makalah
Post on 07-Aug-2015
169 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI
PERCOBAAN I
PENENTUAN KANDUNGAN ALKALOIDA KOFEIN DALAM DAUN
TEH SECARA EKSTRAKSI PELARUT
OLEH:
NAMA : HENDRA SENDANA
NIM : F1F1 10 014
KELOMPOK : V
KELAS : A
ASISTEN : SARIPUDDIN
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
PENENTUAN KANDUNGAN ALKALOIDA KOFEIN DALAM DAUN
TEH SECARA EKSTRAKSI PELARUT
A. Tujuan
Untuk menentukan kandungan alkaloida kofein dalam
daun teh secara ekstraksi pelarut.
B. Tinjauan pustaka
Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan
dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna
untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun dari serangan organisme lain.
Sedangkan substansi yang dihasilkan oleh organisme melalui metabolisme
dasar, digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme yang
bersangkutan disebut dengan metabolit primer. Salah satu hasil metabolit
sekunder dari tumbuhan yaitu golongan alkaloid, yang merupakan produk
alam yang sering digunakan sebagai bahan baku dalam obat-obatan
(Murniasih, 2003).
Alkaloid merupakan golongan senyawa metabolit sekunder yang
terbesar dan secara kimia heterogen dimana ia berkisar dari senyawa
sederhana seperti koilin sampai pada senyawa dengan cincin pentasiklik
seperti strikhin. Senyawa metabolit skunder ini di temukan pada tumbuhan
tingkat tinggi, insekta, amphibi, jamur dan kadang-kadang pada mamalia.
Banyak senyawa alkaloid yang mempunyai aktivitas farmakologis yang
penting seperti d-tubocurarin sebagai relaksasi otot dalam anastesi, reserpin
sebagai antihipertensi dan obat psikotropik. Secara umum alkaloid mencakup
senyawa yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen
dalam atau luar cincin heterosiklik (Nassel, 2008).
Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna dan berwarna jika
mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatik. Alkaloid seringkali
beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang
menonjol, sehingga banyak digunakan dalam pengobatan. Dapat bersifat optis
aktif dan dalam proses ekstraksi dapat mengakibatkan isomerasi sehingga
alkaloid yang di peroleh berupa campuran resemik (Simbala, 2009).
Kafein (1,3,7-trimetil xantin) merupakan salah satu derivat xantin yang
mempunyai daya kerja sebagai stimulan sistem saraf pusat, stimulan otot
jantung, relaksasi otot polos dan meningkatkan diuresis, dengan tingkatan
berbeda. Efek kafein dapat meningkat apabila berinteraksi dengan beberapa
jenis obat, antara lain : obat asma (epinefrin/teofilin), pil KB, antidepresan,
antipsikotika, simetidin. Akibat mungkin terjadi kofeinisme disertai gejala
gelisah dan mudah terangsang, sakit kepala, tremor, pernapasan cepat dan
insomnia (Hartono, 2009).
Metode - metode ekstraksi dan derivatisasi yang rumit paling sering
diterapkan pada prosedur bioanalisis dan pada konsentrasi sedikit pengotor
dalam obat dan bukan untuk pengendalian mutu secara langsung pada bahan
aktif dalam obat. Pengendalian mutu bahan aktif dalam formulasi biasanya
memanfaatkan prosedur ekstraksi yang sederhana dan jika ada masalah
gangguan dari eksipien setelah ekstraksi, kromatografi mampu memisahkan
bahan aktif dari senyawa pengganggu dan memungkinkan pengukuran
(Watson, 2009).
Ekstraksi padat- cair yang paling sering dijumpai adalah ekstraksi
senyawa dari bentuk sediaan padat seperti analisis dalam sediaan tablet.
Prosedur ini merupakan prosedur yang sederhana karena melibatkan
pemilihan pelarut atau gabungan pelarut yang secara ideal akan melarutkan
secara sempurna senyawa-senyawa yang akan dianalisis dan hanya sedikit
melarutkan senyawa lain yang akan mengganggu analisis lebih lanjut
(misalkan akan mengganggu pemisahan pada kromatografi) (Gandjar, 2012).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Corong pisah
Corong biasa
Labu takar
Gelas kimia
Erlenmeyer
Statif dan klem
Buret
Pipet ukur
Filler
Botol semprot
Waterbath
Timbangan analitik
Sendok tanduk
Pipet tetes
Batang pengaduk
Oven
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Daun teh
Etanol 95%
Eter
Ammonium hidroklorida
Asam sulfat 0,5 N
Ammonia 10%
Kloroform
Asam sulfat 0,2 N
Indikator metilen red
NaOH 0,2 N
Kertas saring
Aluminium foil
Daun Teh
DikeringkanDihaluskan
Serbuk Kasar
Ditimbang 10 gramDimasukkan dalam gelas kimiaDitambahkan 40 ml amonium hidroklorida, 50 ml etanol dan 100 ml eterDicampur dengan baikDimaserasi selama 24 jam
Maserat
DisaringDiambil ekstrakDimasukkan dalam corong pisahDitambahkan 20 ml H2SO4 0,5 NDikocokDibiarkan hingga terbentuk dua lapisanDiambil lapisan bawahDiekstraksi kembali dengan 20 ml H2SO4 0.5 NDiulangi 3X
Fase Air
D. Prosedur kerja
Fase Air
Dimasukkan dalam corong pisahDitambahkan ammonia 10 % hingga alkalisDitambahkan 20 ml kloroformDikocokDiulangi sebanyak 3 x
Sari Kloroform
Dimasukkan dalam gelas kimiaDipanaskan dalam waterbath pada suhu 70oC hingga keringDiambil residuDitambahkan beberapa mililiter kloroformDitambahkan 15 ml larutan H2SO4 Ditambahkan indikator Metilen RedDititrasi dengan larutan baku NaOH 0.2 NDiamati perubahan warna yang terjadiDihitung kadar kafein dalam daun teh
E. Pembahasan
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang
mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan dari gangguan hama penyakit. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode analisis, dan uji
farmakologi. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai
obat, contohnya adalah aspirin yang dibuat dari asam salisilat yang secara
alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Beberapa metabolit sekunder lainnya
yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum, minyak herbal,
pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin, tanin,
saponin, dan minyak volatile. Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah
sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah rotenon dan rotenoid.
Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme sekunder pada
tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa
golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid
dan alkaloid.
Salah satu hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yaitu golongan
alkaloid, yang merupakan produk alam yang sering digunakan sebagai bahan
baku dalam obat-obatan. Menurut Hagnaver sistem klasifikasi alkaloid
dikelompokkan menjadi alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid dan
pseudoalkaloid. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut
menunjukkan aktifitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat
basa, lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklis, diturunkan dari
racun amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
Protoalkaloid merupakan amino yang relatif sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklis.
Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam biosintesis
dari asam amino yang bersifat basa. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari
precursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid
yang penting dalam kelas ini, yaitu alkaloid stereoidal dan purin. Tirosin
merupakan produk awal dari sebagian besar golongan alkaloid. Produk
pertama yang penting adalah antara dopamin yang merupakan produk awal
dari pembentukan senyawa dari berberine, papaverine dan juga morfin.
Sebagai contoh sintesis Benzylisoquinolin, dimulai dengan dua molekul
tirosin.
Kemudian, cincin tirosin mengalami kondensasi dan membentuk
struktur dasar dari morfin.
Codeinon Codein Morfin
Skema lebih lanjut pada pembentukan alkaloid dengan prekursor tiroin.
Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid, yaitu
senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan banyak
ditemukan dalam tanaman. Kafein memiliki efek farmakologis yang sangat
bermanfaat secara klinis, dan umumnya digunakan dalam sediaan farmasi
untuk menstimulasi susunan syaraf pusat dan otot jantung, serta relaksasi otot
polos terutama otot polos bronkus. Kafein digunakan untuk mengobati
migren, sakit kepala, dan sebagai stimulan pembentukan energi dalam
minuman berenergi.
Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat yang dapat
menimbulkan dieresis, merangsang otot jantung dan melemaskan otot polos
bronchus. Secara klinis biasanya digunakan berdasarkan khasiat sentralnya,
merangsang semua susunan saraf pusat mula-mula korteks kemudian batang
otak. Kafein sebenarnya diklasifikasikan sebagai obat stimulan psikoaktif.Ini
berarti bahwa kafein dapat menyeberang ke otak dan bertindak ke sistem
saraf pusat, mengubah persepsi. Dapat menghilangkan rasa kantuk sementara
dan merangsang kekebalan dalam tubuh. Kafein meningkatkan kesadaran
mental, kafein juga meningkatkan jumlah adrenalin dalam tubuh,
menyebabkan detak jantung berdetak lebih cepat, Kafein hanya memberi
tubuh dorongan umum, dan dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
ketika tubuh
Medulla sinapsis hanya dirangsang dengan dosis besar. Dalam dosis
standar antara 50-200 mg, kafein utamanya mempengaruhi lapisan luar otak.
Pengaruh ini bisa mengurangi kelelahan. Dalam dosis besar, pusat vasomotor
dan pernafasan terpengaruh. Dosis yang berlebihan menyebabkan rasa
gelisah, pikiran tidak tenang dan detak jantung yang tidak normal.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan kandungan
alkaloida kofein dalam daun teh. Metode pemisahan yang dilakukan
dalam percobaan ini adalah dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu
proses pemisahan senyawa dari campurannya dengan menggunakan pelarut
yang sesuai. Ekstraksi dilakukan untuk mengisolasi komponen kimia yang
terdapat dalam suatu bahan. Metode ekstraksi yang digunakan dalam
percobaan ini adalah ekstraksi maserasi. Maserasi merupakan metode
ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel
dalam suatu pelarut dan dalam jangka waktu tertentu.
Sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu teh (Camellia
sinensis). Bagian tanaman yang digunakan yaitu daun yang telah dikeringkan
(simplisia), hal ini dilakukan agar mengurangi kadar air yang terkandung
dalam sampel. Kemudian sebelum digunakan sampel harus di haluskan
terlebih dahulu dengan cara di blender sehingga diperoleh serbuk sampel
yang halus. Serbuk sampel yang diperoleh berwarna hijau kecoklatan.
Penghalusan sampel dilakukan untuk mempermudah proses ekstraksi.
Semakin kecil kuran sampel, maka luas permukaan semakin banyak dan
proses ekstraksi akan berlangsung lebih efektif karena interaksi antara pelarut
dengan komponen kimia dalam sampel semakin besar.
Pelarut yang digunakan dalam proses maserasi sampel adalah eter,
ammonium klorida, dan ethanol. Pelarut-pelarut tersebut digunakan,
diharapkan agar senyawa-senyawa metabolit sekunder pada daun teh dalam
hal ini alkaloid, dapat tersari kedalam pelarut yang dipakai tersebut.
Ekstrak kental yang diperoleh dari proses maserasi diatas kemudian
dipisahkan dengan menggunakan H2SO4 0,5 N, yaitu dipisahkan antara
alkaloid dengan dengan zat-zat pengganggu yang lain, karena seperti yang
diketahui bahwa banyak senyawa-senyawa metabolit sekunder lainnya yang
terkandung dalam daun teh selain alkaloid (kafein). Selanjutnya, ektrak
H2SO4 yang diperoleh, diekstraksi kembali dengan menggunakan kloroforrm,
sehingga, betul-betul diharapkan senyawa yang terambil merupakan alkaloid
(kafein) karena menurut farmakope, kafein larut baik kedalam kloroforrm.
Setelah itu, daimasukkan kedalam waterbath agar kloroformnya menguap dan
diperoleh alkaloid (kafein) dalam bentuk padatan. Hal ini dilakukan agar di
dapatkan alkaloid (kafein) yang lebih murni sehingga mempermudah proses
analisis selanjutnya.
F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dalam sampel daun teh mengandung alkaloid (kafein).
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G., Rohman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Hartono, Elina, 2009, Penetapan kadar kafein dalam biji kopi secara kromatografi cair kinerja tinggi, Biomedika.Vol.2 No.1. Surakarta
Murniasih, T. 2003. Metabolit Sekunder Dari Spons Sebagai Bahan Obat-Obatan. Oseana, Vol XXCVIII, No. 3. Jakarta
Nassel, F. Martiana, 2008, “Isolasi Alkaloid Utama Dari Tumbuhan Lerchea interrupta Korth” Percikan, Vol. 91, BPOM. Jambi
Simbala, Herny. E.i., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific Journal. Vol. 1(4). Universitas Samratulangi. Manado
Watson, David G. 2009. Analisis Farmasi. Ed.2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
top related