carsinoma nasofaring proposal2
Post on 29-Jun-2015
320 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
PERBANDINGAN ANGKA HARAPAN HIDUP DAN ANGKA KUALITAS HIDUP
PADA PENGOBATAN KOMPLEMENTER ALTERNATIF ASLI INDONESIA
BERDASARKAN TIPE HISTOPATOLOGIK KARSINOMA NASOFARING
Diusulkan oleh
AMARILLA RIANDITA (G2A008016)
DIAH AYU SUSANTI (G2A008055)
ELFIAN RACHMAWATI (G2A008065)
ERIKA KUSUMAWARDANI (G2A008072)
ESTICA TIURMAULI KRISTIANA S (G2A008075)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
i
ABSTRAK
Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis serta telah menempati urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik) Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009) Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan kanker komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaringMetode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus (penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang menggunakan komplementer alternatif) Cara pengukuran angka harapan hidup dan kualitas hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Kata kunci Angka harapan hidup Angka kualitas hidup Karsinoma nasofaring Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma (WHO 1) Non-Keratinizing Carcinoma (WHO 2) Undifferentiated Carcinoma (WHO 3)
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Perkembangan kanker nasofaring dewasa ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat semakin tak terkontrol Banyaknya faktor risiko
yang menunjang perkembangan kanker tak mampu dibatasi oleh masyarakat Salah satu
faktor risiko yang telah menjamur di masyarakat Indonesia baik perkotaan maupun pedesaan
adalah merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 juta penduduk Indonesia (28)
adalah perokok (Rasmin 2008) Angka ini meningkat dari tahun ke tahun khususnya pada
usia gt15 tahun Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok
terbanyak
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat
sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding karsinoma kepala leher
yang lain (Ma et al 2007 Tang et al 2008) Etiologi bersifat multifaktor dan faktor resiko
diantaranya faktor lingkungan genetik gaya hidup dan okupasi (Dwi 2008) Badan
Registrasi Kanker Indonesia menyatakan bahwa kanker kepala leher menempati urutan
keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita serta menempati urutan kedua
tersering dari pria (Soekamto 2002) Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai
puncak pada usia 40-60 tahun
WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker
sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan
WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik)
Penggolongan kanker nasofaring ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan
jenis pengobatan yang akan diberikan (American Joint Committee on Cancer2010) Secara
umum KNF WHO tipe III menempati prosentase tertinggi Pada studi Prasetyo A dan
Wiratno menyebutkan bahwa KNF adalah karsinoma terbanyak di kepala dan leher
berdasarkan diagnosis histopatologi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002ndash2006 dan karsinoma
yang paling sering ditemukan adalah karsinoma epidermoid nasofaring WHO 3 (Prasetyo A
dan Wiratno 2007)
Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara
detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi
Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina
dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko
tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala
tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan
titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi
Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah
diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih
rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang
hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan
kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan
pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan
yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker
nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan
terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan
mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga
banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker
kepada pasien
Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar
7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke
kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara
statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan
sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802
Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada
pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini
belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi
penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka
harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di
Indonesia
Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian
dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut
masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat
kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada
Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam
mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal
secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum
jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara
maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada
menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)
Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai
gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik
dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur
bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu
diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu
menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli
Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring
12 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi
13 Tujuan
131 Tujuan umum
Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan
tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring
132 Tujuan khusus
i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
14 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai
jenis kanker lain
iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di
bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker
15 Luaran yang Diharapkan
Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh
pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
ABSTRAK
Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis serta telah menempati urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik) Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009) Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan kanker komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaringMetode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus (penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang menggunakan komplementer alternatif) Cara pengukuran angka harapan hidup dan kualitas hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Kata kunci Angka harapan hidup Angka kualitas hidup Karsinoma nasofaring Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma (WHO 1) Non-Keratinizing Carcinoma (WHO 2) Undifferentiated Carcinoma (WHO 3)
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Perkembangan kanker nasofaring dewasa ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat semakin tak terkontrol Banyaknya faktor risiko
yang menunjang perkembangan kanker tak mampu dibatasi oleh masyarakat Salah satu
faktor risiko yang telah menjamur di masyarakat Indonesia baik perkotaan maupun pedesaan
adalah merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 juta penduduk Indonesia (28)
adalah perokok (Rasmin 2008) Angka ini meningkat dari tahun ke tahun khususnya pada
usia gt15 tahun Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok
terbanyak
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat
sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding karsinoma kepala leher
yang lain (Ma et al 2007 Tang et al 2008) Etiologi bersifat multifaktor dan faktor resiko
diantaranya faktor lingkungan genetik gaya hidup dan okupasi (Dwi 2008) Badan
Registrasi Kanker Indonesia menyatakan bahwa kanker kepala leher menempati urutan
keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita serta menempati urutan kedua
tersering dari pria (Soekamto 2002) Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai
puncak pada usia 40-60 tahun
WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker
sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan
WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik)
Penggolongan kanker nasofaring ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan
jenis pengobatan yang akan diberikan (American Joint Committee on Cancer2010) Secara
umum KNF WHO tipe III menempati prosentase tertinggi Pada studi Prasetyo A dan
Wiratno menyebutkan bahwa KNF adalah karsinoma terbanyak di kepala dan leher
berdasarkan diagnosis histopatologi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002ndash2006 dan karsinoma
yang paling sering ditemukan adalah karsinoma epidermoid nasofaring WHO 3 (Prasetyo A
dan Wiratno 2007)
Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara
detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi
Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina
dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko
tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala
tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan
titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi
Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah
diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih
rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang
hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan
kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan
pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan
yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker
nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan
terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan
mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga
banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker
kepada pasien
Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar
7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke
kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara
statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan
sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802
Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada
pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini
belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi
penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka
harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di
Indonesia
Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian
dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut
masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat
kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada
Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam
mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal
secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum
jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara
maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada
menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)
Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai
gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik
dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur
bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu
diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu
menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli
Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring
12 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi
13 Tujuan
131 Tujuan umum
Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan
tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring
132 Tujuan khusus
i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
14 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai
jenis kanker lain
iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di
bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker
15 Luaran yang Diharapkan
Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh
pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Perkembangan kanker nasofaring dewasa ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
Hal ini terjadi karena pola hidup masyarakat semakin tak terkontrol Banyaknya faktor risiko
yang menunjang perkembangan kanker tak mampu dibatasi oleh masyarakat Salah satu
faktor risiko yang telah menjamur di masyarakat Indonesia baik perkotaan maupun pedesaan
adalah merokok Hasil penelitian menunjukan bahwa 65 juta penduduk Indonesia (28)
adalah perokok (Rasmin 2008) Angka ini meningkat dari tahun ke tahun khususnya pada
usia gt15 tahun Dari data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menduduki
urutan ketiga di dunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok
terbanyak
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah salah satu karsinoma kepala leher yang bersifat
sangat invasif dan sangat mudah bermetastasis (menyebar) dibanding karsinoma kepala leher
yang lain (Ma et al 2007 Tang et al 2008) Etiologi bersifat multifaktor dan faktor resiko
diantaranya faktor lingkungan genetik gaya hidup dan okupasi (Dwi 2008) Badan
Registrasi Kanker Indonesia menyatakan bahwa kanker kepala leher menempati urutan
keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita serta menempati urutan kedua
tersering dari pria (Soekamto 2002) Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai
puncak pada usia 40-60 tahun
WHO menggolongkan kanker nasofaring menjadi 3 kriteria yaitu WHO tipe I (kanker
sel skuamosa berkeratinisasi) WHO tipe II (kanker sel skuamosa tidak berkeratinasasi) dan
WHO tipe III (kanker berdeferensiasi buruk termasuk jenis limfoepitelioma dan anaplastik)
Penggolongan kanker nasofaring ini penting untuk menentukan derajat suatu penyakit dan
jenis pengobatan yang akan diberikan (American Joint Committee on Cancer2010) Secara
umum KNF WHO tipe III menempati prosentase tertinggi Pada studi Prasetyo A dan
Wiratno menyebutkan bahwa KNF adalah karsinoma terbanyak di kepala dan leher
berdasarkan diagnosis histopatologi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002ndash2006 dan karsinoma
yang paling sering ditemukan adalah karsinoma epidermoid nasofaring WHO 3 (Prasetyo A
dan Wiratno 2007)
Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara
detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi
Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina
dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko
tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala
tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan
titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi
Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah
diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih
rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang
hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan
kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan
pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan
yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker
nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan
terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan
mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga
banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker
kepada pasien
Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar
7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke
kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara
statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan
sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802
Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada
pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini
belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi
penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka
harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di
Indonesia
Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian
dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut
masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat
kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada
Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam
mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal
secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum
jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara
maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada
menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)
Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai
gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik
dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur
bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu
diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu
menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli
Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring
12 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi
13 Tujuan
131 Tujuan umum
Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan
tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring
132 Tujuan khusus
i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
14 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai
jenis kanker lain
iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di
bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker
15 Luaran yang Diharapkan
Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh
pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
Sampai saat ini studi mengenai faktor etiologi utama KNF masih belum dipahami secara
detail namun hal pasti yang telah diketahui adalah adanya keterkaitan kuat antara infeksi
Epstein-Barr Virus (EBV) dengan KNF Penelitian intensif di daerah endemik seperti Cina
dan Taiwan (Lee et al 1997 Ji et al2007) berhasil mengidentifikasi populasi berisiko
tinggi menderita KNF yaitu individu dengan keluarga pengidap KNF dengan gejala-gejala
tertentu di daerah kepala leher (yang juga sering dikaitkan dengan gejala klinis umum) dan
titer IgA terhadap komponen EBV yang tinggi
Gejala dan tanda pada kanker nasofaring tidak spesifik pasien sering mengalami salah
diagnosis atau berobat ke dokter dalam kondisi stadium lanjut sehingga terapi menjadi lebih
rumit Selain operasi diperlukan juga kemoterapi sehingga biaya semakin mahal dan kadang
hasil pengobatan tidak memuaskan Walaupun tujuan utamanya adalah menyembuhkan
kanker seorang dokter tetap perlu untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang termasuk bagaimana perasaan pasien kepercayaan
pasien terhadap diagnosa dokter efek samping yang tidak diinginkan dan biaya pengobatan
yang tinggi (American Society of Clinical Oncology 2010) Penatalaksanaan kanker
nasofaring yang menyulitkan pasien menyebabkan pasien mengalami penurunan ketaatan
terhadap pengobatan modern konvensional Hal ini menyebabkan masyarakat beralih dengan
mengkombinasi pengobatan komplementer alternatif yang lebih ekonomis Selain itu juga
banyak beredar artikel yang memberikan informasi yang menjanjikan kesembuhan kanker
kepada pasien
Sejauh ini angka harapan hidup pada penderita kanker nasofaring dengan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi di Rumah Sakit Umum dr Sarjito selama 18 bulan sebesar
7933 Ada perbedaan yang signifikan antara penderita KNF dengan penyebaran ke
kelenjar getah bening (816) dan tanpa penyebaran ke kelenjar getah bening (75) secara
statistik Angka harapan hidup penderita KNF dengan usia di atas 40 tahun selama 18 bulan
sebesar 764 dan penderita KNF berusia di bawah 40 tahun selama 14 bulan sebesar 802
Angka harapan hidup laki-laki penderita KNF selama 18 bulan sebesar 746 dan pada
pasien wanita sampai akhir penelitian adalah 100 (Puspa Zuleika 2005) Sampai saat ini
belum ada data yang akurat tentang angka kualitas hidup hasil evaluasi respon terapi
penderita kanker nasofaring secara komplementer alternatif juga belum ada data angka
harapan hidup pada penderita kanker dengan pengobatan komplementer alternatif di
Indonesia
Pengobatan komplementer alternatif (obat tradisional) di Indonesia merupakan bagian
dari sosial budaya yang memiliki keterikatan yang sulit dilepaskan Namun obat tersebut
masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat
kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada
Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam
mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal
secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum
jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara
maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada
menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)
Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai
gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik
dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur
bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu
diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu
menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli
Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring
12 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi
13 Tujuan
131 Tujuan umum
Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan
tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring
132 Tujuan khusus
i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
14 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai
jenis kanker lain
iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di
bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker
15 Luaran yang Diharapkan
Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh
pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
masih belum diakui di dunia kedokteran untuk mendampingi obat-obatan kimia penghambat
kanker karena belum ada yang teruji secara klinis Menristek Kusmayanto Kadiman pada
Simposium Penelitian Bahan Obat alami XIV Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam
mengatasi Kanker di Jakarta menyatakan bahwa dokter tidak mau mengakui obat herbal
secara de jure tapi secara de facto mereka biasa memanfaatkannya misalnya tradisi minum
jamu atau pijat Sebenarnya beberapa tahun terakhir masyarakat dunia khususnya negara
maju lebih menyukai pengobatan tradisional berbahan dasar tumbuh-tumbuhan daripada
menggunakan obat sintetik terkait efek sampingnya (Kompas 2009)
Kecenderungan kembali menggunakan obat-obatan tradisional alami ini dikenal sebagai
gelombang hijau baru Kondisi itu dipicu adanya efek samping dari obat-obatan sintetik
dan antibiotika serta perkembangan pendapat umum baik di negara Barat maupun Timur
bahwa pemanfaatan bahan alami lebih aman dibandingkan bahan kimia Untuk itu
diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai masalah ini yang diharapkan mampu
menjawab masalah-masalah yang timbul di masyarakat mengenai angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan kanker dengan pengobatan komplementer alternatif asli
Indonesia berdasarkan tipe histopatologi karsinoma nasofaring
12 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan tipe histopatologi
13 Tujuan
131 Tujuan umum
Memperoleh gambaran mengenai perbandingan angka harapan hidup dan
angka kualitas hidup pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia berdasarkan
tipe histopatologi Karsinoma Nasofaring
132 Tujuan khusus
i) Menghitung angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
14 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai
jenis kanker lain
iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di
bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker
15 Luaran yang Diharapkan
Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh
pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
ii) Membandingkan angka harapan hidup dan angka kualitas hidup penderita kanker
nasofaring yang mendapatkan pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia
berdasarkan tipe histopatologi
14 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
i) Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai peranan pengobatan
komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
ii) Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai metode pengobatan berbagai
jenis kanker lain
iii)Sebagai landasan untuk pengembangan dan pemanfaatan pengobatan tradisional di
bidang kesehatan terutama dalam penanganan berbagai jenis kanker
15 Luaran yang Diharapkan
Artikel ini akan dikirim ke jurnal internasional Artikel tersebut dapat menjadi dasar
untuk pengembangan penelitian yang akan ditujukan ke penerbitan paten tentang pengaruh
pengobatan komplementer alternatif asli Indonesia pada penderita kanker nasofaring
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Kanker Nasofaring
Kanker nasofaring merupakan kanker ganas yang terdapat di daerah nasofaring yaitu
bagian dari faringtenggorokan yang terletak diantara antara belakang hidung sampai
esofagus lebih seringnya tumbuh di daerah Fossa Rusenmuller yang merupakan daerah
transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa Kanker ini biasanya
berasal dari epitel atau mukosa yang melapisi permukaan nasofaring (F Dubrulle 2007)
Lebih jauh lagi di Indonesia kanker ini menempati urutan keempat diantara keganasan
yang terjadi di seluruh tubuh dan urutan pertama untuk seluruh keganasan di daerah kepala
dan leher dengan prosentase 60 (Soekamto2002) Berdasarkan data epidemiologi kanker
ini banyak terjadi di daerah Cina Selatan Bahkan karena angka kejadian yang tinggi ini
kanker nasofaring sering disebut sebagai cantonese cancer karena kanker ini menimpa 25
dari 100000 orang di daerah tersebut 25 kali lebih tinggi dari daerah manapun di dunia (Yu
and Yuan2003)
Secara umum kanker nasofaring jarang menyerang penderita di bawah usia 20 tahun dan
usia terbanyak antara 45-54 tahun namun di Afrika kanker ini banyak menimpa anak-anak
Kanker ini lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita (Kentjono2003) Di Indonesia
sendiri kanker nasofaring lebih sering menyerang warga etnis tiongha dibandingkan dengan
etnis lain
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
211 Klasifikasi Histopatologi Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan gambaran histopatologisnya kanker nasofaring diklasifikasikan
kedalam 3 golongan
1 Keratinizing Skuamos Cell Carcinoma atau kanker sel skuamosa dengan keratinisasi
(WHO 1)
2 Non-Keratinizing Carcinoma atau Kanker tidak berkeratin dengan sebagian sel
berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya dengan sel yang lebih kearah diferensiasi
baik (WHO 2)
3 Undifferentiated Carcinoma atau Kanker yang sangat heterogen sel ganas
membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas (WHO 3)
Berikut adalah gambaran histopatologi Karsinoma Nasofaring
212 Faktor-faktor pemicu Karsinoma Nasofaring
Secara etiologis penyebab kanker nasofaring ini belum jelas benar Namun
diduga Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai penyebab utama kanker nasofaring Deteksi
antigen nuclear yang berhubungan dengan EBV pada kanker nasofaring WHO tipe 2 dan
3 menunjukkan bahwa EBV dapat menginfeksi sel epitel dan dapat menimbulkan
keganasan sel epitel tersebut Lo et al menunjukkan bahwa DNA EBV dapat dideteksi
pada 96 plasma darah orang dengan kanker nasofaring non-keratinisasi dibandingkan
dengan hanya 7 pada kelompok kontrol Lebih penting lagi kadar DNA EBV juga
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
berkorelasi dengan respon dari terapi kanker yang menunjukkan bahwa EBV bisa jadi
merupakan penyebab bebas dalam terjadinya kanker nasofaring (Lo1999)
Namun selain itu dapat pula berperan faktor-faktor lain seperti
1 Makanan
Penelitian di Cina Selatan menunjukkan bahwa orang yang lebih sering mengkonsumsi
makanan dalam hal ini biasanya ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan lebih
rentan terkena kanker nasofaring
2 Keturunan
Dalam keluarga dengan riwayat terkena kanker terutama kanker nasofaring besar
kemungkinan untuk terkena kanker nasofaring daripada orang yang tak ada riwayat
kanker dalam keluarganya
Selain itu faktor-faktor seperti kebiasaan merokok konsumsi alkohol serta
paparan terhadap bahan karsinogenik diduga juga dapat memicu timbulnya kanker
nasofaring
213 Klasifikasi Stadium pada Karsinoma Nasofaring
Pada penderita kanker nasofaring gejala yang biasa timbul adalah gejala pada
hidung telinga mata saraf dan gejala menyebarnya tumor ke kelenjar limfe yang paling
dekat yaitu di daerah leher Gejala pada hidung berupa ingus bercampur darah dan
kadang bercampur sedikitingus kentalsumbatan pada hidung dan suara sengau Gejala
pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor yang berada di
dekat muara tuba eustachii (saluran penghubung hidung dan telinga) Gejalanya berupa
telinga berdengung rasa penuh tidak nyaman nyeri dan kadang tuli akibat penutupan
dari tuba eustachii Gejala pada saraf dapat terjadi karena meluasnya tumor ke rongga
tengkorak yang merupakan tempat lewatnya saraf otak seperti saraf ke III IV V VI
bahkan sampai saraf ke IX X XI dan XII Kerusakan saraf V dapat menyebabkan nyeri
di bagian leher dan wajah (neuralgia trigeminal) serta lebih lanjut dapat menimbulkan
kerusakan mata berupa pandangan yang kabur dan double vision Lebih lanjut lagi
tumor juga dapat menyebar melalui pembuluh getah bening ke kelenjar-kelenjargetah
bening mulai dari yang paling dekat di kelenjar limfe daerah leher Gejala yang timbul
berupa pembengkakan pada leher (Soepardi 2007)
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
Diagnosis klinik kanker nasofaring mulanya didapatkan dari anamnesis dan
gejala klinis tumor Jika kecurigaan timbul maka pemeriksaan dilanjutkan dengan
menggunakan endoskopi untuk melihat kondisi mukosa nasofaring Perubahan yang jelas
berupa penonjolan mukosa peradangan dan ulseratif yang disertai perdarahan ringan
merupakan tanda-tanda kondisi mukosa yang jelek dan curiga akan terjadinya kanker
Kemudian sebagai standart baku emas penegakan diagnosis adalah dengan diagnosis
histopatologi spesimen biopsi nasofaring yang diambil untuk kemudian dilihat dibawah
mikroskop Lebih lanjut lagi dokter juga bisa melakukan pemeriksaan radiologik seperti
MRI CT-Scan dan Sinar X untuk melihat penyebaran kanker Kemudian dari hasil
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dapat ditentukan tingkatan keganasan atau grading
dan staging dari kanker tersebut Klasifikasinya yang terbaru berdasarkan Union
Internationale Contre Cancer (IUCC) tahun 1997 adalah sebagai berikut
Stadium T (ukuranluas tumor)
T0 Tak ada kanker di lokasi primer
T1 Tumor terletakterbatas di daerah nasofaring
T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi
T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring
T2b Dengan perluasan ke parafaring
T3 Tumor menyeberang struktur tulang danatau sinus paranasal
T4 Tumor meluas ke intrakranial danatau melibatkan syaraf kranial hipofaring fossa
infratemporal atau orbita
Limfonodi regional (N)
N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional
N1 Metastasis unilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N2 Metastasis bilateral dengan nodus lt 6 cm diatas fossa supraklavikula
N3 Metastasis nodus N3a gt 6 cm
N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula
Metastasis jauh (M)
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Kemudian dari hasil grading dan staging tersebut dapat ditentukan stadium dari kanker pada
tabel di bawah ini (Tabel 1)
Tabel 1 Data Grading dan Staging berdasarkan AJCC 1998
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
(American Joint Committee on Cancer1998)
22 Angka harapan hidup dan Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
221 Angka harapan hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka harapan hidup adalah nilai rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang
dalam kondisi mortalitas tertentu berlaku di masyarakat Angka harapan hidup ini
merupakan pedoman standar bagi praktisi kesehatan untuk menentukan prognosis dari
pasien Kadang pasien ingin mengetahui angka harapan hidup menurut statistik dari pasien
dengan kondisi yang sama Angka harapan hidup 5 tahun menunjukkan persentase pasien
yang dapat hidup dalam kurun waktu 5 tahun setelah mereka terdiagnosa kanker Tentu
saja banyak orang yang hidup lebih dari 5 tahun ( dan banyak diantaranya yang sembuh)
Angka kelangsungan hidup relatif disesuaikan bagi pasien dengan kanker nasofaring yang
meninggal oleh karena sebab lain seperti penyakit jantung Dengan ini maka praktisi
kesehatan dapat menggambarkan prospek yang lebih akurat untuk pasien dengan tipe dan
stadium kanker tertentu
Guna mendapatkan angka harapan hidup 5 tahun praktisi kesehatan harus
menelusuri pasien-pasien yang dirawat minimal 5 tahun yang lalu Perbaikan dalam
pengobatan saat ini meningkatkan prognosis yang lebih menguntungkan bagi pasien yang
terdiagnosa kanker nasofaring
Tingkat kelangsungan hidup seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya
sejumlah orang yang mempunyai penyakit ini tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada tiap-tiap pasien tersebut Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prognosis dari pasien seperti umur kesehatan secara keseluruhan dan
respon pengobatan
Angka harapan hidup 5 tahun dibawah ini berdasarkan the American Joint
Committee on Cancer pada pasien yang didiagnosa pada tahun 1998 dan 1999 (Tabel2)
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
Tabel 2 Data angka harapan hidup 5 tahun berdasarkan stadium
Stadium Angka Harapan Hidup 5 Tahun
I 72
II 64
III 62
IV 38
222 Klasifikasi Kualitas Hidup Penderita Karsinoma Nasofaring
Angka kualitas hidup merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini
mengambil indikator kemampuan pasien dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group)
adalah sbb
- Grade 0 masih sepenuhnya aktif tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas
kerja dan pekerjaan sehari-hari
- Grade 1 hambatan pada perkerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
-Grade 2 hambatan melakukan banyak pekerjaan 50 waktunya untuk
tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri tidak
dapat melakukan pekerjaan lain
- Grade 3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu lebih dari 50
waktunya untuk tiduran
- Grade 4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun betul-betul hanya
di kursi atau tiduran terus
23 Pengobatan Kanker Nasofaring dengan Komplementer Alternatif
Beberapa abad yang lalu pengobatan kanker nasofaring (NPC) baik melalui
kemampuannya untuk mengaktifkan virus Epstein-Barr (EBV) atau melalui efek
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
mempromosikan langsung terhadap EBV-sel berubah telah dilakukan Untuk menyelidiki
lebih lanjut 104 histologis dikonfirmasi kasus cancer nasofaring dan 205 kontrol yang sesuai
di Filipina (Allan Hildesheim 1992)
Salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan herbal ini adalah jamur Tingginya
senyawa molekul dari obat-obatan herbal Cina termasuk ribosom-inactivating protein dan
polisakarida dari jamur telah diuji untuk pengobatan penyakit ganas Polisakarida memiliki
aktivitas imunostimulan dapat digunakan sebagai ajuvan dalam pengobatan tumor Jamur
yang mengandung polisakarida seperti biasanya jamur atau tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Bagian dari tanaman tinggi seperti Radix Astragali dan Lycii Fructus
polisakarida yang mengandung terutama digunakan sebagai tonik dalam Pengobatan
Tradisional Cina Ribosom-inactivating protein adalah kelompok protein mengerahkan
aktivitas sitotoksik melalui penghambatan sintesis protein Beberapa protein ribosom-
inactivating telah digunakan sebagai bagian sitotoksik dalam konjugasi dengan antibodi
monoklonal sebagai penargetan tumor obat Mekanisme sitotoksik dan antineoplastik dari
senyawa molekul tinggi agak berbeda dari senyawa-senyawa molekul rendah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer
tradisional ndash alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif preventif kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas keamanan dan
efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional(Yanmedik2010) Pengobatan komplementer alternatif disebut juga
sebagai suatu perpaduan pengobatan modern konvensional dengan pengobatan tradisional
(NCCAM2010)
Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tentang penggunaan
pengobatan tradisional termasuk di dalamnya pengobatan komplementer ndash alternatif yang
meningkat dari tahun ke tahun (digunakan oleh 40 penduduk Indonesia)
Jenis pelayanan pengobatan komplementer ndash alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor
1109MenkesPer2007 adalah
1 Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) Hipnoterapi mediasi
penyembuhan spiritual doa dan yoga
2 Sistem pelayanan pengobatan alternatif akupuntur akupresur naturopati homeopati
aromaterapi ayurveda
3 Cara penyembuhan manual chiropractice healing touch tuina shiatsu osteopati pijat
urut
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
4 Pengobatan farmakologi dan biologi jamu herbal gurah
5 Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan diet makro nutrient mikro nutrient
6 Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan terapi ozon hiperbarik EECP
Seiring dengan perkembangan era globalisasi perkembangan pengobatan untuk kanker
terutama kanker nasofaring juga berkembang pesat Namun pengobatan herbal tidak begitu
saja ditinggalkan Perpaduan antara pengobatan herbal dan pengobatan modern banyak
menjadi sorotan masyarakat luas
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
KERANGKA TEORI
KERANGKA KONSEP
Karsinoma Nasofaring
WHO1 WHO 3
WHO2
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
PENGOBATAN KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Karsinoma Nasofaring
WHO 1 ampWHO2
WHO3
ANGKA HARAPAN HIDUP
ANGKA KUALITAS HIDUP
Riwayat Penyakit
Penyakit kronik
Status gizi
Staging
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
BAB III
METODE PELAKSANAAN
31 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP drKariadi Semarang dan FK
UNDIP selama 5 bulan dan menyangkut bidang ilmu patologi anatomi patobiologi onkologi
dan ilmu kesehatan THT-KL
32 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-
kontrol terhadap blok paraffin hasil biopsy nasofaring yang didiagnosis sebagai kanker
nasofaring Diagnosis kanker nasofaring dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus
(penderita kanker nasofaring tipe WHO 3 yang menggunakan komplementer alternatif asli
Indonesia) dan kelompok control (penderita kanker nasofaring tipe WHO 1 dan WHO 2 yang
menggunakan komplementer alternatif) (Gambar 1)
Gambar 1 Skema desain penelitian kasus-kontrol
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe WHO 3
Karsinoma epidermoid nasofaring tipe
WHO 1 amp WHO 2
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
Kelompok
Kasus
Kelompok
Kontrol
Angka Harapan Hidup dan Angka Kualitas Hidup
Pengobatan Komplementer Alternatif
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas (independen)
i) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia
332 Variabel tergantung (dependen)
i) Angka harapan hidup
ii) Angka kualitas hidup
333 Variabel perancu
i) Infeksi kronis
ii) Status gizi
iii) Staging TNF
iv) Riwayat penyakit
34 Definisi Operasional Variabel
i) Angka kualitas hidup adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pengobatan yang telah dilakukan Angka kualitas hidup ini mengambil
indikator kemampuan pasien
ii) Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang dalam situasi mortalitas tertentu yang berlaku di lingkungan masyarakatnya
iii) Pengobatan komplementer alternatif asli indonesia adalah suatu perpaduan pengobatan
modern konvensional dengan pengobatan tradisional merupakan pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif preventif kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
iv) Tipe histopatologi Kanker Nasofaring adalah
35 Cara dan Skala Pengukuran
i) Cara pengukuran risiko genetik adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada keluarga terdekat
Skala pengukuran risiko genetik adalah nominal 1) risiko genetik positif dan 2) risiko
genetik negatif
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
ii) Cara pengukuran risiko lingkungan adalah dengan melakukan deep interview dengan
perangkat kuesioner terhadap riwayat paparan lingkungan pada kehidupan penderita
sehari-hari Skala pengukuran risiko lingkungan adalah nominal 1) risiko lingkungan
positif dan 2) risiko lingkungan negatif
iii) Cara pengukuran angka harapan hidup adalah dengan melakukan Kaplan-Meirer test
dengan perangkat kuesioner perkiraan kelangsungan hidup dari data kehidupan pasien
Dalam penelitian digunakan untuk mengukur fraksi pasien hidup untuk jangka waktu
tertentu setelah pengobatan
iv) Cara pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah dengan melakukan deep
interview dengan perangkat kuesioner terhadap riwayat karsinoma nasofaring pada
keluarga terdekat Skala pengukuran penggunaan komplementer alternatif adalah
nominal 1) komplementer alternatif positif dan 2) komplementer negatif
36 Populasi dan Sampel
361 Populasi target adalah semua blok parafin hasil biopsi nasofaring yang didiagnosis
karsinoma nasofaring selama tahun 2005 sampai 2010 di pusat laboratorium patologi
anatomi FK UNDIPRSUP Dr Kariadi Semarang
362 Populasi terjangkau adalah populasi target yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
363 Besar sampeljumlah sampel minimal ditetapkan berdasarkan rumus untuk
penelitian kasus-kontrol yang menilai rasio odds (RO) yaitu menggunakan rumus
sampel untuk studi kasus kontrol berpasangan
Z1-α2radic2P(1-P) + Z1-β radicP1(1-P1) + P2(1-P2) 2
(P1 - P2) 2
364 Cara pengambilan sampel dilakukan secara consecutive yaitu mencari blok parafin
yang memenuhi kriteria inklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi
365 Kriteria inklusi dan eksklusi
i) Blok parafin dengan sampel biopsi nasofaring berukuran cukup besar minimal 5
mm
ii) Blok parafin yang melalui pemrosesan jaringan yang baik
n =
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
iii) Data rekam medik yang lengkap meliputi nama alamat jenis kelamin dan usia
pemilik sampel
37 MateriBahanAlat Penelitian
Spesimen hasil biopsi nasofaring yang sudah dilakukan pemrosesan jaringan dan diblok
parafin dimana sebelumnya difiksasi dengan formalin
38 Prosedur PenelitianCara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dapat berasal dari rekam medik atau merupakan data sekunder
Wawancarapemeriksaan langsung atau hasil pengukuran dari laboratorium merupakan data
primer Waktu dan tempat pengumpulan data dan cara pengumpulan data termasuk alur
penelitian
39 Pengolahan dan Analisis Data
Penjelasan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengolah data yang
meliputi pengelompokkan data tabulasi data penyajian data secara deskriptif dengan tabel
dan grafik serta analisis inferensial dengan uji Chi-square dan logistik regresi dengan
menggunakan SPSS for Windows 115
310 Alur Penelitian
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
311 JADWAL KEGIATAN
Waktu KegiatanBulan 1 Persiapan penelitian dan pengumpulan blok parafin hasil biopsi
nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 2 Pengumpulan data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Bulan 3 Pembuatan kuesioner
Bulan 4 Deep interview sampel menggunakan kuesioner
Bulan 5 Pembuatan laporan akhir
312 RANCANGAN BIAYA
1) Transportasi = Rp 65000000
2) Alat tulis (kertas tinta dll) = Rp 60000000
3) Internet 7000 x 250 hari = Rp 175000000
4) Foto copy = Rp 50000000
5) Tanda terima kasih untuk responden 50000 x 60 org = Rp 300000000
6) Komunikasi = Rp 50000000
Total Biaya =Rp 700000000
Blok parafin kasus KNF
Diagnosis PA KNF
WHO 1 2 3 WHO 1 2 3
Kuesioner
Analisis Korelasi
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
DAFTAR PUSTAKA
A Dietz CA Logothetis M Helbig C Flechtenmacher V Rudat R Dollner F Wallner FX Bosch 2004 Prognostic impact of EBV-Related LMP-1 histologic type and environmental factors in nasopharyngeal carcinoma in a German population Onkologie 27345-350
Ama Faisol 1990 Masalah kanker payudara dan pemecahannya Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Tahun XIX (1) 9
American Society of Clinical Oncology 2010 Head and Neck Cancer [online] Available atlthttpwwwcancernetpatientCancer+TypesHead +and+Neck+CancersectionTitle=Staginggt[Accessed 11 September 2010]
ANT 2009 Obat Herbal Antikarsinoma Belum Diakui Kompas [online] Available at lthttpsainskompascomread2009081422095386 ObatHerbalAntikarsinomaBelumDiakuigt [ Accessed 21 June 2010 ]
Armstrong RW et al 2000 Nasopharyngeal carcinoma in Malaysian chinese Occupational exposures to particles formaldehyde and heat In International journal of epidemiology 29 991-8
Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia Data histopatologik kanker di Indonesia tahun 2003 2003 Jakarta Yayasan Kanker Indonesia
Cho WC and Chen H Y 2009 Clinical efficacy of traditional Chinese medicine as a concomitant therapy for nasopharyngeal carcinoma a systematic review and meta-analysis [online] Available at lthttpwwwncbinlmnihgovpubmed19212827gt [ Accessed 2 July 2010]
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
Elizabeth B Claus Neil Risch W Douglas Thompson Darryl Carter 1993 Relationship between breast histopathology and family history of breast cancer Cancer 71147-53
Hildesheim Allanet al1992 The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Herbal Medicine Use Epstein-Barr Virus and Risk of Nasopharyngeal Carcinoma [online] Available at lthttpcancerresaacrjournalsorgcontent 52113048abstractgt Accessed [24 June 2010]
Hildesheim A Chen CJ Neil EC Cheng YJ Robert NH Hsu M Paul H Chen HI Yang CS Ann KD Jefrey ID 1995 Cytochrom P4502E1 genetic polymorphism and risk of nasopharyngeal carcinoma Result from a case control study conducted in Taiwan J Natl Cancer Inst 4 607-610
Hildesheim A Apple RJ Chen CJ et al 2002 Association of HLA class I and II alleles and extended haplotypes with nasopharyngeal carcinoma in Taiwan J Natl Cancer Inst 94 1780 ndash 9
Kentjono WA 2001 Pengaruh vaksinasi BCG dalam meningkatkan respons T helper 1 (Th1) dan respon tumor terhadap radiasi pada karsinoma nasofaring Program Passcasarjana Universitas Airlangga Surabaya 18-36
Lastowska M Cullinane C Variend S Cotterill S Bown N ONeill S Mazzocco K Roberts P Nicholson J Ellershaw C Pearson AD Jackson MS 2001 Comprehensive genetic and histopathologic study reveals three types of neuroblastoma tumors J Clin Oncol 1519(12)3080-90
Lee SS JJ Jang KJ Cho SK Khang and CW Kim 1997 Epstein-Barr Virus-associated primary gastrointestinal lymphoma in non-immunocompromised patients in Korea Histopathology 30 234-42
Ma J Liu L Tang L Zong J Lin A Lu T et al 2007 Retropharyngeal lymphnode metastasis in NPC prognostic value and staging categories Clin cancer Res 13(5)
Mutiarangura A Tanuyuttwongesse C Porthanakasem W Kerkhanjanarong V Sriuranphong V 1997 Genomic alterations in nasopharyngeal carcinoma Loss of heterozygosity an Epstein barr virus infection Br J Cancer 76 770-776
Prasad U 1995 Neuro-opthalmological manifestation in nasopharyngeal carcinoma In Proceeding of the third Asia-Oceania Congress of Otolarrhino-laryngology 6 244-52
Prasetyo A Wiratno 2007 Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis patologi anatomi di RSUP Dr Kariadi tahun 2002 ndash2006 Prosiding Konas Perhati-KL Surabaya
Ran Liu Li-hong Yin Yue-pu Hue 2007 Association of combined CYP2E1 gene polymorphism with the risk for esopharingeal squamous cell carcinoma in Huaian population China Chinese Medical Journal 120 (20) 1797-1802
Rickinson AB Kieff E 1996 Epstein-Barr virus 3rd ed In Fields Virology Fields BN Knipe DM Howley PM eds Lippincott-Raven Publishers Philadelphia
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
Soetjipto Damayanti 1989 Karsinoma nasofaring Dalam Nurbaiti Iskandar Editor Tumor telinga-hidung-tenggorok diagnosis dan penatalaksanaan Jakarta FK UI 71- 84
Tang Weici Hemm Ingrid Barbara Bertram 2003Recent Development of Antitumor Agents from Chinese Herbal Medicines Part II High Molecular Compounds [online] Available atlthttpswwwthieme-connectcomejournalsabstractplantamedicadoi101055s-2003-38494gt Accessed [ 24 June 2010 ]
Vokes EE Liebowitz DN Weichselbaum RR 1997 Nasopharyngeal carcinoma Lancet 350 1087-1091
Wee J 2003 Treatment of NPC In Bishop J Huang Peng Johnson PJ Sham JST and Soo KC Editors Cancer Reviews Inaugural Issue World Scientific New Jersey London Singapore Baltimore Hong Kong 93-102
Wiratno2009PengaruhPolifenolTehHijauTerhadapSistemImunPenderitaKarsinomaNasofaring yang MendapatRadioterapiKajianjumlahmonosit limfositsertaproduksiTNF-1048878 IFN-1048878 dan IL-2 ex vivo [online] Available at lthttpeprintsundipacid152251vol_43_4_2008_175_-_181pdfgt Accessed [ 24 June 2010 ]
Witte Mark C H Bryan Nell III 1998 Nasopharyngeal Cancer In Bailey Byron J (eds) Head and neck surgery otolaryngology Second edition Lippincott-Raven Publisher 1637-53
Yu MC Henderson BE 1996 Nasopharyngeal cancer In Schottenfeld D Fraumeni JF Jr editors Cancer epidemiology and prevention 2nd ed New York Oxford University Press 603ndash 18
YuMCand J M Yuan 2002 Epidemiology of nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12421-9
Zeng YX Jia WH 2002 Familial nasopharyngeal carcinoma Semin Cancer Biol 12 443ndash 50
top related