bab ii kajian pustaka a. 1. perkembangan motorik a ... · dengan kata lain, ada tahapan-tahapan ......
Post on 15-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Perkembangan Motorik
a. Pengertian Motorik
Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Kamus Besar
Bahasa Indonesia : 538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan
perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan
spinal cord.
Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis
atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of
a genetic plan or maturation (Gesell, dalam Santrock, 2007 : 58). Anak usia 5 bulan
tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan
umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Teori yang
menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System
Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan
bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di
lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan
persepsi mereka tersebut untuk bergerak.
Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak
melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa
dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu,
yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil
mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk
melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru,
kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan
sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan
anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem
syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak
sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa
anak-anak, yang mana terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu
infancytoddlerhood di usia 0 sampai 3 tahun, early childhood usia 3 sampai 6 tahun,
dan middle childhood usia 6 sampai 11 tahun. seperti yang diungkapkan Petterson
(1996 : 88). Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami
sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih
maskimal dari pada usia sebelumnya.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik meliputi
motorik kasar dan halus yang mana akan penulis jelaskan.
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang
perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti
orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini,
sesuai dengan pendapat Sherman (1973 : 31) yang menyatakan bahwa anak
perempuan pada usia emas kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak
laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih
tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan
motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996 :
54) sebagai berikut:
1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan
memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat
mainan.
2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya
pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent.
Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri
untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah
Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-
berbaris.
4) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain
atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan
terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
5) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-
concept atau kepribadian anak.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan
system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi
atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua
motorik kasar dan motorik halus.
Sejak lahir, menurut dr. Rini Sekartini, Sp.A. (2007 : 49) bayi sebetulnya sudah
membawa empat aspek perkembangan. Yakni meliputi gross motor atau gerakan atau
motorik kasar, fine motor atau gerakan atau motorik halus, aspek komunikasi-bicara,
serta aspek sosial dan kemandirian. Bahkan begitu bayi lahir, aspek motoriknya sudah
mulai berkembang.
b. Jenis Motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah
gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret,
menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut
sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Atau dengan kata lain bahwasanya perkembangan motorik anak dibagi menjadi
dua, yang meliputi:
1) Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun
tangga.
2) Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-
benda atau alat-alat mainan (Curtis,dan Hurlock, dalam Yusuf 2002 : 101)
1) Motorik Kasar
a) Pengembangan Motorik Kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan anak itu sendiri.
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang
cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi
dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan
lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan,
sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak (Diktentis Diklusepa, 2003 : 8).
Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni
gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Misalnya
gerakan menendang, menjejak, meraih dan melempar.
Tujuan pendidikan fisik motorik atau disebut motorik kasar ini untuk
anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan
ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997 : 34).
Seperti halnya teori Karl Groos, Yang teorinya bernama teori biologis
mengatakan “Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan
diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya dengan
anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak
manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk
menghadapi masa depanya” (Rahma, 2009 : 71) Hal ini menunjukan
perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang melalui bermain.
Hakekatnya, perkembangan motorik anak berkaitan erat dengan faktor
lainnya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan
motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982
(Petterson 1996 : 106) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan
self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang
olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga
seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996 :
121) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.
b) Jenis - Jenis Motorik Kasar
Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan
lengan. Adapun Jenis Perkembangan motorik kasar pada anak menurut Buku
Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 1997 adalah :
(1) Menangkap sesuatu
(2) Meraih sebuah benda
(3) Berjalan
(4) Melompat
(5) Memainkan jari-jari
(6) Melempar benda
(7) Meremas-remas kertas
(8) Menirukan sesuatu berjalan
(9) Duduk
(10) Berlari
(11) Menendang sesuatu
(12) Naik dan turun tangga
(13) Merangkak
(14) Memukul
(15) Mengayunkan tangan
(16) Berguling ke kanan dan ke kiri
c) Alat peraga Bermain Motorik Kasar
Stimulasi perkembangan gerak anak sangatlah penting dalam mengasah
aspek psikomotorik anak. Dan tentu saja aspek psikomotorik anak sangat
berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak. Sebab, dengan melatih
keterampilan gerak anak, anak menjadi aktif, pola pikirnya berkembang, dan
tubuh akan menjadi sehat. Alat Peraga yang dapat digunakan menurut Buku
Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 1997 antara lain adalah :
(1) Menangkap bola
Mengajak anak untuk menangkap bola dengan menggunakan bola sebesar
bola tenis. Sekali-kali bola dilempar ke arah anak, dan meminta anak
menangkapnya, kemudian melempar kembali ke arah guru kembali dan begitu
seterusnya.
(2) Berjalan mengikuti garis lurus
Di halaman, Guru dapat meletakkan papan sempit, atau buat garis lurus
dengan tali rafia/kapur atau susun batu bata memanjang. Kemudian
menunjukkan pada anak cara berjalan di atas papan/garis lurus dengan
merentangkan kedua lengan/tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
(3) Melompat
Menunjukkan pada anak cara melompat dengan satu kaki. Bila anak sudah
bisa melompat dengan satu kaki, kemudian guru memberi contoh untuk cara
melompat melintas ruangan, mula mula dengan satu kaki, kemudian
bergantian dengan kaki yang lainnya.
(4) Melempar benda-benda kecil ke atas
Mengajari anak melempar benda-benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil
ke dalam kaleng. Guru harus menggunakan benda-benda yang tidak
berbahaya untuk hal ini
(5) Menirukan binatang berjalan
Menunjukkan pada anak cara binatang berjalan, misal kucing berjalan dengan
kedua kaki dan tangan.
d) Langkah – Langkah Bermain Motorik Kasar
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa langkah
pengembangannya adalah :
(1) Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah
raga.
(2) Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari.
(3) Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan
dan ketertiban.
(4) Gerakan-gerakan ibadah shalat
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan
tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas.
Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat
menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997 : 68).
Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa
dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk
berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang
tidak terbatas.
Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas
olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat
penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan,
tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan
merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi.
2) Motorik Halus
a) Pengembangan Motorik Halus
Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun
psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini.
Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang
meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi,
maupun perkembangan psikososial.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang komples dan
sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam
kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002 : 83) mengemukakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) sistem syaraf
yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot
yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3)
kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,
seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu
kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur
fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi.
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-
coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis,
menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-
benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998 : 56) dan (Hurlock, 1957 : 104 ).
b) Jenis – Jenis Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu dan dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Jenis-Jenis motorik halus menurut Andang (2009 : 93), antara lain :
(1) Menulis
(2) Menggambar
(3) Memotong
(4) Mewarnai
(5) Memainkan benda-benda atau alat-alat mainan
(6) Membuat sesuatu dengan malam (lilin)
(7) Merangkai sesuatu
(8) Berjinjit
(9) Bermain alat musik
c) Alat Peraga Bermain Motorik Halus
Erik H. Erikson (Sutarti 1991:50) menjelaskan bahwa anak-anak dalam
menyusun pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan
menguasai kenyataan melalui ujicoba dan perencanaan di dalamnya.
Aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan
afektif anak. Sehingga sesuatu yang dapat melatih ketrampilan motorik halus anak
dapat dilakukan, antara lain :
(1) Menyusun balok
Mengajak anak untuk bermain dan berlatih menyusun balok menjadi sesuatu
misalnya istana atau mobil-mobilan. Kegiatan menyusun balok seperti ini
dapat memberikan efek positif pada pola pikir anak.
(2) Mengajak Anak untuk menulis
Guru dapat memberi contoh tulisan dipapan tulis dan menyuruh anak
menuliskannya di bukunya.
(3) Memotong gambar yang disukai anak-anak
Memberikan gambar yang disukai anak. Misalnya gambar kartun atau robot
yang sedang menjadi pembicaraan anak. Hal ini memberi kesenangan
tersendiri pada anak. Setelah memotong, anak dapat menempel gambarnya
pada buku.
d) Langkah – Langkah Bermain Motorik Halus
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak
menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-
batu, dedaunan atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar
ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal
dasar anak untuk menulis. Hal tersebut merupakan hal umum yang dapat Guru
lakukan untuk menstimuli perkembangan motorik halus anak.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
(1) Pembelajaran mencintai buku, meliputi pengenalan buku untuk menggambar
atau mewarnai.
(2) Ketrampilan dasar anak yakni seperti meronce, mewarnai, menggunting benda
dan membuat mainan dari lilin.
(3) Menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau
mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya,
ataupun saat mengikat tali sepatu.
(4) Menggunakan permainan saat melatih kemampuan motorik halus anak
misalnya perlombaan merangkai bunga atau membuat robot dari lilin dan
sebagainya.
2. Standar Kompetensi
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber
Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar (PBM)
akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang
atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang
pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah
kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. (Adrian 2004 : 65). Dalam
pembelajaran ada sebuah standar yang dijadikan sebuah titik pencapaian dan itulah standar
kompetensi yaitu target pembelajaran.
Standar Kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah dapat
menggerakan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan kekuatan, koordinasi dan
melatih keberanian.
a. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan satuan ketercapaian suatu pembelajaran yang
mana harus dicapai. Kompetensi dasar adalah sebuah keterkaitan antara standar
kompetensi dengan peserta didik. Cronbach (1954 : 215) berpendapat : Learning is
shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara
baik dengan jalan mengalami. Sehingga dengan kompetensi dasar dapat menjembatani
peserta didik dengan belajar untuk mencapai hasil.
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah anak mampu melakukan aktivitas
fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan menulis,
keseimbangan kelincahan dan melatih keberanian.
b. Indikator
Indikator adalah suatu tugas pencapaian yang diharapkan pendidikan dengan
suatu cara. Menurut Breen dan Candlin (dalam Sheldon 1987 : 67) tugas pembelajaran
adalah rencana kerja yang dirancang secara sistematis mulai dari latihan yang paling
sederhana dengan tingkat kesulitan paling rendah sampai dengan kegiatan komunikasi
total atau pemecahan masalah. Sehingga indikator adalah pencapaian dari tugas
pembelajaran.
Indikator dalam pembelajaran ini adalah merayap dan merangkak dengan
berbagai variasi. (FM,22) berjalan maju pada garis lurus sambil membawa beban
(FM,15)
3. Materi / Bahan Ajar
Materi yang digunakan adalah standar materi Taman kanak-kanak atau Pendidikan
anak usia dini yang menjadi pengetahuan bahan ajar bagi anak. Cara belajar yang
dilakukan pada usia prasekolah ini melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya,
terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan
kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik.
Materi atau bahan ajar untuk pembelajaran gerobak dorong dalam area outdoor
adalah pemberian materi untukperkembangan motorik kasar anak agar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
4. Metode
a. Pengertian Metode
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
1) Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000 : 32).
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa.
2) Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000 : 33).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000 : 35).
3) Diskusi
Muhibbin Syah ( 2000 : 37 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
4) Percobaan atau Eksperimen
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Syaiful Bahri Djamarah, (2000 : 38). Metode percobaan adalah suatu metode
mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya
di Laboratorium.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 39) adalah cara penyajian
pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.
5) Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan
membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-
65.html).
Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian
mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000 : 40)
6) Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih
dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan
bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang
kemudian dibukukan.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah
(2001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan
teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa
ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba
ada, dan sebagainya.
Menurut Djamarah (2002 : 44 ), pada saat belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu
bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan
melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan
cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti
meninjau pegadaian.
7) Latihan Ketrampilan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa
diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat
sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan
sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
(Martiningsih 2009 : 70)
8) Discovery
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002 : 192) diartikan sebagai
suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi
obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang
meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada
proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia
of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat
diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan
menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai
tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery
adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan
siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa
diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002 : 193) mengutip pendapat Sund (1975 : 215) bahwa
discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau
sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
sebagainya.
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik
dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga
proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekkan pada saat mengajar.
b. Jenis Metode
1) Metode Bermain Peran
a) Pengertian Metode Bermain Peran
Bermain peran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi
pertumbuhan anak karena dapat mengembangkan beragam potensi yang terdapat
dalam diri sang anak, menurut pakar pendidikan Prof Dr.Arief Rachman (dalam
Republika, Jumat, 28 Maret 2008). Bermain peran adalah bentuk permainan di
mana seorang anak dapat menjadi apa saja yang memiliki seperangkat perilaku
tertentu yang unik, seperti guru, dokter, dan juga orang tua. bermain peran
memiliki beragam keuntungan yaitu tidak membutuhkan banyak biaya dan
membuat seorang anak belajar untuk mempraktikkan sebuah perilaku atau
keahlian.
Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir
pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung
pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model
pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya
masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir
100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam
praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja
dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh
peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk ditampilkan di depan kelas
nanti.
Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang
tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962 : 183) yang dikutip
oleh Moedjiono & Dimyati (1992 : 80) mengemukakan bahwa simulasi
merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan
mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan
menurut Ali (1996 : 83) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara
pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004 : 141) terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-
nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya.
Keempat asumsi tersebut sebagai berikut :
(1) Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan
pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada
saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan
untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap
analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat
menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
(2) Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan
tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan
pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara
bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain
peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah
pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral
dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan
emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam
psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual,
sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang
sangat penting dalam pembelajaran.
(3) Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke
taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.
Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari
reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian,
para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik
dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah
yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya
secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan
tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif
dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana
orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
(4) Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi,
berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf
sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para
peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain,
apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah.
Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan
nilai yang dimilikinya.
Melalui bermain peran (role playing), anak-anak mencoba mengeksplorasi
hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya
sehingga secara bersama-sama dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan
berbagai strategi pemecahan masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi
pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta
didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya.
Juga melalui model ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan
masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang
beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, model ini memberikan
kesempatan kepada anak bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama
masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik.
b) Tahap Bermain Peran Gerobak dorong
Bermain Gerobak dorong merupakan hal yang dianggap menyenangkan
oleh anak dan juga dapat membantu kesempurnaan gerak anak. Adapun Tahap
yang dapat dilakukan untuk bermain peran gerobak dorong :
(1) Pada permulaan adalah menyiapakan anak secara berpasang-pasangan karena
permainan bermain peran gerobak dorong ini membutuhkan kerjasama antara
dua orang.
(2) Setelah anak siap secara berpasangan, salah satu anak dalam pasangan
diperkenankan untuk memposisikan diri yaitu dengan posisi tengkurap.
(3) Anak yang tengkurap meletakkan kedua tangannya di lantai dan
menjadikannya penopang berat badannya.
(4) Anak yang satunya lagi mengangkat kedua kaki anak yang tengkurap seolah-
olah menjadi pendorong gerobak.
(5) Anak yang tengkurap bermain seolah-olah menjadi gerobak yang didorong,
yang menggunakan kedua tangannya ibarat sebuah roda gerobak yang
didorong dan berjalan.
(6) Agar anak merasakan semua, permainan ini dilakukan secara bergantian antara
sepasanga anak didik tadi.
c) Aspek yang dikembangkan
Aspek-aspek yang dikembangkan dalam bermain peran gerobak dorong
ini adalah antara lain :
(1) Kelenturan
Hal ini dapat dilihat dari gerakan yang menuntut gerakan dari anak yang mana
pastinya akan melatih kelenturan anak dan bermanfaat bagi keberlangsungan
hidupnya. Apabila otot sudah dibiasakan lentur dari masa kanak-kanak
pastinya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan selanjutnya.
(2) Keseimbangan
Selain kerjasama tim yang dituntut baik, anak juga dapat melatih
keseimbangan dalam dirinya. Dibuktikan dengan gerakan menopang badan dan
berjalan dengan kedua tangannya. Apabila anak dapat berjalan dengan baik
sebagai gerobak dorong, maka keseimbangannya sudah baik.
(3) Kelincahan
Kelincahan pada anak usia dini merupakan hal yang sangat diharapkan, karena
kelincahan merupakan standar ukuran anak senang terhadap pendidikan yang
diberikan atau tidak. Apabila anak lincah dan aktif dalam mengikuti kegiatan
yang diberikan guru, berarti anak ini sudah mampu menerima stimuli dari guru
dengan baik.
(4) Keberanian
Kadang anak-anak merasa takut akan hal baru yang belum dilakukannya. Entah
karena takut ataupun karena malas. Namun dalam hal ini keberanian
merupakan aspek yang dituju karena dalam bermain peran gerobak dorong
anak yang berani bermain adalah anak yang sudah belajar untuk berani
melakukan sesuatu.
d) Jenis Bermain Peran
Metode pengajaran permainan peran terbagi menjadi 3 kelompok tahapan
seperti yang dikemukakan oleh Ali (1996 : 83) berikut ini :
(1) Sosiodrama, adalah semacam drama sosial berguna untuk menanamkan
kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu yang merupakan suatu sistem
pemecahan masalah.
(2) Psikodrama, adalah hampir mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada
penekannya. Sosiodrama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan
psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya.
(3) Role-Playing, role playing atau bermain peran khusus bertujuan
menggambarkan suatu peristiwa masa lampau atau kejadian tertentu.
Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah
metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura
dari anak yang terlihat dan atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah
sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang
melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran tokoh yang terlibat dalam
proses sejarah atau peristiwa.
2) Bermain Outdoor
a) Pengertian Bermain Outdoor
Selama ini kita sering terikat dengan satu sistem pembelajaran yang sangat
formal dan membosankan terutamanya bagi kanak-kanak. Perkara ini perlahan-
lahan akan mengurangkan minat untuk belajar dan perkembagan anak juga
menjadi sangat perlahan. Guru perlu lebih kreatif dalam menjadikan proses
pembelajaran menarik dan efektif.
Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah adalah melalui bermain
serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula
pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan
terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik. Kegiatan bermain di lingkungan
atau di luar ruangan ini yang dinamakan bermain outdoor.
Penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk
mengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-
stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan
kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan
dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang
baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini.
b) Jenis bermain Outdoor
Bermain outdoor ini lebih bersifat untuk penyegaran anak agar tidak bosan
dengan pembelajaran yang ada di kelas. Bermain outdoor cenderung melibatkan
kekuatan anak untuk melakukan sesuatu dengan bersenang-senang-senang
sehingga dapat membantu tumbuh kembang motorik kasar anak.
Dalam hal ini Guru harus berusaha agar anak-anak betah berada di
lingkungan, salah satu triknya yaitu dengan membukan tempat bermain di
halaman atau sering disebut dengan outdoor play. Dengan outdoor play di
otomatis anak-anak akan senang dan andapun guru sebagai orang tua menjadi
senang karena dapat memantau. Adapun Jenis-Jenis Outdoor play menurut
Andang (2009 : 49) antara lain :
(1) Jungkat-Jungkit
(2) Ayunan
(3) Plosotan
(4) Tangga Majemuk
(5) Meniti Tali
(6) Trampoline
(7) Terowongan
(8) Arena untuk meloncat-loncat
(9) Apabila ada anak yang pemberani dapat dikenalkan dengan flying fox.
Dengan demikian permainan ataupun pembelajaran yang disediakan guru
dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dalam sekolah atau bersifat kreatifitas
guru sehingga perkembangan motorik anak dapat berkembang secara baik.
5. Media
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang
berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa
Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga
pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan
informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat
diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses
penyajian informasi (AECT, 1977 : 162). Media pembelajaran diartikan sebagai semua
benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya
media ini dapat menjadi alat peraga ataupun sarana.
Media pembelajaran merupakan media sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan,
sehingga dapat merangsang perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien
sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002 : 6).
Media pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model
pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa media
pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika
dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru,
maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan
pemikiran peserta didik.
Media pembelajaran ada bermacam-macam yang mana semuanya pasti
mengedepankan perkembangan anak secara maksimal. Dari proses bermain peran dengan
metode bermain gerobak dorong pada anak-anak menggunakan media bermain di luar
kelas dan pasti berpengaruh pada perkembangan motorik anak.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau
negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang
yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. (Dikutip dari
http://wikipedia.org pada 4 april 2010). Evaluasi merupakan proses akhir setelah
melakukan sesuatu. Setiap pembelajaran memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh
mana ketercapaian hasil yang didapat sehingga evaluasi perlu dilakukan.
B. Kerangka Pikir
Setiap anak memiliki kemampuan motorik yang berbeda-beda dan hampir semua
anak mampu melaksanakan gerakan motorik kasar, untuk mengembangkan kemampuan
motorik kasar lebih terampil diperlukan latihan fisik yang teratur dan terus-menerus, serta
menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak.
Anak yang diberi kesempatan untuk melakukan gerakan motorik kasar akan
berekspresi dengan bebas dan secara maksimal mengoptimalkan kemampuannya.
Berdasarkan uraian diatas kemampuan motorik kasar anak TK ‘Aisyiyah Maoslor
Maos dapat ditingkatkan melalui bermain peran gerobak dorong pada area out door.
top related