pemanasan global (global warming) dan akunt...
Post on 26-Jun-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) DAN AKUNT ANSI
LING KUN GAN
Muniaty Aisyah
Fakultas Ekonomi clan Bisni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT There has been increasing awareness of thl' interactions betmen societies and their natural emironments over the past twen{J' _years. This mvan:ness has been sharpened �)' concerns about resource scarcil)', emironmental d�gradation and environmental issues such as global wam,ing. J\1.irroring thl' increasing importance of the environinent to broader sociery, the interest in the relationship heflveen bminess and the environmmt has also ,grown dramatical!}. Whether a compar0• enters the marketplace direct!)· or not, environT11ental and nat11ral resources make it11portant contribHtions to lot{g-term economic pe,formance and can therefore be considered as company's economic assets. Among the services proi•ided �)' the envirom111:nl lo sociei)' are inpflts lo prodffction processes, such as wastf disposal sn1Jices provided b)' water and air. Because these servicn are not normal!), hou,ght and sold at market prices, th1y are not ,neasured �)' com'entional economic accounts. I Iowever, the annual report nmJJadt!J!S has developed as one of the most comrven places to find environmental reportint,. Tn !lhlfl)' e111erJ!.ing cottntries, such as Indonesia_. as a result of population groJJ1th, persistent mral porer{)� and other factors, the degradation conditions ef a number of environmental and natural resources, such as forest co11er, inland fisheries, and 1J1ater flows has attained such extreme proportions, that the economic gro11/th capabilities of a nation is alreaef)• being affected. 'The eco110111ic ejfeds of these trends are not reflected in the national acc01111ts or the private companies' incon;e accounts as the mqjor component ef Indonesia's economies income. The tteJV emphasis that the Indonesian government has placed on sustainable develop!llent is a mqjor source ef criticisms ef the traditional national accounts. JVhen economic poliq decisions are based on the omission of environmental costs, production activities ha11e got to be enco11raged to the damage of the environment and of long-tern; e
f the national economic
growth. It has nzotivated attempts to expand the scope of national accounting [YStems �)' including enviro11mental assets and se'f7!ices. This is part of a larger movement to develop broader economic indicators facmingprimari!J• on environmental accountin/!. in annual reports.
Keywords: Pemanasan global, akzmtansi /ingkungan
1. PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat dunia rerhadap penanggulanga.n (global 1J.Jart11ing) pemanasan
global clan tanggung jawab lingkungan telah menunjukk.an gejala yang terus mcn.ingkat.
Kesadaran ini juga menuntut perusahaan untuk memiliki tanggung jawab sosial terhadap
pelestarian lingkungan. Meskipun menurut pandangan konvensional pengelolaan lingkungan
oleh perusahaan adalah pemboro�an karena membutuhkan biaya besar yang berdampak pada
terhambatnya daya saing perusabaan, perusahaan-perusahaan konvensional dewasa ini mulai
menyadari sepenuhnya bahwa isu lingkungan merupakan bagian penting dari perusahaan,
dimana pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab justru dapat menghindari perusahaan
dari tunturan masyarakat maupun pemerintah serta mendorong peningkatan kualitas procluk
yang pada akh.irnya akan meningkatkan keuntungan ekonomi perusahaan.
Perusabaan yang telal1 menerapkan pengelolaan lingkungan suclah sebarusnya mencatat
clan melaporkan kegiatannya ke dalam anmra/ report, meskipun disebagian besar ncgara, termasuk
di Indonesia, pelaporan pengelolaan lingkungan perusahaan dalam annual report masih bersifat
voluntary (suka rela) c..lan hanya berupa pengungkapan yang bersifat non publik, serta khusus
73
PEl\1AN1\S1\>I GI.OB:\L (GLOBAL \X'AR�IING) D/\N 1\KLI\T1\NSl LlNGKlJNGJ\N
rerbadap instirusi pemerimah yang terkait saia. Namtm dengan dikeluarkannya .Keputusan
,'vlenteri Lingkungan H idup No.42/ 11 / 1994 dan U ndang-undang RJ No.23 Ta bun 1997 temang
Pengelolaan !jngkungan Hidup, mcnunjukkan adanya kcscriusan clan komitmcn pemerintah
Indonesia dalam menciptakan kepedulian rerhadap lingkungan. Disinilah peran l::.niiro11171mf
Accormti,{f!, menjadi sangat penting untuk mengukur dampak positif dan negatif lingkungan yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan.
Pcmanasan global atau global 1var111ing secara umum cliartikan sebaga.i proses terjadinya
pcningkatan suhu rata-rata global pada pcrmukaan bumi. lntergoz•em111enlal Panel on Climate Change
(IPCQ, sebuah organisasi yang didirikan tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, World
Meteorological Organization (\\'1vl0) clan United Nations E11viron11m1t Progra111T11e (UNEP) yang
beranggotakan para ilmuwan dati seluruh Junia, menyimpulkan bahwa st:bagian besar
pcniogkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kcmungkinan besar disebabkan
oleh mcningkatnya konscntrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Kesimpulan dasar
ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah clan akademik, termasuk semua akademi
sains nasional dari negara-negara G8. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyt:babkan pernbaban-pernbaban yang mengakihatkan naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intcnsitas fcnomena cuaca yang ekstrim, perubahan jumlah clan pola prcsipitasi,
hilangnya gletser hingga punahnya berbagai jenis hewan cla.n tumbuhan1•
Dalam usaha penanggulan pemanasan global, sebagian besar pemerintah negara-negara
di dunia telah menyepakati sebuah persetujuan internasional di tahun 1997 yang dikenal dengan
Protokol Kyoto. Ncgara-ncgara tcrsebut bcrkomitmcn mengurangi cmisi atau pcngcluaran
karbon dioksida clan gas rumah kaca lainnya dengan cara melakukan kcrja sama dalam
perclagangan emisi gas agar penambahan jumlah emisi gas yang berdampak pada pemanasan
global clapat terkootrol sehingg-a melalu.i kerjasama ini cliprecliksikan akan mampu mengurangi
rata-rata perubahan cuaca global ancara 0,02°C - 0,28°( hingga tabun 20502.
Amcr.ika merupakan salah satu ncgara yang tidak ikut rnenandatangani kcscpakatan
Protokol Kyoto, padahal dalam urusan pemanasan global, Amerika adalah negara yang
kontribusinya paling banyak, tak kurang dari 251Yo produksi karbondioksida dunia berasal dari
Amerika. lsu pemanasan global di Amerika pada kcnyataannya memang masih menjacli polemik.
Ada bcbcrapa hal-hal yang masih cliragukan oleh para ilmuwan, antara lain mengenai berapa
pcrkiraan j umlah pemanasan yang akan terjacli di mas a depan clan bagaimana perubahan
perubahan tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke rlaerah lainnya, bahkan apa yang
sebcnamya menyehabkan pernanasan global hingga saat ini masih mcnjacli perdebatan, apakah
cliscbabkan oleh tindakan manusia (1nan-v1ade) atau memang karena proses alam (11at11ml).
1 • 2 Dirangk.um dari http//:id. wi.k.ipedia.org
74
Jurnal Erikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
Al Gore (2006) dalam bukunya An Inconvenient Truth: The Planetary Emergency of Global
IV'arllli1�i; and What We Can Do About It, membuat argumen persuasif tentang perbedaan
pendapat soal penycbab pcmanasan global. Hal ini terkait <lengan persoalan politik <li i\mcrika,
dimana pada masa pemerintahan Clinton pemanasan global dianggap sebagai salah satu
permasalahan serius dunia yang terjadi akibat tindakan manusia, sedangkan dimasa
pemerintahan Bush pemanasan global yang terjadi dianggap bukanlah karena ulab manusia
sehingga tidak perlu dipermasalahkan. Dalam bukunya Gore mencoba mengakomodasi
perbedaan-perbedaan pendapat yang ada dengan menampilkan fakta-fakta pendukung yang
dibahas secara komprehensif 3_
Sorokbtin et al (2007), salah satu penentang teori Al Gore, dalam bukunya Global
Wam1illg and Global Cooling: Evoltdion of Climate on Earth dalam ulasan yang ditulis oleh Lee
Gerhard di American Association of Petroleum Geologists (AA.PG) Bulletin cdisi Desember 2007
menjclaskan bah,va buku ini diawali <lengan penjelasan komprehensif tentang teori asal muasal
fisik clan atmosfer burni berclasarkan prinsip-prinsip fisika clan geokirnia yang kemudian
memunculkan teori haru yang disehut dengan Teori A<liabatik Evolusi Bumi. Teori ini menolak
hipotesis bahwa global warming aclalah akibat manusia (anthropogenic) serta menolak teori gas
rumah kaca sebagai penycbab perubahan iklim sebab mcnurut mereka emisi gas C02 dan gas
rumah kaca lain yang luar biasa besamya pun tak akan mampu mengubah temperatur atmosfer
global. Sorokhtin et al mencoba menampilkan teori alternatif yang diclasari oleh sistem clinarnika
bumi dimana clapat disimpulkan bahwa dalam kutun waktu 600 juta tahun ke clepan, kandungan
oksigcn di dalam atmosfer akan menyebabkan tcmperarur global meningkat menjadi 80°C
sehingga bumi tidak akan layak lagi dihuni oleh manusia dan makhl.uk hidup lainnya seperti
sekarang4.
Terlepas dari teori atau pendapat siapa yang benar, hal terbaik yang dapat kita lakukan
adalah mendukung usaha pelestarian lingkungan clengan tidak merusak alam. Sebagai makhluk
individu yang memiliki tanggung jawab sosial, masing-masing kita clapat memulainya clengan
melakukan hal-hal kecil seperti melakukan penghematan energi melalui efisiensi penggunaan
listrik dan BBM, menghemat penggunaan kertas dengan memanfaatkan teknologi komunikasi
clan komputer, mengurangi penggunaan barang-barang plastik clan menggantinya clengan
barang-barang yang bisa didaur ulang, tidak membuang sampah sembarangan yang clapat
mengakibatkan banjir atau bencana alam lainnya, clan masih banyak lagi yang meskipun kecil jika
dilakukan bersama-sama secara continue clan konsisten akan clapat membantu menyelamatk.an
burni dari kehancuran.
3 Dirangkum dari ulasan Awang HS, 12 Maret 2009, "Algore (2006) vs Sorokhtin et al (2007) onGlobal Warming", http//:geoblogi.iagi.or.id 4 Dirangkum dari ulasan Awang HS, 12 Maret 2009, "Algore (2006) vs Sorokhtin et al (2007) on Global Warming", http//:geoblogi.iagi.or.id
75
PE11L'\NASAl'.;J GLOBAL (GLOBAL WARl\llNG) DAN AhUNTANSl UNG KUN CAN
Kesadaran akan babaya global ivarmzng terhadap kelangsungan hidup rnanus1a dan
makhluk hidup lainnya, membuat konsumen muJai menuntut tersedianya produk-produk yang
hemac energi Jan ramah lingkungan. Di Indonesia, investor asing merniliki kecenderungan
mempersoalkan masalah pengadaan bahan baku dan proses procluksi yang terhindar clari
munculnya permasalahan lingkungan seperti polusi air, uclara clan suara serta pengrusakan tanah
dan ekosistem. Sedangkan pemerintah mulai mernikirkan kebijakan ekonomi makro terkait
dcngan usaha pengclolaan lingkungan dan konservasi alam. Kesaclaran ini juga menuntut
perusahaan unt:uk merniliki tanggung jawab sosial terhadap pelestarian lingkungan meskipun
menurut panclangan kunvensional, perusahaan menganggap kepeclulian terhadap lingkungan
adalah pemburosan karena membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pengelolaan
lingkungan sehingga akan menghambat daya saing perusabaan.
Dalam sistem ckonorni kapitalis, iYiilton Frie<lmcn mengatakan bahwa ada satu clan
hanya satu tanggung jawab perusahaan, yaitu menggunakan kekayaan yang dirnilikinya untuk
meningkatkan laba sepanjang sesuai clengan aturan main yang berlaku clalam suatu sistem
persaingan bebas tanpa penipuan clan kecurangan. Menlltut penclapat ini, perusahaan ticlak perlu
mernikirkan efek sosial yang clitimbulkan perusahaannya clan ticlak perlu memikirkan usaha
untuk rnemperbaikinya. Kemajuan ekonomi yang sangat pesat akibat lernbaga perusahaan telah
menimbulkan kerusakan alam. Alam clieksploitasi secara tanpa batas clan akibatnya berdampak
pacla kerusakan lingkungan alam, baik binatang, tanaman clan akhirnya berclampak pacla
kenyamanan clan eksistensi makhluk manusia. Pengelolaan alam oleh manusia menjadi ticlak
seimbang karena hanya mcrnik.irkan pertumbuhan ckonomi dan melupakan kehiclupan sosial
yang lebih luas berdampak pacla global 1JJarming, pcmanasan global akibat pcngaruh rumah kaca.
Korporasi terlalu clominan dan hanya memikirkan kepentingan clan kebutuhannya yang tanpa
batas setta ticlak memilki tanggung jawab kepacla komunitas clan lingkungan (Harahap, 2008).
Kepeclulian lingkungan yang muncul dari pihak luar perusahaan seperti konswnen, pemerintah,
investor clan persaingan, mendorong munculnya tuntutan tcrhaclap perusahaan untuk tidak
hanya mencari laba tetapi juga harus merniliki kepedulian terhadap lingkungan clengan
memperhatikan dan memperbaiki dampak yang diakibatkan perusahaan terhadap lingkungan.
Kehidupan clan pernikiran manusia temyata terus berubah, pemikiran ekonorni juga
berkembang, paradigma yang dianut selama ini juga bcrubah. Paradigma lama ''human
exceptionalismparadigm" yang mcnganggap bahwa dunia ini memang dikhususkan kepacla manusia
yang boleh saja mengeksploitasi biosphere lainnya juga berubah (Harahap, 2008). Perusahaan
mulai menyadari sepenubnya bahwa isu lingkungan clan sosial merupakan bagian penting clari
perusahaan clisamping usaha-usaha mencapai laba. Penelitian Pfleiger et al (2005) clalam Ja'far &
Amalia (2006) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan
mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham clan
76
PEl\11\NASAN GLOB1\L (GLOBAL WARWNG) DAN AI�UNTANSl LINCK UN GAN
pelaporan (disclosure) tanggung jawab sosial pernsahaan dalam pelaporan keuangan (Susenohaji,
2006).
Ja'far & Amalia (2006) menycbutkan: (1) Penelitian-pcnclitian yang berkaitan dengan
pelaporan lingkungan (environJJJenta! disclosure) oleh perusahaan telah mengalami peningkatan yang
signifikan sejak empat dekade terakhir (Bates, 2002). (2) Review yang dilakukan oleh Berthelot
et al (2003) menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubnngan antara enviromnental disclosure
clengan kinetja keuangan cukup banyak dilakukan. (3) Beberapa peneliti umumnya
mcnggunakan variable kinerja keuangan a tau pasar modal· sebagai predictor bagi kinerja
lingkungan atau environ!llental disdosttre itu sendiri (Stanwick et al, 2000). (4) Dari basil uji Brown
& Deegan (1998) amara tekanan media cetak terhadap tingkat environmental disclosure clalam annual
report hasilnya menunjukkan aclanya hubungan yang signifikan. (5) Neu et al (1998)
mcmbuktikan bahwa volunta�y e1wiron111e11tal disclosure berhubungan negatif clengan dcngan
profitabilitas tetapi berhubungan positif dengan tckanan clan lingkungan media terhadap faktor
lingkungan serta kuantitas dari voluntmy environmental disclosure. (6) Cormier et al (2004)
menyatakan Environmental disdosure itu sendiri merupakan perilaku berbasis pada legitimaC)' theory.
Andre,""· (2007) menjelaskan bahwa sejak tahun 1970 pemerintah Australia telah
merancang berbagai peraturan yang berkaitan dengan upaya menanggulangi masalah perubahan
iklim yang disebabkan oleh efek gas emisi karbon. Glohal Initiative on Forest and Climate Poli91 yang
dikeluarkan oleh pemerintah federal Australia diimplementasikan sebagai Pelaporan Carhon
Disclosure Pn!Ject (CDP) oleh korporasi, pertama kali dilaporkan oleh Rockefeller Phylanthrop�J'
Advisers di London tahun 2000, dan di tahun 2006 mclalui The CDP 4 Australia Report, pada
akhir pelaporan dinyatakan bahwa pcrubahan iklim dapat secara signifikan mempengaruhi nilai
perusahaan.
Ja'far & Amalia (2006) menyebutkan, Berry & Rondinelly (1998) menjelaskan bahwa
kinerja lingkungan sangat dipengarnl:,j oleh adanya faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah
clan tekanan media yang mendorong bagi pengelolaan lingkungan, serta faktor internal sepcrti
kemauan manajemen untuk melakukan manajemen lingkungan proaktif. Lebih jauh kinerja
lingkungan juga akan tercapai pada level yang tinggi jika perusahaan secara proaktif melakukan
berbagai tindakan manejemen lingkungan secara terkendali. Perusahaan akan terdorong untuk
melakukan pcngungkapan environ!llental disclosHre dalam annttal report karena merupakan hal yang
penting bagi pcrusahaan ditinjau clari perspektif strategi dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap publik. Beberapa kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan tindakan
manajemen lingkungan adalah:
1. Regulator;y demand, tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan muncul sejak 30 tahun
terakhir, sctelah masyarakat meningkatkan tekanannya kepada pemerintah untuk menetapkan
peraturan pemerintah sebagai dampak meluasnya polusi. Sistem pengawasan manajemen
78
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
lingkungan menjacli clasar untuk skor lingkungan, seperti program-program kesehatan clan
keamanan lingkungan. Perusahaan merasa penting menerapkan prinsip-prinsip TQEM ({otal
Quality Enviromnent 1Wodel) secara efektif, misalnya clcngan penggunaan tcknologi pcngontrol
polusi melalui pen&,o-unaan dean technology. Disisi lain, berbagai macam regulasi tentang
lingkungan belum mampu menciptakan 11Jin- win sol11tio11 diantara pihak terkait clalam
menciptakan inovasi clan persaingan sertatingkat produktivitas tinggi terhadap selurnh
pcrusahaan. Porter (1995) mcngindikasikan bahwa clalam pembuatan regulasi lingkungan
hendaknya melibatkan em1iromnentalist, legislatif clan perusahaan sehingga clapat menciptakan
mata rantai ekonomi yaitu environment, procluktivitas sumber daya, inovasi clan persaingan.
2. Cost factors_. aclanya komplain rerhadap produk-produk perusahaan, akan membawa
konsekwensi munculnya biaya pengawasan kualitas yang tinggi karena semua aktivitas yang
terlibat dalam proses procluksi perlu dipersiapkan dengan baik. Hal ini secara langsung akan
berclampak pacla munculnya biaya yang cukup tinggi sepcrti biaya sorting bahan baku, biaya
pengawasan proses pproduksi clan biaya pengetesan. Konsekwensi perusahaan untuk
mengurang1 polusi juga berdampak pacla munculnya berbagai biaya, seperti penyediaan
pengolahan limbah, penggunaan mesin yang clean techno!ogJ dan biaya pencegahan kebersihan.
3. Stakeholder forces. Strategi pendekatan proaktif terhaclap manajemen Jingkungan dibangun
berdasarkan prinsip-prinsip manajemenyakni mengurangi ,vaste dan mengurangi biaya
produksi, demikian juga respon terhaclap permintaan konsumen dan stakeholder. Peruahaan
akan selalu berusaha untuk memuaskan kepentingan stakeholder yang bervariasi dengan
mcncmukan berbagao kebutuhan alrnn manajemen lingkungan yang proaktif.
4. Competitive requirements, semakin berkembangnya pasar global clan munculnya berbagai
kesepakatan perdagangan sangat berpengaruh pada munculnya gerakan standarisasi
manajemen kualitas lingkungan. Persaingan nasional maupun internasional relah menuntut
perusahaan untuk mendapatkan jaminan dibidang kualitas, antara lain seri ISO 9000.
Sedangkan untuk scri ISO 140000 clominan untuk standar internasional dalm system
manajemen lingkungan. Keduanya memiliki perbedaan dalam kriteria clan kebutuhannya,
namun dalam pelaksanaannya saling terkait yakni dengan mengintegrasikan antara sistem
manajemen lingkungan clengan sistem manajemen pemsahaan. Untuk mencapai keunggulan
dalam persaingan (Hartman & Stanford, 1995), dapat dilakukan clengan menerapkan green
alliances yang merupakan partner diantara pelaku bisnis clan kelompok lingkungan untuk
mengintegrasikan antara tanggung jawab lingkungan perusahaan dengan tujuan pasar.
Berbagai dorongan di atas mengkondisikan perusahaan untuk melakukan manajemen
lingkungan secara proaktif berupa sistcm manajemen komprehensif yang rerdiri dari kombinasi
lima pendekatan, yaitu:
79
PEMANAS1\N GLOB:\J� (GLOBAL WAR1'11NG) DAN AKUNTJ\NSl LlNGKUNGJ\N
1. Meminimalkan clan mencegah JJJaste, merupakan perlindungan lingkungan efektif yang
sangat membutuhkan aktivitas pencegahan terhaclap aktiv:itas yang ticlak berguna.
Pencegahan polusi merupakan penggunaan material atau bahan bairn, proses procluksi atau
praktek-praktek yang clapat mengurangi, meminimalkan atau mengeliminasi penyebab
polusi atau sumbre-sumber polusi. Teknologi yang terkait dengan pencegahan polusi clalam
biclang manufaktur meliputi: penggantian bahan baku, modifikasi proses, penggunaan
kembali material, recycling material dalamm proses sclanjutnya <lan dalam proses yang
bcrbeda (reuse). Tuntutan aturan dan cost untuk pengawasan polusi yang semakin
meningkat merupakan factor penggerak bagi pernsahaan untuk menemukan cara-cara yang
efektif dalam mencegah polusi.
2. Manajemen demand side, merupakan pendekatan dalam pencegahan polusi yang asal mulanya
digunakan dalam dunia industri. Konscp ini difokuskan pada pemahaman kcbutuhan dan
preferensi konsumcn dalam penggunaan produk clan didasarkan pada tiga prinsip dasar
yaitu tidak menyisakan produk yang waste, menjual sesuai dengan jumlah kebutuhan
konsumen clan membuat konsumen Jebih efisien dalam menggunakan produk. Hal ini
mengharuskan perusahaan melihat dirinya sendiri dalam cara pandang baru sehingga dapat
menemukan peluang-pcluang bisnis baru.
3. Desain lingkungan, merupakan bagian integral proses pencegahan polusi dalam manejemn
lingkungan proaktif. Perusahaan sering clihadapkan pada ine.fisiensi dalam mendesai produk.
I'vlisalnya produk tidak dapat dirakit kembali, di-1pgrade dan di-reqcle. Design For Enjiron!llental
(DFE) dimaksudkan untuk mengurangi biava reprocessi�� clan mengembalikan produk kc
pasar secara lebih ccpat dan ekonomis.
4. Poduct ste.1verdership, merupakan praktek-praktek yang dilakukan untuk mengurangi resiko
terhaJap lingkungan melalui masalab-masalah dalam desain manufakt:ur, distribusi,
pemakaian atau penjualan produk. Dibeberapa Negara telah muncul peraturan bahwa
perusahaan bertanggung jawab untuk mclakukan reclaim, rerycling dan re-manufacturing pro<luk
mereka. Dengan menggunakan li[e-r)"cle-assasment (LCA) dapat ditentukan cara-cara
perusahaan dalam mengurangi atau mengeliminasi IJ!aste dalam seluruh tahapan, mulai dati
bahan mentah, produksi, distribusi dan penggunaan oleh konsumen (Dias et al, 2004).
Alternatif produk yang memilik.i less pollution dan alternatif material, sumber energi, metode
prosessing yang mengurangi waste menjadi kebutuhan bagi pcrusahaan.
5. Ahmtansi full costing, merupakan konsep cost environmental yang secara langsung akan
berpengaruh terhaclap individu, masyarakat dan lingkungan yang biasanya tidak mendapat
perhatian dati pcrusahaan. Full cost accounting berusaha mengidentifikasi dan
mengkuantifikasi kincrja biaya lingkungan sebuah produk, proses produksi clan sebuah
proyek dengan mempertimbangkan empat macam biaya yaitu: (1) biaya langsung, seperti
80
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
biaya tenaga kerja, hiaya modal dan hiaya bahan mentah (2) biaya tidak langsung, seperti
bia)'a monitoring dan reporting (3) biaya tidak menentu, misalnya biaya perbaikan, dan (4) biaya
yang tidak kclihatan, scpcrti biaya public relation dangood 1JJill.
Penerapan manajemen proaktif memerlukan keterlibatan beberapa pnns1p dasar ke
dalam strategi perusahaan yang antara lain adalah mengembangkan anggaran untuk pembiayaan
lingkungan, menganalisis berbagai dampak isu lingkungan dalam kaitannya dengan permintaan
dimasa depan terhadap produk dan persaingan industri serta mengidentifikasi dan
mengkuantifikasikan pcrtanggung jawaban lingkungan. Meskipun demikian hingga saat ini masih
belum ada kesepakatan final untuk pengukuran kinerja lingkungan clan pelaporan pertanggung
jawaban lingkungan.
2. Konsep Akuntansi Lingl...·ungan (Environment Accounting)
Kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan pemanasan global dan tanggung jawab
lingkungan telah menunjukkan gejala yang terus meningkat. Konsumen mulai
mempertimbangkan dan memilih produk-produk yang menawarkan konsep 4R, red11ce, reuse,
re9·cle dan recovery. :Munculnya /,Teen product, green office and l7lanefactHre, green home atau green kitchen
yang menawarkan konsep hemat energi dan ramah lingkungan mulai menjadi idaman para
konsumen.
Andi Firman (2007) dalam Mangoting (2007) mcnyebutkan, tanggung jawab sosial
adalah suatu konsep yang bem1aterikan tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan
kepada masyarakat luas, khususnya Ji wilayah perusahaan itu beroperasi. Kaya (2008)
menjelaskan bahwa dalam ha! merespon kepedulian perusabaan terhadap perubahan iklim,
perusahaan pemerintah sesuai dcngan sifatnya, lebih banyak mclakukan usaha-usaha
pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan atau services, sedangkan
perusahaan s,1:asta bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas, clan ketika membandingkan
tespon dan tanggungjawab terhadap pengelolaan lingkungan, ternvata perusabaan berskala
besar lebih banyak merespon ketimbang perusahaan berskala kecil.
Pemenuhan tanggung jawab lingk,rngan yang awalnya di<lorong oleh faktor ekstcrnal
seperti tuntutan konsumen, peraturan pemerintah, investor dan dorongan persaingan, mulai
berubah menjadi kesadaran dan kebutuhan internal manajemen, bahkan kemudian berkembang
menjadi salah satu skala prioritas manajemen clalam mengambil keputusao bisnis sehingga
perusahaan terdorong untuk mencari bcrbagai model alternatif solusi dalam pengelolaan
lingkungan. Pergeseran paradigma ini membcrikan inspirasi kepada manajemcn korporasi untuk
mengintegrasikan biaya lingkungan menjadi elemen keunggulan kompetitif. Pandangan
konvensional yang semula menganggap biaya lingkungan sangat mahal dan Japat menghambat
daya saing perusahaan berubah menjaJi faktor penting yang dapat menciptakan keunggulan
81
PEi\lAN;\SAN GLOBAL (GLOBAL WAR!\IING) DAN 1H-�UNT1\NSJ Lll:\GKUNCAN
kompetitif yang bernilai tinggi, berkualitas, unik dan justrn herharga murah melalui penerapan
teknologi yang bersih, hemat energi dan ramah lingkungan. 1\kuntansi lin.gkungan (environ171enf
acco1mting) yang utuh (akuntansi jitif costing bukan hanya enviromnent disclos14re) menjadi semakin
dirasa penting terutama untuk menentukan indikator dalam penilaian kinerja clan kelangsungan
hidup perusahaan atau entitas bisnis yang berhubungan langsung clan cukup rentan terhadap isu
lingkungan sehingga perbitungan aspek resiko (risk) maupun keuntungan (benefit) li.n.gkungan
dapat tersaji <lalam laporan keuangan sebagai bagian dari infonnasi yang berguna bagi para
investor clan kreditor untuk mengambil keputusan bisnis.
i\kutansi lingkungan, seperti akuntansi pada umumnya, merujuk pacla proses pencatatan
clan pelaporan biaya li.n.gkungan sebagai salah satu sumber informasi yang dapat <ligunakan oleh
para pelaku ekonomi sebagai dasar dalam mengamhil keputusan bisnis. Hansen & Mowen
(2002) dalam Susenohaji (2006) menjclaskan bahwa informasi akuntansi tidak hanya berkutat
pada kalkulasi yang tepat atas biaya lingkungan clan pembebanan produk, tetapi juga ditujukan
untuk mendukung kebijakan manajemen dalam melakukan efisiensi biaya produk. Secara lebih
luas Klassen & McLaughin (1996) dalam Susenohaji (2006) juga menyatakan bahwa informasi
akuntansi biaya lingkungan merupakan kunci untuk mengurangi biaya produk akibat proses
produksi yang tidak efisien. Inefisiensi ini discbabkan olch proses pro<luksi yang masih
menyisakan banyak limbah, penggunaan bahan baku yang tidak berguna clan pemborosan energi
dalam setiap tahap proses produksi.
Kuhre (1995) dalam Susenohaji (2006), menjelaskan bahwa sebelum tahun 1991
kebijakan perlakuan biaya lingkungan cenderung berorientasi kepada perbaikan clan konsevasi
(recovery dan conservation) akibat limbah produk. Hal ini sejalan dengan tckanan legal dari lembaga
ben.venang yang menuntut agar limbah perusahaan tidak mencemari lin.gkungan sehingga
perkembangan teknologi lingkungan yang masih tradisional menjadi pendorong tujuan
akuntansi biaya Iingkungan saat itu. Sejak tahun 1992 seiring dengan perubahan kepentingan
manajemen, kebijakan biaya lingk.ungan menjadi lebih bcrsifat pencegahan (prr:vention) Iimbah.
Manajemen korporasi tidak lagi hanya berkutat pada kebijakan yang bersifat instrumental tetapi
lebih kepada kebijakan strategis untuk penciptaan nilai dan komitmen etika lingkungan yang
bersih dan ramah lingkungan. Kodrat (2002) dalam Susenohaji (2006) menjelaskan bahwa
terdapat 6 bentuk pergeseran dalam konsep manajemen lingkungan, yaitu:
1. Dari pengolahan limbah ujung pipa (end of pipe) ke pengolahan limbah di setiap titik
proses sejak awal.
2. Dari peraturan perun<lang-undangan (comvzand & controO kc instrument pasar.
3. Dari yang bersifat wajib (mandatory) ke sukarcla (voluntary)
4. Dari cara penanganan yang bersifat parsial ke penanganan yang lebih sistematik.
82
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
5. Dari pengelolaan yang bersifat sendiri-sendiri kc cara pengelolaan yang bersifat jaring
kerjasama (mtwork)
6. Dari yang bersifat instrumental ke yang lebih fundamental (val#es & ethics).
Perubahan orientasi akuntansi biaya lingkungan diclasarkan pacla konsep ecoeficiency yang
mengharuskan perusahaan memprocluksi barang clan jasa yang lebih berguna clan secara
simultan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang dilakukan secara integratif clan
menyeluruh. Menyeluruh artinya peningkatan nilai produk clan pengurangan limbah <lilakukan
mulai tahap pcmilihan bahan baku, proses procluksi, sampai dengan pasca pro<luk dikonsumsi.
Sedangkan integratif climaksudkan bahwa pengurangan limbah dan polusi harus tetap
berkorelasi positif dengan peningkatan nilai produk. Ecoejicienry telah mengubah orientasi
akuntansi biaya lingkungan yang selama ini cenderung sebagai biaya bagi perusahaan berubah
menjadi informasi startegis untuk meningkatkan keunggulan kompetitif (Hansen & Mowen,
2002 dalam Susenohaji, 2006).
Perubahan tujuan clan perlakuan biaya lingkungan dapat dilak-ukan dengan memetakan
siklus biaya produksi (lije qcle cost) dalam proses produksi. Siklus biaya dimulai sejak perencanaan
desain produk sampai dengan penanganan pro<luk pasca terpakai (post purchase). Informasi
akuntansi biaya tidak lagi ditujukan hanya untuk ketepatan kalkulasi biaya lingkungan untuk
pengolahan limbah dan perbaikan kerusakan lingkungan semata, tetapi lebih kepada identifikasi
informasi terhadap tahap proses produksi yang tidak efisien. Biaya lingkungan berupa biaya
pengolahan limbah <lan biaya konse:rvasi yang selama ini menjadi beban perusahaan, tujuannya
bergescr menjadi biaya pencegahan. Proses pcncegahan tcrsebut dilakukan scjak tahap
perencanaan desain proses produksi, jauh sebelum tahap proses produksi dilakukan (Suscnohaji,
2006).
Total Environmental Quality Model (TEQM)
Tujuan informasi akuntansi biaya lingkungan dapat dianalisis dengan Tota/Environmental
Oualit;, Model (TEQlvl) yang diadopsi dari Tota/ Quality Management (TQM). Tujuan utama TQM
adalah untuk mencapai produksi dengan tingkat kerusakan produk nol (zero d�fect), sedangkan
dalam TEQM diadopsi menjadi tingkat kerusakan lingkungan nol (zero damage). Kerusakan
lingkungan (environmental da17la,_�e) diartikan sebagai turunnya kualitas atau degradasi lingkungan
secara langsung yang disebabkan limbah padat, limbah cair clan gas atau sisa limbah lainnya.
Banyaknya limbah yang dihasilkan merupakan indikator proses produksi yang tidak efisien
(Susenohaji, 2006). Dengan memanfaatkan informasi dalam akuntansi lingkungan, perusahaan
dapat mengidentifikasi titik-titik produksi mana yang mcnjadi penyebab dasar dibasilkannya
limbah yang berdampak pada pemborosan akibat besamya biaya yang hams clikeluarkan
pcrnsahaan untuk mengolah limbah.
83
PEJ\11\NASAN GLOl:lAL (GLOB.'\!. W;\.RJ\lING) DAN AKUNTANSJ LJNGKUNGAN
TEQ.M mengklasifikasikan biaya lingkungan (environmental cost) menjadi 4 katagori yang
menjadi dasar dalam mengbitung clan menyusun laporan biaya lingkungan yang clapat
membantu mcnajcmcn mcmetakan clan mcnilai kcbijakan yang paling cfcktif dalam mcnangani
biaya lingkungan (Hansen & Mowen, 2002). Klasifikasi biaya tersebut aclalah:
1. Biaya pencegahan (prevention cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mencegah dan menghindari proses produksi yang dapat menghasilkan pencemaran
lingkungan. Contohnya biaya inYestasi alat untuk mengontrol polusi clan mengeliminasi
pcnccmaran, biaya investasi teknologi dan research setta pcmilihan bahan baku yang
memungkian dilakukannya re�ycle produk.
2. Biaya deteksi (detection cost), yaim biaya proses produksi yang clikeluarkan untuk memenuhi
kepatuban terhaclap ketentuan atau regulasi yang cliberlakukan oleh pihak bet\venang.
Contohnva biaya untuk memenuhi ketentuan hukum clan ISO 14000 untuk penanganan
limbah.
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost), yaitu biaya yang clikeluarkan untuk memproses
clan mengolah tesiclu produksi yang gaga! dicegab dalam proses procluksi. Residu tersebut
harus diolab sehingga menjadi limbah yang aman clan ramah lingkungan sesuai dengan
standar yang diretapkan sebelum akhimya clibuang ke sungai. Contohnya biaya untuk
mengoperasikan alat yang dapat mengurangi kaclar polusi limbah, biaya untuk memperoleh
fasilitas lisensi pengolahan limbah yang terkontaminasi dan rer:)'cling scrap.
4. Bia ya kegagalan eksternal (extemal failure cost), yaitu biaya yang clikeluarkan karena limbah clan
residu proses produksi clan produk telah merusak lingkungan. Biaya ini aclalah biaya recovery
untuk lingkungan yang tclah rusak akibat pembuangan limbah pabrik. Biaya ini berupa
realized cost, biaya yang harus clibayar kepada masyarakat yang mengetahu.i dan dirugikan
limbah tersebut, clan unrMlized cost, estimasi biaya yang harus ditanggung perusahaan
walaupun masyarakat ticlak secara saclar dirugikan langsung.
Limbah procluk clan polusi lingkungan merupakan indikator masih aclanya inefi.siensi
produk sehingga pengeluaran biaya pacla pos kegagalan internal clan ekstemal (internal and
external fa;/ure cost) menjadi indikator bah\va proses produksi belum efisien. Besarnya biaya
pengolahan limbah ticlak berkolerasi positif clengan nilai clan kualitas produk sehingga biaya
produksi menjacli tinggi akibat mahalnya biaya pengolahan limbah yang mcnyerap biaya ganda
bcrupa biaya investasi mesin, biaya tenaga kerja tetap clan biaya ijin pembuangan sehingga
strategi biaya lingkungan yang semula bertujuan untuk menangani proses kegagalan internal clan
eksternal justru menimbulkan inefisiensi produk. Biaya pencegahan (prevention cost) merupakan
trade off terhaclap biaya kegagalan internal clan kegagalan eksternal. Melalu.i investasi clan
penanganan terhadap biaya pencegahan akan mengurangi rcsiko biaya yang terjadi dalam kedua
pos biaya kegagalan internal clan eksternal tersebut. Biaya lingkungan yang berorientasi kepacla
84
Jurnal Erikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
biaya pencegahan mempunyai banyak keuntungan. Proses produksi menjadi bebas limbab
sebingga tidak memerlukan biaya pasca produksi yang besar dan perusahaan dapat melakukan
cfisiensi serta penghematan biaya. Produk yang dibasilkan juga mempunyai nilai dan kualitas
yang lebih ting.__l?j karena mampu memenuhi ekspektasi konsumen yang semakin sadar
lingkungan sehingga clapat meningkatkan pangsa pasar clan profit bagi pernsahaan.
Strategi pencegahan dalam TEQM pada tingkat perencanaan produk Juga dapat
diterapkan perusahaan melalui konsep 9clic capitalism. Perusahaan scbisa mungkin dapat
mengkonsumsi sendiri limbah produk yang dihasilkan. Limbah yang dimak.sud bukan hanya
resiclu produksi, tetapi juga meliputi procluk bekas pakai perusahaan yang dilakukan clengan cara
mengolahnya kembali (recycle) menjacli procluk baru. Agar terwujucl, sejak awal proses
perencanaan desain produk harus mempertimbangkan seluruh aspek yang memungk.inkan
dilakukannya !)'Cfic capitalism tcrscbut. Pacla tahap proses, pcnggunaan teknologi yang bcrsih dan
hemat clalam desain proses produksi akan mengurangi, bahkan mengeliminasi sekecil mungkin
limbah dalam setiap tahap proses produksi. Efisiensi energi akan menghasilkan efisiensi biaya
yang berarti ikut memperkecil biaya produksi setiap produk yang dihasilkan (Susenohaji, 2006).
Dengan mengintegrasikan paradigma lingkungan ke clalam fonnulasi visi clan strategi kebijakan
perusahaan serta perencanaan produk sejak awal, biaya lingkungan bukan lagi diorientasikan
pada aktivitas perbaikan kerusakan lingkungan namun lebih kepada investasi desain proses
produksi clan model prod uk yang ramah lingkungan.
Beberapa aplikasi kebijakan teknik <lengan pendekatan TEQM sebagai hasil dari
informasi akuntansi biaya lingkungan antara lain adalah:
1. Mengurangi penggunaan raw material atau virgin material. Konsep ini mcrupakan pengurangan
biaya dengan meminimalisasi penggunaan bahan baku baru dalam proses produksi untuk
mengurangi dampak eksploitasi terhaclap lingkungan. Desain proses produksi clan
penggunaan bahan mentab produk diarabkan untuk dapat dilakukan reqcle process yang akan
mcmberikan 2 keuntungan bagi pcrusahaan, yaitu 1) perusahan tidak perlu mengeluarkan
biaya tinggi untuk pengolahan atau pembuangan limbah sebab perusahaan tidak mencemari
lingkungan, 2) untuk bahan baku perusahaan dapat mengolah kembali produk bekas pakai
yang harganya jauh lebib murah.
2. Mcngurangi hazardotfs material. Kebijakan ini memungkinkan pcrusahaan mengeliminir clan
mereduksi seminimal mungkin bahan-bahan produksi yang berpotensi menimbulkan
pencemaran clan merusak lingkungan.
3. Mengurangi kebutuhan energi dalam senap proses produksi. Konsep ini mcmungkinkan
perusahaan melakukan penghematan biaya overhead, terutama untuk proses produksi yang
ticlak memberi nilai tambah.
85
PEJ\L'\NASAN GLOBAL (GLOBAL \X'AR.l\UNG) DAN AKUNTA.NSJ LlNGKUNGAN
4. .Mengurangi pelepasan residu. Konsep ini sangat terkait dengan pemilihan penggunaan
bahan baku produk yang sebisa mungkin didasari pada karakterisrik bahan baku yang
mempunyai residu paling kecil. Residu yang tinggi akan menghasilkan 1Vaste yang justru
menjacli indikator inefisiensi pada proses produksi.
Berbagai riset yang bertujuan untuk mendesain produk yang memungkinkan
dilakukannya proses daur ulang (re91cfp) terus dilakukan sebagai bentuk implementasi terhadap
kebijakan manajemen yang bersifat pcngendalian. Sebagai bentuk pencegahan (prevention) limbah,
pernsahaaan juga melakukan berbagai riset untuk menghasilkan bahan baku yang ramah
lingkungan, mempunyai limbah minim atau bahkan nol (zero defect) dengan mengarahkan
investasi kepada clea!l/ gmn technology sehingga tanggung jawab lingkungan tidak lagi menjadi
beban tetapi justru menjadi kebutuhan bagi produsen untuk menciptakan keunggulan kompetitif
perusahaan (I<:.uhre, 1995 dalam Susenohaji, 2006).
Peranan Environment Accounting Dalam Penciptaan Keunggulan Kompetitif Perusahaan
Biaya lingkungan d.iorientasikan pa<la investasi jauh scbelum proses produksi d.ilakukan
yang diwujudkan dalam bentuk investasi mesin produksi yang ramah lingkungan dan hemat
energi. Banyaknya riset yang dilakukan untuk menemukan bahan baku dan model produk yang
lebih efisien serta dapat didaur ulang memungkinkan produsen menghernat biaya produk yang
cukup besar karena proses produksi mampu menghasilkan scdikit limbah atau bahkan zero
damage. Produk yang bersih, hemat energi, ramah lingkungan dan semakin murah akan menjadi
pemicu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Hal ini sekaligus mernbalik paradigma bahwa
biaya lingkungan sangat besar sehingga peduli terhadap lingkungan d.ianggap dapat menghambat
daya saing produk.
Akuntansi lingkungan menjadi alat informasi yang sangat penting, mclalui pendckatan
analisis sistematis proses sebab akibat ([p!ematic, cause and effect anab'sis) clan aliran material produk
(flow ef material) perusahaan dapat mencleteksi sumber-sumber pemborosan yang terjadi akibat
limbah pada seriap tahap proses produksi. Biaya lingkungan yang besar merupakan inclikator
adanya pemborosan dalam proses produksi yang menunjukkan adanya inefisiensi yang dapat
merugikan perusahaan. Ber<lasarkan informasi dalam akuntansi lingkungan perusahaan mampu
mengukur besamya biaya lingkungan yang relah dikeluarkan, terutama yang berkaitan dengan
pemenuhan ketentuan legal. Pengolahan limbah produksi membutuhkan biaya yang cukup besar
untuk melakukan pembaharuan (recovery) sehingga dapat mengakibatkan naiknya biaya pokok
produk. Biaya lingkungan yang semakin menurun tanpa melanggar ketcntuan hukum lingkungan
menjad.i indikator suksesnya pelaksanaan proses produksi clan produk secara berkelanjutan yang
akan menurunkan biaya lingkungan secara bertahap. Rendahnya biaya lingkungan menjadi
indikator meningkatnya kinerja perusahaan karena rendahnya berbagai biaya lingkungan yang
86
'
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
hams ditanggung. Pembebanan biaya (cost assignment) lingkungan yang terjadi pada setiap produk
dapat lebih akurat sehingga mengurangi biaya produk dan perhitungan harga pokok produk
menjadi lebih realistis. Informasi clalam akuntansi lingkungan dapat mengidentifikasi sumber
sumber pemborosan biaya clan limbah (waste) sehing.._�a sumber pemborosan clan limbah yang
menjadi penyebab inefisiensi dapat dieleminisir dan diperbaiki secara berkelanjutan (crmtinous
improvement) melalui kebijakan-kebijakan perusahaan yang cepat clan efektif sehingga perusahaan
mampu menciptakan dan meningkatkan nilai serta kualitas produk secara berkelanjutan. Melalui
investasi teknologi, bahan bairn yang tak terpakai dapat dieleminasi clan mengurangi konsumsi
energi sehingga clapat dihasilkan produk yang memenuhi standar ecolabe/ yang dapat menjadi
pemicu signifikan dalam memenangkan kompetisi. Biaya produk menjadi murah clan bersih
karena hanya menghasilkan sedikit limbah atau bahkan zero dama/!,e yang akan meningkatkan daya
saing perusahaan (J\nshari, 1997 dalam Susenohaji, 2006).
Environment Accounting Dalam Perspektif Syariah
Menurut konsep ekonomi kapitalisme, fungsi pcrusahaan hanyalah mencari laba.
Berdasarkan pendapat klasik yang bcrkcmbang pa<la a bad kc-19, diwakili oleh i'vWton Friedman
yang bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna, perilaku ekonomi terpisah clan berbeda
bentuk dengan jenis perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya mencari umung yang sebesar
besarnya. Kr.iteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna pertumbuhan. Menurut
pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk mcmenuhi pcrmintaan
pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada pemilik modal (Harahap, 2008,
2003).
Menurnt Belkaoui (1984) dalam Hatahap (2008, 2003, 2001), m�zhab ekonomi Marxis
secara rerus rnenerus mengkritik konsep ckonomi kapitalis ini karena dinilai irasional, memiliki
kontradiksi internal dan mcngeksploitasi manusia. Diluar itu rnuncullah mazhab ckonomi lain
seperti institusionalis, evolutioner/ kultural, kolektif, kuantitaif, sosial eksperimental, administratif,
instrumental, ajfluent economics dan ekonomi radikal yang berbeda dari paradigma kapitalis tadi.
Bahkan terakhir muncu] ekonomi berbasis agama yaitu ekonomi Islam yang memperhatikan
alam bahkan akhirat atas tuntunan syariah. Paradigma ini tentu akan mempengaruhi fungsi
emitas perusahaan clan akhirnya mempengaruhi akutansi clan laporan akuntansinya.
Laporan Akuntansi Sosial Ekonomi (ASE)
Berbeda dari konsep kapitalisme dalam fungsi entitas, perusahaan hanya mencari laba,
dalam akuntansi syariah yang berhasis ekonomi Islam, fungsi komcrsil dan fungsi sosial <lari
suatu entitas tidak dipisahkan. Benar bahwa perusahaan boleh mencari laba namun tidak boleh
merusak tatanan sosial yang diikat oleh aturan syariah. Salah satu jenis laporan untuk
menggambarkan fungsi sosial perusahaan itu adalah lapotan Akuntansi Sosial Ekonomi (ASE)
87
PEi\L'\NASt\N GLOBAi. (GLOBAL WARMING) DAN /\IS:.UNTANSJ LINC KU NGAN
yang idenya datang dari kerangka fikir akuntansi konvensional clan muncul karena
ketidakmampuan konsep akuntansi yang sekarang ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan situasi kehidupan yang aman, berkeadilan serta alam yang lestari (sNistainable) clan
terpelihara. Akuntansi konvensional hanya mencatat yang menyangkut transaksi yang dilakukan
secara timbal balik (t·eciprocal) clan sama sekali tidak memiliki perehatian terhadap externalities atau
transaksi perusahan yang bersifat non reciprocal (Harahap, 2008).
Menurut Kholis (2002) dalam Harahap (2008, 2007a), pelaporan ASE sudah mu]ai
diikuti clan menjadi lazim bag:i beberapa perusahaan besar khususnya negara-negara maju baik
karena kebijakan publik atau secara sukarela maupun karena rekomendasi atau saran-saran clan
kewajiban dar.i regulator (SEC, Bapepam). Di Amerika praktik pelaporan ini sudah dimu]ai sejak
tahun 1970 walaupun masib bersifat sukarela contohnya dapat dilihat dari FAS No.S tentang
pelaporan dampak perusahaan kepacla lingkungan. Kantor akuntan Ernst & Ernst (1971 ), Davis
& R.L.Blomstrom (1971) dan Cumntittee for Economic Developtnent (1971) telah menulis beberapa
hal yang harus dilaporkan adalah lingkungan hidup, energi, SDM dan pendidikan, praktek bisnis
yang jujur, membantu masyarakat lingkungan, kegiatan seni budaya, hubungan dengan
pemegang saham dan bubungan dengan pemerintah. Dalam pdaporan lingkungan hidup
misalnya, yang dilaporkan antara lain adalah temang pengawasan terhadap efek pol usi,
perbaikan pengrusakan alam, konversi alam, keindahan alam, pengurangan suara bising,
penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan limbah, riset dan pengembangan lingkungan,
kerjasama dengan pemerintah dan universitas, pembangunan lokasi rekreasi, dll.
Harahap (2008, 2007a) menjelaskan bahwa konscp pengukuran dan penilaian dalam
ASE mcrupakan hal yang sangat rumit. Dalam ASE harus diukur dampak positif (social benefit)
dan dampak negatif (social cost) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak
positif dan negatif ini bdum dapat dihitung secara pasti, baru dalam tahap formula pengukuran
dengan menggunakan taksiran. Namun demikian sebagai infonnasi yang akan dilaporkan dalam
ASE dapat dibuat dengan berbagai metode pengukuran seperti:
1. Menggunakan penelitian dengan menghitung opportuni(J' cost approach. .Misal, dalam
menghitung soda! cost dari pembuangan limbah, maka dihitung berapa kerugian manusia
dalam hidupnya, berapa berkurang kekayaannya, berapa kerusakan \,111.layahnya, dll yang
diaki.batkan pembuangan limbah. Total kerug:ian itulah yang menjadi total cos/ perusahan
(Belkaoui, 1985)
2. !vienggunakan daftar kuisioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan
ditanyai berapa jumlah kerugian yang dirimbulkan, berapa biaya yang harus dibayar sebagai
kompensasi kerugian yang diderita.
3. :Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang
perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
88
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
4. .l'vlenggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. 1\:lisal, vonis hakim akibat pengaduan
masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat dianggap sebagai dasar perhitungan.
Scperti halnya di dunia, praktik pclaporan ASE di Indonesia masih bersifat sukarela .
.Menurut beberapa hasil penelitian empiris di Indonesia, menunjukkan bahwa perusahaan masih
sangat rendah dalam melakukan pengungkapan aspek sosial (Utomo, 2002), kalaupun ada yang
melakukan pengungkapan ASE adalah pernsahaan besar dan tingkatn)'a rendah sekitar 42,32%
(Henry & .Murtanto, 2001), pcrusahaan dengan profitabilitas tinggi (Harahap & Geace, 2003).
Mctode pengungkapan laporan ini lebil1 ban yak menggunakan ripe naratif kualitatif.
Social Reporting dalam Perspektif Islam
Social repo,tin,f!, dalam perspektif Islam menurut llaniffa (2002) dalam IIarahap (2008)
adalah: menunjukkan akuntabilitas kepada Tuhan clan masyarakat. meningkatkan transparansi
kegiatan bisnis dengan menyajikan informasi yang relevan dengan memperhatikan kebutL1han
spiritual inYestor muslim atau kcpatuhan spiritual investor muslim atau kepatuhan syariah dalam
pengambilan keputusan. Dalam konteks ini maka social reporting Islam harus mampu
mengungkapkan beberapa informasi yang dibutuhkan pembaca laporan sehingga dapat
menjawab segala pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan dan hukum Islam. Haniffa
memberikan prinsip etika dan isi dari social repor/jng Islam sebagai berikut:
Terna Etika Isi Informasi Keuangan &Infestasi Tauhid, Halal, Haram, Ke·wajiban Kegiatan riba, pembagian laba. Kcgiatan
yang bersifat gharar. Pethitungan dan pembavaran :,:akat.
Prociuk Tauhid, Halal, Haram Sifat produk atau jasa. Kegiatan/ proses produksi.
Kepegawaian Tauhid, Adil, Amanah Tingkat upah. Sifat pekerjaan, izin ibadah, libur, cuti , jam kerja. Pendidikan clan latiha.n. Kesemparan yang sama.
Masyarakat Tauhid, Ummat, Amanah, Adil Infaq, scdekah: jumlah clan penerima. Wakaf: jenis dan nilai. Pembiayaan kebajikan: umlah clan penerima.
Lingkungan Taub.id, Khilafah, Keseimbangan, Penggunaan resoris: penjelasan clan jumlah Akhirat, l'tidal Israf yang dipakai. Konservasi lingkungan:
penjelasan dan jumlah. lslam a<lalah sistem nilai yang lengkap, komprehens1f, kafjah, maka sudah sewa1amya
akuntansi Islam juga merniliki sistem laporan akuntansi yang lengkap dan tcrintcgrasi tidak
hanya terbatas memperhatikan entitas bisnis sendiri tetapi juga hams dinilai secara terintepretasi
dengan masyarakat clan alam. 'fransaksi perusahaan dengan masyarakat clan alam harus dicatat,
diukut, dinilai <lan dilaporkan akan pembaca juga mengetahui kinerja sosial dan Jingkungan
entitas tersebut. Islam bukan individualis, tetapi manusia dianggap makhluk sosial bahkan lebih
jauh lagi sistem Islam mcngaitkan antara dunia dan akhirat secara terintegrasi (Harahap, 2008).
Jadi, Environment Accounting merupakan bagian dari pelaporan ASE konvensional maupun Social
Reporting Islam .. ASE muncul akibat lemah dan terbatasnya sistem akuntansi kapitalis yang hanya
89
PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARJ\llNG) D1\N AKUNTANSJ UNGKUNGAN
bersifat reciprocal dan cenderung mengabaikan kepentingan sosial termasuk kepedulian clan
tanggung jawab perusaban terhaclap lingkungan. Hal ini sejalan dengan sistem dan nilai-nilai
yang diterapkan clalam Akuntansi Sosial Ekonomi lslam yang tidak saja mengukur aspek
material tetapi juga aspek non material yang diclasari oleh keparuhan untuk menjalankan syariah
Islam.
4. KESIMPULAN
Global warming adalah salah satu permasalahan dunia yang harus segera ditanggulangi
karena berdampak pacla perubahan kondisi bumi yang dapat mengancam kelangsungan hiclup
manusia clan makhluk bidup lain. Karenanya, masyarakat, baik individu, pemerintah clan
perusahaan dituntut untuk memiliki tanggung jawab sosial clan lingkungan. Perusabaan sebagai
penggerak kemajuan ekonomi memiliki andil yang cukup besar dalam merusak lingkungan.
Menurut panclangan klasik, fungsi perusabaan sebagai entitas ek:onomi clan manusia adalah clua
hal yang berbeda. Perusahaan bertujuan untuk mencari Laba dan tidak perlu bertanggung jawab
pada kepentingan sosial.
Semakin meningkatnya dorongan dari eksternal perusahaan yaitu dari konswnen,
pemerintah clan sistem regulasi maupun persaingan bisnis, paradigma lama yang menganggap
kepedulian perusahaan terhaclap lingkun&ran adalah pemborosan dan dapat menghambat daya
saing perusahaan, tergeser dengan paradigma barn dimana usaha-usaha pelestarian lingkungan
oleb perusahaan justru dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang bernilai tinggi,
bcrkualitas, unik clan berharga murah.
Disinilab peran Environtllenl Accounting menjadi sangat penting untuk mengukur dampak
positif (social henejit) clan dampak negatif (social co.rt) lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan
pernsahaan. Environment accounting merupakan bagian dari laporan .'\SE yang dijustifikasi clari
konsep akuntansi konvensional, dan hagian dari Social Reporting Islam yang lahir dengan merujuk
pada konsep Taub.id. Meskipun masih bersifat ,mcomplete rye/es, harus tetap disikapi secara
positif dengan menclukung perkembangan/ pertumbuhannya untuk menjawab tantangan dan
memenubi kebutuhan manusia di masa yang akan clatang. Wallahu'alam BisshoJJJah.
REFRENSI
Al Qur'an, Terjemahan Indonesia (2004) Tim Disbintalad, Cet.14: PT. Sari Agung,Jakarta.
Andrew, J (2007), "The Carbon DisclosHre prqject: Accottnting information Bg1ond 2007'� Asia Pacific Journal of Environmental Accountabilit)'.
Harabap, Sofyan Syafti (2008), "Kerangka Teori Akuntansi clan Tujuan Akuntansi Syariab", Pustaka Quantum,Jakarta.
90
\
Jurnal Etikonomi Vol. 12 No. 1 April 2013
Harahap, Sofyan Syafri (2007), "Krisis Akuntansi Kapitalis clan Peluang Akuntansi Syariah",Pustaka Quantum, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri (2007a), "Teori Akuntc'lnsi", Ed. Revisi 9: PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri (2003), "Bunga Rampai Akuntansi Syariah", Pustaka Quantum, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri (2001), "Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam", Pustaka Quantum, Jakarta.
Ja'far, Muhammad S. clan Desta Amalia Arifah (2006), "Pengaruh Dorongan Manajernen Lingkungan, Manajemen Llngkungan Proaktif clan Kinerja Lingkungan Terhadap Public Environmental Reporting": Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.
Kaya, Ozan (2008), "Co171panie.r Responses to Clilllate Change: J'he Ca.re efTurke_y'� European Journalof Social Sciences, Vol.7 No. 2, pp. 66- 75.
Mangoring, Yenni (2007), "Biaya TanggungJawab Sosial Sebagai Tax Benefit",Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol.9 No.l, 1ki 2007: 35-42, FE Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Susenohaji (2006), "Transformasi Peran Akuntansi Bia ya Lingkungan Dalam Menciptakan Keunggulan Kompetitif Perusaahaan", Makalah Diskusi Program Pa.sea Sarjana, U niversitas C'nidjah Mada, Y ogyakarta.
"Bumi Makin Kering", Media Indonesia, 17 :Maret 2009, Hal. 17
"Tak Ada Lagi Dusta Soal Air", Republika 18 Maret 2009, Hal.10.
91
top related