laporan tabir surya
Post on 04-Jul-2015
905 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Praktikum Kosmetologi
KELOMPOK 3
FARMASI VI-A
BAYYINAH 108102000026
IKHSAN BUDIARTO 108102000014
INTAN FAUZIAH 108102000007
NURMASARI 108102000028
UMMU HIKAMAH 108102000010
Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
1
I. PENDAHULUAN
Warna kulit normal ditentukan oleh jumlah dan sebaran melanin yang
dihasilkan oleh melanosom pada melanosit, yang secara genetik jumlahnya telah
tertentu. Warna kulit juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit, vaskularisasi kulit,
kemampuan refleksi permukaan kulit serta kemampuan absorbsi epidermis dan
dermis, selain itu juga ada beberapa pigmen lain seperti karoten (kuning),
oksihemoglobin (merah), hemoglobin (biru) dan melanin (coklat) yang
mempengaruhi warna kulit. Melanin terbentuk melalui rangkaian oksidasi dari asam
amino tirosin dengan melibatkan enzim tirosinase. Tirosinase mengubah tirosin
menjadi DOPA, kemudian dopa kuinon. Dopa kuinon diubah menjadi dopakrom
melalui auto oksidasi sehingga menjadi dihidroksi indole (DHI) atau dihidroksi indole
carboxy acid ( DHICA) untuk membentuk eumelanin (pigmen berwarna coklat).
Dengan adanya sistein atau glutation, dopakuinon diubah menjadi sisteinil dopa,
reaksi ini membentuk feomelanin (pigmen berwarna kuning).
Selain hal tersebut warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Dari dalam tubuh misalnya faktor genetik
dan hormonal, faktor dari dalam tubuh yang sangat berpengaruh adalah ras atau
genetik, pengaruh tersebut terjadi bukan karena jumlah sel melanosit yang berbeda,
melainkan bergantung pada jumlah dan bentuk melanosom. Sedangkan luar tubuh
misalnya sinar matahari, makanan ataupun obat. Perpaduan faktor ini akan
menghasilkan warna kulit tertentu. Pajanan sinar matahari dapat menyebabkan kulit
berwarna lebih gelap karena sinar matahari mengandung ultra violet (UV),diantara
ultra violet tersebut ultra violet B (UVB) merupakan sinar yang paling poten
menyebabkan kerusakan jaringan kulit baik akut ataupun kronis. Salah satu reaksi
akut akibat UV-B menyebabkan terjadinya inflamasi akut dan pigmentasi lambat
pada kulit manusia.
Kulit sendiri mempunyai perangkat untuk melindungi jaringan yang ada
dibawahnya diantaranya yaitu melanin. Melanin yang memayungi inti sel berfungsi
sebagai pelindung dengan menyerap sinar UV. DNA sebagai kromofer seluler
utama, disamping trytophan dan tyrosinase, akan mudah rusak karena ultra violet –
B, dengan adanya kerusakan tersebut, DNA akan memberikan signal pada
melanosit untuk meningkatkan sintesisnya. Selain melanin, stratum korneum yang
2
tebal juga akan menyerap sinar UV, hal ini terbukti dengan menurunnya produksi
sitokin oleh keratinosit, disamping itu asam urokanat diduga juga mempunyai
peranan pelindung terhadap paparan UV. Paparan UV secara langsung akan
menghasilkan radikal bebas dan meningkatkan regulasi mRNA tirosin yang
merupakan enzim dalam biosintesis melanin, hal ini akan menyebabkan terjadinya
abnormal pigmentasi seperti melasma, frekles dan lentigo senilis. Untuk mengurangi
efek-efek buruk karena paparan sinar ultra violet tersebut diperlukan pelindung surya
atau tabir surya, yang dapat mengurangi atau mencegah efek-efek yang merugikan
karena paparan UV.
Tabir surya adalah suatu substansi dengan senyawa aktif yang dapat
menyerap, memantulkan atau menghamburkan energi surya yang mengenai kulit
manusia. Bahan aktif tabir surya kimiawi yang beredar dipasaran terdiri dari
golongan PABA (para amino benzoic acid), salisilat, atranilat, sinamat , kamfor,
benzofenon dan derivatnya, serta kombinasi yang mengandung lebih dari satu
bahan aktif. Kendalanya adalah masing-masing spektrum sinar surya memberikan
dampak buruk yang berbeda, sedangkan tabirsurya tertentu mempunyai daya
lindung terhadap spektrum tertentu pula.
Dalam penelitian Elmet dkk (2001) membuktikan bahwa polifenol teh hijau
EGCG dan ECG mempunyai kemampuan sebagai fotoproteksi dengan mekanisme
kerja yang berbeda dari tabirsurya. Komponen polifenol teh hijau tidak menyerap
cahaya UV. Implikasinya adalah bila polifenol teh hijau dikombinasikan dengan tabir
surya konvensional, maka akan menghasilkan efek fototerapi tambahan atau
sinergisme. Selain itu, dapat juga bermanfaat pada individu yang alergi atau tidak
dapat mentolerir tabirsurya biasa serta dapat memberikan perlindungan baik
terhadap UVB maupun UVA.
Komposisi daun teh terdiri dari polifenol 30-35 %, karbohidrat 25 %, kafein 3.5
%, protein 15 %, asam amino 4 %, Lignin 6.5 %, asam organik 1.5 %, lipid 2 % ash 5
% dan klorofil 0.5 %, karotenoids <0.1, volatil <0.1.
3
II. FORMULA
Ekstrak teh 1%
Asam stearat 10%
Cera alba 2%
Vaselin album 8%
Adeps lanae 1%
Nipasol 0,05%
TEA 1,2%
Propilen glikol 7%
Nipagin 0,01%
Parfum qs
Aquadest ad 100%
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan
Ekstrak teh
Asam stearat
Cera alba
Vaselin album
Adeps lanae
Nipasol
TEA
Propilen glikol
Nipagin
Parfum
Aquadest
Alat
Beaker glass 2 buah
Spatula 2 buah
Gelas ukur 1 buah
Timbangan digital
Penangas air
Cawan porselin
4
Pipet tetes
Kaca arloji
Kaca objek
Lumpang dan alu
Serbet
Tissue
Sudip
Termometer
Spektrofotometer
IV. PENIMBANGAN
Penimbangan
Ektrak teh = 1% x 50 gram = 0,5 gram
Asam stearat = 10% x 50 gram = 5 gram
Cera alba = 2% x 50 gram = 1 gram
Vaselin album = 8% x 50 gram = 4 gram
Adeps lanae = 1% x 50 gram = 0,5 gram
Nipasol = 0,05% x 50 gram = 0,025 gram
TEA = 1,2% x 50 gram = 0,6 gram
Propilen glikol = 7% x 50 gram = 3,5 gram
Nipagin = 0,01% x 50 gram = 0,005 gram
Aquadest = 50 gram – 15,13 gram = 34,87 ml
V. PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI
Prosedur Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan-bahan.
3. Panaskan air di atas penangas air.
4. Fase minyak (Asam stearat, Cera alba, Vaselin album, Adeps lanae,
Nipasol dilebur di atas penangas pada suhu 700C (massa 1)
5. Fase air dipanaskan di atas penangas sampai suhu 500C, kemudian
masukkan nipagin, TEA dan propilen glikol, panaskan sampai suhu 700C
(massa 2)
5
6. Campurkan massa 1 dan massa 2 ke dalam lumpang hangat, gerus
sampai menjadi massa krim.
7. Setelah suhu turun 400C masukkan ekstrak etanolik kental dari daun teh
ke dalam campuran, gerus ad homogen.
8. Sediaan yang sudah jadi ke dalam wadah yang sudah disiapkan, beri
etiket pada wadah.
9. Lakukan evaluasi krim (homogenitas, penampilan, stabilitas, dan uji
pengolesan pada kulit)
Cara Evaluasi
Homogenitas
Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan
kaca objek lain, lalu amati apakah krim tersebut homogenya,
apakah permukaannya halus merata atau ada granul yang masih
keras.
Penampilan krim
Penampilan krim yang diamati adalah warna dan bau. Krim yang
dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan.
VI. DATA PENGAMATAN
Setelah Praktikum
Pengamatan Kelompok
1 2 3 4 5 6
Warna Hijau lumut Hijau tua Coklat
muda
Coklat
kekuningan
Kuning
muda
Kuning
Muda
Bau Daun
singkong
Daun
singkong
Teh Teh Kencur Kencur
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Kurang
homogen
Homogen Homogen
Kekentalan Agak kental Kental Agak
Kental
kental Agak kental Kental
Netto 39,30 gram 38,49 gram 35,62 gram 41 gram 39,49 gram 38,59 gram
Uji iritasi Tak iritasi Tak iritasi Tak iritasi Tak iritasi Tak iritasi Tak iritasi
pH 6 6 6 6 6 5-6
6
Foto
Absorban Ekstrak
singkong
Krim
1
Transmitan
(T)
T x Fe T x Fp Krim
2
Transmitan
(T)
T x Fe T x Fp
292,5 0,005 0,085 1,2162 0,1344 0,024 1,0568 0,1168
7
297,5 0,002 0,049 1,1194 0,7522
302,5 0,001 0,032 1,0765 1,0765
307,5 0,001 0,017 1,0399 0,2088
312,5 0,001 0,007 1,0162 0,1386
317,5 0,002 0,004 1,0093 0,1135
322,5 0,003 0,006 1,0139 0,1094
327,5 0,003 0,007 1,0162 0,1037 0,001 1,0023 0,1022
332,5 0,003 0,003 1,0069 0,0942 0,001 1,0023 0,0938
337,5 0,002
342,5 0,001 0,000 1 0,0669
347,5 0,001 0,006 1,0139 0,0578
352,5 0,006 1,0139 0,0495
357,5
8
362,5
367,5
372,5
DATA PENGAMATAN SPEKTRO
Panjang
gelombang
Ekstrak
teh
Krim
3
Transmitan
(T)
T x Fe T x Fp Krim
4
Transmitan
(T)
T x Fe T x Fp
292,5 0,148 0,991 9,7949 1,0823 1,427 26,7301 2,9537
297,5 0,115 0,745 5,5590 3,7356 1,085 12,1619 8,1728
302,5 0,090 0,576 3,7670 3,7670 0,823 6,6527 6,6527
307,5 0,068 0,414 2,5942 0,5209 0,573 3,7411 0,7512
312,5 0,045 0,261 1,8239 0,2488 0,340 2,1878 0,2984
317,5 0,028 0,149 1,4093 0,1586 0,171 1,4825 0,1668
322,5 0,016 0,083 1,2106 0,1306 0,078 1,1967 0,1291
9
327,5 0,008 0,042 1,1015 0,1124 0,029 1,0691 0,1090
332,5 0,002 0,009 1,0209 0,0956
337,5
342,5
347,5
352,5
357,5
362,5
367,5
372,5
10
Panjang
gelombang
Ekstrak
kencur
Krim
5
Transmitan
(T)
T x Fe T x Fp Krim
6
Transmitan
(T)
T x Fe T x Fp
292,5 0,303 1,989 97,4990 10,7736 0,290 1,9498 0,2155
297,5 0,325 2,031 107,3989 72,1721 0,258 1,8113 1,2172
302,5 0,334 2,061 115,0800 115,080
0
0,317 2,0749 2,0749
307,5 0,351 2,044 110,6624 22,2210 0,238 1,7298 0,3473
312,5 0,341 2,028 106,6596 14,5484 0,174 1,4928 0,2036
317,5 0,289 1,898 79,0679 8,8951 0,022 1,0520 0,1184
322,5 0,206 1,485 30,5492 3,2963 0,144 1,3932 0,1503
327,5 0,110 0,840 6,9183 0,7057 0,061 1,1508 0,1174
332,5 0,017 0,141 1,3836 0,1295 0,074 1,1858 0,1110
337,5
342,5
11
347,5
352,5
357,5
362,5
367,5
372,5
Krim Kelompok 1
%Te = ∑(T x Fe)∑Fe
= 2,4242,2325
= 1,085
%Tp = ∑(T x Fp)∑Fp
= 0,30730,3035
= 1,013
Krim Kelompok 2
%Te = ∑(T x Fe)∑Fe
= 0,11860,1105
= 1,073
%Tp = ∑(T x Fp)∑Fp
= 0,37020,3 683
= 1,005
Krim Kelompok 3
%Te = ∑(T x Fe)∑Fe
= 9,51322,2325
= 4,261
%Tp = ∑(T x Fp)∑Fp
= 0,33860,3683
= 0,919
Krim Kelompok 4
12
%Te = ∑(T x Fe)∑Fe
= 18,99562,2325
= 8,509
%Tp = ∑(T x Fp)∑Fp
= 0,23810,2099
= 1,134
Krim Kelompok 5
%Te = ∑(T x Fe)∑Fe
= 243,6902
2,2325= 109,156
%Tp = ∑(T x Fp)∑Fp
= 4,13150,2099
= 19,683
Krim Kelompok 6
%Te = ∑(T x Fe)∑Fe
= 4,17692,2325
= 1,871
%Tp = ∑(T x Fp)∑Fp
= 0,3787
1,19 = 0,366 g
VII. PEMBAHASAN
Sinar matahari yang membahayakan kulit adalah radiasi ultraviolet dimana
sinar ini dibedakan menjadi tiga, yaitu sinar ultraviolet A (UV-A), UV-B dan UV-
C yang ketiganya mempunyai panjang gelombang dan efek radiasi yang
berbeda. Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm mempunyai efek
penyinaran, dimana timbul pigmentasi yang menyebabkan kulit berwarna coklat
kemerahan. Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290-320nm memiliki efek
penyinaran, dimana dapat mengakibatkan kanker kulit bila terlalu lama terkena
radiasi. Sedangkan Sinar UV-C dengan panjang gelombang 200-290nm yang
tertahan pada lapisan atmosfer paling atas dari bumi dan tidak sempat masuk
ke bumi karena adanya lapisan ozon, efek penyinarannya paling kuat karena
energi radiasinya paling tinggi diantara ketiganya yaitu dapat menyebabkan
kanker kulit dengan penyinaran yang tidak lama.
13
Tabir surya adalah suatu substansi dengan senyawa aktif yang dapat
menyerap, memantulkan atau menghamburkan energi surya yang mengenai kulit
manusia. Bahan aktif tabir surya kimiawi yang beredar dipasaran terdiri dari
golongan PABA (para amino benzoic acid), salisilat, atranilat, sinamat , kamfor,
benzofenon dan derivatnya, serta kombinasi yang mengandung lebih dari satu
bahan aktif. Kendalanya adalah masing-masing spektrum sinar surya memberikan
dampak buruk yang berbeda, sedangkan tabir surya tertentu mempunyai daya
lindung terhadap spektrum tertentu pula.
Efektivitas tabir surya tetap sangat tergantung pada formulasi. Pelarut dan
emollients mungkin memiliki efek mendalam pada kekuatan absorbansi UV dengan
bahan aktif dan panjang gelombang mereka menyerap .Pengemulsi dan pembentuk
film menentukan keseragaman dan ketebalan film yang terbentuk di permukaan
kulit, yang pada gilirannya menentukan tingkat SPF resistensi daya tahan dan air
Pada pembuatan tabir surya ini digunakan ekstrak daun singkong, ekstrak
daun teh hijau dan ekstrak kencur. karena pada ketiga tanaman tersebut diduga
terdapat suatu senyawa yang mengandung SPF, yang berarti dapat menyerap
secara efektif cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan
infra merah sehingga terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari dapat
dihindari.
Salah satu senyawa yang terkandung dalam daun singkong adalah flavonoid
rutin. Flavonoid termasuk dalam senyawa glikosida yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi pada gugus aromatiknya dan juga memiliki pasangan elektron bebas
yang berasal dari gugus karbonil. Ikatan rangkap terkonjugasi dan pasangan
elektron bebas inilah yang mampu menyerap sinar ultraviolet pada panjang
gelombang tertentu.
14
Kuersetin merupakan salah satu flavonoid yang banyak terdapat di alam dan
diketahui mampu menghambat enzim sitokrom P-450 yang berperan dalam
metabolisme parasetamol. Senyawa rutin bersifat polar dan akan mengalami
hidrolisis bila direaksikan dengan asam kuat seperti HCl, dan akan terurai menjadi
quersetin yang bersifat nonpolar dan glukosa yang bersifat polar.
Teh hijau merupakan minuman tradisional negara Cina sejak 4000 tahun
sebelum Masehi dan dipercaya masyarakat Cina teh hijau dapat mengobati dan
mencegah kanker, mengandung vitamin B dan vitamin C, sebagai diuretik, dapat
meningkatkan konsenterasi dan menenangkan pikiran, mengurangi nyeri sendi juga
sebagai antipiretik. Secara epidemiologi, mengkonsumsi teh hijau dapat mencegah
kanker dan menurunkan beberapa radikal bebas seperti peroksi nitrit, hidrogen
peroksidase. Antioksidan teh hijau 100 kali lebih efektif dibandingkan dengan vitamin
C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan vitamin E.
Polifenol teh hijau merupakan antioksidan alam yang sangat kuat karena
mempunyai gugus hidroksil yang lebih dari polifenol teh hitam atau teh oolong.
Dalam daun teh kering mengandung senyawa polifenol 30-35 %, komposisi
predominan polifenol teh adalah katekin (Flavan-3-ols) yang terdiri dari empat
komponen terbanyak yaitu : epicatecin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-
gallate (ECG) dan epicatechin-3-gallate (EGCG), dari keempat komponen tersebut
EGCG merupakan komponen paling efektif sebagai antioksidan alam yang poten
dan sebagai kemoproventif kutan terhadap inflamasi atau karsinogenesis yang
diinduksi paparan UV-B.
EGCG mempunyai potensi sebagai antioksidan alam yang dapat memberikan
perlindungan pada kulit manusia terhadap terjadinya fotokarsinogenesis dan
fototoksik yang diinduksi papara UV. Paparan UV-B akan menghasilkan suatu
15
radikal bebas atau reactive oxygen spesies (ROS), keadaan ini merupakan
kontribusi terjadinya karsinogenesis karena adanya kerusakan makromolekul
termasuk DNA secara langsung.
Paparan UV akan menginduksi reaktive oxygen spesies (ROS) sehingga
akan meningkatkan regualsi mRNA tirosinase yang berdampak terjadinya
pigmentasi yang menganggu penampilan seseorang secara kosmetik. Antioksidan
polifenol teh hijau mampu menghambat secara maksimum aktivitas tirosinase,
terutama komponen EGCG, EGC dan CG yang mempunyai daya hambat terhadap
terjadinya pigmentasi karena paparan UV-B.
Dalam rimpang kencur terdapat banyak zat yang dapat dimanfaatkan,
salah satunya adalah kandungan minyak atsiri sebesar 2-4% yang terdiri dari
etil sinamat, etil p-metoksisinamat, p-metoksi stirena, n-pentadekana, borneol,
kamfen, 3,7,7-trimetil bisiklo [4,1,0] hept-3-ena.
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi
rimpang kencur yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung
kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa
ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat
nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar.
EPMS mengandung senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion atau kulit
ataupun pada bedak setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai
dimana etil dari ester ini digantikan oleh oktil, etil heksil, atau heptil melalui
transesterifikasi maupun esterifikasi bertahap. Modifikasi yang dilakukan
diharapkan mengurangi kepolaran EPMS sehingga kelarutannya dalam air
berkurang dan hal itu merupakan salah satu syarat senyawa sebagai tabir
surya. Selain untuk mengurangi tingkat bahaya terhadap kulit, EPMS (bila
16
terhidrolisa) akan melepaskan etanol yang bersifat karsinogenik terhadap kulit
sedangkan hasil modifikasinya akan melepaskan alkohol dengan rantai lebih
panjang yang tidak berbahaya. Cara yang digunakan untuk dapat menghasilkan
isolasi senyawa etil p-metoksi sinamat ( EPMS ) yang optimal dari rimpang kencur
antara lain maserasi. Setelah itu selanjutnya dipekatkan dengan rotary vacuum
evaporator.
Pada uji coba pembuatan sediaan tabir surya yang dilakukan kelompok 3
menggunakan ekstrak dari daun teh. Daun teh sebelumnya dipetik dari daun-daun
muda yang masih segar dimana daun the yang diambil yaitu daun teh hitam bukan
daun teh hijau. Kemudian mengalami proses pengeringan dan penggilingan hingga
menjadi simplisia. Daun teh selanjutya dilakukan rotary evaporator dengan
menggunakan larutan etanol 96% untuk diambil ekstraknya. Ekstrak kental yang
telah diperoleh kemudian dilakukan penguapan dengan cara menyimpannya di
dalam cawan penguap yang telah diberi alumunium voil dan dilubangi setelah itu
disimpan di dalam lemari es. Setelah beberapa hari penyimpanan maka akan
didapatkan ekstrak kental seperti gulali yang selanjutnya digunakan sebagai zat aktif
dari sediaan tabir surya. Kandungan daun teh berupa polifenol memiliki fungsi
sebagai antioksidan. Oleh karenanya sangat bagus untuk melindungi kulit dari
radikal bebas yang ditimbulkan dengan adanya radiasi dari sinar UV A dan UV B
yang dipancarkan oleh cahaya matahari.
Pada pembuatan ekstrak daun singkong, ekstrak daun teh hijau dan ekstrak
kencur. digunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak ini diperoleh dari proses maserasi
dengan etanol 96% selama ± 24 jam. Pemakaian etanol bertujuan untuk melarutkan
semua senyawa yang terkandung di dalam bahan tersebut, baik polar maupun non-
polar. Filtrat dari hasil maserasi tersebut kemudian dipekatkan dengan rotavapor
17
sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak ini masih dalam bentuk ekstrak kasar
bukan isolat. Dari ekstrak kental tersebut akan dibuat sediaan krim dan gel tabir
surya.
Proses pembuatan sediaan dilakukan dengan cara seperti pembuatan
sediaan krim karena sediaan tabir surya tidak jauh dari bentuk krim, lotion, gel dan
larutan. Proses pembuatan dengan cara melebur bahan-bahan yang bersifat minyak
pada suhu 700C dan bahan-bahan yang bersifat air yaitu pada suhu 700C pula
namun yang membedakan yaitu air sebelumnya sudah harus dipanaskan terlebih
dahulu pada suhu 500C, kemudian baru dimasukkan bahan-bahan lainnya seperti
metil parabenum, TEA dan propilen glikol. Sedangkan pada fase minyak bahan-
bahan yang ditambahkan berupa asam sitrat, cera alba, adeps lanae, dan vaselin
album serta propil paraben. Setelah suhu dicapai maka kedua fase dicampurkan di
dalam mortar yang panas dan diaduk kuat namun jangan terlalu cepat karena dapat
menyebabkan timbulnya busa. Kemudian baru dimasukkan ekstrak daun teh,
dimana ekstrak yang ditambahkan dari uji coba kelompok 3 ini yaitu sebanyak 1%.
Kemudian diaduk hingga homogen dan dimasukkan ke dalam wadah untuk
selanjutnya dilakukan penimbangan jumlah sediaan yang didapat.
Pada formula kelompok 3 dan 4 digunakan ekstrak daun teh sebagai bahan
utama yang diduga mampu memberikan perlindungan pada kulit dari sinar ultraiolet.
Sedangkan bahan tambahan lainnya yang digunakan sebagai basis dalam fase
minyak adalah asam stearat, cera alba, vaselin album, dan adeps lanae. Bahan-
bahan tersebut berfungsi sebagai pengemulsi. Sedangkan dalam fas air,
menggunakan TEA sebagai pengemulsi. Sedangkan propilen glikol digunakan untuk
menjaga kelembapan sediaan (humektan). Karena menggunakan basis krim yang
18
sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba karena lingkungan yang lembab, maka
perlu ditambahkan pengawet, yaitu metil paraben dan propil paraben.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil sediaan yaitu, warna
berupa coklat muda, bau teh, memiliki homogenitas yang bagus, pH sediaan yaitu 6,
tidak bersifat mengiritasi kulit, viskositasnya tidak terlalu kental dan memiliki berat
sebesar 35,62 gram. Warna coklat muda dipengaruhi oleh warna ekstrak daun teh
yang memang sudah memiliki warna hijau kehitaman yang pekat. Hal ini dapat
dipengaruhi pula oleh konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu hanya 1% karena
pada sediaan kelompok 4 yang memiliki konsentrasi sebanyak 2% memberikan
warna coklat tua kekuningan. Perbedaan konsentrasi juga memberikan perbedaan
pada tingkat viskositas yang dihasilkan. Dimana viskositas yang didapat dari sediaan
kelompok 3 tidak terlalu kental dibandingkan dengan sediaan pada kelompok 4. pH
sediaan sudah dikatakan bagus yaitu cocok untuk kulit yang memiliki pH 7 dan
sifatnya tidak terlalu mengiritasi kulit jadi aman untuk digunakan. Namun sediaan
masih dirasa lengket jadi harus lebih ditingkatkan lagi penggunaan konsentrasi dari
formulasi sediaan ini. Sebagai catatan bahwa asam stearat yang digunakan diubah
konsentrasinya dari 15% menjadi 10% untuk semua formulasi kelompok.
Pada evaluasi organoleptis kelompok 1 dan 2, sediaan berwarna hijau,
karena kelompok 2 ekstrak daun singkong 2% dan kelompok 1 hanya 1% maka
sediaan kelompok 2 berwarna lebih tua. Kelompok 1 dan 2 menghasilkan sediaan
yang homogen. Pada evaluasi pH dari formula 1 dan 2 pH sediaan yaitu 6. Netto
kelompok 1 yaitu 39,90 dan kelompok 2 yaitu 38,4 gram. Untuk uji iritasi dicobakan
kepada probandus dengan cara mengoleskan ditangan selama kurang lebih 5 menit
dan ternyata kedua formula tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
19
Sedangkan untuk kelompok 6 menggunakan ekstrak berupa kencur dengan
konsentrasi 2%. Konsentrasi ini dibandingkan dengan kelompok 5 yang hanya
menggunakan 1% saja. Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan sifat-sifat
dari sediaan yaitu, warna sediaan berupa kuning muda, memiliki bau khas kencur,
bersifat homogen dengan pH sediaan 5-6, bersifat tidak mengiritasi kulit dan
memiliki viskositas yang tinggi dibandingkan dengan sediaan kelompok 5 dan
memiliki berat sediaan sebanyak 38,59 gram.
Proses pembuatan dari sediaan formulasi ini sama dengan formulasi sediaan
kelompok lainnya hanya zat aktifnya saja yang membedakan. Dimana zat aktif yang
digunakan pada kelompok ini berupa rimpang kencur yang berwarna hijau muda
setelah mengalami proses pengeringan di dalam lemari es. Namun justru
memberikan warna yang berbeda pada sediaan yang dihasilkan yaitu warna kuning
seperti buah kencur. Hal ini dimungkinkan karena ekstrak terlalu pekat sehingga
warna kuning yang seharusnya tertutupi hingga menjadi warna hijau muda.
Warna sediaan yang berwarna kuning muda didapatkan dari warna ekstrak
yang ditambahkan, dalam formulasi ini menggunakan ekstrak kencur yang memiliki
warna hijau kekuningan. Bau yang dihasilkan pun juga sama dengan bau asli zat
aktifnya, yaitu bau kencur. Hal ini karena tidak adanya penambahan parfum di dalam
sediaan, sehingga bau yang dihasilkan pun memiliki bau yang khas dari zat aktifnya.
Proses penyiapan buah kencur hingga menjadi ekstrak sama halnya dengan
ekstrak-ekstrak lainnya. Sedangkan kandungan yang dimiliki oleh kencur yaitu Etil
Para Metoksi Sinamat (EPMS) dari kandungan tersebut dapat digunakan sebagai
zat aktif dari sediaan tabir surya yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar
matahari yaitu mengubahnya menjadi sediaan tabir surya berupa krim.
20
Sediaan memiliki homogenitas yang baik, dimana ketika dilakukan uji
homogenitas dengan menggunakan preparat kaca dan object glass nya didapatkan
kehomogenan dari sediaan. Sedangkan sifat lainnya yang menjadi keunggulan
sediaan ini yaitu sifat yang tidak mengiritasi kulit saat diuji cobakan dengan cara
mengoleskannya tipis di lima tangan probandus. Namun jumlah sediaannya saja
yang berkurang dari seharusnya 50 gram yang ada dalam formulasi menjadi hanya
38,59 gram. Hal ini dapat dikarenakan masih adanya bagian yang tertinggal di dalam
mortir pada saat pengemasan ke dalam wadah atau bahan-bahan yang menguap
pada saat proses peleburan dengan suhu 70° C. Untuk viskositasnya yang sedikit
lebih kental dibandingkan dengan sediaan kelompok 5 yaitu karena dipengaruhi oleh
penggunaan konsentrasi ekstrak kencur. Kelompok 6 ini menggunakan konsentrasi
ekstrak sebanyak 2% dan lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak
yang digunakan oleh kelompk 5 yang hanya 1%. sehingga mempengaruhi tingkat
viskositas dari sediaan yang dihasilkan dari kedua kelompok.
Pada kelompok 1 dan 2, pembuatan tabir surya menggunakan ekstrak singkong
untuk memantulkan atau mengabsorpsi sinar ultraviolet atau inframerah yang dapat
merusak fungsi kulit. Penggunaan ekstrak singkong dalam tabir surya ini didasarkan
kepada kandungan senyawa rutin ( flavonoid ) yang ada pada daun singkong.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu dapat
menunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid
rutin yang terdapat dalam daun singkong ini dapat berfungsi sebagai antioksidan
yang dapat membantu mengatasi masalah kulit karena efek polutan ataupun sinar
matahari.
21
Untuk menguji aktivitas dari
krim, maka kita harus melakukan
uji aktivitas ekstrak terlebih dahulu.
Aktivitas ekstrak etanol daun
singkong diuji kemampuannya
sebagai bahan yang dapat menyerap sinar secara efektif atau tidak. Spektroskopi
serapan ultraviolet dan serapan tampak merupakan cara utama yang berguna untuk
menentukan/ menganalisis struktur flavonoid yang ada pada daun singkong, serta
dapat menentukan panjang gelombang maksimal yang dapat diserap oleh flavonoid
rutin pada ekstrak tersebut. Penguian ekstrak, dilakukan dengan menimbang
sebanyak 50 mg ekstrak singkong dilarutkan dengan 50 ml etanol yang kemudian
dibuat pengenceran 100 ppm, kemudian diencerkan kembali menjadi 20 ppm dan
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 292 – 372 nm. Setelah
dilakukan pengujian absorban yang terbaca antara 292,5 – 347,5 nm, dengan
spektrum yang kurang baik. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya pengotor,
baik dari pelarut maupun dari ekstrak itu sendiri, karena ekstrak yang digunakan
merupakan ekstrak kasar, dan bukan berupa isolat murni. Berdasarkan perhitungan
didapat %Te sebesar 8,0414 dan %Tp sebesar 4,0159. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak tersebut mempunyai aktifitas suntan pada %Te karena nilai %Te
masuk pada rentang, dan ekstrak juga mempunyai potensi atau aktivitas sebagai
sunblock pada %Tp karena nilai %Tp masuk pada rentang penilaian aktivitas.
Setelah pengujian ekstrak, maka dilakukan uji aktifitas sediaan krim dengan
melarutkan 100 mg krim dengan 50 ml ethanol 95% yang kemudian krim tersebut
diuji aktivitasnya dengan menggunakan spektrofotometer. Berdasarkan spectrum
dan nilai transmitan aktifitas krim yang didapat pada kelompok 1, diperoleh %Te
22
% Te % Tp Kategori Penilaian
Efektivitas
<1
1 – 6
6 – 12
10 – 18
3 – 40
42 – 86
45 – 86
45 – 86
Sunblock
Proteksi ultra
Suntan
Fast taming
sebesar 1,085 dan % Tp sebesar 1,013. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa
sediaan tabir surya tersebut mempunyai aktivitas proteksi ultra untuk %Te karena
memasuki rentang nilai, akan tetapi aktivitas proteksi ultra itu tidak berlaku untuk
%Tp karena nilai Tp tidak masuk kategori rentang nilai proteksi ultra. Sedangkan
pada kelompok 2, setelah dilakukan pengujian pada aktivitas krim, diperoleh %Te
sebesar 1,073 dan % Tp sebesar 1,005. Hasil tersebut menunjukkan bahwa krim
tersebut mempunyai aktivitas sebagai proteksi ultra untuk %Te, karena hasil
memasuki rentang nilai, sedangkan untuk %Tp hasil tidak memenuhi syarat, karena
tidak masuk rentang.
Pada pengujian kelompok 3 dan 4, pembuatan tabir surya menggunakan ekstrak
teh, dengan variasi konsentrasi 1% untuk kelompok 3 dan 2% untuk kelompok 4.
Ekstrak teh hijau memiliki kandungan feofitin yang merupakan turunan warna dari
klorofil yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan karoten yang memiliki
mekanisme fotoproteksi. fotoproteksi yaitu menangkal radiasi sinar UV penyebab
kerusakan sel, sehingga tidak heran lagi apabila ekstrak the sering ditambahkan
pada sediaan tabir surya. Pada pengujian ekstrak dibuat sebanyak 50 mg ekstrak
teh hijau dilarutkan dengan 50 ml etanol (larutan induk, konsentrasi 1000 ppm) yang
kemudian dibuat pengenceran 100 ppm dan diencerkan kembali menjadi 20 ppm
dan diukur serapannya pada panjang gelombang 292 – 372 nm. Sedangkan untuk
pengujian efektivitasnya dilakukan dengan melarutkan 100 mg krim dalam 10 ml
etanol dan diukur serapannya pada panjang gelombang 292 – 372 nm.
Pada pengukuran serapan ekstrak teh hijau, absorban yang terbaca antara
panjang gelombang 292,5 - 332,5 nm. Kemudian dari nilai absorban yang didapat
dihitung nilai intensitas transmisinya, dan dilakukan perhitungan nilai fluks eritema
dan nilai fluks pigmentasi. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai %Te adalah
23
28,2173 dan nilai %Tp adalah 42,8257. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui
bahwa teh hijau memiliki efektivitas sebagai proteksi ultra pada %Tp, karena nilai
%Tp masuk rentang criteria penilaian, sedangkan nilai %Te tidak memenuhi
persyaratan sebagai proteksi ultra, karena % Te tidak masuk rentang kategori.
Pada pengukuran efektivitas sediaan krim tabir surya kelompok 3, nilai absorban
yang terbaca hanya hingga panjang gelombang 332,5 nm. Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, didapatkan nilai %Te adalah 4,261 dan nilai %Tp nya adalah 0,919.
Hasil tersebut membuktikan, bahwa krim tersebut mempunyai efektifitas sebagai
proteksi ultra, karena % Te krim masuk rentang kategori penilaian, sedangkan %Tp
tidak masuk kategori proteksi sinar, karena nilai %Tp yang tidak masuk pada
rentang penilaian.
Pada pengukuran efektivitas sediaan krim tabir surya kelompok 4, nilai absorban
yang terbaca hanya hingga panjang gelombang 327,5 nm. Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, didapatkan nilai %Te adalah 8,509 dan nilai %Tp nya adalah 1,134.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa krim tersebut mempunyai efektifitas suntan,
dimana %Te krim memasuki rentang penilaian, sedangkan %Tp tidak masuk
kategori suntan karena tidak memasuki rentang penilaian. Nilai %Te dan % Tp dari
sediaan tabir surya kelompok 3 ini lebih kecil dibandingkan sediaan kelompok 4, hal
ini juga menunjukkan perbedaan efektifitas krim, meskipun menggunakan ekstrak
yang sama. Hal tersebut mungkin dikarenakan perbedaan konsentrasi ekstrak yang
digunakan pada kelompok 4 lebih besar sehingga efektifitasnya pun berubah
menjadi suntan. Konsentrasi penggunaan ekstrak dapat mempengaruhi efektifitas
dari krim karena pada dasarnya teh hijau memiliki efektivitas sebagai proteksi sinar.
Pada pengujian efektifitas krim kel 5 dan 6, pembuatan krim menggunakan
ekstrak kencur. Kencur merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia
24
yang kaya akan kandungan senyawa senyawa bahan alam, salah satu diantaranya
adalah etil p-metoksisinamat yang merupakan kandungan utama dalam tanaman
ini. Senyawa ini menunjukkan aktivitas tabir surya tetapi tidak memenuhi
persyaratan karena sebagian besar larut dalam air dan menimbulkan iritasi.
Senyawa etil p-metoksisinamat sebagai bahan baku pembuatan senyawa tabir
surya dapat didapatkan dari hasil rendemen hasil (maserasi) kencur selama 2 hari
dengan menggunakan ethanol. Etil p-metoksisinamat disintesis menjadi senyawa
tabir surya (oktil p-metoksisinamat) melalui tahapan hidrolisis, pembentukan klorida
asam dan alkoholisis. Oktil p-metoksisinamat merupakan senyawa tabir surya yang
paling sering digunakan karena menimbulkan resiko alergi kecil dan dalam
pemakaian menggunakan konsentrasi yang rendah.Efektivitas senyawa tabir surya
dapat dinyatakan dalam persentase transmisi eritema dan pigmentasi secara
spektrometri.
Pada uji efektivitas ekstra, ekstrak kencur dengan konsentrasi 20 ppm diukur
serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS. Nilai absorban ekstrak kencur terbaca
dari panjang gelombang 292,5 – 332,5. Berdasarkan data hasil pengamatan, pada
ekstrak kencur diperoleh %Te sebesar 2,136 dan %Tp sebesar 1,325. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak kencur tersebut mempunyai efektifitas
proteksi ultra pada %Te, karena hasil memasuki rentang nilai, sedangkan untuk %Tp
hasil tidak memenuhi syarat, karena tidak masuk rentang.
Pada pengukuran efektivitas sediaan krim tabir surya kelompok 5, nilai absorban
yang terbaca hanya hingga panjang gelombang 332,5 nm. Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan, didapatkan nilai %Te adalah 109,56 dan %Tp adalah 19,683. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa krim tabir surya tersebut mempunyai efektifitas
sebagai sunblock untuk %Tp karena %Tp pada sediaan memasuki range penilaian,
25
sedangkan %Te tidak memasuki range penilaian dan persentase terlalu besar
mungkin dikarenakan pengaruh dari bahan-bahan yang digunakan. Sedangkan pada
pengukuran sediaan krim tabir surya kelompok 6, nilai absorban yang terbaca hanya
hingga panjang gelombang 332,5 nm. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan,
didapatkan nilai %Te adalah 1,871 dan %Tp adalah 0,366. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa krim tabir surya tersebut mempunyai efektifitas sebagai proteksi
ultra terhadap %Te sedangkan %Tp sediaan tidak memenuhi criteria sediaan
tersebut.
Berdasarkan pengamatan tersebut, didapatkan perbedaan efektifitas antara
kelompok 5 dan kelompok 6, dimana kedua kelompok tersebut menggunakan
ekstrak yang sama. Perbedaan aktifitas tersebut mungkin dikarenakan pperbedaan
konsentrasi ekstrak kencur yang digunakan ataupun pengaruh bahan-bahan lain.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak singkong didapat %Te sebesar 8,0414 dan %Tp sebesar 4,0159.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mempunyai aktifitas
suntan pada %Te dan ekstrak juga mempunyai potensi atau aktivitas
sebagai sunblock pada %Tp. Salah satu senyawa yang terkandung dalam
daun singkong adalah flavonoid rutin yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi pada gugus aromatiknya dan juga memiliki pasangan elektron
bebas yang berasal dari gugus karbonil yang mampu menyerap sinar
ultraviolet pada panjang gelombang tertentu.
Pada kelompok 1, diperoleh %Te sebesar 1,085 dan %Tp sebesar 1,013.
Menunjukkan bahwa sediaan tabir surya tersebut mempunyai aktivitas
proteksi ultra untuk %Te. Sedangkan pada kelompok 2 diperoleh %Te
26
sebesar 1,073 dan %Tp sebesar 1,005 menunjukkan bahwa krim tersebut
mempunyai aktivitas sebagai proteksi ultra untuk %Te,
Ekstrak teh hijau didapatkan nilai %Te adalah 28,2173 dan nilai %Tp
adalah 42,8257 menunjukkan bahwa teh hijau memiliki efektivitas sebagai
proteksi ultra pada %Tp. Ekstrak teh mengandung polifenol dimana
komponen epicatechin-3-gallate (EGCG) merupakan komponen yang
berperan sebagai proteksi uv.
Pada kelompok 3 didapatkan nilai %Te adalah 4,261 dan nilai %Tp nya
adalah 0,919 menunjukkan bahwa krim tersebut mempunyai efektifitas
sebagai proteksi ultra pada %Te. Sedangkan kelompok 4 didapatkan nilai
%Te adalah 8,509 dan nilai %Tp nya adalah 1,134 menunjukkan bahwa
krim tersebut mempunyai efektifitas suntan pada %Te.
Ekstrak kencur diperoleh %Te sebesar 2,136 dan % Tp sebesar 1,325
menunjukkan efektifitas sebagai proteksi ultra pada %Te. Ekstrak kencur
mengandung etil p-metoksisinamat (EPMS) yang merupakan salah satu
senyawa hasil isolasi rimpang kencur yang merupakan bahan dasar
senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari.
Kelompok 5 didapatkan nilai % Te adalah 109,56 dan % Tp adalah 19,683
menunjukkan bahwa krim tabir surya tersebut mempunyai efektifitas
sebagai sunblock untuk %Tp. Sedangkan pada pengukuran sediaan krim
tabir surya kelompok 6 didapatkan nilai %Te adalah 1,871 dan %Tp adalah
0,366 menunjukkan bahwa krim tabir surya tersebut mempunyai efektifitas
sebagai proteksi ultra terhadap %Te.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,
27
edisi III . Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. America : The Pharmaceutical Press.
Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK , Dra. Fatma Latifah, Apt. 2007. Buku
Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Formularium Kosmetik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(1985)
Andre O.Barel, Marc Paye,Howard L.Maibach. 2009. Handbook of cosmetic
science and technology third edition. Newyork: Informa Healthcare (ebook)
Pemilihan pelarut dan optimasi suhu pada isolasi senyawa etil para metoksi
sinamat (EPMS) dari rimpang kencur sebagai bahan tabir surya pada industry
kosmetik oleh Titik taufikurrohmah, Rusmini, Nurhayati di download dari
http://www.docstoc.com/docs/20398435/KARYA-ILMIAH-ISOLASI-
SENYAWA-ETIL-PARA-METOKSI-SINAMAT-%28EPMS%29
Teh hijau sebagai anti hiperpigmentasi karena paparan ultraviolet Diambil dari
artikel oleh: Betty Ekawati Suryaningsih Irianto. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta di download dari http://dermatofarma.wordpress.com/page/3/ dan
http://www.dokterz.co.cc/2010/07/teh-hijau-sebagai-anti-hiperpigmentasi.html
28
top related