optimasi kadar piroksikam dalam sediaan hidrogel...
Post on 29-Nov-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
OPTIMASI KADAR PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN HIDROGEL SEBAGAI
DIABETIC WOUND HEALING PADA LUKA TIKUS DIABETES
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rr. Kirana Andranilla
NIM: 138114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
OPTIMASI KADAR PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN HIDROGEL SEBAGAI
DIABETIC WOUND HEALING PADA LUKA TIKUS DIABETES
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rr. Kirana Andranilla
NIM: 138114014
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk Allah SWT yang telah memimpin setiap
langkah hidup saya dan selalu berada di manapun saya berada
Bapak, Papa, Mama, Kakak, Adik yang selalu mendukung saya dari jauh.
Teman-teman tercinta yang selalu memberikan motivasi, menjadi tempat berkeluh
kesah, dan selalu menemani.
“Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyak-
banyaknya guna mencari rahasia besar yang
terkandung di dalam benda besar yang bernama
dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati
sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa”
-Al Ghazali-
“Ilmu pengetahuan bukanlah berdasarkan
kemampuan mengingat, barulah disebut ilmu
pengetahuan hanya jika didapatkan dengan
kemampuan pemikiran sendiri”
-Tolstoy-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala anugrah dan rahmat
yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Optimasi Kadar Piroksikam dalam
Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” dapat
dikerjakan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari campur
tangan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Allah SWT yang Maha Pengasih serta Maha Penyayang yang telah memberikan
rahmat dan kuasanya atas penyusunan skripsi ini;
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma;
3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
saran, memotivasi, dan bersabar selama penelitian dan penyusunan skripsi;
4. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., yang telah mendukung dan memberi
banyak panduan dalam penyusunan skripsi ini;
5. Ibu Nunung Yuniarti, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang sangat berarti pada penyusunan skripsi ini;
6. Bapak Yohanes Ratijo, yang telah banyak bersabar dalam mendampingi penelitian,
selalu mendukung, memotivasi, dan meluangkan waktu, tempat, dan tenaga yang
ekstra dalam penelitian ini;
7. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc.,Apt.,
selaku kepala laboratorium yang telah memberikan ijin penelitian;
8. Pak Agung, Pak Kayat, Pak Musrifin, Pak Mukmin, dan Pak Wagiran, selaku laboran
laboratorium Fakultas Farmasi yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan
penelitian di laboratorium;
9. Pak Dwi, Pak Sarwanto, dan Pak Narto, selaku karyawan bagian Sekretariat Fakultas
Farmasi yang telah mempermudah dalam urusan berkas-berkas;
10. Keluarga tercinta, orang tua penulis, Papa Agus, Mama Maya, Mbak Ega, Mbak
Lintang, Mas Putra, Cindy dan keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa,
pertolongan, motivasi demi kelancara studi dan penyusunan naskah skripsi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
11. Bapak Surya Tedja Miarza (Alm.) yang meskipun sudah tidak ada di dunia ini, tetapi
selalu menjadi sosok yang menginsiprasi dan memotivasi penyusunan skripsi ini;
12. Garda Bagus Damastra, sebagai orang yang setia mendampingi penulis pada saat
dibutuhkan dan dapat memberikan masukan serta motivasi dalam penyusunan naskah
skripsi;
13. Ivana dan Hesti yang sama-sama merasakan suka duka dari awal sampai akhir
penelitian hingga penulisan naskah skripsi ini;
14. Teman-teman seperjuangan lain, Dhuta, Tya , Kenny, Dipta, Ryan, Elwy, Fidel yang
telah membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian;
15. Teman-teman terdekat penulis: Maria, Aven, Eko, Ida, Ronny, Indri, Cindy, Ririn,
Monita, Ike, Mas Bram, Chindy, Om Yos, Dian, Vita, Vinsen, Della, yang
memberikan keceriaan selama penulisan skripsi ini;
16. Teman-teman FST 2013, FSM A 2013, dan seluruh angkatan 2013;
17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan sehingga
penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 1 November 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN KATA ........................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ABSTRACT ....................................................................................................... xvi
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
METODE PENELITIAN ................................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 5
Pembuatan gel diabetic wound healing .............................................. 5
Uji sterilitas ........................................................................................ 5
Uji sifat fisis ....................................................................................... 6
Perlakuan terhadap hewan uji ............................................................ 7
Waktu penyembuhan luka .................................................................. 9
Uji histopatologi ................................................................................. 9
KESIMPULAN ................................................................................................ 13
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13
LAMPIRAN ..................................................................................................... 15
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Rata-Rata Hasil Uji Viskositas, Daya Sebar, dan Homogenitas .... 7
Tabel II. Rata-Rata Hari Penyembuhan Luka .............................................. 9
Tabel III. Hasil Pengamatan Uji Histopatologi ............................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hasil Uji Sterilitas........................................................................ 6
Gambar 2. Grafik Hasil Uji Rheologi ............................................................ 7
Gambar 3. Preparat Hasil Uji Histopatologi .................................................. 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian .................................................................... 15
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian .................................................... 26
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroxicam ............................................. 27
Lampiran 4. Data Sifat Fisis Hidrogel ........................................................... 28
Lampiran 5. Data % Wound Closure ............................................................. 29
Lampiran 6. Hasil Statistik Penelitian ........................................................... 31
Lampiran 7. Hasil Uji Histopatologi ............................................................. 36
Lampiran 8. Foto Dokumentasi Hasil Penelitian........................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR SINGKATAN KATA
COX : Cyclooxygenase
Gel : Basis hidrogel tanpa penambahan piroksikam
GOD-PAP : Glucose Oxidase Phenol Aminoantypyrin Peroxidase
HE : Hematoxylin-Eosin
LAF : Laminar Air Flow
MMP-9 : Matriks Metalloproteinase-9
NSAID : Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs
PGE2 : Prostaglandin E2
Piroks 1 : Sediaan hidrogel dengan penambahan piroksikam 1,25%
Piroks 2 : Sediaan hidrogel dengan penambahan piroksikam 2,5%
Piroks 3 : Sediaan hidrogel dengan penambahan piroksikam 5%
UV : Ultraviolet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
OPTIMASI KADAR PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN HIDROGEL SEBAGAI
DIABETIC WOUND HEALING PADA LUKA TIKUS DIABETES
Rr. Kirana Andranilla
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta, Indonesia 55282
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
kiranaandranilla@gmail.com
ABSTRAK
Pada luka pasien diabetes, dapat terjadi peningkatan MMP-9 yang menghambat
penyembuhan luka. Hal ini menyebabkan 23,5% penderita ulkus kaki diabetes harus
mengalami amputasi. Piroksikam diduga adalah suatu zat aktif yang dapat mempercepat
penyembuhan luka pada tikus diabetes. Penelitian “Optimasi Kadar Piroksikam dalam
Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” memiliki
tujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel untuk
penyembuhan luka diabetes pada tikus galur Wistar. Zat aktif piroksikam diformulasikan
ke dalam sediaan hidrogel. Tikus diinduksi aloksan sebagai induktor diabetes dan glukosa
darah tikus diukur menggunakan metode Gucose Oxidase Phenol Aminoantipytin
Peroxidase. Tikus diabetes diberikan luka eksisi dan akan diaplikasikan sediaan hidrogel
piroksikam setiap 12 jam hingga luka menutup dan didapatkan persentase penutupan luka
pada tikus. Tikus yang lukanya sudah tertutup akan dieutanasia dengan injeksi ketamin
dosis letal untuk melihat secara mikroskopis struktur kulit dari bekas luka tersebut. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada waktu
penyembuhan antarluka pada kelompok tikus normal maupun kelompok tikus diabetes.
Tetapi secara uji histopatologi, formula piroksikam 5% terbukti dapat menyembuhkan luka
dengan kualitas yang baik.
Kata kunci: Hidrogel, Piroksikam, Ulkus Diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
OPTIMIZATION OF PIROXICAM’S LEVEL IN HYDROGEL PREPARATION AS
DIABETIC WOUND HEALING ON DIABETIC RAT’S WOUND
Rr. Kirana Andranilla
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta, Indonesia 55282
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
kiranaandranilla@gmail.com
ABSTRACT
In diabetic patient’s wound, the level of MMP-9 can be increasing, so it can
inhibits wound healing process. This process has caused 23,5% of patients to have
amputations. Piroxicam allegedly is an active substance which can accelerate the wound
healing in diabetic rats. “Optimization of Piroxicam’s level in Hydrogel Preparation as
Diabetic Wound Healing on Diabetic Rat’s Wound” has a purpose to determine the
effective concentration of piroxicam in hydrogel preparation for wound healing in diabetic
rats wistar strain. The piroxicam active substance is formulated into hydrogel preparation.
Rats are induced by alloxan as diabetic inductor and blood glucose rate is measured by
using Gucose Oxidase Phenol Aminoantipytin Peroxidase method. Diabetic rats are given
excision wound and will be applied piroxicam’s hydrogel preparation every 12 hours until
the wound is closed and percentage of wound closure in rats is obtained. Rats whose
wound are closed will be given euthanasia by lethal dose ketamine injection to see the
microscopic structure of the skin structure of these scars. The result of statistic analysis
had showed that there is no significant difference between wound healing time inter-wound
in normal group as well as diabetic group. But, in histopathology test, Piroxicam 5%
formula is proven to heal wounds with good quality.
Key word: Diabetic ulcer, Hydrogel, Piroxicam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang,
ditandai dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal akibat kekurangan hormon
insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa
lemak (Sujono & Sutrisna, 2010). Banaknya penderita diabetes melitus karena gaya hidup
masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi gizi
seimbang dan berolah raga (Darusman, 2009). Angka prevalensi penderita diabetes melitus
pada umur produktif orang Indonesia adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014). Prevalensi
penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia sebesar 15% dari penderita diabetes melitus
(Santosa & Nikmah, 2014). Angka amputasi pada penderita ulkus kaki diabetes di
Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 23,5% (Santosa & Nikmah, 2014).
Pasien dengan diabetes beresiko mengalami penghambatan penyembuhan luka yang
disebabkan karena apoptosis yang meningkat, infiltrasi sel yang tertunda, berkurangnya
angiogenesis, dan berkurangnya pembentukan dan pengaturan benang kolagen (Asai et al.,
2012). Pada pasien diabetes, cairan luka yang didapat dari luka kronis diabetes berisi
sejumlah matriks metalloproteinase-9 yang berlebih (Falanga, 2005). Enzim MMP-9 yang
berlebih akan menyebabkan penyembuhan luka menjadi tertunda (Falanga, 2005).
Konsentrasi dari MMP-9 meningkat hingga 14 kali lipat pada penderita ulkus diabetikum,
sehingga menghambat proses penyembuhan luka (Lobmann et al., 2002).
Piroksikam adalah nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) yang memiliki
aktivitas antiinflamasi dan analgesik dalam penghambatan sintesis prostaglandin PGE2
(Abd-Allah et al., 2011). Piroksikam merupakan inhibitor COX nonselektif dan dapat
menghambat sintesis prostaglandin (Greene et al., 2010). Penghambatan prostaglandin
akan menyebabkan berkurangnya sekresi MMP-9 secara signifikan karena prostaglandin
menginduksin sitokin pro-inflamasi yang menginduksi MMP-9 (Yen, Khayrullina, Ganea,
2008).
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui konsentrasi efektif piroksikam
dalam sediaan hidrogel untuk penyembuhan luka tikus diabetes. Hipotesis dari penelitian
ini adalah sediaan hidrogel dengan kadar piroksikam yang optimal diduga dapat
mempercepat proses penyembuhan luka pada hewan uji tikus diabetes dengan menghitung
persentase penutupan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah aloksan monohidrat (Sigma) yang digunakan
sebagai induktor diabetes pada tikus, piroksikam (Kalbe Farma) sebagai zat aktif pada
sediaan hidrogel, etanol 96% (Aldrich) yang digunakan sebagai kosolven, kalium sorbat
(Brataco) dan asam borat (Brataco) yang digunakan sebagai pengawet pada basis gel,
carbopol (Brataco); CMC-Na (Brataco); dan Ca-alginat (Brataco) yang digunakan sebagai
gelling agent, gliserol (Aldrich) digunakan sebagai humektan, trietanolamin (Brataco)
digunakan sebagai peningkat pH, akuades (Tirta Amarta) digunakan sebagai pelarut, etanol
70% (Aldrich) digunakan untuk sterilisasi ruangan, Nutrien Agar (Oxoid) digunakan
sebagai media uji sterilisasi, ketamin 10% (Kepro) digunakan sebagai anestesi dan
euthanasia tikus, krim depilatori (Reckitt Benckiser) digunakan sebagai pencukur bulu
tikus, formalin 10% (Aldrich) digunakan untuk mengawetkan jaringan, reagen dan standar
Glucose God FS (Diasys), akuabides (Ikapharmindo Putramas) digunakan untuk mengukur
gula darah, heparin (Inviclot) digunakan sebagai antikoagulan darah.
Alat yang digunakan meliputi gelas beker, hotplate magnetic stirrer (Cenco),
batang pengaduk, pipet ukur, timbangan analitik (Ohaus), kabinet LAF, ose, labu ukur,
tabung sentrifugasi, tabung reaksi, bunsen, cawan petri, mortir, stamper, spuit injeksi,
pinset, gunting, skalpel, biopsy punch, gelas ukur, kaca objek, pipet tetes, kaca bundar,
mikroskop cahaya (Olympus), microlab-200 (Merck), mikropipet (Socorex), vortex
(Wilten), rheosys (Merlin VR), dan sentrifugator (Thermo).
Pada penelitian ini digunakan tikus Wistar yang diperoleh dari Laboratorium
Imono Universitas Sanata Dharma dengan jenis kelamin jantan, bertubuh sehat, dan belum
pernah digunakan untuk percobaan lain, tidak ada kelainan pada bagian tubuh, dengan usia
2 bulan, bobot 150-180 g.
Pembuatan Sediaan Hidrogel Diabetic Wound Healing
Formula basis hidrogel acuan yang digunakan adalah formula yang sudah dioptimasi
oleh Yuliani (2012) sebagai berikut:
R/ Carbopol 1
CMC-Na 0,5
Ca-alginat 0,5
Trietanolamin sampai pH 7
Gliserol 12,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Asam borat 0,5
Kalium sorbat 0,2
Etanol 10
Akuades ad 90
m f. gel
Sediaan yang akan dibuat adalah sedian hidrogel dengan piroksikam dengan kadar
1,25 (Piroks 1); 2,5 (Piroks 2) dan 5% (Piroks 3), dan basis hidrogel (Gel) itu sendiri.
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan menggoreskan hidrogel yang dihasilkan ke media
Nutrien Agar pada cawan petri menggunakan jarum ose secara zig zag. Tiap petri
kemudian dibungkus plastic wrap dan diinkubasi terbalik selama 24 jam.
Uji Homogenitas
Sediaan secukupnya diletakkan pada object glass lalu letakkan object glass yang
lain di atas object glass pertama, tekan hingga rapat. Homogenitas sebarannya diamati.
Diulangi sebanyak 3 kali.
Uji Viskositas
Sediaan secukupnya diletakkan pada plate rheosys dan uji viskositas dijalankan
menggunakan alat rheosys dengan sistem cone and plate. Diulangi sebanyak 3 kali.
Uji Daya Sebar
Sediaan sebanyak 0,5 g ditimbang dan diletakkan di tengah kaca bundar.
Letakkan kaca bundar lainnya (yang telah ditimbang bersama dengan pemberat, sehingga
total botolnya 125 g) di atas kaca bundar pertama dan ditekan selama 1 menit. Diameter
sediaan yang telah menyebar diukur (dengan mengambil nilai rata-rata setelah diukur dari
4 arah berbeda, yaitu vertikal, horisontal , dan kedua diagonalnya) dan diulangi sebanyak 3
kali.
Induksi Aloksan pada Tikus dan Pengukuran Gula Darah
Induksi aloksan dilakukan menurut metode Pirbalouti, et al. (2010), yaitu tikus
jantan galur Wistar umur 2 bulan dengan berat 150-180 yang sebelumnya dipuasakan
selama 15 jam, kemudian diinjeksi aloksan monohidrat secara intraperitonial dengan dosis
150 mg/kgBB yang dilarutkan pada akuades (5%) selama 2-3 hari berturut-turut. Darah
diambil 24 jam setelah diinjeksi dan kadar gula darah tikus diukur pada awal dan akhir
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Larutan yang dipersiapkan adalah larutan standar, blanko, dan sampel sesuai
dengan komposisi masing-masing dalam tabung reaksi. Larutan sampel dibuat replikasi 3
kali. Semua larutan yang dibuat, divortex, dan didiamkan selama operating time selama 10
menit. Larutan-larutan kemudian diukur dengan microlab-200 pada panjang gelombang
546 nm. Tiga tikus yang kadar gula darahnya di atas 250 mg/dL digunakan untuk
penelitian (Pirbalouti, et al., 2010).
Perlakuan Pemberian Luka pada Tikus dan Pemberian Hidrogel
Enam tikus digunakan sebagai perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 3 tikus
perlakuan diabetes yang memiliki kadar gula darah di atas 250 mg/dL dan 3 tikus kontrol
tidak diabetes. Setiap perlakuan diberi olesan krim depilatori pada bagian punggungnya
dan didiamkan selama 5 menit, lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air bersih hingga
tampak kulit punggung tikus. Tikus dibiarkan selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi.
Tikus dianestesi dengan menambahkan ketamin dosis 40-50 mg/kgBB secara
intramuscular pada bagian paha. Tiga puluh menit setelah disuntikkan ketamin, kulit
punggungnya dibasahi dengan etanol 70%. Pada tiap tikus diberi 5 luka eksisi
menggunakan biopsy punch dengan diameter 3 mm ke punggung tikus yang sudah dicukur
sebelumnya (hari ke-0). Perlakuan berbeda diberikan pada masing-masing luka eksisi pada
tikus, yaitu: gel, piroks 1 (1,25%), piroks 2 (2,5%), piroks 3 (5%), dan tanpa diberi
hidrogel. Hidrogel diabetic wound healing dioleskan sebanyak 0,1 mL pada luka eksisi
dengan menggunakan spuit tanpa jarumnya. Pemberian sediaan dilakukan tiap 12 jam
sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan area luka dihitung. Setelah luka
sembuh, tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dengan dosis 100 mg/kgBB. Kulit
punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%.
Uji Histopatologi Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil dan dilakukan pengecatan
dengan hematoxylin eosin, dilihat di bawah mikroskop cahaya untuk melihat perubahan
struktur kulitnya. Uji hematoxylin-eosin dilakukan oleh Laboratorium Patologi Anatomi
Universitas Gadjah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tata Cara Analisis Hasil
Analisis Kuantitatif Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dihitung dengan
persamaan:
( )
( ) ( )
( )
Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dilakukan tiap hari sampai luka
menutup. Pengukuran persentase penutupan luka diukur menggunakan aplikasi Image J.
Analisis Kualitatif Pengamatan histopatologi akan memberikan perbandingan hasil secara
mikroskopis antara struktur kulit penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal tikus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Gel Diabetic Wound Healing
Formula sediaan hidrogel diabetic wound healing merupakan modifikasi dari
formula sediaan gel wound healing pada penelitian Formulasi Sediaan Hidrogel
Penyembuh Luka Ekstrak Etanol Daun Binahong. Hidrogel diabetic wound pada penelitian
ini diformulasi dalam suasana aseptis di dalam LAF yang telah dibersihkan dengan etanol
dan didiamkan di bawah sinar UV selama 24 jam. Sterilisasi basis gel dengan autoklaf
dilakukan pada suhu 121oC dan tekanan 1 kgf/cm
2 selama 15 menit, sebab pada kondisi
tersebut, mikroorganisme yang berada di dalamnya akan mati akibat degradasi asam
nukleat dan denaturasi enzim (Adji, Zuliyanti, and Lara, 2007).
Uji Sterilitas
Uji sterilitas pada sediaan hidrogel dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan
yang sudah diformulasi secara aseptis berhasil mempertahankan sterilitasnya atau tidak.
Sediaan hidrogel yang diaplikasikan ke luka terbuka harus steril (Aulton, 2002) karena
dikhawatirkan dapat menyebabkan infeksi. Pada pengobatan ulkus kaki diabetes, hal utama
yang perlu dikontrol dengan baik adalah terjadinya infeksi. Apabila infeksi dicegah maka
angka kejadian amputasi akan menurun (Leung, 2007). Hasil pengamatan pada Gambar 1
menunjukkan bahwa semua hidrogel yang sudah dibuat berhasil mempertahankan
sterilitasnya meskipun tidak ada zat antimikroba pada hidrogel, sehingga sediaan ini tidak
akan menyebabkan infeksi pada luka diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1. Hasil uji sterilitas: Piroks 1,25% (a); Piroks 2,5% (b); Piroks 5% (c);
dan Gel (d) (n=3)
Uji Sifat Fisis
Uji sifat fisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji viskositas, uji daya
sebar, dan uji homogenitas. Uji-uji ini merupakan data pendukung yang diperlukan untuk
menggambarkan sifat fisis sediaan yang akan digunakan selama penelitian. Pengukuran
viskositas dilakukan untuk mengetahui nilai viskositas sediaan yang dibuat serta untuk
melihat karakteristik rheologi sediaan. Grafik hasil uji rheologi disajikan di Gambar 2 di
mana grafik shear stress vs shear rate agak melengkung ke atas yang menandakan bahwa
shear stress meningkat seiring dengan meningkatnya shear rate. Hasil uji rheologi
menunjukkan bahwa sediaan termasuk dalam sifat alir non-Newtonian tipe pseudoplastis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 2. Grafik hasil uji rheologi Gel; Piroks 1,25%; Piroks 2,5%; Piroks 5%
Pengukuran daya sebar dilakukan untuk menjamin penyebaran gel diabetic wound
healing pada saat diaplikasikan ke kulit. Uji homogenitas sediaan dilakukan untuk
memastikan keseragaman dosis yang terabsorpsi ke setiap bagian kulit saat gel diabetic
wound healing diaplikasikan. Uji homogenitas dilihat berdasarkan ada tidaknya gumpalan
maupun butiran kasar pada sediaan gel diabetic wound healing. Data rata-rata hasil
pengukuran viskositas, daya sebar, dan homogenitas disajikan dalam Tabel I.
Tabel I. Rata-rata hasil uji viskositas, daya sebar, dan homogenitas (n=3)
Sediaan Viskositas ± SD (Pa.s) Daya sebar ± SD (cm) Homogenitas
Gel 2,832±0,386 4,108±0,101 Homogen
Piroks1,25% 2,715±0,287 4,592±0,184 Homogen
Piroks 2,5% 2,000±0,356 4,483±0,257 Homogen
Piroks 5% 2,527±0,767 4,508±0,213 Homogen
Gel, piroks 1,25%; pirox 2,5%; dan pirox 5% memiliki viskositas yang berkisar
antara 2,000-2,832 Pa.S serta daya sebar berkisar di antara 4,108-4,592 cm. Hasil uji
homogenitas menunjukkan bahwa semua sediaan homogen.
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Tikus yang digunakan memiliki kriteria sebagai berikut: Tikus spesies Rattus
norvegicus dengan galur Wistar, usia 2 bulan, bobot berkisar antara 150-180 g. Usia dan
berat badan dikontrol dengan baik agar meminimalisir variabel pengacau tak terkendali
pada tikus. Berat badan dengan deviasi 30 g agar tidak menyebabkan perbedaan ketebalan
kulit yang signifikan yang dapat memengaruhi waktu penyembuhan luka dan
menyebabkan hasil penelitian menjadi bias. Tikus dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu tikus
normal dan tikus diabetes dan tiap tikus diletakkan pada satu kandang yang berbeda-beda.
50
60
70
80
90
100
110
120
110 130 150 170 190 210
She
ar r
ate
(1
/s)
Shear stress (Pa)
Grafik Rheologi Sediaan
Gel
Piroks 1,25%
Piroks 2,5%
Piroks 5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Penelitian ini menggunakan aloksan sebagai induktor diabetes pada tikus, karena
aloksan akan merusak sel-sel penghasil insulin yaitu sel pulau Langerhans (Azizah &
Sutrisna, 2010). Pada orientasi, dosis aloksan yang digunakan adalah 125 mg/kgBB, tetapi
terbukti bahwa pada hari ke-4 semua gula darah tikus sudah berada di bawah 250 mg/dL.
Hal ini menunjukkan bahwa dosis aloksan 125 mg/kgBB belum mampu menginduksi
terjadinya diabetes pada tikus, sehingga dosis aloksan dinaikkan menjadi 150 mg/kgBB.
Setelah 21 hari, terbukti tikus yang diberi aloksan 150 mg/kgBB masih memiliki kadar
gula darah di atas 250 mg/dL, sehingga dosis ini yang akhirnya dipakai untuk menginduksi
diabetes pada tikus.
Sebelum diinduksi oleh aloksan, tikus diukur gula darah hari ke-0 dengan metode
GOD-PAP (Glucose Oxidase Phenol Aminoantypyrin Peroxidase). Prinsip kerja enzim
GOD-PAP yakni serum darah yang mengandung glukosa akan bereaksi dengan reagen
GOD-PAP membentuk asam glukonat dan H2O2 (Khairina & Yuanita, 2015). Hidrogen
peroksida yang terbentuk dalam reaksi ini bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan
membentuk N-(4-antipitryl)-P-benzoquinone imine (Khairina & Yuanita, 2015). Jumlah
zat warna merah yang terbentuk sebanding dengan jumlah konsentrasi glukosa (Khairina &
Yuanita, 2015). Pengambilan darah pada tikus dilakukan dari ekor tikus. Kadar gula darah
hari ke-0 pada semua tikus berkisar antara 60-80 mg/dL. Tiga ekor tikus diberi induksi
aloksan sebanyak 150 mg/kgBB selama 3 hari berturut-turut dan tikus dengan gula darah
lebih dari 250 mg/dL digunakan sebagai subjek uji.
Setelah dipastikan bahwa tikus memiliki kadar gula darah lebih dari 250 mg/dL
maka tikus dipersiapkan dengan mencukur pada separuh bagian atas punggungnya hingga
sebelum bagian leher. Pencukuran dilakukan dengan menggunting bulu tikus hingga setipis
mungkin kemudian diaplikasikan krim depilatori. Hal ini bertujuan agar saat krim
depilatori diaplikasikan, bulu tikus akan terangkat semua, karena apabila bulu masih terlalu
tebal, krim depilatori tidak dapat mengangkat keseluruhan bulu yang tersisa. Tikus yang
sudah tercukur didiamkan selama 48 jam untuk memastikan agar tidak ada lagi krim
depilatori yang tersisa dan mengganggu hasil penelitian nantinya.
Tikus diberi anestesi intramuskular ketamin terlebih dahulu di bagian paha untuk
menjamin tikus tidak merasakan sakit saat diberi luka eksisi pada punggung. Luka eksisi
dibuat agak berjauh-jauhan agar tidak mengganggu pengamatan satu sama lain. Luka juga
tidak diberikan pada bagian leher karena leher merupakan bagian tubuh yang aktif
bergerak sehingga akan menghambat penyembuhan luka dan juga tidak terlalu rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
karena dapat dijangkau oleh mulutnya sendiri. Pemberian gel yang diujikan dilakukan
segera setelah tikus diberi luka eksisi dan kemudian setiap 12 jam berikutnya hingga luka
sembuh.
Setelah dipastikan luka sembuh secara sempurna atau % wound closure mencapai
100% untuk tiap luka pada tikus, darah tikus diambil kembali untuk melihat apakah tikus
masih dalam keadaan diabetes. Hasil pengujian gula darah memberikan hasil kadar gula
darah tikus berkisar antara 382-560 mg/dL, sehingga tikus masih dalam keadaan diabetes.
Tikus kemudian dieutanasia dan kulit punggung tikus diambil, kemudian sampel kulit
disimpan dalam pot berisi formalin 10% untuk selanjutnya dibuat preparat dengan
pengecatan Hematoxylin-Eosin dan diamati di bawah mikroskop.
Waktu Penyembuhan Luka
Rata-rata luka mencapai % wound closure hingga 100% pada kelompok tikus
normal adalah 10-12 hari. Rata-rata luka mencapai % wound closure hingga 100% pada
kelompok tikus diabetes adalah 9-13 hari. Data yang diambil untuk analisis statistik adalah
data hari % wound closure mencapai 100%, data ditunjukkan pada tabel II.
Tabel II. Rata-rata hari penyembuhan luka (n=3)
Perlakuan luka Tikus diabetes (hari) Tikus normal (hari)
Rata-rata±SD
Kontrol 12±1,528 12±0,577
Gel 12±0,577 12±0,577
Piroks 1,25% 11±1,000 11±0,577
Piroks 2,5% 11±1,000 11±0,577
Piroks 5% 10±1,155 11±0,577
Analisis statistik dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan
antara % wound closure pada tikus normal dan tikus diabetes. Hasil statistik menyatakan
bahwa rata-rata data hari penyembuhan 100% wound closure pada kontrol = gel =
piroksikam 1,25% = piroksikam 2,5% = piroksikam 5%. Hipotesis dari penelitian ini
ditolak, tidak ada konsentrasi piroksikam yang optimal yang dapat mempercepat
penyembuhan luka diabetes pada tikus. Tetapi apabila tidak dilakukan uji statistik, maka
waktu penyembuhan luka yang paling cepat adalah pada formula piroks 5%.
Uji Histopatologi
Uji histopatologi ini dilakukan untuk melihat struktur kulit secara mikroskopis
antara kulit penyembuhan luka tikus diabetes dan tikus normal. Uji histopatologi dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. Hasil histopatologi ditunjukkan
pada gambar 3 dan intepretasi hasil uji histopatologi disajikan pada tabel III.
(Tikus Diabetes Kontrol) (Tikus Diabetes Gel) (Tikus Diabetes Piroks 1,25%)
(Tikus Normal Kontrol) (Tikus Normal Gel) (Tikus Normal Piroks 1,25%)
(Tikus Diabetes Piroks 2,5%) (Tikus Diabetes Piroks 5%) (Tikus Normal Tanpa Perlakuan)
(Tikus Normal Piroks 2,5%) (Tikus Normal Piroks 5%)
Keterangan: g = epidermis j = folikel rambut
h = jaringan granulasi k = jaringan ikat
i = pembuluh darah l = kolagen
Gambar 3. Preparat hasil uji histopatologi Hematoxylin-Eosin (4x10) (n=1)
g h
i
k
l
g
i
j
k
l
g
h l
g j
k
l
g
h
g
h
l
l
g
h
l
g j
k
l
g j
k
l i
l
g
l
g j
h
i
k
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel III. Hasil Pengamatan Uji Histopatologi
Perlaku
an
Hari Penyembuhan Keterangan
Tikus
diabetes
Tikus
Normal Tikus Diabetes Tikus Normal
Kontrol
(a) 12±1,528 12±0,577
Penyembuhan masih dalam
tahap proliferasi ditandai
dengan adanya jaringan
granulasi dan pembuluh
darah meskipun sudah
terbentuk kolagen dan
jaringan ikat
Penyembuhan sudah
termasuk dalam tahap
remodelling dibuktikan
dengan adanya susunan
kolagen yang teratur dan
susunan sel yang
lengkap seperti folikel
rambut, jaringan ikat,
dan epidermis
Gel (b) 12±0,577 12±0,577
Penyembuhan masuk dalam
tahap remodelling ditandai
dengan banyaknya struktur
kolagen yang teratur, dan
tidak adanya jaringan
granulasi
Penyembuhan masih
dalam tahap proliferasi
ditandai dengan
banyaknya jaringan
granulasi dan kolagen
masih belum banyak
terbentuk
Piroks
1,25%
(c)
11±1,000 11±0,577
Penyembuhan luka masih
masuk dalam tahap
proliferasi karena masih
banyaknya jaringan granulasi
dan sedikitnya kolagen
Penyembuhan luka
masih masuk dalam
tahap proliferasi karena
masih banyaknya
jaringan granulasi
meskipun ada sedikit
kolagen
Piroks
2,5%
(d)
11±1,000 11±0,577
Penyembuhan luka masih
masuk dalam tahap
proliferasi karena masih
banyaknya jaringan granulasi
yang terbentuk, adanya
pembuluh darah dan sedikit
kolagen
Penyembuhan luka
masih termasuk dalam
tahap proliferasi karena
banyaknya jaringan
granulasi yang terbentuk
dan sedikit kolagen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel III. (Lanjutan) Hasil Pengamatan Uji Histopatologi
Perla
kuan
Hari Penyembuhan Keterangan
Tikus
diabetes
Tikus
Normal Tikus Diabetes Tikus Normal
Piroks
5% (e) 10±1,155 11±0,577
Penyembuhan luka sudah
masuk dalam tahap
remodelling ditunjukkan
dengan tidak adanya
jaringan granulasi dan
lengkapnya sel yang
sudah terbentuk seperti
kolagen yang teratur,
jaringan ikat, epidermis,
dan folikel rambut
Penyembuhan luka sudah
masuk dalam tahap
remodelling ditunjukkan
dengan kolagen yang teratur,
tidak ada jaringan granulasi,
dan struktur sel yang sudah
lengkap seperti folikel
rambut dan jaringan ikat
Tanpa
Perlak
uan (f)
- - -
Susunan kolagen sangat
teratur, susunan sel juga
lengkap seperti folikel
rambut, jaringan ikat, dan
epidermis
Pada hasil pengamatan uji histopatologi, untuk tikus diabetes kontrol, tikus
diabetes yang diberi formula piroks 1,25%, dan juga tikus diabetes yang diberi formula
piroks 2,5% masih dalam proses proliferasi. Hal ini dapat diartikan meskipun luka sudah
menutup sempurna, tetapi proses penyembuhan luka belum sempurna. Tikus diabetes yang
diberi gel dan formula piroks 5%, penutupan lukanya sudah memasuki tahap remodelling
yang berarti luka sudah menutup secara sempurna. Tetapi, pada tikus diabetes yang diberi
gel, susunan kolagen tidak rapat, sementara tikus yang diberi formula pirox 5%, susunan
kolagennya sudah teratur. Tikus diabetes yang diberi formula piroks 5% menunjukkan
hasil yang bagus, di mana sudah tidak ada jaringan granulasi, susunan kolagen sudah
teratur dan memberikan hasil yang menyerupai sel-sel kulit tikus normal tanpa perlakuan.
Sehingga formula piroks 5% dipilih sebagai formula yang optimal yang dapat
menyembuhkan luka tikus diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
KESIMPULAN
Pada penelitian ini, tidak terdapat formula optimal untuk penyembuhan luka tikus
diabetes jika dilihat dari uji statistik. Tetapi, pada uji histopatologi, piroksikam dengan
konsentrasi 5% dapat menyembuhkan luka diabetes dengan kualitas yang baik. Saran
untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penanganan luka diabetes ke tikus,
menggunakan biopsy punch dengan diameter lebih besar lagi untuk melihat perbedaan
pada penutupan luka tikus, dan mengembangkan piroksikam dalam formula baru selain
hidrogel yang dapat memberikan hasil yang optimal dalam penyembuhan luka diabetes.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada Laboratorium Farmasi Fakultas Universitas Sanata
Dharma, Akademi Farmasi Theresiana, Laboratorium Patologi Anatomi Universitas
Gadjah Mada, dan Laboratorium Invvi yang sudah mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abd-Allah, F., Dawaba, H. M., Mansour, A., Samy, A. M., 2011. Evaluation of the Anti-
Inflammatory and Analgesics Effects of Piroxicam-Loaded Microemulsion in
Topical Formulations. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 3(2), 66-70.
Adji, D., Zuliyanti, Larashanty, H., 2007. Perbandingan Efektivitas Sterilisasi Alkohol
70%, Inframerah, Otoklaf, dan Ozon Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus
subtilis. Journal Sain Veteriner, 25(1), 17-24.
Asai, J., Takenaka, H., Hirakawa, S., Sakabe, J., Hagura, A., Kishimoto, S., et al., 2012.
Topical Simvastatin Accelerates Wound Healing in Diabetes by Enhancing
Angiogenesis and Lymphangiogenesis. The American Journal of Pathology, 181(6),
2217-2224.
Aulton, M. E., 2002. Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design. 2nd edition,
Edinburgh: Churchill Livingstone, 15.
Azizah, T. S., Sutrisna, E. M., 2010. Pengaruh Lama Praperlakuan Flavonoid Rutin
Terhadap Efek Hipoglikemik Tolbutamid pada Tikus Jantan yang Diinduksi
Aloksan. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11(2), 91-99.
Darusman, 2009. Perbedaan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Pria dan Wanita dalam
Mematuhi Pelaksanaan Diet. Berita Kedokteran Masyarakat, 25(1), 31-33.
Falanga, V., 2005. Wound Healing and Its Impairment in the Diabetic Foot. The Lancet,
366, 1736-1743.
Greene, S. N., Ramos-Vara, J. A., Craig, B. A., Hooser, S. B., Anderson, C., Fourez, L.
M., et al., 2010. Effects of Cyclooxygenase Inhibitor Treatment on the Renal
Toxicity of Cisplatin in Rats. Cancer Chemoter Pharmacol, 65, 549-556.
Khairina, A., Yuanita, L., 2015. Pengaruh Variasi Lama Penyimpanan Umbi Bengkuang
Terhadap Kadar Glosa Darah Rattus norvegicus. Journal of Chemistry, 4(1), 31-36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Leung, P. C., 2007. Diabetic Foot Ulcers-A Comprehensive Review. Surgeon,1(8), 219-
231.
Lobmann, R., Ambrosch, A., Schultz, G., Waldmann, K., Schiweck, S., Lehnert, H., 2002.
Expression of Matrix-metalloproteinases and Their Inhibitors in theWounds of
Diabetic and Non-Diabetic Patients. Diabetologia, 45, 1011-1016.
Mihardja, L., Soetrisno, U., Soegondo, S., 2014. Prevalence and Clinical Profile of
Diabetes Mellitus in Productive Aged Urban Indonesia. Journal of Diabetes
Investigation, 5, 507-512.
Pirbalouti, A. G., Azizi, S., Koohpayeh, A., Hamed, B., 2010. Wound Healing Activity of
Malva sylvestris and Punica granatum In Alloxan-induced Diabetic Rats. Acta
Poloniae Pharmaceutica-Drug Research, 67(5), 511-516.
Santosa, A., Nikmah, I. M. N., 2014. Hubungan Pengetahuan tentang Pengendalian Kadar
Gula Darah dengan Kejadian Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus.
Medisains, 18(3), 1-11.
Sujono, T. A., Sutrisna, E. M., 2010. Pengaruh Lama Praperlakuan Flavonoid Rutin
terhadap Efek Hipoglikemik Tolbutamid pada Tikus Jantan yang Diinduksi Aloksan.
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, 11(2), 91-99.
Yen, J. H., Khayrullina, T., Ganea, D., 2008. PGE2-induced Metalloproteinase-9 is
Essential for Dendritic Cell Migration. Blood, 111(1), 260-270.
Yuliani, S.H., 2012. Ektrak Etanol Daun Binahong. Disertasi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang, ditandai
dengan kadar glukosa yang melebihi nilai normal akibat tubuh kekurangan insulin (Sujono
& Sutrisna, 2010). Diabetes ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan
perubahan yang progresif terhadap struktur histopatologi pankreas (Suarsana et al., 2010).
Penderita diabetes melitus dewasa ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya
tingkat kemakmuran dan berubahnya gaya hidup (Pasaribu et al., 2012). Diabetes melitus
adalah penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup individu (Mihardja et al.,
2014). Angka prevalensi penderita diabetes melitus pada umur produktif orang indonesia
adalah 4,6% (Mihardja et al., 2014).
Penderita diabetes dapat mengalami ulkus kaki karena neuropati, iskemik, atau
keduanya (Cavanagh et al., 2005). Prevalensi penderita ulkus kaki diabetik di Indonesia
sebesar 15% dari penderita diabetes melitus (Santosa & Nikmah, 2014). Ulkus kaki dapat
menyebabkan morbiditas substansial, menurunnya kualitas hidup, biaya perawatan yang
tinggi dan amputasi tubuh ekstrimitas bawah (Cavanagh et al., 2005). Angka amputasi
pada penderita ulkus kaki diabetes di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 23,5% (Santosa
& Nikmah, 2014).
Penyembuhan luka adalah keseimbangan antara komponen matriks ekstraseluler
collagenous dan non-collagenous, dan remodelling by matrix metalloproteinase (MMPs)
(Lobmann et al., 2002). Proses penyembuhan luka adalah proses yang dinamis dan
kompleks yang dapat dibagi menjadi beberapa fase (Cianfarani et al., 2006) yaitu fase
koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Falanga, 2005).
Pasien dengan diabetes beresiko mengalami penghambatan penyembuhan luka yang
disebabkan karena apoptosis yang meningkat, infiltrasi sel yang tertunda, berkurangnya
angiogenesis, dan berkurangnya pembentukan dan pengaturan benang kolagen (Asai et al.,
2012). Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien
diabetes, yaitu berkurangnya respons inflamasi, berkurangnya pembentukan jaringan
granulasi dan terhambatnya angiogenesis (Cianfarani et al., 2006). Pada pasien diabetes,
cairan luka yang didapat dari luka kronis diabetes berisi sejumlah matriks
metalloproteinase yang berlebih (Falanga, 2004). Enzim MMP-9 yang berlebih akan
menyebabkan penyembuhan luka menjadi tertunda (Falanga, 2004). Konsentrasi dari
MMP-9 meningkat hingga 14 kali lipat pada penderita ulkus diabetikum, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka (Lobmann et al., 2002).
Piroksikam adalah nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) yang memiliki
aktivitas antiinflamasi, analgesik, antipiretik dalam penghambatan sintesis prostaglandin
(Abd-Allah et al., 2011). Piroksikam efektif dalam mengobati rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dan inflamasi muskuloskeletal (Redasani et al., 2014). Penghambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
prostaglandin akan menyebabkan berkurangnya sekresi MMP-9 secara signifikan karena
prostaglandin menginduksin sitokin pro-inflamasi yang menginduksi MMP-9 (Yen,
Khayrullina, Ganea, 2008).
Jaringan luka untuk penyembuhan luka haruslah dijaga kelembabannya, tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah (Ovington, 2007). Hidrogel adalah sediaan yang bersifat
semiocclusive dan terdiri dari sebagian besar air dan polimer untuk meningkatkan
viskositas dan melapisi permukaan kulit yang terluka (Okan et al., 2007). Sifat
semiocclusive dari hidrogel akan menjaga kelembaban dalam luka karena sediaan hidrogel
memiliki viskositas yang tinggi, memfasilitasi autolytic debridement dan mempercepat
penyembuhan luka kronis dan luka akut dan mempercepat pertumbuhan jaringan baru
(Okan et al., 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Berapa konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel yang mampu
menyembuhkan luka tikus diabetes?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui konsentrasi efektif piroksikam dalam sediaan hidrogel untuk
penyembuhan luka tikus diabetes.
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan sediaan hidrogel piroksikam yang
dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita diabetes sehingga
mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus kaki diabetikum
1.5 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu
kefarmasian di Indonesia, terlebih lagi yang berkaitan dengan aktivitas penyembuhan luka
oleh zat aktif piroksikam di dalam hidrogel pada penderita diabetes, sehingga dapat pula
dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya.
1.6 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah kadar efektif piroksikam dalam
sediaan hidrogel yang mampu mempercepat penyembuhan luka bagi penderita diabetes.
1.7 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah potensi piroksikam
dalam mempercepat penyembuhan luka pada penderita diabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
2.1.1 Definisi
Luka adalah kerusakan epitel kulit yang ditandai dengan gangguan struktur dan
fungsi dari jaringan di bawah kulit (Greaves et al., 2013). Luka akan berdampak ke
pendarahan, kontraksi pembuluh darah, koagulasi, dan aktifasi dari respon inflamasi
(Velnar et al., 2009).
2.1.2 Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka adalah respons fisiologis normal karena adanya luka dan
akan mengembalikan struktur dan fungsi normal dari jaringan yang terluka (Barati et al.,
2013). Luka dikatakan sembuh apabila struktur anatomi, fungsi, dan penampilan dari
jaringan akan kembali normal pada waktu tertentu (Velnar et al., 2009).
Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi empat proses, yaitu koagulasi,
inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Falanga, 2005). Fase koagulasi adalah fase pertama
dalam penyembuhan luka (Hamed et al., 2014) yang dibutuhkan untuk hemostasis dan
melindungi luka (Falanga, 2005). Platelet akan teragregrasi pada sisi kulit yang terluka
untuk memfasilitasi pembentukan dari benang fibrin dan akan berubah menjadi fibronektin
(Hamed et al, 2014). Platelet yang teragregrasi akan melepaskan sejumlah growth factors
termasuk platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factors (TGF)ß1
(Falanga, 2005).
Fase inflamasi memiliki tujuan untuk memperkuat barrier imunitas melawan
mikroorganisme (Velnar et al., 2009). Fase inflamasi dicirikan dengan extravasation
netrofil dan makrofag ke luka dan juga fagositosis jaringan rusak (Hamed et al., 2014).
Netrofil memiliki fungsi untuk fagositosis, yaitu menghancurkan dan menghilangkan
bakteri, partikel asing dan jaringan yang rusak (Velnar et al., 2009). Makrofag akan
berfungsi sebagai sel fagosit dan memproduksi faktor pertumbuhan yang bertanggung
jawab terhadap proliferasi (Enoch & Leaper, 2007). Sel inflamasi mengeluarkan sitokin
proinflamasi yang berguna untuk kemoatraktan sel inflamasi ke sisi yang terluka dan
menyebabkan migrasi sel yang dibutuhkan untuk fase selanjutnya dari penyembuhan luka
(Hamed et al., 2014).
Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan protein matriks ekstraseluler,
angiogenesis, kontraksi, dan migrasi keratinosit (Falanga, 2005). Pada fase ini akan terjadi
angiogenesis yang akan berkontribusi terhadap proses penyembuhan luka dengan
mengantarkan oksigen dan nutrien ke miofibroblast, dan memperpanjang durasi dari
proliferasi sel dan mendukung produksi dari permanently hydrated wound matrix (Hamed
et al., 2014).
Fase remodelling adalah fase akhir dari penyembuhan luka yang bertanggungjawab
pada pengembangan epitel baru dan pembentukan jaringan luka akhir (Velnar et al., 2009).
Fase remodelling akan mengakhiri proses inflamasi dan pembentukan luka,
mengembalikan morfologi jaringan normal, mengorganisir matriks kolagen, dan apoptosis
sel yang tidak lagi dibutuhkan untuk proses penyembuhan luka (Hamed et al., 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Kolagen adalah komponen penting yang berguna untuk proses penyembuhan luka pada
fase proliferasi dan remodelling (Enoch & Leaper, 2007).
2.2 Proses Penyembuhan Luka Diabetes
2.2.1 Luka Diabetes
Luka diabetes adalah luka yang tidak berhasil melakukan proses penyembuhan luka
secara sempurna (Velnar et al.,2009). Ulkus diabetikum dapat disebabkan karena
menginjak benda yang dapat menembus kulit, berjalan dengan telanjang kaki atau tidak
menggunakan alas kaki yang benar, dan juga karena tekanan yang berlebihan (Cavanagh et
al., 2005). Ketika penderita diabetes mengalami luka pada kakinya, mereka bisa terkena
resiko amputasi (Brem & Tomic-Canic, 2007).
Penyebab dari terhambatnya penyembuhan luka pada orang diabetes adalah
terhambatnya atau menurunnya produksi faktor pertumbuhan, respon angiogenesis, fungsi
makrofag, akumulasi kolagen, fungsi perlindungan epidermal, jumlah jaringan granulasi,
proliferasi dan migrasi dari keratinosit dan fibroblast, jumlah saraf epidermal, dan tidak
seimbangnya akumulasi dari komponen matriks ekstraseluler dan remodelling dengan
MMPs (Brem & Tomic-Canic, 2007). Pada pasien ulkus diabetikum, luka itu mengandung
sejumlah matriks metalloproteinases (MMPs) yang dapat merusak protein matriks
ekstraseluler yang penting (Falanga, 2004).
2.2.2 Matriks metalloproteinase-9
MMPs secara struktural adalah suatu bagian dari endopeptidase zinc-dependent yang
dapat mendegradasi komponen penting dari matriks ekstraseluler (Chen et al., 2007).
Matriks metallopreoteinase dapat mendegradasi kolagen yang penting dan dapat
menghambat penyembuhan luka terutama pada salah satu jenis MMPs kolagenase tipe IV,
yaitu MMP-9 (Chen et al., 2007; Enoch & Leaper, 2007). Pada pasien ulkus diabetikum,
enzim MMP-9 pada luka meningkat hingga 14 kali lipat (Lobmann et al., 2002) sehingga
dapat menunda proses penyembuhan luka (Falanga, 2004).
2.3 Piroksikam
Piroksikam adalah derivat oksikam yang termasuk obat AINS dengan mekanisme
menghambat enzim siklooksigenase (Rajab & Jawad, 2016) yang efektif dalam mengobati
rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan inflamasi muskuloskeletal (Redasani et al., 2014).
Mekanisme aksi dari piroksikam adalah penghambatan sintesis prostaglandin (Abd-Allah
et al., 2011).
Piroksikam merupakan inhibitor COX nonselektif dan dapat menghambat sintesis
prostaglandin (Greene et al., 2010). Penghambatan prostaglandin akan menyebabkan
berkurangnya sekresi MMP-9 secara signifikan (Yen, Khayrullina, Ganea, 2008).
2.4 Hidrogel
Sediaan penyembuh luka yang ideal haruslah melindungi luka dari infeksi bakteri,
mencegah dehidrasi, menyerap eksudat luka dan mempercepat penyembuhan (Sun et al.,
2011). Sediaan penyembuh luka yang lembab, dapat dikatakan sebagai sediaan occlusive
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
atau semiocclusive akan menjaga hidrasi dari jaringan yang terluka (Ovington, 2007) dan
juga dapat mempercepat penyembuhan luka kronis, meningkatkan migrasi dari keratinosit,
serta mempercepat pertumbuhan jaringan baru (Okan et al., 2007). Sediaan hidrogel
adalah sediaan semiocclusive yang sebagian besar komponennya adalah air dengan polimer
untuk meningkatkan kekentalannya agar sediaan dapat melapisi luka (Okan et al., 2007).
2.5 Landasan Teori
Proses penyembuhan luka berlangsung pada 4 fase, yaitu fase koagulasi, inflamasi,
proliferasi, dan remodelling. Kolagen merupakan komponen penting pada fase proliferasi
dan remodelling. Namun, MMP-9 yang berlebihan akan mendegradasi kolagen dan
menghambat penyembuhan luka pada pasien diabetes. Piroksikam adalah obat AINS yang
memiliki aktivitas menghambat MMP-9. Sediaan hidrogel yang bersifat semiocclusive
akan mempercepat penyembuhan luka kronis. Dengan demikian, sediaan hidrogel yang
mengandung piroksikam akan menghambat MMP-9 mendegradasi kolagen dan dapat
mempercepat penyembuhan luka pada pasien diabetes.
2.6 Hipotesis
Sediaan hidrogel dengan kadar piroksikam yang optimal diduga dapat mempercepat
proses penyembuhan luka pada hewan uji tikus diabetes dengan menghitung persentase
penutupan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Optimasi Kadar Piroksikam dalam Sediaan Hidrogel
sebagai Diabetic Wound Healing pada Luka Tikus Diabetes” ini termasuk penelitian
eksperimental murni. Penelitian ini merupakan eksperimental murni sederhana dengan
rancangan acak lengkap pola searah karena pengambilan hewan uji dilakukan secara acak
dan menggunakan satu variabel bebas.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah persentase penutupan luka tikus
diabetes.
3.2.2 Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi piroksikam dalam sediaan
hidrogel penyembuh luka.
3.2.3 Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah
umur tikus, galur tikus, berat badan tikus, jenis kelamin tikus, tempat memperoleh tikus,
asupan makanan dan minuman, dan produsen bahan-bahan untuk hidrogel dan induktor
diabetes.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini
adalah kondisi patofisiologis tikus.
3.2.4 Definisi operasional
a. Uji histopatologi. Pengamatan kondisi kulit tikus secara mikroskopis dengan mikroskop
cahaya dengan bantuan zat pewarna.
b. Persentase penutupan luka. Perhitungan persentase wound closure pada luka tikus
diabetes setelah diaplikasikan sediaan hidrogel.
c. Kadar piroksikam. Konsentrasi piroksikam yang berada di dalam sediaan hidrogel
sebanyak 1,25; 2,5 dan 5%.
d. Sediaan hidrogel.. Sediaan gel yang memiliki basis carbopol, CMC-Na, Ca-alhinat,
trietanolamin, gliserol, asam borat, kalium sorbat, etanol, dan akuades.
e. Tikus diabetes. Tikus putih jantan galur Wistar berumur 2 bulan dan memiliki berat
badan 150-180 g yang memiliki kadar glukosa darah di atas 250 mg/dL.
3.3 Bahan Penelitian
3.3.1 Subjek penelitian
a. Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dari
Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Sampel. Sampel pada penelitian ini adalah 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang
berumur 2 bulan dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
yang memiliki deviasi berat badan 30 g (150-180 g).
3.3.2 Bahan penelitian
Aloksan monohidrat digunakan untuk induktor diabetes pada tikus, etanol 96%
digunakan untuk kosolven, piroksikam digunakan sebagai zat aktif, kalium sorbat dan
asam borat digunakan sebagai pengawet pada basis gel, carbopol; CMC-Na; dan Ca-alginat
digunakan sebagai gelling agent, gliserol digunakan sebagai humectan, trietanolamin
digunakan sebagai peningkat pH, akuades digunakan sebagai pelarut, etanol 70%
digunakan untuk sterilisasi ruangan, Nutrien Agar (Oxoid) digunakan sebagai media uji
sterilisasi, ketamin digunakan sebagai anestesi dan euthanasia tikus, krim depilatori
digunakan sebagai pencukur bulu tikus, formalin 10%, larutan Harris Hematoxylin; larutan
acid alkohol; larutan ammonium; larutan stok eosin alkohol 1%; dan larutan working eosin
digunakan dalam uji histopatologi, reagen Glucose GOD FS; akuabides; darah subjek uji;
dan larutan standar glukosa digunakan untuk mengukur gula darah tikus, formalin 10%
digunakan sebagai pengawet jaringan kulit, heparin digunakan sebagai antikoagulan.
3.4 Alat Penelitian
Gelas beker, hotplate magnetic stirrer, stirrer, termometer, aluminium foil, batang
pengaduk, kabinet LAF, ose, labu ukur, tabung sentrifugasi, tabung reaksi, bunsen, cawan
petri, mortir, stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, skalpel, biopsy punch, gelas ukur, kaca
objek, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, mikroskop cahaya, microlab-200,
mikropipet, vortex, dan sentrifugator.
3.5 Skema Kerja Penelitian
Pembuatan
sediaan hidrogel
diabetic wound
healing
Uji sterilitas Uji daya sebar
Induksi aloksan
pada tikus dan
pengukuran gula
darah
Uji viskositas Uji homogenitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2. Skema tata cara penelitian
3.6 Tata Cara Penelitian
3.6.1 Pembuatan sediaan hidrogel diabetic wound healing
Formula basis hidrogel acuan yang digunakan adalah sebagai berikut:
R/ Carbopol 1
CMC-Na 0,5
Ca-alginat 0,5
Trietanolamin sampai pH 7
Gliserol 12,5
Asam borat 0,5
Kalium sorbat 0,2
Etanol 10
Akuades ad 90
m f. gel
Sediaan yang akan dibuat adalah sedian hidrogel dengan piroxicam dengan kadar 1,25
(pirox 1); 2,5 (pirox 2) dan 5% (pirox 3), dan basis hidrogel (gel) itu sendiri. Formula
masing-masing sediaan adalah sebagai berikut:
Tabel I. Formula sediaan hidrogel diabetic wound healing
Formula Gel Pirox 1 Pirox 2 Pirox 3
Basis 100 98,75 97,5 95
Piroksikam - 1,25 2,5 5
CMC-Na dikembangkan dalam akuades selama 24 jam, kemudian ditambahkan Ca-
alginat dan diaduk hingga homogen (campuran A). Campuran A kemudian ditambahkan ke
dalam larutan kalium sorbat dan asam borat dalam akuades yang telah ditambahkan
carbopol 4% sebelumnya, aduk hingga homogen. Gliserol dimasukkan dan diaduk hingga
homogen. Lalu ditambahkan mL akuades kemudian trietanolamin dimasukkan sedikit
demi sedikit hingga mencapai pH 7 (campuran B). Campuran B disterilisasi dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Campuran B yang telah
disterilisasi kemudian dtambahkan piroksikam 1,25; 2,5 dan 5%.
3.6.2 Uji sterilitas
Kabinet LAF disterilkan dengan lampu UV selama 24 jam setelah sebelumnya
dibersihkan dengan alkohol 70%. Peralatan yang digunakan juga disterilkan sebelumnya
menggunakan autoklaf pada 121oC selama 15 menit. Nutrien Agar (Oxoid) sebanyak 21 g
ditambah 750 mL akuades dan diaduk homogen dengan batang pengaduk. Media
dipanaskan dengan hotplate magnetic stirrer sampai tercampur homogen. Media
dituangkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 15 mL, kemudian tabung
reaksi ditutup dengan penutup yang sesuai. Seluruh media dalam tabung reaksi tersebut
Perlakuan:
1.Pemberian luka pada tikus
2.Pemberian hidrogel
piroksikam
Pengamatan:
1. Uji histopatologi-pengecatan
Hematoxylin-Eosin (HE)
2. Persentase Wound closure
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit dengan tekanan 1 kgf/cm2 dan suhu 121
oC.
Media yang telah steril kemudian dituang ke dalam cawan petri dalam LAF (penuangan
dilakukan dekat bunsen). Media NA dalam cawan petri dibiarkan memadat. Hidrogel yang
akan diuji sterilitasnya disiapkan, kemasannya dibersihkan dengan menggunakan alkohol
70%. Jarum ose dipanaskan di atas bunsen hingga memijar, kemudian didinginkan.
Kemasan hidrogel dibuka secara aseptis dekat nyala bunsen, kemudian sedikit hidrogel
dibuang, setelah itu diambil 1 ose hidrogel dan digoreskan pada permukaan media agar
secara zigzag. Ose dipijarkan setiap akan digunakan untuk penggoresan. Tiap petri
kemudian diberi label dan dibungkus dengan plastic wrap, lalu dinkubasi terbalik dalam
LAF (tanpa nyala bunsen) selama 24 jam.
3.6.3 Uji daya sebar
Sediaan sebanyak 0,5 g ditimbang dan diletakkan di tengah kaca bundar. Letakkan
kaca bundar lainnya (yang telah ditimbang bersama dengan pemberat, sehingga total
botolnya 125 g) di atas kaca bundar pertama dan ditekan selama 1 menit. Diameter sediaan
yang telah menyebar diukur (dengan mengambil nilai rata-rata setelah diukur dari 4 arah
berbeda, yaitu vertikal, horisontal, dan kedua diagonalnya) dan diulangi sebanyak 3 kali.
3.6.4 Uji homogenitas
Sediaan secukupnya diletakkan pada object glass lalu letakkan object glass yang lain
di atas object glass pertama, tekan hingga rapat. Homogenitas sebarannya diamati.
Diulangi sebanyak 3 kali.
3.6.4 Uji viskositas
Sediaan secukupnya diletakkan pada plate rheosys dan uji viskositas dijalankan
menggunakan alat rheosys dengan sistem cone and plate. Diulangi sebanyak 3 kali.
3.6.5 Induksi aloksan pada tikus dan pengukuran gula darah
Induksi aloksan dilakukan menurut metode Pirbalouti, et al. (2010), yaitu tikus jantan
galur Wistar umur 2 bulan dengan berat 150-180 g dipuasakan selama 15 jam, kemudian
diinjeksi aloksan monohidrat secara intraperitonial dengan dosis 125 mg/kgBB yang
dilarutkan pada akuades (5%) selama 2-3 hari berturut-turut. Darah diambil 24 jam setelah
diinjeksi dan kadar gula darah tikus diukur pada awal dan akhir penelitian.
Tabel II. Pembuatan larutan untuk uji gula darah tikus
Larutan Standar (µL) Blanko (µL) Sampel (µL)
Aquabides - 10 -
Reagen GOD-FS 1000 1000 1000
Serum darah - - 10
Standar glukosa 10 - -
Larutan yang dipersiapkan adalah larutan standar, blanko, dan sampel sesuai dengan
komposisi masing-masing dalam tabung reaksi. Larutan sampel dibuat replikasi 3 kali.
Semua larutan yang dibuat, divortex, dan didiamkan selama operating time selama 10
menit. Larutan-larutan kemudian diukur dengan microlab-200 pada panjang gelombang
546 nm. Tiga tikus yang kadar gula darahnya di atas 250 mg/dL digunakan untuk
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3.6.6 Perlakuan pemberian luka pada tikus dan pemberian hidrogel
Enam tikus digunakan sebagai perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 3 tikus
perlakuan diabetes yang memiliki kadar gula darah di atas 250 mg/dL dan 3 tikus kontrol
tidak diabetes. Setiap perlakuan diberi olesan krim depilatori pada bagian punggungnya
dan didiamkan selama 5 menit. Krim tersebut lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air
bersih, sehingga tampak kulit punggung tikus tersebut. Tikus dibiarkan selama 48 jam
sebelum diberi luka eksisi. Tikus jantan dianestesi dengan menambahkan ketamin dosis
40-50 mg/kgBB secara intramuscular pada bagian paha. Tiga puluh menit setelah
disuntikkan ketamin, kulit punggungnya dibasahi dengan etanol 70%. Pada tiap tikus
diberi 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch dengan diameter 3 mm ke punggung tikus
yang sudah dicukur sebelumnya (hari ke-0). Perlakuan berbeda diberikan pada masing-
masing luka eksisi pada tikus, yaitu: gel, pirox 1, pirox 2, pirox 3, dan tanpa diberi
hidrogel. Hidrogel diabetic wound healing dioleskan sebanyak 0,1 mL pada luka eksisi
dengan menggunakan spuit tanpa jarumnya. Pemberian sediaan dilakukan tiap 12 jam
sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan area luka dihitung. Setelah luka
sembuh, tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis 100 mg/kgBB. Kulit punggung
diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10%.
Gambar 3. Pola perlakuan pada punggung tikus diabetes dan non-diabetes
Tabel III. Keterangan pola perlakuan pada punggung tikus diabetes dan non-
diabetes
Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3
a Kontrol Pirox 2 Gel
b Gel Pirox 3 Pirox 1
c Pirox 1 Kontrol Pirox 3
d Pirox 2 Pirox 1 Kontrol
e Pirox 3 Gel Pirox 2
3.6.7 Uji histopatologi-pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil, dilakukan pengecatan dengan
hemotoxylin eosin, dilihat di bawah mikroskop untuk melihat perubahan
histopatologisnya.
a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan pisau skalpel.
a
b
a c
a
d
a e
a
a
b
c
d
e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Dehidrasi. Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan air yang tekandung dalam jaringan
dengan menggunakan reagen pembersih, lalu dilakukan imprenasi (penetrasi parafin ke
dalam jaringan).
c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan di atas sebuah balok
kayu (embedding) sebagai alas pemotongan jaringan dengan pisau mikrotom (cutting).
d. Staining. Rangkaian pewarnannya adalah sebagai berikut: Xylol I (5 menit); Xylol II (5
menit), Xylol III (5 menit); alkohol absolut I (5 menit); alkohol absolut II (5 menit);
akuades (1 menit); Harris Hematoxylin (20 menit); akuades (1 menit); acid alkohol (2-3
celupan); akuades (1 menit); akuades (15 menit); Eosin (2 menit); alkohol 96% I (3
menit); alkohol 96% II (3 menit); alkohol absolut III (3 menit); alkohol absolut IV (3
menit); Xylol IV (5 menit); Xylol V (5 menit).
e. Mounting. Menutup object glass dengan cover glass.
f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi dilakukan dengan
menggunakan mikroskop cahaya (Olympus tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang).
3.7 Tata Cara Analisis Hasil
3.7.1 Analisis kuantitatif
Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dihitung dengan persamaan:
( ) ( ) ( )
( )
Pengukuran persentase penutupan luka pada tikus dilakukan setiap 3 hari dari awal
pemberian luka hingga luka menutup.
3.7.2 Analisis kualitatif
Pengamatan histopatologi akan memberikan perbandingan hasil secara mikroskopis antara
struktur kulit penyembuhan luka eksisi dan struktur kulit normal tikus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroxicam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 4. Data Sifat Fisis Hidrogel
Data Hasil Uji Viskositas
Viskositas (Pa.s) gel pirox 1 pirox 2 pirox 3
replikasi 1 2,387 2,925 2,189 3,382
replikasi 2 3,069 2,832 2,222 1,897
replikasi 3 3,039 2,388 1,590 2,303
SD 0,386 0,287 0,356 0,767
Rata-rata 2,832 2,715 2,000 2,527
Data Hasil Uji Daya Sebar
Daya sebar (cm) gel pirox 1 pirox 2 pirox 3
replikasi 1 4,200 4,525 4,550 4,500
replikasi 2 4,125 4,800 4,700 4,725
replikasi 3 4,000 4,450 4,200 4,300
SD 0,101 0,184 0,257 0,213
Rata-rata 4,108 4,592 4,483 4,508
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 5. Data % Wound Closure
Data % wound closure pada tikus diabetes
Data % wound closure pada tikus normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Data hari penyembuhan luka tikus
Perlakuan
luka
Tikus diabetes Tikus normal
1 2 3 1 2 3
Kontrol 12 13 10 12 11 12
Gel 12 13 12 12 11 12
Pirox 1 10 11 12 11 11 12
Pirox 2 12 11 10 11 11 12
Pirox 3 11 9 9 11 10 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 6. Hasil Statistik Penelitian
Uji normalitas data hari penyembuhan luka tikus diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Uji homogenitas dan anova hari penyembuhan luka tikus diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Uji normalitas data hari penyembuhan luka tikus normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Uji homogenitas dan anova hari penyembuhan luka tikus normal
Uji anova antara hari penyembuhan luka tikus normal dan diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 7. Hasil Uji Histopatologi
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Kontrol
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Gel
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Pirox 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Pirox 2
Hasil Uji Histopatologi Tikus Diabetes Pirox 3
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Tanpa Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Kontrol
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Gel
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Pirox 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Pirox 2
Hasil Uji Histopatologi Tikus Normal Pirox 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Lampiran 8. Foto dokumentasi kegiatan penelitian
Pembuatan Hidrogel Diabetic Wound Healing
Proses Uji Sterilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Sediaan Hidrogel Piroksikam
Uji Daya Sebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Uji Homogenitas
Uji Viskositas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Optimasi Kadar
Piroksikam dalam Sediaan Hidrogel sebagai Diabetic Wound
Healing pada Luka Tikus Diabetes” memiliki nama lengkap Rr.
Kirana Andranilla. Dilahirkan di Semarang pada tanggal 12
November 1995 dari pasangan Bapak R. Surya Tedja Miarza dan
Ibu Dalia Maya Dewi. Penulis telah menyelesaikan pendidikan
SD H Isriati 1 Semarang pada tahun 2007, lalu melanjutkan
pendidikan di SMP I Al-Azhar 14 Semarang pada tahun 2007
hingga 2010. Penulis menempuh sekolah menengah atas di SMK
Theresiana Semarang dan mengambil jurusan farmasi pada tahun 2010 hingga 2013.
Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
pada tahun 2013 hingga 2016. Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, organisasi
kemahasiswaan, dan kepanitiaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related