bab ii tinjauan pustaka a. remaja 1. pengertianrepository.ump.ac.id/3146/3/rahmat dwi yanto bab...
Post on 03-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun
psikis. Perubahan fisik yang tampak lebih jelas tubuh berkembang pesat
mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan
berkembangnya kapasitas reproduksi (Agustiani, 2006). Masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis dimana usianaya yakni antara 10-19 tahun dan masa ini adalah suatu
periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas (Widyastuti dkk, 2009).
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak
berubah dari mahluk aseksual menjadi makhluk seksual. Kata pubertas
berasal dari kata latin yang berarti usia kedewasaan, kata ini lebih
menunjuk pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi pada saat
individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan
keturunan (Hurlock, 2003). Monk (2001) mengemukakan bahwa pubertas
dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere yang berarti
mendapatkan puber atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin
sekunder yang menunjukan perkembangan seksual. Bila selanjutnya
13
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
14
dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa
pemasakan seksual (Monks & Knoers, 2001).
Sedangkan menurut Sarwono (2004) mendefinisikan remaja untuk
masyarakat Indonesia, dengan berpedoman umum menggunakan batasan
usia 11-24 tahun dan belum menikah, diantaranya sebagai berikut:
a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya ditandai mulai
nampaknya seksual sekunder ( kriteria fisik)
b. Kebanyakan masyarakat Indonesia, usia 11 tahun dianggap
sudah akil baligh baik menurut adat maupun agama. Sehingga
masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-
anak (kriteria sosial)
c. Pada usia ini mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri,
tercapainya fase genital dan perkembangan psikososial, serta
tercapainya puncak perkembangan kognitif dan moral.
2. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003) adalah:
a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, maka pada masa itu
perubahan emosi semakin menonjol disebabkan karena remaja
berada dibawah tekanan sosial dalam menghadapi kondisi baru.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
15
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok sosial
c. Dengan berubahnya minat dan pola prilaku, maka nilai-nilai juga
berubah, apa yang dianggap pada masa kanak-kanak dianggap
tidak penting
d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap
perubahan, mereka menginginkan kebebasan, tapi mereka sering
takut bertanggungjawab akan akibatnya
Ciri-ciri remaja menurut Mappiare (2000) adalah:
a. Kestabilan keadaan perasaan dan emosi.
Pada masa ini fungsi perasaan berkembang sangat peka, remaja
mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan
emosinya. Keadaan masa ini disebut juga sebagai “storm and
stres”.
b. Hal sikap dan moral terutama menjelang akhir remaja awal.
Organ-organ sekunder yang telah matang menyebabkan remaja
mendekati lawan jenis, ada dorongan-dorongan seks dan ada
pula kecenderungan untuk memenuhi dorongan tersebut
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
16
c. Hal kecerdasan atau kemampuan mental.
Kemampuan mental atau kemampuan berfikir sudah mulai
sempurna.
d. Status remaja awal yang sulit ditentukan.
e. Remaja awal yang sangat sulit dihadapi.
Remaja awal, merupakan individu yang banyak mengalami
masalah. Masalah yang dihadapinya adalah sifat emosional dari
remaja. Kemampuan berfikirnya lebih dkuasai oleh
emosionalitasnya, sehingga kurang mampu mengadakan
consensus dengan pendapat orang lain yang bertentangan
dengan pendapat dirinya.
f. Masa remaja awal adalah masa yang kritis.
Masa ini dipengaruhi kerena perkembangan kognitifnya mulai
meningkat, sehingga kemampuan pengamatan, berfikir dan
analisisnya mulai tajam, dan kemampuan dalam menyelesaikan
masalahnya mulai bervariatif.
3. Pembatasan Usia Remaja
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secra seksual
menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Menurut Depkes RI (2003) adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin.
Sedangkan menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widiastuti, dkk, 2009).
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
17
Undang-undang No. 4 tahun 1978 mengenai kesejatrahan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
Namun menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja
apabila telah mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal. Menurut undang- undang perkawinan No. 1
tahun 1974, anak diagap sudah remaja apabila cukup matang untuk
menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk
anak laki-laki (Proverawati & misaroh, 2009).
4. Perkembangan fisik pada masa remaja
Perkembanagan fisik yang menyangkut perkembangan seksual adalah
pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik di dalam maupun di luar
badan sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku selanjutnya.
Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjuk pada organ badan yang
langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Pada anak perempuan
hal ini adalah rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris
(Monks & Knoers, 2002). Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi
pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid atau
menarche. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah,
lender, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan
terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai menopause. Periode haid umumnya
terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan lamanya berbeda-
beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai tahap
kemandulan remaja (Hurlock, 2007).
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
18
Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniyah yang
tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan
tanda-tanda yang khas perempuan dan has laki-laki. Pertama kali yaitu
rambut kemaluan, pada anak perempuan merupakan gambar segitiga
dengan basis ke atas. Kemudian tanda kelamin sekunder yang paling
penting pada wanita adalah tumbuhnya payudara dengan sedikit
mencuatnya bagian punting susu. Hal ini terjadi pada usia antara 8-13
tahun. Baru pada stadium kemudian sebentar menjelang menarche maka
jaringan pengikat disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai
memperoleh bentuk yang dewasa (Monks & Knoers, 2002).
Wiknjosastro (2005)menyatakan berdasarkan kematangan psikososial
dan seksual, remaja akan melewati tahapan berikut :
a) Masa remaja awal/dini (early adolence) umur 11-13 tahun
Remaja awal dimulai kurang lebih antara usia 11 sampai 13 tahun
(Wiknjosastro, 2005). Masa remaja awal kira-kira sama dengan masa
sekolah menengah pertama dan mencangkup semua perubahan pubertas
(Santrock, 2003).
b) Masa remaja pertengahan (middleadolence) umur 14-16 tahun
Minat pada karir, berpacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih
nyata dalam masa remaja akhir (Santrock, 2003). Terdapat pergerakan
pasti menjauh dari keluarga. Hubungan seusia (Peer group)
mendominsi di atas keluarga (Wiknjosastro, 2005).
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
19
c) Masa remaja lanjut (lateadolence) umur 17-20 tahun
Remaja akhir merupakan fase kematangan secara fisik. Kebanyakan
remaja akhir mencapi body image yang stabil. Remaja akhir menjdi
seseorang yang mandiri penuh sebagai warga negara yang produktif
(Bopak, 2004).
B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian
Kecerdasan emosi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan
jiwa. Dengan kecerdasan emosi tersebut seseorang dapat menempatkan
emosinya pada porsi yang tepat, memilih kepuasan, dan mengatur suasana
hati (Goleman, 2000).
Menurut Hapsariyanti (2006) kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang dalam memahami, merasakan dan mengenali
perasaan dirinya dan orang lain sehingga individu tersebut dapat
mengendalikan perasaan yang ada dalam dirinya dan dapat memahami
serta menjaga perasaan orang lain. Individu tersebut juga dapat
memotivasi diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam
kehidupan yang dijalani.
Menurut Howes dan Herald (1999) dalam Mu‟tadin (2002) bahwa
kecerdasan emosi sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi
pintar menggunakan emosi, lebih lanjut dikatakan bahwa emosi manusia
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
20
berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan
sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, akan menghadirkan
pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan
orang lain.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam belajar serta kesuksesan
hidup adalah kecerdasan emosi, disamping adanya faktor yang berasal dari
IQ. Para ahli psikologi mengatakan bahwa IQ hanya mempunyai peran
20% dalam menentukan keberhasilan hidup, sedangkan 80% sisanya
ditentukan oleh faktor lain, diantara yang terpenting yaitu kecerdasan
emosi. Goleman (2000) mengatakan bahwa kompetensi-kompetensi aktual
yang mengantarkan kepada kesuksesan seseorang dalam pekerjaan
apapun, membuktikan bahwa dalam menentukan prestasi puncak dalam
pekerjaan IQ memang hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan
emosi (EQ).
Kecerdasan emosi memang mempunyai perbedaan dengan
kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan otak (IQ). Walaupun antara EQ,
SQ, dan IQ mempunyai perbedaan tetapi ketiganya memiliki muatan yang
sama penting untuk mensinergikan antara satu dengan lain.
Keberadaan kecerdasan emosi (EQ) sangat diperlukan selain
kecerdasan otak (IQ) dan kecerdsan spiritual (SQ). IQ yang merupakan
kemampuan murni kognitif, relatif tidak dapat berubah sepanjang hidup
manusia. Satiadarma (2003), mengemukakan bahwa Spiritual Quotien
merupakan kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
21
mengembangkan bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan
membedakan yang salah dan yang benar serta kebijaksanaan. Spiritual
Quotien (SQ) memberikan kemampuan untuk menemukan langkah yang
lebih bermakna dan bernilai. Dengan demikian SQ merupakan landasan
penting sehingga IQ dan EQ dapat berfungsi secara efektif. Goleman
(2000) mengatakan bahwa kopetensi-kompetensi aktual yang
mengantarkan kepada kesuksesan seseorang dalam pekerjaan apapun,
membuktikan bahwa dalam menentukan prestasi puncak, dalam pekerjaan
IQ memang hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosi
(EQ).
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2000), aspek kecerdasan emosional terdiri dari
lima, yaitu :
a. Pengenalan diri (self-awareness).
Mengenali perasaan sebagaimana yang terjadi adalah kunci dari
kecerdasan emosi. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang
sesungguhnya membuat individu berada dalam kekuasaan perasaan.
Orang-orang yang memiliki keyakinan lebih tentang perasaannya dapat
mengarahkan kehidupannya dengan lebih baik. Individu tersebut
memiliki pengertian dan merasa mantap dalam mengambil keputusan
terhadap kehidupan pribadinya, seperti dengan siapa akan menikah
sampai ke pekerjaan apa yang akan dilakukan.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
22
b. Mengelola emosi atau pengendalian diri (self regulations)
Mengelola perasaan secara tepat merupakan kemampuan yang
diperlukan untuk mengendalikan diri. Orang-orang yang kurang dalam
kemampuan ini terus menerus berada dalam perasaan menderita,
sedangkan mereka yang dapat mengatasinya dapat merasa segar
kembali jauh dari kemunduran dan ganggguan dalam kehidupan.
c. Memotivasi diri sendiri (motivating ownself).
Mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal
yang mendasar untuk dapat memberikan perhatian, memotivasi diri
dan menguasai diri, serta mengembangkan kreativitas. Orang-orang
yang memiliki ketrampilan ini cenderung lebih produktif dan efektif
dalam melakukan berbagai aktivitas.
d. Mengenali emosi orang lain atau empati (empathy).
Empati adalah dasar dari ketrampilan pribadi. Orang-orang yang
empatik lebih peka dalam menangkap isyarat-isyarat sosial yang
mengindikasikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang lain.
e. Membina hubungan atau keterampilan sosial (sosial skills).
Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan ketrampilan
mengelola emosi orang lain. Orang-orang yang unggul dalam
ketrampilan ini dapat melakukan segala sesuatu dengan baik. Mereka
dapat melakukan interaksi dengan orang lain dengan lancar dalam
pergaulan sosial.
Dalam penelitian ini menggunakan lima aspek kecerdasan emosi
menurut Goleman (2000) yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
23
atau pengendalian diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain atau empati, dan membina hubungan dengan orang.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan Emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menurut
Goleman (2000) adalah:
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dalam
mempelajari emosi, dan orang tualah yang sangat berperan.Anak
mengidentifikasi perilaku orang tua kemudian diinternalisasikan
akhirnya menjadi bagian dalam kepribadian anak. Kehidupan emosi
yang dibangun di dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak,
bagaimana anak dapat cerdas secara emosional.
b. Lingkungan non keluarga
Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan
masyarakat dan lingkungan pendidikan yang dianggap bertanggung
jawab terhadap perkembangan kecerdasan emosi.Pergaulan dengan
teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
c. Otak
Otak adalah organ yang penting dalam tubuh manusia, otaklah
yang mempengaruhi dan mengontrol seluruh kerja tubuh, struktur otak
manusia adalah sebagai berikut.
1) Korteks. Berfungsi membuat seseorang berada di puncak tangga
evalusi. Memahami korteks dan perkembangan membantu
individu menghayati mengapa sebagian individu sangat cerdas
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
24
sedangkan yang lain sulit belajar. Korteks berperan penting dalam
memahami kecerdasan emosi serta dalam memahami sesuatu
secara mendalam, menganalisis mengapa kita mengalami perasaan
tertentu, selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Korteks
khususnya lobus frontalis dapat bertindak sebagai saklar peredam
yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.
2) Sistem Limbik. Bagian ini sering disebut sebagai bagian emosi
yang letaknya jauh dalam hemisfer otak besar terutama
bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Sistem
limbik meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses
pembelajaran emosi. Selain itu ada amigdala yang dipandang
sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi
menurut Hurlock (2004) adalah:
a. Faktor kematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan
satu rangsangan dalam jangka yang lebih lama dan memutuskan
ketegangan emosi pada satu objek. Kemampuan mengingat dan
menduga mempengaruhi emosi, sehingga seseorang menjadi reaktif
terhadap rangsangan yang semula tidak mempengaruhi dirinya.
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku
emosional, dan kelenjar adrenalin memainkan peran utama pada
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
25
emosi. Faktor ini dapat dikendalikan dengan memelihara kesehatan
fisik dan keseimbangan tubuh.
b. Faktor belajar
Faktor ini lebih penting karena merupakan faktor yang mudah
dikendalikan. Cara mengendalikan lingkungan untuk menjamin
pembinaan pola emosi yang diinginkan dan menghasilkan pola reaksi
emosional yang tidak diinginkan merupakan pola belajar yang positif
sekaligus tindakan preventif. Makin bertambahnya usia makin sulit
mengubah pola reaksi. Ada lima jenis belajar yang turut menunjang
pola perkembangan emosi yaitu belajar coba ralat, belajar dengan cara
meniru, belajar dengan cara identifikasi, belajar melalui pengkodisian,
dan pelatihan.
Walgito (1997) membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi menjadi dua yaitu :
a. Faktor internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki
dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.Segi jasmani
adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan
kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi
kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya
pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
26
b. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan
emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi : stimulus dan lingkungan
atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses terbentuknya
kecerdasan emosi.
Segal (1987 dalam Helmi, 2004) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi pada remaja meliputi pengalaman
romantis, kehidupan spiritual, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
keluarga.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hapsariyanti (2006) faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi individu antara lain :
a. Lingkungan keluarga
Hubungan orang tua dengan anak menjadi faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap perkembangan anak pada umumnya
demikian juga perkembangan kecerdasan emosi pada khususnya.
b. Konsep diri (self concept)
Konsep diri juga dipengaruhi oleh situasi lingkungan keluarga,
khususnya suasana hubungan antara orang tua dengan remaja. Remaja
yang memiliki konsep diri yang baik (sesuai dengan kenyataan
dirinya) akan dapat memahami dan menerima perasaan-perasaan atau
emosi yang dialami remaja ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Apabila konsep diri individu tidak sesuai dengan yang diharapkannya
akan menimbulkan perasaan negatif baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungan sekitarnya. Perasaan negatif tersebut dapat
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
27
menyebabkan individu mengalami hambatan dalam mengelola
perasaan atau emosi yang dialaminya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kecerdasan emosi adalah faktor lingkungan keluarga,
faktor non keluarga, otak, kematangan, faktor belajar, dan konsep diri,
faktor internal, eksternal, pengalaman romantis, dan kehidupan spiritual.
4. Perkembangan Emosi pada Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yaitu peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Monks (2004) menyatakan pada masa
remaja (usia 12 sampai 21 tahun) terdapat beberapa fase, yaitu : fase
remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan
(usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun), masa remaja akhir (usia 18
sampai 21 tahun). Remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja
hormon di dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak, baik berupa
bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
Perkembangan emosi pada remaja tidak terlepas dari perkembangan
fisik, psikis, sosial, dan kepribadian. Hal tersebut merupakan satu kesatuan
yang terjadi secara hampir bersamaan dan saling berhubungan antara satu
dan lainnya. Santrock (2003) menjelaskan ada beberapa hal yang menjadi
ciri perkembangan pada diri remaja yaitu :
a. Identitas diri
Remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan
apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Mereka memegang
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
28
erat identitas dirinya dan berpikir bahwa identitas dirinya tersebut bisa
menjadi lebih stabil. Menurut Erikson (1997 dalam Santrock, 2003)
para remaja berusaha untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya,
apa saja yang ada dalam diri mereka, dan arah mereka dalam menjalani
hidup. Ketika remaja mengekplorasi dan mencari identitas, remaja
seringkali bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Remaja
yang berhasil menghadapi identitas-identitas yang saling bertentangan
akan mendapatkan pemikiran yang baru dan dapat diterima mengenai
dirinya, sedangkan remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis
identitasnya akan mengalami kebimbangan identitas.
b. Gender
Hipotesis identifikasi gender menyatakan bahwa perbedaan
psikologis dan tingkah laku di antara laki-laki dan perempuan
meningkat selama masa remaja awal dikarenakan adanya peningkatan
tekanan-tekanan sosialisasi masyarakat untuk menyesuaikan diri pada
peran gender maskulin dan feminin yang tradisional. Peran pubertas
pada intensifikasi gender bisa merupakan suatu tanda untuk
mensosialisasikan diri dengan orang lain, misalnya : orang tua,
kelompok sebaya, dan guru dimana para remaja mulai memasuki masa
dewasa dan oleh karena itu harus mulai banyak bersikap sesuai dengan
stereotipe perempuan dan laki-laki dewasa. Stereotipe yang beredar di
masyarakat adalah bahwa perempuan itu lebih emosional, penuh
perasaan, sedangkan laki-laki tidak (Santrock, 2003).
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
29
c. Seksualitas
Selama masa remaja, kehidupan remaja dihiasi oleh problem
seksualitas. Masa remaja adalah waktu untuk penjelajahan dan
eksperimen, fantasi seksual, dan kenyataan seksual untuk menjadikan
seksualitas sebagai bagian dari identitas seseorang. Remaja memiliki
keingintahuan yang tidak pernah terpuaskan. Mereka berpikir apakah
mereka menarik secara seksual, apakah mereka akan tumbuh lagi,
apakah orang lain akan mencintai mereka, dan apakah berhubungan
seks adalah hal yang normal. Kebanyakan remaja secara bertahap
berhasil membentuk identitas seksual yang matang, tapi sebagian besar
diantara mereka melalui masa-masa yang rawan dan penuh
kebingungan sepanjang perjalanan seksual mereka (Santrock, 2003).
d. Perkembangan moral
Perkembangan moral berhubungan dengan peraturan-peraturan
dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan remaja dalam
interaksinya dengan orang lain. Ketika remaja mendapatkan penguatan
untuk melakukan suatu tingkah laku yang sesuai dengan hukum dan
konvensi sosial mereka cenderung untuk mengulang tingkah laku
tersebut. Ketika mereka dihadapkan pada model yang bertingkah laku
baik, para remaja pun cenderung meniru tingkah laku tersebut. Ketika
remaja dihukum karena tingkah laku yang tidak bermoral atau tidak
dapat diterima, tingkah laku ini dapat dihilangkan, namun memberikan
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
30
sanksi berupa hukuman dapat mengakibatkan efek samping emosional
pada remaja (Santrock, 2003).
e. Prestasi
Tekanan sosial dan akademis mendorong remaja kepada beragam
peran yang harus mereka bawakan, peran yang seringkali menuntut
tanggung jawab yang lebih besar. Prestasi menjadi hal yang sangat
penting bagi remaja, dan remaja mulai menyadari bahwa pada saat
inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan mereka nanti
sebagai orang dewasa. Dihadapkan dengan berbagai tekanan di
berbagai bidang kehidupan remaja, dapat menimbulkan permasalahan
tersendiri bagi remaja. Remaja diharapkan mampu meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku dan sikap kekanak-kanakan agar
dapat belajar untuk bertingkah laku dan bersikap lebih dewasa. Masa
remaja juga sering dianggap sebagai periode ketegangan emosi
meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Hurlock (2003) mengatakan, meningginya emosi terutama
karena remaja berada di bawah tekanan sosial dalam menghadapi
kondisi baru, karena selama masa kanak-kanak ia kurang
mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan tersebut.
Santrock (2003) mengatakan, bahwa masa remaja biasanya memiliki
energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri
belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman,
tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
31
Monks (2001) berpendapat, dalam masa remaja umumnya terjadi
pertentangan batin dalam diri remaja. Di satu pihak remaja memiliki
keinginan bebas dari kekuasaan, melepaskan diri dari orangtua,
mempunyai rasa ingin tahu, mencari dan menemukan identitas dirinya,
sementara di sisi lain remaja masih membutuhkan kehadiran orang lain
khususnya orang tua yang dapat memberikan bimbingan, arahan,
dukungan, dan kasih sayangnya dalam proses perubahan pola perilaku
yang dialami remaja dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Tanggung jawab hidup remaja yang semakin meningkat, menjadi
masalah tersendiri bagi remaja karena tuntutan peningkatan tanggung
jawab tidak hanya datang dari orang tua atau keluarga, tetapi juga dari
masyarakat sekitar. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan
jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus
menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan
sekolah (Hurlock, 2003).
Lewin (1996) dalam Sarwono (2004) menggambarkan keadaan
perkembangan emosi pada remaja, yaitu :
a. Pemalu dan perasa, tetapi sekaligus juga cepat marah dan agresif
sehubungan belum jelasnya batas-batas antara berbagai sektor di
lapangan psikologik remaja.
b. Ketidakjelasan batas-batas tersebut menyebabkan pula remaja terus-
menerus merasakan pertentangan antara sikap, nilai, ideologi, dan
gaya hidup. Konflik ini dipertajam dengan keadaan diri remaja yang
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
32
berada diambang peralihan antara masa anak-anak dan dewasa,
sehingga remaja dapat disebut manusia „marginal‟.
c. Konflik sikap, nilai, dan ideologis muncul dalam bentuk
ketergantungan emosi yang meningkat.
d. Ada kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat
ekstrim dan mengubah kelakuannya secara drastis, akibatnya sering
muncul tingkah laku radikal dan memberontak dikalangan remaja.
e. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja akan ditentukan oleh
sifat dan kekuatan dorongan-dorongan yang saling berkonflik.
5. Kecerdasan emosional pada Remaja
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam
memotifasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan yang berakibat
pada frustasi, mengendalikan emosi atau dorongan hati, tidak melebih-
lebihkan kesenangan dan menjaga beban stres agar beban stres tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir, atau bisa merasakan perasaan yang
sedang dirasakan orang lain (empati), dapat mengadakan hubungan baik
dengan orang lain (Goleman, 2000).
Ketrampilan sosial dan emosi merupakan bagian dari kecerdasan
emosional mempunyai manfaat yang luas bagi tingkah laku, pola berfikir
remaja dilingkungan masyarakat ataupun disekolah agar mencapai hasil
prestasi yang baik.
Menurut Goleman (2000) bentuk-bentuk ketrampilan sosial dan
emosional yang harus dimiliki remaja antara lain sebagai berikut :
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
33
1) Dapat mengelola emosi dengan baik.
Contoh :
a. Dapat lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa.
b. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa
berkelahi.
c. Berkurangnya perilaku negatif dan merusak diri sendiri.
d. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan.
e. Berkurangnya perkelahian dan gangguan di sekolah.
f. Perasaan yang positif terhadap diri sendiri, sekolah dan
keluarga.
2) Mampu memanfaatkan emosi dengan baik.
Contoh :
a. Mampu bertanggungjawab kepada diri sendiri.
b. Mampu memusatkan perhatian kepada tugas.
c. Nilai pada tes-tes prestasi semakin meningkat.
d. Kurangnya impulsif dan lebih mampu menguasai diri.
3) Dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
Contoh :
a. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami
hubungan.
b. Mampu dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan
persengketaan.
c. Mampu dan terampil dalam berkomunikasi.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
34
d. Mudah bergaul, bersahabat, dan terlibat dengan teman sebaya.
e. Mampu memikirkan kepentingan kelompok dan selaras dalam
kelompok.
f. Lebih suka bekerja sama dan menolong.
4) Dapat membaca emosi orang lain.
Contoh :
a. Mampu menerima sudut pandang orang lain.
b. Memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang
lain.
c. Mampu mendengarkan pendapat orang lain serta maksud yang
tersirat.
5) Memiliki kesadaran diri.
Contoh :
a. Mengenali dan merasakan emosi sendiri.
b. Lebih mampu memahami penyebab timbulnya perasaan.
c. Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan.
C. Persepsi
1. Pengertian
Menurut Budirahayu (2003), persepsi merupakan penafsiran
terhadap stimulus yang terorganisir yang mempengaruhi sikap dan
perilaku. Persepsi merupakan bagian yang penting bagi seseorang dalam
mengambil keputusan. Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan
menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap objek yang
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
35
bersangkutan. Bentuk atau sifat tindakannya tergantung dari keadaan
individu yang mengamati dan mengiterpretasi. Menurut Wardoyo (2002),
persepsi merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada
dalam individu seperti penilaian, pengalaman, keyakinan, dan sikap-
sikap yang lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam
individu tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat di kemukakan bahwa
dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi hasil dari setiap
individu dapat berbeda. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa
persepsi persepsi bersifat individu.
Dari pengertian persepsi dapat disimpulkan, Persepsi merupakan
penafsiran terhadap stimulus terorganisir yang mempengaruhi sikap dan
prilaku.Persepsi merupakan bagian dari seseorang untuk mengambil
keputusan terhadap objek di mana menentukan bentuk atau sifat
tindakannya tergantung dari keadaan individu yang mengamati dan
mengiterpretasi (Budirahayu, 2003).
Menurut Slamet (2003) persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat,
pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi sebagai apa yang ingin
dilihat oleh seseorang yang belum tentu sama dengan fakta yang
sebenarnya, dan inilah yang menyebabkan timbulnya interprestasi
berbeda tentang apa yang dilihat dan dialami oleh dua orang yang
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
36
mengalami hal yang sama. Menurut Rakhmat (2004) persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan melampirkan pesan.
Penelitian yang dilakukan Lisa Puspitasari (2010), menyatakan
bahwa persepsi dapat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak.
Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa persepsi remaja dapat
mempengaruhi kecerdasan emosional pada remaja. Dalam penelitian
tersebut disimpulkan bahwa persepsi remaja mempunyai hubungan
positif dengan pola asuh orang tua yang akan mengakibatkan perubahan
pada kecerdasan emosional individu.
2. Macam-macam persepsi dan proses terjadinya persepsi
Sunaryo (2002) menyatakan ada dua macam persepsi, yaitu
External Perception dan Internal Percepcion. External Perception adalah
persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar
individu. Sedangkan Internal Preception adalah persepsi yang terjadi
karena adanya rangsang yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini
yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi individu
dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang
ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang
bersangkutan (internal preception). Alat penghubung antara individu
dengan dunia luar adalah indra. Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului pengindraan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor,
diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
37
diinterprestasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu
menyadari tentang apa yang dilihat dan didengarkan (Sunaryo, 2002)
Sobur (2003) menyatakan tingkah laku seseorang merupakan
fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah
tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya. Dalam
proses persepsi, terdapat tiga komponen utama yaitu : Pertama seleksi
adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
Kedua interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi
sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi
berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sitem nilai yang dianut,
motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga tergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang
diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi
sederhana. Ketiga interprestasi dan presepsi kemudian diterjemahkan
dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Sobur (2003) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah :
a. Seleksi yaitu proses penjaringan oleh indra terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
38
b. Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi atau objek
sehingga mempunyai arti bagi seseorang, kemudian diterjemahkan
dalam bentuk tingkah laku.
Wijaya (2000) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah :
a. Lingkungan meliputi (warna, bunyi, sinar, ekonomi, sosial,
politik), faktor ini mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan
atau menerima rangsang.
b. Konsepsi adalah pendapat dan teori seseorang dengan segala
keindahannya.
c. Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya
sehingga akan mempunyai sebuah keyakinan bahwa bentuk dan
sifat rangsangan berdasarkan penilaian pribadi.
d. Faktor yang berkaitan dengan motif dan tujuan individu untuk
menafsirkan suatu rangsang.
e. Faktor pengalaman masa lampau.
Walgito (1997) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah :
a. Keadaan stimulus, berujud manusia yang akan dipersepsi
b. Situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus
c. Keadaan orang yang mempersepsi
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
39
D. Stres
1. Pengertian
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial
(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan
subjektif terhadap stresor, konteks yang menjembatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu
sistem (Hidayah, 2007).
Hawari (2001) dalam Sriati (2008) mengatakan bahwa stres menurut
Hans Selye merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Stresor psikososial adalah setiap
keadaan/peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan
adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua
orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut,
sehingga timbulah keluhan-keluhan antara lain stres (Sriati, 2008).
2. Gejala Stres
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis stres : kecemasan,
ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung, perasaan frustasi, rasa
marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hyperactivity, memendam
perasaan, penarikan diri depresi, komunikasi yang tidak efektif, perasaan
terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
40
mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi,
kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya
diri.
Gejala-gejala perilaku dari stres adalah : menunda, menghindari
pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance)
dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-
obatan, perilaku sabotaj dalam pekerjaan, perilaku makan yang tidak
normal (kebanyakan), mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak
normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat
badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda
depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresifitas,
vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan
interpersonal dengan keluarga dan teman serta kecenderungan untuk
melakuka n bunuh diri.
Pengalaman stres sangat individual. Stres yang luar biasa untuk
satu orang tidak semestinya dianggap sebagai stres oleh yang lain.
Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap
individu (AAT Sriati, 2007).
3. Sumber Stres (Stresor)
Stresor adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis
nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
41
reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang
muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang
jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya
mereda dalam beberapa jam atau hari (Hidayah, 2007).
Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang
memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya.
Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal
dari luar diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan,
zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa (Hidayah, 2007).
Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu biasanya
yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, rasa
bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan
pada diri sendiri, serta rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu
tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan
lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik yang tak
dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan
lain-lain (Hawari, 2001).
Papero (1997) dalam Sriati (2008) menyatakan ada empat variabel
psikologik yang dianggap mempengaruhi mekanisme respon stres :
a. Kontrol : keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap
stresor yang mengurangi intensitas respons stres.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
42
b. Prediktabilitas : stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons
stres yang tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat
diprediksi.
c. Persepsi : pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat
ini dapat meningkatkan atau menurunkan intensitas respons stres.
d. Respons koping : ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat
ansietas dapat menambah atau mengurangi respons stres (Sriati,
2008).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut
stresors. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu stresors,
biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi stresors.
Menurut Robbins (2001) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan
timbulnya stres pada keluarga terhadap anak remaja yaitu :
(1) Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan
pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap
anak remaja.Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat
menimbulkan stres bagi keluarga yaitu ekonomi, teman sebaya dan
teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian
terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman
terkena stres.Hal ini dapat terjadi, misalnya teman sebaya yang lebih
mapan yang mampu membeli tegnologi yang lebih baik seperti
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
43
handphone membuat kecemburuan sosial pada diri remaja kemudian
meminta kepada orang tuanya yang memiliki ekonomi yang rendah
dan memberikan efek stres yang luar biasa pula kepada orang tua.
(2) Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational
structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Role Demands
Robbins (2001) mengatakan peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan
yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan
orang tua untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama
dalam suatu organisasi di dalam keluarga.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh keluarga lainnya dalam
organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara orang tua
dengan anak remaja akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak
sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama
yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat
perkembangan sikap dan pemikiran antara anak remaja dengan teman
sebayanya.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
44
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan
tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat
keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi anak
remaja dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan
atau ayah dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut
The Michigan group Robbins (2001) dibagi dua yaitu karakteristik
pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada
hubungan yang secara langsung antara pemimpin keluarga dengan
anggota keluarga serta karakteristik pemimpin yang hanya
mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam
mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat stres itu
sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu keluarga atau
masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam
mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-
permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya
dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi
penting.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
45
(3) Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam
keluarga, masalah pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan.
Hubungan pribadi antar keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada keluarga yang kurang harmonis akibat
tersebut dapat terbawa dalam lingkungan tempat anak remaja
bergaul. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang
dapat menimbulkan stres terletak pada watak dasar alami yang
dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stres
yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar
dalam kepribadian seseorang.
5. Stres pada remaja
Menurut Windle & Mason (2004) ada empat faktor yang dapat
membuat remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang,
kenakalan remaja, pengaruh negative dan masalah akademis.
Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum
penyebab stres pada remaja adalah :
1) Putus dengan pacar
2) Perbedaan pendapat dengan orang tua
3) Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki-laki
4) Perbedaan pendapat antara orang tua
5) Perubahan status ekonomi pada orang tua
6) Sakit yang diderita oleh anggota keluarga
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
46
7) Masalah dengan teman sebaya
8) Masalah dengan orang tua
Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang dapat menyebabkan
remaja menjadi stres, yaitu :
1) Faktor biologis, yaitu :
a. Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga.
b. Penggunaan alcohol dan obat-obat di dalam keluarga.
c. Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga.
d. Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota
keluarga.
e. Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatris
seperti kelainan makanan, skozoprenia, manik depresif,
gangguan perilaku dan kejahatan.
f. Kematian salah satu anggota keluarga.
g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental
atau fisik.
h. Perceraian orang tua.
i. Konflik dalam keluarga.
2) Faktor kepribadian, yaitu :
a. Tingkah laku impulsive, obsesif dan ketakutan yang
tidak nyata.
b. Tingkah laku agresif dan antisosial.
c. Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
47
d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain,
menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah.
e. Masalah dengan tidur atau makan.
3) Fakror psikologis dan sosial, yaitu :
a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman
atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman
dekat atau keluarga.
b. Tidak dapat memenuhi harapan orang tua seperti
kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas dan
penolakan sosial.
c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota
keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat
mengakibatkan kemarahan, frustasi dan penolakan.
d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah
diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri
atau penolakan.
e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah
keuangan.
6. Penentuan tahap stres
Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres
yang dialami seseorang. Tingkat stres ini bias diukur dengan banyak
skala. Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres
Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
48
Stres Scale 21(DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995),
Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42
(DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Scale 21 terdiri dari
21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk
mengukur status emosional negative dari depresi kecemasan dan stres.
DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional
mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk
pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari
status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.
DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan
penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995).
Tingkat stres pada instrument ini berupa normal, ringan, sedang,
berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety
Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel yaitu
fisik, emosi/psikologis, dan perilaku.
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
49
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori (Sumber : Sriati, 2008; Hapsariyanti, 2006; Walgito, 1997)
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Hubungan Persepsi Remaja dan Stres dengan Kecerdasan Emosional Remaja
SMA N 1 Bawang
G. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atau pertanyaan
penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris (Sutrisno, 2001).
Dengan melihat rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat ditetapkan
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan antara persepsi remaja dengan kecerdasan
emosional.
2. Terdapat hubungan antara stres remaja dengan kecerdasan
emosional.
Kecerdasan Emosional
Remaja
- Persepsi remaja
- Stres
Faktor persepsi :
a. Keadaan stimulasi
b. Situasi atau keadaan social
c. Keadaan orang yang mempersepsi
Respon stres :
a. Krontrol
b. Prediktabilitas
c. Persepsi
d. Respon koping
Hubungan dengan kecerdasan
emosional
Hubungan Persepsi Remaja..., Rahmat Dwi Yanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
top related