artikel sistem monitoring obyek bergerak-revisi1
Post on 11-Oct-2015
54 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
Abstrak Pertambahan jumlah alat transportasi yang
makin pesat namun tidak diimbangi pertambahan luas infrastruktur jalan menyebabkan meningkatnya kemacetan lalu lintas, yang pada akhirnya menyebabkan pemborosan energi. Diperlukan sebuah sistem yang dapat memantau kondisi kepadatan lalu lintas dan memberi informasi kepada pengguna, sehingga pengguna dapat memilih jalur transportasi yang efisien. Sebagai rintisan dari pengembangan sistem tersebut, sistem monitoring obyek bergerak berbasis SMS dan peta digital ini merupakan gabungan teknologi komunikasi satelit dan komunikasi seluler yang dilengkapi sistem mikrokontroler. Untuk perangkat lunak pada sisi server digunakan IDE pemrograman Visual Studio Net 2010, MySQL Server dan Gammu, sedangkan pada sisi embedded digunakan IDE Code Vision untuk pemrograman C dan peta digital Google. Untuk perangkat keras digunakan mikrokontroler ATMega 162, GPS PMB 468 dan modem GSM. Melalui perancangan perangkat lunak dan perangkat keras yang optimal serta optimalisasi rancangan, dihasilkan prototype yang stabil. Pengujian dilakukan di sepuluh lokasi yang memiliki latitude dan longitude berbeda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem mampu menghasilkan tingkat akurasi lokasi sebesar 3 meter. Waktu akses informasi SMS ke pengguna dipengaruhi oleh jaringan operator seluler, dengan rata-rata waktu akses berkisar 6 hingga 7 detik. kata kunci: GPS, GSM, Mikrokontroler, Peta Digital Google, Latitude-longitude
I. PENDAHULUAN ISTEM transportasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia modern.
Makin hari, kebutuhan manusia terhadap alat transportasi semakin meningkat. Namun, pertambahan jumlah alat transportasi yang tidak diimbangi pertambahan luas infrastruktur jalan menyebabkan munculnya masalah baru, yaitu meningkatnya kemacetan lalu lintas1). Kemacetan yang terjadi terus
menerus pada akhirnya menyebabkan pemborosan energi. Untuk mengetahui lokasi terjadinya kemacetan, diperlukan sebuah sistem perangkat cerdas yang dapat memantau kondisi kepadatan lalu lintas dan memberi informasi kepada pengguna, sehingga pengguna dapat memilih jalur transportasi yang efisien.
Tulisan ini merupakan rintisan dari pengembangan sistem tersebut. Pada tulisan ini diuraikan arsitektur sistem untuk memantau lokasi obyek bergerak dengan memanfaatkan layanan berbasis lokasi (Location Based Service, LBS) dari Global Positioning System (GPS), teknologi embedded microcontroller dan modem Global System for Mobile communications (GSM) untuk mengirimkan Short Message Service (SMS) melalui jaringan seluler GSM. Informasi dari SMS tersebut diterima oleh GSM gateway dan diteruskan ke server. Server mengolah informasi tersebut dan menampilkan di layar dengan bantuan peta Google (Google map) yang diunduh dari Internet. Karena berbasis arsitektur klien-server, maka jumlah klien obyek bergerak yang dipantau dapat lebih dari satu.
II. DASAR TEORI DAN RUJUKAN ARTIKEL
A. Dasar teori Global Positioning System (GPS) merupakan sistem
navigasi satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan nama NAVSTAR GPS. Satelit GPS pertama diluncurkan pada tahun 1978 untuk keperluan militer, dan pada tahun 1980 mulai dipergunakan juga untuk keperluan sipil2). Sejak tahun 1994, sistem ini menggunakan konstelasi 24 satelit sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu.
Sistem Monitoring Obyek Bergerak berbasis Short Message Service (SMS) dengan tampilan Peta Digital
dibantu perangkat Global Positioning System (GPS)
Subuh Pramono1, Wahyu Sulistiyo2, Muhammad Anif3, Tulus Pramuji4, Syahid5 1,2,3,4,5 Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang
S
-
GPS Tracker, sering disebut dengan GPS Tracking, adalah teknologi Automated Vehicle Locater (AVL) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan real-time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital.
Gambar 1 Sistem satelit GPS2)
Terdapat tiga bagian penting dari sistem ini, yaitu
bagian kontrol, bagian angkasa, dan bagian pengguna. Bagian kontrol berfungsi untuk mengontrol orbit satelit. Bagian ini berfungsi melacak orbit, lokasi, ketinggian, dan kecepatan satelit karena satelit bisa jadi berada sedikit di luar orbit. Sinyal-sinyal dari satelit diterima oleh bagian kontrol, dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit. Koreksi data lokasi yang tepat dari satelit ini disebut dengan data ephemeris.
Bagian angkasa terdiri dari kumpulan satelit yang berada di orbit bumi, sekitar 12.000 mil di atas permukaan bumi. Kumpulan satelit ini diatur sedemikian rupa sehingga alat navigasi setiap saat dapat menerima paling sedikit sinyal dari empat buah satelit.
Bagian pengguna terdiri dari alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data almanak dan ephemeris yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data almanak berisikan perkiraan lokasi (approximate location) satelit yang dipancarkan terus menerus oleh satelit, sedangkan data ephemeris dipancarkan oleh satelit dan valid untuk sekitar 4 hingga 6 jam.
Mikrokontroler ATMega 162 merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang dikeluarkan oleh Atmel. Mikrokontroler ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan mikrokontroler lain yang telah dikeluarkan oleh Atmel seperti ATMega8535 ataupun ATMega16. Mikokrontroler ini memiliki 2 USART yang dapat digunakan secara bersamaan. Diagram blok dari mikrokontroler ini diperlihatkan pada Gambar 2. Fitur yang dimiliki ATMega 162 adalah: 16kB Flash Memory, 512 byte EEPROM dan 1 kB
SRAM, 2 buah 8-bit timer/counters, 2 buah 16-bit
timer/counters, 6 kanal PWM, antarmuka SPI, 2 USART, watchdog timer, dan
analog comparator, dan tersedia 35 jalur Input/Output.
Gambar 2 Diagram Blok ATMega62 3)
Modul GPS yang digunakan sebagai antarmuka
mikrokontroler adalah PMB-468 karena mempunyai antarmuka RS232 dan USART TTL. Protokol yang digunakan untuk berkomunikasi menggunakan Standar NMEA 0183. Dengan menggunakan Chip SIRF Star III modul GPS ini memiliki spesifikasi: Sangat sensitif (tracking sensitivity: -159dBm), kecepatan yang tinggi TTFF (Time To First Fix)
pada sinyal yang lemah, mendukung protokol NMEA 0183, dukungan supercap bagi pemeliharaan data sistem
-
untuk akuisisi data satelit yang cepat, antena yang sudah terpasang internal, penguncian untuk sinyal yang lemah, ukuran yang kecil, dan pemrosesan 20 kanal secara parallel4).
Modem GSM merupakan modem yang menggunakan sinyal GSM untuk komunikasi data. Modem ini sangat bermanfaat pada aplikasi telemetri karena mendukung transfer data SMS. Modem GSM yang digunakan pada penelitian ini adalah Wavecom1306B, yang mempunyai spesifikasi sebagai berikut5) : GSM Dualband 900/1800MHz, GPRS Class 10, voice/Data/Fax/SMS, TCP/IP Basic (TCP/UDP), AT command set (GSM 07.05, GSM 07.07 dan
Wavecom), Text and PDU SMS, Point to point SMS
(MT/MO), Cell Broadcast, UCS2 Character Set Management , Operating LED, dan Metal casing.
Gambar 3 Modem Wavecom1306B5)
Perangkat lunak yang digunakan pada aplikasi SMS
gateway pada penelitian ini adalah Gammu. Gammu merupakan perangkat lunak open source dan dapat digunakan di sistem operasi Linux maupun Windows. Dengan menggunakan Gammu, developer membuat aplikasi yang dapat berinteraksi dengan Gammu untuk mengembangkan aplikasi SMS Gateway. Gammu juga mendukung penggunaan basis data yang bervariasi seperti MySQL maupun PostgreSQL6).
Google map merupakan aplikasi peta Geographical
Information System (GIS) yang disediakan oleh perusahaan Google di Internet. Google map dapat memetakan banyak tempat di dunia karena mempunyai basis data lokasi yang sangat banyak. Layanan ini bersifat gratis sehingga dapat digunakan oleh pengembang sistem untuk membangun aplikasi pemetaan yang cukup kompleks. Google map mempunyai Application Programming Interface (API) yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan aplikasi lain. Salah satu peta tampilan Google map ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4 Peta tampilan Google map
B. Rujukan Artikel Pemanfaatan GPS dalam bidang transportasi darat
pernah diteliti oleh Ref 7). Perkembangan sistem transportasi darat yang makin pesat menyebabkan semakin meluasnya kemacetan di jalan raya, yang pada akhirnya menyebabkan pemborosan energi. GPS sebagai teknologi pemetaan yang presisi dapat digunakan sebagai sistem navigasi untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Pengguna sistem akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melewati jalur transportasi yang paling efisien sehingga mengurangi pemborosan energi. Pada Ref 8) dikembangkan sebuah aplikasi berbasis sistem operasi Android yang digunakan sebagai sistem navigasi pada lokasi obyek wisata. Aplikasi yang dihasilkan pada penelitian ini telah berhasil berinteraksi dengan sistem GPS dan dilengkapi dengan penampil peta Google (Google map) sehingga kondisi waktu-nyata (real-time) suatu obyek dapat dideteksi, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5. Meski demikian, aplikasi yang dihasilkan hanya dapat dijalankan di perangkat telepon seluler yang memiliki platform sistem operasi Android. Aplikasi tersebut bersifat individual, bukan sistem klien-server, dan
-
Gambar 5 Aplikasi Android untuk navigasi
dengan tampilan peta Google8)
belum memiliki kerjasama antar aplikasi yang diperlukan pada sebuah sistem navigasi cerdas. Selain itu, aplikasi tersebut menggunakan data yang bersifat statis, yaitu rute dan panjang jalan. Adapun variabel yang bersifat dinamis seperti kepadatan jalan dan kecepatan obyek di jalan tidak dapat dipantau sehingga sistem navigasi yang dikembangkan kurang dapat bekerja maksimal.
Penelitian pada Ref 8) diperbaiki pada Ref 9) yang merancang-bangun sistem berbasis klien-server. Selain dapat berinteraksi dengan sistem GPS, sistem ini juga terhubung ke jaringan seluler melalui modem GSM.
Pada perangkat bergerak (mobile device) terdapat mikrokontroler yang mengolah informasi yang diterima dari satelit GPS dan mengirimkan pesan SMS melalui jaringan seluler. Informasi dari SMS tersebut diterima oleh GSM gateway dan diteruskan ke server. Server mengolah informasi tersebut dan menampilkan di layar dengan bantuan peta Google (Google map) yang diunduh dari Internet. Karena berbasis arsitektur klien-server, maka jumlah klien obyek bergerak yang dipantau dapat lebih dari satu.
III. LANGKAH PENGERJAAN
Model perancangan pada sistem ini didasarkan pada arsitektur yang ditunjukkan pada Gambar 6. Sistem berbasis arsitektur klien-server dan dikembangkan untuk sistem navigasi cerdas yang tidak hanya mempertimbangkan variabel statis tetapi juga variabel dinamis.
Sistem terdiri dari dua bagian, yaitu bagian klien dan bagian server dengan penjelasan sebagai berikut. a. Bagian klien terletak pada obyek bergerak, dengan
inti sistem berupa mikrokontroler dibantu perangkat GPS.
b. Bagian server terletak pada sisi pemonitor, dengan inti sistem PC server yang terhubung ke antarmuka GSM gateway dan koneksi Internet.
Gambar 6 Arsitektur sistem monitoring obyek bergerak berbasis SMS dengan tampilan peta Digital
dibantu perangkat GPS
-
A. Perancangan Obyek Bergerak Obyek Bergerak merupakan sistem dengan inti
mikrokontroler. Obyek bergerak terdiri dari dua bagian yaitu: 1) Perangkat keras, berupa Mikrokontroler, GPS
receiver, Modul GSM dan antenna, serta penampil LCD).
2) Perangkat lunak, berupa sistem embedded. Perancangan perangkat keras diwujudkan dalam
bentuk diagram skematik rangkaian menggunakan program Proteus. Diagram skematik rangkaian perangkat keras, yaitu sistem power supply dan sistem mikrokontroler bersama antarmukanya secara berurutan ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7 Diagram skematik rangkaian Power supply
Gambar 8 Diagram skematik rangkaian
mikrokontroler ATMega162
Perancangan perangkat lunak berupa sistem embedded diwujudkan dalam bentuk Context Diagram (CD) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9, dan Data Flow Diagram (DFD) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10 hingga Gambar 12.
Gambar 9 Diagram konteks sistem embedded
Gambar 10 DFD level 1 sistem embedded
Gambar 11 DFD level 2 baca GPS
1.Baca GPS
3.1Format AT Command
3.2Kirim SMS
Modem GSM
Gambar 12 DFD level 2 output modem
B. Perancangan Sistem Server Bagian server juga terdiri atas perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras pada sisi server terdiri atas komputer desktop, modem GSM gateway, serta perangkat untuk terhubung dengan jaringan Internet. Perangkat lunak pada sisi server merupakan perangkat lunak komputer, juga dirancang menggunakan CD dan DFD sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13 hingga Gambar 16.
SISTEM EMBEDDEDGPS
Modem GSM
LCD
1Baca GPSGPS
2Output LCD
3Output Modem
Modem GSM
LCD
GPS 1.1Input USART
1.2Parsing NMEA
3Output Modem
2Output LCD
-
Sistem Server
Google Map
Modem GSM
Gambar 13 Diagram konteks sistem server
1.Baca Google
Map
2.Tampil Sistem
Monitoring
3.Baca
Modem
Google Map
Modem GSM
Gambar 14 DFD level 1 sistem server
3.1Baca SMS
3.2Input
Koordinat
Tampil Sistem
Monitoring
Modem GSM
Gammu
Gambar 15 DFD level 2 baca modem
3.Baca
Modem
1Baca
Google Map
2.1 Proses Query
2.2Tampil Peta
Lokasi
Gambar 16 DFD level 2 tampil sistem monitoring
C. Implementasi Pada implementasi, diterapkan semua hal yang telah
dirancang baik dari segi perangkat keras maupun
perangkat lunak, dalam kondisi benda nyata. Perangkat lunak di sisi server adalah Integrated Development Environment (IDE) pemrograman Visual Studio Net 2010, MySQL Server dan Gammu. Pada sisi embedded digunakan IDE Code Vision untuk pemrograman C. Pada bagian perangkat keras, implementasi berupa modul-modul yang siap digunakan.
Prototype sistem telah berhasil diimplementasikan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 17.
Gambar 17 Prototype sistem
IV. HASIL PERCOBAAN
Prototype sistem berhasil mendapatkan data latitude (derajat lintang) dan longitude (derajat bujur) suatu tempat memanfaatkan sistem GPS sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 18 dan Gambar 19.
Pada Gambar 18, informasi koordinat (latitude dan longitude) suatu tempat berhasil diperoleh oleh perangkat GPS receiver dari hasil perhitungan data almanak dan data ephemeris yang diterima dari satelit GPS. Informasi koordinat tersebut dikirimkan ke server dan diterima dalam bentuk data mentah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 19. Menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan dengan IDE pemrograman Visual Studio Net 2010 dan basis data MySQL Server, raw data tersebut ditampilkan pada server sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 20, sehingga diketahui posisi obyek bergerak dalam peta digital.
Percobaan dilakukan dengan membawa obyek bergerak ke sepuluh lokasi di kota Semarang. Dari percobaan tersebut diperoleh data latitude dan longitude sepuluh tempat yang ditunjukkan pada Tabel I. Data latitude dan longitude hasil percobaan yang
-
ditampilkan pada Tabel I lalu dibandingkan dengan data latitude dan longitude yang diperoleh dari perangkat lunak Google Earth, yang disajikan pada Tabel II. Perbedaan nilai latitude dan longitude disajikan pada grafik di Gambar 21.
Gambar 18 Data latitude dan longitude di perangkat GPS
receiver
Gambar 19 Data mentah (raw data) latitude dan longitude
yang diterima server
Gambar 20 Tampilan posisi obyek bergerak dalam peta
digital
TABEL I DATA KOORDINAT SEPULUH LOKASI DARI HASIL PENGUJIAN
No Lokasi
Koordinat Latitude (dlm derajat Lintang Selatan)
Longitude (dlm derajat Bujur Timur)
1. Jangli 7,02595 110,42696 2. Patung Kuda Undip 7,04864 110,41967 3. Karang Geneng 7,10988 110,39550 4. Terminal Mangkang 6,97040 110,29110 5. Kalibanteng 6,98415 110,38411 6. Marina 6,95385 110,39195 7. Tugu Muda 6,98380 110,40808 8. Simpang Lima 6,98964 110,42240 9. Kota Lama 6,96807 110,42547 10. Masjid Agung Jateng 6,98505 110,44836
TABEL III
DATA KOORDINAT SEPULUH LOKASI DARI PERANGKAT LUNAK GOOGLE EARTH
No Lokasi
Koordinat Latitude (dlm derajat Lintang Selatan)
Longitude (dlm derajat Bujur Timur)
1. Jangli 7,02614 110,42692 2. Patung Kuda Undip 7,04866 110,42001 3. Karang Geneng 7,10990 110,39550 4. Terminal Mangkang 6,97062 110,29102 5. Kalibanteng 6,98420 110,38416 6. Marina 6,95391 110,39190 7. Tugu Muda 6,98361 110,40745 8. Simpang Lima 6,98965 110,42241 9. Kota Lama 6,96818 110,42550 10. Masjid Agung Jateng 6,98536 110,44819
Diteliti juga lama waktu akses SMS gateway untuk
beberapa jaringan operator telekomunikasi seluler sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 22.
V. ANALISA DAN DISKUSI
Secara keseluruhan, sistem yang dibangun telah bekerja dengan baik. Prototype yang dihasilkan dari perancangan perangkat lunak dan optimalisasi sistem telah berfungsi dengan baik. Hal ini terbukti dari proses pengkonversian data posisi (objek bergerak) yang ditransmisikan menuju satelit GPS, kemudian
-
data dikirim balik ke penerima satelit dibagian server dan dipindahkan ke bagian pengirim dengan frekuensi kerja jaringan seluler. Setelah itu, data sudah masuk wilayah sistem komunikasi seluler. Data diterima Base Transceiver Station (BTS), Base station controller (BSC), Mobile Switching Centre (MSC) dan data dikirim kembali keperangkat pengguna (end user), baik berupa handphone maupun laptop. Data posisi objek bergerak dapat ditampilkan dalam bentuk pesan pendek (SMS) dan peta digital (google map).
Gambar 21 Grafik selisih nilai latitude dan longitude
Gambar 22 Rerata waktu akses SMS gateway pada
beberapa operator seluler Pada sisi perangkat keras, prototype yang dihasilkan
juga bekerja dengan baik. Hal ini terbukti bahwa perangkat keras bekerja dengan stabil selama masa pengujian.
Hasil percobaan pada sepuluh lokasi menunjukkan selisih nilai koordinat yang diperoleh dari sistem yang dibangun dengan nilai koordinat yang diberikan oleh
sistem peta jadi (yaitu Google Earth) sangat kecil, kurang dari 1 mili derajat sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 21. Hal tersebut memberikan akurasi yang cukup presisi, kurang dari 3 meter.
Kecepatan waktu akses, yaitu selisih waktu antara pengiriman data lokasi objek bergerak sampai informasi diterima pengguna berupa SMS dan peta digital untuk beberapa operator telekomunikasi seluler memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut terkait dengan tingkat kepadatan trafik, sistem routing serta sistem jaringan radio existing masing-masing operator. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 22, waktu akses sistem cukup baik, berkisar antara 6 hingga 8 detik.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perpaduan teknologi satelit GPS dan telekomunikasi seluler GSM mempermudah pengguna untuk mengetahui lokasi tempat (berupa data latitude dan longitude) obyek bergerak tanpa terbatas waktu dan ruang.
2. Perancangan perangkat lunak dan perangkat keras secara optimal membuat sistem menjadi stabil.
3. Kondisi jaringan seluler (kepadatan trafik, sistem routing, sistem radio, dan sebagainya) akan mempengaruhi waktu akses informasi data (lokasi obyek bergerak) dalam bentuk layanan SMS maupun peta digital.
4. Sistem yang dibangun berhasil bekerja cukup baik, dengan akurasi lokasi hingga 3 meter dan waktu akses antara 6 hingga 8 detik.
B. Kesimpulan
1. Tingkat presisi (keakuratan) lokasi obyek bergerak dapat ditingkatkan dengan menaikkan tracking sensitivity perangkat.
2. Setelah fungsi tracking berjalan, pengembangan lanjut dapat berupa fitur keamanan obyek bergerak.
3. Sangat dimungkinkan penelitian dikembangkan lebih lanjut pada intelligent transportation system.
0,0000000,0001000,0002000,0003000,0004000,0005000,0006000,000700
Selisih nilai (dalam derajat)
Lokasi
Grafik selisih nilai latitude dan longitude
selisih latitude selisih longitude
0123456789
Telkomsel Indosat XL Axis
Wak
tu a
kses
(dal
am d
etik
)
Operator Selular
Rerata waktu akses SMS gateway
-
LAMPIRAN Tampilan peta digital yang diperoleh sistem
ditunjukkan pada Gambar 23 hingga Gambar 32.
Gambar 23 Tampilan letak obyek di lokasi Jangli
(7,02595s, 110,42696e)
Gambar 24 Tampilan letak obyek di lokasi Patung Kuda
Undip (7,04864s, 110,41967e)
Gambar 25 Tampilan letak obyek di lokasi Karang Geneng
(7,10988s, 110,39550e)
Gambar 26 Tampilan letak obyek di lokasi Terminal
Mangkang (6,97040s, 110,29110e)
Gambar 27 Tampilan letak obyek di lokasi Kalibanteng
(6,98415s, 110,38411e)
Gambar 28 Tampilan letak obyek di lokasi Marina
(6,95385s, 110,39195e)
Gambar 29 Tampilan letak obyek di lokasi Tugu Muda
(6,98380s, 110,40808e)
Gambar 30 Tampilan letak obyek di lokasi Simpang Lima
(6,98964s, 110,42240e)
-
Gambar 31 Tampilan letak obyek di lokasi Kota Lama
(6,96807s, 110,42547e)
Gambar 32 Tampilan letak obyek di lokasi Masjid Agung
Jawa Tengah (6,98505s, 110,44836e)
Tabel rekapitulasi waktu akses SMS gateway pada beberapa operator seluler ditampilkan pada Tabel III.
TABEL IIIII REKAPITULASI WAKTU AKSES SMS GATEWAY PADA BEBERAPA OPERATOR
TELEKOMUNIKASI SELULER
Pengujian ke
Waktu kirim SMS (detik)
Telkomsel (As)
Indosat (IM3) XL Axis
1. 6,24 6,92 6,48 6,88 2. 5,81 6,68 6,85 8,76 3. 6,97 8,24 6,46 8,41 4. 5,92 6,73 6,52 8,97 5. 7,70 6,79 7,45 8,32 6. 6,95 7,35 8,10 7,93 7. 7,60 7,31 6,65 6,94 8. 6,92 7,81 6,25 8,39 9. 6,55 7,19 6,55 7,49
10. 5,92 7,06 6,45 8,69
Rerata 6,658 7,208 6,776 8,078
REFERENSI 1. Djoko S. (2012), Infrastruktur Tak Mampu
Kejar Pertumbuhan Kendaraan, Harian Suara Merdeka, 11 Juli 2012.
2. Garmin (2012), What is GPS?, Available: http://www8.garmin.com/aboutGPS/, Diakses tanggal 18 Agustus 2012.
3. Atmel (2009), 8-bit AVR Microcontroller with 16K Bytes In-System Programmable Flash ATmega162 ATmega162V Summary, Available: www.atmel.com/Images/2513s.pdf, Diakses tanggal 18 Agustus 2012.
4. Polstar (2012), PMB-648 GPS module, Available: http://www.parallax.com/Portals/0/ Downloads/docs/prod/sens/PMB-648_Specification_V0.1.pdf, Diakses tanggal 18 Agustus 2012.
5. http://www.yusiwa.com/produk-software-sms/produk-modem-wavecom-1306b/
6. Michal C. (2011), Gammu Manual Release 1.28.96, Available: http://wammu.eu/docs/ pdf/gammu.pdf, Diakses tanggal 18 Agustus 2011.
7. Imam R. (2004), Pemanfaatan Global Positioning System (GPS) dalam bidang transportasi darat, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta.
8. Wahyu S., et al. (2011), Rancang Bangun Aplikasi Android untuk Navigasi Lokasi Obyek Wisata di Kota Semarang dibantu Perangkat GPS, Politeknik Negeri Semarang, Semarang.
9. Subuh P., et al. (2012), Rancang Bangun Sistem Monitoring Objek Bergerak berbasis SMS dengan Tampilan Peta Google dibantu Perangkat GPS, Politeknik Negeri Semarang, Semarang.
PendahuluanDasar Teori dan Rujukan ArtikelDasar teoriRujukan Artikel
Langkah PengerjaanPerancangan Sistem ServerImplementasi
Hasil Percobaananalisa dan diskusikesimpulan dan saranKesimpulanKesimpulan
lampiranReferensi
top related