nicu lp semua
Post on 29-Nov-2015
65 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah
2.1.1 Definisi
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gam (Depkes
RI, 2005). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 tanpa memandang usia
gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2004).
BBLR adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr
(sampai dengan 2499 gr) (Sarwono, 2002). Berat badan lahir rendah didasarkan pada berat
badan itu sendiri dan tidak mempertimbangkan usia gestasi bayi. Demikian juga definisi usia
gestasi mengabaikan segala pertimbangan tentang berat badan lahir (Fraser, 2009).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir < 2500 gram. Dahulu bayi baru
lahir dengan berat badan lahir < 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
keseragaman pada kongres “European Perinatal Medicine Ke II Di London” (1970) telah
disusun definisi sebagai berikut: (Depkes RI)
1. Bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan < 37 minggu.
2. Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan 37 minggu – 42 minggu.
3. Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.
Dengan pengertian diatas maka bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu premature dan dismaturitas.
2.1.2 Klasifikasi
Kategori berat badan lahir rendah adalah :
1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan di bawah 2500
gram pada saat lahir.
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan di bawah
1500 gr pada saat lahir.
3) Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat badan di
bawah 1000 gr pada saat lahir.
Menurut usia gestasi :
1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir : mereka kecil karena
persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai usia
gestasi mereka (SMK)
2) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterine lambat dan yang dilahirkan aterm atau lebih
dari aterm: bayi aterm atau post term ini pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi.
Mereka kecil untuk masa kehamilan (KMK)
3) Bayi dengan pertumbuhan intrauterine lambat dan sebagai tambahan yang dilahirkan
sebelum aterm : bayi prematur ini kecil, baik kar na persalinan dini maupun pertumbuhan
intrauterin yang terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.
4) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) di berat badan berapapun bila
mereka berada di atas 90 persentil.
2.1.3 Etiologi
Pertumbuhan janin diatur oleh faktor maternal, plasenta dan janin serta merupakan
gabungan mekanisme genetik dan pengaruh lingkungan yang mengeskspresikan potensi
pertumbuhan. Mekanisme yang tampak membatasi pertumbuhan janin sifatnya multifaktorial
(Fraser, 2009). Namun penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur.
Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat
terjadi (Proverawati, 2010).
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR:
1) Faktor ibu
(1) Gizi saat hamil yang kurang
Berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat badan ibu selama hamil
mempengaruhi pertumbuhan janin. ibu dengan berat badan kurang seringkali
melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada ibu dengan berat badan normal
atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek terhadap proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia, intra partum (mati dalam
kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Hal ini karena kebanyakan
wanita memiliki cukup simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun
demikian, pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah
(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008).
(2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase tertinggi bayi
dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan wanita berusia
lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik
belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih
tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda
berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih
rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem
transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah
berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran
BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR
tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
(3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum
pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di
bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan
pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah
dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(4) Paritas
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah.
(5) Penyakit menahun ibu
Asma bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan,
karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia
bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi
keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan
(gangguan pertumbuhan janin).
Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas, ras,
sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan
kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan
premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia.
Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi
dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal.
Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia
sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi
pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab
gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.
(6) Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-obatan (antara
11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah mengakibatkan
makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek kongenital,
ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin (Bobak, 2004). Konsumsi
alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan
keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan sindrom alkohol janin.
2) Faktor kehamilan
(1) Komplikasi kehamilan
Pre-eklampsia/ Eklampsia:
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin
dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-
eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin
berkurang.
Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan
setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang
penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi ibu.
(2) Hamil dengan hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena
faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ-organ
seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena
dapat membahayakan ibu dan anak. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan
kongenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.
(3) Hamil ganda
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada kehamilan
tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat
badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat
badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan menyebabkan peredaran
darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata
1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru
lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting
dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
(4) Pendarahan antepartun
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga
mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama
dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok
yang menyebabkan keadaan ibu semakin buruk. Keadaan ini yang menyebabkan
gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok
intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterin (Wiknjosastro, 2009 : 365).
Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal
napas dan komplikasi asfiksia.
3) Faktor janin
(1) Cacat bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan
kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya.
(2) Infeksi dalam rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam
mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin
dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim.
Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini
dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
2.1.4 Patofisiologi
Terdapat banyak faktor penyebab pertumbuhan intrauterine, yang disebut juga Intra
Uterine Growth Retardation (IUGR) dan efeknya terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara
dan lama terpapar serta saat pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi.
Malnutrisi maternal
Penurunan ekspansi pembuluh darah
Peningkatan curah jantung yang tidak adekuat
Penurunan aliran darah plasenta
Penurunan ukuran plasenta Penurunan transfer nutrien
Retardasi pertumbuhan janin(Dikutip dari Bobak, 2004:207)
Aliran nutrisi, O2 dan plasenta memegang peranan penting untuk dapat mencukupi segala
kebutuhan sehingga tumbuh kembang janin dapat sesuai dengan umur kehamilan. Berat lahir
memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta maupun luas permukaan villus
plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada
berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan
pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang lain yang juga
melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalahgunaan obat,
penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi
(TORCH), insersi plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2008:16).
2.1.5 Diagnosis dan Gejala Klinik
1) Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, portus prematurus dan
lahir mati
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lamat
walaupun kehamilannyasudah agak lanjut
d. Sering dijumpai dengan kehamilan augohidramnion, hidramnion, hieremsis
grandarum
2) Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardsi pertumbuhan intrauterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya
(Mochtar Rustam, 1998)
2.1.6 Gambaran BBLR
Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah
mempunyai karakteristik :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala relatif lebih besar.
7. Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.
8. Otot hipotonik-lemah.
9. Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas0.
10. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki, fleksi lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernafasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit.
13. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kal per menit.
(Manuaba, 1998)
Prematuritas murni
1. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
2. Masa gestasi < 37 minggu
3. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
4. Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga
dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
5. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
6. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
8. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
9. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
10. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea,
otot masih hipotonik
11. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
Dismaturitas
1. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
2. Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
3. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
4. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2.1. 7 Masalah yang terjadi pada BBLR
Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan
Bayi Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal. Bayi kurang bulan sering mempunyai
masalah sebagai berikut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010):
1. Suhu tubuh
a. Pusat mengatur nafas badan masih belum sempurna.
b. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah.
c. Otot bayi masih lemah.
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas
badan.
e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat
badan lahir rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan sekitar 360C sampai 370C.
2. Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempurna.
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna.
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah.
d. Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal
pernafasan.
3. Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan dengan banyak
lemah/kurang baik.
b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga
pengosongan lambung kurang.
c. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi
pnemonia.
4. Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemia (kuning) sampai kern ikterus.
5. Ginjal masih belum matang (immatur)
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi edema.
6. Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi masih rapuh, dan mudah pecah.
b. Sering mengalami gangguan pernafasan, sehingga memudahkan terjadi perdarahan
dalam otak.
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
d. Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan
nekrosis.
Masalah potensial yang cenderung timbul pada BBLR adalah
1) Apnea : Penghentian napas selama 20 detik atau lebih lama, atau kurang dari 20
detik jika disertai sianosis dan bradikardia. Henti napas ini diperkirakan terutama
sebagai hasil ketidakmaaturan neuronal, suatu faktor yang memberi andil terhadap
kecenderungan terjadinya ketidakteraturan pola napas pada bayi pretem.
2) Patent Ductus areteriosus : kegagalan penutupan duktus arteriosus disebabkan oleh
penurunan sistem oto pada arteriola paru dan hipoksemia
3) Sindrom kegawatan pernapasan (Respiratory Distress Syndrome) : kegawatan
pernapasan merupakan akibat dari ketidakadekuatan produksi surfaktan.
Pembentukan surfaktan paru bayi IUGR tidak terlalu berhasil sehingga dapat
menimbulkan gangguan dilatasi alveolus paru saat pernapasan pertama. Oleh karena
itu, resusitasi sangat menentukan keberhasilan perkembangan paru.
4) Perdarahan intraventikular : hingga usia 35 minggu ventrikel otak bayi preterm
dibatasi oleh matriks germinal yang sangat tinggi kerentanannya terhadap terjadinya
hipoksia. Matriks germinal sangat banyak memiliki pembuluh darah dan pembuluh
darah ini akan ruptur bilamana terjadi hipoksia.
5) Hipokalsemia : bayi preterm mengalami kekurangan jumlah kalsium, sekunder
akinat kelahiran awal dan kebutuhan pertumbuhan. Terjadi gangguan kelenjar
hipotiroid, dan dapat menambah beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan
berantai yang akhirnya dapat terjadi henti jantung bayi.
6) Hipoglikemia : bayi preterm yang cadangan lemak coklat dan glikogennya
menurun, serta kebutuhan metabolismenya meningkat, merupakan faktor predisposisi
bayi mengalami hipoglikemia. Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada
kemungkinan sudah habis saat dipergunakan dalam proses persalinan. Apabila
keadaan hipoglikemi berlanjut, dapat terjadi asidosis metabolik yang dapat merusak
susunan saraf pusat.
7) Hipotermia
Hal ini disebabkan cadangan lemak coklat pada bayi IUGR rendah, yang akan segera
dimetabolisme untuk menimbulkan energi dan mengimbangi hilangnya panas tubuh.
8) Anemia preterm : bayi preterm beresiko anemia karena laju pertumbuhannya cepat.
Masa hidup sel darah merah lebih pendek pengambilan darah berlebihan untuk tujuan
pengujian, penurunan cadangan zat Fe dan defisiensi vitamin E.
9) Hiperbilirubinemia : Fungsi enzim hepatik yang belum matang dapat menurunkan
konjugasi bilirubin, sehingga menghasilkan peningkatan kadar bilirubin.
Infeksi : bayi preterm lebih rentan terhadap infeksi daripada bayi aterm. Respons
imunitas neonatus diperlukan saat kehamilan trimester terakhir. Sehingga byi preterm
jumlah antibodinya telah berkurang, untuk fungsi mekanisme perlindunga yang
mencukupi. (Patrecia, Marcia, Sally, 2006).
2.1.8 Penanganan BBLR
1. Membersihkan jalan nafas.
2. Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat.
3. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil.
4. Memberikan obat mata.
5. Membungkus bayi dengan kain hangat.
6. Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR.
7. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :
a. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu.
b. Menidurkan bayi didalam inkubator.
c. Suhu lingkungan bayi harus dijaga.
d. Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya
evaporasi.
8. Pemberian nutrisi yang adekuat
9. Menjelaskan pada ibu (orang tua) pentingnya :
a. Pemberian ASI.
b. Makanan bergizi bagi ibu.
10. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari.
(Depkes RI, 2005)
Penanganan pada BBLR (Manuaba, 2007 dan Sarwono, 2002) :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematuritas akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,
dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bayi dengan BBLR
dirawat dalam inkubator. Inkubator yang baik dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan
kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan normal, alat
oksigen yang dapat diatur serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila
inkubator dibersihkan. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang
dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjangpun dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36.5 -37oC. Selain itu bayi juga membutuhkan
pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang
berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan
ibu dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri atau ke kanan.
Cara – cara diatas dilakukan agar panas badan bayi dapat dipertahankan.
2. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan
yang paling utama, sehingga ASIlah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas / BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. Bayi BBLR
tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker,
baju khusus dalam penaganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung,
kulit, tindakan aseptis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah
pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan, menghindari perawatan
yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
5. Pemberian Oksigen
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box,
konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
6. Pengawasan jalan nafas
Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir, dibaringkan
dalam posisi miring, pernafasan dirangsang dengan menepuk atau menjentik tumit. Jika
gagal dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen
dan dicegah terjadinya aspirasi.
2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah sel darah putih 18000/mm3, netrofil meningkat sampai 23000- 24000/mm3,
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2. Hematokrit 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal
3. Hemoglobin 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan)
4. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari
5. Destrosix tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata- rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
6. pemantauan elektrolit (Na. K. Cl) biasanya dalam batas normal pada awalnya
7. Pemeriksaan Analisis gas darah (Nur asnah. 2006)
2.1.10 Komplikasi
1. Kerusakan bernafas fungsi organ belum sempurna
2. Pneumonia, aspirasi refleks menelan dan batuk belum sempurna
3. Perdarahan intraventrikuler perdarahan spontan di ventrikel otal lateral disebabkan
anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan
peredaran darah sistemik.
2.1.11 Upaya Bidan dalam Mencegaah terjadinya BBLR
1. Mengupayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi
merujuk penderita bila terdapat kelainan.
2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan
berat badan lahir rendah.
3. Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana
4. Menganjurkan lebih banyak istirahat bila kehamilan mendekati aterm atau istirahat
baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
No. Register :
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Oleh :
2.2.1 Pengkajian
Data Subjektif
1. Biodata
a. Identitas anak
Nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir.
b. Identitas orang tua
Nama ayah, nama ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.
2. Keluhan Utama
Bayi kecil (berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram), lahir premature atau cukup
bulan, gerak tidak aktif, malas/sulit menetek.
3. Alasan Kunjungan / MRS
Rujukan dari fasilitas kesehatan lain karena keluhan pada bayi.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat antenatal
Jumlah kunjungan antenatal (Ibu dengan BBLR memiliki riwayat kunjungan
antenatal yang kurang dari semestinya/tidak rutin), kenaikan BB selama hamil
(gizi ibu yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR), penyakit yang
pernah diderita ibu selama hamil (DM, hipertensi, jantung, paru), konsumsi obat-
obatan (ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya BBLR), riwayat hamil kembar
atau hamil dengan hidramnion (karena regangan yang berlebihan menyebabkan
peredaran darah plasenta mengurang dan cenderung terjadi BBLR), dan
komplikasi saat hamil seperti KPP dan preeklampsia/ eklampsia (menyebabkan
perkapuran di daerah plasenta sehingga suplai makanan dan oksigen ke janin
berkurang).
b. Riwayat natal
Komplikasi saat persalinan memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya BBLR,
yaitu pada kala I (perdarahan antepartum baik placenta previa maupun solusio
placenta).
c. Riwayat postnatal
APGAR score pada neonatus, mengalami asfiksia atau tidak, adanya trauma lahir
atau tidak, berat badan bayi < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala
< 33 cm, lingkar dada < 30 cm
5. Riwayat Kesehatan Bayi
Pada pengkajian dapat ditemukan bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa melihat usia kehamilan (bisa aterm atau premature), gerak tidak aktif,
malas/sulit menetek.
6. Riwayat Kesehatan Ibu / Orang Tua
a. Asma bronkiale
Asma bisa menyebabkan hipoksia pada janin dan bila tidak segera diatasi akan
berpengaruh pada janin (sering terjadi keguguran, persalinan premature, dan
BBLR)
b. Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2 – 10%, dan dipengaruhi oleh paritas,
ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya
hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan kejadian anemia dalam
kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia.
c. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta dan hipoksia sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur. Hipertensi
pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi, eklampsi dan penyebab
gangguan pertumbuhan janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti asma dan hipertensi, riwayat keluarga dengan kehamilan kembar atau
premature.
8. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi
Kebutuhan minum hari pertama 60cc/kg BB, selanjutnya ditambah 30cc/kg BB
untuk hari berikutnya.
b. Eliminasi
Seperti bayi normal, BAK dan BAB maksimal 24 jam setelah lahir.
c. Istirahat
Bayi dengan BBLR lebih banyak istirahat/tidur.
d. Aktivitas
Bayi dengan BBLR hanya merintih bila BAB, BAK, kelaparan, kedinginan dan
kesakitan.
e. Personal hygiene
Sama seperti bayi normal.
9. Psikososial Budaya
a. Perencanaan
Kehamilan yang tidak direncanakan dapat memicu ibu untuk minum obat-obatan
teratogenik yang dapat mengganggu proses organogenesis dalam rahim.
b. Perkawinan
c. Penerimaan
Orang tua yang dapat menerima kondisi bayi dengan BBLR dapat membantu
tenaga medis untuk meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan terhadap
bayi untuk kesembuhan bayi.
Data Objektif
1. Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh : BBLR rentan terjadi hipotermia karena kemampuan metabolisme panas
masih rendah
RR : BBLR memiliki pusat pengaturan pernafasan yang belum sempurna sehingga
sering terjadi nafas cepat, dangkal, tidak teratur, dan sampai apneu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : gerak tangis lemah
b. Kulit : turgor kurang elastis, jaringan lemak subkutan tipis, pembuluh
darah kulit banyak terlihat
c. Kepala : kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap
dan licin, ubun-ubun dan sutura lebar
d. Hidung : ada pernapasan cuping hidung
e. Telinga : daun telinga lunak dan mudah membalik
f. Dada : ada retraksi dinding dada, rambut lunugo masih banyak, puting
susu belum terbentuk dengan baik
g. Perut : pembuluh darah terlihat, peristaltic usus terdengar
h. Genetalia : genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan), testis belum
turun ke dalam skrutom, pigmentasi dan rugue pada skorutom
kurang (pada bayi laki-laki)
i. Ekstremitas : tumit mengkilap, telapak kaki halus, rajah tangan belum sempurna
j. Reflek : tonus otot lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna
2. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap : BBLR rentan terjadi hipoglikemi (GDA < 40mg/dl) dan
hiperbilirubin (total bilirubin >1mg/dl)
3. Riwayat Perawatan
Meliputi perawatan yang dilakukan sebelum dilakukan pengkajian.
2.2.2 Identifikasi diagnosa dan masalah (interpretasi data dasar)
Diagnosis : Bayi baru lahir umur ... dengan BBLR
Masalah : Gangguan pola nafas, pemenuhan kebutuhan nutrisi, muntah, gangguan
termoregulasi.
Kebutuhan : Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah
ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang
gawat.
2.2.3 Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Apneu, hipoglikemi, hipotermia, hiperbilirubin.
2.2.4 Kebutuhan tindakan segera
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi (membungkus bayi dengan kain dan topi,
meletakkan bayi di dalam inkubator, dan menganjurkan ibu untuk melakukan
metode kangguru).
2. Pemberian oksigen (nasal).
3. Pengawasan jalan nafas karena berisiko mengalami serangan apneu.
2.2.5 Perencanaan komprehensif
Di BPS
1. Keringkan secepatnya dengan handuk kering dan bersih
2. Handuk diganti dengan kain yang kering dan bersih agar tetap hangat
3. Langsung dilakukan kontak kulit bayi dengan ibu
4. Berikan penghangatan yaitu sinar lampu 60 watt
5. Berikan oksigen nasal
6. Pakaikan topi pada kepala bayi terutama ubun-ubun besar untuk mengurangi
evaporasi
7. Tali pusat dijepit, dipotong, diikat, lalu dibungkus kasa steril kering, lalu dijaga
tetap bersih
8. Berikan ASI bila bayi bisa menelan, bila bayi tidak bisa menelan segera rujuk.
Di RS
1. Sama dengan perawatan di BPS
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk kebutuhan nutrisi dan cairan, dan
antibiotik.
3. Berikan asupan nutrisi (ASI) lewat sonde, pemberian dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kemampuan bayi menyerap zat-zat makanan/ASI yang diberikan
4. Ukur suhu dan respiratory rate bayi tiap 2 jam untuk deteksi dini terjadinya
hipotermi dan apneu
5. Lakukan pemantauan kenaikan berat badan dengan melakukan menimbang setiap
hari.
6. Ganti popok bayi segera setelah BAK/BAB untuk menghindari bayi dari
kehilangan panas
2.2.6 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada bayi
sesuai dengan keadaan/kebutuhan mengacu pada planning.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil yang diperoleh dari rencana asuhan kebidanan yang sudah
diterapkan pada bayi.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas Bayi
Meliputi : nama bayi, jenis kelamin, tanggal lahir, BB/PB, Apgar Score. Pada BBLR, berat
badan < 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
- Pengkajian Fisik Neonatus
1. Rambut lunugo masih banyak.
2. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
3. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
4. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
5. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris
menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrutom, pigmentasi dan
rugue pada skorutom kurang (pada bayi laki-laki).
6. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
7. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
8. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang.
9. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
- Identitas Orang Tua
Meliputi nama ibu dan ayah, pekerjaan, pendidikan, alamat. Pada kasus BBLR,status ekonomi
dan sosial dari orang tua dapat mempengaruhi, terkait dengan gizi ibu, tradisi/kebiasaan ibu.
- Riwayat Pranatal
Yang perlu dikaji pada kasus BBLR yaitu: jumlah kunjungan antenatal (Ibu dengan BBLR
memiliki riwayat kunjungan antenatal yang kurang dari semestinya/tidak rutin), kenaikan BB
selama hamil (gizi ibu yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR), penyakit yang
pernah diderita ibu selama hamil (DM, hipertensi, jantung, paru) dan konsumsi obat-obatan
(ini sangat berpengaruh terhadap terjadinya BBLR).
- Riwayat Intranatal
Komplikasi saat persalinan memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya BBLR.
Kala I : perdarahan antepartum baik placenta previa maupun solusio placenta.
Lama persalinan, keadaan cairan ketuban, dan mekonium.
- Catatan Monitoring Fetus
Pada bayi dengan berat lahir rendah sangat rentan terhadap infeksi maupun penyakit lainnya,
maka diperlukan monitoring seperti analisa gas darah, pola FHR (fetal heart rate).
- Riwayat Postnatal
APGAR score pada neonatus, mengalami asfiksia atau tidak, adanya trauma lahir atau tidak,
berat badan bayi yang kurang dari 2500 gram.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas paru
b. Resiko tinggi termoregulasi b.d imaturnya susunan saraf pusat (ketidakmampuan
merasakan dingin atau berkeringat)
c. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kelemahan (ketidakmampuan untuk
menyusu)
3. Intervensi
Diagnosa Tujuan IntervensiTidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas paru
Pola nafas efektif .Dalam 1x24 jamKriteria Hasil :¨ HR 140-160x/mnt- RR 40-60 x/mnt¨ Sianosis (-)
1. Observasi pola Nafas.R/membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dan serangan apneu.
2. Bersihkan jalan napasR/ menghilangkan secret yang menyumbat
3. Posisikan sedikit ekstensi dengan mengganjal bahu memakai kainR/ melancarkan aliran napas
4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.R/hipoksia, asidosis metabolic, hipoglikemia dapat memperberat serangan apnetik.
5. Beri O2 sesuai program dokter dan observasi respon terhadap oksigenR/perbaikan kadar Oksigen dapat
meningkatkan fungsi pernapasan6. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan
klien.R/ perbaikan sirkulasi oksigen
Resiko tinggi termoregulasi tidak efektif b.d SSP imatur
Termoregulasi menjadi efektif dalam 1x24 jamKriteria hasil:
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (suhu 36,5-37,5)
- CRT < 3 dtk- Akral hangat- Tidak terdapat
syanosis
1. Observasi suhuR/ hipotermi cenderung membuat bayi stress karena dingin
2. Tempatkan bayi dalam incubator/couveR/membantu mempertahankan lingkungan termonetral
3. Pantau system pengaturan suhuR/ hipotermi dapat meningkatkan laju metabolism kebutuhan oksigen, glukosa, dan kehilangan air.
4. Perhatikan perkembangan takikardi, kemerahan, letargia, apneu, kejangR/ tanda-tanda hipertermia dapat berlanjut pada kerusakan otak.
5. Pantau hasil pemeriksaan Laboratorium (GDA, Bilirubin)R/stress dingin meningkatkan kebutuhan glukosa dan oksigen . Peningkatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kelemahan (ketidakmampuan untuk menyusu)
Nutrisi tubuh terpenuhi dalam 3x24 jamKriteria hasil :¨ Reflek hisap dan
menelan baik ¨ Muntah (-)¨ Kembung (-)¨ Berat badan
meningkat 15 gr/hr¨ Turgor elastis.
1. Observasi intake dan output.R/memberikan informasi tentang masukan actual dalam hubungan dengan perkiraan kebutuhan untuk penyesuaian diet
2. Observasi reflek hisap dan menelan.R/menentukan metode pemberian makanan yang tepat
3. Beri minum sesuai programR/mencegah hipoglikemi dan dehidrasi
4. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.R/pemberian cairan IV diperlukan tetapi perlu hati-hati untuk menghindari kelebihan cairan
5. Kaji kesiapan ibu untuk menyusui.R/memenuhi kebutuhan ASI serta mendekatkan ibu dan anak
6. Timbang BB setiap hariR/ mengidentifikasi adanya resiko terhadap pola pertumbuhan
4. Implementasi
Merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan
mandiri maupun kolaboratif.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasar análisis dan kesimpulan perawat.
Tindakan kolaboratif adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter maupun tenaga kesehatan lainnya.
5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan yang telah dicapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal : 21 November 2012 Jam : 21.00 wib
No. Register : 12.19.20.xx Oleh : Mely Dwitasari Tadjang
I. Data Subyektif
1.1 Identitas
Nama : By. Ny. A.T
Jenis kelamin : perempuan
Tempat lahir : VK IRD RSUD dr. Soetomo Sby
Tanggal lahir/ jam : 21 November 2012/ jam 19.45
Umur : 0 hari
Anak ke : 3
Nama ibu : Ny.A.T Nama ayah : Tn. K
Umur : 40 tahun Umur : 44 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Madura/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Kedundung RT 02/RW 02
1.2 Keluhan Utama : -
1.3 Riwayat Obstetri
1.3.1 Prenatal : merupakan kehamilan ketiga usia kehamilan 9 bulan, ibu pernah
mengalami abortus satu kali pada kehamilan pertama dan persalinan premature untuk
anak kedua hidup. Saat ini usia ibu 40 tahun .
1.3.2 Natal : bayi lahir secara normal, lahir tanggal 21-11-2012.
1.3.3 Post natal : berat bayi baru lahir 2100 gram, bayi dirawat di nicu karena berat lahir
rendah.
1.4 Riwayat Kesehatan Bayi : saat ini bayi dirawat di rs dr soetomo dikarenakan bayi berat
lahir rendah.
1.5 Riwayat Kesehatan Ibu : tdak pernah/sedang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis,
AIDS) dan tidak menderita penyakit keturunan (asthma, diabetes mellitus, hypertensi).
Riwayat Kesehatan Keluarga : keluarga tidak ada yang sedang/pernah menderita penyakit
menular (TBC, hepatitis, AIDS) dan tidak ada yang menderita penyakit keturunan yaitu
asma, kencing manis, hypertensi, serta didalam keluarganya tidak ada keturunan kembar.
1.7 Pola Fungsional Kesehatan
1.7.1 Nutrisi : PASI sebanyak 5cc, muntah (-)
1.7.2 Pola aktifitas dan gerak bayi : gerakan bayi lemah, bayi lebih banyak tertidur.
1.7.3 Pola eliminasi dan defekasi : bayi belum BAK dan BAB.
1.7.4 Pola hygiene : bayi dibersihkan dan dirawat.
1.7.5 Pola istirahat : bayi hanya tidur saja, bangun dan menangis.
1.8 Riwayat Psikososial :
Ibu menikah pertama kali, lama menikah 15tahun, usia saat menikah ibu 25 tahun dan
suami 29 tahun.
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan, KB terakhir pil.
Ibu dan suami tidak memiliki kebiasaan meminum jamu, merokok, minum minuman
keras dll.
II. Data Obyekif
2.1 Pemeriksaan Umum
Suhu : 36,4 oC
RR : 50 x/menit
HR : 130 x/menit
Antropometri
PB : 46 cm, LD : 29 cm, LK : 30 cm.
2.2 Pemeriksaan Fisik
KU : gerak tangis lemah, merintih (-)
Kulit : warna kulit merah muda, tidak icterus, turgor elastis, akral dingin, kering,
lanugo terlihat sedikit.
Kepala : caput succedaneum tidak ada, cephal hematoma tidak ada.
Mata : konjungtiva merah muda, sklera mata putih, tidak ada subconjuctiva
bleeding.
Hidung : warna mukosa hidung merah muda, tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut : warna mulut merah muda, mukosa bibir lembab.
Telinga : simetris, daun telinga lunak dan mudah membalik.
Dada : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi. Suara nafas bersih, tidak ada
ronchi/wheezing. Bunyi jantung normal reguler, tidak ada
murmur/gallop.
Perut : supel, tidak ada distensi, tidak ada pembesaran hepar/lien, terdapat bising
usus.
Genetalia : jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun, rugae (+).
Ekstrimitas : infus (-), tidak oedema, crt < 2 detik, akral dingin, kering, lanugo terlihat
sedikit.
Punggung : tidak ada spina bifida, lanugo terlihat sedikit.
Anus : tidak ada atresia ani.
Reflek : reflek Moro (+), reflek menggenggam baik, reflek rooting (+), reflek
menghisap (+) lemah, reflek menelan (+) lemah.
2.3 Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan lab
2.4 Data Rekam Medis
Bayi Lahir di VK IRD RSUD dr. Soetomo Sby dengan diagnosa GIII P0111 35-36 minggu
TH + PPI + U ≥ 35th + Po Tua Sekunder + inpartu kala I fase laten
Lahir tanggal 21 November 2012 pukul 19.45, jenis kelamin perempuan, Lahir spontan
kepala, ketuban jernih, KPP (-), apgar score 6-8, BBL 2100 gram, PB 46 cm, LD 29 cm,
LK 30 cm.
Program Terapi Tanggal 21 November 2012
- Injeksi Vit.K 1 mg IM
- ASI/PASI 8x21cc
- Rawat tali pusat dengan Tripel Dye
- Thermoregulasi
III. Analisa
No Data Etiologi Masalah
1 DS: -
DO:
- KU lemah
- Suhu 36,4 oC
- RR : 50x/menit
- HR : 130 x/menit
- Sianosis (-)
- Akral dingin
- Suhu ruangan 260C
Prematuritas
Imaturitas pengaturan suhu di otak
Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat
badan besar
Kurangnya lemak subkutan. Cadangan lemak
coklat terbatas
Aktivitas massa otot tidak adekuat. Respon
menggigil tidak ada/menurun
Gangguan termoregulasi
Hipotermia
2 DS:-
DO:
Antropomentri
- BBL : 2100 gram
- BB sekarang : 2100 gram
Biokimia
- Pemeriksaan Lab belum
dilakukan
Klinis
- Konjuctiva merah muda,
crt < 2 detik, turgor elastis,
Prematuritas
Sistem persarafan imatur, mortilitas usus
rendah
Daya mencerna dan mengabsorbsi makanan
kurang
Refleks mengisap dan menelan lemah/tidak ada
Resiko
gangguan
nutrisi
reflek menghisap dan
menelan lemah, bising usus
(+)
Diet
- PASI (+) 8x21 cc,
BAB/BAK (-), muntah (-),
retensi (-)
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia berhubungan dengan gangguan termoregulasi.
2. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap yang lemah.
INTERVENSI
No Data Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
1. DS : -
DO :
- KU lemah
- Suhu 36,4 oC
- RR : 50x/menit
- HR : 130
x/menit
- Sianosis (-)
- Akral dingin,
kering, merah
- Suhu ruangan
260C
Hipotermia
berhubungan
dengan
gangguan
termoregulasi
Tujuan:
Hipotermi hilang dalam 1x2jam
Kriteria Hasil:
-Suhu 36,5-37,50C
-Akral hangat, kulit kering, merah
-HR 140-160x/mnt
-Suhu ruangan
BB 1500-2000 : 28-300C, BB > 2000 : 26-280C
-Suhu inkubator
BB < 1500 : 350C (1-10 hari)
BB 1500 - 2000 : 340C (1-10 hari)
BB 2100-2500 : 340C (1-2 hari), 330C (3hari-3minggu)
BB > 2500 : 330C (1-2 hari), 320C (>2hari)
Intervensi:
1. Observasi suhu tiap 2 jam.
r/ hipotermi cenderung membuat bayi stress karena dingin
2. Hangatkan bayi dengan memberi lampu pemanas ekstra
di box bayi
r/ membantu mempertahankan lingkungan termonetral
3. Tutup kepala bayi dengan topi atau kain.
r/ kepala bayi merupakan permukaan terluas yang bisa
mengeluarkan panas bayi.
4. Perhatikan perkembangan nadi, akral, nafas.
r/ Hipotermia dapat meningkatkan laju metabolisme
kebutuhan oksigen, glukosa, dan kehilangan air
5. Observasi suhu ruangan
r/ Suhu ruangan mempengaruhi terjadinya hipotermi.
2. DS : -
DO :
Antropomentri
- BBL : 2100
gram
- BB sekarang :
2100 gram
Biokimia
- Pemeriksaan
Lab belum
dilakukan
Klinis
- Konjuctiva
merah muda, crt <
2 detik, turgor
elastis, reflek
menghisap dan
menelan lemah,
bising usus (+)
Diet
- PASI (+) 8x21
cc, BAB/BAK (-),
muntah (-), retensi
Resiko
gangguan
nutrisi
berhubungan
dengan reflek
menghisap yang
lemah
Tujuan:
Nutrisi tubuh terpenuhi dalam 3x24 jam
Kriteria Hasil:
Antropometri
- Berat badan meningkat/tetap
Biokimia
-Glukosa: 40-121 mg/dl
-WBC : 3,40 – 5,00 x 103/uL
-Hgb : 11,00 – 18,00 g/dl
-Albumin : 3,4 – 50 gr/dl
Klinis
-Tidak anemis, conjunctiva merah muda
-CRT < 2 detik, turgor elastis
-Reflek hisap dan menelan baik
Diet
-Diet habis, dan cairan yang diprogramkan masuk sesuai
jadwal, Muntah (-), retensi (-)
Intervensi :
1. Observasi intake dan output.
r/ memberikan informasi tentang masukan dalam hubungan
perkiraan kebutuhan untuk penyesuaian diet.
2. Pasang sonde pada bayi
r/ mempermudah pemberian nutrisi, mengontrol intake dan
(-) retensi lambung
3. Pantau pemberian nutrisi sesuai jadwal
r/ mencegah hipoglikemi serta dehidrasi dengan
pemenuhan nutrisi yang baik
4. Timbang BB setiap hari
r/ mengidentifikasi adanya resiko terhadap pola
pertumbuhan
5. Lakukan pemeriksaan laboratorium GDA, DL, Albumin.
r/ dilakukan untuk memantau kondisi biokimia bayi
6. Observasi tanda-tanda klinis bayi anemis, crt, reflek
menelan dan menghisap, serta turgor kulit.
r/ memantau perkembangan kondisi bayi
7. Observasi pemberian ASI/PASI sesuai jadwal, retensi,
muntah, BAB dan BAK.
r/ memantau pemenuhan nutrisi bayi.
IMPLEMENTASI
No Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi
1. Hipotermia
berhubungan
dengan gangguan
termoregulasi
Tgl 21-11-2012 Pkl 22.00
1. Mengobservasi suhu
2. Memberi lampu pemanas ekstra.
3. Menutup kepala bayi dengan kain.
4. Memperhatikan perkembangan nadi,
akral, nafas.
5. Mengobservasi suhu ruangan/infant
warmer
Tgl 21-11-2012 Pukul 24.00
S = -
O =
- RR = 48x/menit
- HR = 138x/menit
- Suhu: 36,4o C
- Akral dingin, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu ruangan 26o C
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1-4
Tgl 22-11-2012 Pukul 02.00
S = -
O =
- RR = 50x/menit
- HR = 140x/menit
- Suhu: 36,2o C
- Akral dingin, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu ruangan 26o C
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan intervensi 1-4
I = Bayi pindah ke infant
warmer ruang mawar.
Tgl 22-11-2012 Pukul 04.00
S = -
O =
- RR = 48x/menit
- HR = 130x/menit
- Suhu: 36,8o C
- Akral hangat, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu Infant Warmer 36o C
A = masalah teratasi
P = Pertahankan intervensi 1-4
2. Resiko gangguan
nutrisi
berhubungan
dengan reflek
menghisap yang
lemah.
Tgl 21-11-2012 Pkl 23.00
1. Mengobservasi intake dan output
2. Memasang sonde pada bayi
3. Memantau pemberian nutrisi sesuai
jadwal
4. Menimbang BB setiap hari
5. Melakukan pemeriksaan laboratorium
Tgl 21-11-2012 Pukul 24.00
S = -
O =
Antropomentri
- BBL = 2100 gr
- BB sekarang : 2100 gram
Biokimia
GDA, DL, Albumin.
6. Mengobservasi anemis, crt, reflek
menelan menghisap, serta turgor kulit.
7. Mengobservasi pemberian ASI/PASI
sesuai jadwal, retensi, muntah, BAB
BAK.
- Pemeriksaan Lab belum
dilakukan
Klinis
- Konjuctiva merah muda
- crt < 2 detik, turgor elastis
- reflek menghisap dan menelan
lemah, bising usus (+)
Diet
- PASI (+) personde 21 cc,
muntah (-) BAB(-) BAK(-),
retensi(-)
A = resiko tidak terjadi
P = Lanjutkan intervensi 1-4
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan
22-11-2012 Hipotermia
berhubungan
dengan
gangguan
termoregulasi
Tgl 22-11-2012 Pukul 22.00
S = -
O =
- RR = 52x/menit
- HR = 140x/menit
- Suhu: 36,2o C
- Akral dingin, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu infarm warmer 36o C
A = masalah sebagian teratasi
P = Lanjutkan intervensi 1-4
I = Bayi pindah ke inkubator
Tgl 22-11-2012 Pukul 24.00
S = -
O =
- RR = 48x/menit
- HR = 130x/menit
- Suhu: 36,8o C
- Akral hangat, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu Inkubator 34o C
A = masalah teratasi
P = Pertahankan intervensi 1-4
Resiko
gangguan
nutrisi
berhubungan
dengan reflek
menghisap
yang lemah.
Tgl 22-11-2012 Pukul 23.00
S = -
O =
Antropomentri
- BBL = 2100 gr
- BB sekarang : 2100 gram
Biokimia
- GDA pukul 18.00 = 61 mg/kL (rekam medik)
Klinis
- Konjuctiva merah muda
- crt < 2 detik, turgor elastis
- reflek menghisap dan menelan lemah, bising usus (+)
Diet
- PASI (+) personde 21 cc, muntah (-), BAB(+) BAK(+),
retensi(-)
A = resiko tidak terjadi
P = Pertahankan intervensi 1-4
23-11-2012 Hipotermia
berhubungan
dengan
gangguan
termoregulasi
Tgl 23-11-2012 Pukul 05.00
S = -
O =
- RR = 46x/menit
- HR = 130x/menit
- Suhu: 36,8o C
- Akral hangat, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu Inkubator 34o C
A = masalah teratasi
P = Pertahankan intervensi 1-4
Resiko
gangguan
nutrisi
berhubungan
dengan reflek
menghisap
yang lemah.
Tgl 23-11-2012 Pukul 06.00
S = -
O =
Antropomentri
- BBL = 2100 gr
- BB sekarang : 2100 gram
Biokimia
- GDA pukul 18.00 = 61 mg/kL (rekam medik)
Klinis
- Konjuctiva merah muda
- crt < 2 detik, turgor elastis
- reflek menghisap dan menelan lemah, bising usus (+)
Diet
- PASI (+) personde 21 cc, muntah (-), BAB(+) BAK(+),
retensi(-)
A = resiko tidak terjadi
P = Pertahankan intervensi 1-4
25-11-2012 Hipotermia
berhubungan
dengan
gangguan
termoregulasi
Tgl 25-11-2012 Pukul 11.30
S = -
O =
- RR = 52x/menit
- HR = 130x/menit
- Suhu: 37o C
- Akral hangat, kering, merah
- Cyanosis (-)
- Suhu Inkubator 34o C
A = masalah teratasi
P = Intervensi dilanjutkan di Ruang Bayi
I = Bayi pindah ke ruang bayi
Resiko
gangguan
nutrisi
berhubungan
dengan reflek
menghisap
yang lemah.
Tgl 25-11-2012 Pukul 12.00
S = -
O =
Antropometri
- BBL : 2100 gram
- BB sekarang = 2150 gr
Biokimia
- GDA tgl 25-11-2012 pukul 06.30 = 74 mg/dl (rekam medik)
Clinis
- Konjuctiva merah muda
- crt < 2 detik, turgor elastis
- reflek menghisap dan menelan lemah, bising usus (+)
Diet
- PASI (+) personde 21 cc, muntah (-), BAB(-) BAK(-), retensi(-)
A = masalah teratasi
P = Intervensi dilanjutkan di Ruang Bayi
I = Bayi pindah ke ruang bayi
top related