laporan praktik kerja lapangan

Post on 04-Nov-2015

22 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

kultur jaringan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mendapatkan lulusan Program studi Biologi yang kompeten, maka dilaksanakan Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan. Praktik Kerja lapangan ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa memiliki kompetensi yang dibutuhkan sebelum terjun langsung ke dalam dunia kerja. Praktik Kerja Lapangan ini menjadi ajang pelatihan diri mahasiswa mengenal lingkungan kerja dan mempelajari perilaku dan sikap yang baik dalam lingkungan kerja. Selain itu mahasiswa dapat secara langsung menghadapi permasalahan biologi bukan hanya sebatas teori dan mendapatkan ilmu ataupun pengalaman yang tidak didapatkan pada proses perkuliahan. Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan adalah tentang Teknik Kultur Jaringan Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp.) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

Krisan atau dalam nama latinnya Chrysanthemum sp., merupakan jenis bunga hias yang banyak sekali ragam spesiesnya. Bunga krisan dapat dengan mudah dijumpai tumbuh dan diperjualbelikan di daerah dataran tinggi dan bersuhu rendah. Tanaman krisan ini memang dapat dijadikan sebagai sarana/sumber untuk memperoleh penghasilan yang menjanjikan bagi para petani bunga, tanaman ini mampu menghasilkan bunga yang dapat tumbuh lagi, meskipun sebelumnya tangkai-tangkai dari bunga tanaman ini telah dipotong. Krisan atau Seruni disebut juga sebagai Bunga Emas (golden flower) mulai dikenal di Indonesia setelah dibawa oleh pendatang dari daratan Eropa karena bunganya yang cantik dan beragam menjadikan bunga potong ini mulai dikembangkan dan dibudidayakan.

Krisan merupakan salah satu bunga yang sangat populer di kalangan masyarakat luas karena keindahan dan kecantikan bentuk dan warna bunganya. Krisan dikenal juga dengan sebutan bunga aster atau seruni. Ada lebih dari 1.000 spesies krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa spesies tertua krisan yang dikenal antara lain Chrysanthemum daisy, Chrysanthemum indicum, Chrysanthemum coccineum, Chrysanthemum frustescens, Chrysanthemum maximum, Chrysanthemum hornorum, dan Chrysanthemum parthenium. Krisan yang banyak dikenal saat ini merupakan hasil persilangan tetua-tetua krisan tersebut, yaitu Dendrathema sp. (Arie W Purwanto, 2009: 8)

Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan dilaksanakan di dalam suatu laboratorium yang aseptik. Banyak sekali permasalahan yang dapat diteliti untuk menghasilkan bibit secara in vitro, yaitu mulai dari cara budidayanya, eksplan yang digunakan sampai dengan macam enzim yang digunkan untuk fusi protoplas. Eksplan adalah bahan tanaman yang dipakai untuk perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan, misalnya: jaringan meristem tunas atau daun muda, kepala sari atau tepungsari, putik lembaga (endosperm) atau embrio, kotiledon atau hipokotil. Di samping itu, hal lain yang harus diteliti dan diperhatikan adalah bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan, subtansi organik yang ditambahkan, dan penyinaran saat inkubasi. (Daisy P. Sriyanti Hendaryono dan Ari Wijayani, 1994: 17)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta dibentuk berdasarkan SK Mentan Nomor 350/Kpts/OT.210/6/2001 tanggal 14 Juni 2001. Selanjutnya, seiring dengan penyempurnaan organisasi dan tata kerja Balai yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dan dalam pelaksanaan sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP).

Pembentukan BPTP bertujuan untuk menghasilkan teknologi spesifik lokasi, memperpendek rantai informasi, mempercepat dan memperlancar diseminasi hasil penelitian (alih teknologi) kepada petani dan pengguna teknologi lainnya. Sampai dengan tahun 2001 unit kerja ini masih merupakan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Yogyakarta, lembaga non struktural yang merupakan instalasi dari BPTP Jawa Tengah.

Pengerjaan kultur jaringan tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp.) dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Ngemplak, Sleman Yogyakarta sebagai unit pengembangan bibit tanaman varietas unggul.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik kultur jaringan tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp.) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Ngemplak, Sleman Yogyakarta ?C. Pembatasan Masalah

Pada kegiatan praktik lapangan ini difokuskan pada teknik kultur jaringan pada tanaman krisan (Chrysanthemum sp.)D. Rumusan Masalah

Bagaimana teknik kultur jaringan tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp.) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ngemplak, Sleman, Yogyakarta?E. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Mengetahui tahapan dalam teknik kultur jaringan tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp.) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

F. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Adapun manfaat dengan diadakannya kegiatan PKL ini, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai tahap-tahap kultur jaringan pada tanaman bunga krisan (Chrysanthemum sp.)

b. Mahasiswa dapat melatih keterampilan dan kecakapannya secara langsung dalam dunia kerja

c. Mahasiswa dapat menambah pengalaman bersosialisasi dalam dunia kerja

2. Manfaat Bagi Program Studi Biologi FMIPA UNY

a. Terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara fakultas, jurusan atau program studi dengan instansi

b. Sebagai bahan masukan yang digunakan untuk mengevaluasi program-program studi biologi serta memperbaiki mutu pendidikannya.

c. Memperkenalkan FMIPA UNY, Jurusan Pendidikan Biologi atau Program Studi Biologi ke lingkungan luas

3. Manfaat Bagi Instansi PKL (BPTP)

a. Terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara tempat PKL dengan FMIPA, Jurusan Pendidikan Biologi, dan Program Studi Biologi UNY

b. Sebagai bahan masukan, baik saran maupun gagasan untuk memperbaiki instansi bersangkutan menjadi lebih baik.

c. Memberikan gambaran tentang program-program yang harus ada dalam instansi selanjutnya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Tanaman Krisan

Tanaman bunga krisan merupakan tanaman perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga Emas (Golden Flower). Tanaman krisan berasal dari silangan Chrysanthemum indicum (kuning), C.Morifolium (ungu dang pink) dan C.daisy (bulat, pompon)

Deskripsi tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas

: Dycotiledonae

Ordo

: Asterales

Family

: Asteraceae

Genus

: Chrysanthemum

Spesies : Chrysanthemum morifolium Ramat dll

Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), ciri-ciri morfologi tanaman krisan sebagai berikut:

a. Batang

Batang tanaman krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus terutama bila dilakukan penyinaran, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.

b. Akar

Perakaran tanaman krisan dapat menyebar ke semua arah pada kedalaman 30-40 cm. Akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza,1995).c. Bunga

Tanaman krisan merupakan tanaman tahunan dan akan berbunga terus menerus, tetapi dibudidayakan sebagai tanaman semusim. Kofranek (1980) menyatakan bunga krisan termasuk tanaman bunga majemuk yang mempunyai ray flower (baris luar) yang terdiri atas bunga betina (pistil) dan disk flower (baris tengah) terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya bersifat fertil.

Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Berdasarkan jumlah kuntum bunga pada satu tangkai utama, krisan dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe spray dan tipe standar. Tipe spray, pada satu tangkai utama terdapat banyak cabang tangkai dan kuntum bunga. Tipe tunggal, pada satu tangkai utama tidak bercabang dan hanya satu kuntum bunga dengan ukuran besar.

Selain itu kalangan floris/decorator juga membedakan bentuk bunga krisan dalam lima bentuk, yaitu bentuk tunggal,anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah:

1) Tunggal

Karakteristik bunga tunggal adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis atau dua ray floret dan disk floret di bagian tengahnya.

2) Anemone

Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal (warna disk floret dapat sama atau berbeda dengan warna ray floret)

3) Pompon

Bentuk bunga bulat seperti bola dibentuk oleh ray floret yang pendek dan seragam (disk floret tidak tampak karena tertutup oleh ray floret), mahkota bunga menyebar ke semua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak. 4) Dekoratif

Bunga berbentuk bulat seperti pompon tetapi susunan ray floret di bagian terluar lebih panjang daripada bagian tengah bunga, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, di tengah pendek dan bagian tepi memanjang. 5) Bunga besar

Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10cm (disk floret tidak tampak). Piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan lain-lain. Warna bunga juga sangat bervariasi, terdiri atas kuning, merah, putih, pink, hijau, ungu, jingga dan kombinasi warna-warna tersebut.

d. Daun

Daun pada tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.

e. Buah dan Biji

Buah yang dihasilkan dari proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji yang digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam.

2. Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ , serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali

Tujuan kegiatan kultur jaringan adalah perbanyakan masal tanaman yang biasanya sangat lambat dengan metoda konvensional dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu pemuliaan tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.

Faktor-faktor penunjang keberhasilan teknik kultur jaringan antara lain ( Daisy P. Sriyanti Hendaryono dan Ari Wijayani 1994:21) :

a) Stabilitas genetik perlu diperhatikan agar tidak terjadi mutasi (keragaman somaklonal)

b) Seleksi terhadap bahan eksplan yang akan digunakan harus dilaksanakan secara serius, terutama seleksi terhadap pathogen, mikroorganisme dan virus. Setelah dilakukan seleksi, bahan untuk eksplan harus disimpan atau langsung ditanam dalam medium. Dengan seleksi yang ketat dapat diharapkan akan diperoleh tanaman yang bebas virus atau pathogen.

c) Cara untuk mentransfer tanaman hasil teknik kultur jaringan ke media tanah harus diusahakan agar mudah dilakukan.

d) Kemampuan (sifat totipotensi) dari eksplan yang dibudidayakan harus diusahakan agar jangan sampai hilang, sebab semakin banyak sub kultur maka kemampuan regenerasi semakin hilang.

3. Propagasi atau Kloning

Propagasi adalah pembiakan secara vegetatif untuk mendapatkan klon. Sedangkan klon itu sendiri adalah suatu populasi yang mempunyai sifat morfologis dan sifat genetik yang sama. Dengan usaha propagasi/cloning pada kultur jaringan dapat dihasilkan tanaman dengan jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Secara singkat teknik pelaksanaan propagasi/cloning dapat digambarkan dengan skema seperti di bawah ini. (.Daisy P. Sriyanti Hendaryono dan Ari Wijayani, 1994: 111)

a) Memilih Eksplan

Cara memilih eksplan harus didasari oleh ilmu pengetahuan tentang sel, yaitu, bagian-bagian tanaman yang mempunyai sel aktif membelah. Pengambilan eksplan dari jaringan dewasa, dalam waktu lama tidak akan terbentuk kalus, sebab kemampuan untuk membentuk jaringan tidak ada. Meskipun dari tanaman dewasa ini terjadi penambahan volume, tetapi tidak terjadi penambahan sel sebab tidak mengalami pembelahan sel.

Cara pengambilan eksplan dapat dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut: (Daisy P. Sriyanti Hendaryono dan Ari Wijayani, 1994: 112-113)

i. Eksplan diambil langsung dari tanaman dewasa

Bagian pucuk tanaman dewasa dapat dijadikan bahan eksplan. Cara ini membutuhkan waktu yang cepat, karena bahan eksplan dapat langsung diambil. Tetapi cara ini juga mempunyai kelemahan, yakni sterilisasinya harus lebih cermat karena diambil dari luar atau di lapangan. Apabila eksplan ini ditanam pada medium kultur jaringan dapat keluar warna cokelat pada permukaan eksplan. Peristiwa ini sering disebut pencoklatan (browning), sebab jaringan yang diambil dari tanaman yang dewasa sering mengeluarkan fenol. Bila fenol ini mengikat oksida dari udara luar akan menimbulkan senyawa fenol, sehingga eksplan akan menjadi coklat dan akhirnya akan mati.

ii. Eksplan diambil dari tanaman hasil cangkokan

Eksplan dapat juga diambil dari tanaman yang tumbuh setelah dicangkok sebanyak tiga kali. Teknik pelaksanaan adalah sebagai berikut: hasil cangkokan suatu tanaman yang dianggap mempunyai sifat-sifat baik dan diinginkan ditanam terlebih dahulu. Setelah tumbuh dan menjadi dewasa, tanaman cangkok tersebut dicangkok lagi dan ditanam. Selanjutnya, setelah tanaman cangkokan ini menjadi dewasa segera dicangkok lagi dan ditanam. Tanaman cangkok yang terakhir ini kemudian ditanam dan tunasnya dapat dijadikan eksplan. Penanaman cangkokan yang ketiga ini sebaiknya ditanam di dalam rumah kaca

iii. Eksplan yang diambil dari tanaman hasil seedling

Pengambilan eksplan dari tanaman keras biasanya dilakukan dengan cara yang ketiga ini. Biji yang ditanam adalah biji yang sudah cukup tua, dan sebaiknya jangan mengambil biji yang telah dijual di pasaran, supaya hasilnya baik. Biji yang akan digunakan langsung dipetik dari pohon induknya atau yang dijual di balai benih atau penjual benih. Setelah dicuci bersih, kemudian biji tersebut dikeringkan dan ditumbuhkan di dalam rumah kaca dengan menggunakan pot. Menumbuhkan tanaman dari umbi kentang juga sering dilakukan untuk dapat memperoleh eksplannya. Cara penanamannya adalah dengan menggunakan moss di dalam pot. Setelah tumbuh, umbi tersebut dapat dipotong menjadi eksplan.

b) Macam-macam Propagasi

i. Kultur organ

Eksplan pada propagasi kultur organ dapat berupa tunas adventif ataupun akar adventiif, misalnya pucuk tanaman tebu, umbi wortel, tunas pucuk pada bawang putih dll.

ii. Kultur meristem

Eksplan pada propagasi kultur meristem dapat berupa tunas atau cabang aksiler berupa ruas batang, misalnya tangkai bunga, keiki pada Anggrek Dendrobium, ruas batang, tunas anggrek, kepala sari, dll.

iii. Sel yang memiliki tipe khusus

Sel yang mempunyai tipe khusus terdapat pada serbuk sari (haploid = n) dan endosperm (triploid = 2n), yang biasanya disebut kultur antera dan kultur endosperm

Sub kultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Pada dasarnya sub kultur adalah pemotongan, pembelahan dan penanaman kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Sub kultur adalah suatu usaha untuk mengganti media kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk kalus atau protokormus dapat terpenuhi (Yusnita 2004).

Tujuan dari pemanjangan akar pemanjangan tunas, induksi, dan perkembangan setelah di sub kulturkan adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan. Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan (Yusnita 2004).

Sub kultur dilakukan ketika eksplan yang ada dalam botol sudah tumbuh setinggi botol, atau eksplan tersebut sudah berada lama di dalam botol sehingga pertumbuhannya sudah mulai berkurang. Biasanya sudah mulai kekurangan hara. Media dalam botol kelihatan mulai menipis, berwarna kecoklatan atau hitam sebagai hasil reaksi pertumbuhan tanaman, bekas bagian tanaman yang mati dan lain-lain (Dwimahyani 2006).B. Kerangka Berfikir Teoritis

Krisan merupakan salah satu bunga yang sangat popular di kalangan masyarakat luas karena keindahan dan kecantikan bentuk dan warna bunganya. Krisan dikenal juga dengan sebutan bunga aster atau seruni.

Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan dilaksanakan di dalam suatu laboratorium yang aseptik dengan peralatan seperti pinset, scalpel, botol kultur dll. Banyak sekali permasalahan yang dapat diteliti untuk menghasilkan bibit secara in vitro, yaitu mulai dari cara budidayanya, eksplan yang digunakan sampai dengan macam enzim yang digunakan untuk fusi protoplas. Eksplan adalah bahan tanaman yang dipakai untuk perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan, misalnya: jaringan meristem tunas atau daun muda, kepala sari atau tepungsari, putik lembaga (endosperm) atau embrio, kotiledon atau hipokotil. Di samping itu, hal lain yang harus diteliti dan diperhatikan adalah bahan sterilisasinya, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan, subtansi organik yang ditambahkan, dan lama penyinaran saat inkubasi.BAB III

METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Lokasi Praktik Kerja Lapangan

Praktik kerja lapangan mengenai kultur jaringan tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) dilaksanakan dari 19 Januari 2015 sampai 2 Februari 2015 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), di Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.

B. Tahapan Kerja Praktik Kerja Lapangan

Tahapan Kerja yang diterapkan pada praktik kerja lapangan ini, yaitu:

1. Pembuatan Media

a. larutan stok hara makro, mikro, Fe-chelat, vitamin dan hormone dicampurkan sesuai kebutuhan ke dalam Erlenmeyer sambil digoyangkan agar larutan dapat homogen

b. Ditambahkan gula dalam larutan media tersebut kemudian ditambahkan larutan tersebut dengan aquades steril dengan menggunakan gelas ukur sesuai volume media yang dibutuhkan kemudian diaduknya dengan stirrer hingga semua bahan tercampur.

c. Dilakukan pengukuran pH. Kadar pH yang dibutuhkan 5,8. Jika terlalu asam tambahkan KOH dan jika terlalu basa tambahkan HCl hingga pH yang diinginkan

d. Pemadat media (agar 8gr/L atau gelrite 2 gr/L) dimasukkan ke dalam larutan media. Kemudian dipanaskan.

e. Setelah larut, media tersebut dituangkan ke dalam botol-botol media steril yang telah dipersiapkan sesuai kebutuhan tergantung besar keilnya botol. Kemudia botol ditutup yang sudah terisi media dengan menggunakan alumunium foil.

f. Botol-botol tersebut dimasukkan ke dalam autolaf dan disterilisasi dengan suhu 121oC dengan tekanan 1,5 kg/cm2 selama 15-20 menit.

g. Media disimpan yang sudah disterilisasi di dalam ruang penyimpanan media ber-AC (suhu 24-26oC) selama 3 hari2. Sterilisasi untuk Tanaman Krisan

a. Eksplan diambil yang telah diseleksi berdasarkan ketahanan vigor, hama penyakit, jumlah daun 2-3 helai atau 3-4 nodus

b. Eksplan dipotong per nodus dengan mengurangi atau memotong sebagian helai daun

c. Eksplan dishaker dalam larutan fungisida (1 sendok) dan bakterisida (2 sendok agrep) kemudian dishaker selama 10-15 menit.

d. Eksplan dibilas dengan aquadest

e. Dipindahkan ke botol kultur lain dan diberi larutan bakterisida dan fungisida kembali

f. Dibilas dengan aquadest

g. Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar

h. Eksplan dikocok dengan tween 20 sebanyak 2-3 tetes selama 2-3 menit

i. Eksplan dimasukkan ke dalam chlorox 30% selama 7 menit sambil dikocok-kocok. Kemudian dibilas kembali dengan aquades.

j. Eksplan kembali dimasukkan ke dalam larutan chlorox 1% dan digoyangkan secara memutar selama 1 menit

k. Eksplan dibilas dengan air destilasi sebanyak 5-6 kali agar terhindar dari proses pencoklatan

3. Penanaman Eksplan Tanaman Krisan pada Media

a. Bagian permukaan eksplan yang sudah steril dipotong

b. Diambil potongan eksplan yang sudah siap untuk ditanam dengan pinset

c. Dibuka botol kultur yang telah berisi media dan dibakar bagian mulut botol

d. Diletakkan eksplan ke dalam media dengan hati-hati

e. Botol ditutup dengan kertas alumunium foil dan diseal

f. Diletakkan pada ruang inkubasi

g. Diamati perkembangan eksplan

C. Objek Praktik Kerja Lapangan

Objek pengamatan pada praktik kerja lapangan ini, yaitu tanaman krisan (Chrysanthemum sp.) pada tahapan in vitro.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakn pada praktik kerja lapangan ini, yaitu:

1. Observasi Lapangan

Pengambilan data dengan melihat secara langsung kegiatan pengkulturan tanaman krisan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Ngemplak, Sleman, Yogyakarta yaitu berupa cara pembuatan media, cara sterilisasi alat, penanaman kultur.

2. Praktik Langsung

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan secara langsung kegiatan pengkulturan tanaman krisan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Ngemplak, Sleman, Yogyakarta

3. Wawancara

Pengambilan data dilakukan dengan cara tanya jawab kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan kegiatan Pengkulturan tanaman krisan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Ngemplak, Sleman, Yogyakarta

E. Instrumen Praktik Kerja Lapangan

Instrumen atau alat yang diperlukan pada praktik kerja lapangan ini, yaitu sebagai berikut:

1. Gelas beaker

2. Pipet

3. Timbangan

4. Spatula

5. Indikator pH

6. Sendok kaca

7. Panic

8. Kompor

9. Autoklaf

10. Botol kultur

11. Gunting

12. Laminar air flow

13. Pinset

14. Petridish

15. Bunsen

16. Rak kultur

17. Air Conditioner (AC)

18. Lampu

19. Timer listrik

20. Thermometer suhu ruangan

21. Rak dorong22. Hot plate+magnet stirrer

23. Shaker 24. Lemari pendinginF. Teknik Analisis Praktik Kerja Lapangan

Teknik analisis yang digunakan pada praktik kerja lapangan ini, adalah menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis terbentuknya tunas pada eksplan yang ditanam pada media

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. BPTP Yogyakarta (Tinjauan Umum)

1. Letak Geografis BPTP Yogyakarta

BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Yogyakarta beralamat di Jl. Rajawali, No 28, Demangan Baru. Terletak di dusun Karangsari, Kelurahan Wedomartani, kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak antara kantor BPTP dengan Ibukota Propinsi sekitar 6-7 km. BPTP Yogyakarta berbatasan langsung dengan :

1. Sebelah Timur

: rumah penduduk dan tegalan

2. Sebelah Selatan

: lahan tegalan

3. Sebelah Barat

: rumah penduduk

4. Sebelah Utara

: Jalan Karangsari

BPTP Yogyakarta terletak pada ketinggian 115 m dpl dan temperaturenya mencapai 28 c. Tekstur tanaha di BPTP Yogyakarta adalah jenis tanah pasir yang mengandung abu vulkanik karena terletak dekat dengan lereng Gunung Merapi. Tanaman yang dibudidayakan di daerah tersebut beranekaragam seperti padi, palawija, sayuran dan tanaman hortikultura lain.

2. Sejarah Perkembangan BPTP Yogyakarta

BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Yogaykarta adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengambanagn Pertanian, Departemen Pertanian, yang dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 yang telah direvisi dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 633/Kpts/OT.21O/12/2003 terdiri dari satu pejabat eselon IIIa yaitu Kepala Balai dan dua pejabat eselon IVa yaitu Kepala sub bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelayanan Teknis serta Pejabat Fungsional (Peneliti/Penyuluh/fungsional lainnya).

Sebelum SK Menteri Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, BPTP Yogyakrat semula bernama Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Yogyakarta, yaitu sejak 13 Desember 1994- 13 Juni 2001. Perubahan status dari IPPTP menjadi BPTP Yogyakarta merupakan realisasi program pemerintah dalam menyediakan institusi penghasilan teknologi di setiap propinsi di seluruh Indonesia. Tujuan utama pembentukan BPTP Yogyakarta adalah untuk menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi dan memperpendek rantai informasi serta mempercepat dan memperlancar diseminasi hasil pertanian (alih teknologi) kepada para petani, dan pengguna teknologi lainnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

BPTP Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian yang dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian, dari dalam maupun luar negeri. Teknologi pertanian yang dikaji dan diseminasikan oleh BPTP Yogyakarta dapat berasal dari karya pemikiran sendiri, BPTP lain, atau dari hasil improvisasi teknologi daerah atau lokal (indigenous).

Perkembangan sampai saat ini, BPTP Yogyakarta menempati 3 tempat kantor yang terdiri dari :

1. Kantor utama berlokasi di Karangsari meliputi Administrasi, Kepegawaian, Rumah Tangga, Umum, Kelompok Pengkajian Budidaya, Sosial Ekonomi, Pasca Panen dan Sumberdaya menepati kantor tersebut.

2. Labolatorium Tanah dan Pasca Panen Pertanian berlokasi di Karangsari sebelah barat.

3. Mess BPTP Yogyakarta, berlokasi di Jl. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta

3. Struktur OrganisasiA. Organisasi Struktural

Jabatan Struktural terdiri dari

1. Kepala Balai, yang bertugas memimpin pelaksanaan kegiatan Balai dengan memberdayakan secara optimal seluruh sumberdaya manusia yang ada unutk mencapai visi misi dan dalam menjalankan mandate Balai

2. Sub. Bagian Tata Usaha yang bertugas mengelola berbagai kegiatan yang berkaitan dnegan urusan kepegawaian, keuangan, surat-menyurat, kearsipan, perlengkapan, dan pengembangan teknologi pertanian

3. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian yang mempunyai tugas melakukan pengelolaan yang berkaitan dnegan pelayanan informasi, kerjasama dan pelayanan sarana penelitian.

B. Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional peneliti, penyuluh, dan jabatan fungsional lain yang terbagi dalam kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahlian yang ditetapkan oleh Kepala Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Kelompok jabatan fungsional ini bertugas melakuakan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional di BPTP Yogyakarta yang terbagi dalam kelompok pengkaji (Kelji). Masing-masing dikoordinir oelh seorang tenaga fungsional sebagai ketua Kelji. Keempat Kelji tersebut adalah Kelji Sumberdaya, Kelji Budidaya, Kelji Pasca Panen dan Alsinstan, dan Kelji Sosial Ekonomi Pertanaian.

4. Sarana dan Prasarana Penelitian Sarana dan prasarana penelitian yang dimiliki BPTP Yogyakarta meliputi gedung perkantoran, pertemuan, perpustakaan, laboratorium tanaman. Laboratorium ternak, laboratorium pasca panen dan alianstan, alat transportasi/kendaraan, peralatan kantor dan multimedia untuk mendukung operasional Balai. Disamping itu juga memiliki sejumlah bangunan rumah dinas untuk sebagian karyawan dan guesthouse/mess.

Laboratorium berfungsi dengan baik. Selama ini pemanfaatan labolatorium selain untuk menunjang kagiatan staf lingkup BPTP Yogyakarta juga dimanfaatkan oleh pihak luar (mahasiswa dan instansi pemerintah maupun swasta).

Perpustakaan dengan koleksi yang cukup memadai, baik yang berupa buku ilmiah sebanyak 566 buah, prosiding sebanyak 109 buah, majalah dan jurnal ilmiah sejumlah 394 buah, brosur sejumlah 86 buah, liptan sejumlah 70 buah telah banyak bermanfaat dalam pustaka pelayanan informasi IPTEK bagi pengguan yang bukan hanya karyawan lingkup BPTP Yogyaakarta tetapi juga petani, masyarakat umum, mahasiswa, petugas dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Perpustakaan BPTP Yogyakarta adalah salah satu unit kegiatan yang ditujukan unutk memenuhi kebutuhan para pengguna jasa informasi teknologi pertanian. Unit ini sangat diperlukan oleh berbagai kalangan pengguna yaitu peneliti, petani, masyarakat umum, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Sistem layanan perpustakaan BPTP Yogyakarta bersifat terbuka baik untuk pengguna intern maupun ekstern.

5. Tugas Pokok dan Fungsi BPTP Yogyakarta

a. Tugas Pokok

Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian, BPTP memiliki tugas melaksanakan kegiatan penelitian komoditas, pengkajian perakitan, dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi untuk wilayah provinsi D.I. Yogyakarta

b. Fungsi

BPTP Yogyakarta dalam melaksanakan tugas-tugas fungsionalnya menyelenggarakan fungsi :

1. Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

2. Penelitian, pengkajian, dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi

3. Pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan

4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan, dan pengembangan pertanian tepat guna spesifik lokasi

5. Pemberina pelayanan teknis kegiatan pengkajian, perakitan, penelitian, dan pengembangan teknologi peranian tepat guna spesifik lokasi

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.6. Visi dan Misi BPTP Yogyakarta

a. Visi

Menjadi institusi penghasil teknologi pertanian spesifik lokasi menuju pertanian industrial unggul berkelanjutan berstandar internasional unutk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan masyarakat pertanian.b. Misi

1. Menghasilkan dan menggembangkan inovasi-inovasi pertanian spesifik lokasi yang diperlukan dan dimanfaatkan oleh petani, stakeholder, dan sesuai permintaan pasara guna mendukung pengembangan sector pertanian wilayah.

B. Teknik Kultur Jaringan Tanaman Krisan

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ , serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembaliTujuan kegiatan kultur jaringan adalah perbanyakan masal tanaman yang biasanya sangat lambat dengan metoda konvensional dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu pemuliaan tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.

1. Pembuatan Media

Kultur jaringan tanaman krisan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di Ngemplak, Sleman, Yogyakarta menggunakan media MS +NAA+BAP 500 ml. Pembuatan media dilakukan dengan : Larutan makronutrien yaitu NH4NO3 (0,825g), KNO3 (0,95 g),CaCl2.H2O (0,22 g), MgSO4.H2O (0,185 g), dan KH2PO4 (0,85 g) dimasukkan satu per satu ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan aquadest 250 ml sambil diaduk. Larutan stok mikronutrien sebanyak 2,5 ml ditambahkan ke dalam ke campuran tersebut sambil terus diaduk. Kemudian ditambahkan larutan stok besi sebanyak 2,5 ml. Setelah homogen, ditambahkan larutan stok vitamin sebanyak 2 ml ke dalam Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan stok zat pengatur tumbuh (ZPT) berupa NAA dan BAP sebanyak 1 ml. Ditambahkan myoinositol sebanyak 50 mg kemudian dilarutkan. Ditambahkan lagi gula sukrosa sebanyak 15 g dan dilarutkan. Kemudian ditambahkan aquadest sampai mendekati 500 ml. Setelah ditambahkan aquadest, lalu diukur pH medium, pH yang baik untuk media adalah sekitar pH 5,7-5,8. Apabila kurang dari pH tersebut maka larutan ditambahkan KOH sampai pada pH 5,7-5,8, jika lebih dari pH 5,7-5,8 maka ditambahkan HCl sampai pH 5,7-5,8. Kemudian ditambahkan aquades sampai 500 ml. Setelah itu, agar sebanyak 4 g ditambahkan ke Erlenmeyer dan dipanaskan sambil diaduk supaya agar larut. Kemudian larutan medium dimasukkan ke dalam botol kultur

Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya yang normal. Tiga unsur diantaranya adalah unsur C,H, dan O yang diambil di udara, sedangkan 13 unsur lainnya berupa pupuk yang diberikan melalui akar atau melalui daun. Pada perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan, unsur-unsur tersebut diberikan melalui akar yaitu dengan menambahkannya pada medium agar. Semua unsur tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Ada unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar yang disebut unsur makro, ada pula yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi harus tersedia disebut unsur mikro. Jenis-jenis yang termasuk unsur makro adalah nitrogen (N) yang berperan dalam pembentukan hijau daun. Fosfor (P) dibutuhkan untuk pembentukan karbohidrat. Kalium (K) yang berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman. Sulfur (S) berperan dalam pembentukan bintil akar. Kalsium (Ca) bertugas merangsang pembentukan bulu-bulu akar dan mengeraskan batang. Magnesium (Mg) berperan meningkatkan kandungan fosfat dalam tanaman. Unsur-unsur yang termasuk di dalam unsur mikro adalah klor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Bor (B), dan Molibdenum (Mo).

Di dalam kultur jaringan, pemberian unsur Fe juga berfungsi sebagai penyangga yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman. Sukrosa sering ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai sumber energy yang diperlukan untuk induksi kalus. Penambahan myoinositol pada medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Fungsi penambahan Vitamin (Tiamin) adalah mempercepat pembelahan sel pada meristem akar dan juga berperan sebagai koenzim dalam reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat. Sedangkan zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi. 2. Sterilisasi Media dan Eksplan

a. Sterilisasi Media

Setelah media dituangkan ke dalam botol-botol media steril yang telah dipersiapkan sesuai kebutuhan tergantung besar kecilnya botol. Kemudian botol yang sudah terisi media ditutup dengan menggunakan alumunium foil. Kemudian botol-botol tersebut dimasukkan ke dalam autoklaf dan disterilisasi dengan suhu 121oC dengan tekanan 1,5 kg/cm2 selama 15-20 menit. Teknik pelaksanaan sterilisasi dengan autoklaf adalah autoklaf diisi air sampai batas sang-sang. Kemudian autoklaf diyalakan, kemudian ditunggu sampai air di dalamnya mendidih dan tekanan menunjukkan angka 15. Kemudian ditunggu sampai 15 menit setelah itu autoklaf dimatikan dan ditunggu sampai dingin. Setelah tekanan menunjukkan angka nol, autoklaf dibuka dan botol-botol media dikeluarkan Setelah itu media disimpan yang sudah disterilisasi di dalam ruang penyimpanan media ber-AC (suhu 24-26oC) selama 3 hari sebelum digunakan untuk melihat apakah media terkontaminasi atau tidak.

b. Sterilisasi Eksplan

1) Dari Lapangan

Eksplan yang dipilih dan diambil dari lapangan (kebun) dicuci menggunakan detergen kemudian dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Kemudian direndam dalam 1000ml campuran aquades steril yang ditambahkan fungisida (merk MANTEB) dan Bakterisida (merk AGRED) masing-masing 3 sendok teh. Kemudian diaduk selama 20 menit lalu dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali. 2) Di LAF

Eksplan yang sebelumnya sudah disterilisasi dengan fungisida dan bakterisida dimasukkan ke dalam botol dan disterilisasi di dalam Laminar Air Flow dengan menggunakan chlorox 10 % selama 10 menit kemudian dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Selanjutnya disterilisasi lagi menggunakan chlorox 5% selama 10 menit kemudian dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Selanjutnya eksplan dikeringkan pada kertas kassa.

3. Penanaman EksplanEksplan yang sudah steril dipotong pada bagian tunas. Kemudian diambil potongan eksplan yang sudah siap untuk ditanam dengan pinset. Selanjutnya botol kultur yang telah berisi media dibuka dan dibakar bagian mulut botol. Kemudian eksplan dimasukkan ke dalam media dengan hati-hati selama pemasukan eksplan dilakukan di dekat nyala api Bunsen. Selanjutnya botol ditutup dengan kertas alumunium foil dan diseal dan diletakkan pada ruang inkubasi. Selanjutnya diamati perkembangan eksplan

4. Subkultur

Subkultur adalah usaha untuk mengganti media tanam kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan planlet tercukupi. Di kultur jaringan krisan sendiri menggunakan metode sub kultur pada media padat. Setelah beberapa minggu eksplan krisan tumbuh tunas dan daun, maka dilakukan subkultur untuk mencegah kekurangan nutrisi dan sebagai perbanyakan eksplan. Pertama plastik penutup botol media kultur dibuka. Eksplan tunas/buku krisan yang ada diambil dan dimasukkan ke dalam petridish. Dengan menggunakan scalpel yang sebelumnya sudah dicelupkan ke alkohol dan dibakar di atas api Bunsen, eksplan krisan dipotong-potong perbuku dan ditanam di media kultur baru dengan pinset. Kemudian media baru ditutup menggunak aluminium foil. Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk menghindari kontaminasi BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulana. Teknik Kultur Jaringan Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp.) di di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di Ngemplak, Sleman, Yogyakarta adalah teknik propagasi yang bertujuan untuk perbanyakan jenis krisan b. Tahap-tahap Kultur Jaringan Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp.) di di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di Ngemplak, Sleman, Yogyakarta adalah Pemilihan Eksplan, Pembuatan Media, Sterilisasi Media dan Eksplan, Penanaman Eksplan dan Subkultur.B. Saran

a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang peremajaan jaringan terdiferensiasi menjadi jaringan muda lagi sehingga varietas tanaman krisan lebih terjaga Daftar Pustaka

Daisy. P. Sriyanti Hendaryono, Ir Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, Direktorat Jenderal Hortikultural dan Kementrian Pertanian, 2013. Profil Krisan. Jakarta: ISBN

Dwimahyani, I. dan S. Gandanegara. 2006. Perbanyakan Tanaman Krisan (Chrysanthenum morisdium melalui Kultur Jaringan). Jurnal Ilmiah Vol. 5 (4) : 413-419.Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Hortikultural dan Kementrian Pertanian, 2010. Bunga Potong Krisan. Jakarta: ISBN Hasim, I. Dan M, Reza. 1995.Krisan. Penerbit penebar swadaya. Jakarta.Kofranek, AM. 1980. Cut chrysanthemum, 5-43p, In Introduction to Floriculture, LARSON, RA. (Ed), Academic Press.Purwanto, Arie W & Tri Martini. 2009. Krisan, Bunga Seribu Warna. Yogyakarta: KanisiusRukmana, R. Dan A. E. Mulyana. 1997. Krisan. Seri bunga potong. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.Yusnita. 2004. Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Gambar.1. Teknik Pelaksanaan Propagasi/Kloning

Gambar .2 Pembuatan Media

Gambar.3 Sterilisasi Media

Gambar.4 Penanaman Eksplan

27

top related