akselerasi perekonomian masyarakat transmigrasi di hinterland kota terpadu mandiri telang
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
1/12
13
Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24
DanartiPusat Penelitian dan Pengembangan Ketransmigrasian, Kemenakertrans
Jln. TMP. Kalibata No. 17, JakartaTelepon/Faks. (021) 7971010
Email:[email protected]: 15 April 2011, Disetujui: 19 Mei 2011
AKSELERASIPEREKONOMIAN MASYARAKAT TRANSMIGRASI
DI HINTERLAND KOTA TERPADU MANDIRI TELANG
Acceleration of Economic Improvementin The Hinterland Area of Telang Transmigration Economic Zone
Abstract
The development of Kota Terpadu Mandiri (KTM) is one of transmigration policy issues which is relevant to the
objectives of RPJM 2010-2014. One of the keys to accelerate the economic development in KTM is the synergy of
related institution. The purpose of the study is to know the impact of potential commodity development programs
and actions synergy on the acceleration of economic improvement in Telang Rejo village as a hinterland KTM. It
was conducted from year 2009 to 2010. The research in 2009 included identification of economic condition,
potential commodities, obstacle, and synergic needs to accelerate economy. Identification was conducted through
literature study, observation, and focused discussion at village and district levels. The research was continued in
2010 through observation and analysis of economic improvement. The analysis was conducted by comparing some
indicators (funds and production infrastructures, technology, manpower, institutions, potential commodities
productivity, and income) before and after synergy was conducted. The result shows that action synergy can acceleratethe economy of people in KTM, although all actions needed are not completely implemented yet.
Keywords: economic acceleration, synergy, potential commodity, hinterland area
Abstrak
Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM) merupakan salah satu focus kebijakan pembangunan transmigrasi
yang relevan dengan sasaran pokok RPJM 2010-2014. Salah satu kunci untuk mempercepat perekonomian masyarakat
transmigrasi di hinterland KTM adalah sinergitas instansi terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akselerasi
perekonomian masyarakat transmigrasi yang terjadi sebagai akibat sinergitas kegiatan pengembangan komoditas
potensial di Desa Telang Rejo sebagai salah satu hinterland KTM Telang. Penelitian dilaksanakan selama dua tahun
dari tahun 2009 sampai dengan 2010. Kegiatan penelitian tahun 2009 meliputi identifikasi kondisi ekonomi, potensi
komoditas potensial, kendala, dan kebutuhan sinergitas untuk akselerasi ekonomi. Identifikasi dilaksanakan melaluistudi pustaka, obervasi, dan diskusi terfokus di tingkat lapang dan di kabupaten. Penelitian dilanjutkan pada tahun
2010 melalui pengamatan dan analisis akselerasi ekonomi. Analisis akselerasi ekonomi dilaksanakan dengan
membandingkan beberapa indikator yaitu ketersediaan modal dan saprodi, teknologi, tenaga kerja, kelembagaan,
produktivitas komoditas potensial, dan pendapatan; pada sebelum dan sesudah dilakukan sinergitas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sinergitas kegiatan dapat mendorong akselerasi ekonomi masyarakat di hinterland KTM, walaupun
belum seluruh kegiatan yang dibutuhkan dapat diimplementasikan.
Kata Kunci: akselerasi ekonomi, sinergitas, komoditas potensial, hinterland KTM
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
2/12
14
Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)
I. PENDAHULUAN
Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM)
merupakan salah satu fokus kebijakan
pembangunan transmigrasi yang relevan dengan
sasaran pokok pengembangan ekonomi lokal dan
daerah sebagaimana arahan Rencana Strategis
Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010 - 2014.
Dalam RPJM disebutkan bahwa sasaran pokok
dalam upaya peningkatan pengembangan ekonomi
lokal dan daerah antara lain adalah meningkatnya
keterkaitan kegiatan ekonomi antara pusat
pertumbuhan dengan wilayah produksi (hinterland)
melalui peningkatan fungsi kawasan yang
berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.
Kawasan transmigrasi Telang merupakan
salah satu kawasan transmigrasi yangdikembangkan sebagai Kota Terpadu Mandiri.
Kawasan ini cukup potensial sebagai pusat
pertumbuhan baru dan memiliki potensi sumber
daya alam yang cukup besar yang dapat dijadikan
sebagai modal dasar dalam membangun
perekonomian. Di kawasan ini terdapat 32 desa
terdiri atas 21 desa eks transmigrasi dan 11 desa
penduduk setempat (Direktorat Perencanaan Teknis
Pengembangan Masyarakat dan Kawasan, 2007
dan Kepmen Nakertrans No. 293/MEN/IX/2009).
Potensi pengembangan usaha di kawasan inicukup baik karena letak lokasi yang strategis
dengan lahan yang relatif subur, tetapi belum
tergarap secara optimal. Melalui program
pengembangan KTM, berbagai rencana telah
disusun antara lain rencana pembangunan
infrastrukur, pembangunan pasar modern,
pengembangan budidaya tanaman pangan dan
perkebunan, serta agroindustr i. Implementsi
pembangunan fisik terutama di pusat KTM,
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan
pembangunan aspek ekonomi, sosial dan budaya
di kawasan hinterlandKTM. Apabila hal inidibiarkan, maka akan terjadi ketidak-seimbangan
perkembangan antara pusat KTM dan hinterland
KTM. Padahal, pusat KTM akan berkembang
apabila hinterlandKTM juga berkembang. Hal
senada juga diungkapkan oleh Ernan Rustiadi dan
S. Hadi (2004), yang menyatakan bahwa proses
interaksi antar wilayah pedesaan dengan wilayah
perko taa n ke depan har us dalam konteks
pembangunan inter-regional berimbang, dimana
terjadi proses pembagian nilai tambah yang
seimbang dan proporsional antara keduanya. Diwilayah perdesaan harus dibangun strategi
pengembangan yang sesuai dengan kondisi
perdesaan dengan kemampuan tingkat pelyanan
infrastuktur, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-
lain yang serta sehingga mampu menggerakkan
ekonomi perdesaan dan penciptaan nilai tambah
yang dinikmati oleh pelaku lokal.
Dari aspek konsumsi, pusat KTM akan
berkembang, apabila daya beli masyarakat di
hinterland KTM juga mengalami peningkatan.
Menurut Stohr (1981) dalam R.G. Mercado (2002),
teori pusat pertumbuhan trickle down effect
(dampak penetesan ke bawah) dan spread effect
(dampak penyebaran) sering gagal apabila aktivitas
industri di pusat pertumbuhan tidak mempunyai
hubungan dengan basis sumberdaya di wilayah
hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di pusat
tidak cukup menjangkau wilayah hinterland karena
hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota.Untuk mengatasi masalah demikian, maka
pembangunan pusat per tumbuhan baru perlu
dilakukan secara terpadu sehingga terjadi
keseimbangan pertumbuhan antara pusat KTM
dengan di bagian hinterland-nya.
Hasil penelitian Sri Najiyati, dkk. (2010),
menunjukkan bahwa diperlukan sinergitas kegiatan
diantara stakeh older untuk menunjang
keberhasilan pembangunan di kawasan KTM.
Sinergitas berasal dari kata sinergi. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), sinergiberart i kegiatan atau operasi gabungan. Oleh
sebab itu, sinergitas dalam pembangunan berarti
keterpaduan berbagai unsur pembangunan yang
dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih
besar. Menurut teori sinergitas (James A. F. Stoner
and Charles Wankel, 1986), tingkat kerjasama yang
terbaik adalah sinergistik yaitu kerjasama yang
tinggi, saling mempercayai, dan terpadu sehingga
menghasilkan keluaran yang lebih besar dari
penjumlahan hasil keluaran masing-masing pihak.
Pertanyaannya, apakah betul bahwa sinergitas
dapat meningkatkan akselerasi ekonomi dalampembangunan hinterland KTM? Pertanyaan ini
pe rl u dijawab ka rena keyakinan terhadap
kemanfaatan sinergitas sering menjadi kendala bagi
terealisasikannya sinergitas di tingkat lapang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
akselerasi (percepatan) perekonomian masyarakat
transmigrasi sebagai akibat sinergitas kegiatan
pengembangan komoditas potensial di Desa Telang
Rejo yang merupakan salah satu desa di hinterland
KTM Telang. Untuk maksud tersebut, dalam
penelitian ini juga dilakukan identifikasi terhadapkendala dan kebutuhan sinergitas kegiatan untuk
pengembangan komoditas unggulan.
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
3/12
15
Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24
Dalam penelitian ini, sinergitas dibatasi pada
sinergitas kegiatanstakeholderinstitusi pemerintah
yang terkait dalam pengembangan komoditas
potensial di hinterlandKTM Telang. Komoditas
potensial dalam hal ini adalah komoditas pertanian
unggulan dan penunjang.
II. METODE
Penelitian dilaksanakan di Desa Telang Rejo
Kecamatan Muara Telang, Kabupaten
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan sejak
tahun 2009 hingga tahun 2010. Kegiatan
penelitian tahun 2009 meliputi identifikasi kondisi
ekonomi, potensi komoditas potensial, kendala,
dan kebutuhan sinergitas untuk akselerasi
ekonomi. Identifikasi tersebut dilaksanakanmelalui studi pustaka, observasi, dan diskusi
terfokus. Diskusi terfokus dilaksanakan dua kali,
yaitu di tingkat lapang dan di kabupaten. Diskusi
terfokus di lapang dilaksanakan bersama-sama
antara petani, tokoh masyarakat, dan peneliti.
Hasil identifikasi ditindaklanjuti dengan diskusi
terfokus kedua yang dilaksanakan di Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dengan
melibatkanstakeholder yaitu instansi pemerintah
terkait.Hasil kesepakatan st akeholder
diimplementasikan pada tahun 2009 - 2010.
Selanjutnya, dilakukan pengamatan terhadap
akselerasi ekonomi. Data akselerasi ekonomi
dihimpun melalui observasi, wawancara dengan
key persondan responden.Key personterdiri atas
petugas pembina lapang, aparat desa, dan pengurus/
pengelola lembaga ekonomi.
Pengamatan terhadap akselerasi ekonomi
dilakukan melalui metode survei dengan
responden sebanyak 30 kepala keluarga.
Responden dipilih secara acak. Selain itu, jugadilakukan wawancara dengan petani kooperator
sebanyak 20 orang petani. Wawancara dengan
responden dilakukan sebelum dan sesudah
dilakukan sinergitas kegiatan.
Analisis akselerasi ekonomi dilaksanakan
dengan membandingkan beberapa indikator data
sebelum dan sesudah dilakukan sinergitas kegiatan.
Indikator yang digunakan untuk menilai akselerasi
ekonomi yaitu ketersediaan modal dan sarana
produksi, penggunaan teknologi, tenaga kerja, serta
produktivitas yang terkait dengan komoditaspotensial; kelembagaan ekonomi; serta pendapatan
masyarakat dan petani kooperator.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rona Awal Desa Telang Rejo
Desa Telang Rejo adalah salah satu desa di
HinterlandKTM Telang yang awalnya merupakan
permukiman transmigrasi unit 9. Secara geografis
desa tersebut terletak pada daerah reklamasi rawa
pasang surut Delta Telang I dan secara administratif
masuk ke dalam Kecamatan Muara Telang
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
Desa ini mulai ditempati transmigran sejak tahun
1983 dengan jumlah transmigran sebanyak 500
Kepala Keluarga (KK). Pada tahun 1987 di desa
ini mendapat tambahan penempatan Transmigran
Swakarsa Mandiri (TSM) sebanyak 68 KK. Pada
tahun 2009 jumlah penduduk Desa Telang Rejosebanyak 600 KK atau 2.913 jiwa.
1. Aksesibilitas
Desa Telang Rejo hanya dapat ditempuh
melalui jalan air dari ibu kota provinsi maupun
kabupaten dan jalan darat atau air dari ibukota
kecamatan. Infrastuktur jalan di Desa Telang Rejo
terdiri dari: (1) Jalan poros yang membelah desa
dari utara ke selatan dan mempunyai panjang + 8
Km; (2) jalan utama yang sejajar saluran primer 8
dari arah timur-barat dan mempunyai panjang 4Km, dan (3) jalan usahatani yaitu jalan ke areal
pertanian terletak diantara dua petak tersier dengan
lebar 2 meter. Kesemua jalan tersebut masih berupa
jal an tanah dan ber fungsi sebaga i sa rana
transportasi di dalam desa, antara desa serta ke
lahan pertanian (lahan usaha).
Untuk sarana transportasi ke luar kecamatan,
ibukota kabupaten dan ibukota provinsi
menggunakan sarana transportasi air baik dengan
speedboat maupun dengan perahu motor. Jarak
antara Desa Telang Rejo ke ibukota Kecamatan
Muara Telang (di Desa Telang Jaya) adalah 8 Kmdengan waktu tempuh 30 menit menggunakan
kendaraan sepeda motor. Jarak ke ibukota
kabupaten (di Kota Pangkalan Balai) adalah 90 Km
dengan waktu tempuh 3 jam ditempuh dengan
speedboat diteruskan kendaran roda empat,
sedangkan jarak ke ibukota propinsi (di Palembang)
+ 40 Km dengan waktu tempuh 1 jam
menggunakan speedboat.
2. Kondisi Lahan
Lahan di Desa Telang Rejo merupakan lahanpasang surut potensial dan sulfat masam dengan
kedalaman pirit 30 - 150 Cm dan tipe luapan air
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
4/12
16
Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)
bervariasi dari A hingga B. Jaringan tata air yang
dibangun adalah sistem drainase terbuka, dengan
menggunakan saluran primer sebagai saluran
navigasi yang berhubungan langsung ke sungai.
Setiap transmigran pada awalnya memperoleh
lahan seluas 2 Ha terdiri atas 0,5 Ha lahan
pekarangan dan 1,5 Ha lahan usaha. Saat ini,
kepemilikan lahan sudah mengalami perubahan.
Luas kepemilikan lahan saat ini bervariasi antara
2 hingga 10 Ha/KK karena adanya jual beli
kepemilikan tanah. Umumnya transmigran yang
menjual tanah kembali ke desa asalnya. Luas sawah
di desa ini berkembang menjadi 2.119 Ha termasuk
lahan Balai Benih Umum (BBU), yang seluruhnya
sudah digarap.
3. Kondisi PerekonomianPenduduk Desa Telang Rejo umumnya
bermata pencaharian sebagai petani (94,16%),
pedagang (2,87%), dan sisanya sebagai tukang/
buruh bangunan, buruh tani, montir sepeda motor
atau TV, penjahit pakaian, pegawai swasta,
industri pengolahan (penggilingan padi), PNS dan
lain-lain.
Komoditas unggulan yang diusahakan petani
adalah padi dan kelapa. Budidaya padi hanya
dilakukan satu kali musim tanam dalam setahun.
Hanya beberapa petani saja yang mengusahakanpadi dua kali panen setiap tahun (IP 200). Sebagian
transmigran mengelola lahan setelah padi dengan
tanaman jagung atau sayuran. Di luar musim tanam,
petani umumnya menganggur atau bekerja di luar
lokasi.
Panen padi dilakukan dengan menggunakan
sabit selanjutnya gabah dirontokkan dengan
menggunakanpower threserdan dilakukan dengan
tenaga kerja dalam keluarga secara gotong royong.
Petani yang memiliki lahan lebih dari 2 Ha,
mendatangkan tenaga kerja dari luar lokasi dengan
cara bagi hasil atau bawon 7:1. Setiap 7 karunghasil panen, petani pemilik mendapatkan 6 karung
dan tenaga panen mendapatkan 1 karung.
Umumnya petani langsung menjual gabahnya ke
pedagang. Petani umumnya langsung memasarkan
padi keti ka masih di sawah, se te lah petani
menyisihkan sebagian untuk kebutuhan
keluarganya. Oleh pedagang, padi digiling di tempat
penggilingan padi yang terletak di dalam atau luar
desa/kawasan.
Pada musim tanam tahun berikutnya petani
telah kehabisan modal, sehingga untuk
membudidayakan umumnya petani melakukan
pinjaman modal kepada pedagang yang nantinya
membeli hasil panen. Pengembalian modal
diperhitungkan dari hasil panen. Kondisi demikian
sangat merugikan petani karena selalu terlilit oleh
pinjaman.
Komoditas unggulan untuk tanaman tahunan
adalah kelapa, yang kini telah berumur 25 tahun.
Panen kelapa dilakukan satu kali per bulan denganproduksi 150-250 butir/0,25 Ha. Pengembangan
komoditas ini merupakan program pemerintah pada
dekade tahun 1980-an sehingga saat ini sudah perlu
diremajakan. Kelapa umumnya dipasarkan ketika
masih di pohon karena tidak semua petani bisa
memetik buah kelapa. Oleh pedagang pengumpul,
buah kelapa dijadikan kopra, lalu dijual kepada
pedagang besar.
Komoditas lain seperti ternak dan ikan hanya
diusahakan sebagai penunjang. Ternak yang
dipelihara antara lain adalah entog (itik manila) danayam, sedangkan jenis ikan yang umum
dibudidayakan adalah nila. Komoditas ini umumnya
dipelihara di lahan pekarangan, di sela-sela tanaman
kelapa.
Pendapatan rata-rata masyarakat di Desa
Telang Rejo sebelum pelaksanaan sinergitas
sebesar Rp 13.307.700/KK/tahun atau Rp
228.419/orang/bulan. Rata-rata pendapatan
tersebut sudah lebih tinggi dari Garis Kemiskinan
pedesan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009
(BPS, 2009) sebesar Rp 192.351/kapita/bulan.
Walaupun demikian, pendapatan tersebut masihdapat ditingkatkan melalui optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya yan g dimi liki
masyarakat.
Tabel 1. Pendapatan Penduduk di Desa Telang Rejo, Tahun 2009
PendapatanNo Sumber Pendapatan
Rp/KK/Tahun Rp/Kapita/Bulan
Garis Kemiskinan
Rp/Kapita/Bulan*)
1 Usahatani 8.443.700
2 Buruh tani 2.600.650
3 Non Pertanian 1.563.350Jumlah 13.307.700
228.419 192.351
*) Garis Kemiskinan Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2009 (Sumber: BPS, 2009)
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
5/12
17
Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24
B. Kendala dan Kebutuhan Pengembangan
Komoditas
Akselerasi perekonomian di Desa Telang
Rejo dapat diwujudkan melalui pengembangan
komoditas potensial yang terdiri atas komoditas
unggulan dan penunjang. Berdasarkan hasil
obeservasi dan diskusi terfokus dengan petani,
terpilih lima komoditas unggulan untuk
dikembangkan di Desa Telang Rejo yakni padi
dan kelapa sebagai komoditas unggulan dan itik,
belut, dan ikan nila sebagai komoditas penunjang.
Untuk mengembangkan komoditas tersebut,
teridentifikasi potensi dan kendala sebagai
berikut.
1. Padi dengan luas 2.119 Ha, umumnya baruditanam satu kali dalam satu tahun dengan
produksi 3 - 4 ton/Ha. Padi masih dapat ditanam
menjadi dua kali dalam satu tahun. Komoditas
ini relatif mudah dipasarkan dan menjadi
sumber pendapatan utama masyarakat di desa
Telang Rejo. Masalah yang teridentifikasi
adalah:
a. Tata air makro belum sempurna sehingga
sebagian lahan mengalami banjir. Banjir
disebabkan oleh jebolnya tanggul saluran
sekunder di empat titik dan kekuranganpintu-pintu air. Jumlah pintu air yang sudah
dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum
sebanyak 24 unit, dari 72 unit yang
dibutuhkan.
b. Hama tikus dan penyakit blast menjadi
masalah yang ditakuti petani. Hama tikus
merajalela terutama apabila tanam tidak
serentak.
c. Ketika musim tanam dan panen, tenaga
kerja petani umumnya tidak mencukupi.
Untuk mengatasi masalah tenaga kerja saat
tanam, langkah-langkah yang sudahdilakukan adalah:
1) Penggunaan hand traktor untuk
mengolah tanah. Saat ini sudah tersedia
34 unit traktor yang umumnya dibeli
dengan sistem kredit. Umur pemakaian
traktor berkisar 3 - 4 tahun sehingga
perlu diremajakan karena sudah tidak
ekonomis. Saat ini, 12 unit sudah rusak.
Untuk itu, perlu akses terhadap
program traktor murah dan kredit
modal untuk pembelian traktor. Dalamhal ini, petani bersedia untuk
mengembalikan kredit setiap panen.
2) Menggunakan metode tanam dengan
sistem tebar. Kelebihan metode ini
adalah jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk menebar benih lebih
sedikit yaitu 1 orang/3 Ha.
Kelemahannya, jarak tanam kurang
teratur, memerlukan banyak tenaga
kerja untuk sulam dan penjarangan,
pupuk dan pestisida kurang merata, dan
produktivitasnya lebih rendah. Hasil
pengamatan petani ada selisih produksi
antara 15% - 20% dibandingkan bila
ditanam secara teratur. Untuk
mengatasi hal ini, perlu Alat Tanam
Benih Langsung (Atabela) tetapi yang
bobotnya ringan dan dapat membuat
alur sehingga jarak tanam tidakberubah bila sewaktu-waktu benih
terendam air.
3) Mendatangkan buruh tani dari Jawa
pada musim panen selama 10 - 15 hari/
musim. Berdasarkan perhitungan
petani, jumlah buruh tani berkisar
antara 190 - 200 orang/desa.
2. Kelapa merupakan komoditas tanaman
tahunan yang menjadi unggulan di Desa Telang
Rejo. Komoditas ini, dikembangkan di lahan
pekarangan. Luas lahan pekarangan di DesaTelang Rejo seluas 200 Ha. Rata-rata populasi
tanaman kelapa di lahan pekarangan 40
pohon/0,25 Ha. Panen kelapa dilakukan satu
kali per bulan dengan produksi 150-250 butir/
0,25 Ha. Harga kelapa saat ini Rp 600/butir di
pohon dan Rp 1.000/but ir di pedagang.
Permasalahannya tanaman kelapa di lokasi ini
telah berumur 25 tahun sehingga produksinya
sudah mulai menurun dan perlu peremajaan.
3. Itik terbukti sesuai dibudidayakan di lokasi ini
karena ketersediaan air dan pakan (dedak) yang
cukup melimpah saat musim panen sertapeluang pasar telur itik yang cukup besar.
Ternak ini umumnya sudah dibudidayakan
secara tradisional di lokasi, jumlahnya terbatas,
dan untuk dikonsumsi sendiri. Itik perlu
dikembangkan secara semi intensif dalam skala
ekonomi, agar dapat menjadi matapencaharian
yang memberikan pendapatan memadai di luar
musim panen padi. Persoalannya, petani
memerlukan pelatihan tentang ramuan pakan,
unit percontohan, dan bibit yang baik.
4 . Ikan yang potensial untuk dikembangkan adalahnila, lele dumbo, dan belut. Potensi pasar ketiga
komoditas tersebut sangat besar. Di lokasi,
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
6/12
18
Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)
harga nila Rp 15.000 - Rp 20.000/Kg, belut
tangkap Rp 15.000/Kg, belut budidaya Rp
20.000/Kg, dan lele Rp 15.000/Kg. Potensi yang
sudah dimiliki masyarakat adalah kolam.
Persoalannya mereka memerlukan
pendampingan/pelatihan teknik budidaya dan
cara pembuatan ramuan pakan yang ekonomis,
serta bibit yang berkualitas. Untuk itu, perlu
pembuatan percotohan budidaya ikan.
Untuk mendukung pengembangan berbagai
komoditas tersebut, perlu dikembangkan
Lembaga Keuangan Mikro dan toko sarana
pr od uksi sebaga i sal ah sa tu un it usaha
Gapoktan. Melalui lembaga ini, diharapkan
petani dapat mengakses berbagai program yang
tersedia di berbagai instansi dan sekaligussebagai sarana pemupukan modal swadaya.
C. Sinergitas Kegiatan
Berdasarkan kendala dan kebutuhan untuk
mempercepat kondisi perekonomian masyarakat
di Desa Telang Rejo, dapat diketahui bahwa
kegiatan yang dibutuhkan cukup banyak dan
menjadi kewenangan banyak instansi pemerintah.
Oleh sebab itu, dibutuhkan sinergitas kegiatan
lintas sektor. Hal senada juga dikemukakan olehStephen R. Covey (1993), pembangunan yang
mengedepankan sinergitas dapat menghasilkan
keluaran yang lebih baik dan hasil yang lebih
besar.
Sebagai tindak lanjut hasil penelitian, telah
dilakukan diskusi lintas instansi. Diskusi dipimpin
oleh Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Banyuasin dan dihadiri
dari instansi (1) Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan, (2) Direktorat
Pengembangan Usaha, Ditjen P2MKT
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, (3)Puslitbang Ketransmigrasian, Badan Penelitian,
Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, (4) Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian dan Perdagangan, (5) Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Banyuasin, (6) Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuasin, (7)
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Banyuasin, (8) Dinas Pengairan Pekerjaan Umum
Pengairan Kabupaten Banyuasin, dan (9) Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Banyuasin.Sinergi kegiatan yang diperlukan untuk
akselerasi ekonomi sebagai berikut:
1. Rehabilitasi tanggul dan pintu-pintu air oleh
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi
Sumatera Selatan. BPTP akan mendampingi
kelompok P3A Desa Telang Rejo untuk
membuat usulan kepada Dinas Pengairan
Pekerjaan Umum.
2. BPTP Sumatera Selatan dan Dinas Pertanian
dan Peternakanakan menggerakkan Gapoktan
dan kelompok tani untuk tanam serempak dan
tanam padi dengan IP 200.
3. Pemberian bantuan traktor murah dan
pemagaran tikus untuk budidaya tanam padi
dengan fiberglas sebagai percontohan oleh
Dinas Petanian dan Peternakan.
4. Pembangunan percontohan budidaya itik dan
ikan nila dilaksanakan oleh Gapoktan yang
difasilitasi oleh Direktorat PengembanganUsaha Ditjen P2MKT bekerjasama dengan
BPTP dan petani.
5. Pengembangan warung saprodi oleh Gapoktan
yang difasilitasi oleh Direktorat Pengembangan
Usaha (Ditjen P2MKT) dan pengembangan
selanjutnya oleh Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian dan Perdagangan.
6. Sosialisasi padi varietas unggul oleh BPTP,
Dinas Pertanian dan Peternakan, serta Balai
Benih.
7. Pemberian bantuan percontohan Atabela olehDirektorat Pengembangan Usaha Ditjen
P2MKT. Selanjutnya, BPTP mendampingi
masyarakat untuk membuat sendiri alat
tersebut, dengan catatan masyarakat
menyediakan bahan baku secara swadaya.
8. Pengembangan permodalan melalui Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) yang difasilitasi oleh
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Banyuasin dan dana BLM-PUAP
untuk Gapoktan yang difasilitasi oleh Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Banyuasin. Pengembangan LKM oleh DinasKoperasi, UKM, Perindustrian dan
Perdagangan.
9. Peremajaan tanaman kelapa oleh masyarakat
dengan fasilitasi oleh Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Banyuasin.
Tidak seluruh sinergi kegiatan yang
dibutuhkan untuk akselerasi ekonomi sebagaimana
tersebut di atas dilaksanakan. Berikut adalah
kegiatan-kegiatan yang sudah direalisasikan dan
perkembangannya.1. Percontohan mesin pengering padi Bahan
Bakar Sekam (BBS) berkapasitas 10 ton dan
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
7/12
19
Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24
3,5 ton terintegrasi dengan penggilingan padi
telah dilaksanakan oleh Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) pada tahun 2008.
Model pengeringan padi ini sekarang sudah
menyebar di berbagai desa di kawasan KTM
Telang. Di Desa Telang Rejo, model ini sudahditiru secara swadaya oleh masyarakat dan
jumlahnya saat ini (Desember 2010) sudah
Tabel 2. Kendala Pengembangan dan Kebutuhan Sinergitas Kegiatan
untuk Pengembangan Komoditas Potensial Di Desa Telang Rejo
No Komoditas Potensi Kendala Kebutuhan Stakeholder Implementasi
-
Luas : 2119 Ha, produksi4,31 ton GKG/Ha
-
Bisa dua kali panen tetapiumumnya baru 1 kalipanen
-
Tata air makrobelum sempurna,
karena tangguljebol di 4 titik.
-
Pintu airterpasang 24 unitdari 72 unit yangdibutuhkan
-
Rehabilitasitanggul 4 titik
-
Pembangunan48 pintu air
Dis. PU Pengairan Belumdilaksanakan
-
Telah dilakukanpercontohan mesinpengering Bahan BakarSekam oleh BPTP
Panen padi dimusim hujan,membutuhkan alatpengering
Modal untukpembangunan alatpengering padi
-
Dinas Pertanian danPeternakan
-
Mitra usaha
Secara swadaya
Rusak 14 unit, -
Traktor murah-
Kredit traktor
Dis. Pertanian danPeternakan
Belumdilaksanakan
1 Padi
-
Traktor : 34 unit-
Kesediaan petani untukmembeli traktor sacarakredit
-
Tenaga Kerjaterbatas
-
Hama tikus danblas
-
Atabela-
Motivasi tanamserentak
-
Pagar tikus(fiberglas)
-
Dit. PengembanganUsaha
-
BPTP-
Dis. Pertanian danPeternakan
Dilaksanakantetapi belumoptimal
Pelatihan/pengawalan budidaya,manajemen, danteknik pembuatanpakan murah
-
BPTP-
Dit. PengembanganUsaha
Bibit skalaekonomi tingkatpetani kooperator
-
BPTP-
Dinas Kelauatandan Perikanan
Rehab kolam Masyarakat
Dilaksanakantetapi belumoptimal
2 Ikan Nila -
Kolam sederhana, airmemadai sepanjang tahun(kecuali kemarau panjang)
-
Peluang pasar besar
-
Teknik budidaya-
Teknikpembuatanramuan(formulasi) pakanmurah bahanlokal
-
Ketersedian bibit
Pengembangansacara luas
-
Dinas Kelauatandan Perikanan
-
Masyarakat
Belumdilaksanakan
Pelatihan/pengawalan budidaya,manajemen, danteknik penetasan
-
BPTP-
Dit. PengembanganUsaha
Dilaksanakan
Bibit skalaekonomi tingkatpetani kooperator
Dit PengembanganUsaha
Dilaksanakan
Kandang Masyarakat Dilaksanakan
3 Itik -
Sebagian sudahmemelihara itik sacaratradisioal
-
Peluang pasar cukup besar
-
Potensi pakan cukup-
Masyarakat bersediamenyediakan kandang danpakan.
-
Teknik Budidayadan manajemenskala ekonomi
-
Teknik Penetasan
-
Ketersediaan bibitunggul
Pengembangansecara luas
-
Dinas Pertanian danPeternakan
-
Masyarakat
Belumdilaksnakan
4 Kelapa -
Setiap lahan pekarangandikembangkan tanamankelapa dengan rata-ratapopulasi 40 pohon/0,25 Ha
-
Produksi 150-250butir/0,25 Ha
-
Kelapa yang telahberumur 25tahun
-
Harga kelapamurah
-
Teknologi pascapanen terbatas
-
Pemasaranterbatas
-
Teknologipengolahanhasil kelapa danlimbahnya
-
Peremajaantanaman kelapa
-
Pemasaran hasil
-
BPTP
- Dinas Kehutanandan Perkebunan
-
Dinas Koperasi,UKM, Perindustriandan Perdagangan
-
Mitra usaha
Belumdilaksanakan
Pendampingan -
BPTP-
Dis. NakertransProv/Kab
-
Dinas Koperasi,UKM, Perindustriandan Perdagangan
Modal Dit. PengembanganUsaha
5 Pengemba-nganWarungSaprodi danLKM
-
Kebutuhan saprodi cukupbesar, tetapi belum adawarung saprodi di lokasi
-
Gapoktan memiliki seksisaprodi, tetapi belum jalan
-
Keterbatasan kompetensiSDM dalam menjalinkerjasama dengandistributor
-
Kebutuhan modal usahatani padi setiap musimtanam relatif tinggi
-
Kompetensi SDMdalam mengelolawarungsaprodi/LKMterbatas
-
Modal stimulan-
Tempat usahabelum ada
Penyediaan tempatusaha
Masyarakat
Dilaksanakanbelum optimal
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
8/12
20
Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)
mencapai 9 unit dengan kapasitas 3-5 ton/8
Jam.
2. Pada tahun 2009, Gapoktan memperoleh
bantuan Program Usaha Agribisnis Pertanian
(PUAP) dari Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Banyuasin sebesar Rp 100 juta dan
telah disalurkan kepada kelompok tani untuk
modal penanaman padi.
3. Percontohan budidaya ternak itik, dan ikan nila
merupakan kegiatan usahatani dalam rangka
diversifikasi pangan dan sumber pendapatan
selama petani menunggu masa panen padi.
Budidaya ternak itik dan ikan nila di Desa
Telang Rejo dilaksanakan oleh 10 petani
kooperator. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
budidaya ikan nila belum berkembang secara
ekonomis. Tidak berkembangnya budidaya ikannila karena masih banyak hama ular yang
memakan ikan nila di dalam kolam. Namun,
kedua komoditas tersebut sangat bermanfaat
dalam peningkatan diversifikasi pangan dan
peningkatan gizi masyarakat. Itik berkembang
cukup pesat pada salah satu kelompok tani
yaitu kelompok Cahaya Tani. Sebagian besar
kelompok tani ini berasal dari daerah Brebes
sehingga sudah terbiasa untuk
membudidayakan komoditas ini.
Kepemilikannya saat ini mencapai 25 - 75ekor/KK. Kendala yang masih dirasakan
adalah hama anjing liar dan luwak serta pakan
yang terbatas di luar musim panen padi. Untuk
itu, BPPT berencana akan mendesiminasikan
teknologi pengawetan pakan dengan bahan
baku limbah padi.
4. Atabela untuk percontohan telah dibagikan
sebanyak 6 unit dengan luas lahan percontohan
untuk pertanaman Atabela kurang lebih 5 Ha.
Di Desa Telang Rejo, Atabela tersebut kurang
dimanfaatkan secara optimal karena dianggap
kurang praktis. Di desa lain yang petaninyapernah mengikuti pelatihan Atabela tipe Bali di
Desa Telang Rejo justru mengembangkan alat
tersebut karena dinilai lebih menghemat benih
dan memudahkan cara kerja.
5. Warung saprodi di desa ini terbukti bermanfaat
membantu petani dalam penyediaan saprodi
untuk budidaya padi, ternak, dan ikan. Oleh
sebab itu, untuk mendorong petani
mengembangkan padi IP 200 dan juga komoditas
lainnya, pada Tahun 2010, Direktorat
Pengembangan Usaha terus memberi doronganbagi berkembangnya warung saprodi yang sudah
dibentuk tahun 2009.
6. Pada tahun 2009, LKM BMT-Trans telah
terbentuk untuk mendukung penyediaan
permodalan bagi petani. Pada saat ini, modal
sudah berkembang menjadi Rp 60 juta. Selain
itu, Gapoktan juga memperoleh bantuan
Program Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP)
dari Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Banyuasin sebesar Rp 100 juta dan
telah disalurkan kepada kelompok tani untuk
modal penanaman padi.
7. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Banyuasin pada tahun 2010 memberikan
bantuan fiber glassuntuk percontohan pagar
lahan sawah seluas 50 Ha. Pada bulan
Desember 2010, percontohan padi sudah
berumur 30 hari dan menunjukkan hasi l
pertumbuhan yang cukup baik.
Hasil wawancara dengan intansi terkait
menunjukkan bahwa kendala sinergitas antara lain
adalah kurangnya komunikasi dan kesadaran akan
pentingya sinergitas untuk percepatan pencapaian
hasil, serta adanya prioritas kegiatan yang sudah
diprogramkan oleh masing-masing instansi.
Peningkatan sinergitas kegiatan dalam rangka
akselerasi perekononiman di hinterland KTM
tersebut antara lain dapat dilaksanakan melalui
penyusunan rencana bersama yang disusun jauhsebelum implementasi kegiatan dan disepakati
bersama diantara kepala instansi terkait.
D. Analisis Akselerasi Perekonomian
Analisis akselerasi perekonomian
menggunakan indikator ketersediaan modal dan
sarana produksi, penggunaan teknologi, tenaga
kerja, serta produktivitas yang terkait dengan
komoditas potensial; kelembagaan ekonomi; serta
pendapatan masyarakat dan petani kooperator.
Secara umum, indikator tersebut menunjukkanadanya perubahan positif yang menunjukkan adanya
akselerasi ekonomi. Walaupun demikian, akselerasi
tersebut tidak semata-mata karena adanya
implementasi kegiatan tetapi juga ada program atau
faktor lain yang tidak teridentifikasi dalam penelitian
ini.
Komoditas yang mengalami perkembangan
sesudah implementasi kegiatan adalah padi dan itik.
Sedangkan ikan belum berkembang karena masih
terbatas untuk menambah gizi keluarga. Palawija,
sayuran, dan kelapa masih seperti semula. Padi IP200 yang semula tidak pernah dilakukan saat ini
masyarakat telah memulai mengembangkan IP 200
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
9/12
21
Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24
meskipun masih terbatas (2%). Itik yang semula
terbatas pada itik manila untuk mencukupi kebutuhan
keluarga, bertambah dengan jenis itik Pegagan yang
diusahakan dengan skala ekonomi walaupun
jumlahnya masih terbatas.
Sumber permodalan untuk pengembangan
komoditas padi mengalami perubahan. Pada
awalnya, 78% masyarakat mengandalkan modal
pinjaman dari tengkulak dan toko saprodi yang
berada di ibukota kecamatan. Kedua sumber
tersebut dirasakan kurang menguntungkan karena
bunga pinjaman yang tinggi (10%/bulan) dan
transportasi ke ibukota kecamatan sering mengalami
kendala terutama bila musim hujan. Pinjaman dari
Gapoktan (PUAP dan warung saprodi) dapat
membantu kebutuhan modal petani.
Ketergantungan modal dari tengkulak dan tokosaprodi di ibukota kecamatan berkurang dari 78%
menjadi 49% karena adanya warung saprodi,
simpan pinjam di Gapoktan, LKM, dan peningkatan
modal sendiri.
Masyarakat di Telang Rejo membeli sarana
produksi di warung saprodi dengan dua cara yaitu
secara kontan dan hutang. Agar modal terus
berputar, pengelola saprodi membatasi jumlah
piutang paling banyak 20% dan tiap petani tidak
boleh meminjam saprodi senilai lebih Rp 500.000.
Dibanding dengan kebutuhan saprodi untukbertanam padi di tiap musimnya, warung saprodi
ini hanya mampu mencukupi kebutuhan sekitar 27%
dari seluruh masyarakat di Desa Telang Rejo karena
terbatasnya modal. Kebutuhan lainnya dicukupi dari
warung saprodi di ibukota kecamatan.
Keberadaan warung saprodi di desa secara
otomatis juga meningkatkan ketersediaan saprodi
di lokasi. Pada rona awal, 13% kebutuhan saprodi
tercukupi dari penjual di desa dan 87% tercukupi
dari luar desa. Kondisi ini berubah menjadi 37%
kebutuhan saprodi tercukupi dari penjual di desa
(terdiri atas 87% dari warung saprodi dan 13% darisumber lainnya). Ini berarti terjadi penghematan
biaya produksi untuk ongkos pembelian ke ibukota
kecamatan yang jalannya relatif sulit ditempuh pada
musim hujan. Berkembangnya warung saprodi
membuka peluang pasar bagi distributor pupuk dan
pestisida untuk menitipkan barang dagangan. Sisi
lain masyarakat dapat dengan mudah mencukupi
kebutuhan saprodi tidak hanya untuk padi tetapi juga
untuk komoditas lainnya seperti ternak, ikan, serta
sayuran.
Dari aspek teknologi, terdapat beberapaperkembangan walaupun belum sepert i yang
diharapkan. Tanam padi sistem sebar masih
mendominasi cara tanam di desa ini. Penanaman
padi sudah dilakukan secara serentak, tetapi
terbatas pada IP 100. Sedangkan IP 200 hanya 2%,
sementara masyarakat lainnya belum tertarik untuk
melakukan IP 200. Penggunaan peralatan
pengeringan padi sistem sekam atau modifikasinya,
berkembang dari 3 unit di tahun 2009 menjadi 9
unit pada tahun 2010.
Dari sisi tenaga kerja, terdapat penurunan
jumlah petani yang tidak memiliki aktivitas di luar
musim tanam padi IP 100. Artinya, terjadi perluasan
kesempatan kerja karena sebagian petani telah
mengembangkan padi IP 200. Produktivitas padi
juga meningkat walaupun belum terlalu banyak yaitu
dari rata-rata 4,31 ton GKG/Ha menjadi 4,67 ton
GKG/Ha. Demikian pula pendapatan rata-rata
penduduk meningkat dari Rp 3.307.700/KK/Tahunmenjadi Rp 14.872.570/KK/Tahun atau meningkat
11,8%. Sementara itu, pendapatan petani
kooperator padi IP 200 meningkat dari Rp
14.503.900/KK/tahun menjadi Rp 18.475.600/KK/
tahun atau meningkat 27,3%. (Akselerasi Ekonomi
Sebelum dan Sesudah Sinergitas disajikan pada
Tabel 3).
Hasil diskusi dengan tokoh masyarakat, petani,
dan peneliti dari BPTP, akselerasi ekonomi
sebetulnya masih dapat ditingkatkan lagi apabila
seluruh kegiatan yang dibutuhkan dapatdilaksanakan. Sebagai contoh, perbaikan tata air
makro belum dapat dilaksanakan sehingga sebagian
lahan masih mengalami banjir dan tidak dapat
melaksanakan penanaman padi sebanyak dua kali
secara optimal. Bantuan kredit traktor belum dapat
dilaksanakan sehingga sebagian lahan mengalami
keterlambatan penanaman sebagai akibat
keterbatasan jumlah traktor. Faktor lain yang tidak
kalah penting adalah kesadaran petani untuk tanam
serempak, terutama pada IP 200 agar serangan
hama tikus pada periode penanaman ini tidak terlalu
berat. Oleh sebab itu, pendampingan oleh PPLuntuk terus memotivasi kelompok tani agar tanam
serempak pada IP 200 dan bantuan pemagaran di
lahan sawah untuk mencegah serangan hama tikus;
perlu ditingkatkan.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
penelitian sebagai berikut.
1. Terjadi akselerasi ekonomi sebagai akibat
sinergitas kegiatan pengembangan komoditaspotensial di Desa Telang Rejo. Akselerasi
tersebut terlihat dari aspek ketersediaan modal
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
10/12
22
Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)
dan saprodi, penggunaan teknologi, tenaga kerja,
kelembagaan, produktivitas padi, dan
pendapatan.
2. Belum seluruh kebutuhan sinergitas kegiatan
dapat dilaksanakan. Kendalanya antara lain
adalah kurangnya komunikasi dan kesadaran
akan pentingya sinergitas untuk percepatan
pencapaian hasil, serta adanya kegiatan yang
sudah diprogramkan oleh masing-masing instansi.
3. Pengembangan komoditas padi dan kelapa
sebagai komoditas unggulan dan itik sebagai
penunjang yang dapat memberikan penghasilan
di luar musim tanam.
4. Pengembangan komoditas padi dapat
dilaksankan melalui peningkatan IP 100
menjadi IP 200. Kendala pengembangankomoditas padi terutama adalah tata air makro,
serangan hama tikus, dan kebutuhan tenaga
Tabel 3. Akselerasi Ekonomi Di Desa Telang Rejo
Sebelum dan Sesudah Sinergitas (Tahun 2009-2010)
No Uraian Sebelum Sesudah
Komoditas
Unggulan
Padi IP 100 (89%) Padi IP 200 (0%) Kelapa : sudah tua, belum
diremajakan, teknologi pasca panenbelum berkembang
Padi IP : 100 (99%) Padi IP : 200 (2%) Kelapa sudah tua, belum diremajakan,
teknologi pasca panen belum berkembang
1
Penunjang Itik: dibudidayakan secara tradisional,jumlah terbatas, untuk konsumsisendiri
Ikan: konsumsi keluarga
Itik: dikembangkan secara ekonomis untuktambahan pendapatan sepanjang tahun
Ikan: konsumsi keluarga
2 Permodalan Mengandalkan pinjaman dariTengkulak dan toko saprodi di luarlokasi (78%)
Modal sendiri (15%) Lain-lain (7%)
Pinjaman dari Tengkulak dan toko saprodidi luar lokasi (49%)
Modal sendiri (17%)
Pinjaman dari Gapoktan (Warungsaprodi/PUAP (27%)
Lain-lain (7%)3 Ketersediaan
saprodi 13% tercukupi dari penjual di desa
87% tercukupi dari luar desa 37% tercukupi dari penjual di desa
63% tercukupi dari penjual di luar desa
Tanam padi sistem hambur (100%) Tanam padi sistem hambur (97,5%)
Tanam padi sistem Atabela dengan jarakteratur (2,5%, percontohan)
Pengendalian hama tikus sistemgropyok
Pengendalian hama tikus sistem pagarplastik dan fiberglas (2,4%)
Tanam serentak
4 Teknologi
1 unit percontohan pengeringan padi(2008)
2 unit pengeringan padi swadaya(2009)
9 unit pengeringan padi (satu unitpercontohan, 8 unit swadaya)
5 Tenaga Kerja
26,3% petani di luar musim tanamtidak bekerja
21,1% petani di luar musim tanam tidakbekerja
Kelembagaan teknis: Kelompoktani, Gapoktan
Kelembagaan teknis : kelompok tani,Gapoktan
6 Kelembagaan
Kelembagaan ekonomi : belum ada Kelembagaan ekonomi : LKM/Warungsaprodi/unit simpan pinjam Gapoktan
telah ada
8 Produktivitas padi 4,31 ton GKG/Ha 4, 67-6 Ton GKG/Ha
9 Pendapatan rata-rata masyarakat(Rp/KK/Th)
Rp 13.307.700/tahun Rp 14.872.570/tahun (naik 11,8%)
10 Pendapatan rata-rata petanikooperator padi (IP
200)
Rp 14.503.900/tahun Rp 18.475.600/tahun (naik 27,3%)
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
11/12
23
Jurnal KetransmigrasianVol. 28 No. 1 Juli 2011. 13-24
kerja yang tidak merata. Upaya yang masih
diperlukan dalam rangka peningkatan IP 100
menjadi IP 200 adalah perbaikan tanggul dan
pintu-pintu air, peningkatan kekompakan petani
untuk tanam serentak, pengendalian hama
tikus terutama pada IP 200, bantuan kredit
traktor, pendampingan warung saprodi dan
LKM.
5. Komoditas penunjang yang potensial untuk
dikembangkan adalah itik. Pemilihan kelompok
yang memiliki bakat dan ketertarikan budidaya
itik menjadi kunci keberhasilan pengembangan
komoditas ini. Kendala yang masih dirasakan
adalah hama anjing liar dan luwak serta pakan
(dedak) yang terbatas di luar musim panen padi.
6. Sinergitas kegiatan lintas sektor sangat
diperlukan untuk mengatasi kendala tersebut.Kendala sinergitas adalah keterbatasan
anggaran di masing-masing sektor terkait
dengan prioritas kegiatan di lokasi lain yang
dipandang lebih mendesak.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dirumuskan
saran sebagai berikut.
1. Akselerasi perekonomian di hinterlandKTM
Telang perlu dilaksanakan melalui sinergitas
kegiatan pengembangan komoditas unggulan
yang didukung dengan komoditas penunjang.2. Upaya akselerasi perekonomian melalui
sinergitas kegiatan pengembangan komoditas
di Desa Telang Rejo perlu ditindaklanjuti.
Sinergitas yang masih diperlukan antara lain
sebagai berikut.
a. Prioritas kegiatan diarahkan bagi upaya-
upaya untuk mendorong peningkatan
intensifikasi padi dari IP I00 menjadi IP 200/
300, dengan prioritas kegiatan sebagai
berikut:
1) Dinas Pekerjaan Umum melanjutkan
pembangunan pintu-pintu air sertamemperbaiki tanggul-tanggul yang
sudah mengalami kerusakan. Di Desa
Telang Rejo, kekurangan pintu air
sebanyak 48 unit.
2) Penyuluh pertanian perlu mendorong
kekompakan seluruh kelompok tani
agar bertanam padi dengan IP 200.
Tanpa kekompakan, penanaman IP 200
hanya akan menghasilkan produksi
yang rendah karena serangan hama
tikus. Semakin banyak petani yangmenanam IP 200, semakin kecil
intensitas serangan tikus.
3) Dinas Pertanian dan Peternakan perlu
memfasilitasi bantuan kredit traktor
dan bantuan pemagaran di lahan
sawah untuk mencegah serangan
hama tikus.
4) Dinas Pertanian dan Peternakan serta
Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian
dan Perdagangan perlu mendampingi
warung saprodi dan LKM agar dapat
lebih berkembang dan mampu
memenuhi permodalan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan sarana
produksi.
b. Perlu di lakukan peremajaan tanaman
kelapa dan introduksi teknologi pengolahan
kelapa sebagai komoditas unggulan
tanaman tahunan.c. Komoditas penunjang yang potensial untuk
dikembangkan adalah itik. Guna
mengembangkan komoditas ini, Dinas
Pertanian dan Peternakan perlu
mengadakan pendampingan terhadap
Kelompok Tani. Sementara itu, BPTP
Provinsi Sumatera Selatan perlu segera
mendesiminasikan teknologi pengawetan
pakan itik dengan bahan baku bekatul.
d. Upaya meningkatkan sinergitas kegiatan
dalam rangka akselerasi perekononimanmasyarakat transmigrasi di hinterland
KTM di lokasi lain, antara lain melalui
penyusunan rencana bersama yang disusun
satu tahun sebelum implementasi kegiatan
dan ditandatangani bersama diantara kepala
instansi terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Perencanaan Teknis Pengembangan
Masyarakat dan Kawasan. 2007. Studi
Perencanaan Pembangunan KTM Telang.Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan
Pemerintah Kabupaten Banyuasin.
Banyuasin.
Covey, S. R. 1993. Principles Centered
Leadershi. Covey Co. Franklin.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
R.I. Nomor KEP.293/MEN/IX/2009 tentang
Penetapan Lokasi Kota Terpadu Mandiri
(KTM) di Kawasan Transmigrasi.
Najiyati, S, dkk. 2010. Studi Partisipasi dan
Sinergitas Komunitas PembangunanKTM.Puslitbang Ketransmigrasian, belum
diterbitkan.
-
7/21/2019 Akselerasi Perekonomian Masyarakat Transmigrasi Di Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang
12/12
24
Akselerasi Perekonomian Masyarakat TransmigrasiDi Hinterland Kota Terpadu Mandiri Telang (Danarti)
Mercado, R. G. 2002. Regional Development in
The Philippine: A Review of xperience,
State of The Art and Agenda for Research
and Action, Discussion Paper Series.
Phillipine Institute for Development Studies.
Peraturan Pemerintah Nomor: 5 Tahun 2010
tentang Rencana Strategis Jangka
Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-
2014.
Rustiadi, E dan S. Hadi. 2004. Pengembangan
Agropolitan sebagai Strategi Pembanguan
Perdesaan dan Pembangunan Berimbang.
Makalah Workshop dan Seminar Nasional
Pengembangan Agropolitan sebagai strategi
Pembanguan Perdesaan dan Wilayah secara
Berimbang. Bogor.
Stoner, J. A. F. and Charles Wankel. 1986.
Managemen t. 3 d, Prentice Hall
International Inc. London.