aktiv bekanta vitas mak an (nasalis kan, kuan larvatus) y

19
AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y TAMAN NTITAS DA YANG DIBE SAFARI IN AN KUALI ERI BERBA NDONESIA TAS PAKA AGAI JENIS A AN PADA S PAKAN D DI GHITA A YASANIN NGTHIAS FAKU ULTAS MA DEPAR ATEMATIK INSTITUT RTEMEN B KA DAN ILM BIOLOGI T PERTANI MU PENGE BOGOR 2010 IAN BOGO ETAHUAN N ALAM OR

Upload: doanque

Post on 16-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

AKTIVBEKANTA

VITAS MAKAN (Nasalis

KAN, KUANlarvatus) Y

TAMAN

NTITAS DAYANG DIBE

SAFARI IN

AN KUALIERI BERBANDONESIA

TAS PAKAAGAI JENISA

AN PADA S PAKAN DDI

GHITAA YASANINNGTHIAS

FAKUULTAS MADEPAR

ATEMATIKINSTITUT

RTEMEN BKA DAN ILM

BIOLOGI

T PERTANIMU PENGE

BOGOR2010

IAN BOGOETAHUANN ALAM

OR

Page 2: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

ABSTRAK

GHITA YASANINGTHIAS. Aktivitas Makan, Kuantitas dan Kualitas Pakan pada Bekantan (Nasalis larvatus) yang Diberi Berbagai Jenis Pakan di Taman Safari Indonesia. Dibimbing oleh R. R. DYAH PERWITASARI dan DEWI APRI ASTUTI.

Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan hewan yang selalu hidup berkelompok di atas pohon dan mengonsumsi daun-daunan. Konsumsi daun-daunan dilakukan bekantan pada saat aktivitas makan. Aktivitas makan adalah salah satu aktivitas bekantan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi. Energi yang diperoleh dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup suatu spesies. Aktivitas makan yang dilakukan oleh bekantan meliputi perilaku mengamati, mengambil, memeriksa, mengolah, menggigit, mengunyah, menelan, melepeh, dan membuang pakan. Jumlah pakan yang dikonsumsi sangat menentukan kecukupan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas makan, kuantitas dan kualitas pakan pada bekantan (N. larvatus) di Taman Safari Indonesia. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode ad libitum dan focal animal. Pengamatan aktivitas makan dilakukan selama 46 hari pada bulan Juni sampai dengan Juli 2009 dengan pengamatan satu hari selama 6 jam. Total waktu pengamatan sebanyak 276 jam. Aktivitas makan Boki (jantan dewasa), Ayu dan Chintya (betina dewasa) serta Kia, Nakula dan Pretty (anak-anak) yaitu sebesar 34,15%, 29,92%, 30,91%, 11,13%, 7,69% dan 7,36%. Perilaku makan yang dilakukan jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak dengan persentase terbesar dan terkecil adalah mengunyah (57,14%, 60,31%, 63,71%) dan melepeh pakan (1,55%, 2,47%, 1,95%). Regurgitasi paling banyak dilakukan oleh jantan dewasa (57,06%). Bekantan memiliki palatabilitas yang tinggi terhadap jenis kacang panjang. Bekantan mengonsumsi bahan kering dan protein yang cukup (48,82 g/BB/h, 89 g/BB/h dan 5,76 g/BB/h, 10,50 g/BB/h), namun lemak dan total energi masih kurang (1,06 g/BB/h, 2 g/BB/h dan 115,88 kkal/BB/h, 211 kkal/BB/h), dibandingkan dengan kebutuhan yang direkomendasikan.

ABSTRACT

GHITA YASANINGTHIAS. The Feeding Activities, The Feed quantity and The quality of Proboscis Monkeys (Nasalis larvatus) which are Given Many Kinds of Food Items in Taman Safari Indonesia. Under direction of R.R. DYAH PERWITASARI and DEWI APRI ASTUTI.

Proboscis monkeys (Nasalis larvatus) are primate that live in groups on trees and consume leaves. The consumption of leaves is done by proboscis monkeys in their feeding activities. The feeding activities of proboscis monkeys relates to the fulfillment of their daily energy. The energy is needed for the continuity of the group existence. The feeding activities of proboscis monkeys have several activities. They are observing, taking, checking, processing, biting, chewing, ingesting, pulling out the feed from their mouth and disposing the feed. The quantity of food that consumed determines the sufficience amount of nutrient needed. This study aimed to assess the feeding activities, the feed quantity and the quality of proboscis monkeys (N. larvatus) which are given many kinds of food items in Taman Safari Indonesia. The data collection for the feeding activities was performed using ad libitum and focal animal sampling methods. The feeding activities were observed for 46 days since June until July 2009, 6 hours a day with total of 276 hours observations. The percentages of the eating activities of Boki (the adult male), Ayu and Chintya (the adult females) and Kia, Nakula, Pretty (the infants) were 34,15%, 29,92%, 30,91%, 11,13%, 7,69%, and 7,36% respectively. The chewing and pulling out the feed from their mouth on adult male, adult females and infants were the largest and the smallest percentage of the feeding activities (57,14%, 60,31%, 63,71%) and (1,55%, 2,47%, 1,95%). While, the adult male revealed the greatest percentage of regurgitation (57,06%). Proboscis monkeys have good palatability in type of bean. The result of the study revealed that the monkeys have sufficient dry matter and protein consumption (48,82 g/BB/h, 89 g/BB/h and 5,76 g/BB/h, 10,50 g/BB/h), but less for fat and energy (1,06 g/BB/h, 2 g/BB/h and 115,88 kkal/BB/h, 211 kkal/BB/h), while nutrient recommended.

Page 3: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

AKTIVITAS MAKAN, KUANTITAS DAN KUALITAS PAKAN PADA BEKANTAN (Nasalis larvatus) YANG DIBERI BERBAGAI JENIS PAKAN DI

TAMAN SAFARI INDONESIA

GHITA YASANINGTHIAS

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 4: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

Judul Skripsi : Aktivitas Makan, Kuantitas dan Kualitas Pakan Pada Bekantan (Nasalis larvatus) yang Diberi Berbagai Jenis Pakan di Taman Safari Indonesia

Nama : Ghita Yasaningthias NIM : G34050312

Menyetujui:

Pembimbing 1, Pembimbing II,

(Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M. Sc) (Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS) NIP: 19660403 199003 2 001 NIP: 19611005 198503 2 001

Mengetahui:

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M. Si) NIP: 19641002 198903 1 002

Tanggal lulus:

Page 5: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M. Sc, Ibu Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS dan Ibu Dr. dr. Sri Budiarti atas segala bimbingan, dukungan dan saran yang telah diberikan selama penelitian maupun dalam menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Aktivitas Makan, Kuantitas dan Kualitas Pakan Pada Bekantan (Nasalis larvatus) yang Diberi Berbagai Jenis Pakan di Taman Safari Indonesia. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imam selaku Kepala Bekantan di Taman Safari Indonesia, Bapak Dedi (perawat bekantan), dan seluruh staf Taman Safari Indonesia yang telah banyak membantu dan kebersamaannya selama penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua, adik-adikku tersayang, dan teman-temanku di Biologi 42 atas dukungannya di saat suka dan duka. Penulis ingin meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran atau masukan untuk perbaikan skripsi. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2010

Ghita Yasaningthias

Page 6: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1987 dari Bapak Yasabudhi Sahid dan Ibu Suhertati. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 77 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis mendapatkan Program studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota HIMABIO divisi Nata de coco dan mengikuti beberapa pelatihan dan kepanitiaan. Pada tahun 2007 penulis mengikuti studi lapang mengenai Kemungkinan Tumbuhan Liar sebagai Tanaman Hias di Wana Wisata Cangkuang. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan praktik lapangan dengan judul Perbanyakan Tanaman Anggrek Melalui Kultur In Vitro di Balai Penelitian Tanaman Hias, Pasar Minggu Jakarta.

Page 7: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

  

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………vi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………….......vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………..vii

PENDAHULUAN Latar Belakang…………………………………………………………………………………. 1 Tujuan………………………………………………………………………………………….. 1 Waktu dan Tempat……………………………………………………………………………... 1

BAHAN DAN METODE Objek………………………………………………………………………………………….. 1 Bahan dan Alat……………………………………………………………………………….. 1 Metode Penelitian………………………………………………………………………….…... 1

Habituasi…………………………………………………………………………………... 1 Aktivitas Harian……………………………………………………………………………. 2 Perilaku Makan........…………………………………………………………………......... 2 Konsumsi Pakan…………………………………………………………………………… 2 Identifikasi Tumbuhan....………………............................................................................... 2 Analisis Data…………………………………………………………………………..…… 2

HASIL Aktivitas Harian……………………………………………………………………………….. 2 Perilaku Makan........................................................................................................................... 2 Konsumsi Pakan………………………………………………………………………………. 3

PEMBAHASAN Aktivitas Harian……………………………………………………………………………….. 4 Perilaku Makan……………………………………………………………………………….. 5 Konsumsi Pakan………………………………………………………………………………. 6

SIMPULAN………………………………………………………………………………………. 6 SARAN……………………………………………………………………………………………. 7 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 7 LAMPIRAN..................................................................................................................................... 8

Page 8: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

  

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Aktivitas harian tiap individu bekantan…………………………………………………………. 3 2 Rataan frekuensi dan durasi perilaku makan……………………………………………………. 3 3 Rataan frekuensi dan durasi regurgitasi...……………………………………………………….. 3 4 Urutan palatabilitas individu bekantan…...……………………………………………............... 4 5 Kandungan gizi pakan bekantan…...……………………………………………………………. 5 6 Estimasi kecukupan gizi bekantan…...………………………………………………………….. 5

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Bekantan di TSI berdasarkan jenis kelamin dan umur ……....................................................... 9 2 Jenis pakan yang diberikan TSI selama bulan April-Juli 2009.…………………...................... 9

Page 9: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan

primata asli Indonesia dan endemik di Kalimantan. Habitat alami bekantan yaitu hutan rawa, mangrove dan muara-muara sungai. Bekantan termasuk ke dalam ordo Primata, sub ordo Anthropoidea, super famili Cercopithecoidea, famili Cercopithecidae, sub famili Colobinae, dan genus Nasalis (Napier & Napier 1985). Primata bertubuh besar ini hidup di atas pohon dan mengonsumsi daun-daunan (Napier & Napier 1985). Bekantan memiliki lambung khusus di bagian depan dan belakang yang dapat bersimbiosis dengan mikroorganisme untuk mencerna daun ber-serat tinggi. Fungsi organ ini mirip dengan lambung pada ruminansia (Bauchop & Martucci 1968).

Aktivitas harian bekantan di alam me-liputi makan, minum, istirahat, selisik, agonistik, seksual, lokomosi, urinasi serta defekasi (Yeager 1992). Aktivitas makan ber-hubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi tubuh. Energi yang diperoleh dibutuh-kan untuk menjaga kelangsungan hidup suatu spesies. Aktivitas makan bekantan meliputi mengamati, mengambil, memeriksa, me-ngolah, menggigit, mengunyah, menelan, me-lepeh dan membuang pakan (Alikodra 1990).

Bekantan di alam memulai aktivitas makan pagi hari pukul 05.30 di sekitar pohon tempat tidur dan berakhir sore hari ketika akan tidur pada pukul 19.00 (Bismark 1994). Bekantan mengonsumsi pakan berupa daun atau sayuran antara 50-90% dan buah-buahan 3-13% (Bismark 1984). Pakan sebelum dikonsumsi akan diseleksi oleh bekantan. Seleksi yang dilakukan oleh bekantan dapat menunjukkan palatabilitas, yaitu respon hewan dengan memilih sendiri pakan yang disediakan untuk dikonsumsi (Patrick & Schaible 1980). Palatabilitas yang tinggi akan mencerminkan tingkat konsumsi yang tinggi.

Populasi bekantan di habitat asli saat ini mengalami penurunan yang sangat cepat. Pengalihfungsian hutan yang bersifat ko-mersil (pertanian, pertambangan dan pe-mukiman penduduk) menyebabkan bekantan kehilangan habitat asli dan sumber pakan. Hi-langnya sumber pakan di alam menyebabkan kualitas dan kuantitas pakan tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi bekantan. Menurut Meijaard & Nijman (2000) konservasi be-kantan secara eks-situ penting dilakukan se-bagai upaya untuk mempertahankan populasi

satwa liar yang terancam punah. Taman Safari Indonesia adalah salah satu lembaga kon-servasi eks-situ yang terletak di Cisarua-Bogor. Manajemen pemberian pakan yang sesuai kebutuhan gizi diharapkan dapat me-ningkatkan pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi bekantan.

Penelitian mengenai bekantan di Taman Safari Indonesia penting dilakukan untuk mengetahui aktivitas makan, kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan. Informasi ak-tivitas makan dan manajemen pemberian pakan yang sesuai kebutuhan gizi diharapkan dapat menunjang keberlangsungan hidup bekantan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas makan, kuantitas dan kualitas pakan pada bekantan (Nasalis larvatus) di Taman Safari Indonesia, Jawa Barat. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2009 di Taman Safari Indonesia, Cisarua-Bogor. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan (INTP), FMIPA, IPB.

BAHAN DAN METODE

Objek Objek yang diamati dalam penelitian

adalah enam ekor bekantan (Nasalis larvatus) yang terdiri dari dua jantan yaitu Boki (jantan dewasa dominan) dan Nakula (anak), empat betina yaitu Ayu dan Chintya (betina dewasa), Kia dan Pretty (anak) yang berada dalam satu kandang (Lampiran 1).

Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah seperangkat

bahan kimia untuk analisis proksimat dan pakan bekantan berupa daun atau sayuran dan buah-buahan. Alat yang digunakan adalah alat tulis, stopwatch, kamera digital 6 optical zoom, timbangan pakan, bomb kalorimeter untuk mengukur energi, seperangkat alat untuk mengukur protein (tabung destruktif, labu destilasi dan buret) dan soxlet untuk mengukur lemak. Metode Penelitian Habituasi. Habituasi dilakukan pengamat dengan membiasakan diri atau meningkatkan frekuensi tatap muka dengan bekantan sehingga terbiasa dengan keberadaan kita.

Page 10: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

2

 

Metode yang digunakan dalam pengambilan data berdasarkan Martin dan Bateson (1987):

Aktivitas Harian. Pengamat mencatat segala macam aktivitas harian anggota kelompok bekantan sehingga diperoleh gambaran umum aktivitas dalam kelompok tersebut dengan menggunakan metode ad libitum. Aktivitas harian bekantan yang diamati meliputi makan, minum, defekasi, urinasi, lokomosi, selisik, agonistik, bermain, istirahat dan perilaku seksual (Yeager 1992).

Perilaku Makan. Pengamat mencatat perilaku makan satu individu khusus dengan alat pengukur waktu dalam waktu 10 menit lalu mengamati individu lain dalam durasi yang sama dengan menggunakan metode focal animal. Perilaku makan bekantan yang diamati meliputi mengamati, mengambil, me-meriksa, mengolah, menggigit, mengunyah menelan, melepeh dan membuang pakan (Alikodra 1990). Aktivitas regurgitasi juga diamati di dalam penelitian. Konsumsi Pakan

Pengamat mencatat frekuensi pemberian pakan, jenis pakan, konsumsi bahan kering (g/hari/6 ekor), urutan kesukaan pakan (pa-latabilitas). Komposisi gizi pakan diperoleh dari daftar komposisi bahan makanan dan melalui analisis proksimat di laboratorium teknologi pakan, IPB dan estimasi kecukupan zat gizi. Identifikasi Tumbuhan Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan mencocokkan sampel tumbuhan dengan menggunakan buku identifikasi Heyne (1987) dan selanjutnya digunakan untuk analisis proksimat. Analisis Data

Data aktivitas harian dan perilaku makan yang diperoleh selama penelitian lalu dihitung dengan menggunakan rumus: Frekuensi aktivitas A atau perilaku makan A Total aktivitas harian atau perilaku makan

HASIL

Aktivitas Harian Aktivitas harian anggota kelompok

bekantan yang diamati meliputi makan, minum, defekasi, urinasi, lokomosi, selisik, agonistik, bermain, istirahat dan perilaku seksual. Aktivitas harian lainnya yang dilakukan anak-anak meliputi bermain, berenang, menyusu kepada induk dan keluar kandang. Pengamatan aktivitas harian dilakukan bulan April hingga Mei 2009 selama 216 jam pengamatan.

Aktivitas harian dengan persentase besar yang dilakukan oleh jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak adalah makan, lokomosi dan istirahat. Aktivitas makan Boki (jantan dewasa), Ayu dan Chintya (betina dewasa) serta Kia, Nakula dan Pretty (anak-anak) yaitu sebesar 34,15%, 29,92%, 30,91%, 11,13%, 7,69% dan 7,36%. Aktivitas loko- mosi Boki, Ayu, Chintya, Kia, Nakula, Pretty yaitu sebesar 13,21%, 11,98%, 14,22%, 21,93%, 27,32% dan 25,03%. Aktivitas istirahat Boki, Ayu, Chintya, Kia, Nakula, Pretty yaitu sebesar 42,14%, 34,80%, 39,59%, 20,56%, 15,19% dan 19,33%. Aktivitas minum jarang sekali terlihat dan selama pengamatan dilakukan Boki (0,03%), Ayu (0,76%), Chintya (0,22%), Kia (0,34%), Nakula (0,18%) dan Pretty (0,34%). Aktivitas defekasi dan urinasi jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak memiliki persentase kecil. Aktivitas yang hanya dilakukan oleh betina yaitu selisik oleh Ayu (14,06%), Chintya (10,64%), Kia (2,46%) dan Pretty (0,71%). Aktivitas seksual hanya dilakukan oleh Boki dan Ayu dalam persentase kecil yaitu sebesar 1,16% dan 0,50%. Aktivitas yang hanya dilakukan oleh anak-anak yaitu bermain, berenang, menyusu dan keluar kandang. Aktivitas berenang dengan per-sentase besar dilakukan oleh Nakula (3,44%). Aktivitas menyusu dengan persentase besar dilakukan oleh Pretty (4,91%). Aktivitas ke-luar kandang hanya dilakukan oleh Kia (5,23%) (Tabel 1).

Perilaku Makan Perilaku makan yang diamati meliputi

mengamati, pengambilan (memilih, meme- gang, membawa dan merebut pakan), me-meriksa, mengolah (mengupas kulit, mem-buang biji, mencabut daun), menggigit pakan (menggigit dan merebut pakan), mengunyah, menelan, melepeh dan membuang pakan. Perilaku makan dengan persentase terbesar dan terkecil yang dilakukan oleh jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak adalah mengunyah dan melepeh pakan

x100%

Perilaku makan dengan persentase besar yang dilakukan oleh jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak adalah mengamati, memeriksa, menelan dan membuang pakan. Perilaku mengamati pakan oleh jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak yaitu sebesar 8,08%, 6,62% dan 4,73%. Perilaku memeriksa pakan oleh jantan dewasa dan anak-anak yaitu sebesar 7,08%, 5,92% dan 3,54%. 

Page 11: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

3

 

Tabel 1 Aktivitas harian tiap individu bekantan

Tabel 2 Rataan frekuensi dan durasi perilaku makan

Perilaku menelan pakan oleh jantan

dewasa, betina dewasa dan anak-anak yaitu sebesar 7,16%, 8,59% dan 8,55%. Perilaku membuang pakan oleh jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak yaitu sebesar 8,41%, 7,06% dan 10,27% (Tabel 2).

• Regurgitasi

Bekantan terlihat melakukan regurgitasi setelah aktivitas makan, yaitu dengan me-ngeluarkan pakan ke mulut, dikunyah lalu ditelan kembali. Jantan dewasa melakukan regurgitasi sebesar 57,06% dan memiliki durasi yang tinggi yaitu 32,05 detik. Betina dewasa melakukan regurgitasi sebesar 28,82% dan memiliki durasi yang rendah yaitu 11,03 detik. Anak-anak melakukan regurgitasi se-besar 14,12% dan memiliki durasi yang tinggi yaitu 99,60 detik (Tabel 3).

Tabel 3 Rataan frekuensi dan durasi regurgitasi

Konsumsi Pakan

Bekantan diberi berbagai jenis pakan (Lampiran 2). Frekuensi pemberian pakan se-banyak lima kali yaitu empat kali di dalam kandang peraga (pukul 09.00, 11.00, 13.00, 15.00) dan satu kali di dalam kandang tidur (pukul 17.00). Pakan diberikan pertama kali pukul 09.00 berupa monkey chow sebanyak 400-500 g/hari/6 ekor. Pada pukul 11.00 be-kantan diberi daun atau sayuran seperti sawi hijau (Brassica juncea), kacang panjang (Vig-na sinensis), bayam (Amaranthus tricolor). Pukul 13.00 dan 15.00 bekantan diberikan

Frekuensi (%) Durasi (detik) Jantan dewasa

Betina dewasa

Anak-anak Jantan dewasa

Betina dewasa

Anak-anak

Mengamati pakan 8,08 6,62 4,73 2,32 3,00 3,14 Mengambil pakan 4,13 3,08 2,00 2,99 3,81 5,88 Memeriksa pakan 7,08 5,92 3,54 2,83 2,76 2,67 Mengolah pakan 2,82 2,84 2,91 3,12 3,38 3,53 Menggigit pakan 3,63 3,11 2,34 3,64 4,30 4,83 Mengunyah pakan 57,14 60,31 63,71 4,79 4,83 4,49 Menelan pakan 7,16 8,59 8,55 2,55 2,50 2,51 Melepeh pakan 1,55 2,47 1,95 2,50 2,50 2,50 Membuang pakan 8,41 7,06 10,27 2,50 2,58 2,49 Total 100 100 100

Aktivitas Pelaku (%) Jantan dewasa Betina dewasa Anak-anak Boki Ayu Chintya Kia Nakula Pretty

Makan 34,15 29,92 30,91 11,13 7,69 7,36 Minum 0,03 0,76 0,22 0,34 0,18 0,34 Defekasi 1,79 0,93 1,05 0,42 0,29 0,42 Urinasi 2,83 1,48 1,69 0,62 0,46 0,65 Lokomosi 13,21 11,99 14,22 21,93 27,32 25,03 Selisik - 14,06 10,64 2,46 - 0,71 Agonistik 4,69 5,56 1,68 - - - Bermain - - - 34,94 42,29 38,42 Istirahat 42,14 34,80 39,59 20,56 15,19 19,33 Seksual 1,16 0,50 - - - - Berenang - - - 2,37 3,44 2,83 Menyusu - - - - 3,14 4,91 Keluar kandang

- - - 5,23 - -

Total 100 100 100 100 100 100

Objek Frekuensi (%) Durasi (detik) Jantan dewasa 57, 06 32,05Betina dewasa 28,82 11,03Anak-anak 14,12 99,60Total 100

Page 12: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

4

 

daun atau sayuran dan buah-buahan berupa apel malang (Mallus pumila), salak pondoh (Salacca sp.), jambu biji (Psidium guajava), pisang kepok (Musa sp.). Pukul 17.00 bekantan di dalam kandang tidur diberi pisang, nasi pu-tih dan gibbon ball. Bekantan dewasa dan anak-anak di Taman Safari Indonesia me-ngonsumsi bahan kering sebanyak 3556 g/hari/6 ekor, yaitu rataan 830 g/hari/ekor untuk tiga bekantan dewasa dan rataan 356 g/hari/ekor untuk tiga bekantan anak-anak.

a. Palatabilitas pakan tiap individu bekantan

Bekantan melakukan kegiatan makan de-ngan memilih sendiri pakan yang disediakan. Palatabilitas ditunjukkan dengan frekuensi dan jumlah konsumsi pakan tertinggi.

Tabel 4 Urutan palatabilitas individu bekantan Jantan Betina Anak- Dewasa Dewasa anak

- Sawi hijau (Brassica juncea) - Kacang panjang

(Vigna sinensis) m- Bayam

(Amaranthus tricolor) - Daun kemang

(Mangifera caesia) - Daun pepaya

(Carica papaya) - Jambu biji (Psidium guajava)

- Apel malang (Mallus pumila)

- Salak pondoh (Salacca sp.)

- 2 3 1 4 - - 5

2 1 3 - 4 - - 5

2 1 3 - - 4 5 -

Ket: Angka yang rendah pada tiap kolom me-nunjukkan nilai palatabilitas yang tinggi.

Jantan dewasa memiliki urutan palatabi-

litas yaitu daun kemang (Mangifera caesia), kacang panjang (Vigna sinensis), bayam (Amaranthus tricolor), daun papaya (Carica

papaya pap), dan salak pondoh (Salacca sp.). Betina dewasa memiliki urutan palatabilitas ( papaya (Ca salak (Salacca sp.). Anak-anak memiliki urutan palatabilitas yaitu kacang panjang (Vigna sinensis), sawi hijau (Brassica juncea), bayam (Amaranthus tricolor), jambu biji (Psidium

b. Komposisi gizi pakan

Bekantan diberi berbagai jenis pakan yang diketahui komposisi gizinya melalui analisis proksimat. Pakan mengandung protein, lemak dan energi tinggi jika kandungannya masing-masing lebih dari 18%, 5% dan 3000 kal/g. Jenis pakan yaitu kacang panjang (17,30%) dan monkey chow (15,50%) memiliki kandungan protein yang tinggi. Gibbon ball (13,95%) memiliki kandungan lemak yang tinggi. Kandungan energi untuk semua jenis pakan hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang rendah yaitu di bawah 3000 kal/g (Tabel 5).

Estimasi kecukupan gizi bekantan (Tabel 6) dan konsumsi bahan kering diperoleh dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan keesokan harinya. Konsumsi zat gizi (protein, lemak) dan energi, dihitung dari berat kering dikalikan dengan data proksimat (Tabel 5). Informasi mengenai kebutuhan protein dan energi untuk bekantan menggunakan kebutuhan dari famili Cercopithecidae yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Kebutuhan lemak bekantan dihitung dengan menggunakan kebutuhan dari subfamili Colobinae yaitu lutung perak (Trachypithecus cristatus) ka-rena informasi untuk lemak pada bekantan dan monyet ekor panjang masih belum l

papaya), salak (Salacca sp.). Betina dewasa memiliki urutan palatabilitas yaitu kacang panjang (Vigna sinensis), sawi hijau (Brassica juncea), bayam (Amaranthus tricolor), daun papaya (Carica papaya ) dan salak (Salacca sp.). Anak-anak memiliki urutan palatabilitas yaitu kacang panjang (Vigna sinensis), sawi

hijau (Brassica juncea), bayam (Amaranthus tricolor), jambu biji (Psidium

hijau (Brassica juncea), bayam (Amaranthus tricolor) dan Jambu biji (Psidium guajava) (Tabel 4).

apel (Mallus pumila) (Tabel 4)

b. Komposisi gizi pakan Bekantan diberi berbagai jenis pakan yang

diketahui komposisi gizinya melalui analisis

proksimat. Pakan mengandung protein, lemak dan energi tinggi jika kandungannya masing-masing lebih dari 18%, 5% dan 3000 kal/g. Jenis pakan yaitu kacang panjang (17,30%) dan monkey chow (15,50%) memiliki kandungan protein yang tinggi. Gibbon ball (13,95%) memiliki kandungan lemak yang tinggi. Kandungan energi untuk semua jenis pakan hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang rendah yaitu di bawah 3000 kal/g (Tabel 5).

Estimasi kecukupan gizi bekantan (Tabel 6) dan konsumsi bahan kering diperoleh dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan keesokan harinya. Konsumsi zat gizi (protein, lemak) dan energi, dihitung dari berat kering dikalikan dengan data proksimat (Tabel 5). Informasi mengenai kebutuhan protein dan energi untuk bekantan menggunakan kebutuhan dari famili Cercopithecidae yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Kebutuhan lemak bekantan dihitung dengan menggunakan kebutuhan dari subfamili Colobinae yaitu lutung perak (Trachypithecus cristatus) ka-rena informasi untuk lemak pada bekantan dan monyet ekor panjang masih belum lengkap.

Bekantan dewasa (17 kg) mengonsumsi bahan kering (48,82 g/BB/h) yang mengan-dung protein, lemak dan energi yaitu sebesar 5,76 g/BB/h, 1,06 g/BB/h, 115,88 kkal/BB/h (Tabel 6). Anak bekantan (4 kg) mengon-sumsi bahan kering (89 g/BB/h) yang mengandung protein, lemak dan energi yaitu sebesar 10,50 g/BB/h, 2 g/BB/h, 211 kkal/BB/h (Tabel 6).

PEMBAHASAN

Aktivitas Harian Aktivitas makan paling banyak dilakukan

oleh Boki (34,15%) dibandingkan dengan individu lainnya (Tabel 1). Bekantan jantan lebih sering makan dibandingkan dengan bekantan betina (Bismark 1994). Aktivitas istirahat bekantan dewasa memiliki per-sentase paling tinggi pada aktivitas harian. Menurut Bismark (1994) bahwa bekantan lebih banyak melakukan aktivitas istirahat dibandingkan dengam gibbon. Aktivitas istirahat penting dilakukan oleh bekantan dan satwa pemakan daun lainnya untuk mencerna dedaunan yang dikonsumsinya.

Page 13: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

5

 

Tabel 5 Kandungan gizi pakan bekantan

Sumber: *Komposisi Zat Gizi Makanan (Slamet & Tarwotjo 1980), **analisis proksimat Divisi Nutrisi TSI (1987), ***analisis proksimat di Laboratorium Teknologi Pakan Ilmu Nutrisi Teknologi Pakan IPB (2009) Tabel 6 Estimasi kecukupan gizi bekantan Individu Konsumsi zat gizi* Kebutuhan gizi (g/BB/h)

Bahan kering (g/BB/h)

Protein (g/BB/h)

Lemak (g/BB/h)

Energi (kkal/BB/h)

Bahan kering** (g/BB/h)

Protein** (g/BB/h)

Lemak*** (%)

Energi** (kkal/BB/h)

Dewasa 48,82 5,76 1,06 115, 88 30 4,30 9,17 100-210 Anak-anak 89 10,50 2 211 <30 2,50 <9,17 200-300

Sumber: *Konsumsi zat gizi pada bekantan dewasa dan anak-anak di Taman Safari Indonesia (gram/Bobot Badan/hari atau g/BB/h), **Kebutuhan bahan kering, protein, energi pada monyet ekor panjang berdasarkan National Research Council (NRC) 2003, ***Kebutuhan lemak pada Trachypithecus cristatus berdasarkan NRC (2003).

Orangutan jantan (Pongo pygmaeus) di

Kalimantan mempunyai aktivitas makan, lokomosi dan istirahat lebih banyak daripada orangutan betina (Kuncoro et al. 2008). Aktivitas selisik hanya dilakukan betina yaitu oleh Ayu (14,06%), Chintya (10,64%), Kia (2,46%) dan Pretty (0,71%). Ayu memiliki aktivitas selisik yang tinggi sesuai dengan pernyataan Struhsaker dan Leland (1987) bahwa betina dewasa pada colobus dan cercopithecus lebih sering menelisik individu lain. Aktivitas seksual tidak terjadi setiap hari dan dilakukan oleh Boki dan Ayu dalam persentase kecil yaitu 1,16% dan 0,50%. Aktivitas seksual yang terjadi pada N. larvatus, T. cristatus dan Rhinophitecus bieti tidak ada paksaan dari jantan melainkan permintaan dari betina (Wei & Xiao 2004). Perilaku Makan

Perilaku mengunyah pakan memiliki frekuensi dan durasi yang tinggi dibandingkan dengan perilaku makan lainnya. Hal ini karena

pakan sebelum masuk ke dalam tubuh harus dalam bentuk yang mudah dicerna tubuh. Perilaku makan terendah jantan dewasa, betina dewasa dan anak-anak terdapat pada melepeh pakan yaitu 1,55%, 2,47% dan 1,95% (Tabel 2). Hal ini dikarenakan perilaku melepeh pakan jarang dilakukan oleh bekantan.

Bekantan di Taman Safari Indonesia melakukan regurgitasi yaitu kembalinya isi lambung ke dalam esophagus yang di-keluarkan melalui mulut untuk dikunyah dan ditelan kembali (Vandenplas et al. 1998). Regurgitasi paling tinggi dilakukan oleh jan-tan dewasa (57,06%) (Tabel 3). Regurgitasi yang tinggi pada jantan dewasa diduga ka-rena aktivitas makan yang tinggi di-bandingkan dengan betina dewasa dan anak-anak. Regurgitasi yang terjadi pada bekantan di Taman Safari Indonesia adalah perilaku yang belum pernah dilaporkan pada bekantan di alam. Regurgitasi pada gorila di kebun bi-natang Atlanta terjadi karena ketidakcocokan

Pakan Berat kering (%) Protein (%) Lemak (%) Energi (kal/g)

Sawi hijau* 7,80 2,30 0,30 22,00 Kacang panjang, biji* 87,80 17,30 1,50 357,00

Bayam* 13,10 3,50 0,50 36,00 Daun kemang*** 36,90 10,39 0,80 986,00 Daun Rasamala*** 48,99 8,12 1,26 2045,00 Daun pepaya*** 27,25 10,16 0,78 1058,00 Daun bunut*** 39,84 2,26 0,39 1705,00 Apel malang* 15,90 0,30 0,40 58,00 Salak pondoh* 21,40 0,40 0,00 77,00 Jambu biji* 14,00 0,90 0,30 49,00 Pisang kepok** 28,00 1,20 0,20 286,60 Nasi putih* 43,00 2,10 0,10 178,00 Monkey chow** 87,72 15,50 5,00 162,00 Gibbon ball** 66,76 13,21 13,95 237,00

Page 14: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

6

 

gorila terhadap konsumsi susu yang diberikan (Lukas 1999). Perilaku regurgitasi di tempat penangkaran diduga mengindikasikan adanya

ketidakcocokan terhadap suatu jenis pakan atau kekurangan gizi.

Konsumsi Pakan Pakan yang diberikan berupa daun atau sayur dan buah. Hal ini disebabkan bekantan termasuk primata folivor namun juga memakan buah-buahan dan biji apabila tersedia di habitatnya (Yeager 1992). Selain itu, bekantan juga diberikan pakan non sayur maupun non buah (nasi, monkey chow dan gibbon ball) untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak tersedia di alam. Jumlah kon-sumsi bahan kering pada bekantan sebanyak 3556 g/hari/6 ekor. Bekantan hanya me-ngonsumsi pucuk daun muda dan daging buah saja sehingga banyak bagian pakan seperti akar, batang, sebagian biji yang tersisa. Daun muda yang masih segar memiliki kadar toksin yang lebih sedikit dibandingkan daun tua, selain itu mengandung protein yang lebih tinggi dan sedikit serat (Julliot 1993). Buah yang dimakan adalah buah mentah dan bagian daging buah serta bijinya (Matsuda et al. 2009). Bekantan mengonsumsi buah mentah, daging buah dan biji untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di dalam tubuhnya dan mencegah keracunan makanan. Kemungkinan keracunan makanan dapat diminimalisasi karena bekantan termasuk hewan yang selektif terhadap pakan (Church 1974). Palatabilitas tertinggi terdapat pada jenis kacang panjang (vigna sinensis). Kacang panjang (vigna sinensis) memiliki kandungan protein (17,3%) yaitu mendekati bahan pakan yang mengandung protein tinggi yaitu lebih dari 18%. Menurut McDonald et al. (2002) bahan pakan mengandung protein, lemak dan energi tinggi jika kandungannya masing-masing lebih dari 18%, 5% dan 3000 kal/g. Bismark (1994) mengemukakan bahwa bekantan mem-butuhkan pakan berprotein tinggi. Bekantan di penangkaran juga mengonsumsi gibbon ball dan monkey chow sebagai sumber protein dan lemak. Hasil perhitungan (Tabel 6) dan informasi NRC (2003), menunjukkan bahwa bekantan dewasa (17 kg) dan anak (4 kg) mengonsumsi bahan kering sebesar 48,82 g/BB/h dan 89 g/BB/h. Kondisi tersebut menunjukkan adanya kelebihan konsumsi bahan kering pada bekantan dewasa dan anak-anak. Demikian pula dengan status zat gizi protein. Konsumsi lemak bekantan dewasa dan anak hanya me-ngonsumsi sebesar 1,06 g/BB/h dan 2 g/BB/h. Kondisi tersebut menunjukkan adanya kekurangan konsumsi lemak pada bekantan

dewasa dan anak-anak. Demikian pula dengan status zat gizi energi bekantan dewasa dan anak-anak. Kurang efisiennya dalam manajemen pemberian pakan pada bekantan di Taman Safari Indonesia dibuktikan dari hasil perhitungan jumlah konsumsi bahan kering dan protein yang lebih banyak dari standar kebutuhan NRC (2003) sedangkan lemak dan energi masih lebih sedikit. Hasil analisis proksimat (Tabel 5), menunjukkan bahwa kandungan lemak dari pakan yang diberikan tergolong rendah sehingga konsumsi energi total juga rendah. Bekantan di Taman Safari Indonesia lebih banyak diberi daun atau sayur dan buah yang mengandung energi rendah. Kandungan zat gizi pada pakan memiliki nilai setara kalori untuk lemak adalah 9,45 kal/g, lebih tinggi dibanding dengan karbohidrat (4,10 kal/g) dan protein (5,65 kal/g) (McDonald et al. 2002). Pemberian pakan sumber protein berupa monkey chow dan kacang-kacangan untuk anak-anak bekantan perlu dikurangi, karena jumlah pemberian melebihi empat kali dari yang direkomendasikan NRC (2003) (Tabel 6). Pemberian monkey chow yang berlebih menyebabkan bekantan kelebihan protein. Selain itu, monkey chow merupakan pakan impor dengan harga yang mahal, sehingga tidak efisien dalam hal biaya. Pemenuhan ke-butuhan lemak pada bekantan dapat dilakukan pemberian alternatif buah yang mengandung lemak cukup tinggi seperti alpukat dan sawo diharapkan dapat mencukupi kebutuhan energi bekantan.

SIMPULAN

Aktivitas makan paling banyak dilakukan

oleh jantan dewasa (34,15%) dibandingkan dengan betina dewasa (29,92%; 30,91%) dan anak-anak (12%; 8%; 6%). Regurgitasi paling banyak dilakukan oleh jantan dewasa (57,06%) dibandingkan betina dewasa (28,82%) dan anak-anak (14,12%). Daun atau sayuran seperti kacang panjang (Vigna sinensis) memiliki palatabilitas tertinggi di-bandingkan dengan pakan lainnya. Konsumsi bahan kering dan protein lebih banyak dari standar kebutuhan NRC (2003) sedangkan lemak dan energi masih lebih sedikit. Jenis pakan yang diberikan di Taman Safari belum mampu memenuhi kebutuhan lemak dan

Page 15: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

7

 

energi bekantan. Kebutuhan lemak dan energi untuk bekantan dapat tercukupi dengan cara

pemberian alternatif buah yang mengandung lemak cukup tinggi seperti alpukat dan sawo.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan waktu pengamatan di musim, cuaca dan tempat penangkaran berbeda sehingga data yang diperoleh dapat berfungsi sebagai informasi dan pembanding aktivitas makan bekantan. Selain itu, diperlukan manajemen pakan yang lebih baik lagi di Taman Safari Indonesia agar kebutuhan gizi bekantan tercukupi. Disarankan untuk mengurangi bahkan menghentikan pakan sumber protein yaitu monkey chow.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor

Bauchop T, Martucci RW. 1968. Ruminant-like digestion of the langur monkey. Science. 161: 698-700.

Bismark M. 1984. Biologi dan konservasi primata di Indonesia. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Perta- nian Bogor.

Bismark M. 1994. Studi ekologi makan dan perilaku bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. [disertasi]. Bogor: Program Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Church DC et al. 1974. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Vol ke-2. Oregon: O&B Books.

Hayne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana Wanajaya.

Julliot C, Sabatier D. 1993. Diet of the red howler monkey (Alouatta seniculus) in French Guiana. Intl. J. Primatol. 14: 529-550.

Kuncoro P, Sudaryanto, Yuni LPEK. 2008. Perilaku dan jenis pakan orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Kalimantan. J. Biol. 11: 64-69.

Lukas KE. 1999. A review of nutritional and motivational factors contributing to the performance of regurgitation and

reingestion in captive lowland gorillas (Gorilla gorilla gorilla). Anim. Behav. Sci. 63: 237–49.

Martin P, Bateson P. 1987. Measuring Behaviour. Ed ke-7. London: Cambridge Univ. Press.

Matsuda I, Tuuga A, Higashi S. 2009. The feeding ecology and activity budget of proboscis monkeys. Am. J. Primatol. 71: 478-492.

McDonald P, Edwards R, Greenhalgh J. 2002. Animal Nutrition. Ed ke-6. London: Prentice Hall.

Meijaard E, Nijman V. 2000. Distribution and conservation of the proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Kalimantan, Indonesia. Biol. Cons. 92:15-24.

Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History of The Primates. Cambridge: MIT Press.

National Research Council. 2003. Nutrient Requirement of Nonhuman Primate. Ed ke-2. Washington: National Academy Press.

Patrick H, Schaible PJ. 1980. Poultry Feed and Nutrition. Connecticut: Avi Publishing Co.

Slamet DS, Tarwotjo. 1980. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia dalam Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 4. Bogor: Pusat Penelitian Gizi, Unit Semboja.

Struhsaker TT, Leland L. 1987. Colobines: infanticide by adult males. Di dalam: Smuts BB, Cheney DL, Seyfarth RM, Wrangham RM, Struhsaker TT, editor. Primate Societies. Chicago: Chicago Univ Pr. Hlm 83-97.

Vandenplas Y et al. 1998. Nutritional management of regurgitation in infants. Am. J. Nutri. 17: 308-316.

Wei CL, Xiao W. 2004. Sexual behavior in a one-male unit of Rhinophitecus bieti in captivity. Intl. J. Primatol. 23: 545-550.

Yeager CP. 1992. Proboscis monkey (Nasalis larvatus) social organization: nature organization: nature possible functions of intergroup patterns of association. Am. J. Primatol. 26: 133-137.

Page 16: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

Page 17: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

9  

Lampiran 1 Bekantan di TSI berdasarkan jenis kelamin dan umur No Nama Estimasi umur (tahun)* Kelamin Kelas umur 1 Boki 11 jantan dewasa 2 Ayu 7 betina dewasa 3 Chintya 8 betina dewasa 4 Kia 2 betina anak-anak 5 Nakula 1 jantan anak-anak 6 Pretty 1 betina anak-anak

Ket: *umur pada saat pengamatan dilakukan Sumber: data perawat bekantan Taman Safari Indonesia Lampiran 2 Jenis pakan yang diberikan TSI selama bulan April-Juli 2009

No Jenis Pakan Nama Pakan Nama Latin Tumbuhan 1 Daun atau sayuran Sawi hijau Brassica juncea Kacang panjang Vigna sinensis Bayam Amaranthus tricolor Daun kemang Mangifera caesia Daun rasamala Ficus globosa Daun pepaya Carica papaya Daun bunut Ficus glabella 2 Buah Apel Malang Mallus pumila Salak Pondoh Salacca sp. Jambu biji Psidium guajava Pisang kepok Musa sp. 3 Non (daun atau sayuran dan buah) Nasi putih - Monkey chow - Gibbon ball -

Page 18: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

9  

Konsumsi pakan yang mengandung berat kering grBobot badan gr

Lampiran 3 Hitungan kecukupan zat gizi konsumsi pakan

A. Kecukupan pakan yang mengandung berat kering

x 100%

Konsumsi pakan yang mengandung berat kering grBobot badan gr

- Dewasa

x 100%

830 gr17000 gr

x 100%

akan yang mengandung berat kering grBobot badan gr

= 4,88%

- Anak-anak Konsumsi p

x 100%

356 gr4000 gr

x 100%

8,90%

B. K pan pakan yang mengandung lemak

onsumsi pakan yang mengandung lemak grBobot badan gr

ecuku K

x 100%

- Dewasa i pakan yang mengandung lemak gr

Bobot badan grKonsums

x 100%

18 gr17000 gr

x 100%

0,11%

- Anak- a k kan yang mengandung lemak gr

Bobot badan gr

naKonsumsi pa

x 100%

8 gr4000 gr

x 100%

0,20%

Page 19: AKTIV BEKANTA VITAS MAK AN (Nasalis KAN, KUAN larvatus) Y

9  

C. Kon si pakan yang mengandung energi

i grBobot badan gr

sum

Konsumsi pakan yang mengandung energ x 100%

- Dewasa Konsumsi pakan yang mengandung energi gr

Bobot badan gr x 100%

1970 gr17000 gr

x 100%

11,58%

- Anak-anak Konsumsi pakan andung energi gr

Bobot badan gryang meng

x 100%

4000 gr844 gr

x 100%

21,10%

.