belll palsy ageng
Post on 15-Feb-2016
8 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3 lidah sisi kelumpuhan
kurang tajam.
4. Sistem motorik
Bila tidak melibatkan disfungsi neurologis lain, kekuatan otot normal, kontrol keseimbangan dan
koordinasi pada Bell’s palsy tidak ada kelainan.
5. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat refleks
pada respons normal.
6. Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kejang dan distonia. Pada beberapa keadaan sering ditemukan
Tic fasialis.
7. Sistem sensorik
Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri dan suhu tidak ada kelainan.
B4 (Blader)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume haluaran urine,
hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (bowel)
Mulai sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan
nutrisi pada klien bell’s palsy menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-otot pengunyah
serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral menjadi berkurang.
B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran menurunkan mobilitas klien secara
umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang lain.
C. Penatalaksaan medis
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan tonus otot wajah dan untuk
mencegah atau meminimalkan denervasi. Klien harus diyakinkan bahwa keadaan yang tejadi
bukan stroke dan pulih dengan spontan dalam 3-5 minggu pada kebanyakan klien.
Terapi kortikosteroid (prednison) dapat diberikan untuk menurunkan radang dan edema,
yang pada gilirannya mengurangi kompresi vaskuler dan memungkinkan perbaikan sirkulasi
darah ke saraf tersebut. Pemberian awal terapi kortikosteroid ditujukan untuk mengurangi
penyakit semain berat, mengurangi nyeri dan membantu mencegah atau meminimalkan
denervasi.
Nyeri wajah dikontrol dengan analgesik. Kompres panas pada sisi wajah yang sakit dapat
diberikan untuk meningkatkan kenyamanan dan aliran darah sampai ke otot tersebut.
Stimulasi listrik dapat diberikan untuk mencegah otot wajah menjadi atrofi. Walaupun
banyak klien pulih dengan pengobatan konservatif, namun eksplorasi pembedahan pada saraf
wajah dapat dilakukan pada klien yang cenderung mempunyai tumor atau untuk dekompresi
saraf wajah melalui pembedahan untuk merehabilitasi keadaan paralisis wajah.
Pendidikan klien, Mata harus dilindungi karena paralisis lanjut dapat menyerang mata.
Sering kali, mata klien tidak dapat menutup dengan sempurna dan refleks berkedip terbatas
sehingga mata mudah diserang binatang kecil dan benda-benda asing. Iritasi kornea dan luka
adalah komplikasi potensial pada klien ini. Kadang-kadang keadaan ini mengakibatkan
keluarnya air mata yang berlebihan (epifora) karena karatitis yang disebabkan oleh kornea kering
dan tidak adanya refleks berkedip. Penutup mata bagian bawah menjadi lemah akibat
pengeluaran air mata. Untuk menangani masalah ini, mata harus ditutup dengan melindunginya
dari cahaya silau pada malam hari. Potongan mata dapat merusak kornea, meskipun hal ini juga
disebabkan beberapa kerusakan dalam memperthankan mata tertutup akibat paralisis parsial.
Benda-benda yang dapat digunbakan pada mata pada saat tidur dapat diletakkan diatas mata agar
kelopak mata menempel satu dengan yang lainnya dan tetap menutup selama tidur.
Klien diajarkan untuk menutup kelopak mata yang mengalami paralisis secara manual
sebelum tidur. Gunakan penutup mata dengan kacamata hitam untuk menurunkan penguapan
normal dari mata. Jika saraf tidak terlalu sensitf, wajah dapat di masase beberapa kali sehari
untuk mempertahankaan tonus otot.tekhnikj untuk masae wajah adalah dengan gerakan lembut
keatas. Latihan wajah seperti mengherutkan dahi, mengembungkan pipi keluar, dan bersiul dapat
dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan teratur untuk mencegah atropi otot.
Hindari wajah terkena udara dingin.
D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan perubahan bentuk wajah karena
kelumpuhan satu sisi pada wajah.
2. Cemas yang berhubungan dengan prognosis penyakit dan perubahan kesehatan.
3. Kurangnya pengetahuan perawatan diri sendiri yang berhubungan dengan informasi yang
tidak edekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.
top related