bab ii landasan teori ii.1 pasar modal -...
Post on 20-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pasar Modal
Dalam dunia pasar modal, pergerakan harga saham merupakan hal yang esensial
untuk diperhatikan para investor dan analis. Untuk mendapatkan keuntungan dari
investasi yang ditanamkan, para investor harus mempunyai kemampuan dalam
menganalisa pergerakan harga saham di masa mendatang. Sebelum kita membahas lebih
lanjut mengenai pergerakan harga saham, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu
pengertian pasar modal.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001), “Pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri” (h. 1). Pasar modal di
Indonesia dikelola oleh Bapepam di bawah pengendalian menteri keuangan Republik
Indonesia. Bapepam merupakan lembaga otoritas tertinggi di pasar modal yang
melakukan pengawasan dan pembinaan atas pasar modal. Tugas pokok Bapepam adalah
membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan menteri keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan fungsi Bapepam adalah :
1. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal
2. Penegakan peraturan di bidang Pasar Modal
7
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha,
pendaftaran dari Bapepam, dan pihak yang bergerak di bidang pasar
modal
4. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten dan
perusahaan publik
5. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi
oleh bursa efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga
Penyimpanan dan Penyelasaian (LPP)
6. Penetapan ketentuan Akuntansi di bidang Pasar Modal, dan
7. Pengamanan teknis pelaksanaan tugs pokok Bapepam sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh menteri keuangan dan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Pasar modal dikatakan fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor)
dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi
keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh
imbalan (return) bagi pemilik dana.
Pasar modal di Indonesia untuk saat ini ada dua, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan Bursa Efek Surabaya (BES). Darmadji dan Fakhruddin juga menjelaskan “Bursa
efek adalah lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan/menyediakan fasilitas sistem
(pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai
8
perusahaan/perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-
perusahaan yang telah tercatat di bursa efek” (h. 17).
II.2 Investasi Dalam Sekuritas Saham
Dalam usaha mengembangkan perusahaan yang dikelola, pengusaha
membutuhkan dana yang cukup besar. Salah satu cara untuk memperoleh dana,
perusahaan meminjam dari masyarakat atau pihak lain dan menjanjikan pengembalian
yang lebih besar dari dana awal yang dipinjam. Sehingga muncul apa yang dinamakan
investasi, di mana seseorang atau badan usaha menanamkan sejumlah dana yang
dimiliki kepada suatu perusahaan dengan harapan mendapatkan pengembalian yang
lebih besar dibanding dana awal yang ditanamkannya.
Salah satu media investasi yang paling umum adalah saham. Untuk mengetahui
pembahasan mengenai pergerakan harga saham, sebaiknya dibahas terlebih dahulu
mengenai pengertian saham itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pemahaman
yang lebih baik mengenai prediksi pergerakan harga saham yang lebih komprehensif.
II.2.1 Definisi Saham
Pengertian saham berbeda-beda menurut para ahli, tetapi pada dasarnya
memiliki maksud yang sama. Saham (stock) menurut Dahlan Siamat (2001)
adalah “Surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan
terbatas” (h. 268). Sedangkan, Darmadji dan Fakhruddin mendefinisikan saham
(stock) sebagai “Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas” (h. 5). Dari definisi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa saham merupakan surat bukti kepemilikan dalam suatu
9
perseroan terbatas yang diperoleh melalui pembelian atau cara lain yang
kemudian memberi hak atas deviden dan lain-lain sesuai dengan besar kecilnya
investasi modal pada perusahaan tersebut.Dalam pasar modal Indonesia, ada
beberapa jenis efek yang diperdagangkan, antara lain saham biasa, saham
preferen, obligasi, obligasi konversi, right, waran. Dalam skripsi ini, Penulis
membatasi pembahasan hanya pada saham biasa, karena saham biasa merupakan
instrumen pasar modal yang paling banyak diminati oleh investor. Darmadji dan
Fakhruddin juga mendefinisikan “Saham biasa (common stock) sebagai saham
yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan
hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi”
(h.6). Beberapa karakteristik saham biasa antara lain:
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share
one vote).
3. Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan
perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah
semua kewajiban perusahaan dilunasi.
4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar
proporsi sahamnya.
5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
II.2.2 Macam-macam Saham
Mengacu pada bukunya, Tjiptono dan Fakhruddin (2001) menjelaskan
macam-macam saham jika ditinjau dari kinerja perdagangannya.
10
1. Blue-Chip Stocks
Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiiki reputasi tinggi,
sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan
konsisten dalam membayar dividen.
2. Income Stocks
Adalah saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.
3. Growth Stocks
Adalah saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
4. Speculative Stocks
Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun
belum pasti.
5. Counter Cyclical Stocks
Adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum. Emiten seperti ini biasanya bergerak
dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat.
11
II.2.3 Risiko dan Pengembalian
Salah satu motif investor melakukan investasi adalah harapan
pengembalian dana yang lebih tinggi dibandingkan dana awal yang ditanamkan.
Pengembalian ini biasa disebut return. Halim (2003) mendefinisikan, “Return
merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi” (h. 30).
Return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual
return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan yang kedua, return yang
diharapkan (expected return) akan diperoleh investor di masa mendatang.
Komponen return meliputi:
1. Capital gain (loss), merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
2. Yield, merupakan pendapatan yang diperoleh dari suatu hasil investasi
selama satu periode. Untuk investasi dalam saham, yield merupakan
jumlah dividen yang diperoleh selama satu periode, biasanya dinyatakan
dengan persentase dari harga pokok.
Adapun faktor yang membuat return tidak pasti adalah risiko (risk).
Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor
tidak tahu dengan pasti hasil yang diperolehnya dari investasi yang dilakukan
karena investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko. Apabila
investor mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, maka ia
harus siap untuk menanggung risiko yang tinggi pula. Jones (2002) menyatakan,
“Risk is the change that the actual outcome from an investment will differ from
the expected outcome” (p. 131).
12
Mengacu pada bukunya, Halim (2003) menjelaskan pada konteks
portfolio risiko, ada dua risiko yang timbul ketika melakukan proses investasi,
yaitu:
1. Risiko sistematis (systematic risk), merupakan risiko yang tidak dapat
dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan, misalnya ada perubahan tingkat bunga, kurs valas,
kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sifat risiko ini disebut juga
undiversiable risk.
2. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk), merupakan risiko yang
dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini
hanya ada dalam satu perseroan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini
besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain.
Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat
sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar, misalnya
faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan,
dsb. Risiko ini disebut juga diversiable risk.
Sedangkan risiko-risiko yang dapat terjadi dan perlu dipertimbangkan
investor dalam membuat keputusan investasi antara lain :
1. Risiko bisnis (business risk)
Adalah suatu risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang
pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten)
membayar bunga atau dividen.
13
2. Risiko pasar (market risk)
Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang
berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.
3. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat
segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
4. Risiko mata uang (currency risk)
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar
mata uang domestik (misalnya Rupiah) dengan mata uang negara lain
(misalnya dolar AS).
5. Risiko tingkat bunga
Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga
yang berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya,
kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga
instrumen pasar modal. Risiko naiknya tingkat bunga misalnya jelas akan
menurunkan harga-harga di pasar modal.
6. Risiko daya beli (purchasing power risk)
Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang
menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.
II.3 Metode Analisis Pergerakan Harga Saham
Bermain saham tanpa mengetahui analisa berarti kita melakukan perjudian di
dalamnya. Pada umumnya, dengan perjudian, maka akan berujung pada kerugian.
Apabila mengalami keuntungan, maka hal itu karena faktor luck, dan biasanya tidak
14
bertahan lama. Karena itu, kemampuan melakukan analisis sangat penting dalam
bermain saham. Secara garis besar analisis dalam memprediksi pergerakan harga saham
di masa mendatang dibagi menjadi dua cara, yakni analisis teknikal (technical analysis)
dan analisis fundamental (fundamental analysis).
Menurut Hendra Syamsir (2004), “Analisis fundamental pada dasarnya dapat
dikatakan sebuah analisa yang dilakukan untuk melakukan penilaian atas sebuah saham
dengan menggunakan analisis yang meliputi: (1) analisis perekonomian internasional,
(2) analisis perekonomian nasional, (3) analisis industri, (4) analisis perusahaan.
Sedangkan Pring (2001) menyatakan “The art of technical analysis is to try to identify
trend changes at an early stage and maintain an investment or trading posture until the
weight of the evidence shows or proves that the trend has reversed” (p. 5). Dahlan
Siamat juga menjelaskan mengenai analisis fundamental sebagai “Penilaian suatu efek
sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya
(emiten). Menurut para penganut analisis fundamental, harga saham merupakan refleksi
dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam melakukan penilaian
suatu saham menurut pendekatan fundamental dapat digunakan teknik analisis rasio” (h.
277).
Syamsir dalam bukunya menjelaskan bahwa “Analisis teknikal dapat dikatakan
sebagai sebuah analisis tentang pergerakan harga saham yang didasarkan dari
pergerakan harga saham itu sendiri di masa yang lalu” (h. 5). Sedangkan menurut Tedy
Fardiansyah (2003), analisis teknikal merupakan “Suatu pemanfaatan data historis
(harga dan volume perdagangan saham) yang tersedia di pasar. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi suatu tren atau pola berulang dari pergerakan harga saham dan
kemudian dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan” (h. 90).
15
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan analisis fundamental merupakan analisis
yang dilakukan dengan menganalisis perekeonomian secara makro dan mikro lalu
ditarik kesimpulan untuk mendapatkan proyeksi harga di masa mendatang. Sedangkan
analisis teknikal adalah analisis yang dilakukan dengan cara membuat analisis harga dari
fluktuasi harga di masa lampau dan memproyeksikan harga tersebut untuk masa
mendatang. Kita dapat melihat pembagiannya pada diagram di bawah ini.
Gambar II.1 Metode Analisis Saham
Sumber : http:\\www.belajarforex.com
II.3.1 Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)
Setelah melihat uraian di atas, maka kita lanjutkan dengan penjabaran
mengenai analisis fundamental lebih lanjut. Analisis fundamental sering disebut
juga share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam berbagai
pelatihan analisis sekuritas. Dalam membuat model peramalan harga saham
Stock Analysis
Fundamental Analysis
Technical Analysis
Macro Analysis
Elliot Wave
Fibonacci Sequence
Industry Analysis
Company Analysis
Indicators
Moving Average
RSI
16
tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor
fundamental (seperti kebijakan dividen, pemerintah, bursa, dsb.) yang
diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Secara garis besar, analisis
fundamental sebuah perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.2 Proses Analisis Fundamental
Sumber : buku Solusi Investasi di Bursa Saham
Berikut ini adalah metode yang dapat digunakan untuk menaksir nilai
intrinsik (intrinsic value) suatu saham dengan pendekatan fundamental :
1. Pendekatan melalui rasio-rasio keuangan yang biasa dipakai untuk
memproyeksikan harga saham di masa mendatang. Rasio-rasio tersebut
antara lain : debt to equity ratio, net profit margin, dividen payout ratio,
price earning ratio, laju pertumbuhan pendapatan
2. Pendekatan dividen
Penulis tidak membahas mengenai pendekatan dividen ini untuk
membatasi pembahasan sesuai dengan ruang lingkup.
II.3.2 Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham di waktu yang lalu.
International Economics Environment
Domestic Economics Environment
Business Environment
Industry Environment
Firm Firm Objectives
17
Berbeda dengan pendekatan fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan
faktor-faktor fundamental (seperti kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat
bunga, dsb.) yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar).
Mengacu pada bukunya, Hendra Syamsir (2004) menjelaskan, analisis
teknikal sering disebut juga sebagai visual analysis atau chart analysis.
Walaupun secara teoritis agak bertentangan dengan metode analisis dan teori
yang telah ada dan lebih dipercaya sebelumnya, para analis teknikal (technicians)
meyakini bahwa jika metode tersebut diterapkan secara benar bisa memberikan
keuntungan yang lebih optimal kepada pemodal di industri sekuritas manapun di
dunia. Secara prinsip bahkan oleh salah satu pakar analisis teknikal (John J.
Murphy) disebutkan bahwa “Chartists are cheating, because it is a short cut
form of fundamental analysis”.
Asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga sangat
ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran (supply) dan permintaan
(demand) terhadap saham itu sendiri, di mana jika terjadi ekses supply
(kelebihan supply atas demand) maka harga akan jatuh dan demikian sebaliknya,
jika terjadi ekses demand, maka harga akan naik. Asumsi-asumsi lain yang
berlaku dalam analisis ini antara lain :
1. Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang
rasional maupun irasional.
2. Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
3. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.
18
4. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari
diagram dari perilaku pasar.
5. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di
masa mendatang.
II.4 Analisis Teknikal Konvensional
Perangkat analisis teknikal yang biasa digunakan oleh para analis dan investor
adalah dengan Moving Average (MA) dan Relative Strength Index (RSI). Namun,
berbicara tentang analisis teknikal, kita akan dihadapkan kepada beberapa istilah yang
sangat sering digunakan, antara lain : chart, trend, support dan resistance. Karena itu,
Penulis membahas pengertian chart, trend, support dan resistance masing-masing
terlebih dahulu agar didapat pemahaman yang komprehensif.
II.4.1 Chart, Trend, Support dan Resistance
Data pergerakan harga saham apabila dirunut akan membentuk suatu
grafik (chart). William J. O’Neil mendefinisikan “Charts are graphic depictions
of historical price and trading volume behaviour. They allow you to identify
current behaviour in relation to a stock’s recent history” (p. 44). Mengacu pada
bukunya, Pring (2001) menjelaskan beberapa metode untuk mentransformasikan
data saham ke grafik saham (plotting charts), yakni bar chart, line chart, point-
and figure chart, dan candlestick chart.
1. Bar Chart
Pada bar chart, data yang digunakan adalah harga tertinggi (high price),
harga terendah (low price) dan harga penutupan (close price).
19
Contoh bar chart dapat dilihat pada gambar II.3 di bawah ini.
Gambar II. 3 Bar Chart
3 102006
17 24 31 7August
14 22 28 4 11September
18 25 2 9October
16 30 6 13November
20 27 4 11December
18 26 2 82007
15 22 29 5 12February
19 26 5March
12
670068006900700071007200730074007500760077007800790080008100820083008400850086008700880089009000910092009300940095009600970098009900
100001010010200103001040010500106001070010800109001100011100
8 bulan (9,600.00, 9,000.00, 8,550.00, 8,900.00, -200.000)
sumber : http://www.telkom.co.id
2. Line Chart
Pada line chart, data yang digunakan hanya harga penutupan (close price)
saja. Karena itu grafik ini hanya membentuk garis saja. Bentuk line chart
dapat dilihat pada gambar II.4 berikut :
Gambar II.4 Line Chart
3 102006
17 24 31 7August
14 22 28 4 11September
18 25 2 9October
16 30 6 13November
20 27 4 11December
18 26 2 82007
15 22 29 5 12February
19 26 5March
12
670068006900700071007200730074007500760077007800790080008100820083008400850086008700880089009000910092009300940095009600970098009900
100001010010200103001040010500106001070010800109001100011100
8 bulan (9,600.00, 9,000.00, 8,550.00, 8,900.00, -200.000)
sumber : http://www.telkom.co.id
3. Candlestick Chart
Pada candlestik chart, data yang digunakan lebih banyak dibandingkan pada
line chart, yaitu harga pembukaan (open price), harga penutupan (close
20
price), harga terendah (low price), dan harga tertinggi (high price). Contoh
candlestick chart dapat dilihat pada gambar II.5 berikut.
Gambar II.5 Candlestick Chart
32006
10 17 24 31August
7 14 22 28 4September
116900
6950
7000
7050
7100
7150
7200
7250
7300
7350
7400
7450
7500
7550
7600
7650
7700
7750
7800
7850
7900
7950
8000
8050
8100
8150
8200
8250OKT (7,900.00, 8,000.00, 7,800.00, 7,900.00, +0.0)
sumber : http://www.telkom.co.id
4. Point and Figure Chart
Point and figure charts menampilkan simbol "X" saat harga naik dan
menmpilkan simbol "O" saat harga mengalami penurunan. Chart ini jarang
digunakan oleh chartist, karena cenderung sulit dalam membacanya. Contoh
point and figure charts disajikan pada gambar II.6 berikut.
Gambar II.6 Point and Figure Chart
2006 05 07 10 13 14 17 21 25 26 28 Aug 07 08 11 15 16 22 29 31 Sep 04 05 06 07 08 11 12 13 146900
6950
7000
7050
7100
7150
7200
7250
7300
7350
7400
7450
7500
7550
7600
7650
7700
7750
7800
7850
7900
7950
8000
8050
8100
8150
8200
8250OKT (46.000x138.000-H/L) (7,900.00, 8,000.00, 7,800.00, 7,900.00, +0.0)
sumber : http://www.telkom.co.id
21
Masih mengacu pada bukunya, Syamsir mendefinisikan trend sebagai
“Kecenderungan pergerakan dalam satu arah harga” (h. 10). Sedangkan Pring
(2001) menjelaskan macam-macam trend dalam bukunya, yaitu short-term
trends, intermediate-term trends, dan long-term trends. Pring juga menjelaskan
macam-macam pola pergerakan harga, yaitu:
1. Triangle
Pola triangle ada beberapa macam, ada descending triangle, ascending
triangle dan symmetrical triangle. Pada pola triangle, terdapat tekanan antara
seller dan buyer. Pola descending triangle sering dijumpai pada keadaan
downtrend, dan biasanya diikuti dengan kenaikan volume penjualan. Pada
pola descending triangle, pemenang harga adalah seller, karena harga
semakin rendah. Pola descending triangle dapat dilihat pada gambar II.7 di
bawah ini.
Gambar II.7 Pola Descending Triangle
sumber : http:\\ www.chartpatterns.com
Sedangkan pola ascending triangle merupakan kebalikan dari descending
triangle, dapat dilihat pada gambar II.8 di halaman berikutnya.
22
Gambar II.8 Pola Ascending Triangle
sumber : http:\\ www.chartpatterns.com
Pola symmetrical triangle terjadi akibat tekanan antara seller dan buyer yang
seimbang. Pola ini terjadi juga diikuti dengan kenaikan volume perdagangan.
Pada saat pola ini terjadi, akan tercerminkan trend yang sedang berlangsung,
sehingga pola ini disukai oleh para trader dan merupakan bonus. Pola
symmetrical triangle dapat dilihat pada gambar II.9 berikut ini.
Gambar II.9 Pola Symmetrical Triangle
sumber : http:\\ www.chartpatterns.com
2. Flags and Penants
Pola flags dan penants biasanya terlihat setelah adanya pergerakan harga
yang cukup besar. Penants memiliki bentuk yang hampir sama dengan
symmetrical triangle, namun volumenya lebih kecil dan memiliki periode
yang lebih singkat. Pola flags dan penants dapat dilihat pada gambar II.10 di
halaman berikutnya.
23
Gambar II.10 Pola Flags and Penants
sumber : http:\\ www.chartpatterns.com
3. Wedges
Pola wedges hampir mirip dengan triangle, pada saat pola ini terjadi, trend
yang sedang berlangsung akan tetap berlanjut. Pola wedges dapat dilihat pada
gambar II.11 di bawah ini.
Gambar II.11 Pola Wedges
sumber : http:\\ www.chartpatterns.com
24
4. Head and Shoulder
Pola head and shoulder sering disebut juga reversal pattern. Pola ini lebih
sering terjadi pada kondisi uptrend. Pada gerak balik kepala dan bahu, yang
perlu diperhatikan adalah garis lehernya yang tidak selalu harus berupa garis
datar, kemudian adanya titik penembusan dan titik reversal pada garis leher.
Selanjutnya yang penting adalah sasaran harga (price objective) yang berada
pada jarak yang sama antara garis leher dan jarak demikian mulai dari
puncak pola ini. Pola head and shoulder dapat dilihat pada gambar II.12
berikut ini.
Gambar II.12 Pola Head and Shoulder
sumber : http:\\ www.chartpatterns.com
Tetap mengacu pada bukunya, Syamsir menjelaskan level support adalah
“Sebuah level harga (titik/tingkat/range) di mana pada titik/tingkat/range harga
tersebut, akan timbul minat beli yang lebih kuat daripada minat jual” (h. 44).
Sebaliknya, level resistance merupakan “Batas atas/range/titik di mana pada titik
/level/range tersebut akan timbul penguatan minat jual yang lebih besar
dibandingkan dengan minat beli” (h. 44).
25
II.4.2 Moving Average
Sekarang Penulis mencoba mengulas sedikit mengenai moving average,
namun tidak terlalu mendalam, karena Penulis tidak menggunakannya dalam
penelitian. Teddy Fardiansyah (2003) menjelaskan “Moving Average digunakan
para technician untuk memperhalus fluktuasi pergerakan harga dan mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai tren pergerakan harga” (h. 109). Ada berbagai
tipe dari moving average, yakni simple moving average, weighted moving
average dan exponential moving average.
1. Simple Moving Average (SMA)
Simple Moving Average (SMA) adalah metode yang paling sederhana dan
banyak digunakan dalam analisis teknikal harga saham.Metode ini dibentuk
oleh nilai rata-rata dari n periode terakhir.
2. Weighted Moving Average (WMA)
Metode ini dibuat atas dasar kelemahan yang terdapat pada metode SMA.
Metode SMA menyimpan kelemahan, yaitu seringkali menghasilkan signal
yang terlambat. Dengan menggunakan WMA, data terakhir (terbaru) selalu
mendapat bobot penilaian lebih besar dibandingkan data yang sebelumnya
(lebih lama).
3. Exponential Moving Average (XMA)
Exponential Moving Average (XMA) adalah bentuk lain dari penyempurnaan
SMA yang diciptakan untuk mengeliminir kelemahan SMA yaitu
keterlambatan.
26
II.4.3 Oscillator Relative Strength Index (RSI)
Menurut Jeremy Kurniawan (2007), “Oscillator adalah sebuah leading
indikator yang cara kerjanya bergerak naik dan turun di antara dua buah level.
Sinyal beli atau sinyal jualnya adalah sewaktu harga menyentuh salah satu level
dan mulai berbalik arah” (h.32).
Masih mengacu pada bukunya, Jeremy Kurniawan menjelaskan ada
beberapa indikator oscillator, diantaranya adalah Stochastics, RSI dan William
%R. Setiap indikator jenis oscillator diciptakan untuk bisa mengindikasikan
trend reversal atau perubahan arah pergerakan saham atau mata uang.
Namun, untuk membatasi ruang lingkup, Penulis hanya akan membahas
oscillator jenis RSI saja yang relatif mudah pengaplikasiannya dan sering
digunakan.
Relative Strength Index (RSI) pertama kali dibuat oleh J Welles Wilder
dan diperkenalkan kepada khalayak melalui bukunya yang berjudul “New
concepts in Technical Trading System”.
Syamsir (2004) menjelaskan “Indikator RSI ini menghitung perbandingan
antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang diterjemahkan ke dalam
indikator yang memiliki selang penilaian antara 0-100” (h. 186). Karena nilainya
yang tetap (antara 0-100), maka RSI dikelompokkan ke dalam salah satu alat
analisis oscillator indicator (RSI hanya bisa bergerak/oscillate di antara nilai
tersebut).
Analisis kekuatan relatif ini berupaya mengidentifikasikan saham yang
memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki
kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lain pada saat bull
27
market, atau mengalami penurunan harga yang lebih lambat pada saat bear
market jika dibandingkan dengan saham lain. Dengan memilih investasi pada
saham seperti itulah seorang investor akan mendapatkan return tertinggi, karena
kekuatan relatif tersebut cenderung tidak berubah dari waktu ke waktu.
Mengenai periode penghitungan yang digunakan, Wilder dalam bukunya
menganjurkan untuk menggunakan periode penghitungan sebanyak 14 periode.
Namun, Penulis menggunakan periode 5 hari, untuk mendapatkan sinyal dalam
jangka waktu relatif singkat.
II.5 Analisis Teknikal Dengan Metode Fibonacci
Untuk mengetahui pembahasan mengenai analisis teknikal dengan metode
Fibonacci, sebaiknya dibahas terlebih dahulu mengenai Fibonacci itu sendiri agar
diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.
II.5.1 Deret Fibonacci
Deret Fibonacci ditemukan oleh seorang matematikawan Italia bernama
Leonardo Pisano Fibonacci pada tahun 1175. Bilangan Fibonacci diambil dari
deret 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dst. Di mana suku ke n merupakan penjumlahan dari n-1
dan n-2. Deret angka tersebut terkenal dengan Deret Fibonacci (Fibonacci
Sumation Series). Rosen (2000) menyatakan “The Fibonacci sequence is defined
recursively by f 1 = 1, f 2
= 1, and f n= ff nn 21 −−
+ for n 3≥ ” (p. 25).
Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika kita membagi satu angka
dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, maka akan didapatkan sebuah
28
angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain.
Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut dan
angka ini dikenal sebagai Rasio Emas (golden ratio). Golden ratio berjumlah
1,618. Rasio ini sering disebut juga PHI. Ini adalah contoh deret perhitungannya:
233 / 144 = 1,618 610 / 377 = 1,618
377 / 233 = 1,618 987 / 610 = 1,618
PHI memiliki peranan yang luas dalam kehidupan di alam raya ini.
Fischer (1997) menyatakan phi merupakan “The most important mathematical
presentation of natural phenomena ever discovered” (p. 3). Deret Fibonacci
diterapkan pada hampir seluruh hukum alam. Deret ini dapat kita temukan pada
tubuh kita sendiri. Tubuh manusia rata-rata adalah jika antara pusar dan telapak
kaki dianggap berjarak 1 unit, maka tinggi seorang manusia setara dengan 1,618
unit. Lalu jarak antara ujung jari dan siku dibandingkan dengan jarak antara
pergelangan tangan dan siku, jarak antara garis bahu dan unjung atas kepala
dibandingkan panjang kepala, jarak antara pusar dan lutut dibandingkan dengan
jarak antara lutut dan telapak kaki, semua itu menghasilkan PHI. Selain itu PHI
juga kita temukan pada lebah, dalam setiap sarang lebah, lebah betina jumlahnya
selalu lebih banyak dibandingkan lebah jantan, perbandingan lebah betina
dengan lebah jantan menghasilkan rasio yang sama yaitu PHI. Pada tumbuhan,
PHI juga ditemukan pada bunga matahari. Biji bunga matahari tumbuh dengan
melawan spiral, rasio dari setiap diameter rotasi ke rotasi berikutnya berjumlah
sama yakni phi. Hampir semua ciptaan Tuhan di muka bumi ini dipengaruhi oleh
PHI. Mengacu pada bukunya, Fischer juga menyatakan bahwa deret Fibonacci
ditemukan pada pyramid, kerang laut spiral, sampai lukisan Leonardo Da Vinci
29
yang terkenal, Monalisa. Pada wajah Monalisa dan bahkan wajah kita sendiri
terdapat rasio emas ini. Panjang wajah dibandingkan dengan lebar wajah, jarak
antara bibir dan titik di mana kedua alis mata bertemu dibandingkan panjang
hidung, panjang wajah dibandingkan jarak antara ujung rahang dan titik di mana
kedua alis mata bertemu, panjang mulut dibandingkan lebar hidung, dsb.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa deret Fibonacci
menjadi acuan hukum alam (nature’s law). Berdasarkan penelitian, deret
Fibonacci dapat digunakan sebagai salah satu cara analisa teknikal untuk
memprediksi pergerakan harga saham di masa mendatang. Hal itu dikarenakan
fluktuasi harga di pasar merupakan refleksi dari perilaku manusia, perilaku
manusia memiliki relasi yang kuat dengan fenomena alam, dan hukum alam
dapat diukur dengan deret Fibonacci.
Dalam analisis teknikal kita menggunakan kedua rasio tersebut, yakni
PHI dan phi. Phi merupakan kebalikan dari PHI. Sedangkan phi merupakan
direct ratio dari PHI, yaitu PHI1 sehingga hasil yang didapat adalah 0,618.
Rasio-rasio inilah yang akan kita pakai dalam analisis teknikal. Phi digunakan
untuk menentukan besarnya koreksi dalam support dan resistance.
II.5.2 Swing High dan Swing Low
Dalam analisis teknikal menggunakan deret Fibonacci, kita harus dapat
mengidentifikasi swing high dan swing low. Jeremy Kurniawan (2007)
menjelaskan “Swing high adalah candlestick yang terletak di antara candlestick-
candlestick yang lebih rendah di sebelah kanan dan kirinya sedangkan, swing low
30
adalah kebalikannya” (h.7). Jadi, dapat disimpulkan bahwa swing high dan swing
low adalah titik ekstrem terendah dan tertinggi dari suatu pergerakan harga
saham.
II.5.3 Dasar Analisis Saham dengan Fibonacci
Sejalan dengan perkembangan dunia pasar modal, indikator Fibonacci
berkembang menjadi empat bagian besar, yakni Fibonacci Retracement,
Fibonacci Expansion, Fibonaci Fan, dan Fibonacci Arc. Namun, untuk
membatasi ruang lingkup, Penulis hanya akan membahas mengenai Fibonacci
Retracement sebagaimana akan digunakan dalam penelitian.
Para chartist biasanya menggunakan Fibonacci Retracement untuk
menentukan level support dan resistance. Pada Fibonacci Retracement terdapat
beberapa level yaitu 0.00, 0.236, 0.382, 0.500, 0.618, 0.100, dan 1.618. Mengacu
pada bukunya, Fischer (2007) menjelaskan asal dari angka-angka tersebut
sebagai berikut :
0.00 merupakan angka pertama dari deret Fibonacci
0.236 merupakan pembagian fn dengan 3+nf
0.382 merupakan hasil dari PHIphi = 618,1
618,0 .
0.500 merupakan setengah dari 1
0.618 merupakan direct ratio PHI1 = 618,1
1
1.618 merupakan PHI ratio
31
Sebagai tambahan, deret Fibonacci tidak hanya dapat digunakan untuk
memprediksi pergerakan harga, tapi juga dapat digunakan untuk memprediksi
waktu. Waktu di sini diartikan dengan kapan harga berada pada titik terendah
atau titik tertinggi. Sehingga trader dapat menentukan posisi jual atau posisi beli.
Fischer (1997) menyatakan, “Timing is the most essential element. What to buy is
important, when to buy is more important” (p.127). Masih mengacu pada
bukunya, Fischer membuat rumusan untuk menentukan waktu saat harga saham
berada pada harga terendah atau harga tertinggi, dan ia menyebutnya Time Goal
Day (TGD). Rumusnya sebagai berikut :
C = B + 1.618 x (B-A)
Keterangan :
A : harga saham berada pada titik tertinggi atau terendah
B : harga saham berada pada titik tertinggi atau terendah kedua
C : time goals day
1.618 : PHI ratio
top related