alvenia li lbm 5 jiwa
DESCRIPTION
freeeeTRANSCRIPT
GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK
STEP I
instabilitas genomik : ketidakstabilan keseluruhan genetik yang dimiliki sel
IQMerupakan suatu pemeriksaan untuk menilai intelektual seseorangNormal : 80 -100< 70 retardasi mental
STEP II
1. Apa yang dimaksud dengan logam berat ?2. Apa hubungannya intoksikasi logam berat pada masa kehamilan
dengan keluhan ?3. Bagaimana perkembangan normal pada anak usia 7 tahun?4. Mengapa pada pemeriksaan didapat IQ 50, dan apa hubungannya
dengan pasien ini ?5. Klasifikasi IQ ?6. Apa hubungannya ibu sukan makan seafood dengan keluhan ?7. Mengapa anak ini cenderung pasif dan suka bermain dengan anak
yg lbih kecil ?8. Mengapa anak ini terjadi keterlambatan bicara, dan sulit
mengucapkan huruf seperti L R S ?9. Apa saja penyebab keterlambatan perkembangan pada anak?10. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan untuk enegakkan
diagnosis ?11. Apakah ketika masih bayi terdapat gejala seperti pada
skenario? Bagaimana pencegahannya?12. Kromosom yang mana yang mengalami kelainan pada
skenario ?13. Apa kriteria diagnosis pada skenario ?
STEP 7
1. Apa yang dimaksud dengan logam berat ?
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26052/4/Chapter%20II.pdf
2. Apa hubungannya intoksikasi logam berat pada masa kehamilan dengan keluhan ?
http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/02520019.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27896/4/Chapter%20II.pdf
Toksisitas Timbal
Timbal adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai
dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Pada anak-anak, timbal mennurunkan
tingkat kecerdasan, pertumbuhan, dan pendengaran, menyebabkan anemia dan
dapat menimbulkan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan tingkah laku.
Pemaparan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah atau
kematian.
Sumber timbal ada di Cat, pabrik, air, tanah, udara, makanan, minuman, panik dan
peralatan dapur serta keramik yang dipoles, obat-obat tradisional. Gejala keracunan
timbal: gejala penyakit yang timbul setelah mencerna, menghisap dan menghirup
timbal.3 Keracunan timbal ada beberapa yaitu akut, subakut dan kronis. Nilai
ambang toksisitas timbal adalah 0,2 miligram /m3.
Hal ini terjadi karena 80% tubuh manusia terdiri dari air. Akibat interaksi
ini, terjadi proses ionisasi atau eksitasi atom-atom dalam sel yang bisa
menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimiawi dari molekul DNA, atau terjadi
mutasi titik (point mutation) dalam sel tersebut. Ini menyebabkan perubahan yang
berat dari struktur kromosom (chromosome aberration).
Perubahan struktur kromosom kemungkinan menyebabkan kerusakan
pada tingkatan tertentu dalam suatu organ. Hal ini akan terjadi pada sel yang peka
terhadap radiasi (sensitive organ). Namun, bisa terjadi sebaliknya, yaitu akibat
interaksi dengan radiasi bisa sembuh dengan sendirinya melalui proses biologis
dalam sel, disebut dengan proses perbaikan sendiri (cell repair). Hal ini tergantung
pada kemampuan dan macam sel yang bersangkutan. Jika perbaikannya tidak
sempurna, akan menghasilkan sel yang tetap hidup, tetapi sudah berubah. Di lain,
pihak partikel radiasi dapat pula mengadakan interaksi dengan molekul air dalam
sebuah sel. Dimungkinkan juga terjadi perubahan-perubahan sehingga terbentuk
molekul-molekul baru, yaitu H2O2 dan HO2 yang amat beracun yang mengakibatkan
kerusakan-kerusakan jaringan tubuh. Selain melalui kedua proses tersebut, radiasi
dapat pula menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi kimiawi lain dalam organ atau
jaringan tubuh, seperti reaksi protein denaturalisasi dan perubahan enzimatis. Juga
reaksi hormonal dalam jaringan, yang pada akhirnya akan lebih mempercepat
proses kerusakan yang kronis dan tetap, terutama pada organ-organ yang tetap.
2 etiologi pada gangguan perkembangan anak
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf
DNAGENETIK DAN RETARDASI MENTAL Para ilmuwan di Amerika Serikat mengindentifikasi gangguan genetik yang menjadi penyebab keterbelakangan atau retardasi mentaldan epilepsi. Gangguan segmen kecil dari kode DNA yang hilang, seperti diungkap ketua tim riset dari Fakultas Kedokteran
Universitas Washington Evan Eichler, juga menyebabkan malformasi, yaitu kelainan bentuk atau struktur dari organ tubuh. Evan Eichler memimpin tim terdiri dari 33 periset dari AS, Italia serta Inggris untuk menscreening seluruh genom dari 757 individu penderita retardasi mental. Sindroma yang masih belum diketahui namanya ini berkaitan dengan segmen kecil dari kode DNA yang ditemukan pada satu dari 330 kasus retardasi dengan penyebab yang belum jelas. Sindroma ini diperkirakan berdampak terhadap satu dari 40.000 populasi umum. Dua peserta studi yang tidak mempunyai hubungan keluarga diketahui kekurangan 1,5 juta nukleotid kode genetik yang terletak pada kromosom 15 dan membentang pada 6 gen berbeda. Umumnya terdapat sekitar 3 miliar nukleotid pada genom manusia. Salah satu dari gen yangdikenal dengan CHRNA7 bertanggungjawab terhadap peran protein penting yang mengantarkan pesan ke sel otak. Gangguan pada gen ini juga berkaitan dengan epilepsi serta schizophrenia. Setelah mengetahui bagian genom yang dipelajari, Eichler kemudian melakukan screeningpada 1.040 individu lainnya yang mengalami retardasi mental dengan menggunakan data dari Greenwood Genetic Centerdi South Carolina. Para individu ini, separuh diantaranya keturunan Eropa dan separuh lainnya keturunan Amerika-Afrika. Tujuh peserta studi lainnya diketahui mengalami gangguan genetik serupa dan menderita gejala gangguan yang sama. Dari sembilan kasus yang ditemukan, seluruhnya menunjukkan retardasi menengah hingga ringan. Dari pemeriksaan aktivitas elektronik otak diketahui tujuh peserta studi diketahui menderitaepilepsi. Para peserta studi ini juga mempunyai karakteristik wajah abnormal tertentu. Para periset memprediksi sindroma minoritas lainnya kemungkinan muncul melalui scan resolusi tinggi untuk penghapusan "sub-mikroskopis" pada kode genetik manusia.
3. Bagaimana perkembangan normal pada anak usia 7 tahun?
Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak usia sekolah (7-12 tahun)
1. Parameter umumRata-rata tinggi badan anak usia 7-12 tahun 113 cm dan rata-rata BB anak usia 6-12
tahun mencapai 21 kg.
2. NutrisiKebutuhan kalori harian anak usia 7-12 tahun menurun sehubungan dengan ukuran
tubuh, dan rata-rata membutuhkan 2400 kalori perhari. Banyaknya anak yang tidak menyukai sayuran, biasanya hanya satu jenis makanan,yang disukai orang tua memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pilihan anak terhadap makanan.
3. Pola tidurKebutuhan tidur setiap anak bervariasi, biasanya 8 sampai 9,5 jam setiap malam.
4. Kesehatan gigiMulai sekitar usia 6 tahun gigi permanen tumbuh dan anak secara bertahap
kehilangan gigi desi dua.
5. EliminasiPada usia 6 tahun, 85% anak memiliki kendala penuh terhadap kandung kemih dan
defekasi, enurisis nocturnal (mengompol) terjadi pada 15% anak berusia 6 tahun.
D. Perkembangan motorik1. Motorik kasar
Biasanya anak bermain sepatu roda, berenang, kemampuan berlari dan melompat meningkat secara progresif.
2. Motorik halusAnak mampu menulis tanpa merangkai huruf. Misalnya, hanya menulis salah satu huruf saja.
Pada usia ini anak masih sukar terhadap kecelakaan, terutama karena peningkatan kemampuan motorik, orang tua harus terus memberikan bimbingan pada anak dalam situasi yang baru dan mengancam keamanan.
E. Perkembangan psikososial1. Tinjauan (Erikson)
a. Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai “Industri Versus Inferioritas”. “Industri” yang dimaksud adalah kemampuan seorang anak dalam menguasai tugas perkembangannya (kepandaian), sedangkan “Inferioritas” merupakan perasaan dimana seorang anak merasa rendah diri dan kepercayaan dirinya turun akibat suatu kegagalan dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk anak.
1. Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman sekolah dan guru.
2. Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat ini berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
3. Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.4. Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis
atau perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk anak. Ketika anak merasa adekuat, rasa percaya dirinya akan menurun.
b. Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan sktivitas yang dapat ia selesaikan.
c. Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama untuk mencapai tujuan.d. Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin meningkat.
2. Rasa takut dan stressora. Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat terselesaikan atau berkurang. Namun, anak dapat menyembunyikan rasa takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai “pengecut” atau “bayi”.b. Rasa takut yang sering terjadi:
1. Gagal di sekolah2. Gertakan3. Guru yang mengintimidasi4. Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua
c. Stressor yang sering terjadi1. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan, membuat
keputusan, membutuhkan izin/persetujuan, kesepian, kemandirian dan lawan jenis.
2. Stressor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan dari teman sebaya, dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
d. Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi overprotective.
e. Anak perlu mengetahui bahwa orang-orang akan mendengarkan mereka dan memahami perkataannya.
3. Sosialisasi
a. Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dan aktivitas yang lebih kompleks, membuat keputusan, dan kegiatan yang memiliki tujuan.
b. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
c. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.d. Aktivitas kelompok, termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan banyak waktu dan
energi.
4. Bermain dan mainana. Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia sekolah.b. Karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas “geng”, pramuka
atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi, permainan papan, membaca dan mengagumi pahlawan tertentu.
c. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan permainan.d. Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
meliputi:
1. Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit2. Buku dan kerajinan tangan3. Musik dan seni
4. Kegiatan olahraga (mis:berenang)5. Kegiatan tim6. Video game (tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi permainan untuk
menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual yang tidak dikehendaki).
5. Disiplina. Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan membutuhkan
sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya, walaupun membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat keputusan.
b. Tanggungjawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
c. Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak, membantu dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa tanggungjawab.
d. Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan (memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan peraturan sampai batas minimal.
F. Perkembangan psikoseksual
1. Tinjauan (Freud)a. Periode latensi, yang terdiri dari usia 5-12 tahun, menunjukkan tahap yang relative tidak
memperhatikan masalah seksual sebelum masa pubertas dan remaja.b. Selama periode ini, perkembangan harga diri berkaitan erat dengan perkembangan
keterampilan untuk menghasilkan konsep nilai dan menghargai seseorang.
2. Perkembangan seksuala. Masa peremajaan dimulai pada akhir usia sekolah, perbedaan pertumbuhan dan
kematangan diantara kedua gender semakin nyata pada masa ini.b. Pada tahap awal usia sekolah, anak memperoleh lebih banyak pengetahuan dan sikap
mengenai seks. Selama usia sekolah, anak menyaring pengetahuan dan sikap tersebut.c. Pertanyaan mengenai seks memerlukan jawaban jujur yang berdasarkan tingkat
pemahaman anak.
G. Perkembangan kognitif1. Tinjauan (Piaget)
a. Anak berusia antara 7-11 tahun berada dalam tahap konkret operasional, yang ditandai dengan penalaran induktif, tindakan logis, dan pikiran konkret yang reversible.
b. Karakteristik spesifik tahapan ini antara lain:1. Transisi dari egosentris ke pemikiran objektif (yaitu:melihat dari sudut pandang
lain, mencari validasi, bertanya).
2. Berfokus pada kenyataan fisik saat ini disertai ketidakmampuan melihat untuk melebihi kondisi saat ini.
3. Kesulitan menghadapi masalah yang jauh, masa depan atau hipotesis.4. Perkembangan berbagai klerifikasi mental dan aktivitas yang diminta.5. Perkembangan prinsip konservasi (yaitu:volume, berat, massa, dan angka).
c. Aktivitas yang khas pada anak tahap ini antara lain:1. Mengumpulkan dan menyortir benda (mis:kartu baseball, boneka, dan kelereng)2. Meminta/memesan barang-barang menurut ukuran, bentuk, berat, dan criteria
lain.3. Mempertimbangkan pilihan dan variabel ketika memecahkan masalah.
2. Bahasa 1. Anak mengembangkan pola artikulasi orang dewasa formal pada usia 7-9 tahun.2. Anak belajar bahwa kata-kata dapat dirangkai dalam bentuk terstruktur.3. Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling penting yang
dikembangkan oleh anak.H. Perkembangan moral
Pada usia ini, konsep moral anak tidak lagi sesempit dan sekhusus sebelumnya. Antara usia 7-12 tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar-salah (yang dipelajari dari orangtua) menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Menurut Piaget, “relativisme moral menggantikan moral yang kaku”. Sebagai contoh: Bagi anak 5 tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, dia sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan; dan oleh karena itu, ia terpengaruh situasi, bahwa berbohong tidak selalu buruk.
Tahapan moral Kohlberg:1. Tingkat pertama, moralitas anak baik – anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati
orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik.2. Tingkat kedua, moralitas konvensional – yaitu moralitas dari aturan-aturan dan
penyesuaian konvensional. Jika kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, maka anak harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan.Ketika anak mencapai akhir masa kanak-kanak, kode moral berangsur-angsur mendekati kode moral dewasa, dimana perilakunya semakin sesuai dengan standar-standar yang ditetapkan oleh orang dewasa.Perkembangan moral anak-anak, ditentukan oleh: peranan disiplin, perkembangan suara hati, pengalaman rasa bersalah, dan pengalaman rasa malu.
I. Reaksi anak usia sekolah terhadap penyakit dan hospitalisasi1. Tinjauan
i. Stressor meliputi, takut terhadap mutilasi dan kematian, perhatian terhadap kesopanan.
ii. Anak usia sekolah mengalami kesulitan dengan ketergantungan yang dipaksakan.
2. Reaksi terhadap penyakita. Anak usia sekolah menganggap kekuatan dari luar sebagai penyebab penyakit.b. Mereka menyadari perbedaan tingkat keparahan penyakit. Misalnya, mereka mengetahui
bahwa kanker lebih serius daripada sakit flu.3. Reaksi terhadap hospitaliasasi
a. Mekanisme pertahanan utama anak usia sekolah adalah reaksi formasi, suatu mekanisme pertahanan yang tidak disadari. Anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang mereka sembunyikan.
b. Anak usia sekolah dapat bereaksi terhadap perpisahan dengan menunjukkan kesendirian, kebosanan, isolasi, dan depresi.
c. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga.
d. Takut cedera dan nyeri tubuh merupakan akibat dari rasa takut terhadap penyakit, kecacatan, dan kematian.
4. Penatalaksanaan keperawatana. Berikan intervesi umum
1. Motivasi pengungkapan secara verbal2. Motivasi perawatan diri3. Motivasi interaksi dengan teman sebaya4. Beritahu bahwa anak usia sekolah “boleh” untuk menangis5. Berikan informasi factual, gunakan model untuk mendemonstrasikan konsep atau
prosedur6. Sediakan benda atau aktivitas pengalih
b. Berikan kenyamanan fisik dan intervensi yang aman1. Berikan anak usia sekolah kesempatan untuk mengendalikan seluruh fungsi
tubuhnya2. Bantu perkembangan keterampilan motorik halus anak. Anjurkanlah hal-hal
berikut ini:a) Mainan bongkar pasang, seperti satu set Legob) Menggambarc) Permainan computerd) Menggambar bagian-bagian tubuhe) “Membaca catatan” saat ada pendidikan kesehatan untuk pasien
3. Perbolehkan anak untuk berpartisispasi dalam pengobatan.c. Berikan intervensi kognitif
1. Bantu mengembangkan cara berpikir rasional (berikan penjelasan ilmiah, rasional, dan peraturan) dan bantu membuat keputusan
2. Bantu anak menguasai konsep konservasi, konstan dan reversibilitas, klasifikasi dan kategorisasi
a) Biarkan anak untuk mencatat asupan dan pengeluaran urine serta tanda-tanda vital
b) Anjurkan anak untuk mengatakan kepada perawat kapan prosedur harus dilakukan
c) Bantu anak membuat buku catatan kecild) Gunakan konsep, seperti kartu atau papan permainan, dalam penyuluhan atau
permainane) Motivasi anak untuk mengerjakan tugas sekolah
3. Berikan waktu untuk, dan dorong anak mengungkapkan secara verbal (bicarakan waktunya)
d. Berikan intervensi psikososial dan emosional1. Berikan kesempatan untuk menyalurkan tekanan
a) Anjurkan interaksi dengan teman sebaya, penyuluhan kelompok, dan batasi lingkunganb) Hindari ruangan yang digabung dengan usia lain
2. Tingkatkan pencapaian kemampuana) Berikan pujian terhadap cara bermain yang kooperatifb) Beri anak tugas yang dapat diselesaikanc) Libatkan anak dalam perawatan
4. Mengapa pada pemeriksaan didapat IQ 50, dan apa hubungannya dengan pasien ini ?
a. Retardasi mental ringan
i. IQ berkisar 50 – 69
ii. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada
berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang
mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai
dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri
sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga,
walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal
5. Klasifikasi IQ ?
a. Retardasi mental ringan
IQ berkisar 50 – 69
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri
sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga,
walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita
Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan lain,
epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam
berbagai proporsi
b. Retardasi mental sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49
Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan, beberapa
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial
daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang
lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan
percakapan sederhana
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka
etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang
retardasi mental sedang
autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya
terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada
gambaran klinis dan terapinya
c. Retardasi mental berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34
Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :
Gambaran klinis
Terdapatnya etiologi organik
Kondisi yang menyertai
Tingkat prestasi yang rendah
Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang
mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis
dari susunan saraf pusat
d. Retardasi mental sangat berat
IQ biasanya di bawah 20
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti
perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang
memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan
pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut
melakukan tugas praktis dan rumah tangga
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya
dengar
e. Retardasi mental lainnya
Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan
memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu, tuli dan penderita
yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu
f. Retardasi mental yang tidak tergolongkan
Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas
PPDGJ III
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK RM
A. IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).
B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu:
efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut
usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut:
komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan
sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik fungsional,
pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan.
C. Onset sebelum usia 18 tahun.
KLASIFIKASI RM
A. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
B. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
C. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
D. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi IQ
pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.
Read more: http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/07/anak-kebutuhan-
khusus-retardasi-mental.html#ixzz2QJK28Cp8
Derajat RM IQ Usia prasekolah
(0-5)
Usia sekolah (0-21
tahun)
Usia dewasa
(>21 tahun)
Sangat
berat
< 20 Retardasi jelas Beberapa
perkembangan
motorik dapat
berespons namun
terbatas
Perkembangan
motorik dan
bicara sangat
terbatas
Berat 20-34 Perkembangan
motorik yang
miskin
Dapat berbicara
atau belajar
berkomunikasi
namun latihan
kejuruan tidak
bermanfaat
Dapat
berperan
sebagian
dalam
pemeliharaan
diri sendiri di
bawah
pengawasan
ketat
Sedang 35-49 Dapat berbicara
atau belajar
berkomunikasi,
ditangani dengan
pengawasan
sedang
Latihan dalam
ketrampilan social
dan pekerjaan
dapat bermanfaat,
dapat pergi sendiri
ke tempat yang
telah dikenal
Dapat bekerja
sendiri tanpa
dilatih namun
perlu
pengawasan
terutama jika
berada dalam
stress
Ringan 50-69 Dapat
mengembangkan
ketrampilan
social dan
komunikasi,
retradarsi mental
Dapat belajar
ketrampilan
akademik sampai
kelas 6 SD
Biasanya
dapat
mencapai
ketrampilan
social dan
kejuruan
namun perlu
bantuan
terutama bila
stress
Manifestasi klinis
Perkembangan biologik yang terhambat
Kemampuan adaptasi yang terhambat
Hambatan pada fungsi kognitif yang bersifat permanen, akan menyulitkan
anak untuk dapat berkembang secara optimal. Keterbatasan-keterbatasan
yang dicapai dalam proses perkembangan ini akan semakin jauh tertinggal
dengan perkembangan yang dicapai oleh anak normal yang sebaya.
Perkembangan proses berfikir yang mengalami kegagalan
Perkembangan fungsi kognitif yang akan menggambarkan kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi secara sistematik
dan efisien. Piaget memberikan gambaran tentang perkembangan kognitif ini
melalui urutan-urutan :
- fase sensori motor
- fase pra operasional pencapaian pada anak dengan RM
- fase operational konkrit
- fase operational formal
6. Mengapa anak ini cenderung pasif dan suka bermain dengan anak yg lbih kecil ?
Gangguan pada sistem syaraf.Anak –anak lebih peka terhadap paparan Pb, utamanya organ otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan
Anak-anak lebih rentan terhadap pengaruh yang merugikan dari timah daripada orang dewasa. Paparan timah pada usia 28 minggu masa kehamilan bertepatan dengan waktu perkembangan neurologik yang kritis, secara potensial memiliki pengaruh yang tetap walaupun kadarnya rendah sekalipun. Risiko anak terhadap
keracunan timah berhubungan dengan saat mulai belajar merangkak, berjalan dan aktivitas “tangan-ke-mulut”. Kadar timah darah mencapai puncak pada usia 18-30 bulan dan akan menurun secara berangsur-angsur pada anak belajar berjalan (toddler) dan usia sekolah.4
Timah adalah zat neurotoksik, sangat mempengaruhi perkembangan sistem saraf. Anak lebih rentan terhadap paparan timah yang akhirnya mengakibatkan anak lebih tinggi mengabsorsi timah daripada orang dewasa. Pada hewan percobaan yang keracunan timah paparan timah berhubungan dengan transmisi sinyal pada sinaps dan menganggu molekul adhesi sel, menyebabkan gangguan pada migrasi sel selama waktu yang kritis dari perkembangan sistem syaraf. Gangguan ekspresi subunit N-methyl-D-aspartate receptor (NMDAR) dan NMDAR-mediated calcium signaling pada sinaps glutamatergik yang dianggap sebagai mekanisme utama defisit yang disebabkan timah pada plastisitas sinaptik dan pada defisit proses belajar dan memori.4
Efek neurologikal klinis yang berhubungan dengan paparan timah sering terjadi secara kompleks. Defisit yang terjadi dilaporkan adalah pada IQ verbal, kepandaian akademik IQ seperti membaca dan matematika, keahlian visuo-spatial, kemampuan menyelesaikan masalah, ketrampilan gerak dan gerakan halus, kepandaian bahasa dan memori. Paparan timah dilaporkan oleh para peneliti sangat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak sampai dengan terjadinya retardasi mental.4
Timah memasuki seluruh jaringan tubuh, didistribusikan melalui pembuluh darah, salah satunya menuju ke otak. Timah di susunan saraf pusat meningkatkan permeabilitas blood brain barrier (BBB) mengakibatkan penumpukan di otak .12 Lokasi penumpukan timah di otak girus frontal inferior kiri, girus frontal medial kiri dan kanan, seperti terlihat pada gambar di bawah ini (Gambar 3). Sel-sel mengabsorbsi timah melalui jalur yang sama dengan ion kalsium dan mengatur aktivitas jalur tersebut untuk menyerap lebih banyak timah dalam sel.13
Gambar 2. Gambaran MRI anak yang terpapar timah dengan lokasi girus frontal inferior kiri, girus temproral medial kiri dan kanan. (Dikutip dari Yuan W dkk.,2006)
7. Dampak anak RM pada diri sendiri dan keluarga ?8. Penyakit yang disertai adanya RM dan disebabkan adanya RM ?9. Mengapa anak ini terjadi keterlambatan bicara, dan sulit
mengucapkan huruf seperti L R S ?
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab gangguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:
GANGGUAN PENDENGARAN.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada
keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin). Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.
KELAINAN ORGAN BICARA.
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”.Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
KETERLAMBATAN BICARA, BERBAHAYA ATAU TIDAK BERBAHAYA- Dr Widodo Judarwanto SpA
10. Apa saja penyebab keterlambatan perkembangan pada anak?
11. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan untuk enegakkan
diagnosis ? Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang
menderita retardasi mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
o. Urin reducing substance’
p. Urin ketoacid
q. Urin asam vanililmandelik
12. Apakah ketika masih bayi terdapat gejala seperti pada skenario? Bagaimana pencegahannya?
Pencegahan Primer. Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk hidup sehat gizi dan kebersihan. Perbaikan keadaan sosio ekonomi.
Konseling genetik.
Tindakan medis yang baik pada prenatal, natal, pasca natal ibu terhadap bayi.
Pencegahan Sekunder. Diagnosa dan pengobatan dini.
Pencegahan Tertier. Rehabilitasi: pendidikan, latihan khusus (SLB). Perkembangan hidup emosinya mempengaruhi hubungan antara manusia dan
ketidakmampuan untuk bersaing menyebabkan trauma bayinya.
Tuntutan dan harapan orang tuanya (orangtua yang tidak mengerti/mengetahui).
Sikap umum masyarakat terhadap RM sangat mempengaruhi reaksi orangtua terhadap adanya anak dengan RM dalam keluarga mereka.
Pengobatan/perawatan Dibatasi dengan ditujukan pada penyebab, misal: neurolepsilia, gelisah dan hiperaktif. Perawatan rohani lebih ditekankan.
Pembagian tingkat intelegensi dan ciri-cirinya.
NamaIQ Tingkat
Patokan
Sosial
Patokan
Pendidikan
SangatSuperior
130 TinggiSekali
Bisa berguna bagi masyarakat jenius
Terlalu pandai untuk sekolah biasa
Superior
110-
130
Tinggi Dapat
berfungsi
Dapat
menyelesaikan
Normal
86-104 Normal Dapat
berfungsi
Dapat
menyelesaikan
Bodoh/bebal
68-85
Tarafperba
tasan
Tidak
sanggup
Beberapa kali
tidak naik
Dיbil Total
52-67 RM
ringan
Dapat mencari nafkah secara sederhana dalam keadaan baik, perkem-bangan motorik dan bicara normal
Perkembang
Dapatdilatih/dididik di sekolah khusus Sukar berpikir abstrak
Kriminalitas
Idiot (pudis)
20
RMsangat
berat
Tidak
mengenal
Tidak dapat
dilatih dan
http://e-medis.blogspot.com/2013/06/retardasi-mnetal-diagnosa-pengobatan.html
13. Kromosom yang mana yang mengalami kelainan pada skenario ?
3.3.2. Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang lalu (Tjio dan Levan, 1956, dalam Durand, 2007). Tiga tahun berikutnya, para peneliti
menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
3.3.2.1. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21. (Durand, 2007).
Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50. (Wade, 2000, dalam Nevid 2003). Menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47.
Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)
3.3.2.2. Fragile X syndrome.
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini ( Dynkens, dkk, 1998, dalam Durand, 2007).
14. Apa kriteria diagnosis pada skenario(dari awal diagnosa sampai penatalaksanaan) ?
Retardasi Mental
1. Definisi Retardasi Mental
Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) 1992 Retardasi mental yaitu : Kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan berbahasa; keterampilan merawat diri, ADL; keterampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dan lain-lain.
Retardasi mental merupakan suatu gangguan Aksis II dimana dalam DSM-IV-TR untuk gejala anak retardasi mental terbagi dalam tiga kelompok yaitu :
1. Kriteria pertama, seseorang harus memiliki intelektual yang secara signifikan berada di tingkatan sub average (dibawah rata-rata), yang ditetapkan berdasarkan satu tes IQ atau lebih.
2. Kriteria Kedua, adanya defisit atau hendaya dalam fungsi adaptif yang muncul beragam setidaknya dua bidang yakni, komunikasi, merawat diri sendiri, mengurus rumah, keterampilan sosial, interpersonal, pemanfaatan sumber daya di masyarakat, keterampilan akademis, pekerjaan, kesehatan, dan keselamatan. Tes yang paling dikenal adalah Adaptive Behavior Scale, atau ABS untuk mnegukur prilaku adaptif. Contoh dati item dalam Vineland Adaptive Behavior Scales, yaitu:·
Umur 2 tahun mampu mengucapkan setidaknya 50 kata yang dikenali. Selain itu dapat membuka sweater, atau kemeja kancing depan tanpa dibantu.·
Umur 5 tahun mampu untuk menceritakan cerita populer, dongeng, lelucon panjang, atau jalan cerita program TV serta mengikat tali sepatu yang menjadi suatu simpul, tanpa bantuan.·
Umur 8 tahun mampu untuk menyimpan rahasia lebih dari 1 hari dan sudah bisa memesan makan sendiri di restoran.·
Umur 11 tahun mampu untuk mengunakan telepon untuk semua jenis panggilan, tanpa bantuan . menonton TV atau mendengarkan radio untuk informasi tertentu· Umur 16 tahun mampu untuk menjaga kesehatan sendiri, merespon isyarat tidak langsung dalam suatu pembicaraan.
3. Kriteria Ketiga, anak dengan retardasi mental ciri intelektual dan kemampuan adaptif itu harus muncul sebelum mencapai 18 tahun.
2. Indikator Retardasi
MentalGejala anak retardasi mental menurut (Brown, dkk 1991 dalam Sekar, 2007) menyatakan :
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti : berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya : memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dan lain-lain.
3. Sebab Retardasi Mental
3.1. Faktor Prenatal·
Penggunaan berat alkohol pada perempuan hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang mereka lahirkan yang disebut dengan fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. (Durand, 2007).·
Penyakit ibu yang juga menyebabkan retardasi mental adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala, menempatkan anak pada resiko lebih besar terhadap gangguan retardasi mental. Kelahiran premature juga menimbulkan resiko retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah, juga dapat terkena retardasi mental. (Nevid, 2003)
3.2. Faktor Psikososial·
Seperti lingkungan rumah atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental. (Nevid, 2002)·
Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar keterampilan-keterampilan yang penting dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang dari generasi ke generasi (Nevid, 2002).·
Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Pengaruh cultural yang mungkin memberikan kontribusi terhadap gangguan ini termasuk penganiayaan, penelantaran, dan deprivasi sosial. (Durand, 2007)
3.3. Faktor Biologis
3.3.1. Pengaruh genetik
Kebanyakan peneliti percaya bahwa di samping pengaruh-pengaruh lingkungan, penderita retardasi mental mungkin dipengaruhi oleh gangguan gen majemuk (lebih dari satu gen) (Abuelo, 1991, dalam Durand, 2007)
Salah satu gangguan gen dominan yang disebut tuberous sclerosis, yang relatif jarang, muncul pada 1 diantara 30.000 kelahiran. Sekitar 60% penderita gangguan ini memiliki retardasi mental (Vinken dan Bruyn, 1972, dalam Durand 2007).
Phenyltokeltonuria (PKU) merupakan gangguan genetis yang terjadi pada 1 diantara 10.000 kelahiran (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2002). Gangguan ini disebabkan metabolisme asam amino Phenylalanine yang terdapat pada banyak makanan. Asam Phenylpyruvic, menumpuk dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
3.3.2. Pengaruh kromosomal
Jumlah kromosom dalam sel-sel manusia yang berjumlah 46 baru diketahui 50 tahun yang lalu (Tjio dan Levan, 1956, dalam Durand, 2007). Tiga tahun berikutnya, para peneliti menemukan bahwa penderita Sindroma Down memiliki sebuah kromosom kecil tambahan. Semenjak itu sejumlah penyimpangan kromosom lain menimbulkan retardasi mental telah teridentifikasi yaitu Down syndrome dan Fragile X syndrome.
3.3.2.1. Down syndrome
Sindroma down, merupakan bentuk retardasi mental kromosomal yang paling sering dijumpai, di identifikasi untuk pertama kalinya oleh Langdon Down pada tahun 1866. Gangguan ini disebabkan oleh adanya sebuah kromosom ke 21 ekstra dan oleh karenanya sering disebut dengan trisomi 21. (Durand, 2007).
Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50. (Wade, 2000, dalam Nevid 2003). Menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47.
Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupakan ciri-ciri anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan. (Nevid, 2003)
3.3.2.2. Fragile X syndrome.
Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah sindrom down (Plomin, dkk, 1994, dalam Nevid, 2003). Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya. Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap 2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini ( Dynkens, dkk, 1998, dalam Durand, 2007).
4. Tingkatan Retardasi Mental
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ),
2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih, dan
3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional). Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-ringannya retardasi mental yangmenurut GPPDGJ - 1 (W.F. Maramis, 2005: 390-392) adalah sebagai berikut.:
· Retardasi Mental Taraf Perbatasan
a. Intelligence Quotient : 68 - 85 (keadaan bodoh/bebal)
b. Patokan social: Tidak dapat bersaing dalam mencari nafkah
c. Patokan pendidikan : Beberapa kali tak naik kelas di SD
· Retardasi Mental Ringan
a. Intelligence Quotient : 52 – 67 (debil/moron/keadaan tolol)
b. Patokan sosial: Dapat mencari nafnah sendiri denganmengerjakan sesuatu yang sederhana danmekanistis.
c. Patokan pendidikan : Dapat dididik dan dilatih tetapi pada sekolahkhusus (SLB)Tidak selalu dapat dibedakan dengan anak-anak normal sebelum mulai bersekolah.
· Retardasi Mental Sedang
a. Intelligence Quotient : 36 – 51 (taraf embisil/keadaan dungu)
b. Patokan sosial: Tidak dapat mencari nafkah sendiri. Dapat melakukan perbuatan untuk keperluan dirinya(mandi, berpakaian, makan, dst.).
c. Patokan pendidikan : Tidak dapat dididih, hanya dapat dilatih.Memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik yang normal
· Retardasi Mental Berat
a. Intelligence Quotient : 20 – 35
b. Patokan sosial: Tidak dapat mencari nafkah sendiri. Kurangmampu melakukan perbuatan untuk keperluandirinya. Dapat mengenal bahaya.
c. Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik, dapat dilatih untuk hal-halyang sangat sederhana.
Umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktifitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi
· Retardasi Mental Sangat Berat
a. Intelligence Quotient : Kurang dari 20 (idiot/keadaan pander)
b. Patokan social: Tidak dapat mengurus diri sendiri dan tidakdapat mengenal bahaya. Selama hiduptergantung dari pihak lain.
c. Patokan pendidikan : Tidak dapat dididik dan dilatihMembutuhkan supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar mengalami abnormalitas fisik yang berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun.
5. Penanganan Retardasi Mental
5.1. Pendekatan Medis
Penggunaan Ritalin efektif untuk mengurangi perilaku antisosial pada anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan tingkah laku.
5.2. Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini mendasarkan pada prosedur operant conditioning. Misalnya, Program penanganan residential, yang menetapkan aturan dengan jelas terhadap anak-anak. Mereka akan diberikan reward untuk perilaku yang tepat dan hukuman untuk perilaku yang tidak tepat.
5.3. Pendekatan Kognitif-Behavioral
.Penanganan anak dengan gangguan tingkah laku dilakukan dengan Terapi Kognitif Behavioral, yaitu melatih anak dengan gangguan tingkah laku untuk berpikir bahwa konflik sosial adalah masalah yang dapat diselesaikan dan bukan merupakan tantangan terhadap kejantanan mereka, yang harus dibuktikan dengan kekerasan. Anak-anak ini dilatih menggunakan keterampilan calming self talk, yaitu teknik untuk berpikir & berbicara kepada diri sendiri, tujuannya adalah menghambat perilaku impulsif, mengendalikan kemarahan, dan mencoba solusi yang tidak mengandung kekerasan dalam menghadapi konflik sosial.
5.4. Pendekatan Keluarga-Lingkungan (Family ecological approach).
Pendekatan ini dikembangkan oleh Hanggeler, yang didasarkan pada teori ekologis dari Urie Bronfenbrenner. Pendekatan ini meyakini bahwa anak berada dalam berbagai sistem sosial (keluarga, sekolah, hukum, komunitas, dll). Ia menekankan bahwa anak-anak/remaja yang melanggar peraturan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem sosial yang berinteraksi dengan mereka. Teknik yang digunakan adalah berusaha mengubah hubungan anak dengan berbagai sistem, untuk menghentikan perilaku dan interaksi yang mengganggu.
++
RETARDASI MENTAL (RM)
Definisi
Menurut NOYES retardasi mental adalah individu yang mempunyai
keterbatasan kepribadian, sehingga mengakibatkan kegagalan untuk
mengembangkan kapasitas inetelektualnya, yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan lingkungannya, menjadi seorang yang mandiri.
Menurut ROAN retardasi mental adalah individu dengan keterbatasan
kemampuan atau terhentinya proses perkembangan otak, yang berakibat
terhentinya proses maturasi, sehingga individu tersebut tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya atau terhadap harapan dari
masyarakatnya, supaya dapat mempertahankan hidupnya tanpa
dukungan dan bantuan dari luar.
Menurut MaramisRetardasi mental adalah individu dengan keadaan
intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
masa lahir atau sejak masa anak)
Menurut PPDGJ II
Individu dengan keadaan yang terdiri dari:
a. Fungsi intelektual umum dibawah rata2 yang cukup bermakna (IQ< 70)
b. Yang mengakibatkan atau berhubungan dengan kekurangan atau
hendaya dalam perilaku adaptif
c. Tumbul sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental, dr. Ismed Yusuf, FK UNDIP 1991
Etiologi
FAKTOR PENYEBAB
A. Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.
B. Keruskan fisik otak.
C. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.
D. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.
E. Kelainan Kromosom
1. Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina
diri, memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50
(penurunan terus terjadi mulai usia 1 s/d 30 tahun). Catatan: penderita down
sindrom kebanyakan hidup tidak lebih dari 40 tahun.
2. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek.
Diagnosis: gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif.
Catatan: Fungsi Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.
Penjelasan
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan
janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi,
jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam
tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi,
karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat
kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa
retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan
sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan
oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak
yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme
(misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan,
dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan
berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi
perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu
dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6
tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi,
inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak
yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi
sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan
mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak
diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang
tak diketahui sebabnya.
f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya.
Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering
disebut mongoloid. .
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram
dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada
masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan
psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya
retardasi mental pada anak.
Read more: http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/07/anak-
kebutuhan-khusus-retardasi-mental.html#ixzz2QJJcz1Wf
Klasifikasi
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ),
2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih, dan
3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional).
Read more: http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/07/anak-
kebutuhan-khusus-retardasi-mental.html#ixzz2QJK28Cp8
Derajat
RM
IQ Usia prasekolah
(0-5)
Usia sekolah (0-
21 tahun)
Usia dewasa
(>21 tahun)
Sangat < 20 Retardasi jelas Beberapa Perkembangan
berat perkembangan
motorik dapat
berespons
namun terbatas
motorik dan
bicara sangat
terbatas
Berat 20-34 Perkembangan
motorik yang
miskin
Dapat berbicara
atau belajar
berkomunikasi
namun latihan
kejuruan tidak
bermanfaat
Dapat
berperan
sebagian
dalam
pemeliharaan
diri sendiri di
bawah
pengawasan
ketat
Sedang 35-49 Dapat berbicara
atau belajar
berkomunikasi,
ditangani dengan
pengawasan
sedang
Latihan dalam
ketrampilan
social dan
pekerjaan dapat
bermanfaat,
dapat pergi
sendiri ke tempat
yang telah
dikenal
Dapat bekerja
sendiri tanpa
dilatih namun
perlu
pengawasan
terutama jika
berada dalam
stress
Ringan 50-69 Dapat
mengembangkan
ketrampilan
social dan
komunikasi,
retradarsi mental
Dapat belajar
ketrampilan
akademik sampai
kelas 6 SD
Biasanya
dapat
mencapai
ketrampilan
social dan
kejuruan
namun perlu
bantuan
terutama bila
stress
Manifestasi klinis
Perkembangan biologik yang terhambat
Kemampuan adaptasi yang terhambat
Hambatan pada fungsi kognitif yang bersifat permanen, akan
menyulitkan anak untuk dapat berkembang secara optimal.
Keterbatasan-keterbatasan yang dicapai dalam proses
perkembangan ini akan semakin jauh tertinggal dengan
perkembangan yang dicapai oleh anak normal yang sebaya.
Perkembangan proses berfikir yang mengalami kegagalan
Perkembangan fungsi kognitif yang akan menggambarkan
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
secara sistematik dan efisien. Piaget memberikan gambaran tentang
perkembangan kognitif ini melalui urutan-urutan :
- fase sensori motor
- fase pra operasional pencapaian pada anak dengan RM
- fase operational konkrit
- fase operational formal
Diagnosis
g. Retardasi mental ringan
IQ berkisar 50 – 69
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada
berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang
mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai
dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa
tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk
keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam
merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan
keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya
agak lambat daripada normal
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang
bersifat akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan
menulis
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil
penderita
Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan
lain, epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat
ditemukan dalam berbagai proporsi
h. Retardasi mental sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49
Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan,
beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam
keterampilan visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung
pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun
dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat
berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka
etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang
retardasi mental sedang
autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya
terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada
gambaran klinis dan terapinya
i. Retardasi mental berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34
Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :
Gambaran klinis
Terdapatnya etiologi organik
Kondisi yang menyertai
Tingkat prestasi yang rendah
Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik
yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan
adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang
bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat
j. Retardasi mental sangat berat
IQ biasanya di bawah 20
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter
mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang
memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan
pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat
sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan
daya dengar
k. Retardasi mental lainnya
Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin
dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta,
bisu, tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau
fisiknya tidak mampu
l. Retardasi mental yang tidak tergolongkan
Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas
PPDGJ III
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK RM
D. IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).
E. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang
(yaitu: efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut
menurut usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang
keterampilan berikut: komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan
interpersonal, menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri,
keteramplilan akademik fungsional, pekerjaan, kesehatan, liburan dan
keamanan.
F. Onset sebelum usia 18 tahun.
KLASIFIKASI RM
E. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
F. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
G. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
H. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi
IQ pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DENGAN RM
Derajad RM Usia Prasekolah
Maturasi & Perkembangan
Usia sekolah 6-20
Latihan & Pendidikan
Dewasa (21 & lebih)
Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
Sangat berat
Retardasi jelas; kapasitas
berfungsi yang minimal dalam
bidang sensorimotorik;
memerlukan perawatan;
memerlukan bantuan &
pengawasan terus menerus.
Ada beberapa
perkembangan motorik;
dapat berespon minimal
atau terbatas terhadap
latihan menolong diri
sendiri.
Beberapa perkembangan
motorik dan bicara; dapat
mencapai perawatan diri
yang sangat terbatas;
memerlukan perawatan.
Berat Perkembangan motorik yang Dapat berbicara atau Dapat bereperan sebagian
miskin; berbicara sedikit
biasanya tidak mampu belajar
dari latihan menolong diri
sendiri; sedikit atau tidak
mempunyai keterampilan
komunuikasi.
belajar berkomunikasi;
dapat dilatih dalam
kebiasaan sehat dasar;
memperoleh manfaat
dari latihan kebiasaan
sistematik; tidak mampu
memperoleh manfaat
dari latihan kejuruan.
dalam pemeliharaan diri
sendiri dibawah
pengawasan lengkap;
dapat mengembangkan
keterampilan melindungi
diri sendiri sampai tingkat
minimal yang berguna
dalam lingkungan yang
terkendali.
Sedang
Dapat berbicara atau belajar
untuk berkomunikasi;
kesadaran sosial yang buruk;
perkembangan motorik yang
cukup; mendapat manfaat dari
latihan menolong diri sendiri;
dapat ditangani dengan
pengawasan sedang.
Dapat memperoleh
manfaat dari latihan
dalam keterampilan
sosial dan pekerjaan;
tidak mungkin
berkembang lebih dari
kelas dua dalam subjek
akademik; dapat belajar
pergi sendirian ditempat
yang dikenal.
Dapat bekerja sendiri
dalam pekerjaan yang tidak
terlatih dan setengah
terlatih dibawah kondisi
terawasi; memerlukan
pengawasan dan
bimbingan jika berada
dalam stress sosial atau
ekonomi ringan.
Ringan
Dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan
komunikasi; retardasi minimal
dan bidang sensorimotorik;
sering tidak dapat dibedakan
dari normal sampai lebih tua.
Dapat belajar
keterampilan akademik
sampai kira-kira kelas
enam pada akhir usia
remaja; dapat dibimbing
untuk menyesuaikan diri
dengan sosial.
Biasanya dapat mencapai
keterampilan sosial dan
kejuruan yang adekuat
untuk membiayai diri
sendiri minimal tetapi
mungkin memerlukan
bantuan dan bimbingan jika
dibawah stress sosial atau
ekonomi yang tidak biasa.
Catatan: Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis adalah:
1. Anak RM biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan
cara yang sesuai dengan umur mentalnya,
2. mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain,
3. mereka memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.
D. Pencegahan Retardasi Mental
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat
dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a. Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan
dengan:
1) pendidikan kesehatan pada masyarakat,
2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi,
3) konseling genetik,
4) Tindakan kedokteran, antara lain:
perawatan prenatal dengan baik,
pertolongan persalinan yang baik, dan
pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan
diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
E. Penanganan Retardasi Mental
Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada
penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun
orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita
retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh
karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu
memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu
mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis
dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada
dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari
orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta
perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal
antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk
mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental,
yaitu:
1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian
sendiri, dst.,
2) Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita,
dan
4) Latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.
Read more: http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/07/anak-
kebutuhan-khusus-retardasi-mental.html#ixzz2QJKJWh7W
KOMPLIKASI
-Serebral palcy
-Gangguan kejang
-Gangguan kejiwaan
-Gangguan konsentrasi /hiperaktif
-Defisit komunikasi
-Konstipasi
UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
-Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
-Uji perkembangan seperti DDST II
-Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson
Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).
AUTISM
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan
umur 3 tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai
perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai
minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan
berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal. Terdapat
6 GEJALA UTAMA AUTISM
1. Kegagalan untuk mengembangkan khidupan sosial normal
2. Gangguan bicara, Bahasa dan komunikasi
3. Abnormal Relationships to Objects and Events
4. Respon tidak normal terhadap stimulasi sensoris
5. Perbedaan perkembangan dan keterlambatan perkembangan
6. Dimulai selama usia bayi atau anak