artritis reumatoid dan osteoartritis s lailatus syifa 05.doc
Post on 27-Oct-2015
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ARTRITIS REUMATOID
Pendahuluan
Artritis reumatoid (AR) adalah sebuah penyakit kronik, yang ditandai
dengan inflamasi dari tepi atau sinovial persendian. Dia dapat menjadi kerusakan
sendi jangka panjang sehingga menimbulkan nyeri kronik, kehilangan fungsi dan
disabilitas.1
Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya .
Artritis reumatoid merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnik didunia. Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik
yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga
melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala
penyakit kronik yang hilang timbul yang jika tidak diobati akanmenyebabkan
terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang
menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini.
AR juga merupakan penyakit sistemik yang berarti dapat mempengaruhi
organ lain dalam tubuh. Sehingga diagnosis dini dari penyakit ini sangat penting
untuk dapat membuat hidup tetap produktif dan pengobatan AR yang agresif
dapat membatasi kerusakan sendi, sehingga mengurangi keterbatasan gerak,
penurunan kemampuan dalam bekerja, biaya pengobatan yang tinggi dan
operasi.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui 2 cara:
Pertama adalah destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase dan
enzim2 hidrolitik lainnya. Enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon dan
tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama sama dengan radikal oksigen,
metabolit asam arakidonat untuk leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial.
Proses ini diduga merupakan bagian dari respon autoimun terhadap antigen yang
diproduksi secara lokal.
Manifestasi yang timbul dapat terbagi artikular, ekstraartikular dan
konstitusinal yaitu berupa kelemahan umum, cepat lelah.
1
Perkembangan AR terjadi dalam 3 tahap. Yang pertama adalah pembengakan
dari sinovial yang menyebabkan nyeri, perasaan hangat, kaku, kemerahan dan
pembengkakan disekitar sendi. Kedua adalah perkembangan dan pertumbuhan
sel yang cepat, atau pannus, yang menyebabkan sinovial menebal. Pada tahap
ketiga, sel radang akan mengeluarkan enzim yang memecahkan tulang dan
tulang rawan, yang sering mengakibatkan sendi kehilangan bentuk dan postur
(alignment), nyeri yang bertambah, dan kesukaran bergerak.1
Epidemiologi 1,2
AR lebih sering menyerang wanita dengan perbandingan antara wanita dan
pria sebesar 3 : 1 atau sekitar 70% nya adalah wanita. AR juga dapat menyerang
anak-anak, yaitu artritis reumatoid juvenil. Insidennya meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Insiden puncaknya pada usia 40-60 tahun. Penyakit ini
menyerang orang-orang di seluruh dunia dari berbagai suku bangsa.
AR sering mengalami remisi pada wanita hamil, walaupun gejala akan lebih
nyata dan lebih intens setelah bayi lahir.
Etiologi2
Penyebab utamanya masih belum diketahui secara pasti. Tetapi ada
beberapa faktor yang menentukan morbiditas penyakit ini, yaitu :
- Faktor genetik
Telah lama diketahui bahwa artritis reumatuid lebih sering dijumpai pada
kembar monozigot dibandingkan kembar dizygot.
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II (MHC klas II), khususnya HLA-DR4 dengan
AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko 4 : 1 untuk menderita
penyakit ini. Petanda ini diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
Molekul antigen MHC II dapat dideteksi secara serologis baik dengan cara
mencampurkan limfosit pasien dengan antibody humoral terhadap HLA
tertentu atau dengan dengan melakukan mix lympocyte culture (MLC).
- Faktor imun
Faktor reumatoid adalah suatu antibodi terhadap epitop fraksi Fc lgG yang
dijumpai pada 70-90% pasien AR.
2
- Faktor hormonal/ hormon sex
Adanya kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya
remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan adanya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada
penyakit ini.
Prevalensi artritis reumatoid diketahui 3x lebih banyak diderita kaum wanita
dari kaum pria. Rasio ini dapat mencapai 5:1 pada wanita dalam usia subur.
Akan tetapi, walaupun masih banyak kontroversi dalam hal ini, beberapa
observasi menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral/ preparat
estrogen eksternal bagi wanita yang telah mengalami menopouse
menimbulkan kesan terjadinya penurunan insiden penyakit ini.
- Faktor infeksi
Akhir akhir ini virus Epstein Barr (EBV) telah banyak menarik perhatian para
ahli. Pada pasien yang mengalami infeksi virus ini, sering kali dijumpai gejala
artralgia, walaupun jarang dijumpai gejala artritis yang jelas.
Beberapa klinisi dan peneliti percaya bahwa AR dipicu oleh infeksi. Dugaan ini
muncul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan
timbul dengan disertai gambaran inflamasi yang mencolok. Agen infeksius
yang diduga sebagai penyebab AR antara lain bakteri, mikoplasma atau virus.
Meskipun begitu, penyakit ini tidak menular.
- Faktor HSP (Heat Shock Protein)
Heat shock protein adalah sekelompok protein berukuran sedang (60-90 kDa)
yang dibentuk oleh seluruh spesies sebagai respon terhadap stress.
Mekanismenya belum diketahui dengan jelas.
Klasifikasi dan Kriteria Diagnosa AR2,3
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi
tahun 1987.
Kriteria Definisi
1. Kaku di pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
3
sekitarnya, sekurang-kurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3
daerah
persendian/lebih
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter.
Ke-14 sendi yang memenuhi kriteria adalah PIP,
MCP, pergelangan tangan, siku, pergelangan sendi,
dan MTP kiri dan kanan.*
3. Artritis pada
persendian tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan 1
persendian tangan seperti tertera diatas.
4. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera
pada kriteria 2) pada kedua belah sisi (keterlibatan
PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima
walaupun tidak mutlak bersifat simetris).
5. Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juxta artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
6. Faktor reumatoid
serum
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7. Perubahan
gambaran radiologis
Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi AR
pada pemeriksaan sinar X tangan posteroantrior
atau pergelangan tangan yang harus menunjukkan
adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persayaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis
reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 1 sampai 4 dari 7 kriteria
diatas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien
4
dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis
reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.
PIP : Proximal interphalangeal, MCP : Metacarpophalangeal, MTP :
Metatarsophalangeal.
Manifestasi AR
Manifestasi Artrikular 2,4
Manifestasi artikular AR dapat dibagi menjadi 2 kategori :
1. Gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat reversibel
2. Gejala akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat ireversibel
Manifestasi yang pertama dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa
atau pengobatan non surgikal. Sedangkan manifestasi kedua merupakan
proses yang tidak dapat diperbaiki lagi dan memerlukan modifikasi mekanik
atau pembedahan rekonstruktif.
Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi
hari yang pada umumnya berlangsung lebih lama daripada yang dialami
pasien osteoartritis yaitu lebih dari 1 jam. Lamanya kaku pagi hari pada AR ini
agaknya berhubungan dengan lamanya imobilisasi (saat pasien tidur) serta
beratnya inflamasi. Inflamasi akan menyebabkan terjadinya imobilisasi
persendian yang jika berlangsung lama akan mengurangi pergerakan sendi
baik secara aktif maupun secara pasif. Otot dan tendon yang berdekatan
dengan persendian yang mengalami peradangan cenderung untuk mengalami
spasme dan pemendekan. Deformitas persendian pada AR dapat juga terjadi
akibat beberapa mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya sinovitis
pada pembentukan pannus. Sinovitis akan menyebabkan kerusakan rawan
sendi dan erosi tulang periartrikular sehingga menyebabkan terbentuknya
permukaan sendi yang tidak rata.
Persendian yang dipengaruhi oleh AR 1,2
Vertebra servikalis
Walaupun AR jarang
melibatkan segmen
vertebre lainnya, vertebre
servicalis merupakan
segmen yang sering
Gejala dini AR pada vertebrae servikalis
umumnya bermanifestasi sebagai: Kekakuan
pada seluruh segmen leher dan umumnya
keterbatasan gerak.
5
terlibat pada AR
Gelang bahu
Peradangan pada gelang bahu akan
mengurangi lingkup gerak sendi gelang bahu,
karena dalam aktivitas sehari-hari gerakan bahu
tidak memerlukan lingkup gerak luas.
Umumnya pada keadaan ini pasien tidak
merasa terganggu dengan keterbatasan
tersebut. Sukar diketahui dengan pemeriksaan
fisik. Hanya penemuan objektif yaitu gerakan
yang terbatas (frozen shoulder syndrome)
Siku Sinovitis artikulasio kubiti dapat dengan mudah
diketahui dengan palpasi. Dapat menimbulkan
gejala neuropai tekan.
Tangan dan pergelangan
tangan
Keterlibatan persendian pergelangan tangan,
MCP dan PIP hampir selalu dijumpai pada AR.
Gambaran swan neck deformities, boutonniere,
pergesaran ulnar atau deviasi jari dan
subluksasi sendi MCP sering dijumpai pada AR
Panggul
Keterlibatan panggul sering pada AR tetapi
manifestasi dini tidak terlihat.
Pada keadaan dini keterlibatan sendi panggul
mungkin hanya dapat terlihat sebagai
keterbatasan gerak yang tidak jelas/ gangguan
ringan pada kegiatan tertentu seperti saat
mengenakan sepatu. Walaupun demikian jika
obstruksi rawan sendi telah terjadi, gejala
gangguan sendi panggul akan berkembang
lebih cepat dibandingkan gangguan pada
persendian lainnya.
LututPenebalan efusi dan sinovial lutut umumnya
mudah dideteksi pada pemeriksaan.
Kaki dan pergelangan kaki Keterlibatan persendian MTP, talonavikularis
dan pergelangan kaki merupakan gambaran
khas AR.
6
Manifestasi ekstraartikular 1,2
Kulit Nodul reumatoid sering muncul pada 50%
penderita AR. Vaskulitis yang bermanifestasi
sebagai lesi purpura atau ekimosis pada kulit
dan nekrosis kuku.
Mata Keratoconjunctivitis sicca, episkleritis, skleritis
Sistem respiratorikKeterlibatan paru adalah umum walaupun
asimtomatik. Gejala yang timbul dapat berupa
nyeri tenggorokan, nyeri menelan atau disfonia.
Sistem kardiovaskular
Lesi inflamatif yang menyerupai nodul rematoid
dapat dijumpai pada miokardium dan katup
jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi
katup, fenomena embolisasi, gangguan
konduksi, aortitis dan kardiomiopati.
Sistem saraf Umumnya tidak memberikan gambaran yang
jelas. Biasanya berhubungan dengan mielopati
akiba instabilitas vertebra srvikalis, neuropati
jepitan atau neuropati iskemik akibat vaskulitis.
Sistem hematologis
Anemia mikrositik hipokrom dengan kadar besi
serum rendah dan kapasitas iron-binding yang
normal atau rendah biasanya muncul pada AR
aktif.
Sistem gastrointestinal Umumnya tidak ada yang spesifik kecuali
xerostomia yang berhubungan dengan sindrom
Sjogren atau komplikasi gastrointestinal akibat
vaskulitis
Ginjal Proteinuria yang timbul akibat OAINS.
Manifestasi konstitusional 2
Lelah, anoreksia, berat badan menurun, demam, nyeri otot, depresi, tangan
dan kaki dingin serta berkeringat dan keterlibatan kelenjar sekitar mata dan
mulut menyebabkan penurunan produksi airmata dan saliva (sindrom
Sjogren)
7
Pemeriksaan Laboratorium 1,2
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
AR.
- Hitung jenis darah
Penderita AR umumnya jumlah sel darah merah rendah (anemia), sel darah
putih dapat meninggi yang menandakan infeksi. Jika sel darah putihnya
rendah kemungkinan sindrom Felty yang merupakan komplikasi AR karena
obat-obatan.
- LED
Pada AR nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi lagi) yang
mengindikasikan adanya inflamasi.
- C-Reactive Protein
Protein ini ditemukan di dalam tubuh dan meningkat jika terdapat inflamasi
- Rheumatoid Factor (RF)
Hampir 70-80% orang dengan RF menderita AR, semakin tinggi jumlahnya,
semakin aktif dan berat penyakitnya. Penderita AR digolongkan seronegatif
dan seropositif
- Antinuclear Antibodies (ANA)
Terdapat pada 30-40% penderita AR.
Pemeriksaan Radiologis
Dari Classification of Joint Disease From Radiologic Standpoint 6, AR termasuk :
- Penyakit yang ditandai oleh osteoporosis dari tulang sekitar sendi dan
penyempitan ruang sendi dengan resorpsi tulang subkondral.
- Penyakit yang ditandai oleh ankylosis. Hal ini adalah perubahan lanjut
nonspesifik pada semua penyakit sendi yang destruktif.
AR juga dapat diperiksa dengan Magnetic Resonace Imaging (MRI), ultrasound
sendi, dan Bone Densitrometry (DEXA).1
Konsep pengobatan AR:
8
Tujuan utama dari program pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik.
2. Mencegah terjadinya destruksi jaringan.
3. Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar
tetap dalam kedaan baik.
4. Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang terlibat agar
selaput mungkin menjadi normal kembali.
Karena itu ada sejumlah cara penatalaksanaan untuk mencapai tujuan tersebut,
yaitu : 1,2
Edukasi
Penerangan tentang kemungkinan faktor etiologi, riwayat alamiah penyakit
dan penatalaksanaan AR kepada pasien merupakan amat penting untuk
dilakukan. Sehingga dapat dikontrol perubahan emosional, motivasi dan
kognitif yang terganggu akibat penyakit ini.
Medikamentosa
- Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Diberikan pada pasien AR sejak masa dini
Digunakan untuk mengurangi inflamasi dan meredakan nyeri, juga
memberikan efek analgesik yang sangat baik. Contohnya : aspirin,
ibuprofen, indometasin, valdecoxib dan celecoxib. Hati-hati terhadap efek
toksisitasnya pada sistem gastrointestinal.
OAINS bekerja dengan cara:
1. Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal
2. menghambat pembebesan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin,
serotonon, enzim lisosomal)
3. menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
4. menghambat proliferasi seluler
5. menetralisasi... seluler
6. menekan rasa nyeri
- Obat Analgetik
Digunakan untuk meredakan nyeri tapi tidak berpengaruh pada inflamasi
contohnya : asetaminofen, propoksifen, mepeidin dan morfin.
9
- Kortikosteroid
Hanya diresepkan pada dosis pemeliharaan yang rendah untuk mencegah
kerusakan sendi contohnya : glukokortiroid, prednison.
- Disease Modifying Antirheumatic Drugs (DMARD)
Digunakan bersama dengan OAINS dan atau prednison untuk
memperlambat kerusakan sendi. Contohnya : metotreksat, senyawa emas,
penisilamin, azatioprin, klorokuin, hidroksiklorokuin, sulfasalazin.
Terdapat 2 cara pendekatan:
1. pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari saat yang
sangat dini
2. menggunakan 2 atau lebih DMARD secara simultan/
secara siklik seperti penggunaan obat-obatan
imunosupresif pada pengobatan penyakit keganasan.
Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan:
- klorokuin
banyak ditemukan di Indonesia dan murah
efek sampingnya kecil
- sulfazalazine
- D-penicillamine
- Garam emas (auro sodium thiomalatel (AST)
intramuskular
- Biologic Response Modifiers
- Terapi Imunoadsorpsi Protein-A
Operasi
- Sinovektomi : memotong / memindahkan sinovium yang sakit
atau tepi dari persendian. Hasilnya adalah
pengurangan pembengkakan dan nyeri.
- Operasi Artroskopi : dilakukan pada lutut dan bahu.
- Osteotomi : “memotong tulang” untuk meningkatkan
stabilitas dengan mendistribusi ulang beban
pada sendi.
- Joint Replacement Surgery atau Artroplasti
10
- Artrodesis atau penggabungan (fusion)
Rehabilitasi
- Olah raga
Jenis oleh raga yang dapat dilakukan ada 3 yaitu fleksibilitas (peregangan),
beban (tahanan), dan aerobik.
- Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
- Mengatasi depresi
Dilakukan dengan : - Relaksasi dan tidur
- Terapi lainnya :
o Pijatan
o Akupuntur
o Diet
o Suplemen
11
OSTEOARTRITIS
Pendahuluan
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif dari sendi, yang merupakan tipe
paling sering muncul dari artritis. Ditandai dengan kerusakan kartilago sendi.
Sehingga terjadi gesekan antar tulang yang menimbulkan nyeri dan keterbatasan
gerak.1
Penyakit ini bersifat kronik, progresif lambat, tidak meradang dan ditandai oleh
adanya deteriorasi dan abarasi dari rawan sendi dan adanya pembentukan tulang
baru pada persendian.
Epidemiologi 7
Sering dijumpai pada wanita dan ditemukan pada orang-orang yang lebih
dari 45 tahun. Insiden bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi-sendi yang
paling sering diserang adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh,
antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal, dan sendi-sendi pada
jari. Gambaran khas dari osteoartritis adalah keterlibatan sendi palang-palang
distal dan proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya tidak
diserang.
Etiologi
Sama seperti AR, osteoartritis juga tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya. Tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya
osteoartritis, yaitu : 7,8,9
- Faktor usia
Peningkatan usia sepertinya ada hubungannya dengan perubahan-perubahan
dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan komposisi rawan sendi yang
mengarah pada pekembangan osteoartritis.
- Faktor genetik
Genetik memiliki peran dalam perkembangan osteoartritis terutama di
tangan. Mungkin sebagian orang dilahirkan dengan adanya defek kartilago
atau kartilago yang tipis yang memungkinkan sendi bergabung.
- Faktor hormonal dan jenis kelamin
12
Terlihat dengan banyaknya penderita osteoartritis adalah wanita serta
hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang.
Perkembangan osteoartritis sendi-sendi interfalangs distal tangan (Nodus
Heberden) dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lebih dominan pada wanita, 10
kali lebih sering. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan banyak
sendi, sedangkan pria lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan
tangan dan leher.
- Faktor kegemukan dan penyakit metabolik
Obesitas akan membani lutut sehingga cenderung timbul oasteoartritis lutut.
Meskipun sendi-sendi yang lain juga ikut terkena. Hubungan dengan penyakit
metabolik adalah kemungkinan penderita osteoartritis memiliki resiko tinggi
penyakit jantung koroner, hipertensi dan diabetes mellitus.
- Faktor cedera sendi, pekerjaan atau olah raga
Adanya cedera sendi, pekerjaan memakai satu sendi yang terus menerus dan
olah raga dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis.
- Faktor pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya perthes dan dislokasi
kongenital paha) dikaitkan dengan osteoartritis paha pada usia muda.
- Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Suku bangsa juga mempengaruhi prevalensi dan pola sendi yang terkena.
Manifestasi Klinis 7,8
Nyeri sendi
Biasanya timbul sebagai keluhan utama. Nyeri dirasakan bertambah saat
bergerak dan sedikit berkurang saat istirahat.
Hambatan gerak sendi
Gangguan ini bertambah sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
Kaku pagi
Dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi / mobil dalam waktu
lama, atau setelah bangun tidur.
Krepitasi
Adalah rasa gemeretak pada sendi yang sakit.
Pembesaran sendi (deformitas)
13
Pembesaran sendi ini terjadi perlahan-lahan, sering terlihat di lutut atau
tangan.
Perubahan gaya berjalan
Merupakan gejala yang paling menyusahkan karena dapat mengganggu
kemandirian pada penderita yang tua.
Pemeriksaan Fisik7
Terlihat dari :
1. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali ada meskipun pada osteoartritis yang masih dini.
Bertambah berat dengan keparahan penyakit. Hambatan dapat berupa
konsentris (seluruh arah gerak) ataupun eksentris (1 arah gerak).
2. Krepitasi
Gejala ini sangat berarti pada osteoartritis lutut.
3. Pembengkakan sendi yang asimetris
Terjadi karena efusi pada sendi atau dapat karena osteofit yang mengubah
permukan sendi.
4. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda berupa nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata
dan warna kemerahan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis.
5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen.
Dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan
sendi, kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan
sendi.
6. Perubahan gaya berjalan.
Hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tidak banyak berguna. Petanda (marker) masih
diteliti kegunaannya.
14
Pemeriksaan Radiologis
Dari Classification of Joint Disease From Radiographic Standpoint,
oateoartritis termasuk dalam penyakit yang ditandai oleh respon proliferasi
kapsular dan subkondral. Adanya capsular lipping, spurring, kalsifikasi dan
ossifikasi yang terlihat dalam berbagai tingkat.6
Dan gambaran radiologisnya ialah :
a. Penyempitan ruang sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban)
b. Peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
c. Kista tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi
Pemeriksaan radiologis lain (MRI, artroskopi, artrografi) diperlukan bila pasien-
pasien dicurigai mempunyai penyakit-penyakit yang berat meskipun jarang
(osteonekrosis, neuropati charcot, pimented sinovitis).7
Diagnosis
Pada dasarnya merupakan gabungan dari gejala klinis dan perubahan radiografi.
Diagnosis Banding 7
1. Penyakit-penyakit metabolik dan herediter yang menimbulkan gambaran
radiologis oateoartritis (hiperparatiroidisme, oochronosis dan alkaptonuria)
2. Penyakit sendi lain yang cukup berat (osteonekrosis, neuropati charcot,
sinovitis vilonodular dan kondromatosis sinovial)
3. Penyakit sendi peradangan atau kristal (gout, pseudogout, artritis bakterial
dan AR).
4. Penyakit reumatik jaringan ikat (bursitis anserin, periartritis bahu, sindrom
carpal tunnel dan tenosinovitis)
Penatalaksanaan Osteoartritis 7
- Medikamentosa
Yang bertujuan mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan
mengurangi ketidakmampuan. Contohnya : OAINS , analgetik, kortikosteroid.
- Pelindung sendi
15
Sebagai koreksi terhadap postur yang buruk dan penyangga lordosis lumbal
yang berlebihan. Contohnya : tongkat, alat-alat listrik yang membantu
meringankan kerja sendi.
- Diet
Diet untuk pasien osteoartritis yang gemuk harus diutamakan, karena dapat
mengurangi keluhan dan peradangan.
- Dukungan psiko-sosial
- Fisioterapi
Meliputi pemakaian panas dan dingin program latihan yang tepat. Latihan
isometrik lebih baik daripada isotonik karena mengurangi tegangan sendi.
- Operasi
Osteotomi
Debridemen sendi
Pembersihan osteofit
Artroplasti total / parsial
Artrodesis
Kondroplasti (artroplasti abrasi)
16
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.arthritis.org
2. Adnan HM, Daud ARR, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Artritis Reumatoid, Jilid
I Edisi Ketiga. Jakarta : 62-70,1996.
3. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/rheumatoidarthritis.htm
4. Carter MA, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Artritis
Reumatoid, Buku 2 Edisi keempat. Jakarta : 1223-9,1995.
5. Vaughan DR, Asbury T, Riordan-Eva P, Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta :
340, 1995.
6. Meschan I, Synopsis of Analysis of Roentgen Signs in General Radiologi,
Radiology of Joint, Asian Edition. Tokyo : 154-63, 1978.
7. Kalim H, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Penyakit Sendi Degeneratif
(Osteoartritis), Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta : 76-84, 1996.
8. Carter MA, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Osteoartritis,
Buku 2 Edisi keempat. Jakarta : 1218-22,1996.
9. Lumenta NA, Nefro K, dkk, Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya,
Penyakit Sendi dan Cara Mengatasinya. Jakarta : 229-35, 2004.
17
top related