaksanakan

    Pelatihan/pengawalan budidaya,manajemen, danteknik penetasan

    -

    BPTP-

    Dit. PengembanganUsaha

    Dilaksanakan

    Bibit skalaekonomi tingkatpetani kooperator

    Dit PengembanganUsaha

    Dilaksanakan

    Kandang Masyarakat Dilaksanakan

    3 Itik -

    Sebagian sudahmemelihara itik sacaratradisioal

    -

    Peluang pasar cukup besar

    -

    Potensi pakan cukup-

    Masyarakat bersediamenyediakan kandang danpakan.

    -

    Teknik Budidayadan manajemenskala ekonomi

    -

    Teknik Penetasan

    -

    Ketersediaan bibitunggul

    Pengembangansecara luas

    -

    Dinas Pertanian danPeternakan

    -

    Masyarakat

    Belumdilaksnakan

    4 Kelapa -

    Setiap lahan pekarangandikembangkan tanamankelapa dengan rata-ratapopulasi 40 pohon/0,25 Ha

    -

    Produksi 150-250butir/0,25 Ha

    -

    Kelapa yang telahberumur 25tahun

    -

    Harga kelapamurah

    -

    Teknologi pascapanen terbatas

    -

    Pemasaranterbatas

    -

    Teknologipengolahanhasil kelapa danlimbahnya

    -

    Peremajaantanaman kelapa

    -

    Pemasaran hasil

    -

    BPTP

    - Dinas Kehutanandan Perkebunan

    -

    Dinas Koperasi,UKM, Perindustriandan Perdagangan

    -

    Mitra usaha

    Belumdilaksanakan

    Pendampingan -

    BPTP-

    Dis. NakertransProv/Kab

    -

    Dinas Koperasi,UKM, Perindustriandan Perdagangan

    Modal Dit. PengembanganUsaha

    5 Pengemba-nganWarungSaprodi danLKM

    -

    Kebutuhan saprodi cukupbesar, tetapi belum adawarung saprodi di lokasi

    -

    Gapoktan memiliki seksisaprodi, tetapi belum jalan

    -

    Keterbatasan kompetensiSDM dalam menjalinkerjasama dengandistributor

    -

    Kebutuhan modal usahatani padi setiap musimtanam relatif tinggi

    -

    Kompetensi SDMdalam mengelolawarungsaprodi/LKMterbatas

    -

    Modal stimulan-

    Tempat usahabelum ada

    Penyediaan tempatusaha

    Masyarakat

    Dilaksanakanbelum optimal

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    8/12

    20

    Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)

    mencapai 9 unit dengan kapasitas 3-5 ton/8

    Jam.

    2. Pada tahun 2009, Gapoktan memperoleh

    bantuan Program Usaha Agribisnis Pertanian

    (PUAP) dari Dinas Pertanian dan Peternakan

    Kabupaten Banyuasin sebesar Rp 100 juta dan

    telah disalurkan kepada kelompok tani untuk

    modal penanaman padi.

    3. Percontohan budidaya ternak itik, dan ikan nila

    merupakan kegiatan usahatani dalam rangka

    diversifikasi pangan dan sumber pendapatan

    selama petani menunggu masa panen padi.

    Budidaya ternak itik dan ikan nila di Desa

    Telang Rejo dilaksanakan oleh 10 petani

    kooperator. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa

    budidaya ikan nila belum berkembang secara

    ekonomis. Tidak berkembangnya budidaya ikannila karena masih banyak hama ular yang

    memakan ikan nila di dalam kolam. Namun,

    kedua komoditas tersebut sangat bermanfaat

    dalam peningkatan diversifikasi pangan dan

    peningkatan gizi masyarakat. Itik berkembang

    cukup pesat pada salah satu kelompok tani

    yaitu kelompok Cahaya Tani. Sebagian besar

    kelompok tani ini berasal dari daerah Brebes

    sehingga sudah terbiasa untuk

    membudidayakan komoditas ini.

    Kepemilikannya saat ini mencapai 25 - 75ekor/KK. Kendala yang masih dirasakan

    adalah hama anjing liar dan luwak serta pakan

    yang terbatas di luar musim panen padi. Untuk

    itu, BPPT berencana akan mendesiminasikan

    teknologi pengawetan pakan dengan bahan

    baku limbah padi.

    4. Atabela untuk percontohan telah dibagikan

    sebanyak 6 unit dengan luas lahan percontohan

    untuk pertanaman Atabela kurang lebih 5 Ha.

    Di Desa Telang Rejo, Atabela tersebut kurang

    dimanfaatkan secara optimal karena dianggap

    kurang praktis. Di desa lain yang petaninyapernah mengikuti pelatihan Atabela tipe Bali di

    Desa Telang Rejo justru mengembangkan alat

    tersebut karena dinilai lebih menghemat benih

    dan memudahkan cara kerja.

    5. Warung saprodi di desa ini terbukti bermanfaat

    membantu petani dalam penyediaan saprodi

    untuk budidaya padi, ternak, dan ikan. Oleh

    sebab itu, untuk mendorong petani

    mengembangkan padi IP 200 dan juga komoditas

    lainnya, pada Tahun 2010, Direktorat

    Pengembangan Usaha terus memberi doronganbagi berkembangnya warung saprodi yang sudah

    dibentuk tahun 2009.

    6. Pada tahun 2009, LKM BMT-Trans telah

    terbentuk untuk mendukung penyediaan

    permodalan bagi petani. Pada saat ini, modal

    sudah berkembang menjadi Rp 60 juta. Selain

    itu, Gapoktan juga memperoleh bantuan

    Program Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP)

    dari Dinas Pertanian dan Peternakan

    Kabupaten Banyuasin sebesar Rp 100 juta dan

    telah disalurkan kepada kelompok tani untuk

    modal penanaman padi.

    7. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten

    Banyuasin pada tahun 2010 memberikan

    bantuan fiber glassuntuk percontohan pagar

    lahan sawah seluas 50 Ha. Pada bulan

    Desember 2010, percontohan padi sudah

    berumur 30 hari dan menunjukkan hasi l

    pertumbuhan yang cukup baik.

    Hasil wawancara dengan intansi terkait

    menunjukkan bahwa kendala sinergitas antara lain

    adalah kurangnya komunikasi dan kesadaran akan

    pentingya sinergitas untuk percepatan pencapaian

    hasil, serta adanya prioritas kegiatan yang sudah

    diprogramkan oleh masing-masing instansi.

    Peningkatan sinergitas kegiatan dalam rangka

    akselerasi perekononiman di hinterland KTM

    tersebut antara lain dapat dilaksanakan melalui

    penyusunan rencana bersama yang disusun jauhsebelum implementasi kegiatan dan disepakati

    bersama diantara kepala instansi terkait.

    D. Analisis Akselerasi Perekonomian

    Analisis akselerasi perekonomian

    menggunakan indikator ketersediaan modal dan

    sarana produksi, penggunaan teknologi, tenaga

    kerja, serta produktivitas yang terkait dengan

    komoditas potensial; kelembagaan ekonomi; serta

    pendapatan masyarakat dan petani kooperator.

    Secara umum, indikator tersebut menunjukkanadanya perubahan positif yang menunjukkan adanya

    akselerasi ekonomi. Walaupun demikian, akselerasi

    tersebut tidak semata-mata karena adanya

    implementasi kegiatan tetapi juga ada program atau

    faktor lain yang tidak teridentifikasi dalam penelitian

    ini.

    Komoditas yang mengalami perkembangan

    sesudah implementasi kegiatan adalah padi dan itik.

    Sedangkan ikan belum berkembang karena masih

    terbatas untuk menambah gizi keluarga. Palawija,

    sayuran, dan kelapa masih seperti semula. Padi IP200 yang semula tidak pernah dilakukan saat ini

    masyarakat telah memulai mengembangkan IP 200

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    9/12

    21

    Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24

    meskipun masih terbatas (2%). Itik yang semula

    terbatas pada itik manila untuk mencukupi kebutuhan

    keluarga, bertambah dengan jenis itik Pegagan yang

    diusahakan dengan skala ekonomi walaupun

    jumlahnya masih terbatas.

    Sumber permodalan untuk pengembangan

    komoditas padi mengalami perubahan. Pada

    awalnya, 78% masyarakat mengandalkan modal

    pinjaman dari tengkulak dan toko saprodi yang

    berada di ibukota kecamatan. Kedua sumber

    tersebut dirasakan kurang menguntungkan karena

    bunga pinjaman yang tinggi (10%/bulan) dan

    transportasi ke ibukota kecamatan sering mengalami

    kendala terutama bila musim hujan. Pinjaman dari

    Gapoktan (PUAP dan warung saprodi) dapat

    membantu kebutuhan modal petani.

    Ketergantungan modal dari tengkulak dan tokosaprodi di ibukota kecamatan berkurang dari 78%

    menjadi 49% karena adanya warung saprodi,

    simpan pinjam di Gapoktan, LKM, dan peningkatan

    modal sendiri.

    Masyarakat di Telang Rejo membeli sarana

    produksi di warung saprodi dengan dua cara yaitu

    secara kontan dan hutang. Agar modal terus

    berputar, pengelola saprodi membatasi jumlah

    piutang paling banyak 20% dan tiap petani tidak

    boleh meminjam saprodi senilai lebih Rp 500.000.

    Dibanding dengan kebutuhan saprodi untukbertanam padi di tiap musimnya, warung saprodi

    ini hanya mampu mencukupi kebutuhan sekitar 27%

    dari seluruh masyarakat di Desa Telang Rejo karena

    terbatasnya modal. Kebutuhan lainnya dicukupi dari

    warung saprodi di ibukota kecamatan.

    Keberadaan warung saprodi di desa secara

    otomatis juga meningkatkan ketersediaan saprodi

    di lokasi. Pada rona awal, 13% kebutuhan saprodi

    tercukupi dari penjual di desa dan 87% tercukupi

    dari luar desa. Kondisi ini berubah menjadi 37%

    kebutuhan saprodi tercukupi dari penjual di desa

    (terdiri atas 87% dari warung saprodi dan 13% darisumber lainnya). Ini berarti terjadi penghematan

    biaya produksi untuk ongkos pembelian ke ibukota

    kecamatan yang jalannya relatif sulit ditempuh pada

    musim hujan. Berkembangnya warung saprodi

    membuka peluang pasar bagi distributor pupuk dan

    pestisida untuk menitipkan barang dagangan. Sisi

    lain masyarakat dapat dengan mudah mencukupi

    kebutuhan saprodi tidak hanya untuk padi tetapi juga

    untuk komoditas lainnya seperti ternak, ikan, serta

    sayuran.

    Dari aspek teknologi, terdapat beberapaperkembangan walaupun belum sepert i yang

    diharapkan. Tanam padi sistem sebar masih

    mendominasi cara tanam di desa ini. Penanaman

    padi sudah dilakukan secara serentak, tetapi

    terbatas pada IP 100. Sedangkan IP 200 hanya 2%,

    sementara masyarakat lainnya belum tertarik untuk

    melakukan IP 200. Penggunaan peralatan

    pengeringan padi sistem sekam atau modifikasinya,

    berkembang dari 3 unit di tahun 2009 menjadi 9

    unit pada tahun 2010.

    Dari sisi tenaga kerja, terdapat penurunan

    jumlah petani yang tidak memiliki aktivitas di luar

    musim tanam padi IP 100. Artinya, terjadi perluasan

    kesempatan kerja karena sebagian petani telah

    mengembangkan padi IP 200. Produktivitas padi

    juga meningkat walaupun belum terlalu banyak yaitu

    dari rata-rata 4,31 ton GKG/Ha menjadi 4,67 ton

    GKG/Ha. Demikian pula pendapatan rata-rata

    penduduk meningkat dari Rp 3.307.700/KK/Tahunmenjadi Rp 14.872.570/KK/Tahun atau meningkat

    11,8%. Sementara itu, pendapatan petani

    kooperator padi IP 200 meningkat dari Rp

    14.503.900/KK/tahun menjadi Rp 18.475.600/KK/

    tahun atau meningkat 27,3%. (Akselerasi Ekonomi

    Sebelum dan Sesudah Sinergitas disajikan pada

    Tabel 3).

    Hasil diskusi dengan tokoh masyarakat, petani,

    dan peneliti dari BPTP, akselerasi ekonomi

    sebetulnya masih dapat ditingkatkan lagi apabila

    seluruh kegiatan yang dibutuhkan dapatdilaksanakan. Sebagai contoh, perbaikan tata air

    makro belum dapat dilaksanakan sehingga sebagian

    lahan masih mengalami banjir dan tidak dapat

    melaksanakan penanaman padi sebanyak dua kali

    secara optimal. Bantuan kredit traktor belum dapat

    dilaksanakan sehingga sebagian lahan mengalami

    keterlambatan penanaman sebagai akibat

    keterbatasan jumlah traktor. Faktor lain yang tidak

    kalah penting adalah kesadaran petani untuk tanam

    serempak, terutama pada IP 200 agar serangan

    hama tikus pada periode penanaman ini tidak terlalu

    berat. Oleh sebab itu, pendampingan oleh PPLuntuk terus memotivasi kelompok tani agar tanam

    serempak pada IP 200 dan bantuan pemagaran di

    lahan sawah untuk mencegah serangan hama tikus;

    perlu ditingkatkan.

    IV. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil

    penelitian sebagai berikut.

    1. Terjadi akselerasi ekonomi sebagai akibat

    sinergitas kegiatan pengembangan komoditaspotensial di Desa Telang Rejo. Akselerasi

    tersebut terlihat dari aspek ketersediaan modal

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    10/12

    22

    Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)

    dan saprodi, penggunaan teknologi, tenaga kerja,

    kelembagaan, produktivitas padi, dan

    pendapatan.

    2. Belum seluruh kebutuhan sinergitas kegiatan

    dapat dilaksanakan. Kendalanya antara lain

    adalah kurangnya komunikasi dan kesadaran

    akan pentingya sinergitas untuk percepatan

    pencapaian hasil, serta adanya kegiatan yang

    sudah diprogramkan oleh masing-masing instansi.

    3. Pengembangan komoditas padi dan kelapa

    sebagai komoditas unggulan dan itik sebagai

    penunjang yang dapat memberikan penghasilan

    di luar musim tanam.

    4. Pengembangan komoditas padi dapat

    dilaksankan melalui peningkatan IP 100

    menjadi IP 200. Kendala pengembangankomoditas padi terutama adalah tata air makro,

    serangan hama tikus, dan kebutuhan tenaga

    Tabel 3. Akselerasi Ekonomi Di Desa Telang Rejo

    Sebelum dan Sesudah Sinergitas (Tahun 2009-2010)

    No Uraian Sebelum Sesudah

    Komoditas

    Unggulan

    Padi IP 100 (89%) Padi IP 200 (0%) Kelapa : sudah tua, belum

    diremajakan, teknologi pasca panenbelum berkembang

    Padi IP : 100 (99%) Padi IP : 200 (2%) Kelapa sudah tua, belum diremajakan,

    teknologi pasca panen belum berkembang

    1

    Penunjang Itik: dibudidayakan secara tradisional,jumlah terbatas, untuk konsumsisendiri

    Ikan: konsumsi keluarga

    Itik: dikembangkan secara ekonomis untuktambahan pendapatan sepanjang tahun

    Ikan: konsumsi keluarga

    2 Permodalan Mengandalkan pinjaman dariTengkulak dan toko saprodi di luarlokasi (78%)

    Modal sendiri (15%) Lain-lain (7%)

    Pinjaman dari Tengkulak dan toko saprodidi luar lokasi (49%)

    Modal sendiri (17%)

    Pinjaman dari Gapoktan (Warungsaprodi/PUAP (27%)

    Lain-lain (7%)3 Ketersediaan

    saprodi 13% tercukupi dari penjual di desa

    87% tercukupi dari luar desa 37% tercukupi dari penjual di desa

    63% tercukupi dari penjual di luar desa

    Tanam padi sistem hambur (100%) Tanam padi sistem hambur (97,5%)

    Tanam padi sistem Atabela dengan jarakteratur (2,5%, percontohan)

    Pengendalian hama tikus sistemgropyok

    Pengendalian hama tikus sistem pagarplastik dan fiberglas (2,4%)

    Tanam serentak

    4 Teknologi

    1 unit percontohan pengeringan padi(2008)

    2 unit pengeringan padi swadaya(2009)

    9 unit pengeringan padi (satu unitpercontohan, 8 unit swadaya)

    5 Tenaga Kerja

    26,3% petani di luar musim tanamtidak bekerja

    21,1% petani di luar musim tanam tidakbekerja

    Kelembagaan teknis: Kelompoktani, Gapoktan

    Kelembagaan teknis : kelompok tani,Gapoktan

    6 Kelembagaan

    Kelembagaan ekonomi : belum ada Kelembagaan ekonomi : LKM/Warungsaprodi/unit simpan pinjam Gapoktan

    telah ada

    8 Produktivitas padi 4,31 ton GKG/Ha 4, 67-6 Ton GKG/Ha

    9 Pendapatan rata-rata masyarakat(Rp/KK/Th)

    Rp 13.307.700/tahun Rp 14.872.570/tahun (naik 11,8%)

    10 Pendapatan rata-rata petanikooperator padi (IP

    200)

    Rp 14.503.900/tahun Rp 18.475.600/tahun (naik 27,3%)

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    11/12

    23

    Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24

    kerja yang tidak merata. Upaya yang masih

    diperlukan dalam rangka peningkatan IP 100

    menjadi IP 200 adalah perbaikan tanggul dan

    pintu-pintu air, peningkatan kekompakan petani

    untuk tanam serentak, pengendalian hama

    tikus terutama pada IP 200, bantuan kredit

    traktor, pendampingan warung saprodi dan

    LKM.

    5. Komoditas penunjang yang potensial untuk

    dikembangkan adalah itik. Pemilihan kelompok

    yang memiliki bakat dan ketertarikan budidaya

    itik menjadi kunci keberhasilan pengembangan

    komoditas ini. Kendala yang masih dirasakan

    adalah hama anjing liar dan luwak serta pakan

    (dedak) yang terbatas di luar musim panen padi.

    6. Sinergitas kegiatan lintas sektor sangat

    diperlukan untuk mengatasi kendala tersebut.Kendala sinergitas adalah keterbatasan

    anggaran di masing-masing sektor terkait

    dengan prioritas kegiatan di lokasi lain yang

    dipandang lebih mendesak.

    Berdasarkan kesimpulan tersebut, dirumuskan

    saran sebagai berikut.

    1. Akselerasi perekonomian di hinterlandKTM

    Telang perlu dilaksanakan melalui sinergitas

    kegiatan pengembangan komoditas unggulan

    yang didukung dengan komoditas penunjang.2. Upaya akselerasi perekonomian melalui

    sinergitas kegiatan pengembangan komoditas

    di Desa Telang Rejo perlu ditindaklanjuti.

    Sinergitas yang masih diperlukan antara lain

    sebagai berikut.

    a. Prioritas kegiatan diarahkan bagi upaya-

    upaya untuk mendorong peningkatan

    intensifikasi padi dari IP I00 menjadi IP 200/

    300, dengan prioritas kegiatan sebagai

    berikut:

    1) Dinas Pekerjaan Umum melanjutkan

    pembangunan pintu-pintu air sertamemperbaiki tanggul-tanggul yang

    sudah mengalami kerusakan. Di Desa

    Telang Rejo, kekurangan pintu air

    sebanyak 48 unit.

    2) Penyuluh pertanian perlu mendorong

    kekompakan seluruh kelompok tani

    agar bertanam padi dengan IP 200.

    Tanpa kekompakan, penanaman IP 200

    hanya akan menghasilkan produksi

    yang rendah karena serangan hama

    tikus. Semakin banyak petani yangmenanam IP 200, semakin kecil

    intensitas serangan tikus.

    3) Dinas Pertanian dan Peternakan perlu

    memfasilitasi bantuan kredit traktor

    dan bantuan pemagaran di lahan

    sawah untuk mencegah serangan

    hama tikus.

    4) Dinas Pertanian dan Peternakan serta

    Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian

    dan Perdagangan perlu mendampingi

    warung saprodi dan LKM agar dapat

    lebih berkembang dan mampu

    memenuhi permodalan masyarakat

    dalam memenuhi kebutuhan sarana

    produksi.

    b. Perlu di lakukan peremajaan tanaman

    kelapa dan introduksi teknologi pengolahan

    kelapa sebagai komoditas unggulan

    tanaman tahunan.c. Komoditas penunjang yang potensial untuk

    dikembangkan adalah itik. Guna

    mengembangkan komoditas ini, Dinas

    Pertanian dan Peternakan perlu

    mengadakan pendampingan terhadap

    Kelompok Tani. Sementara itu, BPTP

    Provinsi Sumatera Selatan perlu segera

    mendesiminasikan teknologi pengawetan

    pakan itik dengan bahan baku bekatul.

    d. Upaya meningkatkan sinergitas kegiatan

    dalam rangka akselerasi perekononimanmasyarakat transmigrasi di hinterland

    KTM di lokasi lain, antara lain melalui

    penyusunan rencana bersama yang disusun

    satu tahun sebelum implementasi kegiatan

    dan ditandatangani bersama diantara kepala

    instansi terkait.

    DAFTAR PUSTAKA

    Direktorat Perencanaan Teknis Pengembangan

    Masyarakat dan Kawasan. 2007. Studi

    Perencanaan Pembangunan KTM Telang.Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan

    Pemerintah Kabupaten Banyuasin.

    Banyuasin.

    Covey, S. R. 1993. Principles Centered

    Leadershi. Covey Co. Franklin.

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    R.I. Nomor KEP.293/MEN/IX/2009 tentang

    Penetapan Lokasi Kota Terpadu Mandiri

    (KTM) di Kawasan Transmigrasi.

    Najiyati, S, dkk. 2010. Studi Partisipasi dan

    Sinergitas Komunitas PembangunanKTM.Puslitbang Ketransmigrasian, belum

    diterbitkan.

  • 7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang

    12/12

    24

    Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)

    Mercado, R. G. 2002. Regional Development in

    The Philippine: A Review of xperience,

    State of The Art and Agenda for Research

    and Action, Discussion Paper Series.

    Phillipine Institute for Development Studies.

    Peraturan Pemerintah Nomor: 5 Tahun 2010

    tentang Rencana Strategis Jangka

    Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-

    2014.

    Rustiadi, E dan S. Hadi. 2004. Pengembangan

    Agropolitan sebagai Strategi Pembanguan

    Perdesaan dan Pembangunan Berimbang.

    Makalah Workshop dan Seminar Nasional

    Pengembangan Agropolitan sebagai strategi

    Pembanguan Perdesaan dan Wilayah secara

    Berimbang. Bogor.

    Stoner, J. A. F. and Charles Wankel. 1986.

    Managemen t. 3 d, Prentice Hall

    International Inc. London.