kebijakan redaksional majalah...
Post on 15-Apr-2018
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEBIJAKAN REDAKSIONAL MAJALAH NAGASWARA
DALAM RUBRIK INTRO EDISI MARET-APRIL 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Disusun Oleh:
Dzikri Nurlaili
NIM: 106051101906
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H./2013 M.
KEBIJAKAN REDAKSIONAL MAJALAH NAGASWARA
DALAM RUBRIK INTRO EDISI MARET-APRIL 2010
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh
Dzikri Nurlaili
NIM: 106051101906
Di Bawah Bimbingan
Rubiyanah, MA
NIP: 19730822 199803 2001
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H./2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Januari 2013
Dzikri Nurlaili
i
ABSTRAK
Dzikri Nurlaili
Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi
Maret-April 2010
Kebijakan redaksional merupakan kebijakan yang menjadi pedoman atau
petunjuk sebuah perusahaan media dalam menjalankan kegiatan yang disesuaikan
dengan visi dan misi dari media itu sendiri. Begitupula dengan majalah
NAGASWARA. Majalah ini adalah majalah pribadi yang dimiliki produser label
musik NAGASWARA. Majalah ini dibuat sesuai dengan visi-nya yakni menjadikan
dirinya sebagai majalah musik yang berkualitas dalam memberikan sebuah berita di
tanah air khususnya. Majalah ini pun memiliki misi agar artis yang dimiliki oleh label
NAGASWARA dapat disukai khalayak. Karena majalah ini milik pribadi, maka
majalah NAGASWARA membatasi beritanya hanya pada artis yang bernaung di
bawah label NAGASWARA saja. Visi misi dari majalah inilah yang menyebabkan
kebijakan redaksionalnya sedikit berbeda dengan majalah-majalah lain yang bersifat
komersil.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional
yang dibuat serta diterapkan oleh majalah NAGASWARA pada rubrik Intro pada
edisi maret-april 2010. Maka dari itu penulis ingin mengetahui perumusan
masalahnya. Yakni, bagaimana Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA
dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April 2010.
Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori Hirarki Pengaruh yang
diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini
menjelaskan tentang pengaruh internal dan eksternal terhadap isi dari suatu
pemberitaan media. Dalam hal ini penulis menjelaskan tentang pengaruh ideologi
dalam jenis bermusik.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah menggambarkan sifat
suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dan suatu gejala tertentu. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Majalah NAGASWARA bukan majalah komersil yang diperjual belikan,
maka dari itu isi kebijakan redaksional lebih mengacu kepada kebijakan yang bersifat
pribadi, karena majalah NAGASWARA merupakan kebijakan label yang di
dokumentasikan lewat majalah. Majalah ini memuat berita tentang apapun yang ada
dalam label musik NAGASWARA, tanpa memikirkan konsep yang mengedepankan
idealis yang biasa majalah lain suguhkan.
ii
KATA PENGANTAR
Dalam kehidupan setiap manusia pasti pernah mengalami cobaan dan
kesulitan. Namun di balik cobaan dan kesulitan tersebut pasti ada jalan yang
diberikan oleh Tuhan agar kita mampu melewatinya dengan baik. Hal tersebut juga
dialami penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, berkat petunjuk-Nya lah penulis
dapat melewati berbagai macam rintangan dan cobaan yang menghadang dalam
proses penyelesaian penelitian ini.
Oleh karena itu penulis ingin mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang selama ini membimbing penulis dalam mengarungi kerasnya
kehidupan di dunia ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW, beliaulah yang memberikan pencerahan kepada
segenap umat manusia untuk menuju jalan yang terang dalam kehidupan.
Penelitian ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. Terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Arief Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, serta Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. Studi Rizal L.K. MA dan
Drs. Wahidin Saputra, MA selaku para pembantu Dekan Fakultas Ilmu
iii
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Rubiyanah, MA, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus dosen
pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu bagi penulis untuk
mendiskusikan penelitian ini. Terimakasih sedalam-dalamnya atas segala ilmu
dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
3. Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu
membantu dalam segala urusan akademik penulis, terimakasih atas segala
bantuannya.
4. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas segala ilmu pengetahuan
yang diberikan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini.
5. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya.
6. Kedua orang tua tercinta hidup dan matiku Tirta Jaya Kelana dan Cicah
Roikah Spd.I. Terimakasih atas segala bentuk cinta kasih yang tercurah
selama ini.
7. Keluarga besar Mad Buang di Kramat Jati beserta teman-teman sejawatku
disana. Semoga tali silaturahmi kita dapat terus terjaga dengan baik.
iv
8. Teman-teman Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2006. Terimakasih banyak
telah menjadi teman seperjuangan penulis selama menempuh studi di
Universitas Islam Negeri Jakarta.
9. BPN yang pertama kali nyuruh penulis agar cepat menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini. Yang bantuin buat proposal skripsi, nyari bahan dll. Terimakasih
pipi.
10. Meyda Anggraeni yang selalu kasih support, yang kadang agak berisik dan
ngeselin kalo nyuruh buat ngerjain skripsi. Tapi berisiknya merupakan sebuah
motivasi yang besar untuk penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini.
11. Mosa yang juga pernah memberikan motivasi bagi penulis dalam
penggarapan saat penulis masih dalam penelitian.
12. Keluarga kedua penulis di Royal Serpong Village 71. Guruku, Mamakee,
Dede Aysar, Mas Makmur, Mang Aim, Mang Udin, Zamy, Teh Olis, Bi Nuni,
Teh Las yang selalu hadir dalam setiap keseharian penulis.
13. Teman-teman seperjuangan A Iik, Alle serta beberapa teman lainnya
khususnya temen-temen di basecamp Wali seperti Mpok Rini, Ambret, Echo
dan Mas Agus yang banyak membantu demi kelangsungan karya ilmiah yang
penulis buat.
Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan
penelitian ini, baik langsung maupun tidak langsung. Terimakasih atas segala
bantuannya semoga Allah SWT membalas segala perbuatan baik Anda selama ini.
v
Dalam penelitian ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis menerima pertanyaan, masukan atau saran yang berkaitan dengan
karya ilmiah ini. Untuk berkorespondensi dengan penulis, Anda dapat menghubungi
penulis melalui surat elektronik dengan alamat aa.ieie@yahoo.com atau di alamat
twitter @Ekidzikri dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi Anda semua pada umumnya.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9
E. Definisi Istilah Penelitian ............................................................... 10
F. Metodologi Penelitian .................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 15
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kebijakan Redaksional ................................................ 16
B. Teori ............................................................................................... 23
C. Majalah ........................................................................................... 25
1. Pengertian dan Sejarah Majalah ............................................... 25
2. Karakteristik Majalah ............................................................... 28
3. Fungsi Majalah ......................................................................... 29
4. Kategorisasi Majalah ................................................................ 30
D. Pengertian Rubrik........................................................................... 37
BAB III : GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA
A. Sejarah Singkat Majalah NAGASWARA..................................... 38
B. Visi dan Misi Majalah NAGASWARA ........................................ 40
C. Keredaksian ................................................................................... 40
D. Profile Pembaca............................................................................. 43
E. Rubrik-rubrik di Majalah NAGASWARA ................................... 44
F. Intro ............................................................................................... 48
vii
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Proses Perjalanan Berita ................................................................. 54
B. Proses Pengumpulan Data .............................................................. 56
C. Proses Penyeleksian Data ............................................................... 57
D. Proses Penyuntingan Data .............................................................. 60
BAB V : PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................................. 61
B. SARAN-SARAN ........................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Majalah adalah wadah yang terbit mingguan atau bulanan yang tidak
berupa lembaran lebar yang disebut koran. Bila berbicara perbedaaan antara koran
dan majalah tidak hanya menyangkut waktu terbit dan bentuknya saja, melainkan
juga isinya. Koran lebih banyak berisi berita kejadian actual, ulasan berita, kolom
opini dan informasi yang bersifat penerangan, sedangkan majalah lebih banyak
berisi feature penyuluhan, kisah perjalanan, feature masalah dan pendirian
penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenis-jenis
kesusastraan. Dan majalah pun seringkali disertai foto dan gambar ilustrasi.
Majalah merupakan suatu media yang menyuguhkan penilaian secara
normatif, yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.1 Majalah lebih
mementingkan kemenarikan bahan yang ditulis daripada aktualitas. Dalam
kemenarikan ini juga termasuk keterlibatan pembaca dalam tuturan yang
dikemukakan. Kalau harian member berita actual yang sedang berjalan sedangkan
majalah member tulisan yang timeless (tidak ditentukan oleh waktu). Bahannya
lebih mendalam daripada berita dan kejadian yang dilukiskannya lebih dramatis.
Selain itu juga memberikan penyuluhan yang berguna tentang fakta yang sedang
menjadi masalah dalam masyarakat.
1 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Ed. 2, Penerjemah Dharma
dan Ram, (Jakara: Erlangga, 1987), h. 3.
2
Majalah yang terbit mingguan atau bulanan memerlukan tulisan susastra,
puisi dan jenis-jenis belles letters (sastra) lainnya. Penulis untuk majalah bukan
wartawan yang memburu berita, tetapi menyusun berita dengan teliti dan menarik,
agar pembaca merasa puas dan senang. Majalah sebagai feature akan lebih
mengulas unsur mengapa dan bagaimana, bukan apa, siapa, kapan dan dimana
seperti berita.
Dalam penulisan, majalah mengembangkan penulisan feature, sebuah
gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah jurnalistik. Kaidah
jurnalistik mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang terdapat dilapangan.
Selanjutnya, kaidah sastra berhubungan dengan teknik penulisan, sehingga bahasa
yang digunakan dalam majalah bukan bahasa yang terburu-buru seperti koran, tapi
bahasa yang lebih tenang.
Media massa telah dikenal melalui fungsinya sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi. Setiap orang dapat menentukan informasi yang ingin
diketahuinya, seperti informasi tentang ekonomi dan bisnis, internasional, politik,
sosial dan budaya, olah raga, berita nasional, informasi tentang lowongan kerja,
bahkan informasi tentang selebritis. Akan tetapi, selain berfungsi sebagai alat
penyebar informasi, media massa mempunyai fungsi lainnya, yaitu sebagai
lembaga pengawas, penafsiran, penyebaran nilai-nilai dan juga berfungsi dalam
3
memberikan hiburan kepada khalayak, yang tentunya tetap mengandung unsur
mendidik.2
Hadirnya rubrik-rubrik hiburan dalam media massa disajikan untuk
menjadi penyeimbang agar khalayak tidak mengalami overload of informations.
Dalam artian, hiburan dalam media massa diharapkan tidak akan menyebabkan
khalayak merasa jenuh.3 Karena apabila khalayak atau si pembaca merasa jenuh,
ditakutkan tidak mau lagi membaca media tersebut karena adanya rasa bosan
dengan apa yang mereka baca.
Oleh karena itu media massa menyajikan rubrik hiburan yang mengundang
rasa senang, sedih, marah, tawa dan lain sebagainya guna memuaskan seorang
pembaca, karena menurut mereka itu semua adalah suatu hal yang penting yang
tak luput dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya rubrik hiburan yang disajikan
dari pihak media massa akan memberikan suatu hal yang baru, memberikan jeda
pada aktifitas berpikir sehingga ada kesempatan bagi pikiran yang kalut untuk
melakukan penyegaran kembali. Contoh dari pesan yang dapat menyentuh
perasaan khalayak sebagaimana yang dimaksud diatas dapat kita temui pada karya
feature, karya fiksi, artikel humor, sketsa, cerita bergambar (komik) dan
infotainment.
Tulisan atau karya-karya fiksi yang terdapat dalam media massa cetak
merupakan rubrik yang banyak diminati khalayak, walaupun karya-karya fiksi
2 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 15. 3 Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasarnya-Dasar Jurnalistik (Malang: Bayumedia
Publishing, 2005), h. 98.
4
tersebut lebih bersifat imaginatif, bukan berarti tidak ada kaitannya dengan
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan (actual).4 Karya-karya fiksi
tidak hanya dapat kita nikmati dalam bentuk buku, tetapi dapat juga kita temui
dalam media lainnya seperti majalah dan surat kabar. Kedua media ini selalu
memberikan ruang bagi rubrik-rubrik lain agar isi dari berita yang dikeluarkan
dapat menjadi berita yang menarik untuk dibaca.
Salah satu penyajian hiburan dalam sebuah majalah adalah majalah yang
berkaitan dengan musik. Telah banyak orang ketahui bahwasanya musik
merupakan sebuah hiburan yang tak luput dari kehidupan manusia. Karena bagi
mereka musik adalah suatu wadah untuk mencurahkan hati, baik hati yang sedang
sedih, senang, gembira bahkan sakit sekalipun.
Majalah musik memiliki rubrik-rubrik yang tidak biasa dari majalah
umum yang sering kita temui sebelumnya. Perbedaan inilah yang membuat
majalah musik menjadi menarik dan terlihat enjoy serta santai untuk dibaca. Salah
satu rubrik yang sering ditemui dalam majalah musik adalah rubrik intro atau
pendahuluan. Rubrik intro biasanya terdapat didepan atau dibalik cover majalah
musik itu sendiri.
Rubrik intro memiliki kapasitas page yang berbeda dalam sebuah majalah
musik. Rubrik ini biasanya dikaitkan dengan cover yang terdapat pada lembar
majalah. Pembahasannya lebih banyak dan lebih fokus, karena rubrik ini
merupakan inti dari edisi yang dikeluarkan oleh pihak media.
4 Ibid, h. 98-101.
5
Ada beberapa majalah yang membahas tentang musik. Salah satunya
adalah Majalah NAGASWARA. Yang membuat penulis tertarik untuk meneliti
majalah ini adalah: NAGASWARA merupakan suatu label musik yang setara
dengan label-label besar lainnya seperti Musica Studio’s, Trinity Optima, Sony
BMG Indonesia, Warner Music Indonesia, Aksara Record, Alfa Record, Pelangi
Record, Aquarius Musikindo dan banyak lagi label dibelakangnya. Namun yang
berbeda dari label-label lainnya, label NAGASWARA ini membuat majalah
dalam perusahaannya. Majalah tersebut berisikan tentang ruang lingkup
management artis, kegiatan artis dan semua pembahasan maupun kegiatan yang
berkaitan dengan label NAGASWARA tersebut.
Isi dari majalah NAGASWARA hanya fokus pada artis yang
berkecimpung dalam label NAGASWARA, seperti Band WALI, Kerispatih,
Zivilia dan beberapa band besar lainnya. Tidak hanya band, label NAGASWARA
pun memiliki artis Solo (Sendiri), Duo (Berdua), Trio (Bertiga), Boyband dan
Girlband serta banyak lagi artis-artis lainnya. Dalam pembahasannya, majalah ini
mengupas sosok artis, baik profile artist, kegiatan artist, jalan-jalan artis dan
beberapa kegiatan lainnya seputar artis yang telah menandatangani kontrak dalam
label tersebut.
Label yang di produseri Rahayu Kertawiguna ini selalu menyuguhkan hal-
hal menarik dalam perjalanannya, seperti membuat konsep acara yang bertema
NAGASWARA MUSIK AWARDS (NMA). Telah diakui oleh beberapa pihak
bahwasanya selama ini baru label NAGASWARA yang berinisiatif memberikan
apresiasi penghargaan terhadap artist yang berkecimpung didalamnya. Lebih dari
6
150 artist yang masuk dalam nominasi-nominasi yang terdapat dalam beberapa
kategori penghargaannya. Dan dapat kita lihat label NAGASWARA adalah label
yang memiliki artist terbanyak se-Indonesia.
Tidak hanya itu, label ini pun menuangkan prestasinya melalui beberapa
rekor MURI yang didapat, seperti NAGASWARA sebagai produser music yang
menaungi artis terbanyak, Rekor Ring Back Tone (RBT) terbanyak dalam waktu 4
bulan (Wali Band), Rekor perolehan Ring Back Tone (RBT) terbanyak 8 juta
download dalam waktu 2 bulan (Wali Band), Rekor menyanyikan satu lagu
dengan versi terbanyak yaitu 12 macam versi (The Polonia Band), Rekor
pemrakarsa dan penyelenggara aktivasi NSP secara serentak dengan peserta
terbanyak, 1.212 peserta (Kingkong Band), Rekor pengguna payung terbanyak
dalam video klip (The Rain).5
Dari pencapaian-pencapaian yang label NAGASWARA raih, sangatlah
wajar apabila perusahaan ini membuat instansi yang bertemakan sebuah media
cetak. Walau media cetak ini hanya bersifat pribadi, namun media ini
menampilkan unsur-unsur kemenarikan dalam setiap tampilannya.
Isi dari Majalah NAGASWARA memiliki beberapa rubrik yang terdapat
di dalamnya, salah satu dari rubrik tersebut adalah rubrik intro. Dan agar penulis
fokus terhadap penelitian, maka penulis hanya meneliti rubrik intro dari edisi
bulan maret sampai april 2010 yang bertemakan tentang Fenomenal Untuk
Sebuah Nama yang didalamnya terdapat perjalanan spiritual WALI band pada
5 No Musik No Life NAGASWARA Magazine “23th Edition Desember 2010”.
7
saat pembuatan video klip Tobat Maksiat, Harga Diri dan Puaskah di salah satu
Negara tertua yakni Negara di Mesir.
Penulis mengangkat tema ini adalah, karena grup band WALI merupakan
band yang religius yang disetiap lirik katanya terdapat unsur dakwah. Dan dakwah
yang dibarengi dengan alunan musik ini diharapkan dapat memberikan manfaat
pengetahuan dan ilmu kepada setiap orang yang mendengarnya. Oleh karena itu,
dari pembahasan yang telah dikemukakan diatas penulis merasa tertarik untuk
menulis sebuah karya ilmiah atau skripsi dengan memberikan judul Kebijakan
Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April
2010.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
a. Batasan Masalah
Dalam majalah NAGASWARA terdapat beberapa rubrik di
dalamnya yakni: Intro, New Comer, TV Temen, Radio Temen, Story,
Profil, Resep Dokter Musik, Private Collection, Action, Behind The
Scene, Basecamp, Zodiak Musisi Indonesia, Legend, Back King, Agenda,
Reklame Temen, Cord, Music Law dan Get In. Agar pembahasan
penelitian tidak melebar, maka penulis membatasi permasalahannya hanya
pada rubrik Intro edisi maret-april 2010
8
b. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalahnya adalah: ”Bagaimana Kebijakan
Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April
2010?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan kebijakan redaksional, serta bagaimana
kebijakan itu diterapkan pada rubrik yang terdapat pada media
tersebut.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui, menemukan, menjabarkan serta menganalisa
kebijakan redaksional pada majalah musik NAGASWARA terhadap
rubrik intro edisi maret-april 2010.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
pertimbangan kebijakan redaksional majalah musik NAGASWARA
terhadap rubrik intro edisi maret-april 2010.
b. Manfaat Praktis
Agar penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian yang juga
membahas masalah kebijakan redaksional.
9
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil tinjauan penulis terhadap beberapa tulisan, buku
maupun skripsi di perpustakaan Utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Ada beberapa skripsi yang membahas tentang kebijakan redaksional,
diantaranya skripsi Diah Yuliani mengenai Kebijakan Redaksional Metro TV dan
Penyajian Program Snapshot. Serta Oke Wintoro yang membahas tentang
Kebijakan Redaksional Koran Seputar Indonesia dalam Opini Suara Mahasiswa.
Kedua skripsi diatas memfokuskan penelitiannya untuk mendapatkan
informasi bagaimana kebijakan redaksional yang diterapkan masing-masing
media pada program yang menjadi fokus penelitian mereka.
Dalam penelitiannya, Diah Yuliani mendeskripsikan analisa studi kasus, ia
menjelaskan bagaimana kebijakan redaksional Metro TV dibuat dan apa yang
menjadi dasar pertimbangannya, sehingga mampu membuat kebijakan yang
dijadikan tolak ukur dalam penyajian sebuah program beritanya. Sedangkan Oke
Wintoro mendeskripsikan bagaimana Koran Seputar Indonesia menentukan opini
yang layak muat atau tidak dengan bersandar kepada kebijakan yang ada.
Sebagai referensi, penulis menjadikan kedua skripsi diatas sebagai acuan,
karena dasar dari masing-masing penelitiannya sama yaitu membahas tentang
kebijakan redaksional. Akan tetapi, baik media maupun fokus penelitian kami
berbeda. Peneliti mencoba menggunakan media lain yaitu majalah
NAGASWARA sebagai objek penelitian.
10
E. Definisi Istilah Penelitian
Definisi istilah penelitian ini digunakan agar mempermudah dalam
penulisan skripsi, agar apa yang sudah dirumuskan sesuai dengan penyusunannya.
Perumusan ini meliputi tiga hal, pertama mengenai kebijakan redaksional, kedua
mengenai Majalah NAGASWARA dan ketiga, mengenai rubrik Intro.
1) Kebijakan Redaksional
Maksudnya adalah pedoman atau aturan yang digunakan NAGASWARA
untuk menyeleksi naskah rubrik Intro yang layak muat. Aturan tersebut dimulai
dari proses seleksi naskah oleh penanggung jawab rubrik, kemudian melalui rapat
presentasi naskah dengan kriteria lolos berdasarkan penilaian teknis dan non-
teknis.
Penilaian teknis yang dimaksud adalah penilaian berdasarkan kaidah
sastra, yang meliputi tema, sudut pandang, karakter, plot, setting, suasana dan
gaya penulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian non-teknis adalah
penilaian isi pesan cerita haruslah mengandung nilai-nilai positif, sehingga pesan
tersebut dapat menginspirasi pembaca.
2) Majalah NAGASWARA
Majalah NAGASWARA adalah majalah dengan segmentasi yang
mengedepankan kepuasan pada setiap pembahasannya dalam setiap berita tentang
musik ditanah air. Majalah NAGASWARA yang lahir sejak tahun 2009 selama
perjalananya sering sekali merubah konsep, hal ini tak lain agar si pembaca dapat
11
tertarik untuk membacanya. Sebagai majalah musik, NAGASWARA memiliki
tujuan untuk menjadi majalah musik terdepan dan berkualitas. Oleh karena itu,
NAGASWARA selalu memberikan hal-hal yang menarik dalam setiap
cetakannya, khususnya pada rubrik Intro.
3) Rubrik Intro
Rubrik ini terlahir atas inisiatif NAGASWARA. Pembahasan didalamnya
menjelaskan tentang edisi khusus pada cetakan yang dimuat pada waktu yang
telah ditentukan. Rubrik ini dapat membantu pembaca mengetahui berita tentang
Selebriti yang sedang bersinar pada masanya, khususnya yang berkecimpung di
label NAGASWARA.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif analisis. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata, baik secara tertulis maupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati oleh peneliti.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang
fundamental, juga bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam
12
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasannya juga
dalam peristilahannya.6
Studi yang menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan khazanah
dari fenomena empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, cerita dalam
hidup, wawancara, observasi, sejarah, interaksi dan teks visual maupun konten
pesan yang menggambarkan rutinitas dan problematika serta makna kehidupan
individu.
Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan yang sedang berlangsung. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini
adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dan suatu gejala tertentu. Gay
mendefinisikan bahwa metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan meliputi
pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau jawaban pertanyaan yang
menyangkut keadaan pada waktu yang tengah berjalan dari pokok suatu
penelitian.7
Buku Jalaluddin Rakhmat juga membahas tentang metode deskriptif
hanyalah pemaparan tentang situasi atau peristiwa. Penelitian ini ditujukan untuk:
Pertama, mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci dengan melukiskan
gejala yang ada. Kedua, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek-praktek yang berlaku. Ketiga, membuat perbandingan atau evaluasi.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), h. 3. 7 Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alimudin Tuwu
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993), h. 71.
13
Keempat, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.8
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Chief Editor majalah NAGASWARA.
Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah seputar kebijakan
redaksional Majalah NAGASWARA terhadap rubrik intro edisi Maret-April
2010.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan:
a. Observasi: mendatangi kantor redaksi guna menanyakan setiap
kegiatan yang ada pada Majalah NAGASWARA khususnya rubrik
Intro.
b. Wawancara: yakni mengumpulkan data atau informasi dengan cara
bertatap muka langsung dengan informan, agar mendapatkan data
lengkap dan mendalam.9
c. Dokumentasi: mengumpulkan berkas-berkas yang ada agar dapat
dijadikan sebagai bahan pertanggung jawaban atau bukti dalam
penulisan yang telah penulis teliti.
8 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24-25. 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Prenada Media Group,
2002), h. 98.
14
4. Teknik Analisa Data.
Analisa data peneliti lakukan setelah semua data yang dibutuhkan telah
terkumpul. Tekniknya dengan cara mendeskripsi data yang diperoleh, yaitu hasil
dari observasi dan wawancara dengan redaktur rubrik intro. Data-data tersebut
peneliti deskripsikan secara apa adanya serta didukung oleh data yang didapatkan
dari dokumen arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan bahasan
penelitian.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di kantor redaksi majalah NAGASWARA
yang beralamat di Nagaswara Building 2 Jl. Balikpapan 1 No. 9B Petojo, Jakarta
Pusat 10150. Dengan pertimbangan dan persiapan yang harus dilakukan peneliti,
maka penelitian akan dimulai dari Oktober sampai Desember 2011.
15
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini, sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Definisi Istilah Penelitian, Metodologi Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan Teori. Yang merupakan bahasan tentang Pengertian
Kebijakan Redaksional, Teori, Majalah dan Pengertian Rubrik.
BAB III : Gambaran Umum Majalah NAGASWARA. Membahas tentang
Sejarah Singkat Majalah NAGASWARA, Visi dan Misi Majalah
NAGASWARA, Keredaksian, Profile Pembaca, Rubrik-rubrik di
Majalah NAGASWARA dan Intro.
BAB IV : Analisis Data. Membahas lebih detail tentang rubrik Intro, serta
mengungkapkan Proses Perjalanan Berita, Proses Pengumpulan
Data, Proses Penyeleksian Data dan Proses Penyuntingan Data
terhadap Kebijakan Redaksional pada Majalah NAGASWARA.
BAB V : Penutup. Yang berisi Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
penulis, serta terdapat didalamnya Saran-saran.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kebijakan Redaksional
Kebijakan Redaksional terdiri dari dua kata, yaitu: Kebijakan dan
Redaksional. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar serta dasar sebuah rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak: pernyataan, cita-
cita, tujuan, prinsip, maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam
usaha mencapai sasaran.1
Adapun pengertian kebijakan dalam Kamus Manajemen adalah pernyataan
cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran.2 Peneliti beranggapan bahwa kebijakan adalah
dasar yang menjadi pedoman atau petunjuk sebuah perusahaan media dalam
menjalankan kegiatannya yang disesuaikan dengan prinsip atau visi serta misi dari
media itu sendiri.
Sedangkan redaksional berasal dari kata redaksi yang berarti suatu bagian
terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya
mengelola isi atau acara media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum
redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan,
1 Lukman Ali, et.al., Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 640.
2 B. N. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 119.
17
penampilan dan penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media
tersebut.3
Secara garis besar keredaksian dibagi menjadi empat jenjang, yaitu:
1. Pemimpin Redaksi
Pemimpin redaksi bertanggung jawab pada pekerjaan yang terkait
dengan perencanaan dalam laporan berita. Selain itu, ikut memimpin rapat
redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat, peristiwa mana
yang ditangguhkan. Dengan kata lain, tugas dari pemimpin redaksi adalah
menentukan kebijakan isu media.
2. Redaktur Pelaksana
Merupakan penanggung jawab utama seluruh pelaksanaan
pencarian berita. Redaktur pelaksana atau biasa disingkat menjadi redpel
ini, berkemampuan untuk memutuskan berbagai berita utama harus
ditempatkan di halaman mana. Selain itu, ia juga dapat membuat kebijakan
redaksi yang tentunya sudah melalui proses diskusi dengan pemimpin
redaksi. Kerja dari redpel biasanya dibantu oleh beberapa asisten, yang
bertanggung jawab dalam bidang redaksional tertentu atau redaktur.
3. Redaktur
Dalam perusahaan media biasanya terdapat berbagai macam
redaktur yang disesuaikan dengan bahasannya yang ada pada media
tersebut. Semisal redaktur opini, yang membidangi halaman opini.
3 Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,
1990), h. 125.
18
Redaktur opini bertugas dalam mengerjakan Tajuk Rencana, memilah-
milah kiriman artikel para penulis lepas, mengontak para kolumnis yang
dipilihnya atau yang direncanakan redaksi untuk menulis soal
kemasyarakatan. Ia adalah penjaga gawang perbedaan antara tulisan, fakta
dan opini.
Ada lagi, redaktur berita, bertanggung jawab untuk mengontrol
copy desk, bagian naskah (sebelum dicetak), dimana editing akhir berita
dikerjakan serta halaman di disain dan headline ditulis. Kerja dari redaktur
berita dibantu oleh redaktur naskah.
Sedangkan redaktur kota, mewadahi pemberitaan yang bersifat
lokal. Redaktur kota biasanya selalu ada setiap susunan organisasi media.
Karena desk kota merupakan pusat dari ruang pemberitaan koran.
Kedudukan redaktur kota paralel dengan para redaktur yang membidangi
pemberitaan tertentu, seperti redaktur nasional, redaktur internasional,
redaktur ekonomi, redaktur feature, redaktur olah raga, redaktur bisnis,
redaktur minggu dan lainnnya. Masing-masing redaktur itu membawahi
tugas-tugas peliputan, pemolesan dan pengeditan berita-berita yang ditulis
wartawan yang dibawahinya.
19
4. Wartawan atau Reporter
Dalam susunan organisasi keredaksian, wartawan menempati
posisi paling bawah. Tugas dari wartawan itu sendiri adalah untuk
mencari, mengumpulkan dan mengolah serta membuat berita.4
Jika digambarkan dalam bentuk skema struktur organisasi media yang
sederhana, akan seperti ini:5
Gambar: Struktur Sederhana Bidang Redaksi
Berdasarkan pengertian diatas, maka jika digabungkan pengertian
kebijakan redaksional adalah dasar pertimbangan suatu lembaga media massa
4 Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
h. 191-194. 5 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 25.
Pemimpin Redaksi
Sekretaris Redaksi
Redaktur Pelaksana
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur Redaktur
Wartawan/Reporter
20
untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga dapat
ditunjukan berupa sikap redaksi suatu lembaga media massa dalam Tajuk
Rencana atau Editorial. Kebijakan redaksi itu penting karena digunakan untuk
menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan
saja peristiwa, tapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.6
Pendapat lain mengatakan bahwa kebijakan redaksional adalah ketentuan
yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang
boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah atau ungkapan yang
tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media.
Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi
ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawan
atau penyiar.7
Dalam buku bahasa jurnalistik dinyatakan bahwa kebijakan redaksional
lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang
dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar
yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam.8
Kebijakan redaksional adalah sesuatu yang penting dalam kelangsungan
sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembela
antara media satu dengan media lainnya. Selain itu, jika sebuah media tidak
6 Sudirman Tebba, Junalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150.
7 Den Oleh, “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy), “ artikel diakses pada 12
november 2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-redaksional-editorial-
policy/ 8 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 23.
21
memiliki kebijakan redaksi, maka media tersebut dalam penyajian berita-beritanya
tidak akan konsisten. Hal ini ditandai dengan penyampaian berita yang selalu
berubah-ubah. Hari ini menyuarakan dukungan terhadap keijakan pemerintah, dan
keesokan harinya menyuarakan menentang terhadap kebijakan pemerintah. Sikap
media yang seperti ini dapat melunturkan kepercayaan khalayak pada media
tersebut.9
Hal ini bisa terjadi karena media massa merupakan media diskusi publik
tentang suatu masalah yang akan melibatkan tiga pihak, yaitu wartawan, sumber
berita dan khalayak.10
Lahirnya suatu kebijakan dalam perusahaan media massa memiliki dasar
pertimbangan sendiri, sebagaimana dikutip dalam buku Jurnalistik Baru yakni:
Dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau tidak
menyiarkan peristiwa pertama-tama ditentukan oleh sifat media massa yang
bersangkutan. Sifat media ada yang khusus dan ada yang umum. Selain itu, dasar
pertimbangan lainnya bersifat ideologis, politis dan bisnis. Dasar pertimbangan
ideologis ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Kedua, adalah
masalah politis, karena kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik,
sebab kehidupan pers merupakan indikator demokrasi. Ketiga, dasar
pertimbangan untuk menyiarkan suatu peristiwa adalah bisnis.11
9 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 150.
10 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
GITANYALI, 2004), h. 167. 11
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 151-154.
22
Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations, menjelaskan mengenai
kebijakan redaksional ini meliputi sikap ”politik” media dan aturan keredaksian
kewartawanan. Politik disini dapat diartikan secara arti sesungguhnya atau juga
bukan dalam arti yang sesungguhnya. Berkaitan dengan kebijakan redaksional;
setiap media massa memiliki sikap yang berbeda dalam melihat satu
permasalahan, sehingga antara media satu dengan media lainnya pasti memiliki
sikap yang berbeda. Begitu pun dalan pengertian politik yang sesungguhnya,
karena adakalanya setiap media memiliki kepentingan untuk golongan politik
tertentu.
Sikap ”politik” media ini pun bukan hanya pada partai politik, akan tetapi
terhadap berbagai kepentingan lain yang berhubungan dengan kepemilikan media,
sejarah media, alasan ekonomis, misi media serta kepentingan lainnya.
Kepemilikan media bisa perorangan atau individu, perusahaan, organisasi,
profesi, orsospol, ormas, BUMN, yayasan atau lembaga lainnya. Berkaitan
dengan nilai yang diemban maka sebuah media akan membedakan sekap dan
warna pemberitaannya. Misalnya media yang memiliki misi tertentu baik dari sisi
kesukuan, keagamaan, maupun golongan pada kelompok tertentu, pasti memiliki
sikap dan warna yang lain.
Selain sikap ”politik” yang berbeda, antara media massa pun memiliki
aturan keredaksian dan aturan kewartawanan yang berbeda pula. Ini bergantung
pada misi dan sifat media yang bersangkutan. Misalnya, karena misinya, sebuah
23
majalah khusus tentang Islam tentunya tidak akan memuat pemberitaan atau press
release dari agama yang lain dengan alasan sasaran pembacanya tidak tepat.
Juga kita pun harus mengetahui bahwa karena sifat media tertentu, sebuah
media tidak menerima siaran pers untuk dimuat utuh. Media-media yang terbit
mingguan, baik majalah maupun tabloid tidak akan memuat siaran pers utuh
karena surat kabar harian sudah memuatnya. Kecuali jika itu eksklusif. Karena
sifat media pula, mengharuskan aturan keredaksian yang diterapkan menjadi
berbeda. Misalnya, media yang terbit mingguan, dwimingguan, atau bulanan tidak
akan memuat berita yang diperuntukkan bagi media harian. Selain itu, kita harus
tahu aturan kewartawanan masing-masing berita. Apakah media yang kita undang
itu memperbolehkan wartawannnya untuk menerima amplop atau tidak.12
B. Teori
Dalam hal ini penulis menggunakan Teori Hirarki Pengaruh yang
diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini
menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh
pengaruh internal dan eksternal.13
Shoemaker dan Reese membagi kepada lima level pengaruh isi media, dari
kelima pengaruh ini diantaranya:
1. Pengaruh dari individu pekerja media (individual level)
- Tingkat pengetahuan dan pengalaman penulis
12
Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 20-22. 13
Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message (New York
,Longman Publisher : 1996) h. 60
24
2. Pengaruh dari rutinitas media (media routines level)
- Standar kegiatan
3. Pengaruh dari organisasi media (organizational level)
- Tujuan media
4. Pengaruh dari luar media (outside media level)
- Lingkungan politik
5. Pengaruh ideologi (ideology level)
- Jenis bermusik
Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan
kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media
dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada konten
media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu
wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media. Sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para
pengiklan, pemerintah masyarakat dan faktor eksternal lainnya.
Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda
media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi
media.14
Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari
program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal
yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu
berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.15
Dari teori ini kita dapat melihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada
tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah
14
Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A power balance perspective (Beverly
Hills: Sage, 1991), h. 324 15
Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,8th
ed.
(Belmont: Thomson Wadsworth, 2005) h. 281
25
media tapi kita tidak bisa mengesampingkan faktor yang lainnya karena saling
terkait satu dengan yang lainnya.
C. Majalah
1. Pengertian dan Sejarah Majalah
Majalah adalah terbitan berkala yang sisinya meliputi berbagai macam
liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh
pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan,
tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Dan menurut pengkhususan isinya
dibedakan atas majalah berita, majalah khusus wanita, remaja, olah raga, sastra,
ilmu pengetahuan tertentu.16
Djony Herfan menjelaskan bahwa majalah merupakan bagian dari media
massa atau media pers yang terbit secara berkala, bisa mingguan atau bulanan.
Selain itu, isi majalah memuat berbagai macam artikel, cerita, gambar-gambar dan
juga iklan.17
Definisi lainnya, majalah merupakan media massa yang terbit secara
berkala dan memiliki format ukuran setengah dari ukuran tabloid atau seperempat
ukuran broadsheet (newspaper). Menurut Mario R. Garcia (Newspaper Design,
1986), selain umumnya berukuran seperempat halaman broadsheet, pengertian
majalah ini adalah, halaman demi halamannya diikat dengan kawat (dihekter)
16
Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 545. 17
Djony Herfan, ed., Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: PT. grasindo, 1998), h. 77.
26
serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau lebih mengkilat
dibandingkan kertas halaman dalam.18
Mengenai terbitan berkala yang dimaksudkan adalah terbit teratur dalam
waktu yang berselang-seling, mungkin sekali terbit dengan kala atau frekuensi
tengah mingguan (seminggu dua kali) atau dapat juga terbit tiap semester atau
tengah tahunan (setahun dua kali).19
Berkenaan dengan perkembangan majalah, dimulai tidak lama setelah
munculnya surat kabar. Seperti halnya surat kabar, sejarah majalah juga diawali di
Negara-negara Eropa dan Amerika. Inggris memulai sejarah perkembangan
majalah pada 1704, yang pada saat itu adalah majalah Review. Majalah ini
berisikan tentang berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral dan lainnya.
Kemudian 1790, terbit majalah The Tatler dan The Spectator, yang sudah mulai
memasuki unsur hiburannya.
Di Amerika, perkembangan majalah dipelopori oleh Benjamin Franklin
pada 1740, dengan majalahnya General Magazine dan Histirocal Chronicle.
Kemudian 1821, ada Saturday Evening Post dan North American Review dan
berkembang terus sampai sekarang.
Perkembangan majalah di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan
awal kemerdekaan. Perkembangan majalah pada masa ini ditujukan untuk
menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat
kepahlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional
18
Abdullah, Press Relation, h. 12. 19
Lasa HS, Pengelolaan Terbitan Berkala (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 13-14.
27
untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat, seperti
yang dikemukakan oleh Soemanang, SH pada salah satu edisi majalah terbitannya
Revue Indonesia
Beralih pada zaman Orde Lama, tidak hanya majalah, jenis-jenis media
massa lainnya saat itu mengalami penurunan. Penurunan itu terjadi baik dari segi
fungsi juga jumlah penerbitannya karena ulah pemerintah. Sedangkan pada zaman
Orde Baru, majalah maupun media massa lainnya mulai tumbuh kembali. Pada
1966 terbit majalah Selecta pimpinan Syamsudin Lubis, Horison majalah sastra
pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan Kiblat. Selanjutnya kurun waktu
1971 sampai 1980 majalah tumbuh secara pesat sejalan dengan perekonomian
bangsa saat itu yang sedang membaik.20
Pendapat lain menyebutkan bahwa majalah mulai berkembang sejak akhir
abad ke-19, ketika media tersebut hadir sebagai media hiburan utama. Karena saat
itu, baik radio maupun televisi belum banyak dikenal orang. Juga pada saat itu,
tidak setiap orang mampu untuk pergi menonton ke bioskop. Awal
kemunculannya, majalah hadir dengan membuka halaman iklan sebagai salah satu
daya tariknya. Menjelang tahun 1950-an televisi muncul sebagai media massa
yang baru, mengalahkan majalah. Oleh karenanya majalah berkembang dan
memiliki metode serta strategi dalam mensiasati masyarakat bacanya sendiri.
Semuanya tampil dengan gaya dan kandungan pesannya masing-masing sesuai
dengan karakteristik kelompok masyarakat pembaca yang menjadi sasaran pokok
20
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 109-111.
28
majalah-majalah itu. Hal ini berdasarkan pertimbangan oleh setiap perusahaan
majalah, yakni mengenai loyalitas pembacanya, kompetisi pasar dan kondisi
sosial ekonomi nasyarakat baca.21
2. Karakteristik Majalah
a. Penyajian Lebih Dalam
Karena terbitnya secara berkala maka para reporter memiliki waktu yang
cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga
punya waktu yang banyak untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut,
sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam.
Kuncinya adalah berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena
dibubuhi latar belakang peristiwa atau unsur why dikemukakan secara lengkap,
begitu pula peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how)
dikemukakan secara kronologis.
b. Nilai Aktualitas Lebih Lama
Dengan terbit secara berkala juga, maka nilai aktualitas berita dalam
majalah bisa lebih lama jika dibandingkan dengan surat kabar yang hanya
berumur satu hari. Oleh karenanya, kita tidak pernah menganggap usang majalah
yang terbit dua atau tiga hari yang lalu.
21
Asep Saeful Muhtadi, Junalistik: Pendekatan Teori dan Praktek (Jakarta: Logos Ilmu,
1999), h. 91-93.
29
c. Gambar atau Foto Lebih Banyak
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya
yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto yang lengkap,
dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang
digunakan pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya
tarik tersendiri, apalagi apabila foto tersebut sifatnya eksklusif.
d. Sampul Sebagai Daya Tarik
Sampul ibarat pakaian dan aksesoris pada manusia. Sampul majalah
biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang
menarik pula. Menarik tidaknya suatu majalah sangat bergantung pada tipe
majalahnya, serta konsistensi dalam menampilkan ciri khasnya. Sehingga secara
sepintas pembaca dapat mengidentifikasi majalah tersebut.22
3. Fungsi Majalah
Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama
media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra mungkin
lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar
negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina,
meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah
kewanitaan, isinya pun lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik
mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian, fungsi utamanya adalah
memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya
22
Ardianto dan Erdinaya, Komunikasi Massa, h. 113-115.
30
berupa informasi. Majalah sastra fungsi utamanya adalah memberikan informasi
kesastraan pada pembaca.
Pada dasarnya majalah memiliki fungsi yang sama dengan media massa,
karena majalah adalah bagian dari media massa itu sendiri. Fungsi-fungsi tersebut
adalah fungsi penyebar informasi, menjadi sarana hiburan, alat pembelajaran dan
sebagai kontrol sosial (bagi majalah-majalah berita).23
Pendapat lain menyebutkan
bahwa meski majalah tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah baik
yang terbit bulanan maupun mingguan tetap memiliki efek edukasi yang tinggi, ia
juga berperan sebagai penyampai dan penafsir pesan.24
4. Kategorisasi Majalah
Penjabaran mengenai kategorisasi majalah akan ditampilkan melalui
beberapa pendapat yang peneliti dapatkan. Kategorisasi suatu majalah ditentukan
oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan
siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, pria/wanita
dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja hingga dewasa. Bisa juga majalah
tersebut mempunyai sasaran pembaca dengan profesi tertentu.
23
Ibid, h. 112. 24
William L. Rivers, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta: Prenada
Media, 2003), h. 212.
31
Majalah-majalah yang terbit pada masa Orde Baru dapat dikategorisasikan
sebagai berikut:25
1. Majalah Berita : Tempo, Gatra, Sinar, Tiras
2. Majalah Keluarga : Ayah Bunda, Famili
3. Majalah Wanita : Femina, Kartini, Sarinah
4. Majalah Pria : Matra
5. Majalah Remaja : Gadis, KawanKu
6. Majalah Remaja Pria : Hai
7. Majalah Anak-anak : Bobo, Ganesha, Aku Anak Shaleh (Islam)
8. Majalah Ilmiah Populer : Prisma
9. Majalah Umum : Intisari, Warnasari
10. Majalah Hukum : Forum Keadilan
11. Majalah Pertanian : Trubus
12. Majalah Humor : Humor
13. Majalah Olah Raga : Sportif, Raket
14. Majalah Berbahasa Daerah : Mangle (Sunda, Bandung),
Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)
25
Ardianto dan Erdinaya, Komunikasi Massa, h. 112.
32
Berikut adalah sejumlah kategori majalah, menurut Encyclopedia
Britannica: britannica.com (2000):
1) Majalah Umum
Sesuai dengan namanya, majalah umum berisikan berbagai macam hal
dan ditujukan tidak pada segmen tertentu. Pada masa jayanya, saat
bentuk majalah mulai dipopulerkan, jenis majalah ini menguasai pasar
penerbitan majalah.
2) Majalah-majalah Berkualitas
Majalah jenis ”berkualitas” ini menawarkan artikel-artikel yang
khusus. Kualitas artikelnya tidak bisa dipublikasikan dimana saja.
Kendati memiliki kesamaan sifat sajiannya dengan majalah umum,
majalah ”berkualitas” menawarkan standar kualitas yang lebih tinggi.
Maka itu, majalah jenis ini terutama hendak menarik pembaca dengan
tingkat intelegensi dan pendapatan diatas rata-rata.
3) Majalah Penerbangan
Majalah jenis ini adalah sejenis majalah internal yang ditujukan kepada
para penumpang pesawat terbang (atau jenis transportasi jarak jauh).
4) Majalah Berita
Majalah berita merupakan satu bentuk publikasi yang
mengombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan dengan
peliputan mendalam dan penulisan feature-mingguan personal,
majalah ini hendak menjangkau pembaca mingguan, yang ingin
33
mendapatkan kedalaman pemberitaan dengan tingkat profesionalitas
tertentu.
5) Divisi Majalah dalam Koran
Ini adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada
pelanggan mereka yang memiliki minat dan perhatian tertentu. Pada
majalah inilah para penulis-penulis lepas berpeluang untuk mengisinya
dengan tulisan-tulisan lokal. Umumnya, majalah jenis ini berisikan
tentang sketsa sosok-sosok penduduk lokal, lembar-lembar pariwisata
dan sejarah, renungan pemikiran, peristiwa-peristiwa budaya, tentang
berkebun dan kiat-kiat bisnis.
6) Majalah Kota
Majalah kota berkembang seiring dengan matinya majalah-majalah
bersirkulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota adalah artikel-
artikel survival untuk menghadapi problematika kehidupan kota besar,
ditambah sajian-sajian entertain.
7) Majalah Religius
Majalah religius memuat artikel-artikel keagamaan. Kendati berlatar
belakang agama yang sama, jenisnya cukup bervariasi, mulai dari
majalah bergaris keras – fundamentalis sampai lunak – kompromistis.
8) Majalah Pria
Dalam majalah ini yang dapat ditawarkan berupa; artikel-artikel yang
bersifat pemuas kebutuhan pria – dari hasrat seks, hobi, sampai minat
kaum pria lainnya – ciri yang ditampilkan majalah ini biasanya adalah
34
topik yang sensasional. Ciri-ciri sajiannya bersifat mengekspos isu
tertentu, dalam gaya penuturan yang sederhana, langsung pada pokok
persoalan sehingga mudah dibaca dan tidak kelewat akademis atau
ilmiah. Nadanya ditujukan untuk kesenangan dan hiburan.
9) Majalah Wanita
Materinya cukup bervariasi, mulai dari yang menawarkan tips-tips
dapur hingga majalah yang diisi oleh aktivis feminis yang menuntut
persamaan.
10) Shelter Magazine
Majalah ini ditujukan kepada khalayak yang menaruh minat pada hal-
hal yang berkaitan dengan rumah, pertamanan, berkebun, dekorasi
interior atau berbagai aktivitas ”rumah” lainnya.
11) Majalah Pertanian
Berisi artikel-artikel yang berkisar pada topik pertanian atau
peternakan, berkebun dan menanam buah. Artikel-artikel ini ditulis
oleh para penulis berpengalaman dibidangnya.
12) Majalah Olah Raga
Tema berita maupun ulasan dan artikel berkisar pada olahraga dan
aktivitas fisik diluar ruangan.
13) Jurnal Perdagangan
Karena ditujukan untuk kepentingan bisnis, arikelnya pun kebanyakan
berkisar soal bisnis dan ekonomi.
35
14) Majalah Perusahaan
Ada yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan
sekedar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar
anggota.
15) Majalah Fraternal – Organisasi Persaudaraan
Majalah ini diterbitkan untuk kepentingan organisasi. Kebanyakan
sajiannya berisi materi yang melibatkan para anggota dalam proyek-
proyek organisasi.
16) Majalah Opini
Berisi berbagai artikel opini. Para penulisnya kebanyakan mencari
prestise. Mereka mengirimkan artikelnya dengan harapan namanya
tercatat dalam konstelasi para elit intelektual.
17) Publikasi Alternatif
Disebut juga ”pers bawah tanah,” beberapa filosofinya bersandar pada
khalayak yang tergolong kecil hingga medium jumlahnya. Cakupan
isinya dimulai dari minat yang sempit dengan format sederhana,
namun tak tertutup kemungkinan – jika disukai publik – berkembang
menjadi besar.
18) Majalah khusus lainnya
Kategori majalah ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan
perhatian masyarakat, yang dari hari ke hari bertambah sesuai dengan
peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat.”26
26
Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 93-97.
36
Sebagaimana diketahui bahwa terbitan berkala itu banyak ragamnya,
mengingat pembacanya yang sangat heterogen tingkat pendidikan dan minat
mereka. Oleh karenanya, menurut Santana yang dikutip dalam bukunya, majalah
dibagi berdasarkan 4 macam jenis, yakni;
a. Majalah Umum
Jenis ini dopersiapkan untuk konsumsi umum. Berisi macam-macam
bidang; pendidikan, kerumah tanggaan, olah raga, politik, hiburan,
keterampilan dan lain-lain. Ditulis dengan bahasa yang mudah
dipahami.
b. Majalah Teknis
Majalah jenis ini ditulis dengan bahasa teknis, pelaksanaan bidang
tertentu, memperbaiki peralatan, memasang komponen tertentu.
c. Majalah Ilmiah
Ditulis denga bahasa ilmiah sehingga sulit dipahami oleh masyarakat
umum
d. Majalah Ilmiah Populer
Berisi tulisan-tulisan tentang keilmuan atau bidang tertentu, ditulis
dengan bahasa yang ringan, bahasa harian dan populer. Sehingga orang
yang diluar bidang itu dapat memahami juga kalangan umum
terpelajar.27
27
Lasa HS, Pengelolaan Terbitan Berkala, h. 23-24.
37
D. Pengertian Rubrik
Masri sareb dalam bukunya mengemukakan mengenai pengertian rubrik,
sebagaimana dibawah ini:
Asal-usul istilah rubrikasi dimulai tidak lama setelah Gutenberg
menemukan mesin cetak, sehingga banyak buku yang diproduksi secara massal.
Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata tebal. Untuk menandai (book mark
sekarang), buku satu dengan buku lainnya, disekat dengan pita warna merah.
Dalam bahasa latin merah berarti: ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai
ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi.
Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu
yang khas, dimana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda.
Seorang pembaca yang menyukai menu A, belum tentu menyukai menu B, begitu
sebaliknya. Tidak setiap menu disantap. Demikian pula pembaca, mereka sering
membaca hanya rubrik yang paling disukai saja.28
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa, rubrik adalah
kepala karangan (ruangan) dalam surat kabar atau majalah, dsb.29
Dengan
pertimbangan tersebut, majalah NAGASWARA juga menyajikan menu-menu
yang bisa dipilih oleh pembacanya. Rubrik-rubrik tersebut dipilih pembaca
berdasarkan selera dari pembaca itu sendiri.
28
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 88. 29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 756.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA
A. Sejarah Singkat Majalah Nagaswara
Dalam membantu mengembangkan berita seputar musik di Indonesia,
Majalah NAGASWARA menyediakan berbagai rubrik dalam setiap edisinya. Di
antaranya rubrik Intro, New Comer, TV Temen, Radio Temen, Story, Profil, Resep
Dokter Musik, Private Collection, Action, Behind The Scene, Basecamp, Zodiak
Musisi Indonesia, Legend, Back King, Agenda, Reklame Temen, Cord, Music Law
dan Get In. Berbagai macam rubrik ini bertujuan untuk menarik minat pembaca
NAGASWARA Magazine.
Rubrik-rubrik yang tertulis di atas memberikan kesempatan bagi setiap
wartawan untuk menampilkan karya disetiap rubriknya. Keberadaan majalah
NAGASWARA ini tidak sekedar menyuguhkan bacaan atau hiburan semata,
melainkan sebagai sarana bisnis bagi siapa saja pihak yang berkenan memasang iklan
dalam majalah NAGASWARA. Contohnya seperti BANK, Provider dan berbagai
instansi lainnya yang berani membayar iklan tersebut.
Saat ini NAGASWARA merupakan label yang memiliki artis terbanyak di
dunia. Menurut data yang didapat, NAGASWARA memasukan tujuh artis dalam tiap
bulannya. Karena seiring waktu yang ditempuh artis NAGASWARA pun makin
banyak hingga mencapai angka lebih dari 200 artis sampai sekarang.
39
Majalah NAGASWARA didirikan oleh produser label NAGASWARA yakni
Bapak Rahayu Kertawiguna pada Desember 2009. Di awal penerbitannya majalah ini
hanya diperuntukan untuk orang-orang terdekat saja, sampai pada akhirnya lama
kelamaan majalah ini berkembang seiring majunya perkembangan Label
NAGASWARA yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dalam
perindustrian musik di Indonesia khususnya.
Pada awalnya majalah NAGASWARA adalah majalah yang anti marketing,
tidak bertujuan untuk memperjual-belikan dan juga tidak menerima iklan dalam tiap
edisinya. Majalah ini dibuat agar bagaimana caranya bacaan ini sampai ke pembaca.
Namun lama-kelamaan majalah ini pun akhirnya luluh, banyak instansi atau iklan
yang ingin masuk didalamnya seperti BANK, Provider dan lain-lain. Dan dari semua
iklan yang masuk, NAGASWARA hanya memasukan tujuh iklan dalam tiap
edisinya. Sampai saat ini, majalah NAGASWARA merupakan majalah musik yang
patut diperhitungkan kelayakan bacanya, karena isinya sungguh enak dan nikmat
untuk dibaca.
Tujuan dari didirikannya NAGASWARA Magazine ini tidak lain untuk
menghemat biaya promosi artis yang berkecimpung di label NAGASWARA. Karena
setiap artis harus dipromosikan ke beberapa media, baik TV, Radio maupun Cetak.
Oleh karena itu, dengan adanya majalah ini biaya yang dikeluarkan dari pihak label
tidak terlalu banyak.
40
B. Visi dan Misi Majalah Nagaswara
Visi dari majalah NAGASWARA adalah:
Menjadikan dirinya sebagai majalah musik yang berkualitas serta terdepan
dalam memberikan sebuah berita khususnya berita selebritis yang memfokuskan pada
label NAGASWARA.
Misi dari Majalah NAGASWARA adalah:
Memberikan hiburan yang menarik dengan visual-visual yang terkandung di
dalamnya. Serta memberitahukan kegiatan ataupun pencapaian-pencapaian yang telah
diraih oleh artis yang bernaung di label NAGASWARA.
C. Keredaksian
a. Struktur Redaksi
Struktur redaksi Majalah NAGASWARA dari awal penerbitannya hingga
sekarang mengalami beberapa kali pergantian redaksi. Dibawah ini merupakan
struktur redaksi terbaru Majalah NAGASWARA yang terdiri dari:
Chief Editor : Rahayu Kertawiguna
Managing Editor : Khojay Cheng
Coor Coverage : Tama Marcapada
Editor : Anggara Qiw
41
Special Editor : Asrul Arief
Contributor : Ron Wida (USA)
Law Advice : Ramsudin Manulang SH
Reporters : Vito Nidu, Aa Noor, Wendi Copilot
Photographer : Kim Sadewa
Ass Photographer : Syefrinaldy Tanjung
Managing Design Artistic : Uzh Uzh Sparkling
Design Artistic : Alex Onesist, Embong Hasant, Baskara J
Secretary : Yani
Event Licence : Leo
Managing AE : Al-Gazhali
Distribution : Dian
Event Organizer : Rosta, Oscar
Public Relations : Andre, Afif Attamimi
Artist Management : Willy, Ute, Indra
42
b. Pengaruh Dewan Redaksi
Peran Chief Editor sekaligus produser label Nagaswara yang saat ini di
tempati oleh Rahayu Kertawiguna sangatlah berpengaruh dalam setiap keputusan
yang akan dijadikan materi dalam majalah NAGASWARA. Karena beliaulah yang
menentukan berita apa yang layak dan tidak layak untuk diterbitkan. Maka dari itu
Chief Editor menentukan semua yang berkaitan dengan majalah NAGASWARA.
c. Rapat Redaksi
Majalah musik NAGASWARA seperti halnya majalah lainnya selalu
melakukan rapat redaksi. Rapat rutin redaksi ini dilaksanakan sebulan sekali setiap
tanggal 20. Dalam rapat redaksi ini membahas tentang naskah yang akan dimuat,
mengevaluasi majalah yang telah terbit sebelumnya, serta membahas permasalahan
keredaksian atau non keredaksian.
Penetapan sebuah naskah yang diterbitkan melewati beberapa proses.
Pertama, naskah yang masuk dalam meja redaksi akan dibagi rata menurut
penanggung jawab rubrik masing-masing untuk dibaca dan dinilai kelayakannya.
Setelah itu diadakan rapat presentasi naskah. Rapat ini dilakukan untuk menilai
kembali kelayakan naskah-naskah yang sudah dinilai layak oleh penanggung jawab
masing-masing rubrik. Naskah yang layak muat adalah naskah yang melewati proses
ini dan sudah disepakati oleh semua redaktur.
43
Setelah persiapan naskah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada bagian
lay out untuk ditata dan diberi ilustrasi. Pengerjaan ini membutuhkan waktu kurang
lebih selama 10 hari. Setelah selesai semuanya di print out. Pada hari berikutnya
setelah pengerjaan selesai, dikembalikan lagi ke redaksi untuk dinilai perbedaan
penampilan gambar dan font secara keseluruhan atau diedit ulang.1
D. Profile Pembaca
Sasaran pembaca dari terbentuknya Majalah NAGASWARA tidak ditentukan,
siapapun bisa menikmatinya baik kaum muda maupun kaum tua, apalagi mereka
yang memiliki jiwa seni bermusik yang tinggi. Selain memiliki pembaca yang
mayoritas memiliki jiwa seni dalam bermusik, Majalah NAGASWARA dapat
dijadikan majalah alternatif dari majalah-majalah pada umumnya, dan mereka berasal
dari berbagai golongan yang tidak terlalu faham dengan musik.
Berdasarkan surat-surat yang masuk dalam meja redaksi, pembaca Majalah
NAGASWARA dapat diklarifikasikan ke dalam beberapa kategori pembaca. Ada
yang tergolong pembaca fanatik yang biasanya dari pihak radio dan TV, mereka
menjadi pelanggan setia majalah NAGASWARA, paling peduli dan memanfaatkan
berita-berita tentang selebriti Nagaswara yang sedang in di industri musik tanah air.
Kemudian ada pula yang tergolong ke dalam pembaca pemantau atau pembaca yang
1 Wawancara pribadi dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA,
Jakarta, 19 April 2012.
44
merasa jenuh dengan sajian bacaan yang biasa mereka terima dan ingin mencari
alternatif bacaan, mereka pula sesekali memantau perkembangan NAGASWARA
baik membeli maupun meminjam. Dan ada pula golongan pembaca pemula atau
pembaca yang baru berlangganan.
E. Rubrik-rubrik di Majalah NAGASWARA
Macam-macam rubrik dalam Majalah NAGASWARA sebagai berikut:
1. Intro
Rubrik yang menjelaskan tentang isi dari judul Majalah sekaligus
menghubungkan atau dapat di kategorikan sebagai sambungan dari judul yang
tertera di muka Majalah.
2. New Comer
Rubrik ini menjelaskan tentang artis pendatang baru yang berkecimpung di
label NAGASWARA dan mulai di minati oleh khalayak. Dan biasanya artis
yang dimaksud adalah artis yang punya daya jual tinggi dalam setiap karya
yang mereka buat.
3. TV Temen
Biasanya mempromosikan artisnya lewat stasiun TV dengan memperlihatkan
gambar-gambar yang ada sewaktu On Air di TV. Baik itu sedang On Stage
maupun back Stage
45
4. Radio Temen
Tak berbeda jauh dengan rubrik TV Temen diatas, rubrik ini pun
mempromosikan artisnya lewat stasiun Radio dan memperlihatkan gambar-
gambarnya pula sewaktu On Air di Radio.
5. Story
Menceritakan pengalaman seorang artis yang bermukim di Label
NAGASWARA. Biasanya berisikan tentang seorang artis disaat sebelum
masuk label atau masuk ke dalam industri musik di NAGASWARA.
6. Profil
Menyuguhkan bacaan tentang ke pribadian artis, baik artis Band, Solo, Duo
dan sebagainya. Baik dan buruknya artis NAGASWARA akan ada di rubrik
ini.
7. Resep Dokter Musik
Masukan-masukan dari para pakar musik. Memberikan arahan dan
pengetahuan tentang musik. Biasanya rubrik ini hanya seputar masukan dari
musisi-musisi yang dulu muda.
8. Private Collection
Memberikan suguhan tentang apa yang dimiliki atau di tekuni seorang artis di
luar kegiatannya sebagai seorang publik figur.
46
9. Action
Memperlihatkan foto akting para musisi tanah air yang berlabelkan
NAGASWARA dalam sebuah penggarapan video klip dari masing-masing
artis.
10. Behind The Scene
Potret tentang adegan-adegan sewaktu pembuatan video klip artis
NAGASWARA. Biasanya memperlihatkan adegan-adegan konyol yang tidak
tampak di layar kaca, sehingga menjadikan rubrik ini lucu.
11. Basecamp
Aktivitas para artist NAGASWARA di tempat mereka biasa berkumpul.
Mengikuti segala kegiatannya, baik pada saat latihan atau pada saat mereka
bercanda.
12. Zodiak
Berisikan tentang zodiak atau ramalan sesuai tanggal dan bulan. Sangat
bermanfaat agar kita sebagai manusia dapat memandang hidup dengan rasa
optimis. Bukan harus percaya, ini hanya perkiraan dari para ahli dalam
bidangnya.2
13. Legend
Musisi-musisi yang dulu muda memberikan pengalamannya pada kita tentang
pengetahuannya soal musik, agar musisi-musisi muda tidak ceroboh atau
sembrono dalam melakukan kaidah-kaidah dalam bermusik.
2 NAGASWARA Magazine 13
th Edition Januari-Februari 2010
47
14. Back King
Menampilkan musisi-musisi senior yang berpendapat soal musik menurut
keyakinan mereka dan memberikan motivasi agar kita dapat memaknai arti
sebuah musik.
15. Agenda
Membahas tentang perencanaan Label NAGASWARA pada pertemuan-
pertemuan kedepannya atau pada pertemuan yang telah terlaksana. Biasanya
memberikan bocoran pada si pembaca kira-kira rubrik apa yang akan di
suguhkan dalam edisi berikutnya.
16. Reklame Temen
Berhubungan dengan event yang akan diselenggarakan. Menjelaskan tentang
channel mereka dalam sebuah jaringan dan bekerjasama dengan EO yang
bersangkutan.
17. Chord
Menyuguhkan lyrik lagu beserta kuncinya agar dapat dimainkan dengan
mudah oleh pembaca.3
18. Music Law dan Get In
Menjelaskan tentang anti pembajakan dalam dunia musik yang marak terjadi
di Negeri kita dan penanggulangannya.4
3 NAGASWARA Magazine 23
th Edition Desember 2010
4 NAGASWARA Magazine 25
th Edition Februari 2011
48
Dari sekian banyaknya rubrik yang terdapat pada Majalah NAGASWARA di
atas, penulis hanya memfokuskan pembahasannya hanya pada rubrik Intro (awal),
karena rubrik ini termasuk ke dalam point penting dari setiap edisi pada Majalah
NAGASWARA.
F. Intro
Intro dalam bahasa inggris adalah Introduction, yang berarti Pendahuluan.
Studi pendahuluan merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan persiapan yang
dilakukan oleh seorang peneliti, dengan tujuan untuk menentukan objek dan subjek
penelitian yang tepat, yang sesuai dengan tema penelitian yang menjadi fokus kajian
peneliti.
Objek penelitian, berkaitan dengan variabel-variabel yang dipilih oleh
peneliti, baik variabel masalah maupun variabel-variabel yang diduga merupakan
variabel yang mempengaruhi variabel masalah. Dengan demikian, penentuan
variabel-variabel penelitian melalui studi pendahuluan merupakan salah satu upaya
dari peneliti untuk memilih variabel-variabel yang tepat.
Sementara subjek penelitian, berkaitan dengan responden. Memilih responden
yang tepat merupakan satu keharusan untuk memperoleh data/informasi yang
memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu peneliti harus
menetapkan responden yang reliabel (terpercaya) dalam memberikan data/informasi
49
yang dibutuhkan untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti.5 Begitu pula rubrik
Intro yang terkemas dalam majalah NAGASWARA.
Biasanya, orang mengartikan makna Intro hanya ada pada awal lagu. Namun
Intro dalam majalah NAGASWARA berbeda dengan Intro dalam lagu. Jika Intro
dalam lagu yang di awali dengan suara atau musik, sedangkan Intro dalam majalah
NAGASWARA yakni menjelaskan secara global isi dari cover majalah
NAGASWARA pada setiap edisinya. Menjelaskan makna yang terkandung
didalamnya. Baik judul, foto, tulisan dan lain-lainnya.
Rubrik Intro sendiri adalah sebuah tulisan jurnalistik dari catatan penting
redaksi NAGASWARA Magazine yang terbit setiap bulannya. Alasan redaksi
memberi nama Intro pada rubrik ini karena Majalah NAGASWARA merupakan
Majalah musik, dan kata Intro adalah bagian awal daripada musik. Fokus berita yang
terkandung dalam rubrik Intro lebih menekankan dari intisari atau rangkuman dari isi
majalah NAGASWARA Magazine. Dan orang-orang yang terlibat dalam hal ini
adalah Chief Editor, Managing Editor dan bagian Lay Out.6
5Sambas Ali Muhidin http://sambasalim.com/metode-penelitian/kenapa-harus-studi-
pendahuluan.html diakses pada 23 januari 2012
6 Wawancara pribadi via Blackberry dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah
NAGASWARA, Tangerang, 7 Agustus 2012.
50
Setiap majalah NAGASWARA yang terbit setiap bulannya selalu
memberikan bacaan-bacaan menarik. Namun agar pembahasan penulis tidak melebar,
maka penulis hanya memfokuskan pada rubrik Intro majalah NAGASWARA edisi
Maret-April 2010 saja.
Menurut produser label NAGASWARA sekaligus Chief Editor yakni Bapak
Rahayu Kertawiguna, kalau di Mesir ada Piramida yang ditetapkan sebagai salah satu
dari tujuh keajaiban dunia, lain lagi dengan Negara kita Indonesia. Selain Candi
Borobudur, hadir sebuah keajaiban baru terutama di dalam kemajuan musik tanah air
dan dunia. Yakni kesuksesan band Wali yang Ring Back Tone (RBT)-nya menuju 20
juta pengunduh. Walaupun terjadi di Indonesia, namun kesuksesan ini sudah diakui
oleh dunia. Bolehlah kesuksesan Wali ini dimasukan menjadi keajaiban dunia yang
kedelapan setelah tujuh keajaiban dunia yang ada.
Keterangan di atas mendorong penulis untuk menggali lebih rinci soal
kebijakan redaksi pada rubrik Intro yang ada pada Majalah Nagaswara edisi Maret-
April 2010 tentang “Fenomenal Untuk Sebuah Nama” yang dalam pembahasannya
berisikan tentang Artis religius yakni Wali Band yang pergi umroh sekaligus syuting
video klip di Mesir.
51
BAB IV
ANALISIS DATA
Pemuatan sebuah karya dalam suatu media massa tentunya tidak terlepas
dari kebijakan redaksional yang ada dalam media tersebut. Karena, kebijakan
redaksi merupakan ketentuan yang telah disepakati oleh redaksi media massa
tersebut tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau
disiarkan, juga meliputi kata, istilah atau ungkapan yang boleh dan tidak boleh
dipublikasikan, disesuaikan dengan visi dan misi media itu sendiri.1
Keberadaan kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan sebuah
perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembeda antara
media satu dengan media lainnya.2 Ketika suatu media membuat kebijakannya,
pasti memiliki dasar pertimbangan tersendiri. Dasar pertimbangan suatu media
massa ditentukan oleh sifat media itu sendiri, apakah khusus atau umum. Selain
itu juga berdasarkan ideologi, agama, politik dan bisnis.
Dasar pertimbangan ideologi ditentukan oleh latar belakang pendiri atau
pemiliknya. Sedangkan dasar pertimbangan politik, dikarenakan kehidupan pers
tidak pernah lepas dari masalah politik, selain itu kehidupan pers di suatu Negara
merupakan indikator demokrasi. Dasar pertimbangan kebijakan redaksional
1 Den, “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy),” artikel diakses pada 12 november
2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-redaksional-editorial-policy/ 2 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat:Kalam Indonesia, 2005), h.150.
52
selanjutnya adalah bisnis. Hal ini terkait dengan masuknya media massa dalam
ranah industri yang menyebabkan media massa harus berpikir untung dan rugi.3
Dari penjelasan diatas penulis akan membahas soal pengaruh ideologi.
Namun ideologi yang akan penulis gali adalah ideologi bermusik pada Majalah
NAGASWARA edisi Maret-April 2010 khususnya pada rubrik Intro. Sebelum
berbicara jauh soal ideologi, ada baiknya penulis menerangkan apa itu ideologi.
Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide atau pendapat
yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau
sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok
melihat dunia.4
NAGASWARA selain sebagai majalah juga merupakan nama sebuah label
musik yang dimiliki oleh Bapak Rahayu Kertawiguna. Kedudukannya sebagai
pemilik label sekaligus Chief Editor majalah NAGASWARA. Dengan posisi
tersebut, kebijakan Bapak Rahayu Kertawiguna berpengaruh penting terhadap
ideologi majalah ini. Salah satunya adalah kebijakan dalam rapat redaksi
penetapan ide yang terkandung dalam rubrik Intro edisi Maret-April 2010 yang
berisi tentang pembuatan video klip band Wali di Mesir.
Proses kebijakan redaksi pada majalah NAGASWARA khususnya pada
rubrik Intro dapat dikatakan berbeda dengan proses majalah lain, karena majalah
NAGASWARA merupakan majalah pribadi yang dimiliki oleh perusahaan
3 Ibid, h. 151-154
4 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9
th ed.
(Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009) h. 469
53
pribadi pula. Majalah ini memuat berita tentang apapun yang ada dalam label
musik NAGASWARA, tanpa memikirkan konsep yang mengedepankan idealis
yang biasa majalah lain suguhkan.
Selain itu dapat pula kita lihat perbedaan lain dari segi cara mendapatkan
majalah. Majalah ini bisa didapatkan dengan cuma-cuma atau gratis tanpa kita
harus mengeluarkan kocek untuk membelinya di toko buku atau toko majalah.
Cukup kita mendatangi kantor redaksinya, maka kita bisa mendapatkan majalah
NAGASWARA tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, majalah NAGASWARA bukan
majalah komersil yang untuk diperjual belikan, maka dari isi kebijakan
redaksional lebih mengacu kepada kebijakan yang bersifat pribadi, karena majalah
NAGASWARA merupakan kebijakan label yang di dokumentasikan lewat
majalah.
54
Majalah NAGASWARA memiliki proses. Adapun proses-proses
kebijakan redaksi yang terdapat dalam perjalanan rubrik Intro edisi Maret-April
2010 meliputi:
A. Proses Perjalanan Berita
Gambar di atas merupakan ilustrasi dari perjalanan berita khususnya rubrik
Intro edisi Maret-April 2010 yang dibuat oleh Majalah NAGASWARA, mulai
dari diadakannya rapat redaksi hingga naik cetak.
Demi kepentingan perusahaan, produser atau pemilik label
NAGASWARA Bapak Rahayu Kertawiguna rela mendatangi kantor Magazine
guna mengadakan perkumpulan rapat redaksi dengan karyawan yang
berkecimpung dalam Majalah NAGASWARA. Rapat ini membahas soal
pembuatan video klip Wali band yang akan dilakukan di Mesir. Beliau yang
Rapat Redaksi Penulisan Berita Untuk
Menjadi Copy Berita
Liputan dan
Pemotretan
Pengeditan Berita dan
Pemilihan Judul/Sub-Judul REVISI (Finishing)
Editan Huruf
Profing/Print Out Percetakan
Layout dan Design
55
memberikan ide-ide tentang apa saja yang harus dipersiapkan demi kebutuhan
syuting yang akan ditempatkan di Negara Mesir. Adapun ide-ide tersebut
meliputi: tema, penempatan syuting, angle serta kostum apa yang harus dipakai
pada tiga video klip yang berbeda yakni video klip Puaskah, Tobat Maksiat
(TOMAT), dan Harga Diri.
Setelah mengadakan rapat redaksi, pak Rahayu menginstruksikan kepada
wartawannya untuk mengadakan liputan dengan cara menulis berita tentang Wali
selama berada di Mesir, dari mulai kegiatan umroh sampai kepada pembuatan
video klip. Disamping itu juga beliau memberikan tugas kepada bagian fotografer
untuk melakukan sesi pemotretan artis Wali band di Mesir. Disini peran beliau
hanya sebagai pemerhati, karena semua bagian yang berkaitan dengan liputan dan
pemotretan sudah ada yang bertanggung jawab.
Di samping itu, pak Rahayu menginstruksikan kepada bagian penulisan
untuk membuat copy berita yang telah di liput sebelumnya, karena berita yang
telah di liput tersebut akan dimuat pada rubrik Intro. Setelah semua copy berita
dirasa sudah cukup, lanjut kepada bagian design atau layout untuk merapihkan
serta menyesuaikan foto dan tulisannya, agar terlihat enak dilihat dan dibaca oleh
khalayak. Kemudian langsung diadakan pengeditan berita hingga diperiksa lagi
oleh pak Rahayu, sampai pada akhirnya beliau yang menentukan judul dan sub-
judul yang terdapat pada rubrik Intro edisi Maret-April 2010 ini.
Setelah semua kebutuhan berita beres, petugas merevisi pengeditan kata
atau huruf yang kurang enak dibaca. Kemudian setelah itu di print out, lalu
56
dibawa ke percetakan untuk mempersiapkan segala hal dan waktu kapan Majalah
ini akan terbit atau naik cetak.
B. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data majalah NAGASWARA pada rubrik Intro edisi
Maret-April 2010 terlebih dahulu mewawancara narasumber yang dalam hal ini
biasanya wartawan yang meliput berita tersebut yang akan menjadi narasumber.
Jadi selain seorang wartawan, dia merangkap sebagai narasumber yang sudah
mengetahui profesi artis yang di liput, serta data-data yang digunakan adalah
database yang selama ini ada di kantor label NAGASWARA, dari mulai profile
artis, kegiatan artis dan sebagainya.
Berita yang di turunkan pada rubrik Intro edisi Maret-April 2010 ini
adalah berita yang baru dan berbeda, berita yang belum pernah naik cetak di
media lain atau bisa juga disebut berita ter-update. Seorang wartawan yang
meliput berita ini bisa mencari angle agar berita dapat menjadi menarik perhatian
si pembaca.
Wartawan yang akan meliput, sudah dibekali terlebih dahulu dengan
pertanyaan-pertanyaan seputar artis yang akan ia wawancarai terkait dengan
masalah yang ingin di angkat dalam rubrik Intro. Pihak majalah sudah mengetahui
57
bahwa artis yang akan naik cetak memiliki prestasi yang mumpuni dalam setiap
perjalanan kariernya.5 Dalam hal ini, artis tersebut adalah Wali band.
Wartawan yang turut untuk mereportase atau mewawancarai artis yang
akan dimuat terlebih dahulu menulis atau dibekali semua isi wawancara yang akan
ditanyakan, dan itu semua sudah menjadi resep pertanyaan dari redaksi dikantor.
Misalnya wartawan harus menanyakan kepada artis NAGASWARA dengan
pertanyaan “ini”, dan nanti jawaban dari artis/narasumbernya pun menjawab
“ini”, terus dirangkai dan dijabarkan sesuai kebutuhan majalah yang akan dicetak.
Setelah itu wartawan menulis secara global dari hasil wawancara yang ia
dapat, dan hasil tulisan tersebut akan masuk menjadi copy berita disaat sedang
deadline. Misalnya deadline ditetapkan lebih kurang lima hari kerja, di lima hari
kerja itulah terjadi seleksi kalimat. Apa yang harus ditonjolkan kemudian
memberikan judul, agar bagaimana caranya rubrik Intro pada majalah
NAGASWARA edisi Maret-April 2010 ini berbeda.
C. Proses Penyeleksian Data
Proses penyeleksian data yang masuk ke meja redaksi akan ditampung
oleh sekertaris redaksi. Menjelang rapat, naskah tersebut akan dibagikan kepada
redaktur yang bertanggung jawab atas rubrik Intro edisi Maret-April 2010.
Ditangan penanggung jawab rubrik naskah itu akan di nilai. Setelah lolos seleksi
penanggung jawab rubrik, naskah akan diseleksi ulang di rapat persentasi naskah.
5 Wawancara pribadi dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA,
Jakarta, 29 Mei 2012.
58
Rapat ini merupakan bagian dari rangkaian rapat rutin yang dilaksanakan
NAGASWARA magazine setiap bulannya.
Penilaian yang dilakukan oleh penanggung jawab rubrik dan redaktur
dalam rapat naskah Intro edisi Maret-April 2010 ini ditentukan oleh dua faktor,
yaitu Faktor Teknis dan Faktor Non-teknis. Adapun penjelasan dari masing-
masing faktor tersebut telah penulis rincikan sebagai berikut;
1. Faktor Teknis
Penilaian naskah Intro berdasarkan kaidah sastra atau dilihat
berdasarkan kelengkapan anatomi tulisan. Faktor teknis ini meliputi;
Tema, Sudut Pandang, Plot, Karakter, Gaya, Suasana, Lokasi
Peristiwa. 6
Faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan penilaian terhadap naskah
menjadi baku. Yang terpenting adalah bagaimana penulis/wartawan
dapat melanjutkan cerita sesuai dengan berita yang di dapat.
2. Faktor Non-teknis
Faktor non-teknis adalah penilaian berdasarkan isi pesan dari rubrik
Intro. Penilaian ini diperlukan agar Majalah NAGASWARA dapat
mewujudkan visi dan misinya sebagai majalah musik yang berkualitas
agar dapat memberikan inspirasi bagi pembaca. Walaupun bukan
berupa petunjuk tekhnis, tapi mencoba mengingatkan kembali si
6 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 183-188.
59
pembaca, karena pembaca mungkin lupa atau membuat orang untuk
berpikir kembali.
Selain itu, ada pula penilaian naskah Intro edisi Maret-April 2010 yang
tidak layak cetak berdasarkan pada dua faktor ini:
1. Faktor Teknis
Secara teknis atau berdasarkan kaidah sastra, yang menyebabkan
tulisan tersebut tidak diterima dikarenakan:
a. Kemampuan dalam membuat pembuka atau lead kurang.
b. Penulis kurang bisa mengembangkan bangunan cerita, seperti
plotting, memunculkan konflik dll.
c. Cerita yang mudah ditebak dan terkesan klise.
2. Faktor Non-teknis
Kriteria kedua yang menyebabkan tulisan tidak diterima bila tulisan
pada rubrik Intro tersebut tidak mengandung pembahasan tentang
majalah NAGASWARA. Karena majalah NAGASWARA merupakan
majalah pribadi, jadi harus mengedepankan pembahasan seputar artis
yang berkecimpung di label NAGASWARA itu sendiri, karena materi
yang di kemukakan tidak boleh jauh dari pembahasan soal ke artisan
yang bernaung di label NAGASWARA.7
Naskah yang lolos atau layak cetak adalah naskah yang mendapatkan
persetujuan dari redaktur dalam rapat persentasi naskah. Sedangkan naskah yang
7 Wawancara pribadi dengan Dian, Sekretaris dan staf bagian naskah Majalah
NAGASWARA, Jakarta, 7 Juni 2012.
60
tidak lolos akan disimpan guna menjadi bahan evaluasi agar kerja wartawan lebih
baik lagi.
D. Proses Penyuntingan Data
Proses ini adalah proses memperbaiki atau penyempurnaan tulisan secara
redaksional dan substansial. Proses ini dilakukan oleh editor. Secara redaksional,
editor memperbaiki kata dan kalimat supaya logis, mudah dipahami dan tidak
ganjil. Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam rubrik Intro edisi Maret-April
2010 ini harus benar, baik secara ejaan atau secara penulisannya; tanda baca, tata
bahasa, angka, nama dan alamat. Juga harus benar-benar punya arti dan enak
dibaca.8
Diakhir penyuntingannya, majalah NAGASWARA pada edisi ini lebih
kepada revisi huruf atau foto. Agar bagaimana caranya supaya foto yang dimuat
pada edisi band Wali sewaktu di Mesir ini seolah berbicara. Dan huruf-huruf yang
salah tulis akan terus diperbaiki karena ditakutkan adanya kealfaan dari pihak
redaksi.
8 Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 67-68.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang tertulis pada bab I, II, III dan bab IV, maka hasil
rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses kebijakan redaksi pada majalah NAGASWARA khususnya
pada rubrik Intro dapat dikatakan berbeda dengan proses majalah lain,
karena majalah NAGASWARA merupakan majalah pribadi yang
dimiliki oleh perusahaan pribadi pula. Majalah ini memuat berita
tentang apapun yang ada dalam label musik NAGASWARA, tanpa
memikirkan konsep yang mengedepankan idealis yang biasa majalah
lain suguhkan.
2. Majalah NAGASWARA mengadakan rapat guna membahas soal
pembuatan video klip Wali band yang akan dilakukan di Mesir. Bapak
Rahayu Kertawiguna memberikan ide-ide yang meliputi: tema,
penempatan syuting, angle serta kostum apa yang harus dipakai pada
tiga video klip yang berbeda yakni video klip Puaskah, Tobat Maksiat
(TOMAT), dan Harga Diri.
3. Proses pengumpulan data majalah NAGASWARA pada rubrik Intro
edisi Maret-April 2010 terlebih dahulu mewawancara narasumber yang
dalam hal ini biasanya wartawan yang meliput berita tersebut yang
akan menjadi narasumber. Jadi selain seorang wartawan, dia
62
merangkap sebagai narasumber yang sudah mengetahui profesi artis
yang di liput, serta data-data yang digunakan adalah database yang
selama ini ada di kantor label NAGASWARA, dari mulai profile artis,
kegiatan artis dan sebagainya.
4. Penilaian yang dilakukan oleh penanggung jawab rubrik dan redaktur
dalam rapat persentasi naskah ditentukan oleh dua faktor, yaitu Faktor
Teknis dan Non-teknis.
5. Proses penyuntingan data dilakukan oleh seorang editor. Secara
redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya logis, mudah
dipahami dan tidak ganjil. Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam
rubrik intro ini harus benar, baik secara ejaan atau secara penulisannya;
tanda baca, tata bahasa, angka, nama dan alamat. Juga harus benar-
benar punya arti dan enak dibaca
63
B. Saran-saran
Mengacu pada hasil analisa dan kesimpulan, penulis mempunyai saran
untuk Majalah NAGASWARA, diantaranya:
1. Diharapkan kepada Majalah NAGASWARA untuk tetap konsisten
memajukan musik di Tanah Air dengan karya-karya yang dituangkan
dalam bentuk tulisan berupa majalah ini. Sehingga dapat menjadi
sumber informasi bagi pembaca khususnya pembaca yang mencintai
atau pun fanatik dengan berita seputar musik.
2. Kepada redaksi Majalah NAGASWARA untuk selalu berpegang pada
kebijakan redaksional yang ada, agar tidak menyimpang dalam
menyeleksi naskah-naskah khususnya naskah dalam rubrik Intro,
sehingga pembaca dapat menikmati dengan seksama setiap apa yang
tertulis pada rubrik Intro.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Aceng. Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Ali, Lukman. et.al. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.
Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: GITANYALI, 2004.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004.
G. Sevilla, Consuelo dkk. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alimudin
Tuwu Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993.
Herfan, Djony ed. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: PT. grasindo, 1998.
HS, Lasa. Pengelolaan Terbitan Berkala. Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Iskandar, Maskun. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka, 1990.
K, Septian Santana. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media
Group, 2002.
Littlejohn, Stephen W dan A. Foss, Karen. Theories of Human Communication,
8th
ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005.
Marbun, B. N. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
1987.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002.
Muhtadi, Asep Saeful. Junalistik: Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: Logos
Ilmu, 1999.
65
Panuju, Redi. Nalar Jurnalistik: Dasarnya-Dasar Jurnalistik. Malang: Bayumedia
Publishing, 2005.
Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Reese, Stephen D. Setting the media’s Agenda: A power balance perspective.
Beverly Hills: Sage, 1991.
Rivers, William L. dkk. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada
Media, 2003.
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003.
Shoemaker, Pamela J dan Reese, Stephen D. Mediating The Message. New York
,Longman Publisher : 1996.
Sumadiria, Haris. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis
Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006.
Tebba, Sudirman. Junalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
66
Sumber Lain:
Company Profile Majalah NAGASWARA
NAGASWARA Magazine 13th
Edition Januari-Februari 2010
23th
Edition Desember 2010
25th
Edition Februari 2011
Wawancara pribadi dengan Dian, Sekretaris dan staf bagian naskah Majalah
NAGASWARA, Jakarta, 7 Juni 2012.
Wawancara pribadi dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah
NAGASWARA, Jakarta, 19 April 2012
Sumber Dari Internet
Muhidin, Sambas Ali. http://sambasalim.com/metode-penelitian/kenapa-harus-
studi-pendahuluan.html diakses pada 23 januari 2012
Den. “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy), “ artikel diakses pada 12
november 2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-
redaksional-editorial-policy/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Cover Majalah NAGASWARA Edisi Maret-April 2010
Kantor NAGASWARA Magazine (Tampak Depan) di Jl. Balikpapan 1
No. 9B Petojo, Jakarta Pusat 10150
Wawancara dengan Mas Bois (Khojay Cheng) di kantor Majalah
NAGASWARA Lt 1
Foto Bersama Mas Bois selaku Managing Editor di depan Banner
kantor NAGASWARA Magazine Lt 2
Wawancara via BlackBerry Messenger dengan Mas Bois (Khojay Cheng)
Daftar Wawancara
Narasumber : Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA
Lokasi : Jl. Balikpapan 1 No. 9B Petojo, Jakarta Pusat
1. Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya majalah NAGASWARA?
Jawaban: NAGASWARA Magazine berdiri pada bulan desember 2010. Melihat fakta yang
ada, perusahaan rekaman belum ada yang memiliki majalah/magazine yang bisa mem back-
up promosi artis dari label itu sendiri, karena label NAGASWARA mempunyai artis banyak
hingga ratusan, dan itu pertama di dunia.
2. Apa Tujuan dari didirikannya majalah NAGASWARA?
Jawaban: Berpikir secara ekonomi bahwa, semua artis yang dirilis oleh NAGASWARA
setiap bulannya ada sekitar tujuh artis, dan itu minimum. Dan tujuan didirikannya majalah
Nagaswara agar nilai promo dari setiap artis tidak terlalu banyak. Karena, apabila kita promo
ke majalah atau media lain itu pasti biaya yang dibutuhkan sangat besar.
3. Sebutkan susunan redaksi majalah NAGASWARA?
Jawaban: Chief Editor - Managing Editor - Coor Coverage - Editor - Special Editor -
Contributor - Law Advice - Reporters - Photographer - Ass Photographer - Managing Design
Artistic - Design Artistic - Secretary - Event Licence - Managing AE - Distribution - Event
Organizer - Public Relations - Artist Management.
4. Kapan diadakan rapat redaksi dan siapa saja yang terlibat?
Jawaban: Biasanya rapat redaksi itu dilakukan setelah kita naik cetak sekitar tanggal 20, 21,
22. Pernah sih kita terlambat karena ada event besar, jadi paling telatnya kita mengadakan
rapat, ya paling telat tanggal 23 setelah naik cetak. Disaat rapat redaksi kita melibatkan
semuanya, dari chief editor sampe wartawan. Ini menyangkut berita dan foto harus sudah
benar menjual, karena ini membahas dan menentukan tentang tata letak dan design grafisnya.
5. Apa saja yang dibahas dalam rapat redaksi?
Jawaban: Dalam rapat redaksi kita menentukan evaluasi edisi sebelumnya dimana sih kekurangan-
kekurangannya, kemudian yang akan datang itu siapa si yang akan kita angkat.. Selain itu kita
membahas tentang pemilihan cover majalah edisi selanjutnya, yang mana yang akan menjadi cover
tersebut adalah figure yang benr-bener kita fokuskan promosinya.
6. Seberapa besar peningkatan produksi majalah NAGASWARA?
Jawaban: Dulu kita anti marketing, jadi tujuan awal kita itu bukan mau memperjual-belikan,
tapi bagaimana agar ini bisa sampai ke si pembaca yang dalam hal ini pembaca yang senang
dengan musik. Cara promosinya kita menyebarkan majalah ini kepada orang-orang yang
bergerak dibidang musik seperti radio se-Indonesia dari Sabang sampai Marauke yang
totalnya itu hingga 800 copy majalah. Kemudian TV lokal, TV Nasional dan café-café
terkenal. Dan peningkatannya, yang dulu tidak ada iklan sekarang dimajalah Nagaswara
terdapat iklan yang cukup antri untuk di orbitkan.
7. Apakah pendapat dewan redaksi berpengaruh terhadap isi berita?
Jawaban: Peran Chief editor sekaligus produser label NAGASWARA yang saat ini di
duduki oleh pak Rahayu Kertawiguna sangatlah berpengaruh. Karena beliaulah yang
menentukan berita apa yang layak dan tidak layak untuk diterbitkan.
8. Bagaimana proses kerja redaksi dalam rubrik Intro?
Jawaban: Intro atau Editorial itu kita mengangkat tema-tema yang ada didalam majalah itu
sendiri dan kita juga biasanya membicarakan mengenai obrolan yang lagi marak
diperbincangkan di industry musik terutama yang ada hubungannya dengan NAGASWARA.
Jadi proses pengerjaannya kita menunggu konfirmasi dari chief editor, lalu mengerjakan apa
yang diperintahkan chief editor.
9. Bagaimana proses pengumpulan data?
Jawaban: Biasanya proses pengumpulan data itu mewawancara narasumber/wartawan yang meliput
berita tersebut. Jadi selain wartawan udah mengetahui profesi artis dan data2 yang digunakan itu dan
database yang selama ini ada di isi NAGASWARA, profilenya mereka, cuman otomatis berita yang
akan kita turunkan itu kan kita harus mencari dari sisi atau angle yang berbeda gitu atau update.
Misalnya si artis katakanlah wali. Orang tau kali dia selama ini musiknya bergenre pop melayu. Tapi
terakhir2 dia secara tidak langsung, udah sedikit masuk ke yang namanya sedikit religi dari lyrik2nya,
walaupun tidak mengakui atau memposisikan dia ada di pop religi gitu. Tapi dengan sendirinya
pasaran semakin luas lagi sebenernya karena mayoritas di Indonesia muslim. Kembali lagi data itu
udah ada, jadi wartawannya dibekali.
10. Bagaimana penyelesaian dan penyuntingan data?
Jawaban: Biasanya si wartawan yang turut untuk mereportase atau mewawancarai itu sebelum
mewawancarai biasanya menulis semua isi wawancara yang mau dia tanyain yang tadinya udah
dibekali dan udah menjadi resep pertanyaan dari redaksi dikantor. Lo harus nanya ini nanti
jawabannya ini terus dirangkai. Nah lalu dia menulis secara global secara panjang dan hasil
wawancara itu sesuai dan hasil tulisan itu nanti setelah masuk menjadi copy berita pas kita lagi
deadline, misalnya dealine itu kita tetapkan lebih kurang lima hari kerja. Di lima hari kerja itu kita
edit bener2 dan terjadilah seleksi kalimat. Apa yang harus ditonjolin, kasih judul, agar menarik karena
kan majalah bagaimana caranya berbeda dengan surat kabar, tidak basi dan harus menarik gitu.
Diakhir penyuntingan itu paling lebih ke revisi huruf atau foto gitu. Agar bagaimana caranya supaya
foto yang dimuat seolah berbicara. Huruf2 itu juga takut ada ke alfaan kita akan perbaiki terus setiap
edisi.
11. Apa dasar pemilihan berita tentang WALI dalam rubrik Intro edisi maret-april 2010?
Jawaban: Alasannya karena Wali yang sering dibicarakan pada saat dia booming atau tenar
hingga sekarang. Makanya sengaja kita ambil Judul dan Cover majalah tentang Wali. Pada
waktu itu pula kita dan management Wali berlibur ke Mesir sekaligus syuting video klip
“Puaskah, Tomat dan Harga Diri” di album keduanya.
12. Bagaimana cara mewawancarai artisnya?
Jawaban: Itu biasanya by phone atau memang sebelumnya kita udah punya bentuk prestasi positif
dari si artisnya tersebut. Misalnya lebih ke pertanyaan2 yang kita butuh jawaban yang lebih tajam kita
wawancara. Jadi prosesnya si wartawan udah dibekali juga.
Wawancara via Blackberry Messenger
Narasumber : Khojay Cheng, Managing Majalah NAGASWARA
Rubrik Intro adalah sebuah tulisan jurnalistik dari catatan penting redaksi
NAGASWARA Magazine yang terbit setiap bulan.
1. Mengapa rubrik ini dinamai Intro?
Jawaban: Karena Kata Intro ada hubungannya dengan istilah musik.
2. Apa fokus berita yang terkandung dalam rubrik Intro?
Jawaban: Fokusnya lebih menekankan dari intisari atau rangkuman dari isi Majalah
NAGASWARA Magazine.
3. Siapa yang terlibat dalam penggarapan rubrik Intro?
Jawaban: Chief Editor, Managing Editor dan bagian Lay Out.
4. Pada saat band WALI di Mesir, proses perijinan syutingnya ribet ga?
Jawaban: Menurut Pak Rahayu, syuting klip WALI di Mesir terjadi birokrasi dalam hal
perijinan, disebabkan system pemerintahan yang berkuasa saat itu (era rezim Husni
Mubarak) sangat ketat, terutama dalam hal pengambilan gambar karna polisi selalu berjaga-
jaga di setiap jalan.
5. Apakah kendala yang sering terjadi dalam pembuatan Majalah NAGASWARA?
Jawaban: Kendala yang sering terjadi pada saat sesi pemotretan sebuah grup music yang
semua personilnya public figure, karena setiap personil punya aktivitas profesi yang berbeda
selain di music. Seperti grup music TDC (The Dance Company) yakni Nugie, Aryo, Pongky
dan Baim. Juga BIL (Brother In Law) yakni Ikang Fawzi, Ekki Soekarno dan Gilang
Ramadhan.
top related