pengaruh volume em4 (effective microorganism) dan …repository.ub.ac.id/4423/1/yuniandini ichsania...
Post on 27-Oct-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH VOLUME EM4 (Effective Microorganism) DAN PERIODE
PANEN PADA PENGOMPOSAN MEDIA TANAM SERBUK KAYU SENGON
TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus)
SKRIPSI
Oleh :
YUNIANDINI ICHSANIA GUNAWAN
125100300111060
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul TA :Pengaruh Volume EM4 (Effective Microorganism) danPeriode Panen pada Pengomposan Media Tanam SerbukKayu Sengon terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
Nama Mahasiswa : Yuniandini Ichsania GunawanNIM : 125100300111060Jurusan : Teknologi Industri PertanianFakultas : Teknologi Pertanian
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Dr. Ir. Nur Hidayat, MP Nur Lailatul Rahmah,S.Si, M.SiNIP. 19610223 198701 1 001 NIP. 19840522 201212 2 002
Tanggal Persetujuan : Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul TA :Pengaruh Volume EM4 (Effective Microorganism) danPeriode Panen pada Pengomposan Media Tanam SerbukKayu Sengon terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
Nama Mahasiswa : Yuniandini Ichsania GunawanNIM : 125100300111060Jurusan : Teknologi Industri PertanianFakultas : Teknologi Pertanian
Dosen Penguji I,
Irnia Nurika, STP. MP. Ph.DNIP. 197405261999032001
Dosen Penguji II, Dosen Penguji III,
Nur Lailatul R.S.Si, M.Si Dr.Ir. Nur Hidayat.MPNIP.198405222012122002 196102231987011001
Ketua Jurusan,
Dr. Sucipto, STP, MPNIP. 19730602 199903 1 003
Tanggal Lulus TA : …………………………….
PERNYATAAN KEASLIAN TA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Yuniandini Ichsania GunawanNIM : 125100300111060Jurusan : Teknologi Industri PertanianFakultas : Teknologi Pertanian Judul TA :Pengaruh Volume EM4 (Effective Microorganism) dan
Periode Panen pada Pengomposan Media Tanam SerbukKayu Sengon terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
Menyatakan bahwa,
TA dengan judul diatas merupakan karya asli penulis tersebut di atas. Apabila di kemudian hari terbukti penyataan ini tidak benar, saya bersedia
dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.
Malang, 31 Agustus 2017Pembuat pernyataan,
Yuniandini Ichsania .GNIM 125100300111060
Yuniandini Ichsania Gunawan. (125100300111060). Pengaruh Volume EM4(Effective Microorganism) dan Periode Panen pada Pengomposan MediaTanam Serbuk Kayu Sengon terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus). Tugas Akhir. Pembimbing : Dr. Ir. Nur Hidayat, MPdan Nur Lailatul Rahmah, S.Si, M.Si. Penguji : Irnia Nurika, STP, MP, Ph.D
RINGKASAN
Jamur tiram putih atau biasa disebut shimeji atau oyster mushroomberasal dari kelas Basidiomycetes dan genus Pleurotus. Jamur ini mudahtumbuh di berbagai media tanam sehingga dapat menjadi pertimbangan untukmeningkatkan produksi jamur tiram melalui komposisi media tanam yang sesuai.Pada pembuatan media tanam jamur tiram, pengomposan penting dilakukanuntuk membuat media tanam terurai menjadi senyawa yang lebih sederhanasehingga mudah dicerna oleh jamur dalam pertumbuhannya. Modifikasi daninovasi media tanam jamur dapat dilakukan dengan menambahkan EM4(Effective Microorganism) saat pengomposan media tanam. Adanya EM4 dapatmempercepat proses pengomposan melalui fermentasi dan dekomposisi bahanbaku kompos. Selain itu, jamur tiram dapat dipanen beberapa kali. Periodepanen diduga memilki pengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Hasil panenpada setiap periode panen memiliki kaitan dengan ketersediaan nutrisi padamedia tanam dalam menunjang pertumbuhan jamur tiram.Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui pengaruh volume EM4 dan periode panen terhadappertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan mengetahui volumeEM4 yang memberikan pertumbuhan terbaik pada jamur tiram (Pleurotusostreatus).
Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)tersarang dimana faktor utama adalah perbedaan volume EM4 dan faktortersarang yaitu periode panen dari masing-masing media tanam. Penelitian inidilakukan sebanyak tiga ulangan. Pengamatan dilakukan selama empat kalipemanenan jamur tiram putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahanEM4 (Effective microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikanpengaruh yang nyata terhadap berat basah, jumlah tubuh buah, diameter tudung,dan umur panen jamur tiram. Terdapat pengaruh nyata antar periode panen(faktor tersarang) pada berat basah dan umur panen jamur tiram. Sedangkanpada jumlah tubuh buah dan diameter tudung tidak terdapat pengaruh nyataantar periode panen. Penambahan EM4 (Effective microorganism) pada mediatanam jamur tiram tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadappertumbuhan jamur tiram, sehingga volume EM4 terbaik yang ditambahkankedalam media tanam adalah 10 ml. Hal ini karena pemberian volume 10 mldinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan volume 15 ml dan 20 ml.
Kata kunci : EM4 (Effective Microorganism), Jamur tiram putih, Pengomposan
Yuniandini Ichsania Gunawan. (125100300111060). Effect of EM4 (EffectiveMicroorganism) Volume and Harvest Period on Sengon Wood PowderComposting Growing Media on the Growth of Oyster Mushroom(Pleurotusostreatus) .Final Assignment.Advisor: Dr. Ir. NurHidayat, MP andNurLailatulRahmah, S.Si, M.Si. Examiner: IrniaNurika, STP, MP, Ph.D
SUMMARY
Oyster mushroom, or commonly called shimeji, is fromBasidiomycetesclass and Pleurotusgenus. This fungus is easy to grow in variousgrowing media, so it can be a consideration to increase the production of oystermushrooms through the composition of the appropriate growing media. In themaking of oyster mushroom growing media, composting is important to do tomake decomposed growing media to be a simpler compound, so it is easilydigested by the fungus in its growth. Modification and innovation of mushroomgrowing media can be done by adding EM4(Effective Microorganism)whencomposting growing media. The existence of EM4 can faster the compostingprocess through fermentation and decomposition of compost raw materials. Inaddition, oyster mushrooms can be harvested several times. The harvest periodis predicted to have an effect on the growth of oyster mushroom. The yields oneach harvest period have a relation to the availability of nutrients in growingmedia to support oyster mushroom growth. The aim of this study is to determinethe effect of EM4 volume and harvest period on the growth of oyster mushroom(Pleurotusostreatus) and to know the EM4 volume that gives the best growth inoyster mushroom (Pleurotusostreatus).
The research design used a complete randomized design (RAL) wherethe main factor is the difference between EM4 volume and the nested factor thatis the harvest period of each growing medium. This study was conducted asmany as three replications. Observation was made during four times of oystermushroom harvesting. The results showed that the addition of EM4 (EffectiveMicroorganism) on oyster mushroom growing media did not give significant effectto wet weight, fruit body number, hood diameter, and oyster mushroom harvestage.There is a tangible influence between harvest periods (nested factors) onwet weight and harvest age of oyster mushroom. While the number of fruit bodyand diameter of the hood did not have tangible effect between the harvestperiods. On the other hand, the addition of EM4 (Effective Microorganism) onoyster mushroom growing media did not give a significant effect toits growth.Therefore, the best EM4 volume added to growing media was 10 ml. This isbecause giving 10 ml volume is considered more economical compared to giving15 ml and 20 ml volume.
Keywords: Composting, EM4 (Effective Microorganism),Oyster Mushroom
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh
Volume EM4 (Effective Microorganism) dan Periode Panen pada Pengomposan
Media Tanam Serbuk Kayu Sengon Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotus Ostreatus) dapat terselesaikan. Tidak lupa, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Sucipto, STP, MP selaku Ketua JurusanTeknologi Industri
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yang
memberikan kesempatan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.
3. Bapak Dr.Ir. Nur Hidayat, MP sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak penyusunan
proposal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi.
4. Ibu Nur Lailatul. R, S.Si, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak penyusunan
proposal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi.
5. Ibu Irnia Nurika, STP, Mp, Ph.D sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan arahan dan saran kepada penulis sejak penyusunan
proposal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi.
6. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril
dan materil kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Malang, 31 Agustus 2017
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Juni 1994 di Kota Malang dengan
nama Yuniandini Ichsania Gunawan. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Gunawan (alm) dan Ibu Ichismaniawati. Penulis
meyelesaikan pendidkan sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jedral
Sudirman Malang, pada tahun 2006, kemudian menyelesaikan pendidikan SMP
di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang 1 pada tahun 2009, dan
menyelesaikan pendidikan SMA di Madrasah Aliyah Negeri(MAN) 3 Malang pada
tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis melanjutkan studinya pada prodi Agroindustri
Pangan di Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya Malang. Penulis berhasil menyelesaikan pendidikannya
pada tahun 2017. Selama masa perkuliahan, penulis melaksanakan praktik kerja
lapang (PKL) di Agrokusuma Batu. Penulis juga sempat aktif di organisasi
FORKITA pada bidang kemuslimahan,
.
Alhamdulillah, Terimakasih Ya Allah.
Laa Haulaa wa Laa Kuwwata illa Billah..
Karya kecil ini ku persembahkan untuk suamiku, anak-anakku (Aafiyah dan Arkana), ibuku, ayahku (alm), adekku, serta keluarga besarku..
Terimakasih kepada dosen pembimbing, dosen penguji, dan semua dosen TIP serta para guruku.
Terimakasih untuk seluruh teman-teman TIP 2012 yang membantu saya menyelesaikan studi saya di Universitas Brawijaya.
DAFTAR ISI
RINGKASAN…………………………..………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..iiDAFTAR TABEL…………………………………………………………….iiiDAFTAR GAMBAR………………………………………………………….ivDAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..vBAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang………………………………………………….11.2 Rumusan Masalah………………………………………………31.3 Tujuan Penelitian………………………………………………..31.4 Manfaat…………………………………………………………..3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………42.1 Jamur Tiram……………………………………………………...42.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram…………………………………..52.3 Media Tanam Jamur Tiram…………………………………….6 2.4 Kayu Sengon……………………………………………………72.5 EM4 (Effective Microorganism)………………………………..82.6 Periode Panen…………………………………………………..82.7 Pengomposan…………………………………………………..92.8 Penelitian Terdahulu…………………………………………..112.9 Hipotesis………………………………………………………..12
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………..133.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………..133.2 Alat dan Bahan…………………………………………………133.3 Batasan Masalah………………………………………………133.4 Penelitian Pendahuluan……………………………………….143.5 Rancangan Penelitian…………………………………………143.6 Pelaksanaan Penelitian……………………………………….153.7 Pengamatan…………………………………………………….173.8 Analisis Data……………………………………………………193.9 Penentuan Perlakuan Terbaik………………………………..19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….204.1 Pertumbuhan Panjang Miselium Jamur Tiram……………...204.2 Berat Basah Jamur Tiram……………………………………..214.3 Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram…………………………….234.4 Diameter Jamur Tiram………………………………………….244.5 Umur Panen Jamur Tiram……………………………………..26
BAB V KESIMPULAN……………………………………………………….295.1 Kesimpulan……………………………………………………...295.2 Saran……………………………………………………………..29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………30LAMPIRAN……………………………………………………………………33
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram……………………………………6Tabel 3.1 Rancangan Percobaan………………………………………….15Tabel 3.2 Komposisi Media Tanam………………………………………..15Tabel 3.3 Spesifikasi Jamur Tiram Siap Panen…………………………..18Tabel 4.1 Persentase Lignin dan Selulosa pada Hari PembuatanMedia…………………………………………………………………………..21Tabel 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Basah Jamur Tiram….21Tabel 4.3 Pengaruh Periode Panen Terhadap Berat Basah padaMasing-Masing Media………………………………………………………..22Tabel 4.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram…………………………………………………………………………...23Tabel 4.5 Pengaruh Periode Panen Terhadap Jumlah Tubuh Buah pada Masing-Masing Media………………………………………………………...24Tabel 4.6 Pengaruh Perlakuan Terhadap Diameter Tudung Jamur Tiram……………………………………………………….…………............ 25Tabel 4.7 Pengaruh Periode Panen Terhadap Diameter Tudung pada Masing-Masing Media…………………………………………………………25 Tabel 4.8 Pengaruh Perlakuan Terhadap Umur Panen Jamur Tiram………………………………………………………….………..…...... 26Tabel 4.9 Pengaruh Periode Panen Terhadap Umur Panen pada Masing-Masing Media…………………………………………………………………..27 Tabel 4.10 Hasil Anova pada Masing-Masing Parameter Pertumbuhan Jamur Tiram…………………………………………………………………….27Tabel 4.11 Perbandingan Data Hasil Penelitian dan Literatur……………27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian……………………………………………17Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Miselium……………………………………20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi Media Tanam Jamur Tiram…………………………33Lampiran 2 Data Pertumbuhan Miselium…………………………………….33 Lampiran 3 Berat Segar Jamur Tiram………………………………………..34Lampiran 4 Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram………………………………37Lampiran 5 Diameter Tudung Jamur Tiram………………………………….40Lampiran 6 Umur Panen Jamur Tiram……………………………………….43Lampiran 7 pH dan Suhu Media Tanam Jamur Tiram……………………..46Lampiran 8 Berat Media Tanam Jamur Tiram………………………………47Lampiran 9 C/N Rasio Media Tanam Jamur Tiram………………………...48Lampiran 10 Kadar Air Media Tanam Jamur Tiram………………………..49Lampiran 11 Komposisi Media Tanam Jamur Tiram……………………….49Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian………………………………………..50
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur tiram atau biasa disebut shimeji atau oyster mushroom berasal dari
kelas Basidiomycetes dan genus Pleurotus. Jamur tiram memiliki nama latin
Pleurotus ostreatus. Keunggulan dari jamur tiram adalah ukuran badan buah
lebih besar dibanding jamur lainnya, diameter tudung dapat mencapai 9-15 cm,
dan daging buah lebih tebal. Selain itu, pertumbuhan jamur tiram relatif cepat
(Hendritomo, 2010). Jamur tiram yang mudah tumbuh di berbagai media, dapat
menjadi pertimbangan untuk meningkatkan produksi jamur tiram melalui
komposisi media tanam yang sesuai.
Jenis bahan baku yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk
budidaya jamur adalah serbuk gergaji kayu sengon atau albasia. Pohon albasia
(Albasia falcate) adalah pohon yang berkayu keras, berdaun lebar, dan
berbatang lurus. Kayu albasia dapat digunakan untuk keperluan bahan
bangunan, kayu lapis, korek api, peti kemas, papan semen, dan pulp. Limbah
industri penggergajian kayu albasia inilah yang dapat dimanfaatkan untuk media
tumbuh jamur tiram (Hendritomo 2010).
Bahan lain yang ditambahkan kedalam media tanam adalah bekatul,
kapur pertanian (CaCO3), dan dedak jagung. Bahan-bahan ini berfungsi sebagai
sumber nutrisi, mineral dan pengatur keasaman (pH) media. Saat ini, para
pengusaha jamur tiram terus mengusahakan suatu media alternatif yang
membuat produktivitas hasil panen jamur tiram meningkat (Priyadi, 2013)
Modifikasi dan inovasi media tanam jamur dapat dilakukan dengan
menambahkan EM4 saat pengomposan media tanam. Adanya EM4 dapat
mempercepat proses pengomposan melalui fermentasi dan dekomposisi bahan
baku kompos.
EM4 (Effective microorganism) adalah salah satu aktivator yang mampu
mengomposkan bahan organik dengan cepat. Selain itu, hasil yang diperoleh
adalah kompos yang tidak berbau serta aman bagi tumbuhan (Indriani, 2011).
Fungsi dari EM4 diantaranya adalah meningkatkan jumlah mikroba tanah,
memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, serta mempercepat poses
pengomposan (Setiawan, 2010). EM4 yang ditambahkan pada media tanam
jamur tiram diharapkan dapat memaksimalkan pendegredasian senyawa lignin,
selulosa, dan hemiselulosa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur tiram.
Jamur tiram yang telah tumbuh dapat dilakukan pemanenan. Jamur tiram
yang layak panen adalah yang pertumbuhan tubuh buahnya telah optimal atau
sesuai dengan permintaan pembeli/pasar. Selama satu periode tanam, jamur
dapat dipanen 4-8 kali, tergantung dari kondisi yang menunjangnya. Jumlah
berat panen jamur tiram yang dapat dihasilkan skitar 750 gram per baglog
(Sunarmi dan Cahyo, 2014). Periode panen diduga memilki pengaruh terhadap
pertumbuhan jamur tiram. Hasil panen pada setiap periode panen memiliki kaitan
dengan ketersediaan nutrisi pada media tanam dalam menunjang pertumbuhan
jamur tiram.
Penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pengomposan media tanam terhadap pertumbuhan jamur tiram diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Kapli (2010) mengenai pengaruh lama
pengomposan serbuk gergaji kayu sengon dengan menggunakan EM4 (effective
microorganism) terhadap pertumbuhan jamur tiram. Pada penelitian Kapli
(2010), serbuk kayu sengon dikomposkan selama 4 minggu, 5 minggu, 6 minggu,
dan 7 minggu. Volume EM4 yang ditambahkan pada pengomposan adalah 15
ml. Penelitian yang dilakukan Kapli (2010) memberikan kesimpulan bahwa lama
pengomposan yang berbeda dengan menggunakan EM4 (Effective
Microorganism) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jamur
tiram yang dihasilkan (diameter, berat basah, berat kering jamur tiram).
Hasil penelitian mengenai pengomposan media tanam jamur tiram
menggunakan EM4 belum menunjukkan volume EM4 yang paling maksimal
dikarenakan hanya menggunakan satu jenis volume saja yaitu 15 ml. Sehingga
perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan volume EM4 yang berbeda.
Penurunan pemberian volume EM4 dengan pertumbuhan jamur tiram yang tetap
maksimal dapat menghemat penggunaan EM4. Penelitian ini menggunakan
waktu pengomposan 3 hari dengan pemberian volume EM4 sebanyak 10 ml, 15
ml, dan 20 ml. Penelitian dilakukan hingga periode panen keempat untuk
mengetahui pengaruh periode panen terhadap pertumbuhan jamur tiram.
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan pengaruh volume EM4 dan periode
panen terhadap pertumbuhan jamur tiram, sehingga dapat diketahui kombinasi
perlakuan yang menghasilkan hasil jamur tiram terbaik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah perbedaan volume EM4 pada pengomposan media tanam serbuk
kayu sengon berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus
ostreatus)?
2. Apa pengaruh periode panen jamur tiram terhadap pertumbuhan jamur tiram
(Pleurotus ostreatus)?
3. Berapa volume EM4 yang memberikan pertumbuhan terbaik pada
pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus ostreatus)?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh perbedaan volume EM4 pada pengomposan media
tanam serbuk kayu sengon terhadap pertumbuhan jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus).
2. Mengetahui pengaruh periode panen jamur tiram terhadap pertumbuhan
jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
3. Mengetahui volume EM4 yang memberikan pertumbuhan terbaik pada jamur
tiram (Pleurotus ostreatus).
1.4 Manfaat
1. Memberi informasi mengenai pengaruh volume EM4 pada pengomposan
media tanam serbuk kayu sengon terhadap pertumbuhan jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus).
2. Memberi informasi mengenai pengaruh periode panen terhadap
pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus ostreatus).
3. Mengembangkan penggunaan Effective Microorganism dalam bidang
budidaya jamur tiram putih
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Tiram Putih
Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada
batang kayu lapuk. Jamur ini mempunyai tubuh buah yang tumbuh mekar
membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini
memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus memiliki bentuk
mirip cangkang tiram dengan berukuran 5 cm – 15 cm dan permukaan bagian
bawah berlapis-lapis seperti ingsang berwarna putih dan lunak. Sedangkan
tangkainya berukuran 2 cm – 6 cm tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim
yang mempengaruhi pertumbuhannya (Djarijah dan Abbas, 2011). Jamur tidak
memiliki klorofil, sehingga kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dari luar. Oleh
karena itu, jamur harus hidup secara saprofitik. Saprofitik adalah hidup pada sisa
makhluk lain yang sudah mati. Misalnya pada tumpukan sampah, tumpukan
kotoran hewan, serbuk gergajian kayu, ataupun batang kayu yang sudah lapuk
(Suriawiria,2011).
Jamur tiram termasuk keluarga Agaricaceae atau Tricholomataceae dari
kelas Basidiomycetes. Klasifikasi jamur tiram menurut Alexopolous adalah
sebagai berikut (Djarijah dan Abbas, 2011) :
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom : Myceteae (Fungi)
Divisio : Amastigomycota
Sub-Divisio : Basidiomycotae
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Species : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram termasuk bahan makanan yang tinggi protein, mengandung
berbagai mineral anorganik, dan kadar lemaknya rendah. Kadar protein dalam
jamur tiram berkisar 20-40% dari berat kering sehingga lebih baik bila
dibandingkan sumber protein lain seperti kedelai atau kacang-kacangan. Selain
itu, protein jamur mudah dicerna dan banyak mengandung asam amino esensial
khususnya lisin dan leusin. Mineral yang terkandung dalam jamur tiram adalah
mineral makro dan mikro seperti kalsium, fosfor, natrium, kalium, magnesium,
besi, tembaga, mangan , dan seng yang dibutuhkan tubuh manusia. Berikut ini
adalah kandungan gizi jamur tiram putih (Sumarsih, 2015).
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih
Komposisi Jumlah
Protein (% bk) 15,7 Lemak (% bk) Karbohidrat (%bk) Serat (%bk) Abu (%bk)
2,66 64,1 39,8 7,04
Kalori (Kcal/100 g) 345
Keterangan : bk =berat kering ; kcal =kilo kalori Sumber : Sumarsih, 2015
2.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram
Jamur tiram merupakan saprofit yang menggunakan sumber karbon yang
berasal dari bahan anorganik untuk diuraikan menjadi senyawa karbon
sederhana. Senyawa tersebut kemudian diserap masuk melalui miselium jamur.
Sumber karbon yang dapat diserap masuk ke dalam sel adalah senyawa-
senyawa yang bersifat larut seperti monosakarida atau senyawa sejenis gula,
asam organik, asam amino, dan senyawa sederhana lainnya. Miselium dan
badan buah jamur tiram dapat berkembang pada bahan yang mengandung
lignoselulosa, dengan nisbah C/N 50-500 (Sumarsih, 2010). Syarat tumbuh
jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperatur, kelembaban
relatif, kandungan CO2, dan cahaya. Parameter-parameter tersebut memiliki
pengaruh yang berbeda pada setiap stadium atau tingkatan. Misalnya terhadap
pertumbuhan miselia pada substrat tanam, pembentukan primordia (bakal
kuncup), pembentukan tubuh buah, siklus panen, dll (Suriawiria, 2011).
Jamur tiram tumbuh pada tempat-tempat yang mengandung nutrisi
berupa senyawa karbon, nitrogen, vitamin, dan mineral. Jamur tiram tumbuh dan
berkembang sepanjang tahun di daerah beriklim dingin sampai daratan tropis
beriklim panas. Miselium jamur tiram dapat tumbuh optimal pada suhu 25°C-
30°C, sedangkan tubuh buah dari sebagian besar jenis jamur tiram tumbuh
optimal pada suhu 18°C-20°C. Masa pertumbuhan miselium membutuhkan
kelembaban udara antara 65%-70%, tetapi untuk merangsang pertumbuhan
tunas dan tubuh buah membutuhkan kelembaban udara sekitar 80%-85%
(Djarijah dan Abbas, 2011). Jamur tiram yang tumbuh di daerah dingin pada
umumnya memilki tudung lebih tebal dan lebar jika dibandingkan dengan jamur
tiram yang tumbuh pada suhu lebih panas. Budidaya jamur tiram dapat tumbuh
optimal sepanjang tahun di dataran yang letaknya 400-800 meter diatas
permukaan laut (Aditya dan Desi, 2011).
2.3 Media Tanam Jamur Tiram
Bahan utama untuk pembuatan media jamur tiram adalah bahan yang
mengandung lignoselulosa. Bahan yang paling sering digunakan sebagai media
tanam jamur tiram adalah serbuk kayu albasia (kayu sengon). Pada umumnya,
media tanam disebut dengan baglog yang merupakan media tanam yang
dipadatkan dalam wadah kantong plastik sehingga seperti potongan log kayu.
Plastik yang digunakan adalah polipropilen atau polietilen (Sumarsih, 2015).
Pada umumnya, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat media tanam
jamur tiram adalah serbuk gergaji, kayu, bekatul, kapur tohor, dan mineral.
Serbuk gergajian kayu merupakan tempat tumbuh jamur sebagai pengguna
selulosa, hemiselulosa, dan lignin, yang dapat mengurai dan memanfaatkan
komponen kayu sebagai sumber C atau karbon. Bekatul yang kaya akan
vitamin, terutama vitamin B kompleks, merupakan bagian yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur serta berfungsi sebagai pemicu
pertumbuhan tubuh buah. Kapur tohor berfungsi dalam pengaturan pH substrat
tanam agar mendekati suasana netral atau basa. Mineral dan bahan tambahan
lain berfungsi sebagai sumber nutrien (Djarijah dan Abbas, 2011).
Media tanam jamur tiram perlu diatur kadar airnya. Kadar air media
tanam diatur 60-65% dengan menambah air bersih agar miselia jamur dapat
tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik. Penambahan
air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan
mikroorganisme (Widyastuti, 2008). Kebutuhan air pada pertumbuhan jamur
tiram dapat dicukupi dengan cara penyiraman. Penyiraman perlu dilakukan
sesuai dengan kebutuhan jamur tiram. Air juga memengaruhi kelembaban dan
suhu udara di dalam ruangan pertanaman jamur. Derajat keasaman atau pH
media jamur tiram yang paling ideal adalah sekitar 5,5 sampai 7. Pada pH
antara 5,5 – 7, nutrisi untuk makanan jamur tiram akan mudah diserap (Warisno
dan Kres, 2009). Fermentasi media tanam jamur tiram penting dilakukan
sebelum media digunakan untuk menanam jamur, yakni dengan cara didiamkan
selama 5-10 hari atau sesuai dengan kondisi bahan. Tujuannya fermentasi
media adalah agar terjadi proses pelapukan/pengomposan pada media,
mematikan jamur liar yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram. Suhu
media akan meningkat hingga mencapai 70˚C dan selama fermentasi media,
dilakukan pembalikan media setiap harinya agar proses pelapukan merata.
Media yang siap digunakan ditandai dengan berubahnya warna media menjadi
cokelat atau kehitaman (Sunarmi dan Cahyo, 2014).
2.4 Kayu Sengon
Sengon yang dalam bahasa Latin disebut Albizia falcataria termasuk
famili Mimosaceae, keluarga petai-petaian. Bagian terpenting yang mempunyai
nilai ekonomis pada tanaman sengon adalah bagian kayunya. Pohonnya dapat
mencapai tinggi sekitar 30-45 meter dan diameter batang sekitar 70-80 cm.
Batang sengon tumbuh tegak lurus, kulit luar batangnya licin dan berwarna
kelabu keputih-putihan. Pada umumnya, kayu sengon digunakan untuk tiang
bangunan rumah, papan, peti, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan
kotak korek api, pulp, kertas, dll (Santoso, 2012). Jamur tiram membutuhkan
berbagai nutrisi dalam pertumbuhannya. Menurut Astuti (2013), nutrisi lengkap
yang diperlukan jamur tiram antara lain karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, dan
lignin), protein (urea), lemak, mineral (CaSO4 dan CaCo3) dan vitamin.
Sedangkan kayu sengon yang pada umumnya digunakan sebagai media tanam
jamur tiram mengandung selulosa (49,90%), hemiselulosa (24,59%), lignin
(26,8%), abu (0,60%), silica (0,20%).
Media utama yang umum digunakan oleh para petani jamur adalah limbah
serbuk gergaji. Media tersebut dipilih karena praktis, harganya murah, juga
mudah diolah. Penggunaan serbuk gergaji sebagai media tanam biasanya
mencapai 80-90%. Jenis kayu yang dipilih sebagai media adalah kayu yang
mudah lapuk, misalnya kayu sengon (Agriflo, 2012). Media tanam untuk jamur
tiram adalah batangan kayu atau bagian tubuh tanaman yang sudah mati.
Bagian-bagian tanaman yang sudah mati mengandung selulosa, glukosa, lignin,
protein, dan senyawa pati yang merupakan bahan makanan bagi jamur. Media
tanam jamur tiram disarankan menggunakan serbuk kayu yang berasal dari jenis
kayu berdaun lebar seperti albasia. Hal ini karena kayu dari kelompok berdaun
lebar memilki kandungan zat ekstraktif lebih rendah dibandingkan dengan jenis
kayu berdaun jarum. Zat ekstraktif yang dimaksud adalah zat pengawet alami
pada kayu yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram(Parjimo dan Agus,
2010).
2.5 EM4 (Effective Microorganism)
Effective Microorganism (EM4) merupakan bahan yang mengandung
beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses pengomposan.
Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari Lumbricus (bakteri asam
laktat) serta sedikit bakteri fotosintetik, Actinomycetes, Streptomycetes sp., dan
ragi (Indriani, 2011). Larutan Effective microorganism 4 yang disingkat EM4
ditemukan oleh Prof. Dr. Teruo Higa. Penambahan EM4 digunakan untuk
mempercepat proses pengomposan yang dilakukan dalam kondisi anaerob
(sebenarnya semi anaerob karena masih ada sedikit udara dan cahaya). Metode
pengomposan menggunakan EM4 dapat menghilangkan bau yang dihasilkan
pada proses pengomposan. Sementara itu, ketersediaan unsur hara dalam
kompos sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk
mendegradasi bahan organik (Setiawan, 2010).
Modifikasi dan inovasi media tanam jamur dapat dilakukan dengan
menambahkan pupuk NPK, kotoran ayam, atau kotoran kuda, EM4 saat
pengomposan media tanam. Adanya EM4 dapat mempercepat proses
pengomposan melalui fermentasi dan dekomposisi bahan baku kompos secara
cepat. Penambahan EM4 dilakukan dengan cara melarutkan EM4 dengan air
sesuai dengan Volume yang diajanjurkan pada kemasan. Setelah itu, disiramkan
ke tumpukan media (Saputra, 2014). EM4 berfungsi untuk memperbaiki struktur
dan tekstur tanah. Penggunaan EM4 akan membuat tanaman lebih subur, sehat,
serta relative lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Umumnya,
EM4 dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah
diperoleh, tetapi pada saat sekarang EM4 sudah banyak dijual dipasaran
(Suryati, 2009).
2.6 Periode Panen
Jamur tiram yang layak panen adalah yang pertumbuhan tubuh buahnya
telah optimal atau sesuai dengan permintaan pembeli/pasar. Selama satu
periode tanam, jamur dapat dipanen 4-8 kali, tergantung dari kondisi yang
menunjangnya. Jumlah berat panen jamur tiram yang dapat dihasilkan skitar 750
gram per baglog (Sunarmi dan Cahyo, 2014).
Nutrisi yang ditambahkan dalam media tanam jamur tiram akan
mempengaruhi frekuensi maupun interval panen. Frekuensi panen menunjukkan
masa panen jamur dalam media tanam, yang biasa disebut sebagai panen
pertama, panen kedua, panen ketiga. Semakin banyak nutrisi (karbohidrat dan
protein) yang ditambahkan membuat frekuensi panen jamur semakin banyak dan
interval panen semakin lama (Hariadi et al., 2013).
2.7 Pengomposan
Kompos adalah hasil proses pelapukan bahan-bahan organik akibat
adanya interaksi antara mikroorganisme pengurai yang bekerja di dalamnya.
(Suwahyono, 2014). Pengomposan dapat dilakukan pada media tanam jamur.
Tujuan utama pengomposan adalah membentuk substrat yang selektif dan
homogeny bagi pertumbuhan jamur. Selektif yang dimaksud adalah cocok bagi
pertumbuhan miselium jamur tiram dan kurang atau tidak cocok bagi
pertumbuhan kompetitor (Achmad,dkk, 2011).
Pada pembuatan kompos, perlu dilakukan pembalikan. Pembalikan
kompos dilakukan setiap 2-3 hari sekali. Tujuannya agar kompos menjadi
homogen (merata), baik secara fisik kompos (kadar air, struktur, dan tekstur
kompos), kimia (pH, amoniak, karbon, nitrogen, rasio C/N, dan abu), dan biologi
(mikrobiologi seperti bakteri, actinomycetes, humicola, dan torula) (Achmad,dkk,
2011). Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan,
memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses
pelapukan di setiap bagian tumpukan, serta membantu penghancuran bahan
menjadi partikel-partikel kecil (Abdurrahman, 2008).
Menurut Syafruddin (2007), kompos yang telah matang memiliki
beberapa karakteristik. Temperatur tumpukan kompos yang telah matang tidak
lebih dari 20˚C dari temperatur ruangan. Kompos yang telah matang akan
berbau seperti tanah, berwarna coklat kehitam-hitaman, dan bentuk fisik sudah
hancur. Selain itu, kompos yang telah matang akan mengalami penurunan berat
lebih dari 60% dari berat awal, memiliki rasio C/N 10-20 serta tidak mengandung
materi asing. Menurut Seswati (2013), secara umum, pH media akan menurun
setelah dilakukan pelapukan. Hal ini disebabkan karena selama proses
pelapukan akan terbentuk asam-asam organik. Pada proses pelapukan terjadi
penyederhanaan senyawa komplek sehingga memudahkan jamur dalam
penyederanaan nutrisi yang dibutuhkan.
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan organik
hingga sama dengan C/N tanah (<20). Proses pengomposan yang terjadi secara
alami berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu 2-3 bulan atau tergantung
dari bahannya. Pada proses pengomposan, terjadi perubahan untuk mengurangi
maupun menghilangkan kadar karbohidrat dan meningkatkan senyawa N yang
larut (amonia). Hal ini menyebabkan C/N semakin rendah dan relatif stabil
mendekati C/N tanah. Pada saat proses pengomposan, terjadi berbagai
perubahan dalam bahan. Berikut adalah perubahan yang terjadi pada saat
pengomposan (Indriani, 2011) :
1. Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, serta lilin menjadi CO2 dan
air.
2. Senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman dengan
cara terurai.
Kompos dibuat dari berbagai bahan organik alami (biomasa yang distabilkan
komposisi maupun strukturnya melalui proses fermentasi aerobik menggunakan
mikroorganisme tertentu. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
mempercepat pengomposan, yaitu sebagai berikut (Purwasasmita dan Alik,
2014) :
1. Bahan organik yang digunakan harus mengandung kandungan rasio C/N
tertentu, mengandung bekas serat atau bekas kapiler tanaman agar
mikroba pengomposan bisa hidup. Menurut Sumarsih (2010), miselium
dan badan buah jamur tiram dapat berkembang pada bahan yang
mengandung lignoselulosa, dengan nisbah C/N 50-500.
2. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan memperkecil ukuran 60-
80 mesh bahan kompos dan menggunakan mikroorganisme lokal (MOL)
dekomposer.
3. Tempat pengomposan harus terlindung dari cahaya matahari langsung
atau jatuhan air hujan. Sinar matahari yang terik bisa membuat kompos
menjadi kering dan proses pengomposan gagal berlangsung. Demikian
pula ketika kondisi hujan. Tumpukan kompos menjadi sangat basah dan
proses pengomposan juga menjadi lambat.
4. Pengaturan sirkulasi udara, tingkat kelembaban udara, dan temperatur
proses dapat dilakukan dengan pengaturan tingkat kepadatan dan
pembalikan tumpukan.
5. Temperatur proses harus optimal (30-50° C) untuk mempercepat
pertumbuhan bioaktivator pengurai kompos, mematikan mikroba yang
bersifat patogen, dan mematikan biji benih gulma. Temperatur proses
juga tidak boleh terlalu tinggi karena dapat mematikan mikroba
pengomposan tersebut.
1.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pengomposan media tanam terhadap pertumbuhan jamur tiram diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Kapli (2010) mengenai pengaruh lama
pengomposan serbuk gergaji kayu sengon dengan menggunakan EM4 (effective
microorganism-4) terhadap pertumbuhan jamur tiram. Waktu pengomposan
adalah 4 minggu, 5 minggu, 6 minggu, dan 7 minggu. Setiap perlakuan diulang 5
kali dan Volume EM4 yang ditambahkan pada pengomposan sebanyak 15 ml.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa lama pengomposan yang
berbeda dan dengan menggunakan EM-4 (Effective Microorganism) memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jamur tiram yang dihasilkan,
diameter, berat basah, berat kering jamur tiram dan pH tertinggi yaitu pada lama
pengomposan 7 minggu. Pada lama pengomposan 7 minggu, pH media tanam
adalah mendekati 7 (6,85). Perlakuan lama pengomposan 7 minggu dapat
dikatakan baik karena media tanam telah matang dan bahan-bahan organik di
dalamnya telah terdekomposisi dengan baik, sehingga kandungan bahan organik
(selulosa) dapat dimanfaatkan oleh jamur tiram untuk tumbuh. Selain itu jamur
tiram dapat tumbuh optimal pada lingkungan keasaman mendekati netral (pH
6,8-7,0).
Penelitian mengenai kualitas gizi dan karakteristik fisik jamur tiram putih
juga dilakukan oleh Kortei (2014). Media tanam yang digunakan adalah
campuran kulit singkong, kotoran ayam, dan tongkol jagung dengan komposisi
yang berbeda-beda. Media tersebut dikomposkan selama 3 hari, 5 hari, dan 7
hari. Kompos dibuat dengan ketinggian 0,8 meter dan 1,5 meter. Hasil yang
diperoleh adalah pengomposan media tanam dengan rasio 1:1 kulit singkong dan
tongkol jagung dengan tambahan kotoran ayam selama 5 hari dengan ketinggian
1, 5 meter adalah perlakuan yang menghasilkan jamur tiram putih dengan
kualitas gizi dan atribut fisik yang terbaik.
2.8 Hipotesis
Diduga volume EM4 yang berbeda dan periode panen jamur tiram
menghasilkan pertumbuhan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang berbeda,
serta terdapat volume EM4 yang terbaik bagi pertumbuhan jamur tiram
(Pleurotus ostreatus).
• Hipotesis Faktor Utama (Volume EM4)
Ho : Tidak ada pengaruh yang nyata antara penambahan volume EM4
sebanyak x terhadap pertumbuhan jamur tiram.
H1 : Terdapat pengaruh yang nyata antara penambahan volume EM4
sebanyak x terhadap pertumbuhan jamur tiram.
• Hipotesis Faktor Tersarang (Periode Panen)
Ho : Tidak ada pengaruh yang nyata antara periode panen terhadap
pertumbuhan jamur tiram.
H1 : Terdapat pengaruh yang nyata antara periode panen terhadap
pertumbuhan jamur tiram.
III.METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di tempat budidaya jamur tiram yang berlokasi di
Jl. Kanjuruan gang IV no.30, kelurahan Tlogomas kecamatan Lowokwaru kota
Malang. Selain itu, penelitian juga dilaksanakan di laboratorium Bioindustri
Fakultas Teknologi Pertanian, laboratorium biologi tanah dan kimia tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang pada bulan Juni sampai
November tahun 2016.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah steamer, sprayer,
rak, kubung (rumah jamur), plastik polipropilen ukuran 18 cm x 35 cm x 0,4 mm,
cincin atau pipa paralon, tutup cincin, sekop, cetok, timbangan duduk, timbangan
digital merk Camry EK-5055, termohigrometer digital merk HTC-1, karet gelang,
kertas, gelas ukur, pipet ukur, bola hisap, botol kaca,dan penggaris. Alat yang
digunakan untuk mengukur kadar air media tanam adalah oven merk kirin KBO-
180RA, cawan petri merk duran group, timbangan merk Sartorius GE 2102,
desikator merk lokal, soil tester merk showrange SR300B, sendok dan penjepit.
Bahan yang digunakan adalah bibit jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang siap
diinokulasi, serbuk kayu sengon (Albizia falcataria), EM-4 (Effective
Microorganism- 4), molase, bekatul, tepung jagung, kapur, air, alkohol 70%,
spirtus.
3.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah
1. Serbuk gergaji yang digunakan yaitu serbuk gergaji sengon yang berasal dari
Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
2. Molase yang digunakan pada penelitian tidak diketahui spesifikasinya.
3. Setelah inokulasi dilakukan, pengamatan terhadap miselium dilakukan setiap
seminggu sekali.
4. Penelitian dilakukan hingga jamur tiram mengalami 4 kali panen.
5. Pertumbuhan jamur tiram pada penelitian ini adalah berat basah jamur tiram,
jumlah badan buah jamur tiram, diameter tubuh buah jamur tiram, serta umur
panen jamur tiram.
3.4 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan merupakan penelitian yang dilakukan sebelum
penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk memperoleh informasi
maupun gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan. Kegiatan ini
dilakukan untuk menguji prosedur dan sejumlah instrumen yang akan digunakan
pada penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
pengaruh volume EM4 terhadap media tanam jamur tiram. Media tanam yang
digunakan adalah 1000 gram serbuk kayu sengon yang ditambahkan beberapa
bahan tambahan yaitu 200 gram bekatul, 200 gram tepung jagung, 50 gram
kapur, air, molase, dan EM4 (Effective Microorganism) sebanyak 1:1 sebagai
bioaktivator. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan menggunakan volume
EM4 berbeda. Selanjutnya, dilakukan pengukuran pH, suhu, kadar air media
tanam .
3.5 Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) tersarang. Faktor utama terdiri atas penambahan tiga volume EM4 yang
berbeda. Faktor tersarang yaitu periode panen dari masing-masing media tanam.
Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga ulangan. Pengamatan dilakukan selama
empat kali pemanenan jamur tiram putih. Rancangan percobaan yang akan
dilakukan disajikan pada Tabel 3.1.
Faktor utama (Penambahan volume EM4 pada 1 kg baglog)
A = Penambahan volume EM4 10 ml
B = Penambahan volume EM4 15 ml
C = Penambahan volume EM4 20 ml
Faktor tersarang (periode panen)
1 = Panen Pertama
1 = Panen Kedua
2 = Panen Ketiga
3 = Panen Keempat
Tabel 3.1. Rancangan Percobaan
VolumeE
M4 10 ml (A) 15 ml (B) 20 ml (C)
Periode
Panen
(W)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Ulangan
AW
11
AW
21
AW
31
AW
41
BW
11
BW
21
BW
31
BW
41
CW
11
CW
21
CW
31
CW
41
AW
12
AW
22
AW
32
AW
42
BW
12
BW
22
BW
32
BW
42
CW
12
CW
22
CW
32
CW
42
AW
13
AW
23
AW
33
AW
43
BW
13
BW
23
BW
33
BW
43
CW
13
CW
23
CW
33
CW
43
3.6 Penelitian
Pelaksanaan penelitian mengenai jamur tiram putih diawali dengan
pembuatan media tanam, pengomposan, pembibitan, dan pembudidayaan.
Langkah-langkah proses pembudidayaan jamur tiram adalah sebagai berikut.
1. Serbuk kayu sengon diayak untuk memisahkan serbuk kayu sengon
dengan potongan-potongan kayu.
2. Serbuk kayu sengon ditimbang sebanyak 1000 gram.
3. Serbuk kayu sengon dicampur dengan 200 gram bekatul, 200 gram
tepung jagung, dan 50 gram kapur. Proses ini dilakukan hingga semua
bahan tercampur merata.
4. Volume EM4 (Effective Microorganism) sebanyak 10 ml, 15 ml, 20 ml
dicampurkan pada air yang telah dicampur molase dengan perbandingan
molase : EM4 sebanyak 1:1.
5. Bahan kering ditambahkan larutan dan diaduk hingga merata.
6. Masing-masing media tanam dikomposkan selama 3 hari.
7. Kompos dilakukan pembalikan atau pengadukan pada hari kedua.
Pembalikan pada kompos dilakukan sebanyak 30 kali.
8. Media tanam dikemas dalam plastik polipropilen, diberi
ring/cincin/paralon, kemudian ring ditutup plastik dan diberi tutup. Satu
baglog dikemas dengan berat 1 kg.
9. Baglog disterilisasi selama 6 jam dengan suhu 150˚ C.
10. Baglog didinginkan selama 24 jam dalam ruangan steril.
11. Inokulasi yaitu pemberian bibit jamur tiram. Proses ini diawali dengan
penyemprotan ruangan inokulasi menggunakan alkohol 70%. Proses
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang steril.
12. Baglog ditutup menggunakan kertas dan karet gelang.
13. Inkubasi yaitu pemeraman baglog didalam ruangan steril hingga miselium
jamur tiram tumbuh dengan suhu ruangan 250-350C dan kelembaban
udara 80%-90%
14. Baglog yang telah diinokulasi diletakkan pada rak-rak dengan posisi
vertikal. Menurut Djarwanto (2010), posisi penyimpanan baglog
berpengaruh terhadap laju penyebaran miselium. Pada posisi
penyimpanan vertikal, miselium cepat menyebar ke seluruh permukaan
media.
15. Inkubasi jamur tiram dilakukan dengan memperhatikan suhu dan
kelembaban ruangan, yaitu suhu kubung dikondisikan 18-200C dan
kelembaban 80-90%. Baglog yang telah dipenuhi miselium, kapas
penutup dapat dibuka.
16. Pengukuran panjang miselium jamur tiram dilakukan dengan mengukur
panjang miselium di kertas millimeter yang ditempelkan pada baglog.
Baglog pada penelitian memiliki tinggi kurang lebih 25 cm. Pertumbuhan
miselium jamur tiram diawali dari bagian mulut baglog dimana bibit jamur
tiram diinokulasi. Selanjutnya miselium tumbuh menyebar hingga ke
bagian dasar baglog.
17. Pemanenan selama 4 kali periode panen dilakukan saat pertumbuhan
tubuh buah jamur tiram telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
18. Pengujian pada jamur tiram dilakukan dengan menguji berat basah,
jumlah tubuh buah, diameter tubuh buah, dan umur panen jamur tiram.
Diagram alir budidaya jamur tiram yang dilakukan pada penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3.2
Serbuk kayu sengon, bekatul, tepung jagung, kapur,
molase, air.
Ditimbang Kotoran
Dicampur
EM4 10 ml, 15 ml, 20 ml
Dikomposkan selama 3 hari
Dimasukkan kedalam plastik PP 18 x
35 cm
Disterilisasi 150˚C selama 6 jam
Didinginkan 24 jam hingga suhu baglog 30˚C
Diinokulasi Bibit jamur
tiram
Diinkubasi
Dipanen
pada periode 1 hingga 4
Jamur tiram segar
Analisis :
1. Berat basah jamur tiram
2. Jumlah tubuh buah
3. Diameter tudung jamur tiram
4. Umur panen jamur tiram
Analisis :
1. Pertumbuhan miselium
Gambar 3.2 Diagram alir penelitian
3.7 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan terhadap penelitian adalah pengamatan
pertumbuhan jamur tiram. Pertumbuhan adalah proses penambahan ukuran
tubuh makhluk hidup. Pertumbuhan juga dapat didefinisikan sebagai suatu
peningkatan jumlah dan ukuran sel tubuh makhluk hidup (Furqonita, 2007).
Parameter dalam pengamatan pertumbuhan jamur tiram putih meliputi
pertumbuhan miselium, berat basah jamur tiram, jumlah tubuh buah, diameter
tudung, serta umur panen jamur tiram. Pengamatan pertumbuhan jamur tiram
dimulai pada saat miselium muncul pada baglog. Pengamatan dilakukan hingga
empat kali panen jamur tiram. Parameter dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Berat Basah
Menurut Rochman (2015), pengukuran berat basah jamur dapat
dilakukan dengan menimbang berat keseluruhan jamur tiram per baglog
dalam gram. Berat basah ditimbang setiap kali panen. Badan buah
ditimbang menggunakan timbangan digital. Selanjutnya dilakukan pencatatan
terhadap hasil yang didapatkan.
b. Jumlah Badan Buah
Jumlah badan buah dihitung pada setiap baglog jamur tiram yang dipanen
pada setiap perlakuan. Jumlah badan buah yang dihitung yaitu badan buah
segar yang mekar sempurna, baik badan buah besar, sedang, dan kecil.
Selanjutnya hasil yang didapatkan dicatat (Mufarrihah, 2008).
c. Diameter Tudung
Diameter tudung diamati pada waktu panen dengan mengukur tudung yang
paling besar dari setiap perlakuan. Menurut Angelia (2013), diameter tubuh buah
dapat diukur dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan dengan
posisi penggaris sejajar dengan batang jamur. Selanjutnya dilakukan pencatatan
terhadap hasil yang didapatkan. Pada penelitian, diameter tubuh buah yang
dicatat adalah jamur tiram yang memiliki diameter lebih dari1 cm.
d. Umur Panen Jamur Tiram
Umur panen jamur tiram dihitung sejak baglog dipenuhi miselium (fully
colonized) hingga jamur tiram dapat dipanen. Jamur tiram yang layak dipanen
memiliki diameter tudung 3-15 cm. Jamur tiram dipanen bila tudung telah
membesar, namun belum pecah. Umur panen umumnya pada hari ke-35 hingga
ke-45 setelah penanaman atau 4-5 hari setelah pembentukan tubuh buah (Agiflo,
2012). Spesifikasi jamur tiram siap panen dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Spesifikasi Jamur Tiram Siap Panen
Parameter Spesifikasi
Warna Putih
Diameter tudung 3-15 cm
Kondisi tudung Segar (tidak layu)
Ujung tudung jamur sudah tidak melengkung
kebawah, tetapi mendekati ke datar
Tudung jamur utuh (belum pecah)
3.8 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan analisis sidik ragam ANOVA dengan menggunakan program
SPSS 17.0. Data yang dianalisis adalah data berat basah jamur tiram, jumlah
tubuh buah jamur tiram, diameter tudung buah jamur tiram, dan umur panen
jamur tiram.
3.9 Penentuan Perlakuan Terbaik
Penentuan perlakuan terbaik terhadap pertumbuhan jamur tiram dilakukan
dengan membandingkan data hasil panen jamur tiram (berat basah, jumlah tubuh
buah, diameter tudung, umur panen) yang telah dianalisis menggunakan
program SPSS dengan literatur. Kemudian dipilih perlakuan yang menghasilkan
hasil panen sesuai literatur dengan penambahan volume EM4 minimal.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Panjang Miselium Jamur Tiram
Selama delapan minggu pengamatan panjang miselium jamur tiram, baglog
dengan pemberian volume EM4 (Effective microorganism) sebanyak 10 ml, 15
ml, dan 20 ml mencapai fully colonized berkisar antara minggu ke-7 dan minggu
ke-8. Pertumbuhan panjang miselium dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Panjang Miselium Jamur Tiram
Gambar 4.1 menunjukkan grafik pertumbuhan panjang miselium jamur
tiram pada media tanam yang dikomposkan selama 3 hari. Grafik tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang miselium pada pemberian volume
EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml mencapai titik stasioner pada minggu ke
7 . Namun pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pemberian volume EM4
sebanyak 20 ml miseliumnya lebih lama tumbuh dibandingkan dengan perlakuan
penambahan volume EM4 10 ml dan 15 ml.
Pada penelitian, perlakuan pemberian volume EM4 sebanyak 10 ml,
15 ml, dan 20 ml mengalami fully colonized antara minggu ke-7 dan minggu ke-8.
Hasil penelitian ini berbeda dengan Asegap (2010), yang mengatakan bahwa
pada umumnya baglog dipenuhi miselium atau disebut fully colonized pada
minggu ke-5 hingga minggu ke-6. Hasil penelitian juga berbeda dengan
Herliyana (2015) yang mengatakan bahwa inokulasi bibit sampai baglog dipenuhi
dengan miselium (kolonisasi penuh/full growth mycelium) memerlukan waktu 1
hingga 3 minggu. Perbedaan hari tumbuh ini diduga karena perbedaan
kecepatan penguraian nutrisi yang terkandung dalam media tanam yang
dibutuhkan miselium jamur tiram untuk tumbuh.
Pada media jamur tiram, terdapat kandungan selulosa dan lignin yang
dibutuhkan oleh pertumbuhan jamur tiram. Persentase lignin dan selulosa dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persentase Lignin, Abu dan Selulosa pada Hari Pembuatan Media Tanam
No Perlakuan Lignin (%) Abu (%) Selulosa (%)1 EM4 10 ml 13,40 1,84 35,342 EM4 15 ml 15,15 0,18 36,453 EM4 20 ml 19,52 0,46 33,20
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kandungan lignin pada penambahan
volume EM4 20 ml paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan penambahan
volume EM4 10 ml dan 15 ml. Sumarsih (2010), yang mengatakan bahwa
jumlah lignin yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan jamur tiram.
Lignin lebih sulit untuk dirombak dibandingkan dengan selulosa. Sehingga
pertumbuhan panjang miselium pada perlakuan pemberian volume EM4 20 ml
lebih lambat dibandingkan dengan penambahan volume EM4 10 ml dan 15 ml.
4.2 Berat Basah Jamur Tiram
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan EM4 (Effective
microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap berat basah jamur tiram. Selain itu, berdasarkan uji statistik
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang nyata antar periode panen (faktor
tersarang). Rerata total berat basah jamur tiram akibat pengaruh perlakuan
dapat dilihat padaTabel 4.2 dan secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran
2.
Tabel 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Berat Basah Jamur Tiram
Media Rata-rata Berat Basah (gram)A (EM4 10 ml) 66,67aB (EM4 15 ml) 82,06a
C (EM4 20 ml) 91,44a
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkantidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada volume yang
berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat basah jamur tiram.
Volume EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml mempunyai rata-rata berat basah
yang sama. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Kapli (2010), yang
menyatakan bahwa pemberian EM4 pada serbuk kayu sengon dan dikomposkan
dengan lama waktu yang berbeda-beda memberikan pengaruh nyata terhadap
berat jamur tiram. Penambahan volume EM4 yang tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap berat basah jamur tiram diduga karena kemampuan EM4
sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml dalam menguraikan kandungan media tanam
hampir sama. Hal ini menyebabkan nutrisi yang diserap oleh jamur tiram untuk
tumbuh tidak berbeda pada setiap perlakuan, sehingga berat basah jamur tiram
yang dihasilkan tidak berbeda nyata pada masing-masing media tanam yang
ditambahkan EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Pengaruh periode panen
terhadap berat basah jamur tiram dapat dilihat pada tabel Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pengaruh Periode Panen Terhadap Berat Basah Jamur Tiram pada Masing-Masing Media (gram)
Perlakuan A (gram) B (gram) C (gram)Periode 1 132,21b 117,19b 131,59b
Periode 2 73,75 a 60,66a 114,28ab
Periode 3 68,56 a 47,55a 60,19a
Periode 4 53,73a 41,28a 59,70a
Jumlah 328,25 266,68 365,76Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan
tidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan volume
EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, maupun 20 ml tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada berat basah jamur tiram. Penambahan berbagai Volume tersebut
memberikan rata-rata berat basah yang sama, sedangkan Tabel 4.3
menunjukkan bahwa periode panen jamur tiram berpengaruh nyata terhadap
berat basah jamur tiram. Masing-masing media tanam yang ditambahkan EM4
dengan volume berbeda memiliki rata-rata berat basah yang berbeda pada
setiap periode panen.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata berat basah jamur tiram pada
periode panen pertama lebih besar dibandingkan dengan periode panen
selanjutnya. Semakin banyak periode panen, maka rata-rata berat basah akan
mengalami penurunan. Penurunan berat basah jamur tiram sesuai dengan
pernyataan Irhananto (2014), yang menyatakan bahwa hasil rata-rata berat
segar tubuh buah jamur tiram putih pada panen pertama dan kedua akan
mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada media
sehingga mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram.
Pada penelitian diketahui bahwa rerata berat basah jamur tiram akibat
perbedaan Volume EM4 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Wiardani
(2010) yang menyatakan bahwa pada panen pertama biasanya jamur memiliki
berat lebih dari 150 gram. Tetapi, setelah panen yang ketiga dan seterusnya
berat jamur yang dipanen akan turun dengan rata-rata berat 50 gram.
4.3 Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan EM4 (Effective
microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah tubuh buah jamur tiram. Selain itu, berdasarkan uji
statistik diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh nyata antar periode panen
(faktor tersarang). Rerata total jumlah tubuh buah jamur tiram akibat pengaruh
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan secara keseluruhan dapat dilihat
pada lampiran 3.
Tabel 4.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram
Media Rata-rata Jumlah Tubuh Buah(buah)
A (EM4 10 ml) 8,08a
B (EM4 15 ml) 8,17a
C (EM4 20 ml) 14,50a
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkantidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada volum yang
berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tubuh jamur tiram.
Volume EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml mempunyai rata-rata jumlah
tubuh yang sama. Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah tubuh
buah pada penelitian berkisar antara 8,08 hingga 14,50 buah. Hai ini sesuai
dengan penelitian Herliyana (2015) yang mengatakan rata-rata jumlah tudung
berkisar antara 1,5-10,2 buah. Pengaruh periode panen terhadap jumlah tudung
jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Pengaruh Periode Panen Terhadap Jumlah Tubuh Buah Jamur Tiram pada Masing-Masing Media Perlakuan A (buah) B (buah) C (buah)Periode 1 17,67a 14,67a 8,67a
Periode 2 21,33a 3,67a 12a
Periode 3 9a 4,67a 7,33a
Periode 4 10a 9,33a 4,67a
Jumlah 58 32,24 32,67Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkan
tidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan volume
EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, maupun 20 ml tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada jumlah tubuh jamur tiram. Penambahan berbagai volume tersebut
memberikan rata-rata jumah tubuh buah yang sama, begitu pula Tabel 4.5
menunjukkan bahwa periode panen jamur tiram tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah tubuh jamur tiram. Masing-masing media tanam yang
ditambahkan EM4 dengan volume berbeda memiliki rata-rata jumlah tubuh yang
sama pada setiap periode panen. Hal ini berarti bahwa periode panen kesatu
hingga keempat menghasilkan jumlah tubuh buah jamur tiram konstan.
Jumlah tubuh buah jamur tiram yang konstan dari panen kesatu hingga
panen keempat menunjukkan bahwa nutrisi pada baglog selalu tersedia bagi
pertumbuhan jamur tiram. EM4 yang ditambahkan kedalam media tanam pada
saat pengomposan akan membantu proses degradasi bahan organik yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram. Hal ini sesuai dengan Indriani (2011)
yang menyatakan bahwa nutrisi penting yang dibutuhkan jamur tiram untuk
tumbuh adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Jumlah tudung yang dihasilkan
oleh baglog berkaitan dengan pertumbuhan primordial. Semakin banyak
primordial yang tumbuh dengan didukung oleh nutrisi yang cukup, maka semakin
banyak tudung yang diperoleh.
4.4 Diameter Tudung Jamur Tiram
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan EM4 (Effective
microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap diameter tudung jamur tiram. Selain itu, berdasarkan uji statistik
diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh nyata antar periode panen (faktor
tersarang). Rerata total diameter tudung jamur tiram akibat pengaruh perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran
4.
Tabel 4.6 Pengaruh Perlakuan Terhadap Diameter Tudung Jamur Tiram
Media Rata-Rata Diameter Tudung(cm)
A (EM4 10 ml) 9,26a
B (EM4 15 ml) 10,14a
C (EM4 20 ml) 10,56a
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkantidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemberian EM4 pada volume yang
berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap diameter tudung jamur
tiram. Volume EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml mempunyai rata-rata
diameter tudung yang sama. Pada Tabel 4.6 dapat bahwa diameter tudung pada
penelitian berkisar antara 9,26 cm hingga 10,56 cm. Hai ini sesuai dengan
penelitian Chazali (2008), yang menyatakan bahwa jamur tiram putih memiliki
diameter tubuh 3-14 cm. Jamur tiram yang memiliki diameter tudung tersebut dan
tudungnya belum pecah dapat dilakukan pemanenan. Pengaruh periode panen
terhadap jumlah tudung jamur tiram dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Pengaruh Periode Panen Terhadap Diameter Tudung Jamur Tiram pada Masing-Masing Media (cm)Perlakuan A (cm) B (cm) C (cm)Periode 1 9,16ab 10,76a 10,36a
Periode 2 7,36a 10,73a 10,00a
Periode 3 10,50b 10,63a 10,03a
Periode 4 10,03ab 8,43a 11,86a
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkantidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan volume
EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, maupun 20 ml tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada diameter tudung jamur tiram. Penambahan berbagai volume tersebut
memberikan rata-rata diameter tudung yang sama, begitu pula Tabel 4.7
menunjukkan bahwa periode panen jamur tiram tidak berpengaruh nyata
terhadap diameter tudung jamur tiram. Masing-masing media tanam yang
ditambahkan EM4 dengan volume berbeda memiliki rata-rata diameter tudung
yang sama pada setiap periode panen. Hal ini berarti bahwa periode panen
kesatu hingga keempat menghasilkan diameter tudung jamur tiram konstan.
Diameter tudung yang konstan dari panen kesatu hingga panen keempat
menunjukkan bahwa nutrisi pada baglog selalu tersedia bagi pertumbuhan jamur
tiram. EM4 yang ditambahkan kedalam media tanam pada saat pengomposan
akan membantu proses degradasi bahan organik yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan jamur tiram. Hal ini sesuai dengan Suryati (2009), yang
menyatakan bahwa penambahan EM4 yang dapat memperbaiki struktur dan
tekstur media tanam. Penggunaan EM4 akan membuat tanaman lebih subur,
sehat, serta relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4.5 Umur Panen Jamur Tiram
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan EM4 (Effective
microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap umur panen jamur tiram. Selain itu, berdasarkan uji statistik
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang nyata antar periode panen (faktor
tersarang). Rerata total umur panen jamur tiram akibat pengaruh perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran
5.
Tabel 4.8 Pengaruh Perlakuan Terhadap Umur Panen Jamur Tiram
Perlakuan Umur Panen Jamur Tiram
(Hari)A (EM4 10 ml) 94a
B (EM4 15 ml) 103a
C (EM4 20 ml) 93a
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yangsama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pemberian EM4 tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap umur panen jamur tiram. Pemberian volume EM4
sebanyak 10 ml, 15 ml, dan 20 ml pada media tanam mempunyai rata-rata umur
panen yang sama. Pada Tabel 4.8 dapat diketahui umur panen jamur tiram pada
penelitian berkisar antara 92,23 hingga 103 hari. Hasil penelitian ini berbeda
dengan Agriflo (2012), yang mengatakan bahwa umur panen umumnya pada hari
ke-45 setelah penanaman atau setelah 4-5 hari setelah pembentukan tubuh
buah. Pengaruh periode panen terhadap umur panen jamur tiram pada masing-
masing media dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Pengaruh Periode Panen Terhadap Umur Panen Jamur Tiram Pada
Masing-Masing Media (Hari)
Perlakuan A (Hari) B (Hari) C (Hari)Periode 1 10a 13a 9a
Periode 2 12a 14a 18ab
Periode 3 14a 17ab 25b
Periode 4 30a 36b 26b
Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama, menunjukkantidak berbeda nyata pada uji duncan 0,05.
Uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan volume
EM4 sebanyak 10 ml, 15 ml, maupun 20 ml tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada umur panen jamur tiram. Penambahan berbagai volume tersebut
memberikan umur panen yang sama, sedangkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa
periode panen jamur tiram berpengaruh nyata terhadap umur panen jamur tiram.
Masing-masing media tanam yang ditambahkan EM4 dengan volume berbeda
memiliki rata-rata umur panen yang berbeda pada setiap periode panen.
Jamur tiram membutuhkan waktu untuk tumbuh dari munculnya
primordial (tunas) hingga tubuh buah membesar dan siap dipanen. Pelaksanaan
panen jamur tiram dilakukan dengan melakukan pencabutan jamur dan akarnya.
Sisa akar yang tertinggal harus dibersihkan untuk mencegah terhambatnya
pertumbuhan primordial (tunas) pada periode panen selanjutnya. Tabel 4.9
menunjukkan bahwa umur panen jamur tiram pada periode kesatu hingga
keempat bervariasi. Hal ini sejalan dengan Djarijah (2011) yang mengatakan
bahwa biasanya pertumbuhan tunas hingga menjadi tubuh buah jamur tiram
dalam setiap kumbung jamur tidak serentak.
4.6 Penentuan Perlakuan Terbaik
Penentuan perlakuan terbaik dilakukan untuk mencari volume EM4 dan
periode panen terbaik bagi berat basah, jumlah tubuh buah, diameter tudung,
dan umur panen jamur tiram. Hasil ANOVA pada Masing-Masing Parameter
Pertumbuhan Jamur Tiram dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Anova pada Masing-Masing Parameter Pertumbuhan Jamur Tiram
Parameter Faktor Hasil ANOVABerat basah Volume EM4 Tidak berbeda nyata
Periode Panen (tersarang) Berbeda nyataJumlah tubuh buah Volume EM4 Tidak berbeda nyata
Periode Panen (tersarang) Tidak berbeda nyataDiameter tudung Volume EM4 Tidak berbeda nyata
Periode Panen (tersarang) Tidak berbeda nyataUmur panen Volume EM4 Tidak berbeda nyata
Periode Panen (tersarang) Berbeda nyata
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa penambahan EM4 (Effective
microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap berat basah, jumlah tubuh buah, diameter tudung, dan umur
panen jamur tiram. Terdapat pengaruh nyata antar periode panen (faktor
tersarang) pada berat basah dan umur panen jamur tiram. Sedangkan pada
jumlah tubuh buah dan diameter tudung tidak terdapat pengaruh nyata antar
periode panen. Perbandingan data hasil penelitian dengan literatur dapat dilihat
pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Perbandingan Data Hasil Penelitian dan Literatur
VolumeEM4
PeriodePanen
Berat Basah(gram)
Jumlah TubuhBuah (buah)
DiameterTudung
(cm)
Umur Panen(hari)
Jumlah(*)
10 ml
1 132,21** 17,67** 9,16** 10,00* 7 2 73,75* 21,33** 7,36** 12,00* 6
3 68,56* 9,00** 10,50** 14,00* 64 53,73* 10,00** 10,03** 30,00* 6
15 ml
1 117,19** 14,67** 10,76** 13,00* 72 60,66* 3,67** 10,73** 14,00* 63 47,55* 4,67** 10,63** 17,00* 64 41,28* 9,33** 8,43** 36,00* 6
20 ml
1 131,59** 8,67** 10,36** 9,00* 72 114,28** 12,00** 10,00** 18,00* 73 60,19* 7,33** 10,03** 25,00* 64 59,70* 4,67** 11,86** 26,00* 6
Literatur
100 gram (Setyaningrum, 2011)
1,5-10,2 buah (Herliyana,2015)
3-14 cm (Chazali, 2008)
4-5 hari setelah pembentukanprimordia (Agriflo, 2012)
Keterangan ** Sesuai literatur * Tidak sesuai literatur
Pada Tabel 4.11 dapat dilihat perbandingan data hasil penelitian dengan
literatur. Tanda (**) pada tabel menandakan data hasil penelitian sesuai dengan
literatur, dan tanda (*) menandakan bahwa data tidak sesuai dengan literatur.
Pada tabel diketahui bahwa semakin banyak jumlah tanda (*), maka semakin
besar peluang pelakuan tersebut untuk dipilih sebagai perlakuan terbaik. Pada
tabel diketahui bahwa perlakuan yang mendapatkan total tanda (*) paling banyak
adalah perlakuan pemberian volume EM4 10 ml dengan periode panen-1,
volume EM4 15 ml dengan periode panen-1, volume EM4 20 ml dengan
periode panen-1, dan volume EM4 20 ml dengan periode panen-2. Keempat
perlakuan tersebut memiliki jumlah tanda (*) sebanyak 7, sedangkan perlakuan
lainnya memiliki jumlah tanda (*) sebanyak 6. Apabila keempat perlakuan yang
memiliki jumlah tanda (*) terbanyak dibandingkan, maka penambahan volume
EM4 10 ml dianggap paling baik dibandingkan perlakuan dengan penambahan
EM4 15 ml dan 20 ml. Hal ini dikarenakan volume EM4 sebanyak 10 ml lebih
minimal dan lebih ekonomis, sehingga perlakuan terbaik pada penelitian ini
adalah penambahan volume EM4 sebanyak 10 ml dengan periode panen ke-1.
V.KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan EM4 (Effective
microorganism) pada media tanam jamur tiram tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap berat basah, jumlah tubuh buah, diameter
tudung, dan umur panen jamur tiram.
2. Terdapat pengaruh nyata antar periode panen (faktor tersarang) pada
berat basah dan umur panen jamur tiram. Sedangkan pada jumlah tubuh
buah dan diameter tudung tidak terdapat pengaruh nyata antar periode
panen.
3. Perlakuan terbaik pada penelitian adalah penambahan volume EM4
sebanyak 10 ml dengan periode panen ke-1.
1.2 Saran
Maksimum penambahan EM4 adalah 10 ml pada 1 kg baglog. Selain itu
perlu dilakukan pengkondisian media tanam pada saat pengomposan agar
media tidak terkontaminasi oleh makhluk hidup yang merugikan pertumbuhan
jamur tiram.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan.GrafindoMedia Pratama. Bandung
Achmad, Mugiono, Tias. A., dan Chotimatul, A. 2011. Panduan Lengkap JamurPenebar Swadaya. Jakarta
Aditya, R., dan Desi, S. 2011. 10 Jurus Sukses Beragribisnis Jamur. PenebarSwadaya. Jakarta
Agriflo, Tim Penulis. 2012. Jamur : Info Lengkap dan Kiat Sukses Agribisnis.Agriflo. Jakarta
Angelia, M., Periadnadi., dan Nurmiati. 2013. Pengaruh Lama Pelapukan MediaLimbah Industri Teh terhadap Pertumbuhan Miselium ProduksiJamur Kuping Hitam (Auricularia polytrica (Mont.) Sacc.).JurnalBiologi. 2(4):269-276
Asegab, M. 2010. Bisnis Pembibitan Jamur Tiram, Jamur Merang, dan JamurKuping. Agromedia Pustaka. Jakarta
Astuti, H. K dan Nengah, D. K. 2013. Efektifitas Pertumbuhan Jamur TiramPutih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon(Paraserianthes faltaria) dan Sabut Kelapa (Cocos nucifera). Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2):144-148
Chazali, S. 2008.Usaha Jamur Tiram:Skala Rumah Tangga.Penebar Swadaya.Jakarta
Djarijah, N. M., dan Abbas, S. D. 2011. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius.Yogya
Djarwanto dan Sihati, S. 2010. Pengaruh Sumber Bibit terhadapPertumbuhan Jamur Tiram. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 28(2):156-168
Furqonita, D. 2007. Biologi. Yudhistira. Jakarta
Hariadi, N., Lilik S., dan Ellis. N.2013. Studi Pertumbuhan dan Hasil ProduksiJamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada MediaTumbuh JeramiPadi dan Serbuk Gergaji. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1) : 47-53
Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Lily Publisher.Yogyakarta
Herliyana, E. N., Mira, F., Abdul Munif., dan Hanifah. N. L. 2015. Kultivasi JamurPleurotus Ramah Lingkungan dengan Mendaur Ulang LimbahSubstrat Jamur dan Penambahan Pupuk Organik. Jurnal SivikulturTropika. 6(1):33-42
Indriani, Y. H. 2011. Membuat Kompos secara Kilat. Penebar Swadaya.Jakarta
Irhananto, Y. 2014. Pertumbuhan Dan Produktivitas Jamur Tiram Putih(Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas KopiDan Daun Pisang Kering Yang Berbeda. Naskah publikasi. FakultasKeguruan dan Imu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kapli, H. 2010. Pengaruh Lama Pengomposan Serbuk Gergaji Kayu Sengon(Albizia falcataria (L.) Fosberg) dengan Menggunakan EM-4(Effective Microorganism-4) Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram(Pleurotus ostreatus). Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.Jambi
Kortei, N.K ., Dzogbefia., dan Obodai. 2014. Assessing the Effect ofComposting Cassava Peel Based Substrates on the Yield, NutritionalQuality, and Physical Characteristic of Pleurotus ostreatus (Jacq.exFr) Kummer. Bioteknologi. 1 (1) :1-9
Mufarrihah, L. 2008. Pengaruh Penambahan Bekatul dan Ampas Tahu padaMedia Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus). Skripsi Jurusan Biologi. Fakultas Sains danTeknologi. Malang
Parjimo, H., dan Agus, H. 2010. Budi Daya Jamur. Agromedia. Jakarta
Priyadi, T. U. 2013. Bisnis Jamur Tiram. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Purwasasmita, M., dan Alik, S. 2014. Padi Sri Organik Indonesia. PenebarSwadaya. Jakarta
Rochman, A. 2015.Perbedaan Proporsi Dedak dalam Media Tanam terhadapPertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida). JurnalAgribisnis. 11(3):56-67
Santoso, H. B. 2012. Budidaya Sengon. Kanisius. Yogyakarta
Saputra, W. 2014. Budi Daya Jamur Merang. Agromedia Pustaka. Jakarta
Seswati, R., Nurmiati., dan Periadnadi. 2013. Pengaruh Pengaturan KeasamanMedia Serbuk Gergaji terhadap Pertumbuhan dan Produksi JamurTiram Cokelat (Pleurotus cystidious O.K. Miller). Jurnal Biologi.2(1):31-36
Setiawan, B. S. 2010. Membuat Pupuk Kandang secara Cepat. PenebarSwadaya.Jakarta
Setyaningrum, dan Cahyo, S.2011. Panen Sayur Secara Rutin di Lahan
Sempit. Jakarta. Penebar Swadaya
Sumarsih, S. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. PenebarSwadaya. Jakarta
Sumarsih, S. 2015. Bisnis Bibit Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta
Sunarmi, Y. I., dan Cahyo, S. 2014. Usaha 6 Jenis Jamur Skala RumahTangga. Penebar Swadaya. Depok
Suriawiria, U. 2011. Budi Daya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta
Suwahyono, U. 2014. Cara Cepat Buat Kompos dari Limbah. PenebarSwadaya. Jakarta
Syafruddin, dan Badrus, Z. 2007. Pengomposan Limbah Teh Hitam denganPenambahan Kotoran Kambing pada Variasi yang Berbeda denganMenggunakan Starter EM4 (Effective Microorganism-4). Jurnal Teknik.28(2):125-131
Warisno, dan Kres, D. 2009. Tiram-Menabur Jamur, Menuai Rupiah. GramediaPustaka Utama. Jakarta
Wiardani, I. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Lily Publisher. Jakarta
Widyastuti, N dan Donowati, T. 2008. Aspek Lingkungan sebagai FaktorPenentu Keberhasilan Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus sp). JurnalTeknik Lingkungan. 9(3):287-293
top related