implementasi metode demonstrasi dan simulasi dalam
Post on 15-Oct-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DAN SIMULASI
DALAM PEMBELAJARAN FIKIH PADA SISWA KELAS VII
DI MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Riri Roiqoh
NIM: 11150110000062
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang penting dalam penulisan skripsi,
karena banyak istilah Arab, nama orang, nama tempat, judul buku, nama lembaga dan
lain sebagainya, yang aslinya ditulis dengan huruf Arab dan harus disalin ke dalam
huruf latin. Adapun pedoman transliterasi menurut pedoman penulisan skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin
ا
Ś ث
ḥ ح
Kh خ
Ź ذ
Sy ش
Ṣ ص
ḍ ض
ṭ ط
Ť ظ
᾽ ع
Ģ غ
H ة
2. Vokal
Vocal Tunggul
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
A
vi
I
U
3. Mȃdd (Panjang)
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin
ا ى … Ᾱ
ى Ῑ
و Ṹ
4. Tȃ’ marbȗtah
Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.
Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.
Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti oleh
kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah
maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:
.Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd = وحدة الوجود
5. Syaddah (Tasydḭd)
Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang
diberi tanda syaddah (digandakan).
Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.
6. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf
yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:
al - zalzalah (az zalzalah)
b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),
7. Penulisan Hamzah
vii
a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti
a;if, contoh: akaltu, ȗitya.
b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:
ta’kulȗna atau syai’un.
8. Huruf Kapital
Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh: آن ر ق ال = al-Qur’an,
ة ر و ن م ال ة ن ي د م ال = al-Madinatul Munawwarah
ي د و ع س م ال = al-Mas’ȗdi.
viii
ABSTRAK
Riri Roiqoh, NIM (11150110000062), Implementasi Metode Demonstrasi dan
simulasi dalam Pembelajaran Fikih pada Siswa Kelas VII di MTs Islamiyah
Ciputat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi
dan simulasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan
istinja pada siswa kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat dan memiliki rumusan
masalah Bagaimana penerapan metode demonstrasi dan simulasi dalam
pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja pada siswa
kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat.
Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: 1).
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. 2). Subjek penelitian ini adalah Guru
fikih dan siswa kelas VII Mts Islamiyah Ciputat. 3). Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. 4). Teknik
analisisnya menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan, bahwa dengan menggunakan metode
demonstrasi dan simulasi menjadikan pembelajaran yang efektif dan efesien,
membuat siswa paham didalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu,
tayamum dan istinja karena dengan metode demonstrasi peserta didik melihat
bagaimana cara guru mempraktekkan tentang wudu dan tayamum sedangakan
metode simulasi membuat pemahaman siswa tentang tata cara istinja dengan baik.
Dari hal tersebut peserta didik bisa membedakan tata cara wudu, tayamum dan
istinja dengan benar. Didalam penerapan metode demonstrasi biasanya Guru fikih
tidak hanya menjelaskan secara teoritik saja akan tetapi paraktek juga diterapkan
dan metode demonstrasi lebih ke ranah psikomotorik. Akan tetapi didalam
penelitian ini terdapat kekurangan yaitu Rpp (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
masih belum sesuai dengan proses pembelajaran dan kurangnya sarana dan
prasarana sekolah.
Kata Kunci: Implementasi, Pembelajaran Fiqih, Metode Demontrasi dan simulasi
IX
ABSTRACT
Riri Roiqoh, NIM (11150110000062), Implementation of Demonstration and
Simulation Methods in Jurisprudence in Class VII Students at MTs Islamiyah
Ciputat.
This study aims to determine the application of demonstration and simulation
methods in the learning of Jurisprudence Chapter Thaharah ablution, tayamum and istinja in class VII students at Mts Islamiyah Ciputat and has a problem formulation How to apply demonstration and simulation methods in the learning of
Jurisprudence in the Thudarah material for ablution, tayamum and istinja in Mts Islamiyah Ciputat. in grade VII students at Mts Islamiyah Ciputat.
The research methodology used in this study includes: 1). This type of research is
qualitative research. 2). The subjects of this study were the Jurisprudence Teacher and VII grade students of Mts Islamiyah Ciputat. 3). Data collection uses observation, interview and documentation techniques. 4). The analysis technique
uses descriptive qualitative analysis techniques.
The results of this study indicate, that using demonstration and simulation methods makes learning effective and efficient, making students understand in the learning
of Jurisprudence Chapter material ablution, tayamum and istinja because with the demonstration method the students see how the teacher practices the ablution and tayamum while using the method The simulation makes students understand about
istinja's procedures well. From this the students can correctly distinguish the methods of wudu, tayamum and istinja. In the application of demonstration
methods, fiqh teachers usually do not only explain theoretically, but practice is also applied and demonstration methods are more psychomotoric. However, in this study there are shortcomings, namely Rp. (Learning Implementation Plan) is still
not in accordance with the learning process and the lack of school facilities and infrastructure.
Keywords: Implementation, Fiqh Learning, Demonstration Method and simulation
x
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah Swt. yang selalu memberikan nikmat,
rezeki, kesehatan jasmani maupun rohani dan kita selalu meminta pertolongan-Nya.
Sebab yang bisa menolong kita hanyalah Allah Swt. Karena Allah lah sebaik-
baiknya penolong. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan atas nabi
besar kita yaitu Nabi Muhammad Saw. Keluarganya, sahabatnya, dan untuk seluruh
umat islam dimanapun berada.
Alhamdulillah, penulis mengucapkan banyak rasa syukur kepada Allah Swt.
Atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Begitu besar hambatan dan rintangan dalam pembuatan skripsi ini akan tetapi
dengan adanya pertolongan dari Allah Swt. Skripsi ini akhirnya dapat di selesaikan
dengan baik.
Skripsi ini berjudul “Implementasi Metode Demonstrasi dalam
Pembelajaran Fikih Pada Siswa Kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat. Skripsi ini
disusun sebagai tugas akhir selama menempuh jenjang Pendidikan di Perguruan
tinggi, dan juga sebagai persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Agama Islam (S.Pd) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak berhutang budi kepada pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr. Sururin, M.Ag.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Drs. Abdul Haris, M.Ag.
4. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.
xi
5. Dosen Pembimbing Skripsi beserta Dosen Pembimbing Akademik,
Bapak Drs. Rusdi Jamil, M. Ag. yang telah bersedia meluangkan waktu
dan tenaganya untuk membantu sepenuhnya dalam proses pembuatan
skripsi ini.
6. Guru fikih Islamiyah Ciputat Ibu Drs. Tatu Uyainyah
7. Kepala Sekolah Mts Islamiyah Ciputat, Bapak Aep Saepullah, S.Pd.
8. Dewan Guru Mts Islamiyah Ciputat
9. Siwa kelas VII Mts Islamiyah Ciputat
10. Semua Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah membantu
penulis dalam bentuk dorongan motivasi
11. Terima kasih kepada kedua Orang Tua, adik, dan keluarga besar yang
selalu memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi baik dukungan
materi maupun non materi yang telah banyak membantu untuk bisa
sampai akhir dalam penulisan skripsi ini.
12. Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam
pembuatan skripsi kepada Cups (Farha, tika, intan, anna), keluarga besar
Apache 2015, Islamic Education 2015, teman-teman (Emil, lia, atik,
janah, fitri, annida, teh gitok, rifki, Ai, dewan guru Smpit Al-ittihad,
siswa Mts Islamiyah Ciputat, Siswa Smpit Al-ittihad, keluarga besar
Pondok Pesantren Al-Hidayah Nurul Ummah, Pondok Pesantren
Moodern Ummul Quro Al-Islami dan lain-lain)
Penulis menyadari bahwa pembuatan karya ilmiah ini baru pertama kali
penulis lakukan. Tentunya ada beberapa kalimat yang tidak sempurna baik isi,
maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, selama masih hidup penulis akan
berusaha terus menerus belajar dan membuka diri untuk menerima kritikan dan
saran yang membangun sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penulis dalam
melanjutkan penulisan karya ilmiah dikemudian hari.
xii
Jakarta, 22 Agustus 2019
Penulis
Riri Roiqoh
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... ii
PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................................ iii
PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ....................................................................................... 8
A. Pembelajaran ............................................................................... 8
1. Pengertian Pembelajaran ........................................................ 8
2. Ciri-ciri Pembelajaran ............................................................ 8
3. Tujuan Pembelajaran .............................................................. 9
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran................................................ 10
B. Metode Demonstrasi ................................................................. 12
1. Pengertian Metode ............................................................... 12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran ... 13
3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran .................................. 15
xiv
4. Ciri-ciri Umum Metode yang Baik ....................................... 16
5. Pengertian Metode Demonstrasi........................................... 16
6. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ........ 17
7. Kelebihan Metode Demonstrasi ........................................... 18
8. Kekurangan Metode Demonstrasi ........................................ 20
C. Metode Simulasi ........................................................................ 20
1. Pengertian Metode Simulasi ................................................. 20
2. Kelebihan Metode Simulasi ................................................. 21
3. Kekurangan Metode Simulasi .............................................. 21
D. Pembelajaran Fiqih .................................................................... 21
1. Pengertian Fiqh ..................................................................... 21
2. Objek Ilmu Fiqh ................................................................... 24
3. Sumber-sumber Fiqh Islam .................................................. 25
4. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah ......... 26
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Fikih di Mts.......................... 26
6. Pengajaran Fiqh .................................................................... 27
E. Thaharah .................................................................................... 28
1. Pengertian Thaharah ............................................................. 28
2. Macam-macam Air dan Pembagiannya................................ 29
3. Macam-macam Najis ............................................................ 30
4. Tata Cara Bersuci ................................................................. 31
B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 41
B. Latar Penelitian (setting) .................................................................. 42
C. Metode Penelitian............................................................................. 42
D. Prosedur pengumpulan dan Pengolahan Data .................................. 42
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .............................. 45
F. Analisis Data .................................................................................... 46
xv
BAB 1V HASIL PENELITIAN
A. Profil MTs Islamiyah Ciputat .......................................................... 48
1. Sejarah Mts Islamiyah Ciputat .................................................. 48
2. Identitas Madrasah .................................................................... 49
3. Paparan Data ............................................................................. 54
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
B. Implikasi ........................................................................................... 63
C. Saran ................................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Profil MTs Islamiyah Ciputat
Lampiran 2 : Pedoman dan Hasil Wawancara Guru Fikih
Lampiran 3 : Pedoman dan Hasil Wawancara Siswa Kelas VII
Lampiran 4 : RPP dan Silabus Fikih Kelas VII
Lampiran 6 : Dokumentasi Wawancara Guru Fikih dan Siswa Kelas VII MTs
Islamiyah Ciputat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan
dari generasi tua ke generasi muda, agar generasi muda dapat mampu hidup.
Rumusan pengertian pendidikan yang tertulis dengan jelas dalam undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 yang berbunyi:1
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat Bangsa dan
Negara”2
Salah satu tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membangun
kepribadian manusia yang lebih baik dan proses mengembangkan potensi
peserta didik.3 Dalam dunia pendidikan termasuk sistem persekolahan baik
modern maupun tradisional, peranan guru ikut menentukan out put atau
hasil lulusan dari lembaga persekolahan, karena peranan seorang guru
sangat penting didalam pendidikan.4
Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara
guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan
tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam
pembelajaran pendidikan agama islam harus dijabarkan ke dalam metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bersifat prosuderal. Begitu
pula dalam proses pembelajaran agama islam tentunya ada metode yang
1Afifuddin dan Irfan Ahmad Zain, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rayon Fakultas
Tarbiyah dan keguruan UIN Bandung, 2012), h.153 2Ibid., h.153 3Ibid., h.155 4Aminnudin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (jakarta: Uhamka Press), cet. 4, h.
109
2
digunakan yang turut menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan
Pendidikan Agama Islam.5 Bagi seorang guru Pendidikan Agama Islam
(PAI), ketika kesekolah, harus memiliki tiga kriteria, yaitu: 1). Siap dengan
materi yang akan diajarkan, dan guru yang baik harus lebih baik
dibandingkan peserta didik. 2). Keterampilan mengimplementasikan
metode-metode pembelajaran yang tepat, efektif, dan menyenangkan. 3).
Kesiapan mental berupa cinta dan memiliki rasa kasih sayang kepada
peserta didik, seorang guru yang baik ketika masuk ruang kelas harus
memiliki karakter yng baik dan menjadi contoh untuk peserta didik.6
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah
Tsanawiyah (kurikulum 2013), yang terdiri atas Al-Qur’an Hadits, Akidah
Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam, ditemukan adanya sejumlah
nilai yang harus ditanamkan dan dikembangkan di Mts sebagai berikut:
ibadah, amanah, disiplin, tasamuh, santun dan tawadhu, kerja keras, tekun
gigih dan optimis, cinta ilmu, ingin tahu atau semangat belajar, kepedulian
terhadap lingkungan alam dan sosial, istiqomah, ikhlas, taat, khauf dan
taubat, tawakal, sabar syukur, ikhtiar dan qona’ah, khusnuddan, dermawan
dan zuhud.7
Dengan berbagai macam mata pelajaran pendidikan agama islam
diatas, disamping guru harus menguasai materi pembelajaran maka seorang
guru juga harus menguasai berbagai macam metode pembelajaran. Usaha
yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan
metode sebagai salah satu komponen bagian dari keberhasilan kegiatan
belajar mengajar, ketika menggunkan metode disesuaikan dengan materi
5Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2013), Cet. 10, h. 136 6Muhaimin, model pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam PAI kontemporer
disekolah/madrasah dan perguruan tinggi, (Malang: UIN-Maliki Press, 2016), cet. 1, h. 63 7Ibid., h. 63
3
agar mencapai tujuan pembelajaran.8 Dalam penggunaan metode Guru
harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana didalam kelas. Jumlah
anak mempengaruhi penggunaan metode, dalam perumusan tujuan guru
perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Sehingga guru mudah
untuk menentukan metode pilihan guna menunjang pencapaian tujuan yang
telah dirumuskan tersebut.9
Mata pelajaran fikih memiliki kontribusi cukup besar dalam
memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktekkan didalam
kehidupan sehari-hari. Fikih ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum
syariat islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Hukum yang
diatur dalam fikih islam itu terdiri dari hukum wajib, sunnat, mubah,
makruh dan haram. Disamping itu ada pula dalam bentuk lain seperti sah,
batal, benar, salah, berpahala, berdosa dan sebagainya. Dilihat dari segi
pengamalan ajaran islam, yang jelas pengajaran fiqih ini adalah pengajaran
yang bersifat amaliah didalamnya mengandung unsur teori dan praktek, dari
pengertian fikih diatas maka pembelajaran fikih sangat penting didalam
kehidupan sehari-hari dan wajib dipelajari oleh setiap muslim, agar
menjalankan kehidupan sesuai dengan syariat islam, menjalankan printah
Allah dan menjauhi larangan-Nya.10
Didalam penelitian ini akan membahas penerapan metode demonstrasi
dan simulasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu,
tayamum dan istinja. Salah satu metode yang tepat untuk pembelajaran fikih
Bab Thaharah adalah metode demonstrasi dan simulasi. Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai
dengan penjelasan lisan. Dengan menggunakan metode demonstrasi, proses
8Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (jakarta: Rineka Cipta,
2013), Cet. 5, h. 72 9Ibid., h.73 10Zakiah Daradjat, dkk, metodik khusus pengajaran agama islam, (jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), cet. 6, h. 78 dan 85
4
penerimaan siswa terhadap pembelajaran akan lebih berkesan secara
mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.11
Sedangkan simulasi adalah berpura-pura atau seakan-akan. Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar
dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip atau keterampilan tertentu.12
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur
sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses
mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang
membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, untuk
mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu, dengan mempraktekkan
langsung yang diperagakan oleh guru dan diikuti oleh peserta didik.13
Ruang lingkup Bab Thaharah kelas VII meliputi macam-macam air,
wudu, tayamum, najis, mandi wajib dan istinja. Thaharah menurut
Syafi’iyah berarti
“Melakukan sesuatu yang membolehkan (seseorang) melaksanakan
salat, seperti wudu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.”14
Dalam hukum islam, soal bersuci dan segala seluk beluknya termasuk
bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama karena diantara syarat-
syarat sah salat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan
salat diwajibkan suci dari hadas pula badan, pakaian, dan tempatnya dari
najis karena suci adalah syarat diterimanya ibadah seseorang oleh Allah .15
Dalam penelitian ini, permasalahan yang dihadapi, ketika
menggunakan metode demonstrasi kurangnya kesadaran bagi peserta didik
ketika seorang guru menerapkan metode demontrasi tentang praktek ibadah
11Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., h. 90 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pendidikan, (Jakarta: kencana 2011),
h. 159 13Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., h. 90-91 14Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, (Cairo: Darul Ulum Press, 1996), h. 8 15Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), cet. 67, h. 1
5
padahal metode demonstrasi ini harus diperhatikan oleh peserta didik,
apalagi didalam pembelajaran fikih ini menyangkut hubungan beribadah
kepada Allah dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh
permasalahnnya adalah ketika proses pembelajaran fikih dikelas guru fokus
kepada peserta didik yang sedang melakukan praktek, sedangkan sebagian
peserta didik yang tidak praktek bermain, bercanda, berkomunikasi dengan
temannya, sehingga peserta didik yang belum diperintahkan untuk praktek
mereka tidak memerhatikan dan menjadikan suasana kelas tidak kondusif.
Kurangnya pemahaman peserta didik tentang tata cara wudu, seperti
doa wudu, tayamum dan istinja. Dengan penggunaan metode demonstrasi
memberi pengetahuan yang lebih mendalam untuk peserta didik melihat
secara langsung seorang guru menjelaskan dengan praktek tentang wudu
dan tayamum, dan materi istinja menggunakan metode simulasi.
Ibu H. Tatu Uyainah seorang guru fikih di MTs Islamiyah Ciputat
mengatakan: “ketika menjelaskan materi tentang thaharah itu harus detail
dan jelas akan tetapi menjelaskannya dengan bahasa yang sopan dan bisa di
cermati oleh peserta didik. Pembelajaran fikih lebih banyak ke ranah
psikomotorik (keterampilan) dan menggunakan metode demonstrasi, akan
tetapi dari kognitif dan afektifnya juga diberi pemahaman kepada peserta
didik, tanpa dengan praktek murid sulit untuk memahaminya. Materi
thaharah adalah pembelajaran yang paling utama karena ibadah yang
diterima oleh Allah adalah seseorang yang suci. Maka dari itu saya ketika
mengajarkan tentang thaharah dikelas menggunakan metode
demonstrasi.”16
Didalam ruang lingkup thaharah, peneliti ingin mendalami lebih luas,
Bagaimana seorang guru mengimplementasikan metode demonstrasi dan
simulasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah pada siswa kelas VII di
MTs Islamiyah Ciputat.
16 Hasil Wawancara dengan Guru Fikih pada 15 April 2019
6
Dari fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait Metode Demonstrasi dan Simulasi dalam Pembelajaran
Fikih Bab Thaharah dengan judul penelitian “Implementasi Metode
Demonstrasi dan Simulasi dalam Pembelajaran Fikih pada Siswa Kelas
VII di MTs Islamiyah Ciputat”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diperoleh masalah
yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya partisipasi siswa didalam penggunaan metode demonstrasi
dan simulasi
2. Rendahnya pengetahuan siswa mengenai tata cara bersuci seperti do’a
wudu
3. Rendahnya pengetahuan siswa tentang tata cara tayamum
4. Rendahnya pengetahuan siswa tentang tata cara istinja dengan baik
5. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti menentukan fokus
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dan simulasi dalam
pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja
pada siswa kelas VII di MTs Islamiyah Ciputat ?
b. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru dalam
menggunakan metode demonstrasi dan simulasi dalam
pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja
di MTs Islamiyah Ciputat ?
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, peneliti menentukan rumusan
masalah yaitu “Bagaimana Penerapan Metode Demonstrasi dan
Simulasi dalam Pembelajaran Fikih Bab Thaharah Materi Wudu,
7
Tayamum dan Istinja pada Siswa Kelas VII di MTs Islamiyah Ciputat
?”
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
“Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dan simulasi
dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan
istinja pada siswa kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat”
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan Tujuan Penelitian di atas, maka dengan dilakukannya
penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat membawa manfaat bagi
masyarakat, diantaranya :
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadikan metode
demonstrasi dan simulasi sebagai bahan metode pengajaran yang
efektif dan efesien didalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi
wudu, tayamum dan istinja.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi sekolah
Penelitian ini untuk memberi masukan dan pengembangan
bahwa metode demonstrasi dan simulasi adalah Metode yang
efektif dan efesien didalam pembelajaran fikih pada Bab
Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja
2. Bagi Pembaca
Sebagai bahan informasi dan masukan untuk melakukan
penelitian.
3. Bagi peneliti
Sebagai bahan ajar untuk penelitian yang lebih baik dan
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.
Pd).
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran menurut bahasa dan istilah dibawah ini sebagai
berikut:
Pembelajaran berasal dari kata instruction yang dalam bahasa yunani
disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan pikiran.1
Menurut istilah pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang
untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-
kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian
intern yang berlangsung di alami siswa (Winkel, 1991).2
Gagne (1985) mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih
lengkap: Instruction is intended to promote learning, external situation need
to be arranged to activate, support and maintain the internal processing
that constitutes each learning event.3
Arti dari pengertian menurut Gagne tersebut, Pembelajaran adalah untuk
menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa
untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang
terdapat dalam setiap peristiwa belajar.4
2. Ciri-ciri Pembelajaran
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Merupakan upaya kesadaran dan disengaja.
b. Pembelajaran harus membuat siswa berproses didalam belajar.
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.
d. Pelaksanaannya terkendali sesuai dengan tujuan pembelajaran, baik
isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.5
1Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (jakarta: UHAMKA PRESS, 2003),
Cet. 4, h. 110 2Eviline siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), cet. 1, h.12 3Ibid., h. 12 4Ibid. 5Ibid., h. 13
9
3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkah laku atau
kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah melakukan proses
pembelajaran.6
Tujuan pembelajaran menurut Bloom, bentuk prilaku sebagai tujuan,
digolongkan kedalam tingkah klasifikasi. Benyamin S, Bloom dan
kawan-kawan menamakan cara mengklasifikasi itu dengan “the
taxonomy of education objectives” Taksonomi tujuan pendidikan.7
Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa tujuan
pendidikan/pembelajaran dapat di klasifikasikan ke dalam 3 domein
(disebut pula daerah, ranah, atau matra), yaitu sebagai berikut:8
a. Domein kognitif (pengetahuan)
Domein kognitif berkenaan dengan prilaku yang berhubungan
dengan berfikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Domein ini
memiliki 6 tingkatan. Tingkatan yang paling rendah menunjukan
kemampuan yang paling sederhana, sedangkan yang paling tinggi
menunjukkan kemampuan yang kompleks dan rumit. Tingkatan
kemampuan itu (mulai dari yang terendah) adalah:
1. Mengigat (remember)
2. Memahami (understand)
3. Menerapkan (Apply)
4. Menganalisis (Analyze)
5. Mengevaluasi (Evaluate)
6. Mencipta (Create)9
b. Domein afaktif (sikap)
Domein afektif berkaitan dengan sikap/tingkah laku, nilai-nilai,
interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.
Sebagaimana kognitif, domein afektif juga mempunyai klasifikasi
6Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h.
100 7Ibid., h. 100 8Ibid. 9Ibid., h. 101
10
tingkatan. Tingkatan afektif ada lima, dari sederhana ke yang kompleks.
Urutan tingkatan itu dari yang palin sederhana adalah:
1. Kemauan menerima (Receiving)
2. Kemauan menanggapi (Responding)
3. Berkeyakinan (Valuing)
4. Penerapan karya (Organisation)
5. Ketekunan dan ketelitian (Characterization by a value complex)10
c. Domein psikomotorik (keterampilan)
Domein psikomotor mencakup tujuan berkaitan dengan
keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Sebagaimana
kedua domein yang lain, domein ini juga memiliki berbagai tingkatan.
Urutan tingkatan dari yang paling sederhana (rendah) sampai ke yang
paling kompleks (tinggi) adalah sebagai berikut:
1. Persepsi (perception)
2. Kesiapan melakukan suatu kegiatan (set)
3. Mekanisme (Mechanism)
4. Respons terbimbing (Guided respons)
5. Kemahiran (Complex Overt Respons)
6. Adaptasi (Adaptation)
7. Organisasi (Orgination)11
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Beberapa macam prinsip-prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi
Suparman dengan mengadaptasi pemikiran fillback (1974), sebagai berikut:
a. Respon-respon baru (new responses) diulangi sebagai akibat dari respons
yang terjadi sebelumnya. Impikasinya adalah perlunya pemberian umpan
balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari
siswa, siswa harus aktif membuat respon, tidak hanya duduk diam atau
mendengarkan saja.
10Ibid., h. 103-104 11Ibid., h. 105
11
b. Perilaku tidak hanya dikontrol sebab akibat dari respons, tetapi juga
dibawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa.12
c. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang
menyenangkan, implikasinya adalah segala isi pembelajaran yang berguna
pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan berupa
penghargaan terhadap keberhasilan mahasiswa.
d. Belajar yang terbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan di
tranfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
e. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar
sesuatu yang kompleks seperti yang berkenan dengan pemecahan masalah.
Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh
yang positif, tetapi juga negatif.
f. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
g. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan dan
disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
h. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan
kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.
i. Keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih
sederhana.
j. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi
informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
k. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang
maju dengan cepat ada yang lambat. Maka dari hal tersebut karakteristik
peserta didik berbeda-beda.
l. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan
balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.13
12Eviline siregar dan Hartini Nara, Op. Cit.,, h. 14 13Eviline siregar dan Hartini Nara, Op. Cit., h. 16
12
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode
Pengertian metode menurut bahasa adalah metodelogi atau Instructional
Method berasal dari bahasa yunani yaitu dari tiga kata : Metha dan Hodos serta
logos. Metha berarti dibalik atau dibelakang. Hodos berarti melalui, melewati
atau berarti jalan, cara atau (Thariqoh, Arab), dan Logos berarti ilmu atau
Science. Metodelogi berarti ilmu mengenai berbagai cara atau jalan yang
ditempuh untuk sampai ketempat tujuan.14
Berkenaan dengan metode, ada beberapa istilah yang biasanya digunakan
oleh para ahli pendidikan islam yakni : (1). Min haj at-Tarbiyah al-Islamiyah;
(2). Wasilatu at-tarbiyah al-islamiyah; (3). Kaifiyatu at-tarbiyah al-islamiyah;
(4). Thariqatu at-tarbiyah al-islamiyah. Semua istilah tersebut sebenarnya
merupakan muradif (kesetaraan) sehingga semuanya bisa digunakan. Menurut
Asnely Ilyas, diantara istilah diatas yang paling populer adalah at-thariqah
yang mempunyai pengertian jalan atau cara yang harus ditempuh.15
Adapun yang dimaksud dengan metode pendidikan agama islam adalah
suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara-cara yang
perlu ditempuh atau dipergunakan dalam upaya menyampaikan, materi
pendidikan agama islam kepada objeknya, yaitu manusia (peserta didik),
berdasarkan petunjuk atau tuntunan al-qur’an dan al-sunnah.16 Berkenaan
dengan metode, al-Qur’an (al-Nahl ayat 125) telah memberikan petunjuk
mengenai metode pendidikan secara umum yaitu;
م ه ل اد ج ة و ن س ح ة ال ظ ع و م ال ة و م ك ح ال ك ب ب يل ر ب ى س ل ع إ اد
ه يل ب ن س ل ع ن ض م م ب ل ع و أ ك ه ب ن إن ر س ح ي أ تي ه ال ب
ين د ت ه م ال م ب ل ع و أ ه و
“serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
14Aminuddin Rasyad, Op. Cit., h. 109-110 15Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2013), Cet. 10, h. 135 16Ibid., h. 136
13
sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang sangat mengetahui siapa yang tersesat
dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (al-Nahl ayat 125)
Petunjuk al-Qur’an tentang metode-metode pendidikan, dapat kita peroleh
dari ungkapan “al-hikmah” (bijaksana) dan “al-mau’izhah al-hasanah”
(pelajaran yang baik). karena itu, secara ekspilisit al-sunnah berperan
memberikan penjelasan. Pada tulisan ini dicantumkan metode-metode
pendidikan agama islam yang sesuai dengan materi agama islam berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.17
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemilihan Metode
a. Faktor manusia
1. Guru (Instruktur)
Pengetahuan seorang guru, pengalaman pembelajaran dan
kepribadiannya merupakan faktor penting dalam pemilihan metode.
Seorang guru harus dapat membuat penilaian yang rasional dan jelas
tentang kemampuan-kemampuan sendiri dan ia harus berusaha
menggunakan metode-metode yang memungkinkan tercapainya
tujuan instruksional.
2. Siswa (Peserta Latihan)
Dalam kegiatan pengajaran atau latihan, “siswa/peserta didik”
selalu mendapat sorotan yang utama. Guru sebagai instruktur harus
memperhitungkan siapa siswa/peserta latihan yang dihadapinya
(Student centered). Hal yang harus diperhatikan ialah : tingkat
intelektual dan latar belakang pendidikan para peserta, umur dan
pengalaman praktik peserta, dan lingkungan sosial serta
budayanya.18
a. Sasaran pengajaran dan latihan
17Ibid. 18Jamaludin, dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), cet. 1, h. 173
14
Bloom (Tokoh taksonomi) menegaskan bahwa sasaran
pengajaran/latihan ialah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (Skill/psikomotor). Apabila tujuan
intraksional ditekankan untuk mengembangkan
kognitif/pengetahuan maka metode yang digunakan tidak akan
identik dengan tujuan intruksional yang ditekankan kepada
keterampilan.
b. Bidang mata pelajaran
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik tersendiri.
Misalnya teknik riset pom ditekankan pada penggunaan
Matematika dan Statistik yang luas. Metode yang digunakan
ialah kombinasi kuliah, latihan dan metode pemberian tugas.
c. Faktor waktu dan sarana fisik
1. Setiap metode pembelajaran mempunyai waktu persiapan
yang berbeda satu sama lain. Misalnya, metode penelitian
kasus permainan bisnis, eksperimen memerlukan waktu
yang panjang dan biaya yang relatif tinggi.
2. Jangka waktu kursus merupakan prasyarat untuk
menentukan jenis-jenis yang dapat digunakan. Misalnya
permainan bisnis metode proyek dan eksperimen.
3. Jadwal kegiatan juga memberi pengaruh dalam pemilihan
metode. Misalnya, kegiatan proses belajar yang
diselenggarakan sekitar puku 14.00-16.00 perlu
dipertimbangkan metode mana yang dapat dipilih agar
pelajaran tidak membosankan bagi siswa/pelajar, sehingga
mereka tetap merasa terlibat dan aktif.
4. Sarana fisik, seperti jumlah ruang yang dapat digunakan,
tersedianya alat-alat audio visual, bahan-bahan lain yang
15
berhubungan dengan alat-alat eksperimen juga tak kalah
pentingnya dalam pemilihan metode.19
3. Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran
Berikut ini disajikan prinsip-prinsip dalam menggunakan metode
pembelajaran disekolah atau madrasah. Prinsip-prinsip ini tidak berdiri
sendiri, melainkan berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Prinsip-
prinsip ini sebagaimana dikatakan Zakiah Dradjat (200: 118) adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip individualitas dengan memerhatikan segi-segi perbedaan usia,
perbedaan intelegensi, kesanggupan, dan kecepatan.
b. Prinsip kebebasan yang pada prinsipnya bahwa prinsip kebebasan ini
mengandung 3 aspek yakni, self-dierction, self-discipline, dan self-control.
c. Prinsip lingkungan yang banyak memengaruhi terhadap pembawaan.
d. Prinsip globalisasi. Prinsip ini diterapkan dalam pembelajaran sebagai
suatu pengaruh dari psikologi Gestalt dan psikologi totalitas.
e. Puasat-pusat minat. Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke
jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang.20
Tugas seorang guru yang paling utama adalah membimbing belajar siswa
agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk tugas ini guru
hendaknya memiliki kemampuan memilih dan menggunakan metode dengan
tepat. Pemilihan suatu metode sangat tergantung pada:
a. Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar dan pembelajaran;
b. Siswa yang belajar mengenai kemampuannya, latar belakangnya;
c. Guru yang pembelajaran, mengenai kemampuan dan latar belakangnya;
d. Keadaan proses belajar yang berlangsung;
e. Alat-alat atau sarana yang tersedia.21
19Ibid., h. 174-175 20Heri Gunawan, pendidikan islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh, (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2014), cet. 1, h. 259-260 21Jamaludin, dkk, Op. Cit., h. 172
16
Perpaduan pengaruh faktor-faktor tersebut menjadi pertimbangan
didalam memilih dan menggunakan suatu metode yang paling baik atau tepat.
Karena itu sulit untuk memberikan ketentuan yang jelas mengenai metode
mana yang terbaik, sebab suatu metode yang kurang baik, dapat berhasil bila
dilaksanakan oleh guru yang menguasai teknik pelaksanaan atau sudah
berpengalaman dalam penggunaanya.
Namun demikian ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang
satu dan tidak terdapat pada metode yang lainnya. Dengan ciri-ciri umum
tersebut, menjadi lebih mudah bagi kita untuk memilih metode-metode yang
dapat digunakan.22
4. Ciri-ciri Umum Metode yang Baik
Omar Muhammad al-Toumi (1983) mengemukakan beberapa ciri dari
sebuah metode yang baik untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu
sebagai berikut:23
a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran
akhlak islami yang mulia;
b. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak
siswa dan materi;
c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan
mengantarkan siswa pada kemampuan praktis;
d. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan
materi;
e. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya;
maksud hal tersebut adalah peserta didik harus bersifat kritis;
f. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam
keseluruhan proses pembelajaran.24
5. Pengertian Metode Demonstrasi
22Jamaludin. loc. Cit. 23Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), cet. 1, hl. 56 24Ibid., h. 56
17
Metode Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif
karena membantu siswa untuk menemukan jawaban dengan hasil usaha
sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.25
Menurut Roestiyah (2001:83) mengatakan bahwa “demonstrasi adalah
cara mengajar dimana seorang instruktur/tim guru menunjukan,
memperlihatkan suatu proses”. Sedangkan menurut Peter Salim (Roestiyah,
2001:334) “demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan cara melakukan
atau menggunakan sesuatu”.26
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mergakan
atau memperaktekkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, dan disertai dengan
penjelasan lisan.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan dan mudah dipahami, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.27
Tujuan pokok metode demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian
konsep dan memperlihatkan tata cara melakukan sesuatu atau proses
terjadinya sesuatu.28
6. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
a. Langkah utama
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai
berikut :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berhasil.
2. Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan.
25Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 1 h.
197 26 https://www.rijal09.com/2016/04/pengertian-metode-demonstrasi.html 27Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (jakarta: Rineka
Cipta, 2013), Cet. 5, h. 90 28Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Op. Cit., h. 62
18
3. Melakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap pelaksanaan
a. Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:
1. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memerhatikan dengan jelas apa yang di demonstrasikan.
2. Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3. Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa,
misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan demonstrasi.
b. Langkah pelaksanaan demonstrasi
1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan yang merangsang peserta
didik untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa tertarik
memerhatikan demonstrasi.
2. Menciptakan suasana yang menghangatkan dan menyenangkan
dengan menghindari suasana yang menegangkan.29
c. Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran
diakhri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang disesuaikan
dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa
memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas
yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama
tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.30
7. Kelebihan Metode Demonstrasi:
a. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
b. Proses pengajaran lebih menarik dan dapat dipahami.
29Abdul Majid, Op. Cit., h. 198 30Abdul Majid, Op. Cit., h. 199
19
c. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau
kalimat).
d. Siswa aktif didalam proses pembelajaran.
e. Dengan praktek siswa mudah memahami materi.
f. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.31
g. Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang
didemonstrasikan, jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah dan
akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
h. Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap
penting oleh guru dapat diamati secara tajam.
i. Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaan yang
bersifat demonstratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman
yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan
kecakapan.32
j. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca buku atau hanya diterangkan secara lisan saja, karena
melalui demonstrasi murid akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
dari hasil pengamatnya.
k. Menanamkan, memupuk, mengembangkan rasa ingin tahu. Dengan
melihat sendiri objeknya, timbullah dalam diri murid keinginan untuk
mengetahui lebih dalam dan terperinci mengenai segala sesuatu yang
dipertunjukkan kepadanya. Dengan demikian, sikap ilmiah pada diri
murid dapat berkembang.
l. Dengan menggunakan metode demonstrasi dapat diketahui dengan
tepat bagaimana perbandingan suatu objek dan dapat ditanamkan
keyakinan atau kepastian sesuatu.33
31Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., h. 91 32Zakiah Daradjat, dkk, metodik khusus pengajaran agama islam, (jakarta: PT Bumi
Aksara, 2014), cet. 6, h. 297 33Jamludin, dKK, Op. Cit., h. 185
20
m. Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan
memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan
dan keterampilan.34
8. Kekurangan Metode Demontrasi :
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
b. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang dan
memerlukan waktu yang panjang.35
c. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak
tersedia dengan baik.
d. Dapat menyebabkan perkembangan berpikir murid kearah yang abstrak
menjadi tertahan pada taraf berpikir konkret saja, karena kebiasaan
untuk selalu melihat sendiri untuk sesuatu objek untuk kemudian baru
memahaminya dapat menyebabkan terhambatnya kemampuan
pembentukan pengertian-pengertian yang sifatnya abstrak.
e. Dapat menimbulkan kekeliruan tanggapan dan pengertian mengenai
objek yang di amati karena mengamati sesuatu dengan cermat melalui
sebanyak mungkin alat indra bukan pekerjaan yang mudah, apalagi
posisi pengamatannya tetap dari satu arah, sebab untuk bertukar-tukar
posisi dapat menimbulkan kegaduhan dan gangguan ketertiban.36
C. Metode Simulasi
1. Pengertian metode simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. simulasi dapat
34JJ. Hasibuan dan Moedjiono, proses belajar mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), cet.6, h. 30 35 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Loc. Cit. 36Jamludin, dkk, Op. Cit., h. 186
21
digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.37
2. Kelebihan metode simulasi
Kelebihan dengan menggunakan metode simulasi sebagai metode
mengajar, diantaranya:
a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat maupun menghadapi dunia kerja.
b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui
simulasi siswa dapat diberi kesempatan untuk memainkan peranan
sesuai dengan topik yang disimulasikan.
c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d. Memperkarya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial dan problematis.
e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
3. Kekurangan metode simulasi
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kekurangan
diantaranya adalah:
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan
b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
c. Faktor psikologis seperti rasa malu, dan takut sering memengaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.38
D. Pembelajaran Fikih
1. Pengertian Fiqih
Pengertian fiqih menurut bahasa dan istilah adalah sebagai berikut:
37 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana 2011), cet. 8, h. 159 38 Ibid., h. 160
22
Kata fiqh secara bahasa berarti : ”paham yang mendalam”.39 Fiqh
menurut pengertian (istilah) kebanyakan fuqaha ialah :“segala hukum
syara’ yang diambil dari kitab Allah Swt. Dan sunnah Rasul Saw.
Dengan jalan ijtihad dan istinbath berdasarkan hasil penelitian yang
mendalam”.40 Menurut istilah, pengertian fikih ialah
العم باالا حكام االشرعية اعلميه مع ادلتها
“Pengetahuan (mengetahui) hukum-hukum syara tentang perbuatan
beserta dalil-dalilnya.”41
Akan tetapi kita masukan ke dalam hukum-hukum fiqh segala rupa
hukum yang mudah diketahui itu, kalau kita turuti ta’rif (pengetahuan) yang
diberikan oleh Syekh Muhammad Abdus Salam Al Qabbany, seorang ulama
Azhar yang Bermadzhab Salafy, yaitu:
“fiqh adalah suatu ilmu yang menerangkan segala hukum yang dipetik
dari dalil-dalil yang tafshily.” (Ayat, Sunnah, ijma’ dan Qiyas.”42
Pengetahauan ini memasukkan segala rupa hukum-hukum baik yang
berdasarkan ijtihad, maupun yang mudah diketahui tanpa perlu kepada
istinbath.
As Saiyid Asy Syarif Al Jurjany berkata pengertian fiqih adalah :
Fiqh pada Lughah ialah : memahamkan maksud pembicara dari
pembicaraannya. Menurut istilah ilmu yang menerangkan hukum-hukum
syar’iyah ‘amaliyah yang dipetik dari dalil-dalilnya yang tafshil. Dan
suatu ilmu yang di istinbathkan dengan ra’yu dan ijtihad. Dia berhajat
kepada nadhar dan ta’ammul. Lantaran itulah tak boleh kita namakan
Allah dengan “Faqih”, karena tak ada sesuatu pun yang tersembunyi
baginya.”43
Abu Hamid Ghazaly (505 H) mengatakan pengertian fikih adalah :
“Fiqh menurut pengertian bahasa, mengetahui dan memahamkan, akan
tetapi dalam uruf ulama, diartikan ilmu yang menerangkan segala hukum
39Amir Syarifuddin, Garis-garis besar fiqh, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. 4, h. 4 40Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-hukum fiqh islam, (Pustaka Rizki
Putra), cet. 2, h. 1 41Safiudin Zuhri, Ushul Fiqih, (yogyakarta: Pustaka Prelajar Offset, 2009), cet.1, h. 11-13 42Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., h. 1 43Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Op. Cit., h. 1-2
23
Syar’i yang ditetapkan untuk perbuatan para mukallaf, seperti wajib,
hadhar, nadar, harabah dan seperti keadaan sesuatu itu, qadla, ada
seamsalnya.”44
‘Alauddin Al Kasyany Al Hany (587) mengatakan pengertian fiqih adalah:
“Bahwasanya tak ada ilmu yang lebih mulia sesudah ilmu tauhid, selain
dari ilmu fiqh. Itulah ilmu yang dinamai dengan ilmu halal, haram,
syariat dan ahkam. Untuknyalah dibangkitkan para rasul, diturunkan
kitab karena tak ada jalan untuk mengetahui yang demikian itu dengan
semata-mata akal, tanpa dibantu oleh pendengaran dan nukilan.”
Ibnu Khaldun mengatakan pengertian fiqih adalah :
“fiqh itu, ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum Allah terhadap
perbuatan para mukallaf, baik wajib, hadhar, nadhab, karahah dan
ibhah. Dan hukum-hukum itu diterima dari Allah dengan perantaraan
kitabullah, Sunattur Rasul, dan dalil-dalil yang ditegakkan. Syara’ untuk
mengetahun hukum-hukum itu, seperti Qiyas. Maka apabila dikeluarkan
hukum dari dalil-dalil yang tersebut, dinamakanlah dia fiqh.45
Menurut istilah, al-fiqh dalam Menurut Az-Zuhaili, terdapat beberapa
pendapat tentang definisi fiqih. Abu hanifah mendefinisikan sebagai:
معرفة االنفس ما ها وما عليها
“Pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi haknya dan apa yang
menjadi kewajibanya”
Definisi yang diajukan oleh Abu Hanifah ini sejalan dengan keadaan ilmu
pengetahuan keislaman dimasanya, dimana belum ada pemilihan antara ilmu
fikih dalam pengertian yang lebih khusus dengan ilmu-ilmu keislaman
lainnya. Istilah fikih mempunyai pengertian umum, mencakup hukum-hukum
islam yang berhubungan dengan akidah seperti kewajiban beriman dan
sebagainya.46
44Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. loc. Cit. 45Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. loc. Cit. 46Sastra Effendi dan M.Zein, Ushul Fiqih, (jakarta: Kencana, 2005), cet. 1, h. 2-3
24
2. Objek Ilmu Fikih
Objek pembahasan dalam ilmu fikih adalah perbuatan mukallaf dilihat
dari sudut hukum syara’. Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar: ibadah, muamalah dan uqubah.
Pada bagaian ibadah mencakup segala persoalan yang pada pokonya
berkaitan dengan urusan akhirat. Artinya segala perbuatan yang dikerjakan
dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat, puasa, haji,
dan lain sebagainya.47
Bagi mu’amalah mencakup hal-hal yang mengatur hubungan sesama
manusia dan masalah harta, seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam, amanah dan harta peninggalan pada bagian ini juga dimasukkan
persoalan munakahat dan siyasah. Bagian ‘uqubah mencakup segala
persoalan yang menyangkut tindak pidana, seperti pembunuhan, pencurian,
perampokan, pemberontakan dan lain-lain. Bagian ini juga membicarakan
hukuman-hukuman, seperti Qisas, had, diyat, dan ta’zir.48
Objek pembahasan fikih dapat diperinci lagi kepada delapan bagian
berikut ini:
a. Kumpulan hukum yang digolongkan ke dalam ibadah, yaitu
shalat, puasa, zakat, haji, jihad dan nazar.
b. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan masalah keluarga,
seperti perkawinan, talak, nafkah, wasiat, dan pusaka. Hukum
seperti ini sering disebut al-ahwal al-sykhshiyah.
c. Kumpulan hukum mengenai mu’amalah madiyah (kebendaan),
seperti hukum-hukum jual-beli, sewa menyewa, utang piutang,
gadai, syuf’ah, hiwalah, mudharabah, memenuhi akad atau
transaksi, dan menunaikan amanah.
d. Kumpulan hukum yang berkaitan dengan harta negara, yaitu
kekayaan yang menjadi urusan baitul mal, penghasilannya,
macam-macam harta yang ditempatkan di baitul mal, dan
tempat-tempat pembelajarannya. Hukum ini termasuk kedalam
al-siyasah.
e. Kumpulan hukum yang dinamai ‘uqubat, yaitu hukum-hukum
yang disyariatkan untuk memelihara jiwa, kehormatan dan akal
manusia, seperti hukum qiyas, had dan tazir.
47Alaiddin Koto, Ilmu fiqih dan ushul fiqih, (jakarta: Rajawali Press, 2014), cet. 5, h. 5 48Ibid., h. 5
25
f. Kumpulan hukum yang termasuk ke dalam hukum acara, yaitu
hukum-hukum mengenai peradilan, gugatan, pembuktian, dan
lain sebagainya.
g. Kumpulan hukum yang tergolong kepada hukum tata negara,
seperti syarat-syarat menjadi kepala negara, hak-hak penguasa,
hak-hak rakyat, dan sistem permusyawaratan. Ini juga termasuk
dalam lingkup al-siyasah.
h. Kumpulan hukum yang sekarang disebut sebagai hukum
internasional.49
3. Sumber-sumber Fikih Islam
Ada beberapa sumber-sumber fikih islam yang akan dibahas di bawah ini:
Sumber fikih islam adalah Al-Qur’an karena hadits rasul pun
sesungguhnya adalah juga wahyu yang penampilannya muncul melalui
redaksi dan perilaku Nabi Muhammad saw sebagai Rasul Allah. Namun,
karena hadis itu juga berfungsi sebagai tabyin dari al-qur’an, para ulama
menetapkan sebagai sumber kedua sesudah al-qur’an, dari fikih islam.
Kenyataannya bahwa kemampuan manusia sangat terbatas untuk
menangkap semua “pesan” yang terdapat dalam kandungan nash secara pasti,
baik al-qur’an maupun hadis itu sendiri. Dengan keterbatasanya itu, dirasakan
adanya tindakan atau peristiwa-peristiwa hukum yang secara pasti, baik al-
qur’an maupun hadis itu sendiri. Dengan keterbatasannya itu, dirasakan
adanya tindakan atau peristiwa-peristiwa hukum yang secara pasti hukumnya
tidak ditemui pada dua sumber tadi.50
Oleh karena itu para fuqaha sepakat menjadikan ijma’ dan qiyas sebagai
sumber ketiga dan keempat setelah al-qur’an dan hadis. Empat sumber inilah
yang disepakati oleh jumhur ulama sebagai sumber-sumber fikih islam.
Perkembangan selanjutnya menunjukan bahwa banyak juga ulama yang
menemui kesulitan untuk menetapkan hukum kalau hanya merujuk kepada
empat sumber. Oleh karenanya mereka meneliti kembali nash-nash syariat
dan dari sana merumuskan lagi kaidah atau teori-teori lain. Sumber-sumber
inilah kemudian yang disebut sebagai dalil-dalil hukum syar’i yang
49Ibid. 50Ibid., h. 56
26
diperselisihkan, seperti istihsan, istishlah, ‘urf, istishab, syar’u man qablana,
sad al zari’ah.51
4. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Tujuan pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah sebagai berikut :
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk
diterapkan kedalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat
menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).
Tujuan Pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah untuk membekali
peserta didik agar dapat:
1. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam
mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia
dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah;
2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial.
Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan
hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam
kehidupan pribadi maupun sosial.52
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentua-
ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah swt. dan hubungan
manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fikih
di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
a. Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah, salat fardu,
salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah,
berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan
akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
b. Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad,
riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan agunan serta upah.53
51Ibid. 52Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 165 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Pada Madrasah, hlm.
46 53Ibid., hlm. 48
27
6. Pengajaran Fikih
Dipandang dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan
ulama islam. Fikih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan hukum-
hukum islam yang bersumber pada al-qur’an, sunnah dan dalil-dalil syar’i
yang lain. Hukum yang diatur dalam fikih islam itu terdiri dari hukum wajib,
sunnat, mubah, makruh dan haram. Disamping itu ada pula dalam bentuk lain
seperti sah, batal, benar, berpahala, berdosa dan sebagainya.54 Maka dari itu
pembelajaran fikih sangat penting karena berkaitan dengan ibadah.
Disamping hukum itu, ditunjukan pula alat dan cara melaksanakan segala
suatu perbuatan dalam menempuh garis lintas hidup yang tidak dapat
dipastikan oleh setiap manuisa liku dan panjangnya. Sebagai makhluk sosial
dan budaya, manusia hidup dan memerlukan hubungan, baik hubungan
dengan diri sendiri, ataupun dengan sesuatu diluar dirinya. Ilmu fikih
membahas hubungan itu yang meliputi kedudukannya, hukumnya, caranya,
alatnya, dan sebagainya. Hubungan-hubungan itu adalah:
a. Hubungan manusia dengan allah. Tuhannya dan para rasulnya.
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
c. Hubungan manusia tetangga dengan keluarganya.
d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia.
e. Hubungan manusia dengan orang lain yang tidak seagama dengan dia.
f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan
lain-lain.
g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta.
h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungan.
i. Hubungan manusia dengan akal pikiran dan ilmu pengetahauan.
j. Hubungan manusia dengan alam ghaib seperti setan, iblis, surga, neraka,
alam barzakh, yaumul hisab dan sebagainya.55
Hubungan-hubungan ini dibicarakan dalam fikih melalui pembahasan
bab permasalahan yang mencakup hampir seluruh kegiatan hidup
perseorangan dan masyarakat, baik masyarakat kecil seperti sepasang suami
istri, ataupun masyarakat besar seperti negara dan hubungan internasional.
Meskipun ada perbedaan pendapat para ulama dalam menyusun urutan
54Zakiah Daradjat, Op. Cit., cet. 6, h. 78 55Zakiah Daradjat, Op. Cit., cet. 6, h.78-79
28
pembahasan dalam membicarakan topik-topik tersebut, namun mereka tidak
berbeda dalam menjadikan Al-Qur’an, sunnah dan ijtihad sebagai sumber
hukum.56
Walaupun dalam pengelompokan materi pembicaraan mereka berbeda,
namun mereka sama-sama mengambil dari sumber yang sama. Dalam
pelaksanaannya, pengajaran fikih ini pada tingkat permulaan tentu diberikan
materi-materi yang sifatnya sederhana, tidak banyak membutuhkan pikiran
yang berbelit-belit, tidak banyak menggunakan dalil-dalil yang dikemukakan.
Dilihat dari segi pengamalan ajaran islam, yang jelas pengajaran fikih ini
atau mudah adalah pengajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung
unsur teori dan praktek. Belajar fikih untuk diamalkan, bila berisi suruhan
atau perintah, harus dapat dilaksanakan; bila berisi larangan, harus dapat
ditinggalkan atau dijauhi. Lebih ekstrim lagi kalau dikatakan ilmu fikih untuk
diketahui, diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup.
Untuk ini, tentu saja materi yang praktis dan mudah diamalkan sehari-
hari didahulukan dalam pelaksanaan pengajarannya, mulai dari pengajaran
rendah. Lalu yang tinggi.57
E. Thaharah
1. Pengertian Thaharah
Pengertian thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau
bersih dari kotoran baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis maupun
yang bersifat maknawiyah, seperti aib atau perbuatan-perbuatan maksiat.58
Adapun menurut syar’i (istilah) thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang
dapat menghalangi kotoran yang berupa hadas atau najis dengan
menggunakan air atau selainnya.59
Thaharah menurut istilah ahli fiqh (fuqaha’) dalam hal ini terdapat rincian
pendapat dari berbagai madzhab, sebagai berikut:
56Zakiah Deradjat, Op. Cit., h.78-79 57Zakiah Deradjat, Op. Cit., h. 79 dan 85 58Muhammad Anis Sumaji, Masalah Thaharah, (Solo: Tiga serangkai, 2008), cet. 1, h. 3 59Ibid., h. 4
29
Hanifiyah : mereka berpendapat bahwa pengertian thaharah dalam
syara’ adalah suci dari hadats dan khubuts (kotoran). Malikiyah : mereka
berpendapat bahwa thaharah adalah sifat hukmiyah yang menyebabkan
orang yang disifatinya boleh melakukan shalat dengan pakaian yang
dipakainya dan ditempat ia melakukan shalat itu.60
Syafi’iyah: mereka berpendapat bahwa thaharah dalam syara’
digunakan dalam dua arti, 1). Thaharah berarti melakukan sesuatu yang
membolehkan (seseorang) melaksanakan shalat seperti wudu, mandi,
tayamum, dan menghilangkan najis. 2). Thaharah berarti menghilangkan
hadats dan najis, atau melakukan sesuatu yang semakna dan dengannya,
seperti tayamum, mandi sunat dan lain sebagainya.61
Hanabilah : mereka berpendapat, arti thaharah secara syara’ adalah
hilangnya hadats dan yang semakna dengannya, dan hilangnya najis atau
hilangnya hukum semua itu.62
2. Macam-macam Air dan Pembagiannya
a. Air yang suci dan menyucikan
Air yang suci mensucikan, air yang demikian boleh di minum dan
sah dipakai untuk menyucikan (membersihkan) benda yang lain. Yaitu
air yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih tetap (belum
berubah) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air es yang
sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata air.63
Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan atau sifatnya “suci
menyucikan”, walaupun perubahan itu terjadi pada salah satu dari semua
sifatnya yang tiga (warna, rasa, dan baunya), adalah sebagai berikut :
a. Berubah karena tempatnya, seperti air kolam
b. Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam
c. Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah
disebabkan ikan atau kiambang
d. Berubah karena tanah yng suci, begitu juga segala perubahan yang
sukar memeliharanya, misalnya berubah karena daun-daunan yang
jatuh dari pohon-pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-
tempat air itu.64
b. Air suci, tetapi tidak menyucikan
60Abdurrahman Al-jaziri, Fiqh Empat Madzhab, (Cairo : Darul Ulum Press, 1996), cet. 3,
h. 3 dan 7 61Ibid., h. 8 62Ibid., h. 9 63Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014), cet. 67, hlm. 13 64Ibid., hlm. 14-15
30
Zatnya suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu.
Yang termasuk dalam bagian hal ada tiga macam air, yaitu sebagai
berikut :
a. Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur
dengan suatu benda yang suci, selain dari perubahan tersebut
diatas, contohnya kopi, dan sebagainya.
b. Air sedikit, kurang dari dua kulah, sudah terpakai untuk
menghilangkan hadas atau menghilangkan hukum najis, sedangkan
c. air itu tidak berubah sifatnya.
d. Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, contohnya air yang
keluar dari tekukan pohon kayu (air nira), air kelapa, dan
sebagainya.65
c. Air yang bernajis
Air yang termasuk bagian ini ada dua macam yaitu:
a. Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh
dipakai kembali, baik airnya sedikit maupun banyak, sebab
hukumnya seperti najis.
b. Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau
sedikit-sedikit berarti kurang dari dua kulah, tidak boleh dipakai
lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis.66
d. Air yang makruh. Air yang makruh adalah yang terjemur oleh matahari
dalam bejana selain bejana emas atau perak. Air ini makruh dipakai
untuk badan, tetapi tidak makruh untuk pakaian; kecuali air yang
terjemur ditanah, sperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yang
bukan bejana yang mungkin berkarat.67
3. Macam-macam Najis Antara Lain :
a. Najis Mughalazhah, yaitu najis berat. Para ulama sepakat bahwa yang
termasuk najis jenis ini adalah yang ditimbulkan dari najis anjing dan
65Ibid., Fiqih Islam, h. 15 66Ibid. 67Ibid., h. 16
31
babi. Cara mensyucikannya terlebih dahulu dihilangkan wujud benda
najis tersebut, kemudian di cuci bersih dengan air sampai 7 kali. Pada
permulaan atau penghabisannya di antara pencucian itu wajib dicampur
dengan debu (tanah).
b. Najis mukhafafah yaitu, najis yang ringan. contoh najis mukhafafah
adalah air kencing bayi laki-laki yang usianya kurang dari dua tahun
dan belum makan apa-apa, selain air susu ibunya cara
membersihkannya cukup dengan memercikan air bersih pada benda
yang terkena najis tersebut.
c. Najis mutawassitah, adalah najis sedang. Termasuk dalam najis jenis
adalah kotoran manusia atau hewan, seperti air kencing, nanah, darah,
dan bangkai.68
4. Tata Cara Bersuci Antara Lain:
a. Wudu
1. Pengertian wudu
Wudu menurut bahasa berasal dari kata wadha’ah yang berarti
kebersihan dan kecerahan.69 Wudu adalah membasuh bagian
tertentu yang boleh ditetapkan dari anggota badan dengan air
sebagai persiapan bagi seorang muslim untuk menghadap Allah.
Wudu adalah mensucikan diri dari hadas kecil untuk melakukan
ibadah kepada Allah Swt.70
2. Syarat dan fardu wudu
Untuk sahnya wudu harus terpenuhi beberapa syarat dan
fardunya. Para ulama telah menyepakati bahwa syarat sahnya
wudu sebagai berikut:
a. Islam
b. Tamyiz
c. Air mutlak atau suci dan mensucikan
68Muhammad Anis Sumaji, Op. Cit., h. 27-28 69Muhammad Anis Sumaji, Op. Cit., h. 69 70Sudirman Teba, Nikmatnya bersuci, (Jakarta: Pustaka irVan, 2010), cet.1, h. 33
32
d. Tidak ada yang menghalangi pada anggota wudu baik hissi
maupun syar’i
e. Masuk waktu shalat 71
3. Fardu (rukun wudu)
a. Niat, hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas
atau menyengaja berwudu.
b. Membasuh muka.
c. Membasuh dua tangan sampai ke siku. Maksudnya siku juga
wajib dibasuh. Keterangannya pun adalah ayat (Al-Maidah: 6).
وا ل س اغ ة ف ل لى الص م إ ت م ا ق ذ وا إ ن ين آم ذ ا ال ه ي ا أ ي
م ك وس ء ر وا ب ح س ام ق و اف ر م لى ال م إ ك ي د ي أ م و ك وه ج و
ن إ وا و ر ه اط ا ف ب ن م ج ت ن ن ك إ ن و ي ب ع ك لى ال م إ ك ل ج ر أ و
ن م م ك ن م د ح اء أ و ج ر أ ف ى س ل و ع ى أ رض م م ت ن ك
م الن ت س م و ل ط أ ائ غ وا ال م م ي ت اء ف وا م د ج م ت ل اء ف س
يد ر ا ي ه م ن م م يك د ي أ م و ك وه ج و وا ب ح س ام ا ف ب ي يدا ط صع
م ك ر ه ط ي ل يد ر ن ي ك ل ج و ر ن ح م م ك ي ل ل ع ع ج ي ه ل الل
ون ر ك ش م ت ك ل ع م ل ك ي ل ه ع ت م ع م ن ت ي ل و
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
71Supiana dan M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), cet. 4, h. 5-6
33
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
(Qs. Al-Maidah: 6)
d. Menyapu sebagian kepala, walaupun hanya sebagian kecil,
sebaik-baiknya tidak kurang dari selebar ubun-uban, baik yang
disapu itu kulit kepala ataupun rambut. Alasanya juga ayat
tersebut.
e. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki.
Maksudnya dua mata kaki wajib juga dibasuh. Keterangannya
juga ayat Al-Maidah: 6
f. Menerbitkan rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh
muka, keduanya wajib dilakukan bersama-sama dan
didahulukan dari yang lain.72
4. Beberapa sunat wudu diantaranya :
a. Membaca “bismillah” pada permulaan wudu
b. Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan,
sebelum berkemur-kumur. Keterangannya adalah amal
Rasulullah Saw. Sendiri yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim.
c. Memasukan air ke hidung
d. Menyapu seluruh kepala
e. Menyapu kedua telinga luar dan dalam
f. Menyilang-nyilangi jari kedua tangan dengan cara berpanca
dan menyilang-nyilangi jari kaki dengan kelingking tangan
kiri, dimulai dari kelingking kaki kanan, disudahi pada
kelingking kaki kiri.
g. Mendahulukan anggota kanan daripada anggota kiri
h. Membasuh setiap anggota tiga kali.
72Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 24-25
34
i. Berturut-turut antara anggota.
j. Jangan meminta pertolongan orang lain kecuali jika terpaksa
karena berhalangan, misalnya sakit.
k. Tidak diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya sangat
dingin.
l. Menggosok amgota wudu agar menjadi lebih bersih
m. Bersiwak/ menggosok gigi
n. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat
o. Berdo’a sesudah selesai wudu
p. Membaca dua kaliamat syahadat sesudah selesai wudu.73
5. Tata cara wudu :
a. Berniat menghilangkan hadas
b. Menyebut asma Allah
c. Mencuci telapak tangan 3 kali
d. Berkumur-kumur
e. Istinsyak dan istinsar
f. Membasuh wajah tiga kali dengan menyela-nyela jenggut
g. Mencuci tangan hingga di atas siku dengan menyela-nyela
jari tangannya
h. Mengusap kepala ke belakang, kemudian kedepan sekali saja
i. Dilanjutkan mengusap kedua telinga bagian luar dan
dalamnya
j. Mencuci kedua kaki hingga mata kaki disertai dengan
menyela-nyela jari-jari kaki.
k. Berdo’a selesai wudu.74
6. Membatalkan wudu, adalah :
a. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan.
b. Keluar sesuatu dari dua pintu atau dari salah satunya, baik
berupa zat ataupun angin, yang biasa ataupun tidak biasa,
73Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 29-30 74Muhammad Anis Sumaji, Op. Cit., h. 88
35
seperti darah baik yang keluar itu najis ataupun suci, seperti
ulat.
c. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila.
d. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan,
baik kemaluan sendiri ataupun kemaluan orang lain.75
b. Tayamum.
1. Pengertian Tayamum
Tayamum menurut bahasa adalah al-qashdu atau “bermaksud”
dan “bersengaja”, sedangkan makna tayamum ditinjau dari makna
syari’at adalah sengaja menggunakan tanah dan debu untuk mengusap
wajah dan dua telapak tangan disertai niat dalam rangka
membersihkan diri dari hadas kecil.
2. Sebab Tayamum
Tayamum mempunyai fungsi sebagai pengganti wudu atau
mandi wajib yang seharusnya menggunakan air bersih diganti dengan
menggunakan tanah berlumpur atau bernajis. Sedangkan pasir halus
boleh dijadikan alat melakukan tayamum.76 Adapun kondisi yang
diperolehkan bagi seorang untuk melaksankan tayamum adalah
sebagai berikut :
1. Ketika tidak ada air, baik pada saat mukim maupun
berpergian.
2. Tidak dapat menggunakan air karena ada alasan-alasan
tertentu yang di perbolehkan oleh syar’i seperti sakit, dalam
keadaan darurat.77
3. Syarat Tayamum adalah :
1. Sudah masuk waktu salat.
2. Menggunakan debu atau tanah yang suci
3. Menghilangkan kotoran dan najis
75Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 30-32 76Muhammad Anis Sumaji, Op. Cit., h. 121 77Ibid., h. 126
36
4. Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan
waktu sudah masuk.78
4. Rukun Tayamum terdiri dari empat yaitu :
a. Niat istibhah (niat membolehkan) salat atau ibadah lain yang
memerlukan thaharah, seperti thawaf dan sujud.
b. Membasuh/menyapu wajah.
c. Menyapu kedua tangan hingga kedua siku
d. Tertib (berurutan), yakni mendahulukan wajah dari tangan.79
5. Sunat tayamum adalah :
a. Membaca bismillah.
b. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang
diatas tangan itu menjadi tipis.
c. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum,
sebagaimana sesudah selesai berwudu.
6. Hal-hal yang membatalkan tayamum adalah :
a. Tiap-tiap hal yang membatalkan wudu juga membatalkan
tayamum.
b. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayamum bagi
orang yang tayamum karena ketiadaan air, bukan karena
sakit.80
c. Mandi wajib
Mandi wajib bagi orang hidup adalah mandi disebabkan junub
dan masuk slam serta perempuan yang selesai haid dan nifas.
Selain itu orang yang meninggal dunia wajib dimandikan.81
Sebab-sebab wajib mandi ada enam, tiga diantaranya biasa
terjadi pada laki-laki dan perempuan, dan tiga lagi tertentu (khusus)
pada perempuan saja. diantaranya sebagai berikut :
1. Bersetubuh, baik kelar mani ataupun tidak
78Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 39-40 79Supiana dan M. Karman, Op. Cit., h. 5-6 80Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 43 81Sudirman Teba, Op. Cit., h. 115
37
2. Keluar mani, baik keluarnya karena bermimpi ataupun sebab
lain dengan sengaja atau tidak, dengan perbuatan sendiri atau
bukan.
3. Mati, orang islam yang mati, fardu kifayah atas muslimin yang
hidup memandikannya, kecuali orang yang mati syahid.
4. Haid. Apabila seorang perempuan telah berhenti dari haid, ia
wajib mandi agar ia dapat salat dan dapat bercampur denga
suaminya. Dengan mandi itu badannya pun menjadi segar dan
sehat kembali.
5. Nifas, yang dinamakan nifas ialah darah yang keluar dari
kemaluan perempuan sesudah melahirkan anak.
6. Melahirkan. Baik anak yang dilahirkan itu cukup umur ataupun
tidak, seperti keguguran.82
Fardu atau Rukun mandi adalah :
1. Niat
2. Mengalirkan air keseluruh badan
Sunat-sunat mandi adalah :
1. Membaca “bismillah” pada permulaan mandi.
2. Berwudu sebelum melakukan mandi.
3. Mengosok-gosok seluruh badan dengan tangan.
4. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
5. Berturut-turut atau tertib.83
Selain itu Nabi Saw. Juga menjelaskan cara mandi junub dan
perempuan yang mandi sesudah haid. Mengenai hal ini Aisyah
melaporkan: “Apabila Nabi Saw mandi junub selalu memulai
dengan membasuh kedua tangannya, kemudian menuangkan air
dengan tangan kanannya atas tangan kirinya dan lalu membasuh
kemaluannya sesudah itu beliau mengambil air dan memasukkan
anak-anak jarinya ke dalam pangkal rambutnya. Setelah beliau
merasa telah bersih beliaupun menciduk air dengan kedua
tangannya dan lalu menyiramkan atas kepalanya tiga kali siraman.
82Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 35-37 83Ibid., h. 37
38
Sesudah itu barulah beliau membasuh seluruh tubuhnya. Diakhir
sekali beliau membasuh kakinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)84
d. Istinjak
1. Pengertian Istinjak
Istinjak adalah membersihkan kotoran yang keluar dari dua jalan,
jalan depan (Qubul) dan jalan belakang (dubur) dengan menggunakan
air, batu, daun, atau lainnya hukum beristinjak adalah wajib.85
2. Tata Cara Istinjak
Adapun tata cara istinjak yang di ajarkan oleh rasulullah Saw.
adalah sebagai berikut:
a. Tidak beristinjak dengan tangan kanan
b. Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan
c. Mengusapkan tangan ke tanah setelah istinjak atau mencuci
dengan sabun atau lainnya.
d. Memercikkan air pada kemaluan dan celana untuk
menghilangkan was-was.86
3. Adab buang air kecil dan besar, diantaranya sebagai berikut :
1. Sunat mendahulukan kaki kiri ketika masuk kakus, dan
mendahulukan kaki kanan tatkala keluar; sebab sesuatu yang
mulia hendaklah dimulai dengan kanan, dan sebaliknya setiap
yang hina dimulai dengan kiri.
2. Janganlah berbicara selama di dalam kakus itu, kecuali berdo’a
dikala masuk kakus.
3. Hendaklah memakai sepatu, terompah, atau sejenisnya, karena
rasulullah Saw. Apabila masuk kakus, beliau memakai sepatu.
(Riwayat Baihaqi)
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai
kepadanya, supaya jangan menggangu orang lain.
5. Jangan berbicara selama didalam kakus.
84Sudirman Teba, Op. Cit., h. 145-146 85Ibid., h. 40 86Ibid., h. 41-42
39
6. Jangan membuang air kecil atau besar di air yang tenang. Kecuali
apabila air tenang itu banyak menggenangnya.
7. Jangan membuang air kecil di lubang-lubang.
8. Jangan bercanda selama didalam kakus
9. Jangan buang air kecil dan besar ditempat pemberhentian. Karena
akan menggangu orang lain87
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Jurnal, JIP, Jurnal Ilmiah PGMI, Volume 3, Nomor 1 juni 2017, yang di
tulis oleh Ema Amalia dan Ibrahim. Dengan judul “Evektivitas
Pembelajaran fiqih dalam menggunakan metode demonstrasi di
Madrasah ibtidaiyah negeri desa penggage-muba” Persamaan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode demonstrasi
sehingga dapat mengefektifkan dalam pembelajaran fiqih sedangkan
perbedaannya adalah tidak menjelaskan BAB Thaharah dan penelitian
ini meneliti untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah.
2. Jurnal, Volume 1, No 1, Maret, 2016, ISSN 2502-6828. Yang ditulis
oleh Lilik Kholisotin dkk, dengan judul “ peningkatan pemahaman dan
praktek thaharah pada pengajian ‘Aisyiyah dikota palang karaya”
persamaan penelitian ini adalah metode deomonstrasi, dimana dengan
metode ini dapat mengetahui sejauh mana peserta dapat melaksanakan
thaharah sesuai tuntunan dari nabi muhammad dan dapat diaplikasikan
dalam amalan sehari-hari yang terkait ibadah sedangkan perbedaannya
adalah metode demonstrasi ini dilakukan pada pengajian Aisyiyah.
3. Skripsi, yang ditulis oleh Nur Kholipah, IAIN Walisongo, Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Dengan judul “Implementasi metode
demonstrasi dalam pembelajaran fiqih BAB Shalat kelas III semester
gasal di Sdn 02 Nagroto kecamatan gubug kabupaten grobongan tahun
ajaran 2009/2010” Persamaan penelitian ini adalah meneliti
implementasi metode demonstrasi terhadap pembelajaran fiqih
87Sulaiman Rasjid, Op. Cit., h. 23-24
40
sedangkan Perbedaan penelitian ini adalah meneliti tentang
Implementasi metode demonstrasi terhadap pembelajaran fiqih pada
BAB salat di SD.
4. Skripsi, yang ditulis oleh Rohmat Karesno, IAIN Purwokerto, jurusan
Pendidikan Agama Islam, dengan judul “Penerapan Metode
Demonstrasi pada Mata Pelajaran Fiqih di MI muhamadiyah
Pandansari Kabupaten Banyumas” Persamaan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana penerapan metode demonstrasi di dalam
pembelajaran fikih sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini tidak
menjelaskan materi dan penelitian ini untuk jenjang Madrasah
Ibtidaiyah.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah di Mts Islamiyah
Ciputat Jl. Kihajar Dewantara No. 23, Ciputat, Tanggerang selatan, Banten.
Waktu Penelitian dilaksankan secara bertahap mulai dari kegiatan pendahuluan,
pelaksanaan sampai akhir penelitian, waktu yang dibutuhkan dalam proses
penelitin ini adalah mulai 15 April 2019 sampai dengan 7 Agustus 2019.
TABEL 3.1 JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
Memberi surat
kepada
pembimbing
skripsi
Izin lokasi
penelitian
Studi
pendahuluan
penelitian
Penyusunan Bab
1-3
Pengumpulan
data
Pengolahan data
dan Bab 4
Penarikan
kesimpulan Bab 5
42
B. Latar Penelitian (Setting)
Latar Penelitian (setting) yang dipilih dalam penelitian ini adalah Setting
Lingkungan Mts Islamiyah Ciputat. Penentuan latar belakang ini membantu
peneliti dalam merencanakan serta terjun mendekati objek penelitian.
C. Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Karena peneliti ingin meneliti fenomena yang sedang terjadi yakni
“Implementasi Metode Demonstrasi dan simulasi dalam pembelajaran fikih
BAB Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja pada siswa kelas VII di Mts
Islamiyah Ciputat”. Penelitian deskriptif kualitatif adalah proses penelitian yang
dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif dilapangan
tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data
kualitatif. proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan observasi
terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka,
dan berupaya memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.1
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, Observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Dan obeservasi disebut juga dengan pengamatan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan
bantuan berbagai alat yang sangat canggih.2
Observasi pertama dilakukan ketika PLP, guru fikih kelas VII di Mts
Islamiyah Ciputat menggunakan metode demonstrasi. Khususnya
pembelajaran berkaitan dengan praktek seperti tata cara bersuci yaitu wudu,
tayamum dan istinjak
1Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, cet.1, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
hlm. 140 2Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014), Hlm. 64
43
TABEL 3.2 PEDOMAN OBSERVASI
No Data yang diperlukan Objek yang diamati
1 Sekolah 1.1.Gambaran umum Mts
Islamiyah Ciputat
2 Pembelajaran fikih Bab
Thaharah materi wudu,
tayamum dan istinja
1.1.kegiatan pembelajaran fikih
dengan metode demonstrasi
dan simulasi
3 Implementasi metode
demonstrasi dan simulasi
1.1.Tahapan pelaksanaan
pembelajaran fikih bab
thaharah materi wudu,
tayamum dan istinja dengan
metode demonstrasi dan
simulasi
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.3
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau Self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.4
Wawancara pada penelitian ini adalah Guru fikih yanag bernama Ibu Drs.
Tatu Uyainah dan Siswa kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat. Adapun kisi-kisi
wawancara dengan guru fikih dan siswa kelas VII di MTs Islamiyah Ciputat
adalah sebagai berikut:
3Ibid., 72 4Ibid.
44
TABEL 3.3 KISI-KISI WAWANCARA
No Kisi-kisi Wawancara untuk Guru Fikih
1. Implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih
Bab Thaharah materi wudu
2. Implementasi metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih
Bab Thaharah materi tayamum
3. Implementasi metode simulasi dalam pembelajaran fikih Bab
Thaharah materi istinja
TABEL 3.4 KISI-KISI WAWANCARA SISWA
No Kisi-kisi untuk Peserta didik
1 Pengetahuan siswa tentang tata cara wudu
2 Pengetahuan siswa tentang tata cara tayamum
3 Pengetahuan siswa tentang tata cara istinja dengan benar
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.5
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.6 Dokumentasi yang dibutuhkan didalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
5Ibid., 82 6Ibid.
45
TABEL 3.5 KISI-KISI DOKUMENTASI
NO Indikator
1. Identitas sekolah
4. Sejarah singkat sekolah
5. Visi dan misi sekolah
6. Sarana dan prasarana
7. Data pendidik, tenaga kependidikan
8. RPP dan silabus
9. Foto-foto penelitian dengan guru fikih dan siswa
kelas VII
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif berbeda
dengan penelitian kuantitaif. Jadi keabsahan data dalam penelitian kualitatif
meliputi uji creadibilty (validitas Interbal), transferability ( validitas eksternal),
dependability (reliabilitas) dan confirmability (objektivitas).7
1. Uji Kredibiltas
Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negative, dan memberchek.8
2. Pengujian Transferbility
Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan
validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal
menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
populasi di mana sampel tersebut diambil.9
3. Pengujian Depenability
7Ibid., h. 121 8Ibid. 9Ibid., h. 130
46
Dalam penelitian kualitatif, Depanability disebut reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/merepleksi proses penelitian tersebut. Uji depenability
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, akan
tetapi bisa memberikan data, peneliti seperti ini perlu di uji
depenabilitynya.10
4. Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, Uji Konfirmability mirip dengan uji
dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian dikaitkan dengan
proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmasibility. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi
hasilnya ada.11
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode triangulasi, menurut Lexy J
Meleong, Triangulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.12
F. Teknik analisis data
Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus
dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu reduksi data (data
reduction), paparan data (data display), dan penarikan kesimpulan dan
vertivikasi (conculusion drawing/verifying). Analisis data kualitatif dilakukan
secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya
10Ibid., h. 131 11Ibid. 12Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), h. 178
47
kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpualn
data.13
13Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), cet. 1,
h. 210-211
48
BAB 1V
HASIL PENELITIAN
A. Profil Mts Islamiyah Ciputat
1. Sejarah Madrasah
MTs Islamiyah bernaung dibawah sebuah Yayasan Islamiyah Ciputat.
Berdirinya YIC ini bermula adanya keinginan dan semangat beberapa pemuda
yang berada disekitar wilayah ciputat antara lain : Drs. H. Zarkasih Nur, Drs.
Saiful Millah, M.BA., H. M. Anwar Nur, S.Ag, Hj. Muniroh Nur dll. Mereka
merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab terhadap pelestarian dan
pengamalan syariah islam, dan akhirnya tercetuslah kesepakatan bersama untuk
menegakkan dan mengembangkannya melalui bidang pendidikan. Hal ini
didasarkan bahwa pendidikan tingkat menengah saat itu didaerah ciputat
tergolong masih langka, sehingga mereka yang mempunyai keinginan untuk
melanjutkan studi ketingkat tersebut harus pergi ke jakarta. Kondisi ini hanya
terbatas bagi mereka yang mampu saja, sementara bagi mereka yang kurang
mampu terpaksa menjadi pengangguran dan lebih jauh lagi dikhawatirkan
mereka itu akan terpengaruh oleh lingkungan kurang baik yang bisa menjerumus
kearah kejahatan.
Dari keinginan dan semangat bersama diatas, maka pada tanggal 12 mei
1965 didirikan suatu lembaga pendidikan yang bernama pendidikan guru agama
islamiyah yang mendapatkan sambutan hangat dari tokoh-tokoh “ahlussunnah
wal jamaah” wilayah ciputat dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu dan
sesuai ketentuan dari Departemen Agama bahwa seluruh sekolah PGA di
indonesia diganti dengan Madrasah Tsanawiyah . Dengan demikian sejak tahun
1978 PGA islamiyah pun berubah nama menjadi MTs Islamiyah Ciputat.
Setelah mengalami pasang surut alhamdulillah sampai saat ini MTs
Islamiyah Ciputata masih mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan masih
banyak diminati masyarakat, karena kami terus berusaha untuk melaksanakan
pembinaan para siswa sesuai harapan masyarakat.
49
MTs Islamiyah Ciputat telah memiliki banyak prestasi, baik akademik
(melanjutkan kesekolah lanjutan) maupun prestasi non akademik (kegiatan
ekskul) Pada saat ini jumlah rombongan belajar sebayak 9 rombel terdiri dari :
kelas VII 3 Rombel, Kelas VIII 3 Rombel dan Kelas IX 3 Rombel, sampai saat
ini MTS Islamiyah ciputat pernah dipimpin 9 orang kepala madrasah hingga
sekarang.
2. Identitas Madrasah
1. Nama Madrasah : MTs Islamiyah Ciputat
2. NPSN : 20623024
3. No. Statistik Madrasah : 121236740011
4. No Rekening : 12360100105569 ( BRI KK ITC
BSD )
5. Status Akreditasi : A Tahun 2012
6. NO SK Akreditasi : 42/BAP-S/M-SK/XI/2012
7. NO SK Ijin Operasional : wj/b-c/4982/1987
8. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Kihajar Dewantara No. 23
Desa/Kel. : Ciputat
Kecamatan : Ciputat
Kab/Kota : Tangerang Selatan
Propinsi : Banten
Kode Pos : 15411
No. Tlp/HP : 7409814
9. Visi :
Terbentuknya manusia unggul dalam iman, ilmu dan amal yang
berhaluan ahlussunnah wal jamaah
10. Misi :
1) Terbentuknya siswa yang berakhlakul karimah
50
2) Meningkatkan prestasi siswa baik dalam kegiatan
intrakulikuler maupun ekstrakulikuler
3) Melatih dan membimbing siswa untuk selalu ikhlas dalam
tindakan maupun perbuatan
4) Menjunjung tinggi dan melaksanakan kaidah-kaidah
ASWAJA
5) Mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan tugas
kependidikan dan keguruan
6) Melestarikan dan mengembangkan olahraga seni dan budaya
7) Mengembangkan pribadi yang cinta tanah air
11. NPWP Madrasah : 02.507.349.5-411.000
12. Nama Kepala Madrasah : Aep Saepullah, S.Pd.
13. NIP : -
14. No. Tlp/HP : 085774070323
15. Nama Yayasan : Yayasan Islamiyah Ciputat
16. Alamat Yayasan : Jl. Kihajar Dewantara No. 23
17. No. Tlp/Yayasan : (021) 74716496
18. No. Akte Pendirian YIC : 02, Tanggal 07 Februari 2012
19. Ketua Yayasan : Drs. Hilmudin
20. Badan Pendiri Yayasan : 1. Drs. H. Zarkasih Nur
2. Hj. Muniroh Nur
3. H. Anwar Nur, S.Ag.
4. Drs. H. A. Saeful Millah, M.BA.
21. Kepemilikan Tanah :
Pemerintah/Yayasan/Pribadi/Menyewa
/Menumpang
22. Status Tanah : Milik Sendiri
23. Luas Tanah : 360 M2
24. Luas Bangunan : 300 M2
51
25. Luas Lapangan Olah Raga : 40 M2
26. Luas Halaman : 20 M2
27. Data Sarana Prasarana
No Jenis Prasarana Jumlah
Ruang
Jumlah
Ruang
Kondisi
Baik
Jumlah
Ruang
Kondisi
Rusak
Kategori Kerusakan
Ket Rusak
Ringan
Rusak
Sedan
g
Rusak
Berat
1 Ruang Kelas 9 9
2 Perpustakaan 1 1
3. R. Lab IPA 1 1
4 R. Lab Biologi 1 1
5 R. Lab Fisika 1 1
6 R. Lab Kimia 1 1
7 R. Lab
Komputer 3 3
8 R. Lab Bahasa 1 1
9 R. Pimpinan 1 1
10 R. Guru 1 1
11 R. Tata Usaha 1 1
12 R. Konseling 1 1
13 Tempat Ibadah 1 1
14 R. UKS 1 1
15 Jamban 5 5
16 Gudang 1 1
17 R. Sirkulasi 3 3
52
18 Tempat
Olahraga 2 2
19 R. OSIS 1 1
20 R. Lainnya - -
28. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
NO URAIAN PNS Non-PNS
Lk Pr Lk Pr
1 Kepala Madrasah 1
2 Wakil Kepala 1 2
3 Jumlah Pendidik 2 3 7 7
4 Jumlah Pendidik
Sertifikasi 2 2 2 3
5 Jumlah Guru Honor 5 8
6 Pegawai TU 1 1
7 Karyawan 2
53
29. Struktur Organisasi
Keterangan
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
KETUA YAYASAN
Ust. Drs. Hilmudin
WALI KELAS GRU BK/BP
Ust. Qosim sarofil
KOMITE MADRASAH
Ustzh. Hj. Yunelis. R, S. Pd.I
BENDAHARA
Ustzh. Hikmah Amalia
KEPALA MADRASAH
Ust. Aep Saepullah, S. Pd
KTU
Ust. M. Fauzi, S. Kom
WAKA KURIKULUM
Ust. Hikmatulloh, S. Pd
WAKA KESISWAAN
Ustzh. Masnah, S.PdI
GURU BIDANG
STUDI
SISWA/SISWI
WAKA HUMAS
Ustzh. Hj. Dra. Tatu Uyainah
Pemb. OSIS
Ustzh Iin Safrina, M. Pd
54
B. Paparan Data
Data yang peneliti peroleh adalah data hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Sesuai dengan fokus masalah yang dibahas pada skripsi ini peneliti
menyampaikan hasil interview dengan guru fikih dan siswa kelas VII mengenai
penerapan metode demonstrasi dan simulasi dalam pembelajaran fikih kelas VII
di MTs Islamiyah Ciputat.
Guru fikih di MTs Islamiyah Ciputat, yang bernama ibu Tatu Uyainah
ketika menyampaikan pembelajaran fikih Bab thaharah materi wudu, tayamum
dan istinja tidak hanya menyampaikan penjelasan secara teoritik saja akan tetapi
praktek juga diterapkan, maka menggunakan metode demonstrasi untuk wudu
dan tayamum sedangkan materi istinja menggunakan metode simulasi. Ketika
melakukan metode demonstrasi atau praktek siswa mudah memahaminya secara
langsung.
Praktik/demontrasi, dimana dengan metode ini dapat mengetahui sejauh
mana peserta pelatihan dapat melaksanakan thaharah sesuai dengan
tuntunan dari Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasan/suri
tauladan bagi ummat Islam. Yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
amalan sehari-hari yang terkait ibadah.1
Menurut ibu Tatu Uyainah, pembelajaran tentang thaharah adalah
pembelajaran yang paling pokok atau penting karena ketika umat islam
melakukan ibadah kepada Allah yang terutama adalah suci, jika tidak suci maka
ibadah tidak akan diterima oleh Allah Swt. Dan menanamkan pengetahuan
tentang thaharah ini harus dilakukan sejak dini.2
Memelihara kebersihan adalah fitrah manusia dan dalam ajaran Islam
diatur dengan baik dalam ilmu fikih.3
Ketika menjelasakan materi wudu, tayamum dan istinja guru fikih di MTs
Islamiyah Ciputat biasanya melakukan peraktek wudu dan tayamum didalam
1Lilik Kholisotin, dkk, “Peningkatan Pemahaman Dan Praktik Thaharah Pada Pengajian
‘Aisyiyah Di Kota Palangka Raya”, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016, Hal 28 – 33, h. 30 2Hasil wawancara dengan Guru Fikih pada 15 April 2019 3Dede Suhendar, “Fikih (Fiqh) Air Dan Tanah dalam Taharah (Thaharah) Menurut
Perspektif Ilmu Kimia”, Edisi Mei 2017 Volume X No. 1, ISSN 1979-8911, h. 13
55
kelas, walaupun lebih baiknya di tempat ibadah karena keterbatasan sarana dan
prasarana maka dilakukan dikelas.
Kelebihan dan kekurangan menggunakan metode demonstrasi dan simulasi
dari hasil penelitian, sebagai berikut :
a. Kelebihan menggunakan metode demonstrasi dan simulasi
Peserta didik lebih memahami tata cara berwudu, tayamum dan istinja
Siswa mendapatkan nilai dari guru baik paraktek, lisan maupun
tulisan
Bisa membandingkan tata cara wudu, tayamum dan istinja
Mengetahui tata cara tayamum ketika tidak ada air, dalam keadaan
darurat, sakit yang tidak boleh terkena air
Mengetahui tata cara istinja dengan baik
Mengetahui tata cara tayamum dengan baik.
b. Kekurangan metode demonstrasi dan simulasi sebagai berikut :
Peserta didik dalam mencatat di buku tulis menjadi kurang oleh
karena itu biasanya guru memberikan tugas untuk mengisi pertanyaan
yang ada di LKS (lembar kerja siswa) untuk menambah nilai siswa.
Hasil pemaparan diatas, lebih banyak kelebihan dibandingkan kekurangan
dari penggunaan metode demonstrasi dan simulasi dalam pembelajaran fikih
Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja.
Peneliti akan membahas hasil penelitian tentang Implementasi metode
demonstrasi dan simulasi didalam materi wudu, tayamum dan istinja dalam
pembelajaran fikih pada siswa kelas VII di MTs Islamiyah Ciputat dan faktor
penghambat yang dihadapi oleh guru fikih dalam menggunakan metode
demonstrasi dan simulasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu,
tayamum dan istinja.
1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dan simulasi dalam
pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja pada
siswa kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat ?
Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih Bab
Thaharah Materi Wudu di MTs Islamiyah Ciputat
56
Wudu merupakan mensucikan diri dari hadas kecil, sebagai syarat
diterimanya ibadah oleh Allah Swt.
Menurut Sayyid Sabiq, definisi wudhu adalah kegiatan bersuci
dengan menggunakan air. Anggota badan yang disucikan di dalam
wudhu adalah wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki (Sayyid
Sabiq, 2009).4
Dari hasil penelitian dengan siswa kelas VII di MTs Islamiyah Ciputat
dengan menggunakan metode demonstrasi membuat mereka paham tentang
tata cara wudu.
Dari hasil penelitian dengan guru fikih Ibu Tatu Uyainah, Implementasi
atau Penerapan metode demonstrasi didalam pembelajaran fikih Bab
Thaharah materi wudu, sebagai berikut :
a. Guru memberikan penjelasan tujuan pembelajaran
b. Guru menjelaskan materi wudu
c. Guru memberikan gambaran yang berkaitan tentang hikmah dari
berwudu, yang bertujuan untuk peserta didik meresapi dan
memberikan kesadaran agar tidak berbuat kesalahan atau
berdosa. Contohnya seorang guru memberikan gambaran
penjelasan “ketika berwudu tidak boleh bercanda karena ada
malaikat yang melihat kita dan setiap tetesan air yang keluar dari
air wudu itu adalah menjadi malaikat”. Ketika diceritakan
seperti itu peserta didik akan tertarik.
d. Mencontohkan atau memeragakan praktek wudu
e. Memanggil ketua kelas atau wakil kelas untuk memberikan
contoh memeragakan praktek wudu didepan temannya, lalu
diikuti oleh peserta didik yang lain.
f. Untuk praktek dan pengambilan nilai, peserta didik dibagi
kelompok 2-4 orang.
4Lela dan Lukmawati, “Ketenangan : Makna Dawamul Wudhu (Studi Fenomenologi
Pada Mahasiswa Uin Raden Fatah Palembang)”, PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 2
(2015) 55-66, h, 58
57
g. Setiap kelompok maju untuk mempraktekkan dan pengambilan
nilai oleh guru fikih.
h. Penilaian dari guru dalam praktek wudu untuk peserta didik,
sebagai berikut:
Urutan wudu benar
Hafal do’a wudu
Pelafalan do’a wudu benar dari niat sampai do’a selesai
wudu.
Jika peserta didik sudah mencapai dari kriteria tersebut,
diberikan nilai 90 oleh guru fikih.5
Tata cara wudu atau praktek wudu menurut pegangan buku
siswa adalah :
a. Niat
نويت الوضوء لرفع الحدث الاصغر فرضا لله تعالى
b. Membasuh kedua telapak tangan
c. Madmadah (berkumur-kumur), Istinsyak (memasukan
air kedalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkan air dari
hidung)
d. Membasuh wajah
e. Membasuh kedua tangan sampai siku
f. Mengusap sebagaian kepala
g. Membasuh telinga
h. Membasuh Kaki
i. Tertib
j. Al- Muwalaat (berkesinambungan dalam berwudu
sampai selesai tidak berhenti atau terputus)
k. Membaca do’a sesudah berwudu
5Hasil Wawancara dengan Guru Fikih 22 Juli 2019
58
داعبده اشهد ان لااله الاالله وحده لاشريك له واشهد ان محم
رين، ابين واجعلنى من المتطه ورسوله اللهم اجعلنى من التو
الحين6 وجعلني من عبادك الص
Implementasi Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Fikih Bab
Thaharah Materi Tayamum di MTs Islamiyah Ciputat
Tayamum merupakan sebagai pengganti wudu karena tidak adanya air
dengan menggunakan debu atau tanah yang suci. Melakukan tayamum
berbeda dengan wudu, tata cara tayamum hanya muka dan telapak tangan.
Kekuatan tayamum tidak seperti wudu karena melaksanakan tayamum
cukup sekali melaksanakan ibadah shalat, jika ingin shalat fardhu lagi, maka
wajib tayamum kembali. Sebab melaksanakan tayamum adalah jika tidak
ada air sama sekali, musim kemarau, sakit yang tidak boleh terkena air, dan
dalam keadaan darurat. Dari hasil interview dengan peserta didik kelas VII
di MTs Islamiyah Ciputat, penggunaan metode demonstrasi, membuat
peserta didik paham tentang tata cara tayamum.
Implementasi/penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran
fikih Bab Thaharah materi tayamum, oleh guru fikih di MTs Islamiyah
Ciputat sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan materi tayamum
b. Guru memberikan ayat Al-Qur’an secara tertulis tentang
tayamum
c. Mempraktekkan tata cara tayamum yang dipimpin oleh guru dan
diikuti oleh peserta didik. Guru membacakan niat tayamum
dengan lantang, lalu peserta didik mengikuti bacaan niat tersebut.
d. Guru menggunakan alat untuk tayamum, membawa bedak tabur
sebagai contoh debu atau menggunakan debu yang berada
didalam kelas.
6Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Fikih Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013, (Jakarta: kementrian agama 2014), cet.1, h. 8
59
e. Guru membagi kelompok yang terdiri 4 orang, kemudian setiap
kelompok maju mempraktekkan tata cara tayamum, praktek
tersebut untuk pengambilan penilian oleh guru.
f. Penilian praktek tayamum oleh guru adalah Baik parkteknya,
benar niat tayamumnya. Jika sudah mencakup keseluruhan
mendapatkan nilai 90.7
Tata cara tayamum menurut buku fikih pegangan siswa adalah :
a. Membaca basmallah dan berniat
b. Memukulkan atau menepuk kedua telapak tangan ke permukaan tanah
dengan sekali tepukan
c. Meniup kedua telapak tangan sebelum membasuhkannya ke anggota
tayamum
d. Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan
e. Tertib dalam tayamum8
Implementasi Metode Simulasi dalam Pembelajaran Fikih Bab
Thaharah Materi Istinja di MTs Islamiyah Ciputat
Implementasi metode simulasi dalam pembelajaran fikih Bab
Thaharah materi istinja kelas VII di Mts Islamiyah Ciputat sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru Menjelaskan materi istinja
c. Guru memberikan penjelasan tentang istinja yang baik contoh
seperti jongkoknya laki-laki dan perempuan
d. Kemudian guru memberikan do’a setelah beristinja kepada
peserta didik. Do’a setelah istinja adalah
ن فرجي من الفواحش ر قلبى من النفاق وحص اللهم طه
“Wahai Tuhanku, sucikanlah hatiku dari sifat kepura-puraan
(munafiq) serta peliharalah kemaluanku dari perbuatan keji”
7Hasil Wawancara dengan Guru Fikih 01 Agustus 2019 8Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Fikih Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013, h. 10
60
e. Alat yang dipakai untuk beristinja adalah Air, batu, dan tulang
akan tetapi karena sekarang zaman modern menggunakan tisu
basah.9
Tata cara istinja menurut buku fikih pegangan siswa adalah :
a. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau
kecil dengan air sampai bersih
b. Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air
kecil dengan batu atau benda-benda kasat lainnya sampai bersih
sekurang-kurangnya 3 kali10
Dari hasil penelitian tersebut masih terdapat Rpp (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang dibuat oleh guru fikih belum sesuai dengan proses
pembelajaran.
2. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru dalam menggunakan
metode demonstrasi dan simulasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah
materi wudu, tayamum dan istinja di MTs Islamiyah Ciputat ?
Menurut ibu Tatu Uyainah, tidak terlalu banyak kendala didalam
penggunaan metode demonstrasi dan simulasi pada pembelajaran fikih Bab
Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja, akan tetapi hanya ada beberapa
faktor pengahambat dalam menggunakan metode demonstrasi dan simulasi
pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan istinja sebagai
berikut :
1. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah seperti kurangnya tempat
ibadah, karena tempat ibadah di Mts Islamiyah Ciputat terbatas dan
fasilitasnya digabung oleh Mts, Smp, MA, dan Smk. Sehingga
mengakibatkan kurang kondisional. Ketika melakukan praktek lebih
baiknya langsung ditempat ibadah seperti masjid, contohnya ketika
praktek wudu peserta didik langsung menggunakan air keran
sehingga guru bisa mengetahui hasil praktek siswa dan mengetahui
dengan jelas batasan wudu secara langsung.
9Hasil Wawancara dengan Guru Fikih 01 Agustus 2019 10Kementerian Agama Republik Indonesia, Buku Siswa Fikih Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013, (Jakarta: kementrian agama 2014), cet.1, h. 10
61
2. Kekurangan metode demonstrasi dan simulasi adalah peserta didik
didalam mencatat dibuku tulis menjadi kurang karena lebih banyak
melakukan praktek.
3. Tayamum jarang di paraktekkan didalam kehidupan sehari-hari,
maka siswa cepat lupa dalam tata cara tayamum, bukan hanya
kalangan anak-anak saja bahkan orang tua juga tidak memahaminya.
Contoh nyata yang dihadapi ibu Tatu Uyainah adalah ketika
melakukan ibadah haji, ibu tatu melihat seorang jama’ah haji
melakukan tayamum, dan orang tersebut salah dalam bertayamum
melakukan tayamum seperti berwudu. Dengan demikian bahwa
pentingnya mengajarkan menggunakan demonstrasi didalam
pembelajaran fikih.
4. Banyak yang menyepelekan tentang tayamum.
Dari penjelasan hasil penelitian diatas, bahwa penggunaan metode
demonstrasi memberikan pembelajaran yang efektif dan efesien didalam
pembelajaran fikih yang berkaitan dengan praktek. Dengan praktek siswa akan
menimbulkan jiwa yang melakat dan berkesan dan pengaruhnya sangat besar.
Lebih efektif praktek dibandingkan dengan tulisan dan metode simulasi efektif
didalam pembelajaran fikih materi istinja dengan penggunaan metode
demonstrasi dan simulasi sangat bermanfaat karena membuat siswa mengerti
tata cara wudu, tayamum dan istinja dengan baik. bukan hanya thaharah saja
menggunakan praktek akan tetapi membaca Al-Qur’an, shalat, haji dan lain-lain
lebih baiknya menggunakan metode demonstrasi atau praktek.
62
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di MTs Islamiyah Ciputat, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu dan
tayamum menggunakan metode demonstrasi sedangkan materi istinja
menggunakan metode simulasi. Metode demonstrasi dan simulasi adalah
metode yang efektif didalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu,
tayamum dan istinja. Bab Thaharah adalah pembelajaran yang sangat penting
karena Thaharah (suci) syarat diterimanya ibadah oleh Allah Swt. Penerapan
metode demonstrasi/praktek menurut guru fikih di MTs Islamiyah Ciputat
harus dilakukan sejak dini karena jika dengan praktek akan selalu melekat dan
pengaruhnya sangat besar dan berkesan bagi peserta didik.
Kelebihan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih Bab
Thaharah adalah 1). Peserta didik lebih memahami tata cara berwudu dan
tayamum karena peserta didik langsung melakukan praktek sedangkan metode
simulasi membuat peserta didik memahami materi istinja dengan baik. 2). Bisa
membandingkan tata cara wudu, tayamum dan istinja. 3). Siswa mendapat
nilai baik dari praktek, lisan maupun tulisan. 4). Mengetahui tata cara wudu
dengan baik. 5). Mengetahui tata cara tayamum dengan baik. 5). Mengetahui
tata cara istinja dengan baik. Sedangkan Kekurangan metode demonstrasi dan
simulasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi wudu, tayamum dan
istinja adalah peserta didik mencatat dibuku tulis menjadi kurang.
Dari hasil kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi dan simulasi
diatas, lebih banyak kelebihan dibandingkan kekurangan didalam
pembelajaran fikih. Maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian diatas metode
demonstrasi dan simulasi sangat bermanfaat didalam proses pembelajaran
fikih.
63
B. Implikasi
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan bagaimana cara guru
mengajarnya, yang harus dilakukan oleh guru untuk mewujudkan
pembelajaran yang efektif dan efesien maka guru harus mengusai metode
pembelajaran.
a. Diharapkan guru memiliki kemampuan menguasai metode pembelajaran
dengan baik.
b. Pengggunaan metode demonstrasi bukan hanya untuk pembelajaran fikih
Bab Thaharah saja akan tetapi materi yang berkaitan dengan praktek
ibadah kepada Allah seperti praktek sholat, memandikan jenazah,
mengkafani jenazah, azan, iqomah dan lain-lain.
c. Diharapkan guru memilki kemampuan mengelola kelas dengan baik.
d. Keterampilan mengimplementasikan metode-metode pembelajaran yang
tepat, efektif, dan menyenangkan.
C. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mempunyai
harapan dan mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa khususnya kelas VII, ketika didalam proses belajar harus
memerhatikan guru yang sedang menjelaskan materi khususnya didalam
praktek peserta didik tidak boleh bercanda atau membuat kegaduhan
didalam kelas.
2. Bagi guru khususnya guru fikih, penulis berharap bukan hanya
memberikan satu metode saja didalam proses pembelajaran fikih akan
tetapi harus menguasai berbagai macam metode., dan penggunaan metode
harus disesuaikan dengan materi dan ketika mengajar harus disesuaikan
dengan RPP.
3. Bagi kepala sekolah, sebagai pengelola sekolah diharapkan terus
memberikan pembinaan, motivasi dan pengawasan terhadap guru dan
siswa.
64
4. Bagi peneliti, peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak
kekurangan. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
65
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Irfan Ahmad Zain. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rayon
Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Bandung, 2012
Al-Jaziri, Abdurrahman. Fiqh Empat Madzhab, Cairo: Darul Ulum Press, 1996
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Hukum-hukum Fiqh Islam, Semarang:
PT Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 2001
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 1,
2011.
Daradjat, Zakiah, dkk. metodik khusus pengajaran agama islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara, Cet. 6, 2014.
Dede Suhendar, “Fikih (Fiqh) Air Dan Tanah dalam Taharah (Thaharah) Menurut
Perspektif Ilmu Kimia”, Volume X No. 1, Edisi Mei 2017.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. 5, 2013.
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT
Refika Aditama, cet. 1, 2007.
Gunawan, Heri. Pendidikan islam kajian teoritis dan pemikiran tokoh. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2014.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. 1,
2013.
Hakiim, Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima,
2009.
Hasibuan, JJ dan Moedjiono.Proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cet.6, 1995
https://www.rijal09.com/2016/04/pengertian-metode-demonstrasi.html
Jamaludin, Acep Komarudin, Koko Khoerudin. 2015. Pembelajaran Perspektif
Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 1, 2014.
66
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 165 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Pada
Madrasah
Koto, Alaiddin. Ilmu fiqih dan ushul fiqih. Jakarta: Rajawali Press, Cet. 5, 2014.
Lela dan Lukmawati, “Ketenangan : Makna Dawamul Wudhu (Studi Fenomenologi
Pada Mahasiswa Uin Raden Fatah Palembang)”, PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami
Vol. 1 No. 2, 2015
Lilik Kholisotin, dkk, “Peningkatan Pemahaman Dan Praktik Thaharah Pada
Pengajian ‘Aisyiyah Di Kota Palangka Raya”, Volume 1, Nomor 1, Maret 2016.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, Cet. 10, 2013.
Majid, Abdul. Strategi Pebelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, Cet.
1, 2013.
Muhaimin. Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam PAI
kontemporer disekolah/madrasah dan perguruan tinggi. Malang: UIN-Maliki
Press, Cet. 1, 2016.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, jakarta: PT Bumi
Aksara, cet. 4, 2004.
Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : UHAMKA
PRESS, Cet. 4, 2003
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, cet. 67, 2014
Effendi, Sastra dan M. Zein. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2005.
Sanjaya, wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, cet. 8, 2011.
67
Siregar, Eviline dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia
Indonesia, cet. 1, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alphabeta, 2014.
Sumaji, Muhammad Anis, Masalah Thaharah, Solo: Tiga serangkai, cet. 1, 2008.
Supiana dan M. Karman. Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cet. 4, 2009.
Sumaji, Muhammad Anis, Masalah Thaharah, Solo. Tiga serangkai, cet.1, 2008
Syarifuddin, Amir. Garis-garis besar fiqh, Jakarta: Kencana, cet.4, 2013.
Teba, Sudirman. Nikmatnya bersuci. Jakarta: Pustaka irVan, cet.1, 2010.
Zuhri, Safiudin. Ushul Fiqih. Yogyakarta: Pustaka Prelajar Offset, Cet. 1, 2009.
Pengetahuan siswa tentang wudu, beri tanda ceklis √ di bawah ini!
No Syarat wudu Paham Tidak paham
1 Islam √
2 Tamyiz √
3 Air mutlak atau air mensucikan √
4 Tidak ada yang menghalangi pada anggota wudu √
5 Masuk waktu shalat √
No Rukun wudu Paham Tidak paham
1 Niat √
2 Membasuh muka √
3 Membasuh kedua tangan sampai siku √
4 Menyapu sebagian kepala √
5 Membasuh kedua kaki sampai mata kaki √
6 Tertib √
No Sunat wudu Paham Tidak paham
1 Membaca basmallah √
2 Membasuh kedua tangan sampai pada pergelangan tangan √
3 Memasukan air ke hidung √
4 Menyapu seluruh kepala √
5 Menyapu kedua telinga luar dan dalam √
6 Menyilangi-nyilangi jari kedua tangan dan jari kaki √
7 Mendahulukan anggota kanan daripada kiri √
8 Membasuh setiap anggota tiga kali √
9 Berturut-turut antara anggota √
10 Jangan meminta pertolongan orang lain kecuali jika sakit √
11 Menggosok anggota wudu agar menjadi lebih bersih √
12 Bersiwak √
13 Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat √
14 Berdoa setelah wudu √
√
No Membatalkan wudu Paham Tidak paham
1 Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan √
2 Keluar sesuatu dari dua pintu (buang angin) √
3 Hilang akal √
4 Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan √
√
Pengetahuan siswa tentang tayamum !
No Syarat tayamum Paham Tidak paham
1 Sudah masuk waktu shalat √
2 Menggunakan debu atau tanah suci √
3 Menghilangkan kotoran atau najis √
4 Sudah diushakan mencari air namun tidak ada √
√
No Rukun tayamum Paham Tidak paham
1 Niat √
2 Membasuh/menyapu wajah √
3 Membasuh kedua tangan sampai siku √
4 Tertib √
√
No Sunat tayamum Paham Tidak paham
1 Membaca basmallah √
2 Mengembus tanah dari dua tangan supaya tanah diatas tangan itu menjadi tipis
√
3 Membaca dua kaliamat syahadat setelah tayamum, sebagaimana setelah doa selesai berwudu
√
No Membatalkan tayamum Paham Tidak paham
1 Tiap-tiap hal yng membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
√
2 Ada air √
Pengetahuan siswa tentang istinjak!
No Tata cara istinjak Paham Tidak paham
1 Tidak beristinjak dengan tangan kanan √
2 Tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kanan √
3 Mengusapkan tangan ke tanah setelah istinjak atau mencuci tangan dengan sabun
√
4 Memercikan air pada kemaluan dan celana untuk menghilangkan was-was
√
No Adab buang air besar atau kecil Paham Tidak paham
1 Sunat mendahulukan kaki kiri ketika masuk kakus √
2 Janganlah berbicara selama didalam kakus itu kecuali berdoa dikala masuk kakus
√
3 Hendaklah memakai sepatu, sandal atau sejenisnya ketika masuk kakus
√
4 Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya, supaya jangan menggangu orang lain
√
5 Jangan berbicara ketika dalam kakus √
6 Jangan membuang air kecil atau besar diair yang tenang √
7 Jangan bercanda ketika didalam kakus √
8 Jangan membuang air kecil atau besar ditempat pemberhentian karena akan menggangu orang lain.
√
3 Hilang akal √
4 Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan √
PROFIL MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
LAMPIRAN 1
PROFIL MADRASAH
I. SEJARAH MADRASAH
MTs Islamiyah bernaung dibawah sebuah Yayasan Islamiyah ciputat.
Berdirinya YIC ini bermula adanya keinginan dan semangat beberapa pemuda yang
berada disekitar wilayah ciputat antara lain : Drs. H. Zarkasih Nur, Drs. Saiful
Millah, M.BA., H. M. Anwar Nur, S.Ag, Hj. Muniroh Nur dll. Mereka merasa
terpanggil dan ikut bertanggung jawab terhadap pelestarian dan pengamalan
syariah islam, dan akhirnya tercetuslah kesepakatan bersama untuk menegakkan
dan mengembangkannya melalui bidang pendidikan. Hal ini didasarkan bahwa
pendidikan tingkat menengah saat itu didaerah ciputat tergolong masih langka,
sehingga mereka yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi ketingkat
tersebut harus pergi ke jakarta. Kondisi ini hanya terbatas bagi mereka yang
mampu saja, sementara bagi mereka yang kurang mampu terpaksa menjadi
pengangguran dan lebih jauh lagi dikhawatirkan mereka itu akan terpengaruh oleh
lingkungan kurang baik yang bisa menjerumus kearah kejahatan.
Dari keinginan dan semangat bersama diatas, maka pada tanggal 12 mei 1965
didirikan suatu lembaga pendidikan yang bernama pendidikan guru agama
islamiyah yang mendapatkan sambutan hangat dari tokoh-tokoh “ahlussunnah
wal jamaah” wilayah ciputat dan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu dan sesuai
ketentuan dari Departemen Agama bahwa seluruh sekolah PGA di indonesia
diganti dengan Madrasah Tsanawiyah . Dengan demikian sejak tahun 1978 PGA
islamiyah pun berubah nama menjadi MTs Islamiyah Ciputat.
Setelah mengalami pasang surut alhamdulillah sampai saat ini MTs Islamiyah
Ciputata masih mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan masih banyak
diminati masyarakat, karena kami terus berusaha untuk melaksanakan pembinaan
para siswa sesuai harapan masyarakat.
MTs Islamiyah Ciputat telah memiliki banyak prestasi, baik akademik (melanjutkan
kesekolah lanjutan) maupun prestasi non akademik (kegiatan ekskul)
PROFIL MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
Pada saat ini jumlah rombongan belajar sebayak 9 rombel terdiri dari : kelas
VII 3 Rombel, Kelas VIII 3 Rombel dan Kelas IX 3 Rombel, sampai saat ini MTS
Islamiyah ciputat pernah dipimpin 9 orang kepala madrasah hingga sekarang.
II. IDENTITAS MADRASAH
1. Nama Madrasah : MTs Islamiyah Ciputat
2. NPSN : 20623024
3. No. Statistik Madrasah : 121236740011
4. No Rekening : 12360100105569 ( BRI KK ITC BSD )
5. Status Akreditasi : A Tahun 2012
6. NO SK Akreditasi : 42/BAP-S/M-SK/XI/2012
7. NO SK Ijin Operasional : wj/b-c/4982/1987
8. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Kihajar Dewantara No. 23
Desa/Kel. : Ciputat
Kecamatan : Ciputat
Kab/Kota : Tangerang Selatan
Propinsi : Banten
Kode Pos : 15411
No. Tlp/HP : 7409814
9. Visi :
TERBENTUKNYA MANUSIA UNGGUL DALAM IMAN, ILMU DAN AMAL
YANG BERHALUAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH
10. Misi :
1) Terbentuknya siswa yang berakhlakul karimah
2) Meningkatkan prestasi siswa baik dalam kegiatan intrakulikuler
maupun ekstrakulikuler
3) Melatih dan membimbing siswa untuk selalu ikhlas dalam tindakan
maupun perbuatan
4) Menjunjung tinggi dan melaksanakan kaidah-kaidah ASWAJA
PROFIL MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
5) Mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan tugas kependidikan
dan keguruan
6) Melestarikan dan mengembangkan olahraga seni dan budaya
7) Mengembangkan pribadi yang cinta tanah air
11. NPWP Madrasah : 02.507.349.5-411.000
12. Nama Kepala Madrasah : Aep Saepullah, S.Pd.
13. NIP : -
14. No. Tlp/HP : 085774070323
15. Nama Yayasan : Yayasan Islamiyah Ciputat
16. Alamat Yayasan : Jl. Kihajar Dewantara No. 23
17. No. Tlp/Yayasan : (021) 74716496
18. No. Akte Pendirian YIC : 02, Tanggal 07 Februari 2012
19. Ketua Yayasan : Drs. Hilmudin
20. Badan Pendiri Yayasan : 1. Drs. H. Zarkasih Nur
2. Hj. Muniroh Nur
3. H. Anwar Nur, S.Ag.
4. Drs. H. A. Saeful Millah, M.BA.
21. Kepemilikan Tanah : Pemerintah/Yayasan/Pribadi/Menyewa
/Menumpang
22. Status Tanah : Milik Sendiri
23. Luas Tanah : 360 M2
24. Luas Bangunan : 300 M2
25. Luas Lapangan Olah Raga : 40 M2
26. Luas Halaman : 20 M2
27. Data Sarana Prasarana
No Jenis Prasarana Jumlah
Ruang
Jumlah
Ruang
Kondisi
Baik
Jumlah
Ruang
Kondisi
Rusak
Kategori Kerusakan
Ket Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1 Ruang Kelas 9 9
PROFIL MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
2 Perpustakaan 1 1
3. R. Lab IPA 1 1
4 R. Lab Biologi 1 1
5 R. Lab Fisika 1 1
6 R. Lab Kimia 1 1
7 R. Lab Komputer 3 3
8 R. Lab Bahasa 1 1
9 R. Pimpinan 1 1
10 R. Guru 1 1
11 R. Tata Usaha 1 1
12 R. Konseling 1 1
13 Tempat Ibadah 1 1
14 R. UKS 1 1
15 Jamban 5 5
16 Gudang 1 1
17 R. Sirkulasi 3 3
18 Tempat Olahraga 2 2
19 R. OSIS 1 1
20 R. Lainnya - -
28. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
NO URAIAN PNS Non-PNS
Lk Pr Lk Pr
1 Kepala Madrasah 1
2 Wakil Kepala 1 2
3 Jumlah Pendidik 2 3 7 7
4 Jumlah Pendidik
Sertifikasi 2 2 2 3
PROFIL MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
5 Jumlah Guru Honor 5 8
6 Pegawai TU 1 1
7 Karyawan 2
29. STRUKTUR ORGANISASI
Keterangan
KETUA YAYASAN
Ust. Drs. Hilmudin
WALI KELAS GRU BK/BP
Ust. Qosim sarofil
KOMITE MADRASAH
Ustzh. Hj. Yunelis. R, S. Pd.I
BENDAHARA
Ustzh. Hikmah Amalia
KEPALA MADRASAH
Ust. Aep Saepullah, S. Pd AHMAD YANI, S.Pd
KTU
Ust. M. Fauzi, S. Kom
WAKA KURIKULUM
Ust. Hikmatulloh, S. Pd
WAKA KESISWAAN
Ustzh. Masnah, S.PdI
GURU BIDANG STUDI
SISWA/SISWI
WAKA HUMAS
Ustzh. Hj. Dra. Tatu Uyainah
Pemb. OSIS
Ustzh Iin Safrina, M. Pd
PROFIL MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
: Garis Komando : Garis Koordinasi
Hasil Wawancara Guru Fikih
Nama Guru Fikih : Ibu Tatu Uyainah
Hari/tanggal : Senin, 15/04/2019
Waktu : 09.40 WIB- selesai
Tempat : Kantor sekolah
1. Ketika ibu mengajar fikih, metode apa yang digunakan didalam pembelajaran fikih
pada Bab Thaharah ?
Jawab :
Ketika mengajar fikih Bab Thaharah saya menggunkan metode demonstrasi, ceramah.
Akan tetapi lebih dominan menggunkan metode demonstrasi.
2. Mengapa didalam pembelajaran fikih pada Bab Thaharah menggunakan Metode
Demonstrasi ?
Jawab :
Karena Metode yang tepat untuk pembelajaran fikih adalah metode demonstrasi, karena
pembelajaran fikih lebih banyak prakteknya. Dan pembelajaran fikih lebih ke ranah
psikomotorik. Penggunaan metode demonstrasi didalam Bab Thaharah seperti tata cara
wudu, tayamum, dan istinja. Ketika menjelaskan tersebut bukan hanya menjelaskan
secara teoritik saja akan tetapi prakteknya juga diterapkan. Apalagi tentang thaharah ini
berkaitan tentang ibadah kepada Allah, segala melakukan ibadah kepada Allah harus
suci jika tidak suci maka ibadah tidak akan diterima oleh Allah swt.
3. Didalam pembahasan Thaharah, apa saja ruang lingkup dari Bab thaharah ?
Jawab :
Ruang lingkup Bab Thaharah adalah air suci dan mensucikan, wudu, tayamum, istinja,
mandi wajib, najis, hadas.
4. Apakah dengan menggunakan metode demonstrasi, anak murid memahami tentang
materi yang dibahas ?
Jawab :
Insyallah dan Alhamdulillah dengan cara menggunakan metode demonstrasi
memudahkan mereka memahaminya. Saya menerapkan metode ini bukan hanya di
sekolah saja, akan tetapi di Majlis Ta’lim menerapkan praktek.
5. Apakah materi yang diajarkan disesuikan dengan Rpp ?
Jawab :
Ketika mengajar disesuaikan dengan RPP, akan tetapi saya mengambil materi tidak
hanya mengandalkan buku dari sekolah tetapi dari buku-buku yang lain juga.
6. Apa keseulitan ibu dalam penggunaan metode demonstrasi pada Bab Thaharah ?
Jawab :
Secara umum tidak ada keseulitan karena Thaharah ini memang diterapkan didalam
kehidupan sehari-hari.
Ciputat, Senin, 15 April 2019
Ustzh. Hj. Dra. Tatu Uyainah
Hasil Wawancara Guru Fikih
Nama Guru Fikih : Ibu Tatu Uyainah
Hari/tanggal : Senin, 22/07/2019
Waktu : 09.40 WIB- selesai
Tempat : Kantor sekolah
Metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih Bab thaharah tentang wudu
1. Apakah ketika menjelaskan tentang wudu menggunakan metode demonstrasi ?
Jawab :
Dalam hal berwudu memang harus dengan praktek, segala hal yang berkaitan hal
ibadah dengan Allah khususnya wudu menggunkan metode demonstrasi.
2. Bagaimana cara ibu mengimplementasikan metode demonstrasi Bab Thaharah materi
wudu ?
Jawab :
Pertama biasanya saya menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi wudu,
memberikan gambaran tentang hikmah dari wudu contohnya memberikan gambaran
“ketika berwudu tidak boleh bercanda karena ada malaikat yang melihat dan setiap
tetasan air yang keluar dari air wudu akan menjadi malaikat” dengan diberikan hikmah
seperti itu peserta didik meresapi dan akan tertarik., mencontohkan atau memeragakan
praktek wudu, memanggil ketua kelas atau wakil untuk memeragakan praktek wudu,
untuk pengambilan nilai dan praktek biasanya guru membagi kelompok yang terdiri 2-
4 orang, kemudian setiap kelompok maju untuk mempraktekkan, untuk penilian
disepakati oleh guru dan siswa yang dinilai adalah praktek wudu, urutan wudu, hafal
do’a wudu dan pelafalan do’a wudu benar, maka mendaptkan nilai 90.
3. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru dalam menggunakan metode
demostrasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah tentang wudu?
Jawab :
Faktor penghambat yang dihadapi adalah sarana dan prasarana sekolah karena fasilitas
tempat ibadahnya kurang disebabkan digabung dengan MA. Smk, dan Smp.
4. Apakah dengan menggunakan demonstrasi membuat siswa paham dalam praktik
berwudu ?
Jawab :
Harapan sebagai guru fikih dengan menggunkan metode demonstrasi membuat siswa
paham dengan praktek tidak ada lagi alasan peserta didik tidak paham, jika memberikan
penjelasan dengan ceramah saja maka siswa kurang paham yang ditekankan disini
adalah psikomotoriknya.
5. Alat apa saja yang dibutuhkan ketika menggunakan metode demonstrasi Bab Thaharah
materi wudu ?
Jawab :
Alat yang dibutuhkan disini adalah tergantung dalam kondisi disekitar.
6. Bagaimana cara memberi penilaian terhadap peserta didik, di dalam proses belajar
menggunakan metode demonstrasi Bab Thaharah materi wudu ?
Jawab :
Penilian terhadap peserta didik didalam di dalam proses belajar menggunakan metode
demonstrasi Bab Thaharah materi wudu adalah prakteknya/urutan wudunya benar, baca
do’a wudu benar, pelafalan do’a wudu benar dan lancar. Maka penilian dilakukan jika
sudah mencapai kriteria penilian tersebut maka mendapat nilai 90.
7. Bagaimana cara mengelola kelas, ketika ibu menggunakan metode demonstrasi Bab
Thaharah materi wudu ?
Jawab :
Membuat kelompok yang terdiri dari 2-4 orang dan menyaksikan sesama didalam
praktek.
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan menggunakan metode demonstrasi ?
Jawab :
Kelebihan metode demonstrasi adalah anak lebih memahami tata cara berwudu,
mendapatkan penilian dari lisan maupun tuisan. Sedangkan kekurangannya adalah
dalam mencatat di buku tulis kurang oleh karena itu biasanya saya memerintahkan
pengisian di LKS.
9. Apakah metode demonstrasi dapat memberikan pemebelajaran yang efektif dan efesien
didalam pembelajaran fikih pada materi wudu ?
Jawab :
Dalam penggunaan metode demonstrasi membuat pembelajaran menjadi efektif dan
efesien apalagi jika diajarkan sejak kecil maka akan selalu melekat menggunkan
praktek dan pengaruhnya sangat besar.
Ciputat, Senin, 22 Juli 2019
Ustzh. Hj. Dra. Tatu Uyainah
Hasil Wawancara Guru Fikih
Nama Guru Fikih : Ibu Tatu Uyainah
Hari/tanggal : Kamis 01/08/2019
Waktu : 09.40 WIB- selesai
Tempat : Kantor sekolah
Metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih Bab thaharah materi tayamum
1. Bagaimana cara ibu mengimplementasikan metode demonstrasi Bab Thaharah materi
tayamum ?
Jawab :
Mengimplementasikan metode demonstrasi materi tayamum, yang pertama
menjelaskan materi tayamum, harus mengetahui ayat Al-Qur’an secara tertulis untuk
tayamum, mempraktekkan tata cara tayamum yang di pimpin oleh guru dan diikuti oleh
peserta didik, setelah guru mempraktekkan lalu peserta didik dibagi kelompok yang
terdiri 4 0rang kemudian setiap kelompok maju untuk mempraktekkan dan
pengambilan nilai.
2. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru dalam menggunakan metode
demostrasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah tentang tayamum ?
Jawab :
Sebenarnya tidak terlalu banyak kendala, akan tetapi karena tayamum jarang
dipraktekkan didalam kehidupan sehari-hari maka kurangnya pengetahuan siswa
tentang tata cara tayamum, bukan hanya anak-anak bahkan orang tua banyak yang
belum memahami tayamum.
3. Apakah dengan menggunakan demonstrasi membuat siswa paham dalam praktek
tayamum ?
Jawab : Insyallah dengan menggunakan metode demonstrasi menjadi maksimal
pengetahuan siswa.
4. Alat apa saja yang dibutuhkan ketika menggunakan metode demonstrasi Bab Thaharah
materi tayamum ?
Jawab :
Alat yang digunakan adalah bedak tabur untuk mencontohkan debu atau menggunakan
dinding yang ada disekolah.
5. Bagaimana cara memberi penilaian terhadap peserta didik, di dalam proses belajar
menggunakan metode demonstrasi Bab Thaharah materi tayamum ?
Jawab :
Peniliannya adalah bagus prakteknya, bagus bacaan niatnya. Berdasarkan kesepakatan
yang paling tinggi nilianya adalah 90.
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan menggunakan metode demonstrasi dalam Bab
Thaharah Materi tayamum ?
Jawab :
Kelebihan metode demonstrasi pada materi tayamum adalah siswa memahami tata cara
tayamum, bisa membedakan tata cara wudu dan tayamum, mengetahui
diperbolehkannya tayamum ketika sakit, musim kemarau, keadaan darurat dan tidak
ada air. Sedangkan kekurangannya siswa cepat lupa praktek tayamum karena jarang di
implementasikan di dalam kehidupan sehari-hari.
7. Apakah metode demonstrasi dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan efesien
didalam pembelajaran fikih pada materi tayamum ?
Jawab :
Lebih efektif praktek dibandingkan dengan tulisan.
Ciputat, Kamis 01 Agustus 2019
Ustzh. Hj. Dra. Tatu Uyainah
Hasil Wawancara Guru Fikih
Nama Guru Fikih : Ibu Tatu Uyainah
Hari/tanggal : Kamis, 01 Agustus 2019
Waktu : 09.40 WIB- selesai
Tempat : Kantor sekolah
Metode demonstrasi dalam pembelajaran fikih Bab thaharah materi istinja’
1. Bagaimana cara ibu/bapak mengimplementasikan metode demonstrasi Bab Thaharah
materi istinja’ ?
Jawab :
Menjelaskan materi istinja, memberikan gambaran ketika membuang air kecil atau
besar, memberikan penjelasan tentang istinja yang baik contoh seperti jongkoknya laki-
laki dan perempuan, guru memberikan do’a setelah beristinja.
2. Apa saja faktor penghambat yang dihadapi guru dalam menggunakan metode
demostrasi dalam pembelajaran fikih Bab Thaharah materi istinja ?
Jawab :
Tidak ada faktor pengahambat yang dihadapi.
3. Apakah dengan menggunakan demonstrasi membuat siswa paham dalam praktik
istinja’ ?
Jawab :
Insyallah dengan penggunaan metode demonstarsi membuat paham siswa, karena
mereka mengetahui bagaimana tata cara istinja yang baik dan benar.
4. Alat apa saja yang dibutuhkan ketika menggunakan metode demonstrasi Bab Thaharah
materi istinja ?
Jawab :
Alat yang digunakan adalah batu, air dan tulang akan tetapi karena sekarang zaman
modern menggunakan tisu basah.
5. Bagaimana cara memberi penilaian terhadap peserta didik, di dalam proses belajar
menggunakan metode demonstrasi Bab Thaharah materi istinja ?
Jawab :
Cara memberi peniliannya mengetahui tata cara istinja dengan baik.
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan menggunakan metode demonstrasi dalam Bab
Thaharah Materi istinja ?
Jawab :
Kelebihanya adalah siswa memahami tata cara istinja dengan benar.
7. Apakah metode demonstrasi dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan efesien
didalam pembelajaran fikih pada materi istinja ?
Jawab :
Dengan menggunkan metode demonstrasi memberikan pembelajaran yang efektif dan
efesien, penggunaan metode demonstrasi bukan hanya pada Bab Thaharah saja akan
tetapi seperti membaca Al-Qur’an, sholat, harus dilakukan dengan praktek.
Ciputat, Kamis 01 Agustus 2019
Ustzh. Hj. Dra. Tatu Uyainah
Hasil Wawancara Siswa
Nama : Andina
Kelas : 7 AK
Tempat : Ruang kelas
1. Apakah paham ketika seorang guru menjelaskan materi wudu, tayamum dan istinja
dengan menggunakan metode demostrasi atau praktek ?
Jawab : ya, saya paham
2. Apakah ketika berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu ?
Jawab : Terkadang untuk membaca niat pernah lupa, tetapi tata caranya selalu
berurutan dan tidak lupa
3. Apa yang anda lakukan ketika berwudu kemudian tidak ada air ?
Jawab :
Saya akan melakukan tayamum
4. Apakah anda paham tentang tayamum, Bagaimana tata cara tayamum ?
Jawab : Ya saya paham, Dapat menggunakan debu, niat, lalu menyebarkannya pada
bagian tubuh yang wajib, muka dan telapak tangan.
5. Bagaimana tata cara beristinja dengan baik ?
Jawab : Dapat menggunakan daun kering, lalu diusap pada bagian yang ingin
dibersihkan.
Ciputat, 07 Agustus 2019
Siswa Mts Islamiyah Ciputat
Hasil Wawancara Siswa
Nama : Iqnassya putri kimko
Kelas : 7 AK
Tempat : Ruang kelas
1. Apakah paham ketika seorang guru menjelaskan materi wudu, tayamum dan istinja
dengan menggunakan metode demostrasi atau praktek ?
Jawab : Iya, saya paham
2. Apakah ketika berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu ?
Jawab : Iya saya berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu
3. Apa yang anda lakukan ketika berwudu kemudian tidak ada air ?
Jawab : Saya akan melakukan tayamum
4. Apakah anda paham tentang tayamum ? Bagaimana tata cara tayamum ?
Jawab : Iya saya paham, dapat menggunakan debu yang bersih, niat tayamum, kemudia
n diusapkan ketangan dan muka
5. Bagaimana tata cara beristinja dengan baik ?
Jawab : Ketika sedang buang air kecil atau besar bisa menggunkan daun, batu, air, tisu
Ciputat, 07 Agustus 2019
Siswa Mts Islamiyah Ciputat
Hasil Wawancara Siswa
Nama : Uswa Yulianida
Kelas : 7 AK
Tempat : Ruang kelas
1. Apakah paham ketika seorang guru menjelaskan materi wudu, tayamum dan istinja
dengan menggunakan metode demostrasi atau praktek ?
Jawab : Iya, saya paham dan guru melakuka praktek
2. Apakah ketika berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu ?
Jawab : Iya, saya berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu
3. Apa yang anda lakukan ketika berwudu kemudian tidak ada air ?
Jawab : Saya melakukan tayamum
4. Apakah anda paham tentang tayamum ? Bagaimana tata cara tayamum ?
Jawab : Melakukan tayamum dengan cara menempelkan ke debu yang bersih kemudian
niat, mengusupkan ke tangan dan muka.
5. Bagaimana tata cara beristinja dengan baik ?
Jawab : Dengan menggunkan daun atau menggunakan batu dll
Ciputat, 07 Agustus 2019
Siswa Mts Islamiyah Ciputat
Hasil Wawancara Siswa
Nama : Nurmillati Sari Putri Madinah
Kelas : 7 AK
Tempat : Ruang kelas
1. Apakah paham ketika seorang guru menjelaskan materi wudu, tayamum dan istinja
dengan menggunakan metode demostrasi atau praktek ?
Jawab : Iya, saya paham dan guru melakuka praktek
2. Apakah ketika berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu ?
Jawab : Iya, saya membacanya
3. Apa yang anda lakukan ketika berwudu kemudian tidak ada air ?
Jawab : Melakukan tayamum dengan debu yang suci
4. Apakah anda paham tentang tayamum ? Bagaimana tata cara tayamum ?
Jawab : Tempelkan kedua telapak tangan pada benda tidak terlalu berdebu, niat, lalu
basuhkan ketangan yang sudah ditempelkan debu-debu halus ketangan kanan maupun
kiri, lalu tempalkan lagi debu dan basukan ke muka
5. Bagaimana tata cara beristinja dengan baik ?
Jawab : Di basuh dengan air
Ciputat, 07 Agustus 2019
Siswa Mts Islamiyah Ciputat
Hasil Wawancara Siswa
Nama : Nadiyah Lulu Andiany
Kelas : 7 AK
Tempat : Ruang kelas
1. Apakah paham ketika seorang guru menjelaskan materi wudu, tayamum dan istinja
dengan menggunakan metode demostrasi atau praktek ?
Jawab : Paham karena bisa mengetahui tata caranya.
2. Apakah ketika berwudu membaca bacaan doa-doa wudu dari niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kaki, dan bacaan doa setelah
berwudu ?
Jawab : Iya, setiap berwudu dan setiap melakukan sholat
3. Apa yang anda lakukan ketika berwudu kemudian tidak ada air ?
Jawab : Bertayamum dan sebelum tayamum membaca niat tayamum terlebih dahulu
4. Apakah anda paham tentang tayamum ? Bagaimana tata cara tayamum ?
Jawab : Ya saya paham, niat, mengambil debu sedikit lalu ditiup, mengusapkan
ketangan sampai siku lalu muka.
5. Bagaimana tata cara beristinja dengan baik ?
Jawab : Membersihkannya dengan air, batu, tulang, tisu.
Ciputat, 07 Agustus 2019
Siswa Mts Islamiyah Ciputat
LAMPIRAN 6
top related