pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap kinerja guru...
Post on 03-Feb-2018
264 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
263
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU
SMA YADIKA 3 KARANG TENGAH
Riesminingsih
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhakti Pembangunan Jakarta
Email: r_ites@yahoo.com
Abstract: The research aims to determine the influence of teacher’s competency and
Motivation to the teacher’s performance in Yadika 3 Senior High School.The variables’
research are Competency And Motivation to analyze the influence of Teacher’s
Performance as the samples through questioner by using ordinal scale with saturation
technique for the total amount of Yadika 3 Senior High School’ teachers are 63 people.
Using Multiple Linier Regression analysis to analyze data. The result of statistical
descriptive analysis shows that Competency, Motivation and teacher’s performance in
Yadika 3 Senior High school are High. The result of hypothesis’ test conclude that there
are influence which positive and significant between Competency, Motivation either by
itself and also in common.
Keywords: Competency, Motivation, Teacher’s performance
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi
guru terhadap kinerja guru di SMA Yadika 3. Variabel dalam penelitian ini adalah
Kompetensi Dan Motivasi untuk menganalisis pengaruh kinerja guru sebagai sampel
melalui kuesioner dengan menggunakan skala ordinal dengan teknik saturasi untuk
jumlah total guru di SMA Yadika 3 adalah 63 orang. Menggunakan Beberapa analisis
regresi linier untuk menganalisis data. Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan
bahwa Kompetensi, Motivasi dan kinerja guru di SMA Yadika 3. Hasil uji hipotesis
'menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Kompetensi,
Motivasi baik dengan sendirinya dan juga kesamaan.
Kata kunci: Kompetensi, Motivasi, kinerja Guru
PENDAHULUAN
Untuk menjadi guru yang profesional sesuai dengan Undang – Undang No.14 tahun 2005,
pada pasal 8 ada empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi
kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial. Semua kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan
kegiatan mengajar di sekolah. Guru yang bermutu adalah guru yang profesional dalam
pekerjaannya karena guru yang profesional senantiasa dapat meningkatkan kualitasnya,
oleh karena itu seorang guru harus mampu menguasai kompetensi tersebut sehingga
peserta didik dapat dengan mudah menyerap ilmu yang didapat. Kinerja yang optimal
merupakan harapan semua pihak begitu juga di SMA Yadika 3 Karang Tengah, sekolah
yang berlokasi di kawasan padat penduduk yaitu Ciledug serta salah satu dari 40 sekolah
swasta unggulan se- Indonesia versi Majalah Gatra pada tahun 2009 pada kenyataannya di
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
264
lapangan menunjukkan masih ada beberapa guru yang kinerjanya belum optimal.
Berdasarkan observasi di SMA Yadika 3 Karang Tengah terlihat bahwa kinerja guru
dirasakan masih belum memuaskan. Dalam realitas sehari-hari masih ditemukan adanya
gejala-gejala antara lain: Pertama. Rata – rata nilai UN yang semakin menurun pada
beberapa mata pelajaran selama dua tahun berturut – turut, yaitu pada mata pelajaran
Bahasa Inggris dan Fisika, sementara itu pada pelajaran Bahasa Inggris para siswa SMA
Yadika 3 Karang Tengah selama satu minggu frekuensi belajar lebih banyak dibandingkan
pelajaran lain yaitu tiga kali seminggu masing – masing pertemuan 2 x 45 menit. Kedua.
Tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Ujian Semester beberapa
mata pelajaran. Ketiga. Persentase rata – rata Kehadiran Guru SMA Yadika 3 di bawah
98% dimana dalam peraturan kepegawaian di Yayasan Abdi Karya bahwa rata – rata
kehadiran guru minimal 98% per tahun. Pada penyelenggaraan pendidikan Tingkat Dasar,
Menengah maupun Atas kehadiran guru merupakan faktor yang sangat penting. Salah satu
peranan guru adalah sebagai pengelola kelas. Pengelola kelas dalam hal ini ada dua
macam yaitu pengelolaan fisik atau yang berkenaan dengan pengelolaan benda mati
seperti mendesain kelas dan pengelolaan non fisik yaitu siswa. Tanpa pengelolaan yang
baik tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan optimal. Keempat. Masih banyaknya
guru yang tidak lulus dalam tes kompetensi yang diselenggarakan oleh pihak Yayasan
Abdi Karya setiap tahunnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang dijadikan pokok masalah
dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kinerja guru
SMA Yadika 3 Karang Tengah?; (2) Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja guru
SMA Yadika 3 Karang Tengah?; (3) Apakah kompetensi dan motivasi secara bersama-
sama berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah?
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan yang hendak
dicapai antara lain:1) Untuk mengetahui kuat pengaruh kompetensi terhadap kinerja guru
pada SMA Yadika 3 Karang Tengah, 2) Untuk mengetahui kuat pengaruh motivasi
terhadap kinerja guru pada SMA Yadika 3 Karang Tengah, 3) Untuk mengetahui kuat
pengaruh kompetensi guru dan motivasi secara bersama – sama terhadap kinerja guru pada
SMA Yadika 3 Karang Tengah. Berdasarkan Kerangka di atas maka hubungan ketiganya
dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
M
Hipotesis
Kompetensi ( X1 )
1.Kompetensi
Paedagogik(X1.1)
2.Kompetensi
Profesional(X1.2)3.Kom
petensi Pribadi(X1.3) 4.Kompetensi
Sosial(X1.4)
5.Bidang Pengelolaan Kelas(X1.5)
Motivasi ( X2 ) :
1.Tanggung Jawab(X2.1)
2.Prestasi(X2.2)
3.Pengembangan
diri(X2.3)
4.Kemandirian(X2.4)
5.Harapan(X2.5)
Kinerja( Y )
1.Kualitas (Y1)
2.Kecepatan/
Ketepatan Kerja (Y2)
3.Inisiatif dalam bekerja(Y3)
4.Kemampuan kerja(Y4)
5.Komunikasi(Y5)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
265
Hipotesis. Berdasarkan kerangka Pemikiran di atas maka hipotesis dapat diajukan sebagai
berikut:
H1 : Kompetensi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru
H2 : Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
H3: Kompetensi guru dan motivasi secara bersama – sama berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja guru.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru
Di SMA Yadika 3 Karang Tengah Tahun 2012/2013
Variabel Nilai
Koefisien
standardized
coefficient
t hitung Signifikansi
Konstanta
Kompetensi
Motivasi
6,868 4.205 0,000
0,421 .487 4.430 0,000
0,241 .326 2.962 0,004
R2 0,519 0,000
F Hitung 34,401 0,000
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Uji Koefisien regresi secara bersama – sama (Uji F). Berdasarkan Tabel diatas dapat
dilihat bahwa F hitung sebesar 34,401 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,
α=5%, df1 (Jumlah Variabel 1) atau 3 – 2 = 1 dan df2 ( n-1) atau 63 – 2 – 1 = 60 ( n
adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen ), hasil diperoleh F tabel
sebesar 3,150. F hitung > F tabel (34,401 > 3,150) maka dapat disimpulkan Ho ditolak,
artinya Kompetensi dan Motivasi secara bersama – sama berpengaruh terhadap Kinerja
Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Dengan demikian Ho ditolak dan H3 diterima
Uji Parsial (Uji t). Untuk menguji pengaruh masing – masing variabel bebas secara
sendiri – sendiri terhadap variabel terikat dengan membandingkan t hitung atau t tabel. Uji
Parsial untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 diketahui bahwa Nilai t hitung
variabel Kompetensi adalah 4,430 lebih besar dari t tabel = 1,670 ( 4,430 > 1,670 ) artinya
Kompetensi berpengaruh terhadap Kinerja Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah sehingga
dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima. Nilai t hitung variabel Motivasi adalah
2,962 (2,962 > 1,670) artinya terdapat pengaruh antara Motivasi terhadap Kinerja Guru
SMA Yadika 3 Karang Tengah sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H2
diterima.
Koefisien Determinasi (R2). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai R square (R
2) sebesar
0,519 atau 51,9%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan variabel kompetensi
dan motivasi terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah sebesar 51,9%
sedangkan sisanya 48,1% dipengaruhi dan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini misalnya kepemimpinan, budaya kerja,
kompensasi, kepuasan kerja dan lain-lain.
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
266
Tabel 2. Korelasi dimensi Kompetensi dengan Kinerja Guru
Dimensi
Kinerja (Y)
Kualitas
Kerja
Kecepatan
dan
Ketepatan
kerja
Inisiatif Kemampuan Komunikasi
K.Paedagogik 0,250 0,198 0,128 0,214 0,219
Sig.2-tailed 0,048 0,119 0,317 0,92 0,084
K. Profesional 0,319 0,165 0,426 0,520 0,357
Sig.2-tailed 0,11 0,197 0,54 0,000 0,004
K. Pribadi 0,438 0,361 0,360 0,478 0,590
Sig.2-tailed 0,000 0,004 0,001 0,000 0,000
K. Sosial 0,133 0,191 0,287 0,624 0,348
Sig.2-tailed 0,301 0,134 0,023 0,000 0,005
K. Bidang
kelola Kelas
0,340 0,195 0,313 0,360 0,242
Sig.2-tailed 0,006 0,125 0,012 0,004 0,56
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan Tabel Korelasi Antar Dimensi Kompetensi Dan Kinerja di atas dapat
diketahui bahwa nilai r Dimensi kompetensi sosial dengan kemampuan tertinggi
dibandingkan dimensi lain yaitu sebesar 0,624, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kompetensi sosial berpengaruh kuat terhadap kompetensi para guru di SMA Yadika 3
Karang Tengah. Kompetensi sosial guru diwujudkan dalam hubungannya dengan stake
holder yaitu hubungan sosial dengan siswa, dengan rekan sesama guru, kepala sekolah
serta orang tua siswa. Sekolah merupakan bentuk usaha dibidang jasa, oleh karena itu
pelayanan yang baik menjadi modal utamanya selain itu dengan penguasaan kompetensi
sosial tentu saja akan menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja sehingga menghasilkan
kinerja yang tinggi. Sedangkan nilai r terendah yaitu pada dimensi kompetensi bidang
pengelolaan kelas dengan kemampuan para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah lemah
sebesar 0,360. Masih banyaknya guru yang enggan untuk mendesain kelas sesuai dengan
materi yang di ajarkan sering kali ditemui terutama bagi beberapa guru, sementara itu
mendesain kelas merupakan salah satu bentuk pengelolaan kelas terutama fisik agar
pencapaian pembelajaran optimal karena dengan mendesain kelas para siswa tidak akan
mudah bosan. Selain itu, Masih banyaknya guru yang mengajar dengan menggunakan
metode yang sama untuk materi yang berbeda sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak
maksimal. Dengan menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran justru akan
mengasah kemampuan para guru untuk mengeksplorasi dirinya sehingga siswa mencapai
kompetensi yang di harapkan.
Berdasarkan Tabel Korelasi Antar Dimensi Motivasi Dan Kinerja (tabel 3) dapat
diketahui bahwa dimensi Tanggung jawab dengan kemampuan dan Prestasi dengan
Ketepatan dan Kecepatan kerja memiliki r terkecil dibandingkan dimensi lain, yaitu 0,366
atau 36,6% artinya tanggung jawab memiliki pengaruh yang kecil terhadap motivasi para
guru. Kurangnya kontrol yang ketat dari pimpinan menyebabkan para guru menganggap
tanggung jawab tidak mendorong mereka untuk bekerja lebih baik.
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
267
Tabel 3. Korelasi dimensi Motivasi dengan Kinerja
Dimensi
Kinerja ( Y )
Kualitas
Kerja
Kecepatan
dan
Ketepatan
kerja
Inisiatif Kemampuan Komunikasi
Tanggung
jawab 0,280 0,318 0,387 0,366 0,474
Sig.2-tailed 0,26 0,11 0,002 0,003 0,000
Prestasi 0,238 0,366 0,517 0,501 0,380
Sig.2-tailed 0,60 0,003 0,000 0,000 0,002
Pengembangan
diri 0,259 0,394 0,254 0,464 0,367
Sig.2-tailed 0,40 0,001 0,045 0,000 0,003
Mandiri 0,294 0,210
-
0,033 -0,023 0,163
Sig.2-tailed 0,19 0,98 0,800 0,858 0,230
Harapan 0,462 0,552 0,099 0,337 0,321
Sig.2-tailed 0,000 0,000 0,439 0,007 0,010
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2013)
Hal ini disebabkan kurangnya penghargaan dari pimpinan atau pihak yayasan terhadap
guru yang berprestasi misalnya pemberian reward kepada guru yang berprestasi sehingga
kemampuan yang telah di capai kurang berpengaruh terhadap kinerjanya. Begitu juga
dengan Prestasi guru SMA Yadika 3 Karang Tengah tidak berpengaruh terhadap
Motivasinya. Uji Kompetensi guru yang dilaksanakan oleh pihak yayasan misalnya, bagi
para guru yang tidak lulus dan para guru yang lulus tidak berpengaruh terhadap karier
mereka, sehingga guru-guru cenderung menganggap sebagai hal yang biasa. Berbeda jika
Yayasan memberlakukan Reward, dengan memberikan penghargaan bagi guru yang lulus
uji kompetensi akan menjadi daya dorong para guru meningkatkan Pengetahuannya baik
keguruan maupun keilmuan. Sementara itu, bagi para guru yang tidak lulus diberikan
teguran agar mereka tidak tetap jalan ditempat atau berusaha memperbaikinya. Meskipun
begitu, Harapan dengan Ketepatan/kecepatan kerja memiliki r terbesar dibandingkan
dimensi lain yaitu sebesar 0,552 atau 55,2%. Di Yayasan Abdi Karya ada 3 status guru
yaitu GTY singkatan dari Guru Tetap Yayasan, DPK singkatan dari Diperbantukan atau
guru berstatus Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan di sekolah swasta dan GTT
singkatan dari Guru Tidak Tetap. Dengan adanya status Guru Tetap Yayasan setidaknya
para guru memiliki harapan untuk dapat diikut sertakan dalam sertifikasi. Sistem
kompensasi struktural menjadikan Guru Tetap Yayasan menjadi idaman bagi para guru
honor atau Guru Tidak Tetap. Meskipun tidak ada kriteria yang jelas bagi pengangkatan
guru tetap yayasan namun harapan tersebut menjadi sumber motivasi bagi para guru. Di
samping itu, adanya harapan tersebut mampu meningkatkan kecepatan/ketepatan kerja
guru sehingga kinerja menjadi bertambah baik.
Pembahasan. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja. Berdasarkan Tabel 1 dapat
diketahui bahwa secara parsial kompetensi memiliki pengaruh secara positif dan
signifikan dimana variabel kemampuan 0,00 < 0,05 menunjukkan bahwa peningkatan dan
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
268
penurunan kemampuan akan berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Variabel
Kompetensi memiliki hubungan kuat dengan Variabel Kinerja yaitu sebesar 0,624 dengan
dimensi tertinggi Kompetensi Sosial dengan Kemampuan. Artinya, Kompetensi Sosial
para guru SMA Yadika 3 Karang Tengah menjadi kebutuhan tertinggi yang berpengaruh
kuat terhadap Kompetensinya. Oleh karena itu, Hubungan sosial yang baik dengan seluruh
komponen sekolah hendaknya tetap dijaga begitu juga dengan kemampuan kerja memiliki
berpengaruh kuat terhadap kinerja para Guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Semakin
tinggi kemampuan kerja para guru maka akan menghasilkan kinerja yang terbaik
sementara itu, Kompetensi bidang pengelolaan kelas harus di tingkatkan karena memiliki
pengaruh yang sangat kecil terhadap kompetensinya sehingga dapat meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar. Melalui kompetensi bidang pengelolaan kelas para guru
secara tidak langsung mengasah seni mengajar mereka agar siswa tidak bosan sehingga
kemampuan para guru semakin bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
kinerjanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kingkin,S
(2012) yang berjudul Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Profesi terhadap
Kinerja. Populasi penelitian seluruh guru SMP Negeri di Kecamatan
Kutowinangun,berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat pengaruh
Motivasi berprestasi dan kompetensi profesi secara parsial terhadap kinerja.
Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja. Dari Tabel 1 dapat di ketahui bahwa secara
parsial motivasi memberikan pengaruh secara positif dan signifikan akan tetapi memiliki
hubungan yang lemah/rendah terhadap kinerja artinya motivasi yang diberikan oleh
Sekolah maupun Yayasan hanya sedikit pengaruhnya terhadap kinerja para guru. Dimensi
tertinggi yaitu pada harapan dengan ketepatan/kecepatan kerja; adanya harapan atas
pekerjaan menjadi motivasi tertinggi dalam bekerja bagi para guru di SMA Yadika 3
Karang Tengah, oleh karena itu pimpinan sekolah dan pihak yayasan hendaknya
mempertahankannya meskipun prestasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerjanya
namun harapan bisa di jadikan motivasi para guru untuk meningkatkan
ketepatan/kecepatan bekerja. Disamping itu, tanggung jawab juga tidak berpengaruh
terhadap motivasi kerja para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah padahal tanggung
jawab akan pekerjaan merupakan bagian dari profesionalisme. Peraturan dan sikap
pimpinan yang tidak tegas membuat beberapa guru mengabaikan tanggung jawabnya
misalnya kedisiplinan dalam pembuatan perangkat pengajaran serta tugas – tugas lain
sangat kurang. Keterlambatan sering kali di ampuni dan berulang – ulang di lakukan tanpa
ada tindakan tegas sehingga menghambat pekerjaan yang lain. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jhon Pieter (2010) kajiannya mengenai
Analisis pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap kinerja jabatan fungsional
perencana pada biro Perencanaan dan keuangan LIPI bahwa terdapat pengaruh positif
antara motivasi terhadap kinerja dan variabel kinerja dipengaruhi kuat oleh motivasi kerja
dan kemampuan kerja.
Pengaruh Kompetensi dan Motivasi secara simultan terhadap Kinerja. Pada Tabel 1
diketahui bahwa pengujian hipotesis menggunakan uji F membuktikan bahwa kompetensi
dan motivasi secara bersama–sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kinerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2010) yang
berjudul Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 87
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
269
Jakarta. Kompetensi dan motivasi para guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah cukup
tinggi kinerjanya. Hal ini terbukti dari persentase sebesar 51,9% bahwa secara bersama –
sama kompetensi dan motivasi mempengaruhi kinerja guru dan sisanya sebesar 48,1%
kinerja guru di pengaruhi oleh sebab–sebab lain diluar model.Oleh karena itu, Kepala
sekolah sebagai pimpinan hendaknya terus menjaga kondisi ini sehingga kinerja sekolah
akan meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa di
bidang akademik, bertambah siswa – siswi SMP yang masuk ke SMA Yadika Karang
Tengah sehingga akan berpengaruh pada bertambahnya jam mengajar para guru di SMA
Yadika 3 dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka.
Kesimpulan Variabel Kompetensi: Variabel yang sangat kuat dalam mempengaruhi
kinerja guru di SMA Yadika 3 adalah kompetensi pada dimensi Kompetensi Sosial dengan
Kemampuannya sedangkan dimensi yang tidak berpengaruh/lemah adalah kompetensi
bidang pengelolaan kelas dengan kemampuannya.
Kesimpulan Variabel Motivasi: Variabel yang sangat kuat dalam mempengaruhi
kinerja guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah adalah harapan denga ketepatan/kecepatan
kerja dan dimensi yang tidak berpengaruh/lemah adalah prestasi dan tanggung jawab guru
dengan ketepatan/kecepatan kerja dan inisiatif kerja.
PENUTUP
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa: Pertama. Kompetensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja guru
SMA Yadika 3 Karang Tengah, terutama pada dimensi kompetensi sosial dengan
kemampuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang di miliki oleh
para guru maka akan semakin tinggi kinerja para guru. Nilai standardized coefficient
sebesar 0,487 menandakan pengaruh yang kuat kompetensi terhadap kinerja guru di SMA
Yadika 3 Karang Tengah sehingga ada faktor – faktor lainnya yang dapat dijadikan
prediksi untuk meningkatkan kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah. Kedua.
Motivasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang
Tengah, terutama pada dimensi Harapan atas pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik motivasi yang dilakukan oleh pihak sekolah/Yayasan maka semakin tinggi
kinerja guru. Nilai standardized coefficient sebesar 0,326 menandakan pengaruh yang
kurang kuat motivasi terhadap kinerja guru di SMA Yadika 3 Karang Tengah, sehingga
ada faktor–faktor lainnya dapat dijadikan prediksi untuk meningkatkan kinerja guru di
SMA Yadika 3 Karang Tengah. Ketiga. Kompetensi dan Motivasi secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMA Yadika 3 Karang Tengah.
Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien korelasi (R) dan Koefisien determinasi (R
square) yang di dapat adalah positif dan hasil uji F dimana F hitung lebih besar dari F
tabel serta nilai signifikansinya lebih kecil dari yang ditetapkan (0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi guru dan Motivasi yang diberikan pihak
sekolah/Yayasan maka semakin tinggi kinerja guru. Nilai adjusted square R sebesar 0,519
menunjukkan besarnya pengaruh kompetensi dan dan motivasi terhadap kinerja guru
adalah 51,9% dan sisanya sebesar 48,1% dipengaruhi oleh faktor– faktor lain. Keempat.
Berdasarkan analisis matrik korelasi antar dimensi pada variabel kompetensi dengan
variabel kinerja guru, hubungan terkuat pada dimensi kompetensi sosial dengan dimensi
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
270
kemampuan sebesar 0,624. Kelima. Pada variabel Motivasi dengan variabel kinerja guru,
hubungan terkuat pada dimensi harapan dengan dimensi ketepatan/kecepatan kerja sebesar
0,559.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. (2004). Badan Akreditasi Sekolah Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Pendidikan, Balitbang-Depdiknas
--------------, (2004). Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan,
Balitbang-Depdiknas.
--------------, (2005). Undang – Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Bandung: Penerbit Fokus Media
Kingkin, S., (2012). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kompetensi Profesi Terhadap
Kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Tesis.
Universitas Negeri Jenderal Soedirman.
Pieter, Jhon. (2010). Analisis Pengaruh motivasi dan Kemampuan Kerja terhadap Kinerja
Jabatan Fungsional Perencana pada Biro Perencanaan dan Keuangan LIPI. Tesis.
Universitas Mercu buana.
Sedarmayanti. (2009). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Bandung: CV. Mandar
Maju.
Uno, Hamzah. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyudi, Imam (2012). Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
Publisher.
Winarti. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Guru di SMA
Negeri 87 Jakarta. Tesis. Universitas Mercu Buana.
Amstrong, Gery dan Kotler, Philip, 2004. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke Sembilan,
Jilid 2. Jakarta: Penerbit PT. Indeks.
Assauri, Sofjan, (2004). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada.
Ghozali, Imam, (2005). Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hawkins D., Mothersbough, dan Best (2007). Consumer Behaviour: Building Marketing
Strategi. 10th Edition. MC. Grow Hil irvin.
Husein, Umar, (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jonathan, Sarwono (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jagdish N, Sheth dan Mittal, Banawi (2004). Customer Behaviour. Managerial
Perspective. Second Edition. Singapore: Thomson.
Kotler, Philip (2001). Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi dan
control, jilid 1. Jakarta: Penerbit Prenhalindo.
Kotler, Philip (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Kencana Prananda
Media.
Ma’aruf, Hendri, (2005). Pemasaran Rite. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Riesminingsih 263 - 271 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
271
Mowen, C, John dan Michael, Minor (2001). Prilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Mangkunegara, Anwar (2005). Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Bandung: Refika
Aditama.
Nugroho J., Setiadi (2003). Prilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Bisnis Pemasaran. Jakarta: Pranada Media.
Olson J., C., dan Peterr, J., P., (2000). Consumer Behaviour. Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Jakarta: penerbit Erlangga.
Rangkuti, F., (2003). Riset Pemasaran. PT. gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rambat, Lumpiyoadi (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi I. Jakarta: Penerbit PT.
Salemba Empat.
Swasta, Basu (2002). Asas-asas Marketing. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Swasta, Basu, dan Irwan (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit
Liberty.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
272
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU SMK BUDI MULIA TANGERANG
Nachrowi Iman Santoso
Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Email: nr.imansantoso@yahoo.co.id,
Abstract: This research is conducted to analyze andreveal the influence of Principal
Leadership and work motivation on the Performance of teachers in SMK Budi Mulia
Tangerang. Principal's leadership role in the process of moving, influencing and
guiding others in order to achieve organizational goals is the role to be performed as
well as the leadership of the principal motivation influences from within and outside
motivation. Research methodology used was a survey method is descriptive analytic.
Techniques used in the determination of the sample is saturated sampling (census) in
which all members of the population sampled. The results of the study showed the
influence of the principal's leadership and work motivation on the performance of
teachers in vocational high school Budi Mulia Tangerang. The influence of principal
leadership effects on teacher performance, especially on intellectual development
dimension to the dimensions of work ability and initiative, inspiring dimensions to the
dimensions of the initiative, the influence of ideal dimensions to the dimensions of
work ability and discipline, each has a strong-enough relationship while on work
motivation has a strong relationship, particularly on the dimensions of the inside of the
dimensions of initiative..
Keywords: principalleadership, work motivation, teacherperformance.
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan motivasi kerja terhadap Kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang.
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam proses bergerak, mempengaruhi dan
membimbing orang lain untuk mencapai tujuan organisasi adalah peran yang akan
dilakukan serta kepemimpinan pengaruh motivasi utama dari dalam dan luar motivasi.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode survei deskriptif analitik. Teknik
yang digunakan dalam penentuan sampel adalah sampel jenuh (sensus) di mana semua
anggota populasi sampel. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kepala sekolah
kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah menengah kejuruan
Budi Mulia Tangerang. Pengaruh efek kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru, terutama pada dimensi perkembangan intelektual dengan dimensi kemampuan
kerja dan inisiatif, dimensi inspirasi untuk dimensi inisiatif, pengaruh dimensi yang
ideal untuk dimensi kemampuan kerja dan disiplin, masing-masing memiliki kuat-
hubungan yang cukup saat motivasi kerja memiliki hubungan yang kuat, terutama pada
dimensi bagian dalam dimensi inisiatif.
Kata kunci: principalleadership, motivasi kerja, teacherperformance.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
273
PENDAHULUAN
Keberhasilan prestasi sekolah ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru .kepemimpinan kepala
sekolah adalah sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang atau
sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau
sasaran dalam situasi tertentu. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan
sekolah.Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dari inovator di sekolah. Oleh
sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah akan mempengaruhi bagi keberhasilan
sekolah. Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk memberdayakan seluruh
sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan sekolah.Khusus berkaitan dengan
guru kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja guru,
melalui pemberdayaan sumber daya manusia (guru).Disamping itu kepemimpinan kepala
sekolah juga harus mampu memberikan motivasi kerja bagi peningkatan kinerja guru dan
hasil belajar siswa. Kepala sekolah memiliki peran yang begitu penting bagi peningkatan
kinerja seorang guru, beberapa dimensi yang dapat mempengaruhi berupa pengaruh ideal
yaitu gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi kerja bawahan, inspirasi yaitu gaya
kepemimpinan memberikan panutan bagi bawahan untuk meraih prestasi, pengembangan
intelektual yaitu gaya kepemimpinan memberikan rangsangan kepada bawahan untuk
terus meningkatkan dan perhatian pribadi yaitu gaya kepemimpinan mempu memberikan
lingkungan yang kondusif. Seorang guru yang profesioal akan mampu mengajar berangkat
dari niat awal sebagai guru dan niat tulus yang telah direncanakan dan bukan karena
kebetulan. Begitu penting motivasi dari dalam diri yang dapat mampu mengobarkan
semangat diri untuk pencapaian tujuan, tumbuh sebagai nilai kesadaran diri disamping
terdapat motivasi dari luar. Fenomena inilah yang menjadi bahan penelitian karya akhir
peneliti di SMK Budi Mulia Tangerang.
Kemerosotan prestasi sekolah yang dialami oleh SMK Budi mulia diduga kurang
profesionalnya kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah yang
ada .ini dapat dilihat pada Sie Kurikulum SMK Budi Mulia 2013 tersebut masih tumpang
tindih dalam pemberian wewenang dan tanggung jawab, wakil kepala sekolah yang masih
menjabat sebagai wali kelas dengan beban jam yang banyak yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap tugas utama wakil kepala sekolah dalam menyikapi kemajuan
sekolah.
Rendahnya kehadiran guru pada jam mengajar mengakibatkan rendahnya prestasi
peserta didik akibat sering ditinggalkan dan penyampaian materi pembelajaran tidak
optimal. Begitupun dengan tingkat disiplin guru dan karyawan yang masih rendah yang
ditandai dengan keterlambatan hadir dalam sekolah, hal ini menunjukkan tidak
profesionalnya tingkat kinerja guru dan karyawan, yang akan menghambat birokrasi
administrasi guru dan proses kegiatan beajar mengajar.
Pergantian jabatan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah mulai dari periode awal
berdiri sekolah hingga sekarang terlihat bahwa kepala sekolah tidak mengalami perubahan
pergantian begitu pun dengan wakil kepala sekolah, dan ini menunjukkan tidak ada
peningkatan jabatan kearah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sama artinya
kesempatan berkarir bagi guru – guru untuk mencapai puncak jabatan sebagai wakil
kepala sekolah dan kepala sekolah tidak memiliki peluang. Pada dasarnya guru memiliki
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
274
harapan kedepan dengan berbagai aspirasi yang ada salah satunya adanya kenikan karir
dalam kinerja. Kurang optimalnya kinerja guru dan rendahnya motivasi guru baik dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Dari pengamatan penulis bahwa ada indikasi kinerja guru dipengaruhi oleh faktor
intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi antara lain kemampuan atau
kompetensi dan motivasi guru dalam menjalankan profesinya, sedangkan faktor ekstern
antara lain berupa kepemimpinan kepala sekolah sebagai Kejuruan, lingkungan, alat dan
lain sebagainya. Dari latar belakang masalah di Kejuruan dapat dideteksi bahwa mutu
pendidikan kita rendah.Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan kita adalah
rendahnya profesionalisme guru yang berdampak pada kinerja.
Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya terdapat motivasi
yang tinggi. Pegawai/guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan
melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik, karena ada motif-motif atau
tujuan tertentu yang melatar belakangi tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor
pendorong yang memberi kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan rela bekerja keras
Ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja/prestasi
kerja. Artinya pimpinan, manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi akan mencapai kinerja yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah
disebabkan karena motivasi kerjanya rendah. Disini Kepala Sekolah dituntut untuk
mampu memerankan tugasnya.Kepemimpinan kepala sekolah disamping harus mampu
mengelola sumber daya yang ada juga sebagai motivator bagi kepatuhan diri dan disiplin
kerja para guru. Walaupun disiplin ini hanya merupakan salah satu bagian dari ciri kinerja
guru dan berkaitan dengan prosentasi kehadiran, ketidakpatuhan pada aturan, menurunnya
produktivitas kerja dan apatis, tetapi ternyata hal ini membawa dampak yang sangat besar
terutama pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan keberadaan guru secara
dominan dalam proses pembelajaran. Pada tahap inilah kepemimpinan kepala sekolah
dituntut untuk mampu memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut untuk mampu
menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climate-maker) sehingga dapat
mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu memberikan dorongan agar semua
komponen yang ada di sekolah bersatu mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Bertitik tolak pada realita yang ada di atas maka masalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru perlu dibuktikan dengan mengadakan penelitian. Oleh karena
itu, penulis membuat judul penelitian “ Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Budi Mulia Tangerang“.
Penelitian ini ingin mengetahui seberapa kuat variable kepemimpinan kepala sekolah dan
motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Dengan diketahuinya seberapa kuat
pengaruh variable-variabel bebas terhadap variable terikat diharapkan akan dapat
diidentifikasikan tindakan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah dalam
kaitannya dengan peningkatan kinerja guru SMK Budi Mulia Tangerang.
Berdasarkan latar belakang permasalah yang telah diuraikan diatas, dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Apakah terdapat
pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia Ciledug Tangerang?; (2)
Apakah terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia Ciledug
tangerang?; (3) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja
guru SMK Budi Mulia Ciledug Tangerang?; (4) Maksud dan tujuan riset adalah untuk
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
275
memperoleh bukti empiris mengenai ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari
variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap variable kinerja
guru.pada sekolah menengah kejuruan Budi Mulia Tangereng.
Variabel Kepemimpinan (X1). Konsep teoritas variable kepemiminan yang digunakan
dalam korelasi dimensi antar variable tersebut diatas adalah menggunakan teoritas
menurut Bass et al. Diamana hakikat kepemimpinan kepala sekolah adalah proses
menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai
tujuan organisasi Gaya kepemimpinan tranformasional adalah kepemimpinan yang
didasarkan pada prinsip pengembangan bawahan (follower development). Kepemimpinan
dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada
hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Menurut Bass et al. ( 2003 )
mengemukakan bahwa Gaya kepemimpinan dalam penelitian didefinisikan sebagai
kepemimpinan transformasional, yang merupakan variabel independen, yang dibentuk dari
empat dimensi yaitu: (1) pengaruh ideal (gayakepemimpinan mempengaruhi motivasi
kerja bawahan); (2) Inspirasi (gaya kepemimpinan memberikan panutan bagi bawahan
untuk meraih prestasi); (3) Pengembangan intelektual (gaya kepemimpinan memberikan
rangsangan kepada bawahan untuk terus meningkatkan kemampuan diri); (4) perhatian
pribadi (gaya kepemimpinan mempu memberikan lingkungan yang kondusif).
Variabel Motivasi Kerja (X2). Konsep teoritas variable Motivasi yang digunakan dalam
tabel korelasi dimensi antar variable tersebut diatas adalah menggunakan teoritas menurut
Menurut Frederich Herzberg (Sondang, 2002 : 107)., ada dua jenis faktor yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari
ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor
motivator (faktor intrinsik). Berdasarkan uraian tersebut Herzberg menyimpulakan ada
dua dimensi dalam motivasi yaitu: Pertama. Dimensi dari dalam atau faktor intrinsik
yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, factor meliputi (1)
Pencapaian prestasi, (2) Pengakuan, (3) Tanggung Jawab, (4) Kemajuan, (5) Pekerjaan
itu sendiri, (6) Kemungkinan berkembang. Kedua. Dimensi dari luar atau dimensi
ektrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi
tempatnya bekerja. Faktor - faktor ekstrinsik ( konteks pekerjaan ) meliputi : (1) Upah,
(2) Kondisi kerja, (3) Keamanan kerja, (4) Status, (5) Prosedur perusahaan, (6) Mutu
penyeliaan, (7) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan
bawahan
Variabel Kinerja Guru (Y). Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011), kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan oleh atasan kepadanya. Kinerja diukur dari dimensi kecakapan kerja malaui
indikator: kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, Kreativitas, inisiatif, hubungan kerja dan
prestasi kerja. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dibuat
kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang menggambarkan pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia
Tangerang. Dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
276
Gamabar 1. Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Dari kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan bahwa: (1) Kepemimpinan Kepala Sekolah
berpengaruh terhadap proses pelaksanaan tugas guru yang pada akhirnya berimplikasi
pada kinerja guru.; (2) Motivasi kerja guru memberikan pengaruh pada pelaksanaan tugas
guru yang berimplikasi pada kinerja guru.
Hipotesisi. Dengan berdasarkan pada identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru ( Y)
2. Terdapat pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru ( Y)
3. Terdapat pengaruh secara simultan dan bersama-sama antara kepemimpinan kepala
sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru ( Y)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis 1 dan 2 ( Uji t – parsial ). Uji – t parsial digunakan untuk menguji
apakah sebuah variabel bebas benar memberikan pengaruh terhadap variabel terikat.
Dalam pengujian ini ingin diketahui apakah jika secara terpisah variabel kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi kerja memberikan pengaruh secara signifikan terhadap
variabel kinerja guru. Mengacu pada tabel hasil hitungan SPSS, didapat nilai t– hitung
variabel kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1). Variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1)
memiliki nlai t-hitung > t-tabel (4,263 > 2,012 ) dan nilai Sig t-hitung (0,00 < 0,05).
Secara statistik berarti Ho ditolak dan H1 diterima, artinya variabel kepemimpinan
kepala sekolah (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru (Y) di SMK
Budi Mulia Tangerang.
Kepemimpinan Kepala Sekolah ( X1 )
1. Pengaruh Ideal
2. Inspirasi
3. Pengembangan Intelektual
4. Perhatian Pribadi
Motivasi Kerja Guru ( X2 )
1. Motivasi Dari Dalam
2. Motivasi Dari Luar
Kinerja Guru ( Y )
1. Kemampuan Kerja
2. Kerajinan
3. Disiplin
4. Kreativitas
5. Inisiatif
6. Hubungan Kerja
7. Prestasi Kerja
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
277
2. Motivasi Kerja Guru (X2). Variabel motivasi kerja (X2) memiliki nilai t-hitung (5,851)
> t-tabel (2,012) dan nilai Sig t-hitung (0,00 < 0,05). Secara statistik berarti Ho ditolak
dan H2 diterima artina variabel motivasi kerja guru (X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang.
Pengujian Hipotesis 3 ( Uji F–Simultan)
Tabel 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F )
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1082.776 2 541.388 57.046 .000a
Residual 531.462 56 9.490
Total 1614.237 58
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI KERJA, KEP. KEP SEK
b. Dependent Variable: KINERJA GURU
Sumber: data diolah
Uji statistik F merupakan uji simultan atau bersama-sama yang bertujuan untuk menguji
apakah antara variable kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja memberikan
pengaruh terhadap variable kinerja guru atau benar-benar memiliki hubungan linier (linear
relation). Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa nilai F-hitung sebesar 57,046 dengn nilai
signifikan 0,000. Nilai F-tabel dengan derajat bebas pembilang sebesar 2 dan derajat bebas
penyebut 56 pada α = 0,05 didapat F-tabel = 3,1619. Karena nilai signifikan 0,000 < 0,05
dan nilai F-Hitung > F-tabel, secara statistic berarti Ho ditolak dan H3 diterima. Artinya
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja pada SMK Budi Mulia secara simultan
atau bersama-sama memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja guru.
Koefesien Determinasi (R2). Koefesien determinasi (R2) adalah besarnya nilai pengaruh
seluruh variable bebas terhadap variable terikat dengan kisaran nilai koefesien antara 0 – 1
. Dengan kata lain semakin nilai R Squere mendekati 1, maka semakin baik model regresi
yang terbentuk untuk menjelaskan permasalahan.
Tabel 2. Koefisien Determinan
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error Of The
Estimate
1 .819a .671 .659 3.081
a. Predictors: (Constant), MOTIVASI KERJA, KEP. KEP SEK
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai R squere sebesar 0,671. Hal ini dapat
dinyatakan bahwa sumbangan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru sebesar 67,1%.
Sedangkan sisanya 32,9 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
278
Analisa Dimensi. Untuk mengetahui hubungan antar dimensi variabel bebas dan variabel
terikat diperlukan matrik korelasi dimensi antar variabel bebas dan variabel terikat.
Melalui tabel antar dimensi ini akan dapat dilihat dan dianalisa pengaruh variabel bebas
melalui dimensi terhadap variable terikat pada dimensinya, sehingga dapat digunakan
dalam peningkatan dan pengembangan kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang.
Adapun hubungan antar dimensi tersebut dapat di lihat pada tabel sebagai berikut.
Interpretasi dari tabel korelasi dimensi antar variabel. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa hubungan dimensi pengaruh ideal ( KK1 terhadap dimensi kemampuan kerja
(Y1) memiliki pengaruh positif dan signifikan artinya bahwa peranan kepala sekolah
dalam memberikan kepercayaan, keyakinan pada guru untuk selalu optimis dan berkarya
serta mengelolah sumber daya disekolah secara professional akan berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan kerja dalam memahami dan menguasai materi yang diajarkan
dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan pengajaran (RPP).
Hubungan dimensi pengaruh ideal (KK1) terhadap dimensi disiplin (Y3) Hubungan ini
memiliki pengaruh positif dan signifikan artinya bahwa peranan kepala sekolah dalam
menjaga nilai kebersamaan untuk mencapai visi dan misi dan mampu mengelolah sumber
daya disekolah secara professional akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru
terutama pada peningkatan disiplin kehadiran, berpakaian dan kebersihan serta kerapian.
Pada variabel kepemimpinan kepala sekolah melalui dimensi inspirasi (KK2) juga
berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja guru yakni pada dimensi inisiatif (Y5),
artinya bahwa guru akan selalu memberikan hasil belajar kepada peserta didik baik
melalui lisan, tulisan maupun internet dan meningkatkan inisiatif guru dalam menilai
kemampuan dan sikap siswa/i dalam pembelajaran demi keberhasilan siswanya manakala
kepala sekolah mampu memberikan kenyamanan bekerja guru, memiliki tingkat
kreativitas yang tinggi, mendorong kemandirian guru dalam bekerja dan menumbuhkan
nilai kekeluargaan .
Variabel kepemimpinan kepala sekolah pada dimensi pengembangan intelektual
(KK3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1), dan
dimensi inisiatif (Y5). Artinya bahwa pentingnya kepala sekolah memberikan motivasi
terhadap bawahan, memberikan perhatian dari hasil kerja guru, mendukung sepenuhnya
bagi guru yang akan mengembangkan potensi diri dan menyediakan fasilitas yang
diperlukan oleh guru untuk mengembangkan bidang studi pelajarannya maka akan
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan kerja guru dalam memahami dan
menguasai materi yang diajarkan dengan berpedoman pada rencana pembelajaran,
menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, serta mampu
meningkatkan inisiatif guru dalam memberikan hasil evaluasi belajar baik melalui lisan,
tulisan maupun internet serta dalam menilai kemampuan dan sikap siswa dalam
pembelajaran demi keberhasilan siswanya.
Dimensi motivasi dari dalam (In.M) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dimensi kemampuan kerja (Y1), artinya bahwa bilamana guru melaksanakan pekerjaan
dengan baik dan benar dan bertanggung jawab atas keberhasilan siswanya maka dalam
proses kegiatan belajar mengajar guru akan selalu siap malaksanakan proses pembelajaran
dengan berpedoman pada rencana pelaksanan pembelajaran dan akan mempersiapkan
untuk memahami dan menguasai materi sebelum diajarkan kepada peserta didik.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
279
Dimensi motivasi dari dalam (In.M) berpengaruh positif dan signifikan terhadap dimensi
kerajinan (Y2), artinya bahwa bilamana guru melaksanakan pekerjaan dengan baik dan
benar dan bertanggung jawab atas keberhasilan prestasi siswanya dalam proses kegiatan
belajar mengajar dan senang atas tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepala sekolah
maka akan menjadikan guru lebih matang dalam pelaksanaan persiapan pembelajaran dan
persiapan kelengkapan mengajar serta mampu mengembangkan sendiri bahan
ajar/LKS/ringkasan.
Ada hubungan yang kuat pada dimensi motivasi dari dalam (In.M) terhadap dimensi
inisiatif (Y5) yaitu dengan nilai sebesar 0,609 ini berarti bahwa guru yang melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan benar serta memiliki tanggung jawab atas keberhasilan prestasi
siswanya akan memberikan hasil belajar, baik melalui media lisan, tertulis maupun
internet, dan selalu meningkatkan pembelajaran dengan metode-metode yang disesuaikan
serta memberikan penilaian terhadap kemampuan dan sikap anak dalam kegiatan belajar
mengajar yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan keberhasilan siwa.
Dimensi motivasi dari dalam (In.M) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dimensi hubungan kerja (Y6). Artinya bahwa guru yang selalu berusaha untuk
meningkatkan prestasi yang lebih baik di masa depan, melaksanakan pekerjaan sesuai
prosedur, bertanggung jawab terhadap keberhasilan prestasi siswa, adanya pengakuan
hasil dari teman dan senang atas tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepala sekolah
maka akan mamberikan pengaruh peningkatan terhadap kinerja guru yaitu meningkatkan
kinerja team dalam membuat bahan ajar per mata pelajaran. dan memotivasi guru untuk
selalu menjalin hubungan baik terhadap warga sekolah ( guru, wali murid , siswa, DUDI
dan warga setempat )
Pada dimensi motivasi dari luar (Ex. M) mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan pada dimensi hubungan kerja (Y6). Artinya hubungan kerja guru terhadap
warga sekolah akan selalu terjaga dengan baik manakala terjadi jalinan hubungan yang
harmonis terhadap kepala sekolah dan bawahan, serta mampu menjaga hubungan
komunikasi yang baik dengan guru.
Dari matrik korelasi diatas dapat disimpulkan bahwa variabel kepemimpinan kepala
sekolah dan motivasi kerja keduanya mampu memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap perkembangan kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang. ini berarti
bahwa setiap indikator pada kepemimpinan kepala sekolah dan indikator pada motivasi
kerja yaitu tingkat kemampuan dalam jasa percaya diri guru, tingkat kemampuan dalam
mengimplimentasikan visi, tingkat kreatifitas, tingkat kenyamanan bekerja, tingkat
kemampuan dalam memotivasi bawahan, tingkat kemampuan dalam meningkatkan
potensi diri, tingkat perhatian secara pribadi terhadap bawahan dan tingkat kemampuan
dalam mendorong bawahan dan indikator-indikator pada motivasi kerja prestasi yang
telah dicapai, kesesuain prestasi dengan pekerjaan, pemberian penghargaan, kesesuaian
penghargaan peran dalam pekerjaan, wewenang dalam pekerjaan, kesempatan mendapat
promosi jabatan, kesempatan maju berkembang kejenjang lebih tinggi, kesesuan gaji
dengan pekerjaan, kesesuaian gaji dengan kebutuhan, status sosial pekerjaan, status sosial
jabatan pekerjaan, komunikasi dengan atasan, hubungan dengan atasan, kompetisi
mendapat jabatan, dan kompetisi mendorong semangat kerja secara bersama – sama
mempunyai dampak pengaruh terhadap perkembangan kinerja guru di SMK Budi Mulia
Tangerang.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
280
Pembahasan dan Temuan Penelitian. Pembahasan penelitian mengenai pengaruh
variabel bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap variable
terikat yaitu kinerja guru memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 67,1%, dimana
temuan dari peneliti ini akan mengintegrasikan dengan hasil penelitian sebelumnya,
apakah hasil penelitian terdukung atau tidak terdukung.
Hipotesisi Pertama. Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat pengaruh variabel
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Budi Mulai Tangerang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru SMK Budi Mulia .Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama
yang diajukan dalam penelitian ini terdukung dan sekaligus juga mendukung hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendra Prijatna (2011). Menyimpulkan
sebagai berikut:
Hasil penelitian Hendra Prijatna (2011) yang berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru secara bersama-
sama memperlihatkan bahwa: Hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru
secara bersama-sama memperlihatkan bahwa: (1) Pengaruh total kepemimpinan kepala
sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 45,2 %.; (2) Pengaruh total motivasi kerja
(X2) terhadap kinerja guru (Y) sebesar 21,3 %.; (3) Pengaruh total disiplin kerja (X3)
terhadap kinerja guru (Y) sebesar 10,4 %.; (4) Pengaruh total kepemimpinan kepala
sekolah (X1), motivasi kerja (X2) dan disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru sebesar 76,9
%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi
kinerja guru tidak dapat berjalan sendiri-sendiri namun harus selalu bersinergi dalam
pelaksanaannya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi
Begitu pun penelitian yang dilakukan oleh Amin Wahyudi (2012) kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru dan hasil penelitian
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama. Berdasarkan hasil koefisien determinasi yang dilakukan oleh Amin Wahyudi
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (X1), motivasi kerja (X2) dan lingkungan kerja
(X3) memberikan sumbangan sebesar 78,8 % terhadap kinerja (Y) pegawai Kantor
Informasi Komunikasi dan Kehumasan Kabupaten Boyolali, sedangkan sisanya 21,2%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti (variabel di luar penelitian).
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan (X1), motivasi
kerja(X2) dan lingkungan kerja (X3) secara simultan dan bersama-sama bersinergi dalam
pelaksanaannya memberikan pengaruh terhadap peningatan kinerja guru.
Hipotesisi kedua. Hipotesisi kedua menyatakan bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru SMK Budi
mulia Tangerang. Hal ini berarti bahwa hipotesisi kedua yang diajukan dalam penelitian
ini terdukung dan sekaligus juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Lingga Sena Ginanjar (2012) menyimpulkan sebagai berikut: Pertama. Berdasarkan
hasil koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 65,1%, artinya bahwa motivasi kerja
dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja guru sebesar 65,1%, sementara
sisanya 34,9% merupakan pengaruh variable lain yang tidak diteliti. Begitu pun penelitian
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
281
yang dilakukan oleh Rokhmaloka Habsoro Abdilah (2011) yang menemukan bahwa
motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru. Kedua. Nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,680 yang menunjukkan bahwa 68% variabel kinerja pegawai dapat
dijelaskan oleh variabel independen gaya kepemimpinan dan motivasi kerja, sedangkan
sisanya sebesar 32% dijelaskan oleh variabel lain.
PENUTUP
Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
pengujian hipotesis terbukti bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), motivasi
kerja (X2) baik sendiri-sendiri maupun bersama berpengaruh positif terhadap kinerja guru
(Y). Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan temuan dan pengujian
penelitian sebagai berikut: Pertama. Terdapat pengaruh positif dan signifikan
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang
berhubungan lewat: (a) Dimensi pengaruh ideal(KK1) terhadap dimensi kemampuan kerja
(Y1), dan dimensi disiplin (Y3). artinya pengaruh ideal kepala sekolah dengan
memberikan kepercayaan dan keyakinan serta dengan pengelolaan sumber daya yang
professional akan berpengaruh meningkatnya kemampuan guru dan disiplin guru.; (b)
Dimensi inspirasi (KK2) terhadap dimensi inisiatf (Y5) artinya kepala sekolah dengan
kreativitas yang tinggi, memberikan suasana yang nyaman dalam bekerja dan
menumbuhkan nilai kekeluargaan sehingga mendorong kemandirian guru dalam bekerja
dan mampu meningkatkan inisiatif guru.; (c) Dimensi pengembangan intelektual (KK3)
terhadap dimensi kemampuan kerja (Y1) dan dimensi inisiatif (Y5) artinya dengan
diberikan motivasi, perhatian dan dukungan kepala sekolah sehingga guru akan
pengembangan potensi diri guru mampu meningkatkan kemampuan kerja dan inisiatif
guru. Kedua. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru di SMK Budi Mulia Tangerang berhubungan lewat: (a)
Dimensi motivasi dari dalam (In.M) terhadap dimensi inisiatif (Y5), dimensi
kerajinan(Y2), dimensi kemampuan kerja (Y1) dan dimensi hubungan kerja (Y6) artinaya
sguru yang melaksanakan perkerjaan dengan baik dan benar dan bertanggung jawab atas
keberhasilan siswanya akan memberikan pengaruh yerhadap meningkatnya terhadap
kemampuan kerja guru, tingkat kerajinan guru, inisiatif guru danakan meningkatkan
hubungan kerja yang yang lebih baik.; (b) Dimensi dari luar (Ex.M) terhadap dimensi
hubungan kerja artinya hubungan yang harmonis dan hubungan komunikasi yang
dilakukan kepala sekolah memberikan peningkatan terhadap hubunagn guru terhadap
warga sekolah. Ketiga. Terdapat pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap Kinerja Guru di SMK Budi
Mulia Tangerang. Dari taksiran koefesien determinasi (R2) dapat diartikan bahwa
sumbangan bersama kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi kerja pada kinerja guru
di SMK Budi Mulia Tangerang adalah cukup besar dibandingkan dengan variabel lain
yang tidak diteliti. Artinya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja bersinergi
menciptakan kondisi seorang guru untuk memberikan prestasi kerja yang sebaik-baiknya
untuk sekolah.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
282
DAFTAR RUJUKAN
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan,Bandung: Rosdakarya
Hasibuan, Malayu S.P., (2007). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Bumi
Aksara: Jakarta
E. Mulyasa, (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks
Kartono, Kartini, (2008). Pemimpin dan Kepemimpinan (apakah kepemimpinan abnormal
itu?), Jakarta: Raja Grafindo Persada
Dimyati, Mudjiono. (2002). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Barnett, K., McCormick, J. & Conners, R., (2000). Leadership Behaviour of Scondary
School Principals, Teacher Outcomes and School Culture. A paper presented at the
Australian Association for Research in Education Annual Conference.
Depdiknas. (2003). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Robbins, S.P., (2001). Organizational Behavior. Upper Saddle River: Prentice Hall, Inc.
Thompson, L.L., (2004). Making theTeam: A Guide for Managers. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Alwi, S., (2001). Manajemen Sumberdaya Manusia, Stategi Keunggulan Kompetitif,.
Yogyakarta: BPFE.
Dessler, G., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. edisi kesepuluh jilid 2 . Jakarta:
penerbit PT. Indeks. Kelempok Gramedia
Djalali, M. As’ad. (2001). Psikologi Motivasi. Minat Jabatan, Inteligensi, Bakat
danMotivasi Kerja, Malang: Wineka Media
Gibson, James L, et .al., (2000). Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alihbahasa :
Djarkasih, Jakarta: Erlangga
Gomes., F.C., (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset
Handoko., T.H., (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.edisi kedua.
Yogyakarta: BPFE
Hasibuan., Malayu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci
Keberhasilan, Jakarta: Gunung Agung
Koontz, Harold, Cyrill O’Donnell, dan Heinz Weihrich, (2003). Manajemen,
terjemahan, Erlangga, Jakarta.
Manullang. (2003). Dasar-Dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta
Mathis., Robert L. dan J.H. Jackson. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.edisi
kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat
McClelland, D.C: Atkinson, J.W; Clark, R.A & Lowell, E.L., (2001). TheAchievement
Motive. New York: Irvington Publishers, Inc.
Priyatno., D., (2008). Mandiri belajar SPSS (Statistik Product and Service Solution) untuk
analisis data dan uji statistik.Yokyakarta: Gajah mada Universty/press
Rahmawati., I.K., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta
Riduwan, (2009). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta
Uzer Usman, (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Miftah Toha, (2003). Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo.
Santoso 272 - 283 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
283
Siagian, Sondang P., (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka
Jaya.
Siagian., S. P., (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia.Cet. Ke-5. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Robbins, P. Stephen. (2002). Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Dessler, G., (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. edisi kesepuluh jilid 2 . Jakarta:
penerbit PT. Indeks. Kelempok Gramedia
Tim Kelompok Kerja MBS Jawa Barat, (2003). Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah di Jawa Barat, Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Handayaningrat, Soewarno, (2002). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
Jakarta : Haji Masagung,
Thoha, Miftah. (2004). Prilaku Organisasi Konsep Dasardan Aplikasinya, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Apriani, Rini., (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Prijosaksono, A. dan Roy Sembel, (2002). Motivasi, Harian Sinar Harapan, Jakarta, 2
Manulang, M. Dan Manulang, Marihot A. M. H., (2001). Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Siagian, Sondang P., (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka
Jaya.
Nawawi, Hadari dan Hadari, Martini, (2004). Kepemimpinan yang Efektif, Gajah Mada
University Press.Yogyakarta.
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
284
PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA
KARYAWAN BIRO PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN INSTALASI
SEKRETARIAT JENDERAL DPR-RI
Lis Andayani
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta
Email: lis_andayani@yahoo.com
Abstract: The research was conducted to identify and analyze the effect of Motivation
and Work Discipline to Employee Performance of Biro Pemeliharaan Bangunan dan
Instalasi Sekretariat Jenderal DPR-RI. Data obtained by distributing questionnaires to
55 employees who were respondents. Research method used explanatory research,
testing using multiple regression analysis and correlation analysis. The results of the
simultaneous analysis showed that Motivation and Work Discipline have significant
effect on employee performance. The magnitude of the correlation is positive and
strong, the Disciplined Work much stronger influence than Motivation. Testing either
partially Motivation and Work Discipline have significant effect on employee
performance. Thereby increasing the motivation and Work discipline, Employee
Performance will increase or better. Advice can be given to the organization and
employees can increase motivation by inviting motivator, rewarding and publicity,
employees also need to improve the quality of self and develop potential, can use office
equipment. To Discipline of work by the way, do not leave or delegate work to others,
using hours just to do the work, does not violate the hour came and curfew hours.
Keywords: motivation, work discipline, employee performance.
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh
Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Biro Pemeliharaan Bangunan
Dan Instalasi Sekretariat Jenderal DPR-RI. Data yang diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada 55 karyawan yang menjadi responden. Metode penelitian yang
digunakan penelitian explanatory, pengujian menggunakan analisis regresi berganda
dan analisis korelasi. Hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa Motivasi dan
Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Besarnya korelasi
positif dan kuat, Kerja Disiplin pengaruh lebih kuat dari Motivasi. Pengujian baik secara
parsial Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Sehingga meningkatkan motivasi dan disiplin kerja, Kinerja Karyawan akan meningkat
atau lebih baik. Saran dapat diberikan kepada organisasi dan karyawan dapat
meningkatkan motivasi dengan mengundang motivator, bermanfaat dan publisitas,
karyawan juga perlu meningkatkan kualitas diri dan mengembangkan potensi, dapat
menggunakan peralatan kantor. Untuk Disiplin kerja by the way, jangan meninggalkan
atau mendelegasikan pekerjaan kepada orang lain, menggunakan jam hanya untuk
melakukan pekerjaan itu, tidak melanggar jam datang dan jam jam malam.
Kata kunci: motivasi, disiplin kerja, kinerja karyawan.
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
285
PENDAHULUAN
Motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong seseorang berbuat sesuatu,
motivasi individu dapat timbul dan dalam diri individu (motivasi internal) dan dapat
timbul pula dari luar individu (motivasi eksternal) dan keduanya mempunyai pengaruh
terhadap perilaku karyawan. Menurunnya motivasi dapat dilihat dari dimensi: motivasi
internal dan motivasi eksternal karyawan yang sebenarnya apabila dipelihara dengan baik
akan berguna untuk meningkatkan sumber daya yang mampu menghadapi tugas-tugas dan
tanggung jawab yang akan datang. Disiplin pada dasarnya merupakan pelajaran, patuh,
taat, kesetiaan dan hormat kepada ketentuan, peraturan atau norma yang berlaku.
Dalam hubungan dengan disiplin karyawan, disiplin merupakan unsur pengikat,
yaitu unsur yang dapat menggairahkan kerja karyawan bahkan dapat pula sebaliknya.
Adanya pelanggaran-pelanggaran disiplin karyawan baik ringan, sedang maupun berat
terlepas itu disengaja atau tidak disengaja terhadap tata tertib karyawan dan peraturan
karyawan yang berkaitan dengan disiplin karyawan, ini menggambarkan bahwa masih
kurangnya kesadaran disiplin karyawan dalam mentaati peraturan dan tata tertib yang
berlaku. Disiplin kerja dapat dilihat dari dimensi yaitu teladan pimpinan, pengawasan dan
sanksi hukuman. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting
untuk mencapai tujuan organisasi. Disiplin merupakan salah satu hal yang menentukan
dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Biro Pemeliharaan Bangunan
dan Instalasi Sekretariat Jenderal DPR-RI (Biro PBI Setjen DPR-RI). Kedisiplinan
tersebut dapat terlihat antara lain pada kehadiran karyawan sesuai jam kerja. Monitoring
dan Evaluasi terhadap kehadiran karyawan berdasarkan absensi pada mesin elektrik
dilakukan setiap triwulan. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut untuk mengetahui
tingkat jam kedatangan dan pulang para karyawan. Demikian juga apa yang terjadi pada
Biro PBI Setjen DPR-RI dijumpai masih adanya karyawan yang sering datang
terlambat masuk kerja. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Monitoring dan Evaluasi SDM Triwulan IV Biro Pemeliharaan
Bangunan dan Instalasi Bulan Juni, Nopember, Desember Periode Tahun 2011
Bulan
Jumlah
Karyawan
(Orang)
Datang
Terlambat
(Jam)
Pulang
Cepat
(Jam)
Jam Efektif
Bulan Juni (21 hari kerja) 122 1795,14 382,41 2177,55
Bulan Nopember (22 hari
kerja) 122 1819,24 359,46 2172,70
Bulan Desember (21 hari
kerja) 122 1871,54 626,46 2498,00
Total 5479,92 1368,33 6848,25
Sumber: Bagian Pengawasan Biro Perencanaan dan Pengawasan DPR-RI, 2012.
Jam kerja karyawan berdasarkan waktu toleransi:
Datang terlambat: 5479,92 jam : 64 hari : 122 karyawan = 0,70 jam (42 menit) / karyawan.
Pulang cepat: 1.368,33 jam : 64 hari : 122 karyawan = 0,18 jam (11 menit) / karyawan.
Sehingga dapat disimpulkan:
Rata-rata karyawan datang pukul 08.12.
Rata-rata karyawan pulang pukul 15.49.
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
286
Kondisi ini bila berlangsung secara terus menerus dan berlarut-larut tentunya akan
menghambat dan mengganggu kinerja karyawan itu sendiri pada khususnya maupun
kinerja organisasi pada umumnya. Pada prinsipnya untuk mencapai tujuan utama
organisasi yaitu mewujudkan Visi dan Misi organisasi, dibutuhkan adanya peran serta
semua pihak untuk memberikan semangat membangun secara kebersamaan dan sekaligus
dukungan kuat serta diterima oleh seluruh komponen organisasi yang ada untuk
meningkatkan kinerja karyawan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Apakah motivasi
kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Biro PBI Setjen DPR-RI?; (2) Apakah
disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Biro PBI Setjen DPR-RI?; (3)
Apakah motivasi kerja dan disiplin kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI?
Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis kekuatan
pengaruh motivasi dan disiplin kerja secara simultan terhadap kinerja karyawan Biro PBI
Setjen DPR-RI., baik secara simultan maupun parsial.
Motivasi. Motivasi merupakan suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu
tujuan tertentu sebagaimana pendapat Stanford (1969:173) dalam Mangkunegara (2009:
93): ”Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that
organism toward the goal of a certain class” Artinya motivasi sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.
Atas dasar teori McClelland’s Achievement Motivation Theory ada tiga faktor atau
dimensi dari motivasi, yaitu motif, harapan dan insentif. Ketiga dimensi dari motivasi
tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Motif. Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak keamanan
bekerja. Setisp motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Suatu dorongan di
dalam diri setiap orang, tingkatan alasan atau motif-motif yang menggerakkan tersebut
menggambarkan tingkat untuk menempuh sesuatu.
2. Harapan. Harapan adalah merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi
tertentu. Seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya tinggi bila
karyawan meyakini upaya tersebut akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang
baik, suatu penilaian kinerja yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran
organisasional (memberikan harapan kepada karyawan) seperti bonus, kenaikan gaji,
atau promosi, dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan.
3. Insentif. Insentif yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh terhadap
motivasi dan produktivitas kerja. Hal ini sesuai dengan Locke dalam (Mangkunegara,
2005:74) yang menyimpulkan bahwa insentif berupa uang jika pemberiannya
dikaitkan dengan tujuan pelaksanaan tugas sangat berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas kerja karyawan. Pimpinan perlu membuat perencanaan pemberian
insentif dalam bentuk uang yang memadai agar karyawan terpecut motivasi kerjanya
dan mampu mencapai produktivitas kerja maksimal.
Disiplin Kerja. Menurut Davis (1985-366) dalam Mangkunegara (2009:129), “Dicipline
is management action to enforce organization standards.”Berdasarkan pendapat Davis,
disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
287
pedoman-pedoman organisasi.Disiplin Kerja adalah sikap seseorang atau kelompok yang
berniat untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan. (Hodges dalam Yuspratiwi, 1990).
Tujuan pendisiplinan di atas harus diterapkan secara bertahap, yaitu dengan mengambil
berbagai langkah, mulai dari yang paling ringan hingga kepada yang terberat, misalnya
dengan: (1) Peringatan lisan; (2) Pernyataan tertulis ketidak puasan oleh atasan langsung;
(3) Penundaan gaji berkala; (4) Penundaan kenaikan pangkat; (5) Pembebasan dari
jabatan; (6) Pemberhentian sementara; (7) Pemberhentian atas permintaan sendiri; (8)
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri; (9) Pemberhentian dengan
tidak hormat.
Kinerja Karyawan. Pengertian Kinerja menurut Schuler (2005: 3) adalah: ”Kinerja
system formal dan terstruktur; mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang
berkait. Kinerja menurut Irawan (2003:17) “Kinerja merupakan terjemahan performance
arti umumnya adalah perbuatan atau prestasi.”
Ada tiga hal pokok perlunya mengadakan penilaian terhadap kinerja karyawan
(Rivai & Basri, 2005:14) adalah: (1) Untuk mendorong perilaku yang baik atau
memperbaiki serta mengikis kinerja (prestasi) di bawah standar. Orang-orang yang
berkinerja baik mengharapkan imbalan, walau sekedar pujian.; (2) Untuk memuaskan rasa
ingin tahu karyawan tentang seberapa baik kerja karyawan. Setiap orang memiliki
dorongan ilmiah untuk ingin mengetahui seberapa cocok seseorang dengan organisasi
tempat orang tersebut bekerja. Seorang karyawan mungkin tidak suka dinilai, tetapi
dorongan untuk mengetahui hasil penilaian ternyata sangat kuat.; (3) Untuk memberikan
landasan yang kuat bagi pengambilan keputusan selanjutnya sehubungan dengan karir
seorang karyawan. Hal-hal seperti kenaikan gaji, promosi, pemindahan atau
pemberhentian dapat ditangani dengan lebih baik bila karyawan telah mengetahui
kemungkinan itu sebelumnya.
Kerangka Pemikiran. Berdasarkan kajian praktis, kajian literatur dan penelitian
sebelumnya yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa variabel
Motivasi (X1), Disiplin Kerja (X2) sebagai variabel independen, kemudian dan Kinerja
Karyawan (Y) adalah variabel dependen. Variabel Motivasi (X1), Disiplin Kerja (X2)
mempengaruhi variabel Kinerja Karyawan (Y) yang ditunjukkan dengan tanda garis panah
ke arah kanan. Pengaruh variabel independen terhadap dependen ini akan dibahas secara
simultan (bersama-sama) dan pengaruh secara partial dengan menggunakan Uji Regresi
Ganda. Korelasi antar variabel dilakukan pada variabel Motivasi dengan variabel Kinerja
Karyawan dan variabel Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan, disajikan dalam Tabel
Matriks Korelasi antar Variabel.
Sedangkan korelasi dimensi antar variabel dilakukan pada korelasi antar dimensi
Motivasi yaitu; Motif, Harapan, Insentif dengan dimensi Kinerja Karyawan; Kuantitas
Kerja, Kualitas Kerja, Kerjasama, Pemahaman terhadap Tugas dan Kehandalan.
Selanjutnya Korelasi dimensi antar variabel Disiplin Kerja yaitu; Penggunaan Waktu
secara Efektif, Ketaatan terhadap Peraturan, Tanggung Jawab terhadap Pekerjaan dan
Tugas dengan dimensi variabel Kinerja Karyawan yaitu; Kuantitas Kerja, Kualitas Kerja,
Kerjasama, Pemahaman terhadap Tugas dan Kehandalan. Korelasi ini disajikan dalam
Tabel Matriks Korelasi Dimensi antar Variabel. Untuk mengetahui hubungan atau
korelasi antar variabel dan Korelasi antar dimensi menggunakan Uji Korelasi.
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
288
Gambar 1. Rerangka Pemikiran
Hipotesis. Berdasarkan rumusan masalah dan model penelitian di atas, maka dapat
dikemukakan suatu hipotesis yaitu:
H1: Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
H2 : Disiplin Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
H3 : Motivasi dan Disiplin Kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahu apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau maka dalam
penelitian ini menggunakan Uji Instrumen, Matrix Korelasi, Uji Asumsi Klasik dan
Regresi Berganda. Nilai uji validitas r hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r table
sebesar 0.2656. Diperoleh hasil rhitung lebih besar dari rtabel, maka hasil uji validitas variabel
Motivasi, Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan dapat disimpulkan valid.
1. Uji Validitas
Tabel 2. Uji Validitas
Variabel No. Uji Validitas
r hitung rtabel Keterangan
Motivasi
1. 0.432**
0.2656 Valid
2. 0.397**
0.2656 Valid
3. 0.352**
0.2656 Valid
4. 0.283* 0.2656 Valid
5. 0.443**
0.2656 Valid
6. 0.648**
0.2656 Valid
7. 0.509**
0.2656 Valid
8. 0.579**
0.2656 Valid
9. 0.483**
0.2656 Valid
10. 0.443**
0.2656 Valid
H2
H3
H1
Kinerja Karyawan (Y)
1. Kuantitas Kerja
2. Kualitas Kerja
3. Kerjasama
4. Pemahaman
terhadap Tugas
5. Kehandalan
1)
Motivasi (X1)
1. Motif
2. Harapan
3. Insentif
Disiplin Kerja (X2)
1. Penggunaan Waktu secara Efektif
2. Ketaatan Terhadap Peraturan
3. Tanggung Jawab Dalam Pekerjaan
dan Tugas
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
289
11. 0.299* 0.2656 Valid
12. 0.424**
0.2656 Valid
Disiplin
Kerja
1. 0.315* 0.2656 Valid
2. 0.630**
0.2656 Valid
3. 0.600**
0.2656 Valid
4. 0.603**
0.2656 Valid
5. 0.654**
0.2656 Valid
6. 0.698**
0.2656 Valid
7. 0.492**
0.2656 Valid
8. 0.493**
0.2656 Valid
Kinerja
Karyawan
1. 0.583**
0.2656 Valid
2. 0.712**
0.2656 Valid
3. 0.573**
0.2656 Valid
4. 0.510**
0.2656 Valid
5. 0.757**
0.2656 Valid
6. 0.799**
0.2656 Valid
7. 0.758**
0.2656 Valid
8. 0.727**
0.2656 Valid
9. 0.418**
0.2656 Valid
Sumber: Data yang diolah
2. Uji Reliabitas
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: data diolah
Nilai hasil uji reliabilitas pada Tabel 3 dapat dilihat nilai Cronbach's Alpha variabel
Motivasi adalah sebesar 0.619, Disiplin 0.684 dan Kinerja Karyawan sebesar 0.813.
Dapat dilihat Cronbach's Alpha ketiga variabel lebih besar dari 0.60, sehingga dapat
dinyatakan reliabel atau andal.
3. Hasil Deskriptif
Tabel 4. Resume dari Deskriptif Variabel
No Variabel Dimensi Kategori
1 Motivasi 1. Motif Tinggi
2. Harapan Sangat Tinggi
3. Insentif Tinggi
Tinggi
2 Disiplin
Kerja
1. Tanggung jawab dalam
Pekerjaan
Tinggi
2. Ketaatan terhadap Peraturan Tinggi
Cronbach's Alpha N of Items
Motivasi 0.619 12
Disiplin Kerja 0.684 8
Kinerja Karyawan 0.813 9
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
290
3. Penggunaan Waktu secara
Efektif Tinggi
Tinggi
Tinggi
3 Kinerja
Karyawan
1. Kuantitas Kerja Tinggi
2. Kualitas Kerja Tinggi
3. Kerjasama Sangat Tinggi
4. Pemahaman terhadap Tugas Sangat Tinggi
5. Kehandalan Tinggi
Tinggi
3. Hasil Uji Korelasi
Tabel 5. Matriks Korelasi antar Variabel Kinerja Karyawan
Motivasi Pearson
Correlation
.452**
Sig. (2-tailed) .001
N 55
Disiplin
Kerja
Pearson
Correlation
.475**
Sig. (2-tailed) .000
N 55
Sumber: Data yang diolah
Nilai korelasi atau R antara variabel Motivasi dengan Kinerja Karyawan adalah sebesar
0.452. Hal ini menunjukkan adalah hubungan positif dengan tingkat sedang. Arah
hubungan positif menunjukkan semakin besar Motivasi akan membuat Kinerja Karyawan
cenderung meningkat. Nilai korelasi atau R variabel Disiplin Kerja dengan Kinerja
Karyawan adalah besar sebesar 0.475. Hal ini menunjukkan hubungan positif dengan
tingkat sedang, arah hubungan positif menunjukkan semakin besar Disiplin Kerja akan
meningkatkan Kinerja Karyawan.
Tabel 6. Matrik Korelasi antar Dimensi
Variabel Kinerja Karyawan
Variabel
Dimensi Kuantitas
Kerja
Kualitas
Kerja
Kerja
sama
Pemahaman
terhadap
Tugas
Kehandalan
Motivasi
Motif .558**
.221 .328* .431
** .470
**
Harapan .350**
.306* .197 .131 .246
Insentif .315* .167 .020 .080 .033
Disiplin
Kerja
Penggunaan Waktu
Secara Efektif
.195 .228 .104 .108 .126
Ketaatan terhadap
Peraturan
.319* .272
* .293
* .444
** .205
Tanggung Jawab
dalam Pekerjaan
.558**
.221 .328* .431
** .470
**
Sumber: Data yang diolah
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
291
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa hasil nilai Matrik Korelasi Dimensi antar Variabel
dapat dideskriptifkan sebagai berikut: 1) Motivasi berpengaruh positif terhadap Kinerja
Karyawan dengan hubungan terkuat pada korelasi dimensi Motif dengan Kuantitas Kerja
sebesar 0.558 dan Motif dengan Kehandalan sebesar 0.470, sedangkan terlemah
ditunjukkan pada korelasi dimensi Insentif dengan Kerjasama sebesar 0.020 dan Insentif
dengan Kehandalan sebesar 0.033.
1) Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan dengan hubungan
terkuat pada korelasi dimensi Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas dengan
Kuantitas Kerja sebesar 0.558 dan Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas dengan
Kehandalan sebesar 0.470, sedangkan korelasi terlemah pada korelasi dimensi
Penggunaan Waktu Secara Efektif dengan Kerjasama sebesar 0.104 dan korelasi dimensi
Penggunaan Waktu Secara Efektif dengan Pemahaman terhadap Tugas sebesar 0.108.
Hasil Uji Klasik. Uji Multikoleniearitas
Tabel 7. Coefficient a
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Motivasi .983 1.017
Disiplin Kerja .983 1.017
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)
Sumber: Data yang diolah
Dari hasil uji nilai Tolerance menunjukkan variabel Motivasi dan Disiplin sebesar 0.983,
tidak ada nilai yang memiliki Tolerance kurang dari 0.10. Sedangkan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari
10. Jadi disimpulkan tidak ada multikolenieritas antar variabel dalam model regresi.
Hasil Uji Regresi Berganda. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan fungsional
atau hubungan kausal antara variabel Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja
Karyawan dan untuk membuktikan hipotesis yang sudah dirumuskan pada Bab
sebelumnya maka dilakukan uji Regresi Berganda.
Tabel 8. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Variabel Nilai Koefisien T Sig.
Constant 1.289 0.203 0.840
Variabel Nilai Koefisien T Sig.
Motivasi 0.326 3.614 0.001
Disiplin Kerja 0.596 3.858 0.000
Motivasi dan Disiplin Kerja 0.000
Ket: **. Signifikan pada α 0.01, *. Signifikan pada α 0.05
R 0.618; R2 (R Square) 0.381; Adjusted R 0.358
F hitung 16.032
Sumber: Output SPSS
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
292
H1 : Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Pada Tabel 8 kolom Sig. untuk
variabel Motivasi terlihat nilai Significance sebesar 0,001, karena nilai di bawah 0,05
signifikan. Pengujian dengan menggunakan uji t adalah, nilai tabel t pada alpha 0.05 (two
tail) n-2=55-2=53 adalah 2.0057, sedangkan nilai t hitung pada Tabel diatas sebesar uji
t = 3.614. Berarti thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian
menunjukkan Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan dapat dilihat
nilai korelasi pada hasil matrik korelasi antar variabel sebesar 0.452 kemudian
dipangkatkan, yaitu Koefisien determinasi (R2) atau Koefisien Penentu=0.452
2= 0.2043
atau 20.43%, maka besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan adalah
sebesar 20.43% dan sisa 79.57% karena pengaruh faktor lain lain diluar penelitian.
H2 : Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan. Pada Tabel 8 kolom Sig.
untuk variabel Disiplin kerja terlihat nilai Significance sebesar 0,000, karena nilai
dibawah 0,05 two tail pasti signifikan. Sedangkan pengujian dengan menggunakan uji t
adalah, nilai tabel t pada alpha 0.05 (two tail) n-2=55-2=53 adalah 2.0057, nilai thitung
sebagaimana pada Tabel 5.11 sebesar uji t = 3.858.
Nilai ini berarti t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian
menunjukkan Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan. Untuk
mengetahui besarnya pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan adalah nilai R
sebesar 0.475 dipangkatkan, yaitu Koefisien determinasi (R2) merupakan Koefisien
Penentu =0.4752= 0.2258 atau 22.58%, maka besarnya pengaruh Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Karyawan dapat dikatakan sebesar atau 22.58% dan sisa 77.42% karena
pengaruh faktor lain diluar penelitian ini.
H3 : Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja
Karyawan. Pada Tabel 8 R (koefisien korelasi) menunjukkan nilai sebesar 0.618,
merupakan nilai korelasi atau hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja
Karyawan positif, dengan tingkat hubungan Kuat. Koefisien determinasi atau koefisien
penentu adalah R square atau R2 = 0.618
2 sebesar 0.381, nilai ini menunjukkan besarnya
kontribusi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-
sama. Dalam pembahasan ini merupakan besarnya pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja
secara simultan terhadap Kinerja Karyawan adalah sebesar 38.1%. Sisa sebesar 61.89%
adalah pengaruh dari faktor lain.
Nilai Sig. sebesar 0.000 menunjukkan untuk tingkat signifikansi alpha sebesar 0.05
two tailed pasti signifikan. Sedangkan untuk pengujian dengan uji F adalah dengan
membandingkan antara nilai Ftabel dengan Fhitung. Nilai Fhitung sebesar 16.032, Ftabel
adalah 3.18 (lihat pada Tabel F), sehingga didapat hasil F hitung (16.032) > F tabel (3.18)
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan secara simultan Motivasi dan
Disiplin Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan.
Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut βo =1.289, β1= 0.326 β2= 0.596,
sehingga:
Y = βo + β1X1 + β2X2 + ε atau
Y = 1.289 + 0.326 X1 + 0.596 X2
Menggambarkan bahwa: Y = Kinerja Karyawan, X1 = Motivasi dan X2 = Disiplin Kerja
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
293
Besarnya a atau konstanta 1.289 menunjukkan bahwa bila tidak ada Motivasi dan Disiplin
Kerja maka Kinerja Karyawan sebesar 1.289. Nilai β1 sebesar 0.326 positif adalah
koefisien regresi Motivasi dan nilai β2 sebesar 0.596 positif adalah koefisien regresi
Disiplin Kerja. Dalam persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bila Motivasi dan
Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan akan lebih meningkat.
Analisis dan Interpretasi Hasil
1. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Dari hasil analisis regresi yang telah
diuraikan di atas maka dapat diungkapkan bahwa Motivasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, dengan demikian
Motivasi dapat meningkatkan Kinerja Karyawan, yaitu bila Motivasi meningkat maka
Kinerja Karyawan akan semakin meningkat atau baik.
Hasil analisis korelasi atau hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan
menunjukkan hubungan positif dengan tingkat sedang. Korelasi positif Motivasi
dengan Kinerja Karyawan ditunjukkan oleh hubungan terkuat pada korelasi dimensi
Motif dengan Kuantitas Kerja dan terlemah ditunjukkan korelasi dimensi Insentif
dengan Kerjasama. Selanjutnya didapat hasil deskriptif variabel Motivasi memiliki
nilai Tinggi, dengan didukung oleh dimensi Motif Tinggi, Harapan Sangat Tinggi dan
Insentif Tinggi.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian McCelland, Murray, Miller dan Gordon dalam
Mangkunegara (2009:104), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara
motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, mereka yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi, dan sebaliknya
mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi berprestasinya
rendah.
2. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Hasil analisis regresi ditemukan
bahwa Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan
Biro PBI Setjen DPR-RI. Dapat disimpulkan bahwa Disiplin Kerja dapat
meningkatkan Kinerja Karyawan, yaitu bila Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja
Karyawan akan semakin meningkat atau baik.
Selanjutnya hasil analisis korelasi diperoleh hubungan Disiplin Kerja dengan Kinerja
Karyawan menunjukkan positif dengan tingkat sedang. Hubungan positif Disiplin
Kerja dengan Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI ditunjukkan oleh hubungan
terkuat korelasi dimensi Tanggung Jawab dalam Pekerjaan dan Tugas dengan
Kuantitas Kerja dan sedangkan korelasi terlemah pada korelasi dimensi Penggunaan
Waktu Secara Efektif dengan Kerjasama. Hasil deskriptif yang telah diuraikan di atas
maka dapat diungkapkan bahwa deskriptif Disiplin Kerja menunjukkan nilai Tinggi
terdiri dari dimensi Tanggung jawab dalam Pekerjaan Tinggi, dimensi Ketaatan
terhadap Peraturan Tinggi, dan dimensi Penggunaan Waktu secara Efektif Tinggi.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Saputra (2008): “Pengaruh Motivasi dan
Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”, hasil penelitiannya adalah Disiplin Kerja
berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan. Disiplin merupakan unsur pengikat
atau unsur yang dapat menggairahkan kerja. Karena pelaksanaan disiplin yang baik
adalah setiap aturan-aturan disiplin harus diketahui, dipahami, diingat dan ditaati untuk
dilaksanakan oleh setiap anggota atau karyawan dalam melangsungkan kehidupannya.
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
294
3. Pengaruh Motivasi dan Disiplin terhadap Kinerja Karyawan. Dari hasil analisis
regresi pengaruh secara simultan atau bersama-sama variabel Motivasi dan Disiplin
Kerja terhadap Kinerja Karyawan, diperoleh hasil Motivasi dan Disiplin Kerja
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI.
Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan lebih dominan
dibanding dengan besarnya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Pada
hasil persamaan regresi yang terbentuk dinyatakan bahwa Motivasi dan Disiplin
Kerja dapat meningkatkan Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, yaitu bila
Motivasi dan Disiplin Kerja meningkat maka Kinerja Karyawan akan semakin
meningkat atau semakin baik.
Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Karyawan positif dengan tingkat hubungan Kuat. Hubungan terkuat
ditunjukkan oleh variabel Disiplin Kerja.
Hasil deskriptif yang telah diuraikan di atas maka didapat deskriptif Kinerja
menunjukkan nilai Tinggi, dengan lima dimensi yaitu: dimensi Kuantitas Kerja Tinggi,
Kualitas Kerja Tinggi, Kerjasama Sangat Tinggi, Pemahaman terhadap Tugas Sangat
Tinggi dan dimensi Kehandalan Tinggi.
Pembahasan ini didukung oleh peneliti terdahulu Saputra (2010), Pengaruh Motivasi
Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Kepanduan Divisi Pandu
Bandar Utama Pada PT. IPC Pelabuhan Indonesia II, Hasil analisis membuktikan
secara parsial motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, sedangkan
disiplin kerja juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Secara simultan motivasi
kerja dan disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Motivasi dan disiplin
kerja merupakan faktor pendukung bagi tercapainya kinerja yang tinggi guna
tercapainya laba perusahaan yang optimal. Apabila motivasi dan disiplin kerja suatu
perusahaan baik, maka kinerja karyawan yang tinggi dapat tercapai, dan sebaliknya.
PENUTUP
Hasil kausalitas ditemukan bahwa Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, yang artinya jika Motivasi meningkat maka
Kinerja Karyawan akan semakin meningkat. Dimensi Motif berhubungan kuat dengan
Kuantitas Kerja. Diperoleh hasil deskriptif Motivasi menunjukkan nilai Tinggi. Hasil
kausalitas menunjukkan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI, yang artinya jika Disiplin Kerja meningkat
maka Kinerja Karyawan akan semakin meningkat. Dimensi Tanggung Jawab dalam
Pekerjaan dan Tugas berhubungan kuat dengan Kuantitas Kerja. Diperoleh hasil deskriptif
Disiplin Kerja menunjukkan nilai Tinggi.
Hasil analisis pengaruh secara simultan Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Karyawan, menunjukkan Motivasi dan Disiplin Kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Karyawan, yang artinya jika Motivasi dan Disiplin Kerja
meningkat maka Kinerja Karyawan Biro PBI Setjen DPR-RI akan meningkat. Pengaruh
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan lebih dominan dibanding
pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Hasil analisis korelasi menunjukkan
hubungan Motivasi dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Karyawan positif dengan tingkat
Andayani 284 - 295 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
295
hubungan Kuat. Analisis deskriptif diperoleh hasil variabel Kinerja Karyawan
menunjukkan nilai Tinggi. Besarnya kontribusi pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Karyawan atau R2
adalah sebesar 38.1%, sedangkan sisa sebesar 61.8%
karena pengaruh faktor lain.
DAFTAR RUJUKAN
Irawan, Prastya. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penerbit STIA LAN
PRESS, Jakarta.
Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu, (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
____________, (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Rivai, Veithzal dan Basri, Ahmad F.M., (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Saputra, (2008). Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Kasus pada P.T. Petrokopindo Cipta Selaras), Tesis Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Saputra, Ade Anugrah (2010). Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Karyawan Bagian Kepanduan Divisi Pandu Bandar Utama pada PT. IPC
Pelabuhan Indonesia II (Cabang Tanjung Priok), Universitas Diponegoro,
Semarang.
Schuler, Randall S., (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Setjen DPR-RI, Bagian Kepegawaian, (2012). Sumber Daya Manusia Kesekretariatan
DPR-RI, Jakarta.
Yuspratiwi, I., (1990). Hubungan antara Locus dan Control dengan Disiplin Kerja
Wiraniaga di DIY, Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakulatas Psikologi
UGM.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
296
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FUNGSIONAL, PSIKOLOGI DAN KONTEN
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK
E-COMMERCE WEBSITE GROUPON
Indria Kesuma Hastuti
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Email: riamoenib@gmail.com
Abstract: This study aimsto identify and analyzethe influence offunctionalfactors,
psychology, andcontenton product purchasing decisionsone-commerce websitegroupon.
The independent variablein this study isthe functionalfactors, psychological factors, and
the factor content, product purchasing decisions whilee-commerce is the dependent
variable. In this study, data were collected by questioner.This questioner were distributed
to respondents who had made a purchaseof goods or services throught he website groupon.
The Sample used purposive sampling metho. Where as for filling out the questionnaire to
be taken with accidental sampling. Fromthe result of data processing the functional factor
variables affected to the purchase decisione-commerce productson the group on website,
variable factor spsycholog not affected to purchase decision e-commerce productson the
group on website and factor content factor affected topurchasedecision e-commerce
productson thegrouponwebsite. The conclusion of this study, to increase consumer
purchases the company must make improvements to increase the quality ofthe web site
functionality, usabilility and content so that consumers feel comfortable and safty buying
in the group on website.
Keywords: usability, interactivity, online trust, aestheticsweb, marketing mix, e-
commerce.
Abstrak: aimsto Penelitian ini mengidentifikasi dan analyzethe offunctionalfactors
pengaruh, psikologi, andcontenton pembelian produk decisions one-commerce
websitegroupon. The variablein independen penelitian ini isthe functionalfactors, faktor
psikologis, dan faktor isi, keputusan pembelian produk whilee-commerce adalah variabel
dependen. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan oleh questioner.This kuesioner
dibagikan kepada responden yang telah membuat barang atau jasa purchaseof pikir
website yang groupon. Sampel yang digunakan purposive sampling metho. Sedangkan
untuk mengisi kuesioner yang akan diambil dengan accidental sampling. Dari dana hasil
pengolahan data variabel faktor fungsional berpengaruh terhadap pembelian decisione-
commerce productson kelompok di website, variabel faktor spsycholog tidak terpengaruh
untuk membeli keputusan e-commerce productson kelompok di situs dan konten faktor
faktor mempengaruhi topurchasedecision e-commerce productson thegrouponwebsite.
Kesimpulan dari penelitian ini, untuk meningkatkan pembelian konsumen perusahaan
harus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas ofthe fungsi situs web, usabilility
dan konten sehingga konsumen merasa nyaman dan keselamatan di jalan membeli dalam
kelompok di website.
Kata kunci: kegunaan, interaktivitas, kepercayaan online, aestheticsweb, bauran
pemasaran, e-commerce.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
297
PENDAHULUAN
Dengan menggunakan teknologi internet, e-commerce dapat dijadikan sebagai solusi
untuk membantu perusahaan dalam mengembangkan perusahaan dan menghadapi tekanan
bisnis akibat tingginya tingkat persaingan.E-commerce dapat meningkatkan efisiensi biaya
dan produktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan perusahaan yang
konsisten.
Perkembangan e-commerce di Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya pendaftar
domain Indonesia .co.id. di Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), 2012
terdaftar 103.882 nama domain dan akan terjadi lonjakan sebesar 170% sekitar 300.000
nama domain baru hingga akhir 2013. Tercatat pula 216 pendaftar domain biz.id dan 586
domain my.id.
Keberhasilan suatu bisnis e-commerce dipengaruhi oleh perilaku konsumen online
yang berbeda dengan konsumen biasa yang melakukan pembelian secara
langsung.Perilaku konsumen di dunia maya sangatlah penting karena secara fisik
konsumen atau calon pembeli hanya berhadapan dengan sebuah website sebagai
representasi/perwakilan dari sebuah perusahaan. Faktor fungsional/kegunaan
(functionality), kepercayaan/trust (psychological) serta kandungan/isi (content) dari
sebuah website sangatlah berperan, sehingga kadang harga bukan menjadi isu utama
selama konsumen merasa nyaman dan aman dengan website tersebut.
Dari hasil wawancara dengan 10 orang yang pernah melakukan pembelian secara
onlinesemua memberikan gambaran jika mereka menyukai pembelian pada website yang
memberikan produk yang mereka butuhkan dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan
harga jika membeli secara langsung, mereka juga membandingkan harga antar
website.Kemudahan dalam mengakses website mempengaruhi mereka juga dalam
mengambil keputusan untuk membeli secara online seperti mudahnya mengakses website,
kecepatan menampilkan gambar, kemudahan dalam navigasi, menemukan produk. Selain
itu, mereka juga lebih menyukai adanya komunikasi dua arah dengan vendor online
karena jika terjadi kerusakan barang atau tidak sesuai dengan yang dijanjikan mereka akan
dengan mudah melaporkannya.
Tingkat kepercayaan konsumen juga sangat mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian dimanapara konsumen sering kali tidak mudah percaya dalam
memutuskan membeli barang secara online. Para calon konsumen online membeli setelah
mencariinformasi dari beberapa sumber produk yang akan dibelidan juga belum percaya
dengan sistem keamanan pembayaran secara online.
Dari hasil wawancara dengan 10 orang, semuanya pernah melakukan pembelian
online dan mereka melakukan pembayaran secara manual melalui ATM (Anjungan Tunai
Mandiri) daripada melalui website seperti meggunakan kartu kredit, paypal ataupun
internet bankingonline. Mereka juga menyatakan lebih menyukai jika ada pembayaran
langsung saat barang diantar atau cash on delivery(COD).
Objek dalam penelitian ini adalah website groupon, merupakan websitee-commerce
yang menawarkan diskon antara 50-90% untuk pembelian produk maupun penggunaan
layanan jasa seperti paket makan di restoran, spa, hotel, sampai liburan dari berbagai
perusahaan.Karakteristik produk/layanan jasa yang ditawarkan website groupon yang
memberikan diskon dan harga yang lebih murah membuat bisnis ini mudah ditiru atau
dicloning.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
298
Salah satu website groupon lokal Indonesia terbesar yaitu Disdus yang menjadi salah satu
website groupon nomor 1 di Indonesia dan menguasai 75% market share mempunyai
lebih dari 1.000.000 pengunjung website tiap harinya(daily visitor), mempunyai 2.100.000
subscribers di Indonesia atau rata-rata 65.625 subscribers tiap bulannya. Disdus menjual
lebih dari 70.000 macam produk yang dikirimkan tiap bulannya dari 300.000 rata-rata
transaksi yang terjadi tiap bulanserta bekerjasama dengan perusahaan lokal dan
internasional lebih dari 5.000 partnerships.
Dari data website Disdus di atas menunjukkan conversion rate 0.01% yaitujumlah
transaksi pembelian tiap bulannya yaitu 300.000 transaksi dibandingkan dengan jumlah
pengunjung website (visitor) yaitu 30.000.000tiap bulannya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan manajemen Disdus menjelaskan
kondisi adanya visitor yang hanya menjadi subscribersdan tidak pernah melakukan
pembelian, adanya subscribers yang melakukan pembelian hanya satu kali dan tidak
melakukan pembelian berulang. Kondisi ini disadari oleh mereka karena karakteristik
produk/layanan jasa yang ditawarkan website groupon yang memberikan diskon dan harga
yang lebih murah memungkinkan visitor membandingkan harga antar website groupon,
selain itu pelayanan dan kemudahan dalam mengakses website serta kepercayaan terhadap
website groupon juga sangat mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian.
Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis ingin menganalisa lebih lanjut faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian produk e-commerce yaitu
faktor fungsional/kegunaan, psikologi/kepercayaan dan konten/isi website terhadap
keputusan pembelian produke-commerce website groupon.
Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. Bryan A. Garner (2005)
menyatakan bahwa pengertian e-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan
jasa dengan menggunakan jasakomputer online di Internet.Belanja online diklasifikasikan
sebagai transaksi e-commerce Business to Consumer (B2C) (Turban et. al,2004).Perilaku
konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk/jasa, termasuk keputusan mendahului dan
menyusul tindakan ini. Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu:
1)Proses pengambilan keputusan, 2)Kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam
menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa ekonomis (Swastha, 2000)Web
experience, merupakan suatu kombinasi dari fungsionalitas, informasi, emosi, tanda,
pendorong dan produk/jasa. Dengan kata lain suatu campuran elemen yang kompleks yang
berjalan diatas 4P dari marketing mix tradisional. Media utama untuk mengantarkan web
experience ini merupakan website dari perusahaan itu sendiri, sarana berkomunikasi
antara perusahaan dan kliennya (Constantinides, 2004).
Pakar usability, Neilson (2012) menjelaskan usability adalah atribut kualitas yang
menilai betapa mudahnya user interface yang digunakan. Kata "kegunaan" juga mengacu
pada metode untuk meningkatkan kemudahan penggunaan selama proses desain.
Constantinidas (2004) menjelaskan komponen usability, sebagai berikut:
a. Kenyamanan: riset mengindikasikan bahwa kenyamanan merupakan penggerak utama
bagi konsumen website untuk berinteraksi dengan vendor online. Konsumen
mengasosiasikan kenyamanan dengan kemudahan dan pencarian informasi yang cepat,
penyediaan transaksi online saat berbelanja.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
299
b. Navigasi Website, Struktur Informasi dan Fasilitas Pencaraian/Proses Pencarian:
konsumen online mengharapkan navigasi website yang mudah dan informasi yang
mudah didapat. Mesin pencari menyediakan hasil yang dapat dipercaya dan cepat,
membantu konsumen cepat mendapatkan informasi di internet, menjadi suatu
keharusan bagi website dirancang dengan baik.
c. Kemudahan penemuan website dan akses: hampir semua konsumen website mencari
produk dan jasa dari mesin pencari dan direktori online. Sehingga website diharapkan
dapat ditemukan dibeberapa mesin pencari.
d. Kecepatan website: konsumen online mengharapkan pemuatan halaman website yang
cepat. Perancang website harus terus memperhatikan bahwa rata-rata halaman dilihat
perkonsumen adalah rendah dan secara terus menerus semakin berkurang.
e. Proses Pemesanan/Pembayaran: ketidakmudahan dan proses yang lama yang
dibutuhkan dalam melakukan transaksi online masih menjadi sumber data dari
konsumen, kehilangan keinginan untuk melakukan transaksi dan transaksi online yang
terganggu. Pendekatan yang seimbang dibutuhkan sehingga website mudah digunakan
dan aman pada waktu yang bersamaan.
Interaktifitas berarti kemampuan pengguna untuk berkomunikasi secara langsung
dengan komputer dan memiliki dampak pada pesan apapun yang sedang dibuat.
Interaktifitas terjadi antara pengunjung website dan halaman website adalah dengan cara
membaca situs website tersebut. Komponen interaktifitas terbagi dalam dua kategori:
Interaktifitas dengan vendor onlinedanInteraktivitas dengan pengguna website
(Constantinides,2004).
Faktor psikologi yang berhubungan dengan kepercayaan online menurut
Constantinides (2004) juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian yaitu berupa: (1)
Keamanan transaksi dan keselamatan data konsumen merupakan bagian terpenting dari
konsumen online membeli produk dan atau jasa secara online. Gangguan layanan, hacking
ke dalam basis vendor dan menampilkan data konsumen dalam website merupakan
kejadian yang sering terjadi yang harus menjadi perhatian pihak vendor.; (2) Prosedur
pemesanan, pembayaran dan pengembalian uang yang baik sebagaimana kebijakan
konsumen yang kongkrit, komunikasi yang baik dan keamanan yang ketat membantu
konsumen transaksi online lebih percaya diri.; (3) Penyalahgunaan data konsumen.
Adanya penyalahgunaan data konsumen; (4) Garansi dan kebijakan pengembalian produk
(retur); (5) Pengurangan elemen ketidakpastian.
Website merupakan identitas e-commerce yang menampilkan bisnis ke dunia
internet. Desain website user-friendly mewakili bisnis e-commerce dengan cara terbaik
dan dapat menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan penjualan produk atau jasa
dari perusahaan. Sehingga website harus dirancang dengan baik, menarik, mudah
dinavigasi dan ramah mesin pencari. Perhatian khusus harus diberikan pada estetika
website, karena estetika sering menjadi indikator penting dari kualitas pemasar online
(Vrechopoulos et al, 2000). Menurut Kotler (2005) menyatakan bahwa “Bauran
Pemasaran (Marketing Mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran”.
Constantinides (2004) menjelaskan konsep marketing mixkonvensional diterapkan bagi
pemasaran online dimana unsur-unsur marketing mix dijabarkan sebagai berikut:
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
300
1. Product. Produk dalam bisnis e-commerce bisa berarti isi tulisan (content) dari website.
Selain website menampilkan produk/jasa yang dipromosikan hal yang sangat penting
yaitu memilih konten yang tepat. Enak dibaca oleh pengunjung website danmudah
ditemukan oleh mesin pencari (search engine) seperti google, yahoo, atau MSN, dll.
2. Price. Harga yang bersaing. Banyak orang menggunakan internet sebagai sarana untuk
membandingkan harga, jika ingin membeli sesuatu produk/jasa.
3. Place. Dalam bisnis e-commerce tempat merupakan website itu sendiri yang menjadi
saranan untuk pemasaran dengan menawarkan produk/jasa. Sehingga, membuat
website mudah diakses, mudah dibaca, dan tentu saja menarik dapat mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian.
4. Promotion. Dalam Internet Marketing, hal yang paling penting adalah membuat website
kita terkenal dan ramai dikunjungi. Karena ada banyak ribuan bahkan mungkin jutaan
website, yang bisa saja memiliki produk atau content yang sama. Memberikan
potongan discount atau pengantaran gratis bisa menjadi pilihan promosi yang dilakukan
dalam bisnis e-commerce.
5. Communication. Komunikasi yang dibangun dalam bisnis e-commerce dengan
memberikan keterangan tentang produk dan perusahaan dengan jelas, memberikan
aturan cara membeli dan cara pembelian serta persyaratan pengiriman. Informasi yang
baik dan benar tentang produk akan membuat peningkatan tingkat kepercayaan
konsumen dan menghindari keraguan konsumen dalam melakukan pembelian.
Devaraj (2003) menjelaskan keputusan membeli secara online dipengaruhi: (1)
Efisiensi untuk pencarian: waktu cepat, mudah dalam penggunaan dan usaha pencarian
mudah. Kemudahan dalam mencari informasi tergantung dari layout halaman website.
Jika layout cukup jelas, waktu yang digunakan untuk searching dapat dipersingkat. Usaha
untuk searching lebih mudah. Sehingga efisiensi meningkat.; (2) Value: harga produk
bersaing dan kualitas produk baik; (3). Interaksi: informasi, keamanan, load time, dan
navigasi. Informasi pada halaman website dihubungkan dengan beberapa komponen.
Bagaimana dan dimana komponen akan diletakkan mempengaruhi navigasi user dan
interaksi antara user dengan halaman website. Ukuran komponen isi dan grafis
mempengaruhi waktu loading.
Kerangka Pemikiran. Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, disusun
kerangka pemikiran yang bertolak dari pengaruh faktor fungsional terhadap keputusan
pembelian berupa kemudahan dan pencarian informasi yang cepat meningkatkan efisiensi
waktu saat berbelanja online.Website memberikan informasi yang jelas juga dapat
meningkatkan interaksi konsumen online. Serta kemudahan proses pemesanan dapat
meningkatkan efisiensi dalam berbelanja online. Hal ini karena konsumen dapat langsung
membeli produk yang diinginkan dengan cepat dan mudah.Konsumen dapat berinteraksi
dengan vendor online dapat meningkatkan efisiensi dan interaksi konsumen online.
Karena konsumen online dapat langsung mendapatkan informasi yang mereka butuhkan
tentang kondisi produk saat itu juga. Pengaruh faktor psikologi terhadap keputusan
pembelian, berupa prosedur pemesanan, proses pembayaran dan proses pengembalian
uang yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan interaksi konsumen online. Serta,
adanya garansi terhadap produk dapat meningkatkan value dari produk yang dijual. Hal ini
karena konsumen akan mendapatkan kepastian jika produk yang dibeli tidak sesuai
dengan keinginannya.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
301
Pengaruh faktor konten terhadap keputusan pembelian, berupadesain dan style/atmosphere
dari sebuah website dapat meningkatkan value dari produk yang dijual. Hal ini karena
konsumen online hanya melihat produk yang ditawarkan hanya lewat gambar sehingga
penampilan desain yang baik dapat membuat produk tersebut mempunyai nilai jual yang
tinggi.Desain website yang user-friendlydapat meningkatkan efisiensi dan interaksi
konsumen online. Hal ini karena website yang dirancang dengan situs navigasi yang
mudah dan pencarian informasi yang mudah dapat mempersingkat waktu berbelanja
secara online, hal ini pun akhirnya meningkatkan interaksi konsumen online terhadap
website tersebut.Dari uraian di atas maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Hipotesis
H1: Faktor fungsionsl berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk e-commerce
website groupon.
H2 : Faktor psikologi berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk e-commerce
website groupon.
H3: Faktor konten berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk e-commerce
website groupon.
METODE
Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu pengguna internet yang sudah pernah
melakukan pembelian secara online di website groupon dan menggunakan penelitian
eksplanatif kuantitatif yang sifatnya penjelasan/eksplanatif. Data penelitian bersumber dari
data primer yaitu pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada subjek
penelitian serta data sekunder yang didapatkan dari data yang memiliki perusahaan
seperti:datapengunjung/visitor website, jumlah member/subscriber, penelitian terdahulu,
literatur dan jurnal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Populasi penelitian ini subscriber/member website groupon yang pernah melakukan
pembelian produk e-commerce di website groupon di wilayah Jobodetabekyang
jumlahnya tidak diketahui, sehingga dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel dari
Faktor Fungsional (X1)
1.Usabilitas (X1-1)
2.Interaktifitas (X1-2)
Faktor Psikologi (X2)
1.Kepercayaan/Trust
(X2-1)
Faktor Konten (X3)
1.Estetika (X3-1)
2.Marketing Mix (X3-2)
Keputusan Pembelian (Y)
1.Efisiensi (Y1)
2.Value(Y2)
3.Interaksi (Y3)
H1
H3
H2
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
302
populasi yang tidak diketahui dicari dengan menggunakan rumus Malhotra yaitu minimal
5 dikalikan jumlah variabel atau jumlah pertanyaan yang ada (Widayat, 2004, p.105)
yaitu 5x34 jumlah pertanyaan jadi 170 responden.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008,
p.122)yaitu subscriber/pelanggan yang pernah melakukan pembelian secara online di
website groupon di wilayah Jabodetabek. Sedangkan untuk pengisian kuesioner diambil
dengan accidental sampling. Kuesioner disebar dengan cara mengirimkan email pada
subscriber website groupon dan responden mengirimkan kembali kuesioner yang sudan
diisi lewat email serta memberikan kuesioner pada responden secara langsung dan diisi
langsung oleh responden pada saat peneliti menemui responden.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan skalaLikert sebagai skala pengukuran dan
menggunakan metode pengumpulan data dengan kuesioner dan wawancara.Metode
analisa data yang digunakan oleh penulis dalam mengukur hasil penelitian ini yaitu
dengan menggunakan SPSS 20 untuk uji validitas dan uji reliabilitas, serta analisis
dimensi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dimensi variabel bebas terhadap
variabel terikat dengan menggunakan matrik korelasi dimensi antar variabel (bebas dan
terikat) yang besarnya - 1 ≤ r ≤ + 1. dan menggunakan teknik analisa data SEM
(Structural Equation Modeling) dengan menggunakan aplikasi LISREL 8.80 untuk
menguji hipotesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Kecocokan Model Pengukuran: Memeriksa Validitas Variabel Teramati
a. Variabel Faktor Fungsional.Dalam pengujian ini terdapat 9 variabel teramati tentang
Faktor Fungsional yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=147.26, df=27, P-value =
0.00000, RMSEA = 0.163dan semuanya mempunyai nilai standardized loadingestimate
(muatan faktor standar) ≥ 0,5.
b. Variabel Faktor Psikologi. Dalam pengujian ini terdapat 3 variabel teramati tentang
Faktor Psikologi yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=0.00, df=0, P-value =
0.00000, RMSEA = 0.000dan ketiga variabel tersebut mempunyai nilai standardized
loadingestimate (muatan faktor standar) ≥ 0,5.
c. Validitas Faktor Konten. Dalam pengujian ini terdapat 8 variabel teramati tentang
Faktor Konten yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=224.29, df=20, P-value =
0.00000, RMSEA = 0.247. dari 8 variabel laten teramatiterdapat 7 variabel teramati
yang bernilai ≥ 0,5.
d. Validitas Keputusan Pembelian.Dalam pengujian ini terdapat 8 variabel teramati
tentang Faktor Konten yang telah diuji, mendapatkan Chi-Square=224.29, df=20, P-
value = 0.00000, RMSEA = 0.247.terdapat 8 variabel teramati yang bernilai ≥ 0,5.
UjiKecocokan Keseluruhan Model Pengukuran. Langkah kedua adalah dengan
menambahkan model pengukuran keseluruhan pada model CFA (Wijanto, 2008). Model
hybrid ini kemudian diestimasi dan dianalisis untuk melihat kecocokan secara keseluruhan
dan evaluasi terhadap model pengukuran keseluruhan (Wijanto, 2008).Peneliti telah
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
303
melakukan modifikasi/respesifikasi terhadap uji kecocokan keseluruhan model
pengukuran seperti ditunjukkan pada Tabel .di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Kecocokan Model Pengukuran Model
Sesudah Dilakukan Respesifikasi
No Ukuran GOF
Target
Tingkat
Kecocokan
Hasil
Estimasi
Tingkat
Kecocokan
1 Root Mean Square Error of Approximation
(RMSEA) P (close-fit)
RMSEA ≤
0,08 P ≥0,50 0,070 Good Fit
2 Normed Fit Index (NFI) NFI ≥ 0,90 0,80 Marginal Fit
3 Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit
Index (TLI atau NNFI) NNFI ≥ 0,90 0,86 Marginal Fit
4 Comparative Fit Index (CFI) CFI ≥ 0,90 0,89 Marginal Fit
5 Incremental Fit Index (IFI) IFI ≥ 0,90 0,89 Marginal Fit
6 Relative Fit Index (RFI) RFI ≥ 0,90 0,75 Tidak Fit
7 Goodness-of-Fit Index (GFI) GFI ≥ 0,90 0,81 Marginal Fit
8 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) AGFI ≥ 0,90 0,74 Tidak Fit
Sumber: Hasil pengolahan data dengan program Lisrel 8.80
Dengan melihat hasil uji kecocokan model pengukuran model keseluruhan sesudah
dilakukan modifikasi/respesifikasi tersebut di atas bahwa goodness of fit menunjukkan
kecocokan yang baik (good fit dan marginal fit). Maka dapat disimpulkan kecocokan
keseluruhan model sesudah dilakukan modifikasi/respesifikasi Good fit adalah baik dan
dapat dilanjutkan dengan pengujian reliabilitas model.
Tabel 2. Construct Reliability, Variance Extraceted dan Reliability
Model Keseluruhan Model
Varibel Construct Reliability Variance Extracted Kesimpulan Reliabilitas
Faktor
Fungsional 0,86 ≥ 0,50 0,41 ≥ 0,3 Baik
Faktor Psikologi 0,92 ≥ 0,50 0,80 ≥ 0,3 Baik
Faktor Konten 0,87 ≥ 0,50 0,46 ≥ 0,3 Baik
Keputusan
Pembelian 0,87 ≥ 0,50 0,46 ≥ 0,3 Baik
Sumber: Hasil pengolahan data dengan program Lisrel 8.80
Berdasarkan Tabel 2 dimuka dapat diketahui bahwa nilai construct realiabity (CR) berada
diatas 0,50 (≥0,50). Dengan demikian juga untuk variance extracted(VE) berada diatas
0,30 (≥0,30), adalah baik. Hasil uji kecocokan keseluruhan model dapat dilihat pada Tabel
di berikut ini.
Dari Tabel 3 berikut terlihat bahwa nilai kecocokan model menunjukkan nilai bagus
artinya sebagian dari hasil tersebut nilai kecocokan menunjukkan Good Fit.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
304
Tabel 3. Hasil Uji Kecocokan Model Struktural Model Penelitian Sesudah Modifikasi
No Ukuran GOF
Target
Tingkat
Kecocokan
Hasil
Estimasi
Tingkat
Kecocokan
1 Root Mean Square Error of Approximation
(RMSEA) P (close-fit)
RMSEA ≤
0,08 P ≥0,50 0,083 Marginal Fit
2 Normed Fit Index (NFI) NFI ≥ 0,90 0,77 Tidak Fit
3 Tucker-Lewis Index atau Non Normed Fit
Index (TLI atau NNFI) NNFI ≥ 0,90 0,82 Marginal Fit
4 Comparative Fit Index (CFI) CFI ≥ 0,90 0,85 Marginal Fit
5 Incremental Fit Index (IFI) IFI ≥ 0,90 0,86 Marginal Fit
6 Relative Fit Index (RFI) RFI ≥ 0,90 0,72 Tidak Fit
7 Goodness-of-Fit Index (GFI) GFI ≥ 0,90 0,78 Tidak Fit
8 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) AGFI ≥ 0,90 0,71 Tidak Fit
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan program Lisrel 8.80
Pengujian Hipotesis Penelitian. Dari Tabel 4 di bawah ini, bisa ditarik kesimpulan
mengenai model penelitian untuk variabel Faktor Fungsional, yaitu bahwa Faktor
Fungsional ternyata berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian, ditunjukan
dengan nilai t ≥ 1,67 yaitu 2,88. Faktor Psikologi terhadap Keputusan Pembelian tidak
berpengaruh secara signifikan dimana nilai t < 1,96 yaitu 1,61. Faktor Konten terhadap
Keputusan Pembelian berpengaruh secara signifikan dimana nilai t ≥ 1.96 yaitu 4,43.
Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis Structural Path T-
Values
Keterangan Kesimpulan
H1 Faktor Fungsional
Keputusan Pembelian
2,28 Data
mendukung
hipotesis
Faktor fungsional berpengaruh
signifikan terhadap keputusan
pembelian
H2 Faktor Psikologi
Keputusan Pembelian
1,61 Data Tidak
mendukung
hipotesis
Faktor psikologi tidak
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian
H3 Faktor Konten
Keputusan Pembelian
4,43 Data
mendukung
hipotesis
Faktor konten berpengaruh
signifikan terhadap keputusan
pembelian
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Lisrel 8.80
Dari Tabel 4 diatas bisa disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hanya 2
Hipotesis yang diterima sedangkan 1 hipotesis yang ditolak.
Hasil uji hipotesis (H1) faktor fungsional terhadap keputusan pembelian dengan nilai 2,28
dapat diterima. Hal ini menerima hasil penelitian Constantinides (2004) yang menyatakan
bahwa web experience: faktor fungsional:
usabilitas/kegunaandaninteraktifitas/interaksiberpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Penelitian lainnya Assidiqi (2009) menyatakan bahwa Faktor usabilitas/kegunaan dan
interaktifitas berpengaruh terhadap keputusan Pembelian. Beberapa hal yang
menyebabkan Faktor Fungsional berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
305
karena kemudahan dalam mengakses sebuah website membuat konsumen merasa nyaman
berada di website tersebut, hal ini terjadi karena konsumen merasa mudah, cepat dalam
mengakses serta informatif dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan produk/jasa
yang di jual. Faktor efisiensi dalam mencari informasi yang dicari dan kemudahan dalam
mendapatkannya merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis e-commerce
Hasil uji hipotesis (H2) faktor psikologi terhadap keputusan pembelian dengan nilai
1,61 ditolak. Hal ini menolak hasil penelitian Constantinides (2004) yang menyatakan
bahwa Faktor Psikologi, kepercayaan berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian.
Penelitian lainnya,Ling (2010) menyatakan bahwa Faktor Psikologi berupa kepercayaan
online mempengaruhi Keputusan Pembelian konsumen online.Beberapa hal yang
menyebabkan Faktor Psikologi berupa kepercayaan online tidak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian karena semakin berkembangnya teknologi internet yang mudah
diakses dimana saja dengan biaya murah membuat pengguna internet lebih percaya
dengan membeli barang/jasa melalui internet mereka tidak merasa kuatir dengan cara
bayar yang dilakukan secara online dan memberikan datanya. Hal ini merupakan dampak
dari semakin berkembangnya e-commerce di seluruh dunia dan berdampak pada
masyarakat Indonesia yang sudah mulai mempercayai pembelian secara online menjadi
salah satu alternatif berbelanja barang/jasa jika tidak mempunyai banyak waktu untuk
berbelanja secara konvensional.
Hasil uji hipotesis faktor konten terhadap keputusan pembelian dengan nilai 4,43
dapat diterima. Hal ini menerima hasil penelitian Constantinides (2004) yang menyatakan
bahwa Faktor Kontenberpengaruh terhadap Keputusan Pembelian. Penelitian lainnya
Assidiqi (2009) menyatakan bahwa Faktor Konten berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian. Beberapa hal yang menyebabkan Faktor Konten berpengaruh signifikan
terhadap Keputusan Pembelian karena konten/isi yang terdiri dari estetika website
termasuk didalamnya desain website dan marketing mix adalah sangat penting untuk
strategi pemasaran internet yang efektif. Konten yang sesuai dan tepat sesuai target
pengunjung maka website akan ramai dikunjungi konsumen yang akan membeli
produk/jasa yang ditawarkan.
Tabel 5. Matriks Korelasi Antar Dimensi Fariabel Faktor Fungsionaldengan Dimensi
Variabel Keputusan Pembelian
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Variabel Dimensi Efisiensi (Y1.1) Value
(Y1.2)
Interaksi (Y1.3)
Faktor Fungsional
(X1)
Usabilitas
(X1.1)
0,457 0,337 0,419
Interaktivitas
(X1.2)
0,321 0,404 0,457
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2013
Matrik Korelasi Antar Dimensi Variabel Faktor Fungsional dengan Dimensi
Keputusan Pembelian. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa kedua dimensi Faktor
Fungsional mempunyai pengaruh positif terhadap variabel Keputusan Pembelian. Nilai
korelasi tertinggi terdapat pada Usabilitas dengan nilai korelasi 0,457 terhadap Efisiensi
dan Interaktifitas dengan nilai korelasi 0,457 terhadap Interaksi. Kegunaan website akan
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
306
memberikan kemudahan dalam mengakses, mempunyai alur informasi yang jelas dan
mudah dalam melakukan proses pemesanan atau proses pembayaran sehingga hal ini
berpengaruh pada efisiensi dan interaksi dalam melakukan pembelian secara online di
website groupon.
Matriks Korelasi AntarDimensi VariabelFaktor KontendenganDimensi Variabel
Keputusan Pembelian
Tabel 6. Matriks Korelasi Antar Dimensi Variabel Faktor Kontendengan Dimensi
Variabel Keputusan Pembelian
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Variabel Dimensi Efisiensi
(Y1.1)
Value
(Y1.2)
Interaksi
(Y1.3)
Faktor Konten
(X3)
Estetika
Web (X3.1)
0,436 0,186 0,390
Marketing
Mix (X3.2)
0,632 0,400 0,604
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2013
Matriks Korelasi AntarDimensi VariabelFaktor KontendenganDimensi Variabel
Keputusan Pembelian. Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan kedua dimensi Faktor
Kontenberpengaruh positif terhadap variabel Keputusan Pembelian. Nilai korelasi
tertinggi terdapat pada Marketing Mixdengan nilai korelasi 0,632 terhadap Efisiensi.
Konsumen dalam melakukan pembelian secara online menginginkan produk yang dijual
dipresentasikan dengan baik seperti menampilkan gambar produk yang interaktif,
memberikan informasi produk dengan jelas dan menampilkan harga yang selalu di update
dan memberikan diskon sehingga memberi kemudahan mendapatkan produk yang dibeli
sehingga lebih efisien dalam berbelanja secara online.
PENUTUP
Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian
bahwa faktor fungsional berpegaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
produk e-commerce website groupon. Hal ini berarti pembeli mempertimbangkan faktor
fungsional usabilitas dan interaktifitas website dalam mengambil keputusan membeli
barang/jasa produk e-commerce website groupon.
Kemudahan dalam mengakses sebuah website dapat membuat konsumen merasa
nyaman berada di website tersebut. Hal ini terjadi karena konsumen merasa mudah, cepat
dalam mengakses serta informatif dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan
produk/jasa yang di jual. Faktor efisiensi dalam mencari informasi yang dicari dan
kemudahan dalam mendapatkannya merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis e-
commerce. Faktor konten berpegaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian
produk e-commerce website groupon.Hal ini berarti konsumen mempertimbangkan faktor
konten estetika website dan marketing mix website dalam mengambil keputusan membeli
barang/jasa produk e-commerce website groupon.
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
307
Faktor Konten berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian karena konten/isi
yang terdiri dari estetika website termasuk didalamnya desain website dan marketing mix
adalah sangat penting untuk strategi pemasaran internet yang efektif. Konten yang sesuai
dan tepat sesuai target pengunjung maka website akan ramai dikunjungi konsumen yang
akan membeli produk/jasa yang ditawarkan.
Dari hasil penelitian dan kesimpulan seperti yang disebutkan sebelumnya,beberapa
saran yang dapat penulis sampaikan bagi perusahaan selaku pelaku bisnis grupon dapat
menjadikan faktor usabilitas dan interaktifitas menjadi prioritas utama dalam
mempengaruhi konsumen dalam membeli produk/jasa di website mereka dengan
memberikan kenyamanan yaitu dengan memberi kemudahan mencari informasi dengan
cepat, mudah, dan informatif.
Faktor konten juga dapat memiliki pengaruh yang penting dalam pengambilan
keputusan vendor untuk mengambil strategi pemasaran yang tepat dalam memasarkan
produknya. Serta dapat melakukan program-program marketing agar manarik minat
konsumen untuk terus berbelanja di website groupon, seperti tambahan diskon untuk
pembelian lebih dari satu item barang, dan lain-lain. Pelaku bisnis groupon harus selalu
memastikan bahwa sistem yang digunakan selalu aman dari parahacker yang akan
mengambil data konsumen dan aman dalam melakukan pembayaran secara online.
Bagi Pembeli, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan
awareness dalam melakukan pembelian secara online. Pembeli dapat lebih meningkatkan
pembeliannya secara online jika website tersebut nyaman, aman dan terpercaya.
Sedangkan bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan faktor-
faktor variabel lain yang mempengaruhi keputusan pembelian secara online pada website
groupon selain yang telah diteliti dalam penelitian ini. Seperti meneliti variabel kualitas
desain website e-commerce, variable perilaku konsumen online yang berbeda antara pria
dan wanita dan variable psikologi dengan menggunakan dimensi kepercayaan terhadap
vendor online, kepercayaan terhadap pembayaran secara online.
DAFTAR RUJUKAN
Assidiqi, Hasbi. (2009). Pengaruh Faktor Web Experience Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Elektronik. Bina Nusantara, Jakarta.
Alala, Dzulfikar. (2012). Inilah Keunggulan dan Kelemahan Belanja Online. Melalui
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/10/05/inilah-keunggulan-dan-
kelemahan-belanja-online-499130.html
Bryan A. Garner dalam Abdul Halim Barakatullah, (2005). Bisnis E-Commerce Studi
Sistem Keamanan Dan Sistem Hukum Di Indonesia. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Bungin, Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif. Penerbit Kencana, Jakarta
Cheung, C.M.K., Zhu, L., Kwong, T., Chan, G.W.W. andLimayem, M. (2003). Online
Consumer Behavior:a Review and Agenda for Future Research, Proceedings of The
16th Bled E-Commerce Conference, Bled, 9-11 June.
Choon Ling Kwek, Hoi Piew Tan and Teck Chai Lau, (2010). The Advancement of The
World Wide Web Has Resulted In The Creation of A New World Closes The Gap
On Android. http://blog.nielsen.com/nielsenwire/consumer/more-us-consumers-
choosingsmartphones-as-apple-closes-the-gap-on-android/
Hastuti 296- 308 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
308
Constantinides, Efthymios, (2004). Influencing The Online Consumer’s Behavior: The
Web Experience, Internet Research vol 14-Number 2- 2004. Emerald Group
Publishing Limited, United Kingdom
Devaraj, Fan, and Kohli, (2003). E-Loyalty -elusive ideal or competitive edge?.
Communication of the ACM 46, 9 (Sept.2003), 184-191
Forrester, (2003). Forrester Research Projects US Ecommerce To Hit Nearly $230 Billion,
Press Release, Available at:
www.forrester.com/ER/Press/Release/0,1769,823,00.html, and “Consumer
Technographics: The Online Consumer 1998 To 2003”, available at:
www.forrester.com/ER/Research/Brief/Excerpt/0,1317,17225,00.htm
ISO 9241-11, (1998). Ergonomic Requirements For Office Work With Visual Display
Terminals (VDTs), Part 11: Guidance on usability.
Janury, B. M. Dkk. (2008). Pengertian E-Commerce. Melalui
http://juansyah.wordpress.com/2012/08/02/pengertian-e-commerce/
Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran Jilid 1. PT Indeks Kelompok Gramedia.Jakarta
Kotler, Philip. (2003). Manajemen PemasaranEdisi Kesebelas, Indeks Kelompok
Gramedia,Jakarta.
Lee, P-M. (2002). Behavioral Model of Online Purchasers In E-commerce Environment,
Electronic Commerce Research, Vol. 2, pp. 75-85.
Ling, Kwek Choon, Lau Tek Chai and Tan Hoi Piew. (2010). The Effects of Shopping
Orientations, Online Trust and Prior Online Purchase Experience Towars
Customers’ Online Purchase Intention. International Business Research Vol 3. (3)
July 2010. Canadian Center of Science and Education, Georgia.
Nielsen. (2012). More Us Consumers Choosing Smartphones As Apple.
http://technorati.com/technology/article/apple-iphone-4s-climbs-android-falls/
Nielsen, Jacob. (2012). What Is Usability? Melalui
http://www.zdnet.com/devhead/stories/articles/0,4413,2137671,00.html
O’Cass, A. and Fenech, T., (2003). Web Retailing Adoption: Exploring The Nature of
Internet Users’ Web Retailing Behaviour, Journal of Retailing and Consumer
Services, Vol. 10, pp. 81-94. Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Riyadi, Valens. (2012). Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. ww.apjii.or.id
Swastha, Basu, 2000. Pengantar Bisnis Modern, Pengantar Ekonomi Perusahaan
Modern. Liberty.Jakarta
Turban, E.,et all. (2004). Electronic Commerce: A Managerial Perspective 2004. Pearson
Prentice Hall, New Jersey
Vrechopoulos, A., O’Keefe, R.M. and Doukidis, G.I., (2000). Virtual Store Atmosphere in
Internet Retailing. Proceedings of the 13th International Bled Electronic Commerce
Conference, Bled, Slovenia, 19-21 June.
Watchfire Whitepaper Series, (2000). Bad Things Shouldn’t Happen to Good Websites:
Best Practices for Managing The Web Experience, Available at: www.watchfire.com
Widayat. (2004). Metode Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. CV.
Cahaya Press, Malang.
Wijanto, Setyo Hari. (2008). Struktur Equation Modeling. Konsep dan Tutorial. Graha
Ilmu. Yogyakarta
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
309
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN
Tri Wulan Sundari dan Wiwik Utami
Fakultas Ekonomi Universitas Veteran (UPN) Jatim dan Magister Manajemen
Universitas Mercu Buana
Email: triwulan.sundari@gmail.com dan wiwikutami@gmail.com
Abstract: This study aims to determine the effect on the value of the company's
financial performance with the dividend policy as a moderating variable. The
population in this study are all banking companies listed on the BEI. Sampling method
performed with saturated sampling method, and based on predetermined criteria, the
number of samples is a sample of 15 banking companies that pay dividend during the
period 2007-2012.The research data is secondary data obtained from the Indonesian
Stock Exchange (www.idx.co.id) and ICMD 2007-2012. The results showed that: 1)
capital are significant positive influence to the firm value, 2) dividend policy are able
to significantly moderate influence to the capital on the value company, 3) asset quality
are not significant positive influence to firm value, 4) dividend policy are not able to
significantly moderate influence to the asset quality on the value company, 5) earning
are not significant positive influence to the firm value, 6) dividend policy are able to
significantly moderate influence to the earning on the value company, but with negative
effect, 7) liquidity are significant negative influence to the firm value, 8) dividend
policy are able to significantly moderate influence to the liquidity on the value
company.
Keywords: financial performance, firm value, dividend policy
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pada nilai kinerja
keuangan perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
Metode Sampling dilakukan dengan metode pengambilan sampel jenuh, dan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, jumlah sampel adalah contoh perusahaan 15
perbankan yang membayar dividen selama periode data penelitian 2007-2012.The
adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (www. idx.co.id) dan
ICMD 2007-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) modal berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) kebijakan dividen dapat berpengaruh secara
signifikan moderat ke ibukota pada nilai perusahaan, 3) kualitas aset tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan, 4) kebijakan dividen tidak dapat
berpengaruh secara signifikan moderat terhadap kualitas aset pada nilai perusahaan, 5)
produktif adalah pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 6)
kebijakan dividen dapat berpengaruh secara signifikan moderat terhadap pendapatan
pada perusahaan nilai, tetapi dengan efek negatif, 7) likuiditas yang berpengaruh negatif
signifikan terhadap nilai perusahaan, 8) kebijakan dividen dapat berpengaruh secara
signifikan moderat terhadap likuiditas pada perusahaan nilai.
Kata kunci: kinerja keuangan, nilai perusahaan, kebijakan dividen
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
310
PENDAHULUAN
Perbankan merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan, fungsi utama dari perbankan adalah menyediakan berbagai jasa keuangan. Dari
pengamatan terhadap distribusi perbankan, menunjukkan bahwa sebagian besar pasar
dikuasai oleh sedikit bank yang mempunyai keunggulan di dalam kekuatan asset, dana
serta jangkauan pelayanan (Brata, 1997).
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara
maksimum apabila harga saham meningkat. Enterprise Value (EV) atau dikenal juga
sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena
merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Kusumadilaga,
2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi atau kinerja bank tersebut biasa disebut
CAMEL. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, analisis terhadap faktor CAEL dilakukan melalui penilaian terhadap komponen
berikut: Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk menilai faktor permodalan, Non Performing
Asset (NPA) untuk menilai faktor kualitas aktiva, Return On Asset (ROA) untuk menilai
faktor rentabilitas, Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk menilai faktor lkuiditas.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen.
Dividen adalah proporsi laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah
yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliknya (Sunariyah, 2004).
Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi
perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas.
Kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan, hal ini dikarenakan kebijakan dividen menjadi pusat perhatian banyak pihak
seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki
kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan (Enggar, 2009).
Kebijakan dividen menarik digunakan sebagai variabel moderasi antara kinerja
keuangan dan nilai perusahaan dalam penelitian ini, karena perusahaan akan
memaksimumkan nilai perusahaan dapat dicapai bila perusahaan memperhatikan stake
holder atau pemegang saham. Hasil kontroversi pada penelitian mengenai kebijakan
dividen sebagai pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan sebelumnya
yang dilakukan oleh Enggar (2009) pada perusahaan manufakur yang menemukan
kebijakan dividen mampu memoderasi kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Berbeda
dengan Murtini (2008) yang menemukan kebijakan dividen tidak mampu mempengaruhi
nilai perusahan.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh permodalan, kualitas
aktiva, rentabilitas, lkuiditas terhadap nilai perusahaan pada sektor perbankan dan apakah
kebijakan deviden mampu memoderasi pengaruh keempat variabel tersebut terhadap nilai
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2007-2012.
Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. Tujuan utama perusahaan yang
telah go public adalah untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham, yang diwujudkan melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005). Hal
tersebut mengimplikasikan bahwa konsep nilai perusahaan dalam hal ini bersifat krusial,
karena menjadi tujuan utama bagi setiap perusahaan.
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
311
Nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk pada hubungan finansial antara barang dan
jasa yang tersedia untuk dibeli dan mereka yang membeli dan menjualnya. Nilai
perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh
tingginya kemakmuran pemegang saham karena semakin tinggi harga saham semakin
tinggi pula nilai perusahaan.
Enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan)
merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai
perusahaan secara keseluruhan. Beberapa teori yang melandasi nilai perusahaan
diantaranya: Signalling Theory, Efficient Market Theory (Efficient Market
Hypothesis/EMH), Asymetris Information Theory, Agency Theory.
Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah dividen. Dividen
merupakan proporsi pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada
para pemegang saham perusahaan. Secara matematis DPR dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dividen dalam penelitian ini terkait dengan teori “bird in the hand” dimana akan diteliti
apakah kebijakan dividen sebagai variabel moderator mampu memoderasi pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kinerja keuangan adalah untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan,
analisis memerlukan beberapa tolak ukur yang digunakan adalah ratio dan indeks, yang
menghubungkan dua data keuangan antara satu dengan yang lain (Agnes Sawir, 2005).
Kinerja perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan mengelola sumber daya yang
ada sehingga dapat memberikan nilai kepada perusahaan tersebut.
Tingkat kesehatan bank menurut Surat Keputusan Bank Indonesia No. 30/11/Kep/Dir
tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, pada dasarnya
menilai berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank,
yaitu permodalan (capital), aktiva produktif (assets), manajemen (management),
rentabilitas (earning), dan likuiditas (likuidity) yang biasa disebut CAMEL.
Penelitian mengenai pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh
Siregar (2010) dengan obyek penelitian perusahaan manufaktur periode 2006-2008.
Menggunakan teknik purposive sampling sampel yang diperoleh 61 perusahaan. Hasil
penelitian menemukan secara parsial dan stimultan likuiditas berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang tercermin melalui harga sahamnya. Dalam penelitian di intepretasikan
nilai koefisien likuiditas adalah negatif yang artinya semakin tinggi likuiditas semakin
rendah nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham. Interpretasi menyebutkan
hal tersebut terjadi dikarenakan kondisi ekonomi dan persepsi subjektif dari investor.
Penelitian Siregar (2010) didukung oleh Hartini (2010) yang menemukan secara parsial
dan simultan likuiditas memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin pada
harga sahamnya. Semakin tinggi nilai kesehatan suatu perusahaan akan memberikan
keyakinan kepada pemegang saham untuk memperoleh pendapatan (dividen atau capital
gain) di masa yang akan datang.
Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diteliti oleh Murtini (2008)
dengan obyek penelitian perusahaan manufaktur tahun 2000-2004 dengan sampel 22
perusahaan, penelitian Murtini (2008) menyatakan likuiditas yang dinilai dari arus kas
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
312
bebas perusahaan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Arus kas bebas
mencerminkan kinerja manajemen keuangan dalam mengambil keputusan keuangan. Nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan
memiliki kas yang benar-benar bebas, yang dapat dibagikan kepada pemilik saham
sebagai dividen.
Penelitian mengenai pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan telah diteliti oleh
Jhohor (2009) yang meneliti pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia dengan hasil penelitian secara parsial
variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi secara simultan
leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil
penelitian Jhojor (2009), Hartini (2010) menemukan leverage secara parsial dan simultan
memiliki pengaruh terhadap harga saham dengan menyimpulkan investor tidak melihat
perusahaan dari faktor leverage-nya. Hasil penelitian serupa dengan Hartini (2010)
didukung oleh Fitriyanti (2009) dan Siregar (2010) dengan menggunakan uji F dan t
menunjukkan bahwa leverage secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap leverage dan nilai
perusahaan telah diteliti oleh Hartini (2010) yang menyatakan terdapat hubungan antara
nilai perusahaan dengan pembayaran dividen, arus kas bersih, leverage dan earnings per
share yang di harapkan setiap tahun oleh perusahaan bahwa dividen menunjukkan hal
yang pasti berkaitan dengan apresiasi harga saham.
Penelitian mengenai profitabilitas terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh
Susilo (2009) meneliti pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang tercermin
melalui harga sahamnya pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia tahun 2005-2007. Hasil penelitian menemukan secara parsial dan simultan
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut bisa dijelaskan bahwa penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat
dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang
dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hasil penelitian Susilo (2009) didukung
oleh Fitriyanti (2009) dan Siregar (2010) secara parsial dan simultan profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan
kebijakan deviden sebagai varaibel moderating yang dilakukan oleh Mahendra (2011).
Hasil penelitiannya disimpulkan sebagai berikut : likuiditas berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan
memoderasi pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan, leverage berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu secara
signifikan memoderasi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan, profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak mampu
secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
313
Kerangka Pemikiran. Berdasarkan uraian dari teori-teori yang mendasari mengenai nilai
perusahaan, kebijakan dividen, permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas serta
penelitian terdahulu, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Capital
(X1)
Asset Quality
(X2)
Earning
(X3)
Liquidity
(X4)
Kebijakan
Dividen (Z)
(Y)
Firm Value
(Y)
H1 H3 H5 H7
H2
H4
H6H8
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber: berbagai jurnal
Hipotesis
H1: Capital berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
H2: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh capital terhadap
nilai perusahaan.
H3: Asset quality berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
H4: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh asset quality
terhadap nilai perusahaan.
H5 : Earning berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
H6: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh earning terhadap
nilai perusahaan.
H7: Liquidity berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
H8: Kebijakan dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh liquidity terhadap
nilai perusahaan.
Kajian Pustaka. Jenis desain penelitian yang dilakukan adalah penelititan deskriptif dan
kausal. Ruang lingkup penelitian ini adalah emiten perbankan yang listed di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, data diperoleh
dengan mengakses http://www.idx.co.id, dan website masing-masing emiten. Objek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan yang
listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012 yang membagikan dividen.
Variabel-variabel yang digunakan: 1)Variabel teikat, 2)Variabel bebas, 3) Variabel
moderasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listed di Bursa
Efek Indonesia (BEI), sesuai dengan publikasi www.idx.co.id . Adapun kemudian dengan
menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling: 1) Perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI pada periode 2007-2012 per 31 Desember 2012 2) Perusahaan perbankan
yang terdaftar secara berturur-turut di BEI pada periode 2007-2012 per 31 Desember 2012
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
314
3) Perusahaan perbankan yang membagi dividen pada periode 2007-2012 per 31
Desember 2012.
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang
diukur dengan formula sebagai berikut:
Selanjutnya variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah permodalan,
kualitas aktiva, rentabilitas dan likuiditas yang diukur dengan formula sebagai berikut :
Variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
METODE
Metode pengumpulan data yang digunakan terutama dengan cara studi dokumenter dari
www.idx.co.id. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listed di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian
ini adalah menggunakan analisis regresi. Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
perbankan dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel pada perusahaan
perbankan di BEI tahun 2007-2012 dengan bantuan progam SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif. Berdasarkan data mentah yang diinput dari www.idx.co.id maka
dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
Price Earning Ratio (PER), Dividen Payout Ratio (DPR), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), dan Loan Deposit Ratio (LDR).
Selanjutnya apabila dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi (δ) dari masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
315
Tabel 1. Analisis Descriptive
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PER 58 1.99 59.95 13.6126 9.04148
DPR 58 1.82 102.64 33.5840 17.69161
CAR 58 11.21 34.30 17.2883 4.80452
NPL 58 .38 8.18 2.6216 1.59395
ROA 58 .36 4.42 1.9055 .80020
LDR 58 44.28 129.19 76.8595 17.51781
Valid N (listwise) 58
Sumber: data yang diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 1, diperoleh gambaran sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai perusahaan
berdasarkan Price Earning Ratio (PER) adalah 13,61 persen yang menunjukkan harga
saham 13,61 kali dari laba tahun berjalan 2) Rata-rata nilai pembagian dividen
berdasarkan Dividen Pay Out Ratio (DPR) adalah 33,58 persen yang menunjukkan
persentase laba perusahaan yang dibayarkan sebagai pemegang saham perusahaan berupa
dividen kas sebesar 33,58 persen (Darmadji dan Fakhruddin, 2006) 3) Rata-rata nilai
capital berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 17,29 persen menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan rasio kecukupan modal sangat baik yaitu
diatas 8 persen sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 4) Rata-rata nilai
asset quality berdasarkan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,62 persen menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mengendalikan rasio kredit bermasalah cukup baik yaitu
dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5 persen 5) Rata-rata
nilai earning berdasarkan Return On Asset (ROA) sebesar 1,92 persen menunjukkan
kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi secara
keseluruhan sangat baik, dimana standar Bank Indonesia untuk rasio ROA sebesar 0,5% -
1,25% 6) Rata-rata nilai rentabilitas berdasarkan Loan Deposit Ratio (LDR) sebesar 76.85
persen mengindikasikan bank mempunyai tingkat lkuiditas yang baik dan masih
mempunyai ruang gerak untuk ekspansi kredit, yaitu tidak lebih rendah dari 75 persen
sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia.
Hasil Uji Asumsi Klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari: 1) Normalitas Data, pada penelitian ini data (titik) menyebar di sekitar dan mendekati
garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa data penelitian yang mencakup variabel
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, kebijakan dividen dan nilai perusahaan
telah menunjukkan distribusi data normal yang diperlukan sebelum melakukan pengujian
hipotesis 2) Uji Heteroskedastisitas, dalam penelitian ini data sampel tersebar baik berada
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat
heteroskedastisitas dalam model regresi yang digunakan 3) Uji Autokorelasi, pada
penelitian ini sudah diuji dengan Durbin Watson dan tidak terjadi autokorelasi 4) Uji F,
Pada penelitian ini secara simultan, DPR mampu memoderasi pengaruh CAR, NPL, ROA
dan LDR terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut menandakan bahwa investor menilai
kinerja perusahaan dari kesemua aspek yaitu capital, asset, rentabilitas dan lkuiditas, serta
dengan adanya kebijakan dividen sebagai variabel moderasi mampu memperkuat
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
316
pengaruh keempat variabel independen terhadap nilai perusahaan 5) Pada penelitian ini
diperoleh koefisien determinasi R2 sebesar 60,7 persen artinya variabel independen
mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 60,7 persen dan sisa 39,3 persen
dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan. Pada tabel 1 dijelaskan bahwa pengaruh variabel
DPR terhadap PER adalah signifikan negatif dengan nilai signifikansi 0.028<0.05
sedangkan CAR tidak berpengaruh signifikan negatif dengan nilai signifikansi
0.129>0.05. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik investor untuk masing-
masing pasar modal pada emiten perbankan.
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Modal (CAR), Nilai Perusahaan (PER) dan
Kebijakan Dividen (DPR) Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T
Sig. Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.772 5.821 2.710 .009
DPR -.360 .159 -.704 -2.261 .028
CAR -.465 .301 -.247 -1.543 .129
DPR.CAR .030 .007 1.501 4.087 .000
Sumber: data diolah
Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa para investor tidak terlalu memperhatikan tingkat
risiko yang dihadapi oleh bank khususnya tingkat kecukupan modal yang dicapai oleh
setiap bank, sepanjang tidak ada pelanggaran terhadap indikator kesehatan perbankan
yang telah ditetapkan BI, hal tersebut sesuai dengan penelitian Kusumawati (2009).
Dividen pay out ratio sebagai variabel yang memoderasi capital adequacy ratio,
menunjukkan hasil yang positif signifikan dengan nilai signifikansi 0.000<0.05 dimana
DPR mampu memoderasi pengaruh CAR terhadap PER. Hal tersebut dikarenakan investor
melihat CAR sebagai kondisi perusahaan yang memiliki kecukupan modal baik serta
adanya pembagian dividen yang memperkuat rasio kecukupan modal, selain sebagai
pertimbangan dalam membeli saham, yang mana sesuai dengan teori “bird in the hand”,
dibuktikan dengan pengaruh DPR yang mampu memoderasi pengaruh CAR terhadap
PER. Pengaruh variabel DPR dan NPL terhadap PER adalah tidak signifikan negatif
dengan nilai signifikansi DPR 0.820>0.05 dan NPL 0.170>0.05. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengendalikan kualitas aset
dimana dalam perbankan aset sebagian besar terdiri dari kredit tidak akan mempengaruhi
nilai perusahaan, karena dalam pasar modal Indonesia pergerakan harga saham dan
penciptaan nilai tambah perusahaan disebabkan faktor psikologis pasar. Hasil penelitian
tersbeut tidak sesuai dengan penelitian dari Fitriyanti (2009), Siregar (2010) yang
menyatakan secara parsial leverage mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi
sesuai dengan penelitian Jhohor (2009) yang menyatakan secara parsial leverage tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dividen pay out ratio sebagai variabel yang memoderasi non performing loan
dengan nilai signifikansi 0.101>0.05, menunjukkan hasil yang positif tidak signifikan
dimana DPR tidak mampu memoderasi pengaruh NPL terhadap PER. Hasil tersebut
hampir sesuai dengan penelitian oleh Mahendra (2011), pada perusahaan manufaktur
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
317
dengan leverage sebagai salah satu kinerja keuangan, yang berbeda adalah hasilnya
dimana leverage dengan DPR sebagai moderator berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya pembagian dividen, investor
menganggap kemampuan perusahaan dalam mengelola aset cukup baik sehingga DPR
yang memoderasi NPL dianggap sebagai sinyal positif terhadap nilai perusahaan walau
tidak signifikan, hal tersebut juga sesuai dengan teori “bird-in-the-hand”.
Secara parsial, DPR berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan dengan
nilai signifikansi 0.000<0.05, tetapi ROA tidak berpengaruh positif terhadap PER nilai
signifikansi 0.094>0.05. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian dari Mahendra
(2011) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan pada sektor manufaktur. Hal tersebut dikarenakan pada emiten perbankan,
investor tidak hanya melihat dari sisi profitabilitas saja tetapi juga mempertimbangkan
faktor-faktor lain.
Dividen pay out ratio sebagai variabel yang memoderasi return on asset
menunjukkan hasil signifikan negatif dengan nilai signifikansi 0.002<0.05, menunjukkan
dimana DPR mampu memoderasi pengaruh ROA terhadap PER. Hal tersebut dikarenakan
dengan adanya pembagian dividen lebih banyak, peluang pertumbuhan laba semakin
sedikit karena kecilnya porsi untuk investasi. Hasil penelitian dengan variabel moderasi
tidak sesuai dengan Mahendra (2011) yang menyatakan masuknya kebijakan dividen tidak
mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Tabel 3. Rentabilitas (ROA), Nilai Perusahaan (PER) dan Kebijakan Dividen (DPR)
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T
Sig. Model B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.532 4.534 -.779 .439
DPR .569 .097 1.113 5.853 .000
ROA 3.704 2.173 .328 1.705 .094
DPR.ROA -.141 .044 -.810 -3.201 .002
Sumber: data diolah dengan SPSS 18
Secara parsial, DPR dan LDR berpengaruh signifikan negatif dengan nilai signifikansi
DPR 0.001<0.05 dan LDR 0.000<0.05 terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut sesuai
dengan teori dimana semakin tinggi LDR suatu perbankan, resiko gagal bayar juga
semakin besar, sehingga menurunkan nilai perusahaan, dan sesuai dengan penelititian dari
Murtini (2008), Fitriyanti (2009), Susilo (2009), Siregar (2010) dan Mahendra (2011).
Dividen Pay Out Ratio sebagai variabel yang memoderasi Loan Deposit Ratio,
menunjukkan hasil signifikan positif dengan nilai signifikansi 0.000<0.05 dimana DPR
mampu memoderasi pengaruh LDR terhadap PER. Hal tersebut dikarenakan LDR yang
tinggi menghasilkan kinerja yang baik, dibuktikan dengan kemampuan perusahaan meraih
laba dan membaginya dalam dividen.
Dari hipotesis-hipotesis yang telah diuji, diperoleh gambaran bahwa teori yang
melandasi nilai perusahaan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah signalling
theory, efficient market theory dan asymetris information theory dimana investor
merespons terhadap nilai perusahaan berdasarkan sinyal mengenai kondisi perbankan
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
318
melalui laporan keuangan yang mencakup analisa CAEL dengan regulasi yang ditetapkan
Bank Indonesia, serta harga sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi
yang dipublikasikan, juga tidak semua informasi dapat diperoleh oleh investor dan hanya
dimiliki oleh para agen perusahaan. Kebijakan deviden juga mampu memoderasi pengaruh
CAR, ROA dan NPL terhadap PER, sesuai dengan teori ”bird-in-the-hand”, dimana
investor cenderung menyukai dividen yang sudah pasti jumlah nominalnya.
PENUTUP
Kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderating pada
emiten perbankan. Dari 26 bank yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2007 sampai 2012, dengan metode purposive sampling diperoleh 15 perusahaan yang
memenuhi semua syarat penelitian untuk dijadikan sampel. Dari penelitian mengenai
pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari modal (CAR), kualitas aset (NPL),
rentabilitas (ROA) dan likuiditas (LDR) terhadap nilai perusahaan (PER) dengan dividen
(DPR) sebagai variabel moderator diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Secara parsial
permodalan yang diwakili dengan CAR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang
diwakili PER, namun dengan masuknya kebijakan dividen yang diwakili DPR sebagai
variabel moderasi terhadap CAR menunjukkan hasil positif signifikan terhadap nilai
perusahaan yang berarati kebijakan dividen mampu memoderasi pengaruh permodalan
terhadap nilai perusahaan 2) Secara parsial kualitas aktiva yang diwakili NPL berpengaruh
terhadap nilai perusahaan yang diwakili PER. Kebijakan dividen yang diwakili DPR tidak
signifikan memoderasi NPL terhadap nilai perusahaan 3) Secara parsial rentabilitas yang
diwakili ROA tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun dengan masuknya
DPR sebagai variabel moderasi terhadap ROA menunjukkan negatif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini bermakna DPR mampu memperkuat pengaruh ROA tetapi
berlawanan efeknya terhadap nilai perusahaan, dimana bila DPR tinggi, ROA nya rendah
4) Secara parsial, likuiditas yang diwakili LDR berpengaruh signifikan negatif terhadap
nilai perusahaan. Dengan masuknya kebijakan dividen yang diwakili DPR sebagai
variabel yang memoderasi LDR, menunjukkan hasil positif signifikan. Hal ini bermakna
DPR mampu memperkuat pengaruh LDR terhadap nilai perusahaan.
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya
adalah : 1) Bagi perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan bukti empiris yaitu
pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan (kebijakan dividen sebagai variabel
moderating) dalam pengambilan keputusan 2) Bagi investor diharapkan dapat menjadi
masukan dalam pengambilan keputusan sebelum berinvestasi 3) Bagi peneliti selanjutnya,
dapat melakukan penelitian dengan variabel yang tidak mempunyai ketetapan regulasi dari
undang-undang perbankan.
DAFTAR RUJUKAN
Anonymous (1990). SK Menteri Keuangan Nomor 792 Tahun 1990.
Agnes. Sawir. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
319
Ang, Robert, (2005). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Mediasoft Indonesia.
Arsintadiani, D dan Harsono, M., (2002). Pengaruh tingkat LMX terhadap penilaian
kinerja dan kepuasan kerja dengan kesamaan gender dan locus of control sebagai
variabel moderator. Jurnal Perspektif, Volume 7, (2), Desember 2002: 113-
122.
Bahagia, Malla, (2008). Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden dan
Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pendekatan Structural
Equation Modeling (SEM), Jakarta : UIN Syarifhidayatullah.
Bank Indonesia, (1998). UU No. 10 Tahun 1998: “Tentang Perubahan UU No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan”, Jakarta, BI.
-------------------- ,Pakto 1988. Paket Kebijakan 27 Oktober 1988.
-------------------- Surat Keputusan Bank Indonesia No, 30/11/Kep/Dir tanggal 30 April
1997.
-------------------- SE BI No 3/30 DPNP tgl 14 Desember 2001.
--------------------, (2003). Peraturan Bank Indonesia No. 12/21/PBI/2010 tentang
Rencana Bisnis Bank.
--------------------, (2004). Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
-------------------- , (2012). Kajian Stabilitas Keuangan. No. 19, September 2012.
Biro riset info bank, (2010). Wajah Perbankan Indonesia. www.infobank.com.
Brata, Aloysius Gunadi, (1997). Struktur dan Kinerja Perbankan, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
Brigham, Eugene F., (2011). Fundamentals of Financial Management, Seventh Edition,
Holt-Saunders Japan: The Dryden Press.
Brigham and Houston, (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesepuluh.
Jakarta : Salemba Empat.
Darmadji, T & Fakhruddin, H.M., (2006). Pasar Modal di Indonesia. Edisi Kedua.
Jakarta: Salemba Empat.
Erlangga, Enggar, (2009). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai perusahaan
Dengan Pengungkapan CSR, Good Corporate Governance, dan Kebijakan Dividen
Sebagai Variabel Pemoderasi, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammdiyah Yogyakarta.
Fitriyanti, Hayu, (2009). Analisis Pengaruh Roa, Roe, Dan Der Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di BEI. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi Manajemen. (online),
(http://etd.eprints.ums.ac.id/3020/ ).
Ghozali, Imam, (2006). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ke 4.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.
Gujarati, Damodar. N., (2007). Dasar-dasar ekonometrika. Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Gitman, Lawrance. J., (2003). Principles of Mangerial Finance. 10th
edition. Addison
Wesley.
G. Sugiarso, dan F Winarni., (2006). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
320
Hartini, Sri, (2010). Pengaruh Dividen Kas, Arus Kas Bersih, Leverage Ratio Dan
Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana.
(online), (http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20595).
Helfert, Erich A., (2003). Technique of Financial Analysis, a guide to value creation, 11th
edition, Mc Graw. Hill-Irwin, North America.
Jensen, Michael C & CW Smith Jr, (1984). The Modern Theory of Corporate Finance,
McGrow-Hill, Inc., USA.
Jhojor Triwati N, Barasa, (2009). Pengaruh Debt To Equity Ratio (Der) dan Debt To Asset
Ratio (DAR) Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Universitas Sumatera Utara. Fakultas
Ekonomi Akuntansi.
Jogiyanto, H.M., (2005). Analisis dan Disain Sistem Informasi :Pendekatan
Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis, Yogyakarta.
--------------------, (2010). Metodologi Penelitian Bisnis : salah kaprah dan
pengalaman-pengalaman. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Kasmir., (2008). Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarlin, J.B Menteri Keuangan, (1989). Keputusan Menteri Keuangan No,
740/KMK.00/1989 tanggal 28 juni 1989.
Kusumadilaga, Rimba, (2010). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating, Skripsi,
Fakultas Ekonomi Diponegoro Semarang.
Kusumawati, Fariyana, 2009. Pengaruh Risiko Bank dan Profitabilitas Terhadap Harga
Pasar Saham Pada Perusahaan Perbankan, Jurnal Akuntansi Manajemen Bisnis
dan Sektor Publik.
Kristiantari I Dewa Ayu, (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi underpricing
Saham Pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia, Tesis. Denpasar.
Mahendra, Alfredo. DJ, (2011). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai
Perusahaan (Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Moderating) Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia, Program Magister Program
Studi Manajemen Program Pascasarjana, Universitas Udayana.
Mahsyud, Ali, (2006). Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha
Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Rajawali Pers, Jakarta.
Martono dan Harjito, Agus, (2005). Manajemen Keuangan Edisi Pertama, cetakan
keempat, penerbit Jala Sutia, Jakarta.
Murtini, Umi, (2008). Pengaruh Manajemen Keuangan terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Riset Akuntansi. vol 4, no. 1 Februari 2008.
Napa J, Awat, (1999). Manajemen Keuangan : Pendekatan Sistematis, Jakarta :PT
Gramedia Pustaka Utama.
Nurmala, (2006). Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham Perusahaan-
perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta. Mandiri Vol. 9 No.1 Juli-September.
Nuringsih, Kartika, (2005). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Hutang, ROA Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-
1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, (2), Juli-Desember.
Sundari dan Utami 309- 321 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
321
Rozeff, M., (1982). Growth, Beta and Agency Cost as Determinants of Payout Ratio.
Jurnal Riset Keuangan, Vol 5, (3).
Ridwan Sundjaja., Inge Barlian, (2003). Manajemen Keuangan 2 Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Salvatore, Dominick, (2005). Managerial Economics: Ekonomi Managerial dalam
Perekonomian Global, Edisi Kelima, Terjemahan Ichsan Setyo Budi, Salemba,
Jakarta.
Siamat, Dahlan, (2005). Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan dan Perbankan,
Edisi Kelima, Lembaga Fakultas Ekonomi.
Singgih Santoso, (2005). Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Gramedia.
Sinkey, Joseph F., (1992). Commercial Bank Financial Management in Financial Services
Industry, 3th edition, Macmillan Publishing Company, Englewood Cliffs, New
York.
Siregar, Sheila Ramadhani, (2010). Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap
Harga Saham dengan Menggunakan Rasio Keuangan Pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
792 tahun 1990.
Sunariyah, (2004). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit UPP AMP YKPN:
Yogyakarta.
Susanti, Rika, (2010). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Susilo, Agus, (2009). Pengaruh Pergerakan Rasio Profitabilitas Emiten Terhadap
Perubahan Harga Saham (studi Kasus Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2007), Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ekonomi Manajemen.
Usman, Mohammad, (2001). Pengaruh Dividen Pay Out Ratio (DPR), Return On Equity
(ROE) dan Earning -Growth terhadap Price Earning Ratio (PER). Jurnal Ekoma,
Vol. 1, (1), September.
Yusuf, Ahmad, (2005). Analisis pengaruh current ratio, debt to equity dan price earning
ratio terhadap harga saham di industri food and beverages yang terdaftar di BEI
periode 2004-2007.
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
322
PENGARUH KEPUASAN KERJA, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI
KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI DIVISI INDUSTRIAL DAN
ENERGI PT HASKONING INDONESIA
Yumi Meirina
Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu
Email: umee612@yahoo.com
Abstrack: The purpose of this study is to analyze the effect of job satisfaction, work
environment and work motivation and its impact on the employee performance. The
independent variable are job satisfaction, work environment and work motivation with
employee performance as dependent variable. Primary data were collected by using
questioner .Using total sampling, total 114 samples were obtained from employees in
Industrial and Energy Division PT Haskoning Indonesia. From the results of the data
processing, the job satisfaction variables had no affect to the employee performance
variable, work environment variable also had no affect to the employee performance
variable, but work motivation affected to the employee performance variable. While job
satisfaction, work environment and work motivation are simultaneously affect the
performance of employees. The conclusionof this study, in order to affect employee
performance, the company must increase employee motivation to obtain maximum
results and meet the targets set.
Keywords: job satisfaction, work environment, employee motivation, employee
performance
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepuasan
kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja dan dampaknya terhadap kinerja karyawan.
Variabel independen adalah kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja
dengan kinerja karyawan sebagai variabel dependen. Data primer dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner .Using total sampling, jumlah sampel 114 diperoleh dari
karyawan di Industrial dan Divisi Energi PT Haskoning Indonesia. Dari hasil
pengolahan data, variabel kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja
karyawan, variabel lingkungan kerja juga tidak berpengaruh terhadap variabel kinerja
karyawan, tapi motivasi berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan bekerja.
Sementara kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Conclusionof Penelitian ini, untuk
mempengaruhi kinerja karyawan, perusahaan harus meningkatkan motivasi karyawan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memenuhi target yang ditetapkan.
Kata kunci: kepuasan kerja, lingkungan kerja, motivasi kerja, kinerja karyawan
PENDAHULUAN
Salah satu elemen penting dalam suatu organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber
daya manusia atau karyawan yang merupakan aset penting suatu perusahaan haruslah
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
323
dikelola dengan baik agar dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi kinerja
perusahaan. Karyawan adalah manusia yang juga memiliki kehidupan lain diluar
pekerjaannya. Manusia bukanlah mesin, manusia memiliki harapan, keinginan, cita-cita
dan dorongan yang ingin dicapainya. Dalam bekerja karyawan memiliki pemikiran dan
pertimbangan-pertimbangan yang mendasarinya untuk menentukan sikap dan perilakunya.
Setiap pekerjaan memiliki arti yang berbeda-beda bagi masing-masing kemampuan
karyawan. Ada karyawan yang merasa pekerjaan sebagai suatu beban berat yang harus
dijalani. Adapula karyawan yang merasa pekerjaan yang ada harus dijalani secara optimal.
Pekerjaan tersebut dilakukan dalam suatu lingkungan kerja yang bisa memberikan
tambahan beban psikologis maupun jasmani kepada karyawan tersebut. Tambahan beban
tersebut dapat berpengaruh positif maupun negatif pada kinerja karyawan.
Salah satu hal yang harus menjadi perhatian utama perusahaan adalah bagaimana
memelihara kinerja para karyawannya agar selalu optimal. Apabila karyawan tidak
merasakan kepuasan yang diterima, kenyamanan di lingkungan, tidak adanya motivasi
yang baik maka karyawan tidak bisa mengembangkan segala potensi yang mereka miliki
dan secara otomatis karyawan tidak dapat fokus dan berkonsentrasi secara penuh terhadap
pekerjaannya.
Hasil dari penilaian kinerja karyawan pada tahun 2011 dan 2012 secara umum
terjadi penurunan kinerja walaupun tidak terlalu besar yaitu di kisaran 1%. Tetapi jika
dilihat lagi terjadi kenaikan jumlah karyawan yang mendapat nilai below average dari 5%
di tahun 2011 menjadi 8% di tahun 2012. Penurunan kinerja ini walaupun tergolong
sedikit tetap harus disikapi dan diantisipasi secepatnya oleh pihak perusahaan.
Apabila salah satu indikasi kepuasan karyawan adalah tingkat turnover maka dapat
dilihat indikasi rendahnya kepuasan karyawan yang akhirnya memicu karyawan untuk
keluar. Beberapa keluhan yang paling sering dilontarkan oleh karyawan adalah
ketidakpuasan gaji yang diterima, ketidakjelasan pengembangan karir ke depannya dan
mengenai pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari. Mayoritas alasan mereka keluar
adalah karena mendapat kesempatan di perusahaan lain yang tentunya dengan penawaran
yang jauh lebih baik daripada yang mereka terima sekarang baik dari sisi pendapatan
maupun kejelasan pengembangan karir.
Salah satu faktor yang dapat dijadikan alat ukur kinerja karyawan adalah tingkat
kehadiran karyawan. PT Haskoning Indonesia menargetkan tingkat kehadiran karyawan
minimal 90% setiap bulannya. Rata-rata tingkat ketidakhadiran karyawan dari bulan Juni
2012 – Januari 2013 sebesar 12% berarti lebih besar dari ketidakhadiran minimal yang
ditetapkan yaitu 10%. Ketidakhadiran karyawan ini dapat mengganggu kelangsungan dan
kontinuitas pekerjaan. Banyaknya pekerjaan yang membutuhkan koordinasi beberapa
orang maka apabila salah satu karyawan tidak hadir maka karyawan lain akan terhambat
pekerjaannya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh antara kepuasan kerja,
lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di divisi Industrial dan
Energy PT Haskoning Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan / bersama-
sama.
Kajian Pustaka. Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang
menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima karyawan dan jumlah
yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Robbins, 2003:78). Greenberg dan Baron
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
324
(2003:148) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap postif dan negatif yang
dilakukan individual terhadapa pekerjaan mereka. Pandangan senada dikemukakan juga
oleh Gibson (2000:106) yang menyatakan kepuasan kerja sebagai sikap yang dimiliki
pekerja tentang pekerjaan mereka. Hal tersebut merupakan hasil dari persepsi mereka
tentang pekerjaan.
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004:117) “job satisfaction is
favorableness or unfavorableness with employees view their work” (Kepuasan kerja
adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja).
Sementara menurut Wexley dan Yuki dalam Mangkunegara (2004:117) mendefinisikan
kepuasan kerja “is the way an employee feels about his or her job” (adalah cara pegawai
merasakan dirinya atau pekerjaannya).
Berdasarkan pendapat diatas, kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong
atau tidak menyokong diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun
kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
seperti gaji atau upah yang diterima, kesempatan pengembangan karir, jenis pekerjaan,
struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan dan hubungan dengan karyawan
lainnya. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain usia, kondisi
kesehatan, kemampuan dan latar belakang pendidikan.
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugasnya (Pramudyo, 2010:17). Dalam jurnal
tersebut hal pertama yang harus diusahakan untuk memperbaiki kinerja karyawan adalah
menjamin agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dalam keadaan yang memenuhi
syarat, sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya tanpa mengalami ketegangan-
ketegangan, atau dengan kata lain perusahaan harus menyediakan lingkungan kerja yang
baik bagi karyawannya.
Menurut Sedarmayanti (2004:65) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan
kerja terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Lingkungan Kerja Fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik
yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Komarudin seperti dikutip dalam
Analisa (2011:21), lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau setiap aspek dari
gejala fisik dan sosial - kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu.
Sementara menurut Alex S. Nitisemito (2000: 183) lingkungan kerja fisik adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas - tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara,
ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut bahwa lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar tempat kerja karyawan lebih banyak berfokus pada benda–benda dan
situasi sekitar tempat kerja sehingga dapat mempengaruhi karyawan dalam
melaksanakan tugasnya, Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat
penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor
lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik. Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang
terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan dengan bawahan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
325
(Sedarmayanti, 2004:67). Lingkungan kerja non fisik ini tidak kalah pentingnya dengan
lingkungan kerja fisik. Semangat kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan kerja non fisik, misalnya hubungan dengan sesama karyawan dan dengan
pemimpinnya. Apabila hubungan seorang karyawan dengan karyawan lain dan dengan
pimpinan berjalan dengan sangat baik maka akan dapat membuat karyawan merasa
lebih nyaman berada di lingkungan kerjanya. Dengan begitu semangat kerja karyawan
akan meningkat dan kinerja pun juga akan ikut meningkat.
Motivasi diartikan sebagai sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong
perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan
dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. (Hariandja, 2002:321). Motivasi seringpula
diartikan sebagai dengan keinginan, tujuan, kebutuhan atau dorongan-dorongan dan
sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi seseorang. Motif yang
sangat kuat akan membentuk usaha yang keras. Berdasarkan konsep diatas, studi
tentang motivasi berarti mencoba mengidentifikasi faktor-faktor tersebut.
Menurut Handoko (2001:78) motivasidapat diartikan sebagai keadaan dalampribadi
seseorang yang mendorongkeinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapaitujuan. Dari pengertian diatas dapatdisimpulkan bahwa motivasi adalah
suatuyang bisa menimbulkan semangat ataudorongan kerja pada diri seseorang.
Teori Hirarki Kebutuhan–Need Hierarchy (Abraham Maslow)yaitu limatingkat kebutuhan
manusia sebagai berikut: (a) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar
dan merupakan dorongan yang sangat kuat pada diri manusia karena merupakan
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya, misalnya kebutuhan makanan, minuman dan
tempat beribadah.; (b) Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan pada tingkat
kedua. Orang mempunyai harapan untuk dapat memenuhi standar hidup yang dianggap
wajar. Bila kebutuhan akan akan rasa aman ini belum terpenuhi maka orang akan merasa
takut sekali akan kehilangan pekerjaan atau kehilangan pendapatannya.; (c) Kebutuhan
sosial sering juga disebut sebagai kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, atau kebutuhan
untuk menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu.; (d) Kebutuhan penghargaan
merupakan kebutuhan pada tingkat keempat. Orang mempunyai kecenderungan untuk
dipandang bahwa mereka adalah penting, bahwa apa yang mereka lakukan itu ada artinya,
serta bahwa mereka mempunyai kontribusi pada organisasi/lingkungan dimana mereka
berada.; (e) Kebutuhan aktuliasasi diri merupakan kebutuhan pada tingkat yang paling
tinggi dimana seseorang merasa bahwa pekerjaan yang dilakukannya adalah penting.
Menurut Sedarmayanti (2004:126) pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal dan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan
etika.
Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan standar atau
kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan
oleh Maier (dalam As’ad, 2003:14) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan
suatu pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter (dalam As’ad, 2003:14). menyatakan
bahwa kinerja adalah "succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari
perbuatan-perbuatannya Dari batasan tersebut As’ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah
hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
326
Kepuasan Kerja
(X1)
Lingkungan
Kerja (X2) Kinerja (Y)
Motivasi Kerja
(X3)
bersangkutan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmatullah Burhanuddin
Wahab (2012) tentang Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Karyawan pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Makasar dengan hasil bahwa
kepuasan kerja dan motivasi kerja baik secara parsial maupun simultan berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian Deewar Mahesa tahun 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Motivasi
Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai
Variabel Moderating (Studi pada PT Coca Cola Amatil Indonesia)” diperoleh hasil
penelitian bahwa kepuasan kerja dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja.
Penelitian Lucky Wulan Analisa pada tahun 2011 dengan judul “Analisa Pengaruh
Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada
Disperindag Kota Semarang)” memperoleh hasil bahwa motivasi kerja dan lingkungan
kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Penelitian Anung Pramudyo pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi Kinerja Dosen Negeri Dipekerjakan pada Kopertis Wilayah V
Yogyakarta” dengan variabel X motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan
kompetensi ditelilti hubungannya terhadap variabel Y yaitu kinerja. Diperoleh hasil
penelitian bahwa variabel motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan kompetensi
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.
Kerangka Pemikiran. Pekerjaan yang dilakukan di PT Haskoning Indonesia sebagai
sebuah perusahaan konsultan engineering adalah pekerjaan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan seringkali dalam tenggat waktu terbatas. Pada kondisi pekerjaan
seperti ini karyawan sangat rentan terhadap kejenuhan yang menyebabkan adanya
ketidakpuasan dalam bekerja. Ketidaknyaman dan perubahan lingkungan kerja juga dapat
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Kurang atau hilangnya motivasi kerja juga
berpengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan paparan tersebut maka perlu dilakukan kajian dan penelitian mengenai
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja karyawan baik secara simultan maupun
parsial yang diantaranya adalah faktor kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja
karyawan.
Pemikiran di atas dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran seperti berikut:
H1
H2
H3
H4
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
327
Hipotesis. Dari gambar kerangka pikir diatas maka penulis dapat membuat hipotesa
sebagai berikut:
H1: Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
H2: Lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
H3: Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan
H4: Kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi secara simultan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
METODE
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada obyek
yang diteliti; (2) Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan
tanya jawab secara langsung dengan beberapa bagian yang terkait dan relevan dengan
penelitian ini.;(3) Kuesioner, yaitu dengan membagikan selebaran angket yang berisi
daftar pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan data-data yang diperlukan untuk
menganalisis pengaruh kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan Divisi Industrial dan Energi PT Haskoning Indonesia.
Jenis populasi dibedakan menjadi dua macam yaitu: populasi target dan populasi contoh
(sampling). Populasi sampling dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT
Haskoning Indonesia sementara populasi target/sasaran adalah seluruh karyawan di divisi
Industrial dan Energi yang berjumlah 114 orang.
Sampel adalah sebagian unsure populasi yang dijadikan objek penelitian. Digunakan
apabila ukuran populasinya relative besar. Dalam penelitian ini karena jumlah populasi
target atau sasaran yang diambil tidak terlalu besar maka penulis mengambil seluruh
populasi target sebagai sampel sehingga disebut sampel jenuh (total sampling).
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan metode kuantitatif,
diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat tentang respon yang
diberikan oleh responden, sehingga data yang berbentuk angka tersebut dapat diolah
dengan menggunakan metode statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan persamaan
regresi berganda, dengan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3
Keterangan: Y= Kinerja Karyawan; a = konstanta yang merupakan nilai rata-rata Y saat
X1, X2 dan X3 = 0; X1= Kepuasan Kerja; b1 = koefisien regresi parsial, mengukur nilai
rata-rata Y untuk tiap unit perubahan dalam X1 dengan menganggap X2 dan X3 konstan.;
X2= Lingkungan Kerja; b2 = koefisien regresi parsial, mengukur nilai rata-rata Y untuk
tiap unit perubahan dalam X2 dengan menganggap X1 dan X3 konstan.; X3= Motivasi
Kerja; b3 = koefisien regresi parsial, mengukur nilai rata-rata Y untuk tiap unit perubahan
dalam X3 dengan menganggap X1 dan X2 konstan. Analisis statistik dilakukan dengan
bantuan program SPSS untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antara variabel-
variabel penelitian, dengan melakukan beberapa uji data seperti uji validitas, reliabilitas
dan uji asumsi klasik.
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
328
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa data menggunakan analisa statistik SPSS versi 20 dengan output sebagai berikut:
Tabel 1. Correlations
Kinerja Kepuasan
Kerja
Lingkungan
Kerja
Motivasi
Pearson Correlation
Kinerja 1,000 ,311 ,330 ,441
Kepuasan Kerja ,311 1,000 ,660 ,605
Lingkungan Kerja ,330 ,660 1,000 ,672
Motivasi ,441 ,605 ,672 1,000
Sig. (1-tailed)
Kinerja . ,000 ,000 ,000
Kepuasan Kerja ,000 . ,000 ,000
Lingkungan Kerja ,000 ,000 . ,000
Motivasi ,000 ,000 ,000 .
N
Kinerja 114 114 114 114
Kepuasan Kerja 114 114 114 114
Lingkungan Kerja 114 114 114 114
Motivasi 114 114 114 114
Sumber: data diolah
Dari tabel dimuka diperoleh nilai Pearson Correlation masing-masing (r) untuk kepuasan
kerja sebesar 0.331, lingkungan kerja sebesar 0.330 dan motivasi sebesar 0.441. Semakin
besar nilai r (semakin mendekati nilai 1) maka makin kuat hubungannya. Korelasi
motivasi terhadap kinerja lebih kuat daripada korelasi kepuasan kerja terhadap kinerja
maupun korelasi lingkungan kerja terhadap kinerja. Nilai Sig dari ketiga variabel X adalah
0.000 < α = 0.005 maka masing-masing variabel bebas yaitu kepuasan kerja, lingkungan
kerja dan motivasi berkorelasi signifikan secara statistik.
Tabel 2. ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 1031,238 3 343,746 9,052 ,000b
Residual 4177,043 110 37,973
Total 5208,281 113
a. Dependent Variable: Kinerja
b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja
Sumber: data diolah
Dari tabel diperoleh output untuk menjelaskan hasil uji F yang digunakan untuk menguji
signifikansi pengaruh beberapa variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen. Untuk pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai F hitung
terhadap F tabel (lihat bagian pembahasan Uji F) atau dengan melihat nilai signifikansinya
(Sig). Jika nilai signifikansinya < 0.05 maka terdapat pengaruh antara variabel kepuasan
kerja, lingkungan kerja dan motivasi terhadap kinerja. Dari output diperoleh F hitung
sebesar 9.052.
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
329
F hitung > F tabel (9.052>2.687) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kinerja.
Tabel 3. Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 22,577 3,495 6,459 ,000
Kepuasan
Kerja ,038 ,080 ,056 ,472 ,638 ,517 1,936
Lingkungan
Kerja ,031 ,109 ,037 ,286 ,775 ,447 2,237
Motivasi ,264 ,083 ,382 3,173 ,002 ,503 1,990
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas diperoleh koefisien persamaan regresi linier berganda dengan 3 variabel
independen sehingga persamaan menjadi:
Y = 22.577 + 0.38 X1 + 0.031 X2 + 0.264 X3
Keterangan: (1) Nilai konstanta (a) adalah 22.577. Ini berarti jika kepuasan, lingkungan
dan motivasi bernilai 0 maka kinerja bernilai positif yaitu 22.577.; (2) Nilai koefisien
regresi variabel kepuasan kerja (b1) bernilai positif yaitu 0.38.; (3) Nilai koefisien regresi
variabel lingkungan kerja (b2) bernilai positif yaitu 0.31.; (4) Nilai koefisien regresi
variabel motivasi kerja (b3) bernilai positif yaitu 0.264.
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial kepuasan kerja, lingkungan
kerja dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja.
Hipotesis:
Ho : kepuasan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
Ha : kepuasan kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
Dari output didapat t hitung sebesar 0.472, dan nilai sig = 0.638
Nilai t tabel untuk signifikansi 0.05/2=0.025 dengan derajat kebebasan df=114-3-1=110
diperoleh t tabel sebesar 1.982.
Karena t hitung < t tabel dan nilai sig > α (5%) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kepuasan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja (koefisien
konstanta untuk variabel kepuasan kerja adalah tidak signifikan secara statistik).
Hipotesis:
Ho : lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
Ha : lingkungan kerja secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
Dari output didapat t hitung sebesar 0.286
Nilai t tabel untuk signifikansi 0.05/2=0.025 dengan derajat kebebasan df=114-3-1=110
diperoleh t tabel sebesar 1.982.
Karena t hitung < t tabel dan nilai sig 0.775 > α (5%) maka Ho diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
330
(koefisien konstanta untuk variabel lingkungan kerja adalah tidak signifikan secara
statistik).
Hipotesis:
Ho : motivasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja
Ha : motivasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja
Dari output didapat t hitung sebesar 3.173
Nilai t tabel untuk signifikansi 0.05/2=0.025 dengan derajat kebebasan df=114-3-1=110
diperoleh t tabel sebesar 1.982.
Karena t hitung > t tabel dan nilai sig 0.02 < α (5%) maka Ho ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa koefisien konstanta untuk variabel motivasi adalah signifikan secara
statistik.
Tabel Coefficients (lihat tabel V.14) memperlihatkan konstanta korelasi masing-
masing variabel bebas X untuk persamaan regresi Y . Dari uji t yang dilakukan kemudian
ternyata diperoleh bahwa variabel kepuasan kerja dan variabel lingkungan kerja secara
parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja. Satu-satunya variabel yang berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja di dalam penelitian ini adalah variabel motivasi.
Kepuasan kerja dan lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kinerja. Hal ini memungkinkan karena bagi karyawan dengan masa kerja diatas 5 tahun
tidak lagi menganggap kepuasan kerja atau lingkungan kerja sebagai suatu hal yang
mempengaruhi kinerja mereka. Bagi mereka dengan terpenuhinya kebutuhan fisiologis,
keamanan, sosial dan kebutuhan dihargai maka kebutuhan aktualisasi dirilah yang mereka
inginkan.
Dimensi kebutuhan aktualisasi diri dengan nilai korelasi 0.499 dan nilai sig 0.000 <
α (5%) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap kinerja dibandingkan dengan
dimensi variabel bebas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan sangat kuat
dipengaruhi oleh kebutuhan karyawan untuk mengaktualisasikan dirinya.
Dari analisa data diatas didapat hasil bahwa kinerja karyawan secara parsial hanya
dipengaruhi oleh motivasi. Dimensi yang paling kuat hubungannya adalah dimensi
kebutuhan aktualisasi diri terhadap kualitas kerja. Sebagai sebuah perusahaan konsultan
Engineering, divisi Industrial dan Energi mayoritas terdiri dari karyawan dengan posisi
sebagai Engineer dan Drafter. PT Haskoning Indonesia sudah mengikuti peraturan
ketenagakerjaan dan memberikan salary dan benefit yang relatif lebih baik dari tempat
lain untuk posisi yang sama. Oleh karena itu kebutuhan aktualisasi dirilah yang menjadi
dimensi yang paling kuat pengaruhnya di penelitian ini. Di dalam segitiga kebutuhan
Maslow, kebutuhan aktualisasi diri berada di level teratas kebutuhan. Secara harfiah,
manusia akan membutuhkan kebutuhan yang berada di level atasnya jika level bawahnya
sudah terpenuhi.
Karakteristik responden di penelitian ini terdiri dari 57% memiliki pendidikan S1
dan S2 dengan 50% karyawan memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Dengan kondisi ini
4 kebutuhan Maslow sebelum kebutuhan aktualisasi diri sudah terpenuhi yaitu masing-
masing kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial dan dihargai sehingga saat ini kebutuhan
aktualisasi dirilah yang ingin mereka dapatkan. Output pekerjaan dari suatu konsultan
engineering adalah berupa laporan perhitungan dan gambar struktur. Seseorang yang
memiliki keinginan untuk terpenuhinya kebutuhan aktualisasi dirinya akan menunjukkan
kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan pekerjaannya baik dari sisi kualitas,
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
331
kuantitas, efektifitas maupun ketepatan waktunya. Dengan kinerja terbaiknya dia akan
menunjukkan bahwa dirinya berhak mendapatkan pemenuhan atas kebutuhan aktualisasi
dirinya. Di sinilah menjadi tugas perusahaan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri karyawannya dengan memberikan wewenang dan posisi yang lebih baik
dari apa yang mereka peroleh sekarang.
PENUTUP
Kesimpulan. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: (1) Kepuasan kerja secara parsial tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja karyawan.; (2) Lingkungan kerja secara parsial tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.; (3) Motivasi secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Dimensi yang paling kuat
hubungannya adalah dimensi aktualisasi diri terhadap dimensi kualitas kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan kualitas kerja diperoleh dengan meningkatkan
aktualisasi diri karyawan.; (4) Kepuasan kerja, lingkungan kerja dan motivasi secara
bersama-sama mempengaruhi kinerja. Dengan kesimpulan ini maka hipotesis yang ada
telah dapat dibuktikan.
Saran. Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah: (1) Dilihat dari karakteristik
responden di mana mayoritas responden berada dalam usia produktif dan berlatar
belakang pendidikan S1 dan S2, kebutuhan aktualisasi diri menjadi hal yang penting dan
berpengaruh bagi kinerja. Tantangan bagi perusahaan untuk bisa mempertahankan
karyawan di usia produktif ini untuk tetap menjadi aset penting bagi perusahaan.; (2)
Kebutuhan aktualisasi diri dapat dipenuhi dengan adanya pengembangan karir. Salah satu
hal yang harus dipikirkan dan sebaiknya perusahaan membuat suatu career path yang jelas
bagi setiap karyawan. Perlunya melakukan promosi kenaikan golongan ataupun jabatan
bagi karyawan dapat mempengaruhi kualitas kerja, kuantitas kerja dan efektifitas kerja
karyawan. Semakin baik kinerja karyawan maka akan semakin baik pula kinerja
organisasi.; (3) Kondisi kerja yang sangat mendukung juga sebaiknya disediakan dan
dijamin oleh perusahaan. Sebagai perusahaan konsultan yang memiliki schedule kerja
yang jelas dan pasti maka ketepatan waktu menjadi penting untuk diperhatikan.
Tersedianya kondisi kerja yang nyaman dan baik akan mempengaruhi kinerja karyawan
terutama dalam hal ketepatan waktu.; (4) Penelitian lebih lanjut bisa dilakukan bukan
hanya di divisi industrial dan energi saja tetapi dilakukan untuk mewakili seluruh
karyawan. Penelitian lebih lanjut juga bisa dilakukan di perusahaan lain yang bukan
dengan bidang usaha konsultan engineering.
DAFTAR RUJUKAN
Analisa, Lucky, Wulan. (2011). Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Semarang), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang
As’ad, Moh. (2003). Produktivitas Kerja Karyawan, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Budi Santosa, Purbayu., Ashari. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta
Meirina 322- 332 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
332
Burhanuddin, Wahab, Rahmatullah. (2012). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Mandiri (PERSERO) Tbk Makasar, Skripsi,
Universitas Hasanuddin, Makasar
Campbell, Jim., (2000). Meningkatkan Kepuasan Karyawan dan Mengurangi Perputaran
Karyawan, (online), http://oxforduniversity.com
Gibson, James L.,John M Ivancevich dan James H Donnely, Jr., (2000). Organizations,
Boston: McGraw Hill Companies Inc.
Handoko, T. Hani, (2006). Manajemen Personalia dan Manajemen Sumber Daya
Manusia. BPFE, Yogyakarta
Hariandja, Marihot Tua Effendi, (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo,
Jakarta
Luthan, Fred. (1998). Organization Behaviour, Eight Edition, McGraw Hill, International
Book Company
Mahesa, Deewar. (2010). Analisis Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai Variabel Moderating (Studi pada PT
Coca Cola Amatil Indonesia Central Java). Skripsi, Universitas Diponegoro,
Semarang
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit
Rosdakarya, Bandung
Manullang (2002). Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia
Malayu, SP Hasibuan. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN,
Yogyakarta
Nitisemeto, (2002). Seri Perusahaan Kecil, Edisi Kesatu, Penerbit Erlangga, Jakarta
Pramudyo, Anung. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen
Negeri Dipekerjakan pada Kopertis Wilayah V Yogyakarta, Jurnal UMY, Volume 1,
No.1, JBTI: Yogyakarta
Priyatno Duwi, (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Robbins, Stephen, P., (2001). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Robbins, Stephen, P., (2003). Organizational Behaviour, Prentice Hall, New Jersey
Sedarmayanti. (2004). Pengembangan Kepribadian Pegawai, Penerbit Mandar Maju,
Bandung
Simamora, Henry. (2003). Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi III, Aditya Media,
Yogyakarta
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung
Sumarsono, Sonny. (2004). Metode Riset Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta
Umar, Husein. (2013). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
333
ANALISIS KEBIJAKAN PENGIKATAN HUBUNGAN, KEPUASAN
PELANGGAN DAN LOYALITAS PELANGGAN OPERATOR SELULER XL
SURVEI DI MARGO CITY, DEPOK
Budiman Budiana
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jakarta
Email: budiman.budiana@yahoo.com
Abstract: Along with the development of time and technology, telecommunications
becoming something that is very important. With the numbers of companies/operators
that provide telecommunications service, therefore the competition between the
telecommunications business company can not be avoid. As for XL, to have a
relationship with the customer may give a positive value apart, because the company
can maintain existing customers so that consumers are sure on the value for themselves
and not easy to switch to other companies products. Therefore relationship bonding is
very necessary. This research was conducted to find out how the assessment of the
customer relationship bonding the XL and the impact on customer satisfaction and what
the impacton customer loyalty. In this research, data collection method was to
survey using questioner. Research method used was descriptive method of research.
Methods of data analysis using the average score of weight, likert-scale, regression,
correlation and analysis. The result of this research shows that customers rate
policy relationship bonding XLis good enough. In addition there is the influence of
the bonding relationship between customer satisfaction. Research also shows that
policy fastening relationship (bonding relationship) that affect customer satisfaction, the
impact on customer loyalty. From the results of this research, it can be concluded
that customers are satisfied with the relationship bonding policy made by XL. So
that it creates customer loyalty and brand of product or company XL.
Keywords: Market competition, customer relationship, retain consumers
Abstrak: Seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi, telekomunikasi menjadi
sesuatu yang sangat penting. Dengan jumlah perusahaan / operator yang menyediakan
layanan telekomunikasi, sehingga persaingan antara perusahaan bisnis telekomunikasi
tidak dapat dihindari. Adapun XL, memiliki hubungan dengan pelanggan dapat
memberikan nilai positif terpisah, karena perusahaan dapat mempertahankan pelanggan
yang sudah ada sehingga konsumen yakin pada nilai untuk diri mereka sendiri dan tidak
mudah untuk beralih ke produk perusahaan lain. Oleh karena itu hubungan ikatan
sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penilaian
hubungan pelanggan ikatan XL dan dampak pada kepuasan pelanggan dan apa loyalitas
pelanggan impacton. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data adalah untuk
survei menggunakan kuesioner. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif. Metode analisis data menggunakan skor rata-rata berat badan,
likert skala, regresi, korelasi dan analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat pelanggan hubungan kebijakan ikatan XLis cukup baik. Selain itu ada pengaruh
dari hubungan ikatan antara kepuasan pelanggan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
334
hubungan penambat kebijakan (hubungan ikatan) yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan, dampak terhadap loyalitas pelanggan. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa pelanggan puas dengan kebijakan hubungan ikatan yang dibuat
oleh XL. Sehingga menciptakan loyalitas pelanggan dan merek produk atau perusahaan
XL.
Kata kunci: Pasar persaingan, hubungan pelanggan, mempertahankan konsumen
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, telekomunikasi menjadisesuatu
yang sangat penting. Saat ini banyak sekali perusahaan/operator yang menyediakan jasa
telekomunikasi, salah satunya ialah PT. Excelcomindo Pratama. Sehingga untuk
memperoleh keunggulan bersaing dan juga berfungsi sebagai pembeda dengan produsen
jasa telekomunikasi lainnya. Oleh karena itu produsen harus memfokuskan diri pada
pelanggan, agar pelanggan merasa puas sehingga akan membuat pelanggan tersebut
menjadi loyal.
Untuk memperoleh keunggulan bersaing, operator XL mencoba untuk menemukan
strategi pemasaran yang efektif dan efisien yang mampu membuat para pelanggannya
merasa puas. Dimana rasa puas tersebut akan menciptakan loyalitas terhadap jasa
telekomunikasi perusahaan. Dalam melakukan kebijakan pengikatan hubungan dengan
pelanggannya, operator/produsen XL melakukannya dengan cara mengembangkan
hubungan dua arah yang interaktif antara operator XL dengan pelanggannya. Hal tersebut
diwujudkannya dengan membuat reward program dan pemberian diskon. Hal tersebut
dilakukan bukan hanya untuk mengembangkan tetapi juga bertujuan untuk memberikan
keuntungan bagi mereka secara konsisten, sehingga pelanggan memiliki alasan yang kuat
untuk tetap bersama perusahaan. Bagi perusahaan, menjalin hubungan dengan pelanggan
XL memberikan nilai positif tersendiri, karena perusahaan dapat mempertahankan
konsumen yang sudah ada sehingga konsumen yakin akan nilai tambah bagi mereka
sendiri dan tidak mudah beralih ke operator/perusahaan lain.
Kerangka Pemikiran. Kebijakan pemasaran perusahaan berisi upaya-upaya bagaimana
pasar digerakkan agar menjadi konsumen dan konsumen tetap bertahan menjadi konsumen
setia. Salah satu upaya tersebut adalah melalui kebijakan pengikatan konsumen (customer
bonding). Dengan mengimplementasikan kebijakan ini diharapkan konsumen merasakan
kepuasan atas produk dan layanan perusahaan.
Kepuasan pelanggan yang tinggi atas suatu produk dan jasa sangat diharapkan oleh
perusahaan, karena konsumen tidak lari kepada produk dan jasa pesaing. Bahkan,
kepuasan yang tinggi diharapkan akan menjadi loyal. Salah satu ciri loyal adalah
konsumen bersedia membantu perusahaan mempromosikan produk dan jasanya.
Dengan demikian, kerangka penelitian dalam bentuk model penelitian, dapat
digambarkan sebagai berikut.
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
335
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, kebijakan pengikatan hubungan (relationship
bonding) yang dilakukan oleh XL kepada para pelanggannya akan mempengaruhi
kepuasan para pelanggan XL. Dengan adanya rasa puas terhadap kebijakan pengikatan
hubungan (relationship bonding) yang diterapkan XL maka secara tidak langsung akan
menciptakan loyalitas pelanggan.
Hipotesis
1. Terdapat pengaruh kebijakan pengikatan hubungan (relationship bonding) terhadap
kepuasan pelanggan.
2. Terdapat pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan.
METODE
Obyek penelitian secara umum adalah kebijakan pengikatan hubungan (relationship
bonding) dari operator/perusahaan telekomunikasi XL terhadap konsumen pengguna XL
agar konsumen menjadipuas dan berdampak pada loyalitas. Responden dalam penelitian
ini adalah para pelanggan yang menggunakan XL dan mengetahui kebijakan relationship
bonding dari operator XL. Penelitian ini dilakukan di Margo City, Depok, dan periode
penelitian bulan Januari – Juni 2011. Dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian lapangan dengan desain deskriptif pendekatan survey,
dengan tujuan untuk mendeskripsikan, serta memberi gambaran tentang pelaksanaan
program hubungan pelanggan oleh operator/perusahaan telekomunikasi XL dalam upaya
pengikatan konsumen untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang berdampak pada
loyalitas pelanggan terhadap XL.
Pendekatan survey dilakukan dalam proses pengumpulan data dari konsumen yang
akan dianalisis, diuraikan dan diinterpretasikan sebagai suatu kesimpulan dari maksud dan
tujuan penelitian ini.
Variabel-variabel yang akan digunakan dan dianalisis oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Variabel Relationship Bonding. Variabel ini berkaitan dengan dialog atau hubungan dua
arah antara pemasar dengan konsumen, yang dibangun melalui pertukaran langsung
berbagai manfaat antara pemasar dengan konsumennya yang bersifat timbal balik.
2. Variabel Kepuasan Pelanggan. Variabel ini berkaitan dengan persepsi seseorang
terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya.Lovelock H. Christopher
dan Wright K. Lauren (2007:102) mendefinisikan kepuasan sebagai keadaan emosional,
reaksi pasca-pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan,
netralitas, kegembiraan, atau kesenangan.
Relationship Bonding
(X1)
Kepuasan Pelanggan
(X2)
Loyalitas Pelanggan
(Y)
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
336
3. Variabel Loyalitas Pelanggan. Variabel ini digunakan untuk mengetahui loyalitas
pelanggan pada operator telekomunikasi XL, indiktor yang digunakan adalah apakah
pelanggan merekomendasikan XL pada orang-orang yang dekat dengannya.
Di mana kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh operator telekomunikasi XL
dalam relationship bonding adalah sales promotion (pemasangan iklan dan pemberian
diskon), complaining and suggestion (kebijakan keluhan dan saran), service (penampilan
pramuniaga, pelayanan), dan reward program (reward point).Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber data yaitu pelanggan dari XL. Data yang digunakan untuk penelitian ini
dikumpulkan dengan teknik komunikasi yaitu:
a. Kuesioner. Penulis memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada 150
responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan mengenai karakteristik
responden serta tanggapan responden mengenai XL. Untuk mendapatkan data primer
yang akurat, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
b. Uji Validitas. Pengertian validitas menururt Sugiono (2005:109) adalah menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang diukur. Jika penelitian
menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan datanya maka, kuesioner yang disusun
harus mengukur apa yang diukurnya. Menghitung korelasi masing-masing pertanyaan
dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment yang rumusnya
sebagai berikut:
2222)()(
))((
iiii
iiii
xy
YYnXXn
YXYXnr
Keterangan : n = jumlah sampel; x = nilai pertanyaan nomor ke i; y = skor total
Jika koefisien korelasi (r) yang diperoleh > koefisien korelasi tabel product moment maka
butir pernyataan dikatakan valid.
Uji Reliabilitas. Pengertian reliabilitas suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi
suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Makin kecil kesalahan pengukuran maka
makin reliabel alat pengukuran, sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran maka makin
tidak reliabel alat pengukuran tersebut.Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui
bagaimana kuatnya korelasi butir-butir dalam kuesioner berkorelasi. Korelasi antar butir-
butir pertanyaan tersebut dapat diukur dengan menggunakan perkiraan Cronbach’s Alpha
dengan rumus:
2
2
alpha 1)1(
rt
b
s
s
k
k
Dimana: ralpha = reliabilitas instrumen; k = jumlah butir pertanyaan; 2
bs = jumlah
varians total 2
ts = varians total
Untuk menghitung varians digunakan rumus:
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
337
Dimana: s2 = varian; n = jumlah responden; x = nilai skor yang dipilih (total nilai
dari nomor-nomor butir pertanyaan).
Setelah diperoleh nilai reliabilitasnya, maka nilai tersebut akan diuji kembali untuk
mengetahui apakah nilai tersebut reliabel atau tidak. Untuk mengetahuinya, maka dapat
dilakukan dengan membandingkan angka reliabilitas Cronbach Alpha dengan nilai dari r –
product moment (α = 0,05; n = banyaknya responden). Jika nilai r alpha > r product moment
berarti instrumen tersebut telah reliabel, demikian sebaliknya.
Teknik Pengambilan Sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel
non-probabilitas, yaitu teknik sampling berdasarkan pertimbangan, karena dalam
pelaksanaannya digunakan pertimbangan agar sesuai dengan masalah yang diteliti. Jenis
teknik sampling non-probabilitas yang digunakan adalah purposive sampling (judgement
sampling) dimana pengambilan anggota sampelnya berdasarkan syarat / kriteria, dengan
harapan agar dapat diperoleh sampel yang representatif, sehingga didapat sumber informasi
yang akurat, dengan kriteria yang diambil adalah responden yang menjadi pelanggan XL.
Kriteria tersebut adalah bahwa responden mampu menjawab pertanyaan mengenai
relatipnship bonding, kualitas layanan dan produk XL, serta kepuasan dan loyalitas mereka.
Teknik Analisis Data. Data profil demografi yang berhasil dikumpulkan
dihitung dalam persentase untuk mengetahui profil responden.
%100ndentotalrespo
ondenjumlahrespfr
Pengukuran untuk mengetahui sampai sejauh mana operator XL mengikuti
unsur-unsur dalam konsep Relationship Bonding, kepuasan pelanggan, dan loyalitas
pelanggan. Alat analisis yang digunakan adalah:
Rata-rata n
xifix
*)(
Untuk mempermudah dalam melakukan analisis, penulis menggunakan analisis skor
dengan cara kelompok pertanyaan diberi bobot. Peringkat skala yang berupa bobot
terhadap alternatif jawaban, terdiri dari angka 1 sampai dengan 5 yang melambangkan
posisi daerah yang sangat negatif ke daerah yang sangat positif.Dalam penelitian ini
penulis menggunakan rentang skala penilaian untuk menemukan secara pasti nilai skor
setiap variable berada pada posisi yang benar. Untuk itu perlu dihitung rentang skalanya
yang dilakukan dengan rumus:
X max – X min
Rs =
M
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
338
Untuk menghitung penilaian per-responden terhadap program-program relationship
bonding yang dilakukan operator telekomunikasi XL, sebagai berikut
5
15Rs
8,0Rs
Sehingga rata-rata yang diperoleh dari hasil pengolahan kuisioner dapat dikelompokkan
menjadi:
Rata-rata Keterangan
1,0 X 1,8 Sangat tidak setuju
1,8< X 2,6 Tidak setuju
2,6< X 3,4 Netral
3,4< X 4,2 Setuju
4,2< X 5,0 Sangat setuju
Secara garis kriteria dapat digambarkan sebagai berikut:
STS TS N S SS
1,0 1.8 2.6 3.4 4.2 5.0
Analisis Regresi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh yang
diberikan oleh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Penulis
menggunakan analisis regresi untuk mengukur besarnya pengaruh relationship bonding
terhadap kepuasan dan dampaknya pada loyalitas pelanggan.
Rumus regresi adalah:
Kep = a+b RB
Loy = a + b Kep
Dimana: RB = variabel relationship bonding; Kep = variabel kepuasan; Loy = variabel
loyalitas; a = konstanta; b = koefisien regresi nilai a dan b dapat dilihat dengan
menggunakan rumus:
a = ∑Y (∑X²) - ∑X ∑XY
n ∑X² - (∑X)²
b = n ∑XY - ∑X ∑Y
n ∑X² - (∑X)²
Hipotesis statistiknya adalah:
Ho : ß = 0, 0 berarti tidak ada pengaruh
Ha : ß ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-)
dari nol berarti ada pengaruh.
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
339
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuisioner yang dibuat sudah valid atau
belum. Nilai rhitung didapatkan berdasarkan proses perhitungan dengan menggunakan
rumus cronbach alpha. Keputusan valid atau tidaknya pernyataan variabel relationship
bonding, kepuasan pelanggan (jasa dan produk), dan loyalitas pelanggan diketahui dengan
cara membandingkan rhitung dengan rtabel, dan rtabel dengan n=30 adalah 0,361. Jika rhitung>
rtabel maka pernyataan valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel , maka pernyataan tidak valid.
Dalam penelitian ini diadakan uji validitas dengan sampel sebanyak 30 responden dan
hasilnya ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Uji Validitas
Pernyataan R table dengan n=30
r hitung Keputusan
P01 0,361 0,635 Valid
P02 0,361 0,721 Valid
P03 0,361 0,789 Valid
P04 0,361 0,639 Valid
P05 0,361 0,530 Valid
P06 0,361 0,661 Valid
P07 0,361 0,498 Valid
P08 0,361 0,497 Valid
P09 0,361 0,545 Valid
P10 0,361 0,539 Valid
P11 0,361 0,750 Valid
P12 0,361 0,684 Valid
P13 0,361 0,635 Valid
P14 0,361 0,657 Valid
P15 0,361 0,465 Valid
P16 0,361 0,545 Valid
P17 0,361 0,496 Valid
P18 0,361 0,410 Valid
P19 0,361
0,525
Valid
Pernyataan R table dengan n=30
r hitung Keputusan
P20 0,361 0,674 Valid
P21 0,361 0,574 Valid
P22 0,361 0,637 Valid
P23 0,361 0,696 Valid
P24 0,361 0,667 Valid
P25 0,361 0,376 Valid
P26 0,361 0,479 Valid
P27 0,361 0,454 Valid
P28 0,361 0,529 Valid
P29 0,361 0,440 Valid
P30 0,361 0,652 Valid
P31 0,361 0,403 Valid
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
340
Sumber: data diolah
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejauh mana suatu pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Untuk itu dilakukan
pengujian kepada 30 responden, hasil pengujiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Uji Reliabilitas Variabel Relationship Bonding
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
,863 6
Sumber: Data Primer
Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel relationship bonding dapat diketahui
dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,863. Skala pengukuran
yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha
dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliabel.
Tabel 3. Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Atas Jasa
Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items
,915 18
Sumber: data primer
P32 0,361 0,390 Valid
P33 0,361 0,570 Valid
P34 0,361 0,604 Valid
P35 0,361 0,579 Valid
P36 0,361 0,723 Valid
P37 0,361 0,815 Valid
P38 0,361 0,818 Valid
P39 0,361 0,799 Valid
P40 0,361 0,805 Valid
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
341
Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel kepuasan atas jasa dapat diketahui
dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,915. Skala pengukuran
yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha
dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliabel.
Tabel 4. Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Atas Produk
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
,826 11
Sumber: Data primer
Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel kepuasan atas produk dapat
diketahui dengan cara melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,826. Skala
pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan
nilai alpha dari uji cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan
reliabel.
Tabel 5. Uji Reliabilitas Variabel Loyalitas
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
,913 5
Sumber: Data primer
Keputusan reliabel atau tidaknya pernyataan variabel loyalitas dapat diketahui dengan cara
melihat nilai alpha dari uji cronbach yaitu sebesar 0,913. Skala pengukuran yang reliabel
sebaiknya memiliki nilai Cronbach Alpha minimal 0,7. Dengan nilai alpha dari uji
cronbach yang lebih besar dari 0,7 maka pernyataan dinyatakan reliable.
Tabel 6. Profil Responden Terbanyak dari 150 Orang
Keterangan Jumlah Responden
Jenis Kelamin Wanita 83
Usia 17-23 thn 78
Pekerjaan Mahasiswa/Pelajar 64
Pendidikan SMU 84
Lama Pemakaian 9-12 bln 41
Pengalaman memakai
operator lain Telkomsel 39
Sumber: Hasil Kuesioner
Diketahui bahwa jumlah total responden 150 orang dan diambil dari jumlah responden
terbanyak yang menggunakan operator XL. Berikut ini adalah hasil perhitungan uji
pengaruh variabel relationship bonding (variabel independen) terhadap variabel kepuasan
pelanggan (variabel dependen).
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
342
Tabel 7. Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 92,288 3,141 29,382 ,000
,505 ,151 ,265 3,347 ,001
a. Dependent Variable: Kepuasan
Sumber: data primer diolah
Coefficients(a) di atas yang diolah dengan menggunakan SPSS, maka dapat diketahui
besarnya pengaruh variabel relationship bonding terhadap variabel kepuasan. Hal tersebut
dapat dilihat pada keluaran komputer di atas menunjukkan nilai signifikan adalah 0,001 <α
(5%). Berarti bahwa relationship bonding memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan pelanggan dan tolak Ho. Artinya ada pengaruh signifikan dan positif antara
relationship bonding terhadap kepuasan pelanggan. Selain itu besarnya pengaruh variabel
relationship bonding terhadap variabel kepuasan dapat dilihat dari beta pada kolom
standardized coefficient, yaitu sebesar 0,265.
Tabel 8. Model Summary
Model R R Square Mean Square Std. Error of
Square
1 ,265a ,070 ,064 5,64786
a. Predictors: (Constant), RB
Sumber: data diolah
Nilai R2 (R Square) dari table Model Summary diatas menunjukkan bahwa 07,0 % dari
variance “RB” dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel kepuasan.
Tabel 9. RB terhadap kepuasan
ANOVAb
Sum of
Squares
df Beta F Sig.
1 Regression 357,315 1 357,315 11,202 ,001a
Residual 4720,959 148 31,898
Total 5078,273 149
a. Predictors: (Constant), RB
b. Dependent Variable: Kepuasan
Tabel ANOVA diatas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan
dengan nilai F = 11,202 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n – k – 1 = 150 – 1 – 1 = 148
dan P-value = 0.01 yang jauh lebih kecil dari α = 0.15. Dari table ANOVA jelas sekali
terlihat bahwa Ho ditolak dengan P-value = 0.01 lebih besar dari α = 0.15
Berikut ini adalah hasil perhitungan uji pengaruh variabel kepuasan pelanggan
(variabel independen) terhadap variabel loyalitas (variabel dependen).
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
343
Tabel 10. Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2,611 5,197 -,502 ,616
Kepuasan ,196 ,051 ,303 3,872 ,000
a. Dependent Variable: Loyalitas
Sumber: Data primer yang diolah
Coefficients(a) di atas yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 13.0, maka dapat
diketahui besarnya pengaruh variabel kepuasan terhadap variabel loyalitas. Hal tersebut
dapat dilihat pada keluaran komputer di atas menunjukkan nilai signifikan adalah 0,000 <
α (5%). Berarti bahwa kepuasan pelanggan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap loyalitas pelanggan maka tolak Ho. Artinya ada pengaruh signifikan dan positif
antara kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Selain itu besarnya pengaruh
variabel kepuasan terhadap variabel loyalitas dapat dilihat dari beta pada kolom
standardized coefficients, yaitu sebesar 0,303.
Tabel 11. Model Summary Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,303a ,902 ,086 3,60091
a. Predictors: (Constant), Kepuasan
Sumber: data diolah
Nilai R2 (R Square) dari table Model Summary diatas menunjukkan bahwa 09,2 % dari
variance “kepuasan” dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel loyalitas.
Tabel 12. Kepuasan terhadap loyalitas
ANOVAb
Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1 Regression 194,389 1 194,389 14,992 ,000a
Residual 1919,051 148 12,967
Total 2113,440 149
c. Predictors: (Constant), Kepuasan
d. Dependent Variable: Loyalitas
Tabel ANOVA diatas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan
dengan nilai F = 14.992 untuk derajat kebebasan k = 1 dan n – k – 1 = 150 – 1 – 1 = 148
dan P-value = 0.000 yang jauh lebih kecil dari α = 0.05. Dari table ANOVA jelas sekali
terlihat bahwa Ho ditolak dengan P-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05.
PENUTUP
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
344
Kesimpulan. Berdasarkan keseluruhan dimensi pada relationship bonding dapat diketahui
bahwa responden menyatakan setuju dengan kebijakan pengikatan hubungan yang
dilakukan XL. Dengan adanya pernyataan setuju tersebut maka dapat diketahui bahwa
responden/para pelanggan XL merasa kebijakan pengikatan hubungan yang dilakukan
oleh XL sudah baik.
Saran. Pertama. Disarankan perusahaan meningkatkan program kebijakan pengikatan
hubungan dengan pelanggan terutama pada pemberian poin-poin berhadiah, pemberian
diskon dan hal-hal lainnya yang berada pada pernyataan netral (dimana pada pernyataan
netral sama dengan cukup puas atau biasa saja). Kedua. Disarankan perusahaan
meningkatkan pelayanan terhadap jasa dan produk sehingga menjadi lebih baik lagi
dengan begitu kepuasan pelanggan juga akan meningkat. Ketiga. Penulis sadar bahwa
penelitian ini masih banyak kekurangannya, untuk itu disarankan apabila ada peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian
dengan ruang lingkup batasan penelitian yang lebih luas dan juga jumlah responden yang
lebih banyak.
DAFTAR RUJUKAN
Cross, Richard dan Janet Smith, (1995). Customer Bonding: Pathway To Lasting Customer
Loyalty, Lincolnwood: NTC Publishing Group.
Dunn, W.N., (2004). Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Pres. Jogyakarta.
Irawan, Handi, (2002). 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Kotler, Philip, (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis, Pemasaran, Imple,emtasi dan
Pengendalian (Edisi kedelapan, terjemahan, Arcella Ariwati Hermawan. Jakarta:
Salemba Empat.
----------------, dan Amstrong, Gry, (1996). Principles of Marketing, Intermedia, Jakarta.
Lovelock, Christopher H. dan Lauren K. Wright, (2007). Manajemen Pemasaran Jasa,
Jakarta: PT. INDEKS. Terjemahan.
Rangkuti, Freddy, (2003). Measuring Customer Satisfaction, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sunarto, (2006). Manajemen Pemasaran 2. Adityamedia, Yogyakarta.
Simamora, Bilson, (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel,
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
-----------------, (2001) Remarketing For Business Recovery, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sugiono, (2007). Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Jawa Barat. CV Alfabeta.
Tjiptono, Fandy, (1997). Prinsip-prinsip Total Quality Service, Edisi ke Empat, Penerbit
And, Yogyakarta.
-----------------, (2006). Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Malang.
-----------------, dan Gregorius Chandra, 2005. Sservice, Quality, dan Satisfaction,
Yogyakarta: ANDI
Umar, Husein, (2000). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Budiana 333- 344 Jurnal MIX, Volume III No. 3, Oktober 2013
345
-----------------, (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
346
PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP RETURN SAHAM DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Daniel Kurniadi
Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta
Email: dniel.kurniadi@yahoo.com
Abstract: This study aims to determine how the effect of CAMELS ratios consisting
of Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Operating Expense to Operating Income,
Earnings Per Share, and the Loan to Debt Ratio on stock returns banking companies
listed in Indonesia Stock Exchang. The research method used is a ratio measurement
consisting of the Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Operating Expense to
Operating Income, Earnings Per Share, and the Loan to Debt Ratio and the
measurement of stock returns. After that tested the model by using the Fixed Effect
Model to determine the effect of independent variables on the dependent variable.
Results of this study indicate that a significant difference between the ratios of
CAMELS on stock returns. Partially, there is a significant relationship between the
Loan to Debt Ratio and stock return in the previous year on stock returns. The
conclusion that can be given is the Loan to Debt Ratio and stock return in the previous
year can be used by investors as an analytical tool that helps in predicting stock returns.
Keywords: CAMELS Ratio, Stock Retur
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio
CAMELS yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Laba Per Saham, dan Loan to Debt
Ratio pada saham kembali perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Exchang
perbankan. Metode penelitian yang digunakan adalah pengukuran rasio yang terdiri dari
Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional, Laba Per Saham, dan Loan to Debt Ratio dan pengukuran pengembalian
saham. Setelah itu dilakukan uji model dengan menggunakan Fixed Effect Model untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara rasio CAMELS terhadap
return saham. Secara parsial ada hubungan yang signifikan antara Loan to Debt Ratio
dan return saham pada tahun sebelumnya terhadap return saham. Kesimpulan yang
dapat diberikan adalah Loan to Debt Ratio dan return saham pada tahun sebelumnya
dapat digunakan oleh investor sebagai alat analisis yang membantu dalam memprediksi
return saham.
Kata kunci: CAMELS Ratio, Stok Retur
PENDAHULUAN
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan memegang peranan penting dalam
memenuhi kebutuhan akan dana. Jasa-jasa keuangan yang diberikan biasanya didominasi
oleh sektor perbankan. Perbankan memiliki peranan yang sangat penting di dalam
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
347
pergerakkan perekonomian suatu negara. Para ahli perbankan di negara-negara maju
mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk
memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi karena diizinkan
mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga
keuangan depositori.
Bank sentral memegang peran dalam hal pengawasan untuk menjaga stabilitas
perekonomian dan meminimalisir setiap resiko yang mungkin terjadi. Basel Committee on
Banking Supervision (BCBS) adalah lembaga yang dibentuk oleh bank sentral dari negara-
negara Group of Ten (G10) pada tahun 1974. Komite Basel merumuskan standar dan
pedoman pengawasan bank umum dan merekomendasikan praktik terbaik dalam
pengawasan perbankan yang mengatur tentang tingkat kecukupan modal untuk menjaga
tingkat kesehatan bank.
Penilaian terhadap kinerja perbankan tidak hanya dilihat dari faktor kecukupan
modal saja, analisis CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity,
Sensitivity to Market Risk) digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja
keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS ini diatur dalam peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tentang penerapan manajemen
resiko bagi bank umum yang menjelaskan mengenai berbagai jenis resiko yang dihadapi
oleh perbankan yang antara lain adalah resiko kredit dan menjelaskan bagaimana
meminimalkan resiko yang dihadapi oleh perbankan. Sektor perbankan merupakan salah
satu sektor yang terkena dampak dari krisis global pada tahun 2008, dimana aliran dana
dan kredit di berbagai negara terhenti dan aliran dana keluar secara besar-besaran yang
memberikan dampak pada likuiditas di dalam negeri yang berkurang sehingga bank
mengalami kesulitan dalam mengelolah arus dananya. Kondisi ini mengakibatkan
berkurangnya kepercayaan investor terhadap industri perbankan yang memberikan
dampak pada penurunan harga saham perbankan yang dikarenakan turunnya minat para
investor untuk membeli saham perbankan.
Situasi ketidakpastian mendorong investor yang rasional untuk selalu
mempertimbangkan risiko dan return setiap sekuritas yang secara teoritis berbanding
lurus. Perdagangan beberapa jenis sekuritas perbankan mempunyai tingkat return dan
risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas
lain yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Return dan risiko secara teoritis pada
berbagai sekuritas memiliki mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return
yang diharapkan untuk diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, dan
begitu pula sebaliknya. (Marviana, 2010).
Tingkat kesehatan bank yang dapat diukur dengan menggunakan rasio CAMELS
dapat dijadikan sebagai tolak ukur para investor dalam menilai kinerja serta tingkat
kesehatan suatu bank sehingga dapat dilihat apakah bank tersebut telah menjalankan
manajemen dengan baik atau tidak dan pengelolaannya sudah sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut Suardana (2007), semakin sehat suatu bank
ditandai dengan semakin baiknya rasio-rasio keuangan bank tersebut sehingga suatu bank
yang semakin sehat akan memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba yang akan
berdampak pada harga saham bank tersebut. Peningkatan harga saham merupakan hal
yang diinginkan para investor karena akan meningkatkan return sahamnya.
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
348
Penilaian terhadap return saham khususnya dengan menggunakan analisis fundamental,
maka para calon investor akan mengaitkan tingkat kesehatan bank dengan harga saham
bank tersebut. Sehingga semakin sehat tingkat kesehatan suatu bank maka akan
menunjukkan harga saham yang baik. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia (BI) nomor
6/10/PBI/2004 mengenai capital, asset, manajemen, earning, liquidity dan sensitivity to
market risk (CAMELS) sebagai tolak ukur tingkat kesehatan suatu bank yang digunakan
oleh Bank Indonesia.
Beberapa penelitian terkait dengan return saham dan rasio-rasio CAMELS telah
dilakukan, diantaranya Suardana (2007) pengaruh rasio CAMEL terhadap return saham,
Sinaga (2012) pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL terhadap
return saham, Kaddafi dan Syamni (2011) hubungan rasio CAMEL dengan return saham
perusahaan perbankan, Wijaya et. al (2012) tentang pengaruh rasio CAMEL terhadap
return saham perbankan dimana masih terdapat hasil yang tidak sama dari penelitian yang
dilakukan.
Penelitian ini ingin menganalisis pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap return
saham perusahaan perbankan. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kajian Pustaka. Menurut undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank menurut Undang-
undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa
usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
memberikan jasa bank lainnya.
Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan dan sebaliknya tanpa adanya kepercayaan perbankan terhadap
masyarakat, kegiatan perbankan tidak kan dapat berjalan dengan baik. Ada dua hal penting
yang berkaitan dengan dasar beroperasinya usaha perbankan, yaitu kesehatan bank dan
rahasia bank. Kedua hal tersebut berperan penting dalam mewujudkan kepercayaan
masyarakat terhadap dunia perbankan.
Kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan
cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup
kesehatan bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankan (Wardiah,
2013:238).
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah
diketahui bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari
saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan spekulator.
Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan
dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, sedangkan
spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila
situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham
memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain.
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
349
Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama
mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return saham baik langsung maupun tidak
langsung. Return dapat berupa return realisasi yang yang telah terjadi merupakan hasil
perhitungan dari data historis dan return ekspektasi yang merupakan return yang belum
terjadi dan diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang. Return juga merupakan
selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya (Jogiyanto, 2003).
Penilaian terhadap kinerja perbankan tidak hanya dilihat dari faktor kecukupan
modal saja, analisis CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity,
Sensitivity to Market Risk) digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja
keuangan bank umum di Indonesia. Inti dari CAMELS ini adalah laporan angka-angka
kuantitaif yang tersaji dalam laporan keuangan bank. Faktor ini dapat dijadikan sebagai
indikator bagi para investor dalam kaitannya dengan return saham yang diharapkan.
Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan topik pada penelitian ini telah
dilakukan. Kurniadi (2012) meneliti mengenai “Pengaruh CAR, NIM, LDR terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan Indonesia”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa CAR, NIM, dan LDR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return
saham. NIM dan LDR secara parsial berpengaruh terhadap return saham, dan CAR secara
parsial tidak berpengaruh terhadap return saham
Marviana (2010) meneliti mengenai “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Secara simultan faktor fundamental dengan indikator
melalui capital adequacy ratio (CAR), return on asset (ROA), return on equity (ROE), net
interest margin (NIM), debt to equity ratio (DER), loan to deposit ratio (LDR), earning
per share (EPS), price earning ratio (PER), burden ratio (BR) berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Secara parsial hanya net interest margin (NIM), loan to deposit
ratio (LDR), earning per share (EPS), price earning ratio (PER) yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap return Saham.
Penelitian yang dilakukan Wijaya et. al (2012) mengenai “Pengaruh Rasio CAMEL
terhadap Return Saham pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, ROA, BOPO, EPS secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap return saham dan secara parsial CAR berpengaruh
positif, ROA, BOPO, EPS berpengaruh negatif terhadap return saham.
Hasil penelitian Khadaffi dan Syamni (2011) mengenai “Hubungan Rasio CAMEL
dengan Return Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia” menunjukkan
bahwa Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR, NPL, PPAP, FBI,
ROA, ROE, LDR, BOPO, dan NIM terhadap return saham. Secara parsial CAR, ROE,
NIM, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan PPAP dan
BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Novikaryanti (2011) meneliti mengenai “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank
terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Go Publik Periode 2007-2009”.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Secara parsial, RORA dan BOPO
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan yang go
public di Bursa Efek Indonesia. CAR, EPS dan LDR tidak berpengaruh signifikan return
saham perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
350
Kerangka Pemikiran. Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, disusun
kerangka pemikiran yang bertolak dari uraian bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kekuatan modal sendiri dibandingkan
dengan aktiva tertimbang menurut resiko. Apabila CAR dihubungkan dengan harga
saham, maka para investor akan berminat pada bank yang memiliki nilai CAR yang tinggi.
Return on Asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
berasal dari aktivitas investasi. Hal ini akan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga
saham. Return on Asset (ROA) yang semakin bertambah akan menggambarkan kinerja
perusahaan yang semakin membaik dan memberikan dampak terhadap deviden yang
diterima para pemegang saham, atau semakin meningkatnya harga saham maupun return
saham.
Aspek manajemen bank dinilai oleh Bank Indonesia dengan menggunakan kuesioner
yang harus direspon oleh pengelola bank dalam rangka mengetahui dan memetakan
kualitas manajemennya. Informasi ini merupakan informasi yang sangat privat sehingga
cukup sulit untuk memperolehnya. Sebagai alternative, dapat digunakan pemeringkatan
bank oleh lembaga independen atau dengan menggunakan rasio keuangan, yaitu
Operating Expense to Operating Income (OEOI).
Earning Per Share digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan.
Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada periode yang sama pada tahun sebelumnya
untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan suatu perusahaan. Hasil
perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan
harga saham suatu perusahaan di bursa saham (Hermuningsih, 2012, hal. 195). Dengan
demikian EPS dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta
mendistribusikan laba yang diraih tersebut kepada para pemegang saham.
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan. Semakin meningkatnya LDR maka akan
meningkatkan profitabilitas sehingga laba semakin besar. Rasio LDR yang semakin kecil
akan memberikan dampak pada penurunan harga saham. Kerangka berpikir di atas
diwujudkan sebagai Gambar-1.
Gambar 1. Pengaruh Rasio CAMELS terhadap Return Saham
CAR
ROA
OEOI
EPS
LDR
Return Saham
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
351
Hipotesis Penelitian
H1 = Capital Adequaty Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
H2 = Return on Asset (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di Bursa
Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
H3 = Operating Expense to Operating Income (OEOI) berpengaruh secara parsial
terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
H4 = Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
H5 = Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap return saham di
Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
H6 = Capital Adequaty Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Operating Expense to
Operating Income (OEOI), Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) berpengaruh secara simultan terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian secara kuantitatif.
Data penelitian adalah data polling dimana penyajian data dilakukan secara time series
(antar waktu) dan cross section (antar perusahaan). Pengumpulan data dilakukan dengan
cara mendownload data sekunder dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yakni
www.idx.co.id dan laporan keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan dalam
penelitian ini yang terdapat dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
Periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Berdasarkan purposive sampling
diperoleh empat belas (14) perusahaan perbankan sebagai sampel penelitian. Kriteria
perusahaan dipilih untuk menjadi sampel adalah: 1) Perusahaan secara kontinue terdaftar
di BEI selama periode penelitian, 2) Saham aktif diperdagangkan selama periode
penelitian, 3) Emiten tidak melakukan pemecahan saham (stock split) selama periode
penelitian. Keempat belas perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditetapkan adalah
BBKP, BNBA, BBCA, BNGA, BDMN, SDRA, BNII, BMRI, BBNI, PNBN, BNLI,
BBRI, BVIC, MCOR.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham yang
diukur dengan formula sebagai berikut:
(Pi,t – Pi(t-1))
Rs = ------------------------------
Pi(t-1) …………………………. (1)
Dimana : Rs = Return Saham
Pi,t = Harga saham i pada periode t
Pi(t-1) = Harga saham i pada periode t-1
Selanjutnya, variabel independen yang digunakan dalam penelitian berikut pengukurannya
adalah:
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
352
Modal
CAR = ------------------------- x 100%
ATMR ……………………….. (2)
Net Income
ROA = ------------------------- x 100%
Total Asset ……………………….. (3)
Operating Expense
OEOI= --------------------------- x 100%
Operating Income ………………………... (4)
Keuntungan Bersih
EPS = ------------------------- x 100%
Jumlah Saham Beredar ………………………… (5)
Total Loan
LDR = ------------------------- x 100 %
Total Deposit …………………………. (6)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menggunakan metode regresi linier berganda, untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dihasilkan koefisien determinasi, koefisien regresi
dan nilai Uji F dan Uji t sebagaimana yang disajikan di Tabel 1. Dalam menentukan
penggunaan model penelitian, dilakukan pengujian terhadap variabel dengan
menggunakan uji Chow dan uji Hausman untuk mengasumsikan apakah menggunakan
Pooled Least Square, Fixed Effect Model, atau Random Effect Model. Sehingga diperoleh
hasil pada Tabel 1, dimana diperoleh keterangan bahwa hasil uji Chow menunjukkan
cross-section F dengan nilai Prob 0.6342, tidak signifikan karena nilainya lebih dari 0,10.
Hal serupa juga ditunjukkan pada hasil uji Hausman, dimana cross-section random dengan
nilai Prob 0.5522 melebihi dari nilai signifikan 0.10. Nilai prob masing-masing variabel
independen lebih dari 0,10 yang menunjukkan bahwa secara parsial, variabel CAR, ROA,
OEOI, EPS, dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan.
Pada uji model Tabel 1 tidak ditemukan hasil yang signifikan sehingga perlu
dilakukan pengujian dengan memasukkan variabel Yt-1. Menambahkan variabel Yt-1 ini
dilakukan karena return saham dipengaruhi oleh harga saham yang berfluktuasi setiap hari
dan fluktuasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal.
Namun di sisi lain, para pengamat juga berpendapat bahwa harga saham pada hari
ini, dipengaruhi oleh harga saham pada hari kemarin, atau hari-hari sebelum kemarin dan
juga harga saham pada hari ini akan mempengaruhi harga saham pada hari besok. Oleh
karena itu, muncul asumsi bahwa “data speak for themselves” (Winarno, 2011:7.2).
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
353
Tabel 1. Hasil Estimasi Pengujian Pengaruh CAR, ROA, OEOI, EPS, dan LDR terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan di BEI pada Periode 2009 – 2012
Koefisien Model
PLS FEM REM
C 0,587262
(0,3010)
1,937642
(0,0481)**
0,587262
(0,3122)
CAR -0,061375
(0,9692)
-0,803730
(0,7432)
-0,061375
(0,969 9)
ROA 1,428241
(0,9206)
-3,353960
(0,8674)
1,428241
(0,9224)
OEOI -0,040870
(0,9236)
-0,450509
(0,4476)
-0,040870
(0,9253)
EPS -1,41E-05
(0,9734)
0,000323
(0,7424)
-1,41E-05
(0,9741)
LDR -0,437308 -1,613542 -0,437308
(0,2619) (0,0793)* (0,2731)
F-test 0,289985
(0.916325)
0,671032
(0,816172)
0,289985
(0,916325)
Chow F-Test 0.6342
Hausman Test 0.5522
R-square 2,8181% 24,6107% 2,8181%
Adj R-square -6,9001% 81,6172% -6,9001%
Keterangan : *) Signifikan pada taraf nyata 10%; **) Signifikan pada taraf nyata 5 %;
***) Signifikan pada taraf nyata 1%
Sumber: Data sekunder yang diolah
Pada Tabel 2 diperoleh hasil estimasi pengujian pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), Earning Per
Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR), dimana diperoleh keterangan bahwa hasil
uji Chow menunjukkan cross-section F dengan nilai Prob 0.0614, signifikan karena
nilainya di bawah 0,10.
Hal serupa juga ditunjukkan pada hasil uji Hausman, dimana cross-section random
dengan nilai Prob 0.0005 melebihi dari nilai signifikan 0.10. Oleh karena itu, apabila uji
Chow dan uji Hausman keduanya diperoleh data yang signifikan, maka Pooled Least
Square, dan Random Effect Model dapat diabaikan dan model yang digunakan untuk
penelitian ini adalah menggunakan Fixed Effect Model (FEM).
Data pada Tabel-2 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi yaitu R Square
dan Adjusted R Square masing-masing 62,49% dan 30,09%. Dikarenakan variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu variabel maka yang
digunakan adalah Adjusted R Square dengan nilai sebesar 30,09%. Nilai ini menunjukkan
kemampuan variabel independen menjelaskan keragaman variabel dependen adalah
sebesar 30,09%. Selebihnya 69,91% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.
Nilai Uji F dengan signifikansi 0.07, nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada
tingkat signifikansi α=10%. Dengan demikian secara bersama-sama variabel independen
mempengaruhi return saham perbankan.
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
354
Tabel 2. Hasil Estimasi Pengujian Pengaruh CAR, ROA, OEOI, EPS, dan LDR terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan di BEI pada Periode 2009 – 2012 (Yt-1)
Koefisien Model
PLS FEM REM
C 0,741628
(0,3263)
3,269978
(0,0117)**
0,741628
(0,2459)
CAR 1,120710
(0,5913)
1,713962
(0,6070)
1,120710
(0,5247)
ROA -7,775662
(0,6813)
-29,74255
(0,2790)
-7,775662
(0,6265)
OEOI 0,124752
(0,8277)
-0,597858
(0,4724)
0,124752
(0,7965)
EPS 0,000201
(0,6837)
-0,001298
(0,2431)
0,000201
(0,6293)
LDR -0,680440 -2,404150 -0,680440
(0,1594) (0,0315)** (0,0972)*
Yt-1 -0,369053
(0,0780)*
-0,409913
(0,0773)*
-0,369053
(0,0384)**
F-test 1,122606
(0.369489)
1,929156
(0,070086)*
0,289985
(0,916325)
Chow F-Test 0.0614*)
Hausman Test 0.0005***)
R-square 16,1388% 62,4919% 16,1388%
Adj R-square 1,7626% 30,0985% 1,7626%
Keterangan: *) Signifikan pada taraf nyata 10%; **) Signifikan pada taraf nyata 5
%; ***) Signifikan pada taraf nyata 1%
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan Tabel-2 dapat ditulis persamaan regresi linier sebagai berikut:
Rs = 3,27 + 1,71 CAR – 29,74 ROA – 0,60 OEOI – 0,001 EPS - 2,40 LDR – 0,41 Yt-1
Konstanta sebesar 3,27 secara statistik berpengaruh signifikan terhadap return saham pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Artinya bahwa jika variabel bebas
dianggap konstan maka return saham sebesar 3,27 dan tidak signifikan karena lebih besar
dari tingkat signifikansi 10%.
Koefisien Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan nilai 1.713962. Dapat diartikan
bahwa setiap kenaikan 1% CAR akan menaikkan return saham sebesar 1,71% dan begitu
pula sebaliknya. Koefisien Return on Asset (ROA) dengan nilai -29.74255. Dapat
diartikan bahwa setiap kenaikan 1% ROA akan menurunkan return saham sebesar 29,74% dan begitu pula sebaliknya.
Koefisien Operating Expense to Operating Income (OEOI) dengan nilai 0.597858. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1% OEOI akan menurunkan return
saham sebesar 0,60% dan begitu pula sebaliknya. Koefisien Earning Per Share (EPS)
dengan nilai -0.001298. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1% EPS maka akan
menurunkan return saham sebesar 0.001% dan begitu pula sebaliknya.
Koefisien Loan to Deposit Ratio (LDR) -2.404150. Dapat diartikan setiap kenaikan
1% maka akan menurunkan return saham sebesar 2,40% dan begitu pula sebaliknya.
Koefisien Return Saham Tahun Sebelumnya (Yt-1) -0.409913 dapat diartikan setiap
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
355
kenaikan 1% maka akan menurunkan return saham sebesar 0,41% dan begitu pula
sebaliknya. Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh
positif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih
dari 0,10 yaitu sebesar 0,6070. Untuk koefisien regresinya sebesar 1,71 berarti setiap
kenaikan CAR sebesar 1% akan meningkatkan return saham sebesar 1,71%. Dengan
demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Capital Adequaty Ratio (CAR)
secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris
paribus ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2012),
Novikaryanti (2011) yang menyatakan bahwa Capital Adequaty Ratio (CAR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan.
Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa ROA memilki pengaruh
negatif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih
dari 0,10 yaitu sebesar 0,2790. Untuk koefisien regresinya sebesar -29,74 berarti setiap
kenaikan ROA sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 29,74%. Dengan
demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Return on Asset (ROA) secara parsial
berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et. al (2012) yang
menyatakan bahwa Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap return saham
perbankan.
Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa OEOI memilki pengaruh
negatif terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih
dari 0,10 yaitu sebesar 0,4724. Untuk koefisien regresinya sebesar -0,60 berarti setiap
kenaikan OEOI sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,60%. Dengan
demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Operating Expense to Operating
Income (OEOI) secara parsial berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI), ceteris paribus ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Khadaffi dan Syamni (2011) yang menyatakan bahwa Operating Expense to Operating
Income (OEOI) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan.
Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa EPS memilki pengaruh negatif
terhadap return saham namun tidak signifikan, karena nilai signifikansinya lebih dari 0,10
yaitu sebesar 0,2431. Untuk koefisien regresinya sebesar -0,001 berarti setiap kenaikan
EPS sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,001%. Dengan demikian
hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) secara parsial
berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
ditolak. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Novikaryanti (2011) yang
menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham perbankan.
Hasil olah data koefisien regresi menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh
negatif terhadap return saham serta signifikan, karena nilai signifikansinya lebih kecil dari
0,10 yaitu sebesar 0,0315. Untuk koefisien regresinya sebesar -2,40 berarti setiap kenaikan
LDR sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 2,40%. Dengan demikian
hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial
berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), ceteris paribus
diterima. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2012), Marviana
(2010), Khadaffi dan Syamni (2011), dan Wulandari, et. al (2013) yang menyatakan
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
356
bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap return saham
perbankan.
PENUTUP
Pada hasil uji data yang pertama menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI),
Earning Per Share (EPS), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Return
saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) namun tidak signifikan.
Pada hasil uji data yang kedua dengan menambahkan variabel Return Saham tahun
sebelumnya (Yt-1) menunjukkan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return on Asset (ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), Earning Per
Share (EPS), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return Saham tahun sebelumnya (Yt-1)
berpengaruh signifikan terhadap Return saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Secara parsial Capital Adequaty Ratio (CAR) berpengaruh positif, Return on Asset
(ROA), Operating Expense to Operating Income (OEOI), dan Earning Per Share (EPS)
berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham. Secara parsial Loan to
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah variabel independen seperti Giro Wajib
Minimum (GWM), dan rasio Non Performing Loan (NPL) serta jangka waktu periode
penelitian yang lebih panjang dan memperhitungkan dividen sebagai proksi dari return
saham.
Para calon investor dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan atau
informasi serta menambah wawasan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan
investasi khususnya di pasar modal. Keputusan calon investor dalam berinvestasi di pasar
modal sebaiknya dapat memperhatikan rasio LDR dan return saham pada tahun
sebelumnya, dan juga masih banyak faktor di luar rasio fundamental perusahaan
perbankan yang dapat mempengaruhi return saham. Beberapa faktor yang dapat
diperhatikan antara lain Giro Wajib Minimum (GWM) dan Non Performing Loan (NPL)
Emiten diharapkan dapat memperhatikan rasio LDR dan return saham tahun
sebelumnya sebagai masukkan dalam menentukan kebijakan. Kebijakan yang diambil
dalam kaitannya dalam hal menjaga tingkat kesehatan bank agar bank tersebut tetap
berada dalam kondisi yang sehat.
DAFTAR RUJUKAN
Aprilia, Susana. (2011). Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat
Obligasi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Bank Indonesia. (2004). Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, SE Deputi
Gubernur No 6/23/DPNP (31 Mei).
Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ke-3. Yogyakarta: BPFE.
Khaddafi, Muammar, dan Ghazali Syamni. (2011). Hubungan Rasio CAMEL dengan
Return Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Fakultas
Ekonomi Universitas Malikussaleh. Lhokseumaweh.
Kurniadi 345 - 356 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
357
Kurniadi, Rintistya. (2012). Pengaruh CAR, NIM, LDR terhadap Return Saham
Perusahaan Perbankan Indonesia. Accounting Analysis Journal. Agustus 2012.
Marviana, Ratna Dina. (2010). Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas
Sumatera Utara Medan.
Sinaga, Dianto Kurnia Parulian. (2012). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan
Metode CAMEL terhadap Return Saham pada Industri Perbankan di Indonesia Stock
Exchange (IDX). Universitas Bina Nusantara. Jakarta.
Suardana, Ketut Alit. (2007). Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return Saham. Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana. Bali
________. (2010). Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia. Humas Bank
Indonesia.
Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
Wardiah, Mia Lasmi. (2013). Dasar-Dasar Perbankan. Bandung: Penerbit CV Pustaka
Setia.
Wijaya, Rico, et al. (2012). Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Return Saham pada Industri
Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Penelitian. Universitas Jambi.
Winarno, Wing Wahyu. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews.
Edisi ke-3. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wulandari, Yuliya, et al. (2013). Pengaruh CAMEL terhadap Harga Saham Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Riau.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
358
PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN
KONSUMEN DALAM PEMBELIAN CAT MEREK MOWILEK
DI JAKARTA
Lim Yosep
Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta
Email: Lim.yosep@yahoo.co.id
Abstract: This study aimed to determine the effect of price perception on purchase
decisions and promotion of Mowilex paint,Exogenous variables were examined in this
study is the perception of price and promotion variables. While purchasing decisions to
be endogenous variables. Primary data were collected through questionnaires daan
using purposive sampling with a total sample of 200 customers of PT Mowilex
Indonesia in Jakarta. Aplying regression analysis,data are calculated processing to know
perceptual variables affect the price and promotion variables purchasing decisions. The
conclusion of this study, all the independen or exogenous variabel influenced to
purchasing decisions. So the result make recommendation for companies should focus
on mainly on price perception dimension of cost perception and should focus on
promotion, especially in the dimension of sales promotion.
Keywords: perceptions of price, promotion and purchasing decisions.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi harga terhadap
keputusan pembelian dan promosi cat Mowilex, variabel eksogen yang diteliti dalam
penelitian ini adalah persepsi harga dan promosi variabel. Sementara keputusan
pembelian menjadi variabel endogen. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner dan
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 200 pelanggan PT Mowilex
Indonesia di Jakarta. Analisis regresi, data yang dihitung pengolahan untuk mengetahui
variabel persepsi mempengaruhi variabel harga dan promosi keputusan pembelian.
Kesimpulan dari penelitian ini, semua variabel bebasnya atau eksogen berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Sehingga hasilnya membuat rekomendasi bagi
perusahaan harus fokus pada terutama pada harga dimensi persepsi persepsi biaya dan
harus fokus pada promosi, terutama dalam dimensi promosi penjualan.
Kata kunci: persepsi harga, promosi dan pembelian keputusan.
PENDAHULUAN
Dewasa ini permintaan akan hunian (landedhousing), apartemen dan perkantoran masih
menunjukkan peningkatan, disertai kenaikan harga yang cukup dramatis. Sehingga
mendorong pengembangan-pengembangan baru memenuhi permintaan tersebut. Menurut
pengamat properti, Panangian Simanungkalit, stabilitas ekonomi yang ditandai BIrate
yang stabil, bergemingnya tingkat inflasi dan investasi asing yang deras mengalir, turut
memengaruhi pencapaian positif tersebut."Hanya, pertumbuhan harga tidak sepesat tiga
tahun terakhir yang bisa mencapai 30 persen per tahun. Saat ini hingga akhir 2014, walau
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
359
masih terjadi pertumbuhan, namun hanya separuhnya saja, yakni 15-20% per tahun," ujar
Panangian. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh konsultan properti terkemuka,
Cushman and Wakefield, mengungkapkan, secara umum, permintaan pada tujuh sektor
properti di Jakarta masih mengalami pertumbuhan yang cukup kuat. Ketujuh sektor
tersebut adalah, sektor Perkantoran di wilayah CBD Jakarta, Pusat perbelanjaan (Retail),
Kondominium, Apartemen Sewa, Hotel, Wilayah Industri Jabodetabek, Pasar Lahan
Perumahan Jabodetabek.
Tingginya permintaan juga membawa dampak positif bagi bidang usaha lainnya
yang berkaitan atau berhubungan dengan bidang konstruksi. Salah satunya adalah para
produsen dan perusahaan dibidang cat. Hal ini dikarenakan setiap rumah membutuhkan
cat untuk melapisi dinding/temboknya untuk member kesan bersih dan meningkatkan
penampilan visualnya atau kebutuhan mal dan kantor untuk mengecat ulang atau
repainting gedungnya membuat permintaan cat melonjak.
Pertumbuhan proyek pembangunan saat ini membuat permintaan akan cat menjadi
tinggi. Bukan hanya itu saja, tiap-tiap developer juga ingin masing - masing proyek
perumahannya mempunyai ciri khas dan menyediakan kenyamanan maksimal bagi para
konsumen. Hal ini menuntut para pengusaha dibidang cat untuk dapat memproduksi cat
dengan berbagai jenis warna dan dengan kualitas yang tinggi pula.Menurut Ketua Divisi
Wood Coating Asosiasi Cat Indonesia Kris Rianto Adidarma, tingkat konsumsi pada
tahun ini masih akan didominasi oleh cat tembok cair (wall paint water) yang diproyeksi
akan mencapai 509.377 ton. Sedangkan pada tahun lalu hanya sebesar 471.590 ton dan
444.477 pada 2011.
Memanfaatkan peluang pasar, perusahaan membutuhkan dukungan kegiatan
pemasaran yang kompleks dan strategi pemasaran yang efisien serta efektif agar dana
yang tersedia dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebagaimana diketahui, dalam
pemasaran modern dikenal istilah bauran pemasaran (marketingmix) yang menjadi inti
dari sistem pemasaran modern dimana yang menjadi unsur-unsurnya adalah produk
(product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion).
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan
dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, untuk berkembang
dan mendapatkan laba. Pemasaran bukan hanya mengembangkan suatu produk yang baik,
melainkan harus menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau serta
harus berkomunikasi dengan pelanggan.
Penetapan harga suatu produk merupakan tugas kritis yang menunjang keberhasilan
operasi organisasi. Hal tersebut dikarenakan harga merupakan satu-satunya unsur bauran
pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Harga seringkali digunakan
sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang
dirasakan atas suatu barang atau jasa. Disamping itu harga merupakan unsur yang bersifat
fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.
Peran komunikasi yang efektif dengan para konsumen maka perusahaan harus
menyusun kampanye iklan yang efektif, promosi penjualan, merancang program dan
hubungan masyarakat untuk mengembangkan semua hal yang berkaitan dengan citra
perusahaan. Peranan promosi sangat penting dalam meningkatkan penjualan, karena
promosi merupakan kegiatan terpenting yang berperan aktif dalam memperkenalkan,
memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu produk atau jasa agar
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
360
mendorong konsumen untuk melakukan pembelian.Produk Mowilex memiliki harga yang
kurang kompetitif dibanding harga produk kompetitor lainnya.Kurang gencarnya kegiatan
promosi yang dilakukan oleh PT Mowilex dalam mengenalkan produk-produknya ke
masyarakat luas melalui media online maupun offline.Produk Mowilex belum pernah
menduduki Top Brand Index peringkat tiga besar selama periode 2011 sampai 2013
dibandingkan dengan produk kompetitor lainnya.Pencapaian sales semester 1 tahun 2013
hanya 93 % dari target yang ditentukan, dan trend penjualan sejak bulan Maret sampai
bulan Juni 2013 ada kecenderungan menurun dan bahkan untuk bulan May dan Juni 2013
tidak mencapai target penjualan.
Melihat alasan tersebut di atas, maka penulis merasa tertantang untuk melakukan
penelitian pada harga dan promosi yang dilakukan oleh PT Mowilex Indonesia yang dapat
mempengaruhi keputusan pembelian bagi konsumen di dalam menghadapi persaingan
bisnis yang ketat.Permasalahan yang ingin diangkat pada penelitian ini setelah meninjau
penjelasan sebelumnya, meliputi: (1) Apakah persepsi harga berpengaruh terhadap
keputusan pembelian produk cat tembok pada PT Mowilex Indonesia?; (2) Apakah
promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian bagi produk cat tembok pada PT
Mowilex Indonesia?; (3) Apakah persepsi harga dan promosi berpengaruh terhadap
keputusan pembelian cat tembok PT Mowilex Indonesia?
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi harga dan promosi yang
dilakukan oleh PT Mowilex Indonesia dalam mempengaruhi keputusan pembelian oleh
konsumen sehingga meningkatkan volume penjualan
Kemudian tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui mengenai
pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian bagi konsumen untuk produk cat
tembok pada PT Mowilex Indonesia.; (2) Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap
keputusan pembelian bagi konsumen untuk produk cat tembok pada PT Mowilex
Indonesia; (3) Untuk mengetahui pengaruh persepsi harga dan promosi secara bersama-
sama (simultan) terhadap keputusan pembelian bagi konsumen untuk produk cat tembok
pada PT Mowilex Indonesia.
Persepsi Harga. Selain sebagai mahluk sosial, setiap konsumen juga merupakan individu
dengan karakteristik yang berbeda-beda. Penilaian yang dirasakan setiap konsumen
terhadap suatu produk atau jasa yang mereka terima tidak sama, banyak faktor yang dapat
mempengaruhinya. Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi
keputusannya dalam membeli suatu produk. Oleh karena itu setiap produsen akan
berusaha memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual.
Rangkuti (2008:103) menyatakan “Persepsi harga adalah biaya relative yang harus
konsumen keluarkan untuk memperoleh produk atau jasa yang ia inginkan”.Sedangkan
menurut Peter dan Olson (2008:406) “Price perception (persepsi harga) berkaitan dengan
bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna
yang dalam bagi mereka”.
Pada saat pemprosesan informasi harga secara kognitif terjadi, konsumen dapat
membuat perbandingan antara harga yang ditetapkan dengan sebuah harga atau rentang
harga yang telah terbentuk dalam benak mereka untuk produk tersebut. Harga dalam
benak konsumen yang digunakan untuk melakukan perbandingan ini disebut internal
reference price (harga referensi internal). Referensi harga internal pada dasarnya bertindak
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
361
sebagai penuntun dalam mengevaluasi apakah harga yang ditetapkan dapat diterima
konsumen atau tidak.
Seringkali konsumen menganggap bahwa harga yang ditetapkan untuk suatu merek
tertentu sebagai suatu ciri dari produk. Melalui pengetahuannya ini, konsumen kemudian
membandingkannya dengan harga yang ditawarkan oleh merek lain dalam suatu kelas
produk yang sama, ciri-ciri lain dari merek yang diamati dan dari merek-merek lainnya,
serta biaya-biaya konsumen lainnya. Hasil dari proses ini kemudian akan membentuk
sebuah sikap terhadap berbagai alternative merek yang ada.
Menurut Rangkuti (2009:104) persepsi mengenai harga diukur berdasarkan persepsi
pelanggan yaitu dengan cara menanyakan kepada pelanggan variabel-variabel apa saja
yang menurutnya paling penting dalam memilih sebuah produk, misalnya untuk produk
makanan, variabelnya meliputi: bahan baku, rasa, daya tahan, dan proses pembuatan.
Pendapat sejenis juga diungkapkan oleh Monroe (2003:161), menurutnya persepsi harga
sering diidentikan dengan persepsi kualitas dan persepsi biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh produk. informasi harga aktual yang diperoleh akan dibandingkan dengan
persepsi harga yang ada di benak konsumen, hal ini menghasilkan persepsi nilai terhadap
produk atau jasa tersebut. Selanjutnya konsumen akan memutuskan, apakah akan membeli
produk/jasa tersebut atau tidak.
Persepsi harga dibentuk oleh dua dimensi utama, yaitu persepsi kualitas dan persepsi
biaya yang dikeluarkan:
1. Perceived Quality (persepsi kualitas). Konsumen cenderung lebih menyukai produk
yang harganya mahal ketika informasi yang didapat hanya harga produknya. Persepsi
konsumen terhadap kualitas suatu produk dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap
nama merek, nama toko, garansi yang diberikan (aftersaleservices), dan Negara yang
menghasilkan produk tersebut.
a. Persepsi nama merek. Nama sebuah merek dapat mengindikasikan kualitas suatu
produk. Merek yang sudah lama dan memiliki image yang kuat terhadap sebuah
produk biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen. Menurut Monroe
(2003:162) dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa jika dibandingkan dengan
nama toko dan karakteristik komponen produk lainnya, nama merek memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap persepsi kualitas produk.
b. Persepsi nama toko/dealer. Reputasi nama toko/dealer akan menciptakan persepsi
konsumen terhadap produk yang ditawarkan, baik dari segi kualitas maupun
harganya. Kenyamanan toko, layout dan kualitas pelayanan yang diterima
konsumen akan menimbulkan persepsi tersendiri terhadap reputasi toko/dealer
tersebut.
c. Persepsi garansi (after sale services). Produk yang menawarkan garansi bagi para
konsumennya sering diidentikan dengan produk yang memiliki kualitas tinggi.
Konsumen akan merasa lebih tenang dalam menggunakan produk tersebut, karena
pihak perusahaan menjamin kualitasnya.
d. Persepsi Negara yang menghasilkan produk. Kualitas sebuah produk sering
dikaitkan dengan Negara pembuatnya. Oleh karena itu konsumen dapat langsung
memiliki persepsi terhadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari Negara
mana produk tersebut berasal. “Dimana produk berasal seringkali menjadi
pertimbangan penting bagi konsumen untuk evaluasi” (Sumarwan, 2003:304)
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
362
2. Perceived Monetary Sacrifice (persepsi biaya yang dikeluarkan). Secara umum
konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan atau
dikorbankan untuk mendapatkan produk. Akan tetapi konsumen mempunyai persepsi
yang berbeda-beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang
sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami oleh konsumen, dalam hal ini
terdapat tiga kondisi yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap biaya yang
dikeluarkan, yaitu persepsi terhadap pajak, persepsi terhadap kewajaran harga dan efek
ekuitas merek.yaitu: (a) Persepsi terhadap pajak; (b) ersepsi terhadap kewajaran harga;
(c) Persepsi terhadap efek ekuitas merek
Promosi penjualan merupakan salah satu alat promosi yang digunakan untuk
membujuk pembeli agar membeli produk yang dihasilkan dan ditawarkan perusahaan.
Menurut Saladin (2006: 195) mengemukakan "Promosi penjualan terdiri atas alat insentif
yang beraneka ragam, kebanyakan untuk jangka pendek, dirancang untuk merangsang
pembelian produk tertentu lebih cepat dan/ atau lebih kuat oleh konsumen atau pedagang".
Tujuan Promosi Penjualan. Berikut ini tujuan promosi penjualan menurut Dharmesta
(2002: 280), yaitu: (1) Tujuan promosi penjualan intern; (2) Tujuan promosi penjualan
perantara; (3) Tujuan promosi penjualan konsumen
Menurut Saladin (2006: 123) mengemukakan pengertian promosi sebagai berikut
"Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk
merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal
sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut".Menurut Dharmesta dan
Irawan (2005: 349) mengemukakan "Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu
arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran".Menurutnya promosi terdiri dari periklanan,
promosi penjualan, personal sellling,publisitas dan pemasaran langsung.
Tujuan dari setiap pemasaran suatu produk adalah memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsuman atau pelanggan sasaran. Oleh karena itu, konsumen mempunyai arti
penting dalam suatu perusahaan yaitu sebagai pembeli produk. Memahami perilaku
konsumen tidaklah mudah karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang dapat
berbeda setiap hari dan sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkat pendidikan, dan
selera. Tugas produsen adalah meneliti faktor-faktor yang mendasari konsumen dalam
memilih salah satu atau beberapa diantara jajaran produk yang ditawarkan perusahaan.
Menurut Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002: 6) menggambarkan model perilaku
konsumen sebagai terlihat pada gambar 1. Berdasarkan model perilaku konsumen pada
Gambar 1, pada dasarnya konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) Konsumen
individual adalah pengaruh yang datang dari dalam diri konsumen itu sendiri dalam
melakukan keputusan pembeliannya. Pengaruh tersebut bisa dalam bentuk motivasi, gaya
hidup, dan karakteristik kepribadian individu.; (2) Pengaruh lingkungan sekitar memiliki
peran yang cukup penting dalam perilaku konsumen. Pembelian yang dilakukan
konsumen dapat dipengaruhi oleh kehidupan sosialnya atau pengalaman-pengalaman
orang lain yang dekat dengan dirinya.; (3) Rangsangan yang dilakukan oleh perusahaan
dalam bentuk strategi pemasaran dapat mempengaruhi konsumen. Faktor ini merupakan
variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Strategi pemasaran mungkin saja
dalam bentuk strategi produk dengan modifikasi atribut-atribut produk guna mendorong
konsumen melakukan pembelian. Selanjutnya dari keputusan pembelian yang dilakukan
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
363
konsumen menghasilkan umpan balik (feed back) untuk konsumen berupa pengalaman
untuk pengambilan keputusan pembelian. Umpan balik bagi konsumen
(Evaluasi pasca pembelian)
Konsumen individu
Pengaruh-pengaruh
lingkungan
Penerapan dari
perilaku konsumen
pada strategi
Umpan balik
bagi pemasar
Tanggapan
konsumen
Pembuatan keputusan
konsumen
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen
Sumber: Sutisna (2002: 6)
Sedangkan untuk perusahaan menjadi informasi untuk mengevaluasi strategi-strategi yang
telah dilakukan untuk melakukan perbaikan-perbaikan.Penelitian sebelumnya yang telah
membahas masalah bauran promosi dan brand awareness terhadap keputusan pembelian
cukup beragam, diantaranya adalah berik
Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Maqfira Dwi
Utami
2011 Analisis pengaruh
harga dan promosi
terhadap
peningkatan
penjualan tiket
pada PT Maniela
Tour & Travel
Hasil analisis regresi maka diperoleh persamaan Y =
1.690,966 - 0,708 X1 + 0,456 X2, kemudian analisis
korelasi antara harga dan biaya promosi,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan dalam peningkatan volume penjualan
sebab r = 0,996, sedangkan R2 = 0,993 yang artinya
ada pengaruh dan hubungan yang simultan antara
harga dan promosi terhadap peningkatan volume
penjualan
Moh. Rizal 2010 Pengaruh Produk,
Harga Dan
Promosi Terhadap
Keputusan
Pembelian Mobil
Suzuki APV di
PT. Sunmotor
Indosentra Trada
hasil regresi diperoleh persamaan Y = 1,027 +
0,188X1 + 0,202X2 + 0,198X3, sehingga H1 yang
berbunyi produk berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian diterima. Variabel harga (X2)
diperoleh t hitung 3,170 dengan nilai signifikan
0,002 < 0,05, sehingga H2 sehingga yang berbunyi
harga berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian diterima. Dan untuk varibel promosi (X3)
diperoleh nilai t hitung = 3,044 dengan nilai
signifikan 0,003 < 0,05, sehingga H3 yang berbunyi
promosi berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian diterima. Secara simultan menunjukkan
Fhitung = 35,368 dengan nilai signifikan 0,000 <
0,05, sehingga H4 yang berbunyi ada pengaruh
positif produk, harga dan promosi terhadap
keputusan pembelian diterima.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
364
Maduretno
Widowati
2010 Pengaruh harga,
promosi dan
merek terhadap
penjualan barang
pharmasi di PT
Anugrah
Pharmindo Lestari
Dalam menguji hipotesis penelitian pengulis
menggunakan classical assumption, untuk menguji
regresi berganda, uji-t, uji-f serta koefisien
Determinasi (R2). Hasil dari penelitian ini
menginformasikan bahwa harga, promosi, dan merek
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penjulan.
Husma
Fadillah
Nasution
2008 Analisis Pengaruh
Promosi Dan
Komunikasi
Terhadap
Keputusan
Nasabah Untuk
Menabung Di
Bank Syariah
Mandiri Cabang
Tebing Tinggi.
Hasil analisis untuk hipotesis pertama menunjukkan
bahwa variabel bebas (promosi dan komunikasi)
menjelaskan 14.1% terhadap variabel terikatnya
(respon konsumen), dan promosi dan komunikasi
.Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan bahwa
variabel bebas (promosi dan komunikasi)
menjelaskan 28.1% terhadap variabel terikatnya
(keputusan nasabah), dan promosi dan komunikasi
berpengaruh high signifikan terhadap keputusan
nasabah untuk menabung di Bank Syariah Mandiri
Cabang Tebing Tinggi
Achiruddin
Siregar
2007 Pengaruh Bauran
Promosi
Pemasaran
Terhadap
Keputusan
Mahasiswa
Memilih Sekolah
Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE)
ITMI Medan
Hasil penelitian menunjukkan Koefisien determinasi
(R2) adalah sebesar 0,31. Sehingga bauran promosi
(periklanan, promosi penjualan dan pemasaran
langsung) berpengaruh high signifikan terhadap
keputusan mahasiswa memilih Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) ITMI Medan
Adapun model penelitian dalam penelitian ini digambarkan dengan bagan berikut ini:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Sumber: Penelitian terdahulu dan modifikasi peneliti
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
365
Berdasarkan kerangka pemikiran dapat diidentifikasi hipotesis penelitian yang akan di
konfirmasikan sebagai berikut:
H1: Persepsi Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT
Mowilex Indonesia
H2: Promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT Mowilex
Indonesia
H3: Persepsi Harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen
pada PT Mowilex Indonesia
METODE
Penelitian ini merupakan peneliltian kausalitas. Variabel penelitian adalah persepsi harga,
promosi dan keputusan pembelian. Operasianal penelitian
Tabel 2. Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep
variabel
Dimensi
dalam
Penelitian
Indikator Item Pernyataan No Item
Penyataan
Variabel
bebas
Persepsi
Harga
(X1)
Persepsi
harga
dibentuk oleh
dua dimensi
utama yaitu
persepsi
kualitas dan
persepsi biaya
yang
dikeluarkan.
( Monroe
2003:161 )
Perceived
Quality
a. Persepi Nama
Merek
b. Persepsi Nama
Toko
c. Persepsi
Garansi
d. Persepsi
Negara yang
Menghasilkan
Produk
1. Anda lebih cepat
mengingat merek
sebuah produk
Mowilex karena
memiliki citra yang
kuat.
2. Retail atau toko
berperan terhadap
harga cat tembok
Mowilex di mata
anda sebagai
konsumen
3. Produk Mowilex
yang memiliki
garansi sering
diidentifikasikan
sebagai suatu produk
kualitas tinggi.
4. Kualitas produk
Mowilex sering anda
kaitkan dengan
Negara pembuatnya.
1
2.
3
4
Perceived
Monetary
Sacrifice
a. Kewajaran
Harga
b. PersepsiTerhad
ap Pajak
5. Harga produk
Mowilex sesuai
kualitas
6. Harga produk
Mowilex tidak lebih
mahal dari
5
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
366
kompetitor.
7. Produk Mowilex
memiliki harga
termasuk nilai pajak
yang kompetitif
dengan produk
kompetitor.
6
7
Variabel
bebas
Promosi
(X2)
kombinasi
yang paling
baik dari
variabel-
variabel
promosi yang
semuanya
direncanakan
untuk
membantu
pencapaian
tujuan
program
penjualan
perusahaan
(Swastha dan
Irawan
2005:349)
Advertisin
g
a. Iklan di media
b. Penggunaan
billboard
c. Penggunaan
signboard
1. Iklan Cat tembok
Mowilex seringkali
anda lihat di media
massa baik media
cetak,elektronik dan
dunia maya (internet)
2. Papan reklame
(billboard) Mowilex
sering anda lihat di
titik – titik lokasi
strategis
3. Papan tanda (sign
board) Mowilex
sering anda lihat di
toko bangunan baik
besar dan kecil di
pinggir jalan besar
1
2
3
Sales
Promotion
a. Hadiah dan
reward
b. Diskon
c. Produk ekstra
1. Anda biasanya
menerima
merchandise pada
saat Anda membeli
Cat Mowilex pada
jumlah tertentu
2. Anda akan
mendapatkan hadiah
karena anda yang
loyal menggunakan
Cat Mowilex
3. PT Mowilex sering
memberikan diskon
pada saat Anda
membeli Cat
Mowilex.
4. Perusahaan sering
memberikan produk
ekstra di dalam
kemasan Cat
Mowilex
4
5
6
7
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
367
Public
Relations
a. Pressrelease
b. CSR
1. Anda sering
mendengar berita
mengenai Mowilex
Indonesia di media
massa.
2. Anda sering
mendengar informasi
tentang tanggung
jawab sosial (CSR)
dari Mowilex
Indonesia
8
9
Personal
Selling
a. Interaktif
personal
b. Cara penggunaan
c. Hubungan yang
baik
1. Tenaga penjual
Mowilex Indonesia
selalu interaktif
melayani anda
2. Cara petunjuk
penggunaan
memudahkan anda
dalam menggunakan
Cat Tembok Mowilex
3. Tenaga Penjual
Mowilex Indonesia
sangat baik dalam
melayani Konsumen.
4. Tenaga Penjual
Mowilex Indonesia
sangat ramah dalam
melayani Konsumen
10
11
12
13
Direct
Marketing
a. Katalog
b. Telepon
c. Internet
1. Anda biasanya
mudah untuk
memperoleh katalog
Cat Mowilex
2. Anda sering
menerima telepon
dari perusahaan
mengenai program
dan kegiatan
Mowilex Indonesia
3. Anda sering
mengakses website
Mowilex Indonesia
untuk mencari
informasi lebih lanjut
14
15
16
17
Variabel
terikat
proses yang
mempengaruh
i perilaku
seseorang
dalam
Pemilihan
Produk
a. Kualitas produk
yang baik
b. Harga
terjangkau
c. Kemampuan
1. Anda selalu memilih
produk cat atas dasar
kualitas yang terbaik.
2. Anda selalu membeli
produk cat atas dasar
1
2
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
368
Keputus
an
Pembeli
an (Y)
mengambil
keputusan
pembelian
(Kotler 2006:
129)
membeli produk harga yang pantas.
3. Anda selalu memilih
produk cat sesuai
dengan kemampuan
ekonomi Anda.
3
Pemilihan
Merek
a. Mowilex merek
terkenal
b. Percaya dengan
merek Mowilex
1. Mowilex adalah
merek yang sudah
terkenal
2. Anda yakin dengan
merek Mowilex
4
5
Pemilihan
Saluran
Pembelian
a. Lokasi yang
dekat
b. Mudah
diperoleh
c. Lokasi yang
nyaman
1. Lokasi yang dekat
dengan anda
menyebabkan anda
membeli Cat Tembok
Mowilex
2. Rekanan perusahaan
yang dekat dengan
anda menyebabkan
anda membeli cat
mowilex
3. Anda dengan sangat
mudah untuk
memperoleh cat
tembok di sekitar
lingkungan anda
6
7
8
Waktu
Pembelian
a. Hampir setiap
semester
b. Tidak tentu
1. Anda sering membeli
produk merek Cat
Tembok Mowilex
secara berkala dalam
periode tertentu
misalnya setiap 6
bulan sekali atau
lainnya
2. Anda membeli Cat
Tembok Mowilex
tidak dapat
ditentukan sesuai
dengan kebutuhan
anda
9
10
Jumlah
Pembelian
a. Sesuai dengan
kebutuhan
1. Anda biasanya
membeli Cat Tembok
Mowilex dengan
kuantitas yang
banyak.
11
Populasi dalam penelitian ini dibatasi hanya pada konsumen yang membeli cat Mowilex di
Jakarta khususnya daerah Serpong, Kelapa Gading, Gajah Mada, Panglima Polim dan Puri
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
369
indah.Dalam penelitian ini, responden yang digunakan adalah konsumen yang membeli
cat tembok pada PT Mowilex Indonesia untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. .Jumlah
sampel yang digunakan adalah 200 responden. Pengambilan sampel ini berdasarkan
pernyataan Hair et al. (1998) yaitu, berjumlah 100-200 untuk teknik
maximumlikehoodestimation, atau ukuran sampel minimal tergantung dari jumlah
paremeter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang
diestimasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
“purposive sampling (sampel menurut tujuan) yang merupakan pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan dengan memperhatikan maksud dan tujuan penelitian
(Rahayu 2005: 43), yaitu penelitian harga, dan promosi, serta pengaruhnya pada keputusan
pembelian.Selanjutnya untuk mengumpulkan data digunakan Intrumen penelitian yang
diuji baik validitas dan reliabilitasnya. Dalam melakukan pengujian item layak, dilihat
besarnya nilai KMO MSA. Sesuai dengan ketentuan yang sudah ada, apabila nilai KMO
MSA < 0,5 maka item tersebut akan dibuang. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum
menggunakan uji regresi yang akan digunakan untuk menganalisa pengaruh variabel
independen thd dependen.Untuk memprediksi besarnya keputusan pemilihan produk
(Y)yang dipengaruhi oleh harga (X1) dan promosi (X2) maka menggunakan rumus regresi
linear berganda menurut Sugiono (2003 ;250) adalah sebagai berikut:
Uji signifikan dengan alfa 5 % menggunakan uji F dan t. Analisis korelasi dimensi
merupakan analisis yang digunakan untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh secara operasional dalam setiap variabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan SPSS menghasilkan output seperti
berikut:
Tabel 1. Persepsi Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23,583 2,355 10,014 ,000
persepsi_har
ga
,337 ,134 ,205 2,513 ,013
promosi ,317 ,066 ,394 4,825 ,000
a. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari koefisien regresi persepsi harga dan promosi
terhadap keputusan pembelian, maka dapat dibuat sebuah persamaan regresi yaitu Y =
23,583+0,337X1 + 0,317X2. Melihat tingkat signifikan variabel menunjukkan nilai di
bawah 0,05 maka persamaan regresi berganda dinyatakan tepat untuk memprediksi
keputusan pembelian. Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
370
yang signifikan antara persepsi harga dan promosi terhadap keputusan pembelian, hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.9 di atas yang memperlihatkan nilai signifikansi di bawah 0,5.
Selanjutnya adalah menguji hipotesis dengan menggunakan Uji F yang hasilnya
diperlihatkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1511,166 2 755,583 44,099 ,000a
Residual 3375,389 197 17,134
Total 4886,555 199
a. Predictors: (Constant), promosi, persepsi_harga
b. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 44,099 dimana nilai
ini di atas dari nilai F Tabel dengan n 200 dan nilai α 5%, yaitu 3,04, maka Ha diterima
karena F hitung lebih besar dari F tabel, 44,099> 3,04, dan melihat nilai sgnifikansi di
bawah 0,05,. Sehingga di dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi harga dan
promosi memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap keputusan pembelian. Kemudian
untuk besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel persepsi harga dan promosi
secara simultan terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Pengaruh Persepsi harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,556a ,309 ,302 4,13932
a. Predictors: (Constant), promosi, persepsi_harga
b. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Sumber: data primer diolah
Besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat pada R Square atau nilai koefisien determinasi,
yaitu sebesar 0,309 atau 30,9% artinya persepsi harga dan promosi secara bersama-sama
mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 30,9%, sedangkan sisanya dipengaruhi
faktor-faktor lain yang bukan termasuk dalam penelitian ini.Uji koefisien korelasi Antar
dimensi yaitu bertujuan mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dimensi yang
terdapat pada penelitian kali ini, yaitu dimensi persepsi harga meliputi: persepsi kualitas
dan persepsi biaya, kemudian promosi meliputi: advertising, salespromotion,
publicrelations, personalselling dan directmarketing, dan yang terakhir adalah dimensi
keputusan pembelian meliputi: pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan saluran
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
371
pemasaran, waktu pembelian, dan jumlah pembelian. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan program SPSS menghasilkan output sebagai berikut:
Tabel 4. Korelasi Antar dimensi
Keputusan Pembelian
Pemilihan
Produk
Pemilihan
Merek
Pem.Saluran
Pembelian
Waktu
Pembelian
Jumlah
Pembelian
A Persepsi Harga
1 Persepsi Kualitas -,072 -,024 ,089 ,040 ,260
2 Persepsi Biaya 1,000 ,193 ,369 ,149 -,041
B Promosi
1 Advertising ,119 ,367 ,712 ,104 ,108
2 Sales Promotion ,268 ,351 ,512 ,893 ,180
3 Public Relation ,109 ,290 ,230 ,277 ,726
4 Personal Selling ,100 ,036 ,078 ,031 ,100
5 Direct Marketing -,046 ,010 ,104 ,123 ,233
Sumber: data primer diolah
Hubungan antara persepsi kualitas dengan jumlah pembelian dalam kategori lemah
sebesar 0,260, ini mengindikasikan bahwa konsumen melakukan pembelian dengan
jumlah tertentu berdasarkan kualitas yang ada pada produk tersebut. Hubungan antara
persepsi biaya dengan pemilihan produk dalam kategori kuat sebesar 1,000, ini juga
mengindikasikan bahwa konsumen memilih suatu produk berdasarkan biaya yang akan
dikeluarkan oleh konsumen saat membeli produk tertentu.
Selanjutnya adalah korelasi antara dimensi yang terdapat pada promosi dengan
keputusan pembelian, yaitu menunjukkan: (a) Hubungan antara advertising dengan
pemilihan saluran distribusi dalam kategori kuat sebesar 0,712, ini mengindikasikan
bahwa konsumen membeli produk mowilex setelah melihat signboard di toko bangunan
yang telah menjadi mitra perusahaan.; (b) Hubungan antara sales promotion dengan waktu
pembelian dalam kategori kuat sebesar 0,893, ini juga mengindikasikan bahwa konsumen
membeli pada waktu tertentu berdasarkan adanya salespromotion seperti potongan harga,
bonus, atau produk ekstra.; (c) Hubungan antara public relations dengan jumlah
pembelian dalam kategori kuat sebesar 0,726, ini mengindikasikan bahwa publikasi yang
dilakukan seputar perusahaan menjadi dasar konsumen untuk melakukan pembelian
produk pada jumlah tertentu.; (d) Hubungan antara personal selling dengan pemilihan
produk dan jumlah pembelian berada dalam kategori lemah sekali yaitu sebesar 0,100, ini
mengindikasikan bahwa bentuk pelayanan yang ramah dari para penjual bukan menjadi
dasar bagi konsumen untuk memilih suatu produk dan membeli pada jumlah tertentu.; (e)
Hubungan antara direct marketing dengan jumlah pembelian dalam kategori lemah yaitu
sebesar 0,233, ini mengindikasikan bahwa penawaran secara khusus melalui direct
marketing berupa pemberian katalog, dan mengakses website Mowilex Indonesia bukan
menjadi alasan konsumen membeli produk Mowilex dengan jumlah tertentu.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
372
PENUTUP
Kesimpulan. Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan
kesimpulan penelitian untuk menjawab perumusan masalah, yakni: Pertama.Persepsi
Harga yang dimiliki PT Mowilex Indonesia di masyarakat memiliki pengaruh positif
terhadap keputusan pembelian, dimensi yang berhubungan erat adalah persepsi biaya
dengan pemilihan produk. hal ini mengindikasikan bahwa dalam konsumen dalam
melakukan pemilihan produk cat berdasarkan jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh
konsumen tersebut untuk produk cat Mowilex. Kedua. Promosi yang dilakukan oleh PT
Mowilex Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian, promosi
seperti sales promotion, memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian
konsumen pada produk Cat Mowilex. menunjukkan hubungan antara sales promotion
dengan waktu pembelian begitu kuat. Ini mengindikasikan bahwa konsumen sangat
tertarik untuk mengunjungi Toko Bangunan dan melakukan pembelian Cat Mowilex
ketika adanya advertising seperti terdapatnya signboard yang ada pada Toko Bangunan
yang menjadi mitra Perusahaan. Ketiga. Persepsi harga dan Promosi secara simultan
memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian, hal ini mengindikasikan bahwa
persepsi harga dan promosi memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian
konsumen pada produk Cat Mowilex.
Saran. Dari hasil penelitian dan kesimpulan seperti yang disebutkan sebelumnya,
beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan meningkatkan keputusan
pembelian di PT. Mowilex Indonesia antara lain: Pertama. Persepsi harga memiliki
pengaruh dalam keputusan pembelian. Khususnya pada dimensi persepsi biaya dengan
pemilihan produk, dengan menggunakan media sebagai cara untuk mengenalkan dan
menciptakan persepsi harga yang kompetitif, seperti penggunaan media massa eletronik,
dan cetak. Kedua. Promosi memiliki pengaruh dalam keputusan pembelian. Khususnya
pada dimensi sales promotion dengan waktu pembelian. Oleh karena itu PT. Mowilex
Indonesia lebih Meningkatkan cara-cara direct marketing yang efektif dengan melakukan
promosi pada waktu-waktu tertentu misalnya melakukan event atau pameran. Dan
penambahan jumlah katalog di tempat yang menjadi mitra perusahaan serta meningkatkan
fitur pada website Mowilex Indonesia yang sudah ada agar lebih menarik sehingga banyak
orang yang akan mengunjungi website. Mempublikasikan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan perusahaan, dan peluncuran produk baru agar lebih dikenal oleh
masyarakat secara luas. Ketiga. Adanya keterbatasan dalam penelitian ini, kepada peneliti
lain diharapkan untuk mengadakan penelitian sejenis lebih lanjut dengan mengambil
wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebih banyak dan menggunakan
rancangan model variabel yang lebih kompleks sehingga ditemukan variabel dan dimensi
baru lain yang memiliki pengaruh lebih kuat terhadap keputusan pembelian sehingga
dapat memberikan hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut hal-hal yang masih harus diperhatikan adalah
kondisi yang memperlihatkan persepsi kualitas masyarakat atas Cat Mowilex masih dirasa
kurang, Jika dibandingkan oleh para kompetitor yang memiliki persepsi kualitas yang
begitu kuat dalam pikiran masyarakat. Begitu pula kondisi pada publikasi melalui program
promosi yang masih kurang di dengar oleh masyarakat, hal ini juga berdampak pada
tingkat penjualan yang dipengaruhi oleh keputusan pembelian dari masyarakat. Sehingga
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
373
sudah sewajarnya jika perusahaan dalam hal ini PT Mowilex Indonesia melakukan
inovasi-inovasi untuk melakukan langkah-langkah strategis.
DAFTAR RUJUKAN
Amstrong, Gery dan Philip Kotler, (2004). Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke Sembilan,
Jilid 2. Jakarta: Penerbit PT. Indeks.
Assauri, Sofjan, (2004). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada.
Ghozali, Imam, (2005). Analisis Multi Variate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hawkins D., Mothersbough, dan Best, (2007). Consumer Behaviour: Building Marketing
Strategi. 10th Edition. MC. Grow Hil irvin.
Husein, Umar, (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jonathan, Sarwono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Jagdish N, Sheth dan Mittal Banawi, (2004). Customer Behaviour. Managerial
Perspective. Second Edition. Singapore: Thomson.
Kotler, Philip, (2001). Manajemen Pemasaran: Analisa, Perencanaan, Implementasi dan
control, jilid 1. Jakarta: Penerbit Prenhalindo.
Kotler, Philip, (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT. Kencana Prananda
Media.
Ma’aruf, Hendri, (2005). Pemasaran Rite. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Mowen, C, John dan Michael Minor, (2001). Prilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Mangkunegara, Anwar, (2005). Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Bandung: Refika
Aditama.
Nugroho J., Setiadi, (2003). Prilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Bisnis Pemasaran. Jakarta: Pranada Media.
Olson J., C., dan Peterr, J., P., (2000). Consumer Behaviour. Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Jakarta: penerbit Erlangga.
Rangkuti, F., (2003). Riset Pemasaran. PT. gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rambat, Lumpiyoadi, (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi I. Jakarta: Penerbit PT.
Salemba Empat.
Swasta, Basu, (2002). Asas-asas Marketing. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Swasta, Basu, dan Irwan, (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Penerbit
Liberty.
Supranto J.,M.,A., (2003). Metode Riset dan Aplikasi dalam Pemasaran. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit PT. Rineka Cipta.
______________, (2001). Manajemen Jasa. Andy Offset, Yogyakarta.
______________, (2004). Strategi Pemasaran, Andy, Yogyakarta.
______________, (2005). Brand Managemen & Strategy, Andy, Yogyakarta.
Umar, Husain, (2005). Studi Kelayakan Bisnis: teknik Menganalisa Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
374
PENGARUH KUALITAS PRODUK TABUNGAN DAN KUALITAS LAYANAN
TERHADAP MINAT MENABUNG KEMBALI
DI CIMB NIAGA
(STUDI KASUS PT BANK CIMB NIAGA TBK BINTARO)
Dedy Trisnadi
Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman
Email: dedy.trisnadi@gmail.com
Abstract: The purpose of this research was to determine the effect of product quality
and service quality savings on interest savings back partially and simultaneously. The
population in this study is that customers save at CIMB Niaga branch Bintaro, while the
sample is 100 respondents. The sampling technique was purposive sampling. Type of
data used is primary data correlation and multiple regression analysis.The results
showed that the quality of the product has a positive effect on savings interest savings
back. Dominant factor affecting the interest saving back customers is the quality of the
product.
Keywords: Savings Product Quality, Service Quality, Savings Interest.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas produk
dan kualitas layanan tabungan bunga tabungan kembali secara parsial dan simultan.
Populasi dalam penelitian ini adalah bahwa pelanggan menghemat di CIMB Niaga
cabang Bintaro, sedangkan sampel adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampel
adalah purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah korelasi data primer dan
beberapa hasil analysis.The regresi menunjukkan bahwa kualitas produk memiliki efek
positif pada tabungan bunga tabungan kembali. Faktor dominan yang mempengaruhi
minat menabung kembali pelanggan adalah kualitas produk.
Kata kunci: Kualitas Produk Tabungan, Service Quality, Bunga Tabungan
PENDAHULUAN
Perubahan dalam dunia usaha perbankan yang semakin cepat mengharuskan bank untuk
merespon perubahan yang terjadi, problem sentral yang dihadapi perbankan saat ini adalah
bagaimana bank tersebut menarik, lebih mendekatkan ke nasabah dan
mempertahankannya agar bank tersebut dapat berkembang, tujuan tersebut akan tercapai
jika perusahaan melakukan proses pemasaran yang terarah dan terencana dengan baik.
Persaingan dalam bisnis perbankan yang semakin ketat mendorong para pelaku
bisnis menciptakan atau menyediakan produk-produk yang inovatif sehingga dapat
memberikan kemudahan bagi para pelanggannya, dukungan teknologi menjadi pilihan
agar penciptaan produk menjadi bermutu tinggi, pelayanan yang baik dan kemudahaan
bagi pelanggan dapat terwujud. Penerapan teknologi informasi menjadi salah satu faktor
penentu keunggulan kompetitif dalam persaingan bisnis yang semakin tajam dan
cenderung berorientasi pada customer value.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
375
Nilai bagi nasabah merupakan komunikasi dua arah antara nasabah dengan bank dimana
hubungan tercipta setelah nasabah tahu dan memberikan penilaian positif terhadap produk
atau layanan yang ditawarkan. Jika nasabah menilai produk dan layanan mampu
memberikan nilai tambah kepada nasabah maka nasabah akan puas dengan layanan atau
produk yang ditawarkan. Kondisi seperti ini akan menciptakan hubungan atau ikatan
emosional antara nasabah dengan bank. Hubungan emosional ini yang disebut dengan
loyalitas nasabah nasabah agar tumbuh minat menabung di bank.
Guna meningkatkan minat menabung nababah CIMB Niaga, maka CIMB Niaga
menawarkan beberapa produk-produk yang memiliki perbedaan dibandingkan dengan
produk bank lainnya. Selain itu disediakan berbagai fasilitas yang lebih baik untuk
kemudahaan dan kenyamanan nasabahnya dalam setiap melakukan kegiatan atau transaksi
perbankan.
Kepuasan nasabah ditentukan oleh kualitas produk dan layanan yang dikehendaki
nasabah, sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi bank. Kualitas produk
tabungan didapatkan dengan cara menemukan keseluruhan harapan nasabah,
meningkatkan nilai produk atau pelayanan dalam rangka memenuhi harapan nasabah
tersebut. Sebuah produk atau layanan perbankan dikatakan mempunyai nilai yang tinggi
di mata nasabah apabila mampu memberikan kualitas, manfaat dan pengorbanan
seminimal mungkin. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui kualitas produk
tabungan dan kualitas layanan dapat mempengaruhi minat menabung.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan didukung dengan teori-teori serta dilengkapi
dengan data dan fakta yang ada, maka identifikasi masalah yang terdapat di CIMB Niaga
cabang Bintaro sebagai berikut: (1) Suku Bunga tabungan CIMB Niaga kurang
kompetitif.; (2) Produk tabungan CIMB Niaga kurang variatif.; (3) Persyaratan dan
prosedur menjadi nasabah tabungan terlalu sulit.; (4) Hadiah tabungan CIMB Niaga untuk
nasabah terlalu lama diberikan kepada nasabah.; (5) Hadiah tabungan CIMB Niaga lebih
menguntungkan bagi nasabah besar.; (6) Sering terjadi gangguan pada jaringan
komunikasi yang berpengaruh pada ATM tidak beroperasi.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah kualitas
produk tabungan berpengaruh terhadap minat menabung kembali di CIMB Niaga?; (2)
Apakah kualitas layanan berpengaruh terhadap minat menabung kembali di CIMB Niaga?;
(3) Apakah kualitas produk tabungan dan kualitas layanan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap minat menabung kembali ?
Menurut Kotler and Amstrong (2004:283) kualitas produk adalah “the ability of a
product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability,
precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya
kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan
durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga
atribut produk lainnya.
Produk didefinisikan Kotler dan Amstrong (2008) sebagai semua hal yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi
yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan tertentu, konsumen
umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Berikut ini delapan dimensi
kualitas produk yang diungkapkan oleh Tjiptono (2000:7), antara lain: (1) Performance
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
376
(Kinerja).; (2) Durability (Daya Tahan).; (3) Conformance to specifications (Kesesuaian
Dengan Spesifikasi).; (4) Features (Fitur).; (5) Reliabilty (Reliabilitas).; (6) Aesthetics
(Estetika).; (7) Serviceability (Kemampuan).; Perceived Quality (Kesan Kualitas)
Dalam hal kualitas layanan, Menurut Kotler (2000:57), pengertian adalah “Quality is the
totally of features and characteristic of a product or service that bear on it’s ability stated
needs”. Artinya, kualitas merupakan keseluruhan sifat-sifat dan karakter-karakter suatu
produk dan jasa, berdasarkan kemampuannya untuk menyatakan kepuasan atau kebutuhan
secara tidak langsung. Kesimpulan dari definisi diatas adalah keseluruhan sifat-sifat dan
karakter-karakter dari suatu produk yang dibangun atas dua faktor utama yaitu persepsi
konsumen atas layanan yang mereka terima dengan layanan yang diharapkan dan
merupakan tingkat atau sejauh mana ketidakcocokan antara harapan konsumen dengan
layanan yang mereka terima.
Menurut Tjiptono (2007), kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan
(excellence) yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan. Tingkat kualitas pelayanan jasa tidak dapat diukur berdasarkan
sudut pandang perusahaan tetapi dipandang dari sudut pandang penilaian pelanggan.
Dalam riset selanjutnya, menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001) terdapat lima
dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya: (1) Tangibles
(Bukti Fisik).; (2) Reliability (Reliabilitas).; (3) Responsiveness (Daya Tanggap); (4)
Assurance (Jaminan).; (5) Emphaty (Empati).
Kerangka Pemikiran Dan Hipotesa. Berdasarkan uraian diatas, maka berikut ini
merupakan pemikiran yang dipakai dalam penelitian yang menggambarkan Pengaruh
Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan terhadap Minat Menabung Kembali di
CIMB Niaga.
H1 H1
H3
H2
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Kualitas Produk (X1) - Performance
- Durability
- Conformance to Specifications
- Features
- Reliability
- Aesthetics
- Serviceability
- Perceived Quality
Kualitas Layanan (X2) - Tangibles
- Reliability
- Responsiveness
- Assurance
- Emphaty
Minat Menabung (Y) - Pencarian Informasi
- Kemauan Untuk
Memahami Produk
- Kunjungan ke Bank
- Trust
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
377
Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Kualitas Produk Tabungan berpengaruh terhadap minat menabung kembali.
H2 : Kualitas Layanan berpengaruh terhadap minat menabung kembali.
H3 : Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap minat menabung kembali.
Pengaruh Kualitas Produk Tabungan Terhadap Minat Menabung Kembali. CIMB
Niaga terus melakukan peningkatan kualitas produk tabungannya dengan berbagai inovasi
produk. Peningkatan kualitas layanan yang dilakukan CIMB Niaga tidak serta merta
membuat nasabah percaya, mempunyai hubungan emosional dengan bank dan tidak
pindah ke bank lain.
Penyediaan produk yang berkualitas terbaik merupakan keharusan bagi sebuah bank.
Semakin baik kualitas produk yang tawarkan oleh bank maka semakin tinggi pula
kepuasan nasabah, sehingga semakin tinggi pula minat menabung kembali Terdapat
dimensi kualitas yang umum digunakan dalam mengukur kualitas produk yang
berpengaruh terhadap minat menabung, yaitu: (1) Hubungan performance dengan
pencarian informasi. Aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama
yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut, dalam Tjiptono (2008).;
(2) Hubungan Durability dengan kemampuan untuk memahami akan kualitas produk.
Aspek fungsional suatu barang yang ditawarkan kepada nasabah merupakan barang yang
tahan lama.; (3) Hubungan Conformance to specifications dengan Kemampuan untuk
memahami. Karakteristik yang ditampilkan oleh suatu produk dapat memikat nasabah dan
produk tersebut diciptakan untuk dapat memahami kebeutuhan nasabahnya tersebut.; (4)
Hubungan features dengan keinginan menabung untuk memahami produk. Menurut
Tjiptono dan Chandra (2008), karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya
kelengkapan interior dan eksterior pada produk tabungan seperti jika kita menggunakan
kartu ATM pada mesin ATM banyak pilihan dan fitur-fitur untuk memilih yang
diinginkan.; (5) Hubungan Aesthetics dengan memahami suatu produk. Merupakan daya
tarik produk terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik kartu ATM tabungan yang
menarik, desain buku tabungan yang artistik, warna dan sebagainya.; (6) Hubungan
Reliability dengan Kepercayaan nasabah terhadap bank. Meliputi kemampuan kualitas
produk tabungan dalam memfasilitasi keinginan nasabah untuk kemudahan yang didapat.
(7) Hubungan Serviceability dengan kepercayaan bank (Trust). Meliputi kecepatan,
kompetensi, kenyamanan, kemudahan bertransaksi serta penanganan keluhan secara
memuaskan. Layanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum transaksi, tetapi juga
selama proses transaksi hingga selesai bertransaki dengan bank yang mencakup juga
layanan online banking.; (8) Hubungan Perceived Quality dengan pencarian informasi.
Kualitas produk tabungan yang dihasilkan merupakan sarana pemasaran yang tepat kepada
nasabah, dimana nasabah yang tidak mengetahui kualitas produk tabungan dapat
memahaminya.
Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Menabung Kembali. Kualitas layanan
berpengaruh terhadap minat menabung, hal ini berarti bahwa semakin baiknya kualitas
layanan yang diberikan oleh CIMB Niaga dapat membuat nasabah loyal kepada CIMB
Niaga. Nasabah bank hanya akan berurusan dengan bank berdasarkan kepada tingkat
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
378
kebutuhannya, sehingga proses mencari bank dengan layanan terbaik masih terus
dilakukan. Bila dikaitkan dengan lima dimensi kualitas layanan milik Parasuraman, CIMB
Niaga memiliki fasilitas gedung dan lahan parkir yang memadahi, mampu menyelesaikan
transaksi secara tepat, akurat dan cepat, cepat dan tanggap dalam melakukan layanan,
jaminan akan keamanan uang, rahasia nasabah dan karyawan bekerja secara profesional,
layanan dengan ramah dan selalu menjaga hubungan yang baik dengan nasabah.
Hubungan tersebut antara lain: (1) Hubungan Tangible dengan minat menabung dengan
mendatangi ke bank. Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Hal ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang
digunakan, serta penampilan pegawainya, menurut Tjiptono (2008).; (2) Hubungan
Reliability dengan kepercayaan (Trust) bank. Dalam Tjiptono dan Chandra (2008),
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak
pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai waktu
yang disepakati.; (3) Hubungan Responsiveness dengan kemauan untuk memahami produk
yang ditawarkan. Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk
membantu para pelanggan/nasabah dana merespons permintaan nasabah, serta
menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat
(Tjiptono dan Chandra, 2008). Menurut Kotler (2005), kualitas layanan harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif
terhadap kualitas layanan.; (4) Hubungan Emphati dengan pencarian informasi yang
diberikan oleh bank. Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi
yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.
; (5) Hubungan Assurance dengan kepercayaan (Trust) dan reputasi bank. Dalam Tjiptono
dan Chandra (2008) bahwa jaminan (Assurance) yakni perilaku para karyawan mampu
menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap perusahaan dan perusahaan bisa
menciptakan rasa aman bagi para nasabahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Uji Validitas Variabel X1, X2 dan Y
No X1 X2 Y
Validitas r
hitung r
table r
hitung r
table r
hitung r
table
1 0.949 0.195 0.937 0.195 0.949 0.195 Valid
2 0.943 0.195 0.928 0.195 0.899 0.195 Valid
3 0.945 0.195 0.938 0.195 0.935 0.195 Valid
4 0.944 0.195 0.927 0.195 0.904 0.195 Valid
5 0.945 0.195 0.926 0.195 0.904 0.195 Valid
6 0.943 0.195 0.928 0.195 0.899 0.195 Valid
7 0.943 0.195 0.929 0.195 0.897 0.195 Valid
8 0.945 0.195 0.937 0.195 0.912 0.195 Valid
9 0.959 0.195 0.928 0.195 Valid
10 0.962 0.195 0.930 0.195 Valid
11 0.943 0.195 0.939 0.195 Valid
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
379
No
X1 X2 Y Validitas r
hitung r
table r
hitung r
hitung r
table r
hitung
12 0.943 0.195 0.938 0.195 Valid
13 0.949 0.195 0.938 0.195 Valid
14 0.945 0.195 Valid
15 0.937 0.195 Valid
16 0.926 0.195 Valid
17 0.929 0.195 Valid
18 0.928 0.195 Valid
19 0.927 0.195 Valid
20 0.938 0.195 Valid
21 0.927 0.195 Valid
22 0.928 0.195 Valid
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 1 di atas dinyatakan uji validitas, dapat digunakan korelasi bivariate
pearson atau product moment jika r hitung > r tabel, maka instrumen atau item pernyataan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Jika r hitung < r tabel, maka
instrumen atau item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan
tidak valid).
Tabel 2. Uji Reliabilitas Variabel X1, X2 dan Y
Nomor Variabel Alpha Cronbach`s Batas Minimum Realibilitas
1 X1 0.951 0,7 Reliabel
2 X2 0.935 0,7 Reliabel
4 Y 0.924 0,7 Reliabel
Sumber: data diolah
Uji Statistik Alpha Cronbach`s yang tertuang pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk
variabel X1 mempunyai nilai koefisien Alpha atau Alpha Cronbach`s sebesar 0,951 dan
0,951 > 0,7 yang berarti nilai 0,951 lebih besar dari nilai 0,7 maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen yang digunakan untuk variabel X1 adalah Reliabel. Untuk variabel X2
mempunyai nilai koefisien Alpha atau Alpha Cronbach`s sebesar 0,935 dan 0,935 > 0,7
yang berarti nilai 0,935 lebih besar dari nilai 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen yang digunakan untuk variabel X2 adalah Reliabel. Sedangkan untuk variabel Y
mempunyai nilai koefisien Alpha atau Alpha Cronbach`s sebesar 0,924 dan 0,924 > 0,7
yang berarti nilai 0,924 lebih besar dari nilai 0,7 maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen yang digunakan untuk variabel Y adalah Reliabel. Kesimpulan yang didapat
adalah hasil uji Validitas untuk variabel X1, X2 dan Y adalah Valid dan hasil uji Realibilitas
untuk variabel X1, X2 dan Y adalah Reliabel.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
380
Tabel 3. Regresivariabel X1, X2 terhadap Y
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) -5.022 1.533 -3.275 0.001
Kualitas Produk
Tabungan
0.326 0.085 0.516 3.851 0
Kualitas Layanan 0.281 0.083 0.456 3.401 0.001
a. Dependent variable : Minat Menabung
Sumber: data diolah
Dari data yang terdapat pada tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel
kualitas produk tabungan sebesar 3,851. Sedangkan untuk variabel kualitas layanan
sebesar 3,401. Nilai t tabel dilihat dari derajat bebas (df) sama dengan jumlah sampel
dikurangi 2 (N-2) yaitu 100-2 = 98 dengan signifikansi sebesar 0,05 diperoleh t tabel = 1.99
sehingga didapatkan nilai t hitung > t tabel untuk masing-masing variabel. Nilai
signifikansinya masing-masing untuk variabel kualitas produk tabungan dan kualitas
layanan adalah 0.000 dan 0.001 < 0,05 sehingga didapatkan untuk variabel kualitas produk
tabungan nilai t hitung > nilai t tabel (3,851 > 1,99). Keputusan yang diambil berdasarkan
data diatas bahwa nilai t hitung > t tabel (3,851 > 1,99) adalah Ho ditolak dan Ha diterima
hal ini berarti berdasarkan uji t tersebut diatas maka variabel Kualitas Produk Tabungan
(X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Minat Menabung Kembali (Y).
Sedangkan untuk variabel kulitas layanan nilai t hitung > nilai t tabel (3,401 > 1,99).
Keputusan yang diambil berdasarkan data diatas bahwa nilai t hitung > nilai t tabel (3,401 >
1,99) adalah Ho ditolak dan Ha diterima yang mana hal ini berarti berdasarkan uji t
tersebut diatas maka variabel Kualitas Layanan (X2) berpengaruh signifikan terhadap
variabel Minat Menabung Kembali (Y).
Hasil Uji Hipotesis yaitu Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan Secara
Bersama-sama Berpengaruh Signifikan Terhadap Minat Menabung Kembali.
Tabel 4. Korelasi dan Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .968a .937 .936 .387 1.271
a. Predictors : (Constant), Kualitas Produk Tabungan, Kualitas Layanan
b. Dependent Variable: Minat Menabung
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel output di atas diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel Kualitas
Produk Tabungan dan Kualitas Layanan terhadap Minat Menabung sebesar 0,968.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
381
Nilai ini tergolong dalam kategori pengaruh yang sangat kuat (0,800 – 1,000) dan positif.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas
Layanan maka Minat Menabung Kembali akan semakin baik pula. Sedangkan nilai R
square (R2) sebesar 0,937 atau 93,7%, yang berarti variabel Kualitas Produk Tabungan
dan Kualitas Layanan menentukan sebesar 93,7% terhadap variabel Minat Menabung
Kembali.
Tabel 5. Uji F ANOVA
a
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 217.614 2 108.807 725.566 .000b
Residual 14.546 97 .150
Total 232.160 99
c. Predictors : (Constant), Kualitas Produk Tabungan, Kualitas Layanan
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel output di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 725,566. Nilai ini kemudian
akan dibandingkan dengan nilai Ftable. Dengan α = 5% diperoleh nilai Ftable sebesar 3,09.
Karena F hitung > F table, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa variabel Kualitas
Produk Tabungan dan Kualitas Layanan secara simultan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap variabel Minat Menabung Kembali.
Korelasi Dimensi antar Variabel
Tabel 6. Matrik Korelasi Dimensi
Variabel
(Y) Minat Menabung
Dimensi Pencarian
Informasi
Kemauan untuk
memahami
produk
Kunjungan
ke Bank Trust
Kualitas
Produk
(X1)
Performance 0.553 0.520 0.720 0.288
Durability 0.885 0.208 0.288 0.462
Features 0.862 0.203 0.281 0.450
Comformance to
Specifications 0.872 0.410 0.568 0.910
Aesthetics 0.909 0.427 0.591 0.948
Reliability 0.603 0.142 0.196 0.315
Perceived Quality 0.959 0.451 0.624 0.500
Serviceability 0.632 0.148 0.206 0.329
Sumber: data diolah
Dari hasil data diatas dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama. Pengaruh Perceived
Quality terhadap Pencarian Informasi. Dari data diatas diperoleh korelasi yang paling
besar ditemukan pada hubungan antara dimensi perceived quality dengan dimensi
pencarian informasi dari variabel minat menabung kembali sebesar 0.959.
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
382
Variabel
(Y) Minat Menabung
Dimensi Pencarian
Informasi
Kemauan
untuk
memahami
produk
Kunjungan
ke Bank Trust
Kualitas
Layanan
(X2)
Tangible 0.470 0.110 0.612 0.980
Reliability 0.296 0.348 0.481 0.771
Responsiveness 0.296 0.278 0.385 0.617
Emphaty 0.602 0.142 0.196 0.314
Assurance 0.356 0.419 0.580 0.929
Sumber: data diolah
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel minat menabung kembali khususnya
dimensi pencarian informasi paling besar dipengaruhi oleh dimensi perceived quality dari
variabel kualitas produk tabungan. Dengan demikian maka CIMB Niaga harus
memperhatikan dan fokus pada pengembangan karakteristik produk sehingga akan
berdampak pada peningkatan jumlah nasabah baru. Kedua. Pengaruh Tangibles terhadap
Kepercayaan (Trust)
Dari data diatas yang mempunyai korelasi yang paling besar ditemukan pada hubungan
antara dimensi tangibles dengan dimensi kepercayaan (trust) dari variabel minat
menabung kembali sebesar 0.980. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel minat
menabung kembali khususnya dimensi trust dipengaruhi oleh dimensi tangibles dari
variabel kualitas layanan. Dengan demikian maka CIMB Niaga harus lebih menjaga
reputasi bank dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap CIMB Niaga sebagai
bank yang memperhatikan keamanan dan kenyamanan, sehingga akan berdampak pada
peningkatan nasabah.
PENUTUP
Kesimpulan. Dari hasil analisis data terdapat hasil bahwa korelasi antara variabel
Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan terhadap variabel Minat Menabung
Kembali adalah sangat kuat (96.8%). Dengan kondisi seperti ini CIMB Niaga harus benar-
benar menjaga Kualitas Produk Tabungan dan Kualitas Layanan dan selalu meningkatkan
strategi promosi yang tepat untuk dapat lebih banyak lagi konsumen yang menjadi
nasabah CIMB Niaga antara lain: (1) Kualitas produk tabungan berpengaruh signifikan
terhadap minat menabung. Artinya jika produk semakin baik, maka minat menabung
kembali semakin meningkat.; (2) Kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap minat
menabung. Artinya, jika keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi semakin baik dan
aman, maka minat menabung kembali akan semakin meningkat. Nasabah akan semakin
dilindungi pada saat bertransaksi.; (3) Kualitas produk tabungan dan kualitas layanan
secara bersama-sama berkontribusi menentukan minat menabung kembali sebesar 93.7%,
sedangkan 6.3% ditentukan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
Saran. Pertama. Karena kualitas produk tabungan berpengaruh secara signifikan
terhadap minat menabung kembali, maka sebagai saran untuk mendapatkan perhatian bagi
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
383
manajemen CIMB Niaga pada umumnya adalah penyempurnaan produk yang berinovasi
dan bervariatif agar minat menabung kembali, kemudian peningkatan layanan terhadap
nasabah dapat dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang.; Kedua.Dalam hal
kualitas layanan dapat dilakukan dengan meningkatkan rasa kepuasan nasabah agar
tercipta loyalitas yang menjadikan minat menabung kembali di CIMB Niaga tumbuh. Hal
lainnya dalam rekomendasi ini adalah: (a) Peningkatan terhadap kualitas layanan terhadap
karyawan lebih dioptimalkan pada program pelatihan, dengan harapan akan adanya
peningkatan pada kualitas layanan yang diberikan kepada nasabah dan sesuai dengan
harapan nasabah.; (b) Adanya media komunikasi agar nasabah lebih mudah dalam
menyampaikan segala kebutuhan atau keluhan yang akan disampaikan. Serta harapan dari
nasabah akan adanya penambahan mesin ATM yang dirasa perlu untuk dijadikan
pertimbangan agar lebih meningkatkan kepuasan dan keinginan nasabah di CIMB Niaga.;
(c) Pihak bank perlu menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi bagi nasabah, agar nasabah
tidak merasa jenuh pada saat nasabah menunggu giliran mengantri di bank.; (d) Upaya
strategis berikut adalah dengan memberikan kemudahan kepada nasabah dalam
mengakses maupun melakukan transaksi. Lebih memperhatikan kebutuhan yang
diharapkan nasabah dengan fasilitas dan penambahan fitur yang mudah diakses dan
dimengerti oleh nasabah.; (e) Customer Experience menghubungkan Brand, People &
Process yang sinergis untuk menghasilkan suatu value proposition yang dirasa sungguh
bernilai bagi nasabah/pelanggannya dan sesuatu yang membuatnya berbeda dengan
pesaing/kompetitor. Hal seperti inilah yang membuat seseorang menjadi loyal dan ingin
terus bertemu dan berhubungan dengan orang atau badan jasa yang telah memberikan
kenyamanan, keamanan, rasa dihargai, dihormati dan dipedulikan. Seperti itulah yang
dirasakan para nasabah terhadap CIMB Niaga; (f) Sebanyak 6.3% faktor lain yang
mempengaruhi harus ditindaklanjuti adalah faktor kemudahan dan keamanan nasabah
pada saat parkir kendaraan harus ditingkatkan sampai memasuki area bank, hadiah untuk
nasabah agar segera diberikan dengan cepat kepada nasabah dengan memperhatikan
kualitas hadiah yang baik, keamanan lingkungan sekitar bank menjadi perhatian khusus
agar nasabah nyaman datang ke bank dan tidak berpindah ke bank lain.
DAFTAR RUJUKAN
Armstrong, G & Kotler, Philip, (2005). Marketing: An Introduction 7th
edition, Pearson
International
Bauman, Chris, Susan Burton, Gregory Elliot, Hugo M. Kehr, (2006). Prediction of
Attitude and Behavioural Intentions in Retail Banking, International Journal of
Bank Marketing, Vol.25 (2), 2007, pp.102-116
Kotler, (2001). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta
__________, (2002). Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
__________ , (2003). Marketing Management, 11th ed, Prentice Hall International
Edition, Engelwood Clifft, NJ.
Kotler, P & Keller, K. L,. (2006). Marketing Management 12 edition, Pearson
International
Trisnadi 373 – 383 Jurnal MIX, Volume III, No. 3, Oktober 2013
384
__________ , (2009). Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat, (2006), Manajemen Pemasaran dan Jasa, Salemba Empat, Jakarta.
Nugroho J. Setiadi. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Bandung.
Santoso, Singgih, (2011). Mastering SPSS Versi 19.00. PT Elex Media Komputindo,
Gramedia, Jakarta.
Sarwono, Jonathan, (2006). Analisis Data Penelitian, ANDI Offset, Yogyakarta
Schiffmann, G. Leon & Kanuk, Leslie Lazar, (2007). Consumer Behaviour, 7th
Edition,
Prentice Hall International, PT INDEKS, Jakarta
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12, Alfabeta, Bandung.
Surip, Ngadino Diposumarto, (2012). Metodologi Penelitian: Teori dan Terapan, Mitra
Wacana Media, Jakarta
Swastha, Basu. (2000). Azas-azas Marketing. Liberty. Yogyakarta
Tjiptono dan Chandra, (2003). Service, Quality and Satisfaction; Manajemen Kepuasan
Pelanggan, ANDI Offset, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy, (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. ANDI Offset. Yogyakarta
__________. (2007). Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. ANDI Offset. Yogyakarta.
__________, (2008). Pemasaran dan Jasa: Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Pelanggan dan
Customer Relationship Management, ANDI Offset. Yogyakarta
top related