pengembangan program pembelajaran ipa terpadu …digilib.unila.ac.id/60154/3/tesis tanpa bab...
Post on 13-Oct-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU
IMMERSED BERBASIS PROYEK LIMBAH KULIT SINGKONG
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KREATIF SISWA SMP
(Tesis)
Oleh
IKA NUR WULANDARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU
IMMERSED BERBASIS PROYEK LIMBAH KULIT SINGKONG
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KREATIF SISWA SMP
Oleh
IKA NUR WULANDARI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Keguruan IPA
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
iv
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU
IMMERSED BERBASIS PROYEK LIMBAH KULIT SINGKONG
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
Oleh
IKA NUR WULANDARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program pembelajaran IPA ter-
padu immersed berbasis proyek limbah kulit singkong untuk meningkatkan ke-
terampilan berpikir kreatif siswa SMP. Model yang digunakan adalah model pe-
ngembangan ADDIE menurut Dick and Carry (1996). Kevalidan program pem-
belajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek hasil pengembangan didasarkan
pada hasil validasi pada aspek kesesuaian isi dan aspek kontruksi. Selain itu, guru
diminta memberikan respon pada aspek kesesuaian isi dan kontruksi terhadap
program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek hasil pengembang-
an. Guru diminta memberikan respon terhadap keterlaksanaan program pem-
belajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek hasil pengembangan. Validasi
ahli menunjukan bahwa rata-rata persentase aspek kesesuaian ini sebesar 94,82%
dan aspek kontruksi sebesar 100% dengan kriteria sangat tinggi. Rata-rata persen-
tase respon guru pada aspek kesesuain isi dan kontruksi sebesar 97,5% dan 99,2%
dengan kriteria sangat tinggi. Persentase keterlaksanaan sintak dan sistem sosial
Ika Nur Wulandari
program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek hasil pengembang-
an berturut-turut sebesar 92,85% dan 90% dengan kriteria sangat tinggi. Ke-
efektifan program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek ditinjau
dari n-gain dan effect size. Hasil penelitian menunjukan bahwa n-gain siswa kelas
eksperimen sebesar 0,58 dengan kriteria sedang dan kelas kontrol sebesar 0,29
dengan kriteria rendah serta besarnya effect size sebesar d=1,006 dengan kriteria
large. Berdasarkan hal tersebut, program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong efektif dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa SMP.
Kata Kunci : Pembelajaran berbasis proyek, keterampilan berpikir kreatif, IPA
terpadu immersed
iv
vi
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF AN IMMERSED INTEGRATED SCIENCE
LEARNING PROGRAM BASED ON CASSAVA PEEL WASTE
PROJECT TO IMPROVE JUNIOR HIGH STUDENTS’
CREATIVE THINKING SKILLS
By
IKA NUR WULANDARI
The aim of this study was to develop an immersed integrated science learning
program based on cassava peel waste project to improve junior high students’
creative thinking skills. The model used in this research is the ADDIE
development model according to Dick and Carry (1996). The validity of
immersed integrated science learning program project based development results
are based on expert validity on aspect of content suitability and contruction
aspects. Other than that, the teachers are asked to respond based on experts
validity on aspect of content suitability and contruction aspects an immersed
integrated science learning program project based development result. The
teacher and students are asked to respond to the implementation of an immersed
integrated science learning program project based development result. Experts
validation shows that the average percentage of content suitability is 94,82% and
construction aspect is 100% with very high criteria. The average percentage of
teacher responses to aspect of content suitability and construction aspect is 97,5%
and 99,25% with very high criteria. The percentage of the implementation of the
Ika Nur Wulandari
syntax and social systems of immersed integrated science learning program
project based development result is 92,85 and 90% with very high criteria. The
effectiveness of immersed integrated science learning program project based was
based on n-gain and effect size. The results showed that the n-gain of the
experimental class students was 0,58 with high criteria and control class was 0,29
with low criteria and the size of effect size was d=1,006 with large criteria.
Based on these, the immersed integrated science learning program based on
cassava peel waste project was effective to improving junior high student’s
creative thinking skills.
Keywords : Project based learning, creative thinking skills, immersed
vi
RIWAYAT HIDUP
Pada tanggal 08 Mei 1994 penulis dilahirkan di Purbolinggo, Lampung Timur dan
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Imam Isro’i dan Ibu
Suratmi. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi Taman Bogo, Kec.
Purbolinggo, Kab. Lampung Timur selesai pada tahun 1999, SD Negeri 2 Taman
Bogo, Kec. Purbolinggo, Kab. Lampung Timur tahun 2000 dan menyelesaikan
studi pada tahun 2006. Kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Purbolinggo, Kab.
Lampung Timur pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Dan diteruskan ke
SMA Negeri 3 Metro pada tahun 2009 dan lulus di tahun 2012. Pendidikan S1 di
Universitas Lampung Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan
Kimia, lulus tahun 2016.
Tahun 2017, penulis melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas
Lampung Program Studi Magister Keguruan IPA. Selama menjadi mahasiswa,
penulis pernah menulis artikel yang diseminarkan pada International Conference
on Progressive Ecudation (ICOPE) yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas
Lampung.
TESIS INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
Ibuku (Ibu Suratmi) dan Bapakku (Bapak Imam Isro’i) tercinta
Yang selalu mendoakanku setiap saat dan mendukung baik secara moril dan materi
Adikku (Dimas) yang selalu memberikan dukungan dan semangat
Teman-teman seperjuangan MK IPA 2017 atas perjalanan dan perjuangan bersama kalian
dalam mengisi pengalaman dan mewarnai hidupku
Almamater tercinta Universitas Lampung
MOTTO
Mulailah dari tempatmu berada. Gunakan yang kau punya.
Lakukan yang kau bisa
=Arthur Ashe=
Hidup ini seperti sepeda, Agar tetap seimbang, kau harus terus
bergerak
=Albert Einstein=
Dalam hal prinsip, berdiri seperti batu. Dalam hal komitmen,
berenanglah dengan arus
=Carl Gustav Jung=
xiv
SANWACANA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Pengembangan Program Pembelajar-
an IPA Terpadu Immersed Berbasis Proyek Pengolahan Limbah Kulit Singkong
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP” sebagai salah
satu syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan dapat diselesaikan dengan
baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah
Muhammad SAW atas suritauladan serta syafa’atnya kepada seluruh umat
manusia. Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Mustofa, MA., Ph.D. selaku direktur pascasarjana Unila.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Unila.
3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
4. Bapak Dr. Dewi Lengkana, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Magister
Keguruan IPA.
5. Ibu Dr. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan Pembimbing I atas kesediaannya memberi bimbingan, saran dan kritik
dalam proses penyusunan tesis ini.
6. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing II, atas kesediaan mem-
berikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusnan tesis ini.
7. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembahas atas kesediannya mem-
berikan saran dan kritik, dalam proses penyelesaian penyusunan tesis.
8. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., dan Bapak M. Mahfudz Fauzi S., S.Pd., M.Sc.
selaku validator kesediaannya memberikan masukan dan saran untuk
perbaikan perangkat yang dikembangkan.
9. Kepala SMP N 1 Purbolinggo, SMP N 2 Purbolinggo, MTs. Ma’arif NU 5
Purbolinggo yang telah memberi izin melakukan penelitian di sekolah yang
beliau pimpin.
10. Sahabat-sahabat terbaik selama perkuliahan di Magister Keguruan IPA 2016
serta semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi besar harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2019
Penulis,
Ika Nur Wulandari
xiv
xv xvi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat penelitian .................................................................................... 6
E. Ruang lingkup penelitian .......................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran kontruktivisme.................................................................... 9
B. Model keterpaduan immersed ................................................................. 12
C. Pembelajaran berbasis proyek................................................................. 15
D. Keterampilan berpikir kreatif.................................................................. 18
E. Limbah kulit singkong ............................................................................ 22
F. Analisis pemecahan masalah .................................................................. 25
G. Kerangka pikir ........................................................................................ 26
H. Hipotesis penelitian................................................................................. 27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian.................................................................................... 28
xv
B. Data penelitian ........................................................................................ 28
C. Instrumen penelitian................................................................................ 28
D. Teknik pengumpulan data....................................................................... 31
E. Alur penelitian ........................................................................................ 31
F. Langkah-langkah penelitian .................................................................... 33
G. Teknik analisis data................................................................................. 39
H. Effect size ................................................................................................ 46
I. Pengujian hipotesis ................................................................................ 47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tahap analysis ........................................................................................ 51
B. Tahap design ........................................................................................... 57
C. Tahap development ................................................................................. 57
D. Tahap implementation............................................................................. 71
E. Tahap evaluation..................................................................................... 74
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 86
B. Saran ....................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN
1. Persentase hasil wawancara analisis kebutuhan guru .................................... 96
2. Persentase hasil wawancara analisis kebutuhan siswa................................... 98
3. Hasil Persentase Angket validasi ahli dan respon guru kesesuaian isi
perangkat program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek.... 99
4. Hasil persentase angket validasi ahli dan respon guru kontruksi perangkat
program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek .................. 112
5. Lembar observasi keterlaksanaan program pembelajaran IPA terpadu
immersed berbasis proyek ............................................................................ 120
xvi
xv xvi
6. Hasil uji validitas dan reliabilitas soal pretes-postes ................................... 122
7. Hasil perhitungan nilai pretes, postes dan n-gain kelas eksperimen dan
kelas kontrol ................................................................................................. 124
8. Hasil uji normalitas n-gain keterampilan berpikir kreatif kelas
eksperimen ................................................................................................... 131
9. Hasil uji normalitas n-gain keterampilan berpikir kreatif kelas kontrol ...... 132
10. Hasil uji homogenitas n-gain keterampilan berpikir kreatif ........................ 133
11. Hasil uji perbedaan dua rata-rata keterampilan berpikir kreatif .................. 134
12. Hasil effect size keterampilan berpikir kreatif ............................................. 136
xvii
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator keterampilan berpikir kreatif .......................................................... 21
2. Komposisi nutrisi tanaman singkong ............................................................. 22
3. Kandungan dalam kulit singkong .................................................................. 24
4. Desain penelitian ........................................................................................... 38
5. Penskoran pada angket validasi kesesuaian isi berdasarkan skala likert 4 .... 40
6. Penskoran pada angket konstruksi isi berdasarkan skala likert 2 ................. 41
7. Tafsiran persentase angket ........................................................................... 42
8. Kriteria validasi analsis persentase ............................................................... 43
9. Makna koefisien korelasi product moment ................................................... 44
10. Tafsiran reliabilitas soal ................................................................................ 44
11. Tafsiran persentase angket ............................................................................ 45
12. Kategori n-gain ............................................................................................. 46
13. Interpretasi effect size .................................................................................... 47
14. Hasil uji validitas dan reliabilitas soal pretes/postes untuk
mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa ............................................. 59
15. Persentase hasil validasi aspek kesesuaian isi dan konstruksi program
pembelajaran IPA terpadu immersed hasil pengembangan ........................... 61
16. Persentase hasil respon guru terhadap aspek kesesuaian isi dan
konstruksi program pembelajaran IPA terpadu immersed ............................ 68
17. Persentase keterlaksanaan sintak dan sistem sosial program
pembelajaran .................................................................................................. 73
18. Rata-rata nilai pretes, postes dan n-gain keterampilan berpikir kreatif ....... 75
19. Hasil uji normalitas n-gain keterampilan berpikir kreatif ............................. 76
20. Hasil uji homogenitas n-gain keterampilan berpikir kreatif ......................... 77
21. Hasil uji perbedaan dua rata-rata n-gain keterampilan berpikir kreatif ........ 77
xix
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ilustrasi IPA terpadu immersed berbasis proyek pengolahan limbah
kulit singkong................................................................................................. 25
2. Diagram analisis pemecahan masalah............................................................ 25
3. Kerangka pikir ............................................................................................... 26
4. Alur pengembangan program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek .............................................................................................. 32
5. Hasil perentase wawancara terhadap 5 guru IPA di 3 SMP Purbolinggo ..... 52
6. Hasil persentase angket terhadap 128 siswa di 3 SMP Purbolinggo ............. 55
7. Tujuan pembelajaran sebelum revisi.............................................................. 64
8. Tujuan pembelajaran setelah revisi .............................................................. 64
9. Asesmen pretes-postes sebelum revisi ........................................................... 65
10. Asesmen pretes-postes setelah revisi ............................................................ 65
11. Lembar penilaian kinerja sebelum revisi ...................................................... 67
12. Lembar penilaian kinerja setelah revisi ........................................................ 67
13. Persentase keterlaksanaan sintak dan sistem sosial program
pembelajaran ................................................................................................. 74
14. Persebaran n-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ................................ 78
15. Jawaban siswa pada tahap identifikasi masalah............................................. 80
16. Jawaban siswa terkait proyek yang dilakukan ............................................... 81
17. Jawaban siswa terkait tujuan proyek.............................................................. 82
18. Jawaban siswa terkait alat dan bahan proyek pakan ternak ........................... 83
19. Jawaban siswa terkait alat dan bahan proyek pupuk ..................................... 83
20. Jawaban siswa terkait gagasan uraian prosedur pakan ternak ....................... 84
21. Jawaban siswa terkait gagasan uraian prosedur pupuk .................................. 84
xxi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad 21 merupakan abad yang menuntut adanya perubahan kualitas SDM. Per-
ubahan-perubahan tersebut bertujuan untuk mengubah kemampuan individual
untuk menyelesaikan tantangan baru akibat adanya globalisasi. Tantangan yang
dimaksud adalah adanya perubahan proses pemikiran sehingga siswa mampu ber-
kompetensi dalam persaingan global (Supriyati, Octaviana, Baskoro, Lintang, &
Dwi, 2018). Abad 21 dikenal sebagai masa transformasi yang membutuhkan
SDM yang berkualitas (Widjaya, Sudjimat, & Nyoto, 2016).
Upaya pertama yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan mutu SDM
adalah melalui pendidikan. Lulusan sekolah menengah, diploma maupun pen-
didikan tinggi memiliki kendala untuk menghadapi tantangan abad 21 jika hanya
menguasai pengetahuan (Raniah, Efendi, & Liliawati, 2018). Oleh karena itu, di-
perlukan berbagai keterampilan abad 21 untuk memenuhi kebutuhan SDM yang
berkualitas (Sudarmin, 2015). Salah satu keterampilan abad 21 yang harus di-
miliki oleh siswa adalah keterampilan berpikir kreatif (Bybee, 2013; Corebima,
2016).
Berpikir kreatif merupakan keterampilan untuk berkembang, menemukan, atau
membuat kombinasi konstruktif baru berdasarkan data, informasi, atau elemen
2
yang sudah ada, dengan perspektif yang berbeda, yang muncul sebagai manifes-
tasi dari masalah yang dirasakan, sehingga menghasilkan solusi yang berguna
(Syahrir, 2016; Diawati, Liliasari, Setiabudi, & Buchari, 2017). Seperti ke-
terampilan berpikir lainnya, keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan (Bilgin,
karakuyu & Ay, 2015; Diawati, et al. 2017). Keterampilan berpikir kreatif perlu
dilatih agar siswa mampu menyelesaikan masalah (Coughlan, 2007; Trianggono,
2017; Sambada, 2012; Mihardi, Harahap, & Sani, 2013; Bacanli, Dombaycl,
Demir, & Tarhan, 2011).
Siswa dikatakan berpikir kreatif jika siswa mampu merumuskan sejumlah gagas-
an, memiliki cara pandang yang berbeda dengan yang lain, memiliki ide-ide atau
hal baru dan mampu menambahkan detail-detail (Torrance dalam Al-Suleiman,
2009). Karakter berpikir kreatif ini didapatkan dengan pembelajaran berbasis
masalah yang melibatkan siswa memecahkan suatu permasalahan nyata dalam
bentuk proyek (Cheng, 2010; Diawati et al, 2017). Salah satu model pembelajar-
an berbasis masalah adalah pembelajaran berbasis proyek (PBP).
PBP merupakan pembelajaran kontekstual berbasis kurikulum berdasarkan per-
tanyaan atau masalah nyata yang menantang, melibatkan siswa dalam memilih
sebuah topik, mempertimbangkan pendekatan, merancang, menyelesaikan masa-
lah, membuat keputusan, memberikan kesempatan untuk bekerja secara bebas
untuk waktu yang lama dan menghasilkan produk nyata terkait masalah (Diawati,
et al. 2017). PBP memungkinkan siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki
untuk menyelesaikan masalah nyata dalam bentuk proyek (Bilgin et al, 2015).
PBP dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir
3
kreatif, berpikir kritis dan pemecahan masalah (Bell, 2010; Kokotsaki, Menzies,
& Wiggins, 2016; Diawati et al, 2017; Pramudita, Hidayat, & Kusairi, 2018).
Karakteristik model PBP ini sesuai dengan karakteristik model terpadu immersed.
Model terpadu immersed dirancang agar setiap individu memadukan semua data
dari setiap bidang ilmu sesuai dengan bidang minatnya (Fogarty, 2009). Guru
menumbuhkan minat siswa melalui masalah yang menantang, sehingga siswa
akan mencari dan memadukan semua informasi yang berhubungan untuk me-
nyelesaikan masalah tersebut (Fogarty, 2009). Hal ini sesuai dengan National
Science Teachers Association (NSTA) dan Permendiknas No 16 Tahun 2007
merekomendasikan bahwa guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah harus me-
miliki kecenderungan interdisipliner pada sains atau integrated science untuk
membentuk pola pikir siswa secara holistik yang akan digunakan sebagai life skill
dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya (NSTA, 2003;
Sulistiowati, 2010; Lestari, 2013).
Namun, tuntutan kreatif tidak ditunjang dengan baik dengan proses pembelajaran
di sekolah yang kebanyakan kegiatannya kurang melatihkan keterampilan berpikir
kreatif (Prakoso, 2016). Hasil studi internasioan Global Creativity Index (GCI)
tahun 2015 menunjukan bahwa indeks kreativitas indonesia masih sangat rendah
dengan nilai 0,202 yang berada di urutan 115 dari 139 negara peserta. Hasil studi-
studi terdahulu juga menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif terutama
dalam bidang pendidikan dapat dikatakan masih rendah bahkan sangat rendah
(Lubis, 2015; Mariyam, 2013)
4
Hal ini didukung oleh fakta di lapangan terhadap hasil wawancara lima guru IPA
SMP/MTs dari beberapa sekolah negeri dan swasta di Purbolinggo menunjukan
bahwa sebanyak 80% responden guru menyatakan pernah melakukan pengukuran
keterampilan berpikir kreatif tetapi keterampilan berpikir kreatif yang diperoleh
belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebanyak 80% guru sudah mengetahui ke-
terampilan berpikir kreatif, namun indikator keterampilan berpikir kreatif yang di-
pahami oleh guru berbeda dengan indikator keterampilan berpikir kreatif yang
seharusnya diukur.
Hasil wawancara menyatakan bahwa 60% pembelajaran yang digunakan belum
terpadu karena untuk membuat perangkat pembelajaran IPA terpadu belum se-
penuhnya dipahami oleh guru. Selain itu, belum adanya perangkat pembelajaran,
media atau sumber belajar IPA terpadu untuk pegangan guru, sedangkan 40%
guru menggunakan pembelajaran terpadu dalam kegiatan pembelajaran IPA.
Namun, pembelajaran terpadu yang dipahami oleh guru bukanlah 10 model pem-
belajaran terpadu fogarty, melainkan model pembelajaran secara umum yaitu
problem based learing (PBL) dan discovery learning. Selain itu, sebanyak 80%
responden guru belum mengetahui model keterpaduan seperti immersed. Guru
yang sudah mengetahui model terpadu immersed belum menerapkannya disekolah
karena belum pernah mengikuti pelatihan tentang model keterpaduan. Berdasar-
kan kajian tersebut, guru belum menerapkan pembelajaran yang dapat meningkat-
kan keterampilan berpikir kreatif siswa.
Hasil pengisian angket terhadap 128 responden siswa yang berasal dari 3 SMP
Negeri dan swasta di Purbolinggo menunjukan bahwa 17,2% s responden siswa
5
menyatkan bahwa guru mereka menggunakan PBP. Akan tetapi, 100% siswa
menyatatan bahwa metode yang digunakan dalam PBP tersebut dalam bentuk
penugasan terkait materi tanpa adanya pemecahan masalah. Siswa tidak pernah
ditantang untu menyelesaikan permasalahan nyata.
Kecamatan Purbolinggo memiliki permasalahan nyata yang dapat dijadikan media
dalam pembelajaran IPA Terpadu. Permasalahan nyata yang terjadi di Kecamatan
Purbolinggo adalah banyaknya limbah kulit singkong yang menumpuk disekitar
PT Tapioka Muara Jaya yang berdampak pada pencemaran lingkungan di daerah
tersebut. Materi IPA terpadu yang berkaitan dengan pemecahan masalah limbah
kulit singkong adalah materi pencemaran lingkungan dan bioteknologi. Siswa
ditantang untuk melakukan pemecahan masalah limbah kulit singkong secara
kreatif dengan mencelupkan pengetahuan yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengembangkan program pembelajaran
IPA terpadu immersed berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana validitas program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis
proyek pengolahan limbah kulit singkong yang dikembangkan?
b. Bagaimana respon guru terhadap program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong yang dikembangkan?
6
c. Bagaimana respon guru terhadap keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu
immersed berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong yang telah
dilaksanakan?
d. Bagaimana efektivitas program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis
proyek pengolahan limbah kulit singkong dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Mengembangkan program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis
proyek pengolahan limbah kulit singkong.
b. Mendeskripsikan validitas program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong yang dikembangkan.
c. Mendeskripsikan respon guru terhadap program pembelajaran IPA terpadu
immersed berbasis proyek limbah kulit singkong yang dikembangkan.
d. Mendeskripsikan respon guru terhadap keterlaksanaan pembelajaran IPA
terpadu immersed yang telah dilaksanakan.
e. Mendeskripsikan efektivitas program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong dalam meningkatkan ke-
terampilan berpikir kreatif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan prototipe program pembelajaran IPA terpadu
immersed berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong untuk meningkatkan
7
keterampilan berpikir kreatif dan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru
a. Sebagai salah satu program pembelajaran yang dapat digunakan dalam
kegiatan pembelajaran IPA.
b. Sebagai referensi mengenai pembelajaran IPA terpadu, khususnya pada
materi pencemaran lingkungan dan bioteknologi.
c. Menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKPD, asesmen tes dan
asesmen kinerja yang dapat digunakan pada pembelajaran IPA terpadu
immersed khususnya pada materi pencemaran lingkungan dan bioteknologi
yang dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa SMP
2. Manfaat bagi siswa
a. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui
kegiatan mendesain dan melaksanakan proyek.
b. Melatih keterampilan berpikir kreatif siswa SMP melalui serangkaian
kegiatan yang terdapat pada program pembelajaran IPA terpadu immersed.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Sumber informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran IPA terpadu immersed di sekolah.
b. Menjadi salah satu program pendidikan yang digunakan secara langsung
dalam proses pembelajaran IPA terpadu immersed.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Pembelajaran terpadu immersed menurut Fogarty (2009). Pada penelitian
ini dipadukan KD 3.8 kelas VII dan KD 3.7 kelas IX.
2. PBP menurut Colley dalam Diawati, 2016.
8
3. Indikator keterampilan berpikir kreatif menurut Torrance (1974), yaitu
fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Instrumen yang digunakan
untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif dalam penelitian ini berupa
instrumen pretes-postes.
4. Efektivitas program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek
pengolahan limbah kulit singkong untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif siswa ditinjau dari n-gain dan effect size dengan kriteria
minimal medium.
5. Masalah yang terjadi di Kecamatan Purbolinggo adalah limbah kulit
singkong yang menumpuk disekitar PT. Tapioka Muara jaya yang
berdampak pada pencemaran lingkungan.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa
pengetahuan (knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang
sedang belajar, maksudnya setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri
(Suparno, 1997). Konstruktivisme adalah suatu pendekatan terhadap belajar yang
berkeyakinan bahwa orang secara aktif membangun atau membuat pengetahuan-
nya sendiri dan realitas ditentukan oleh pengalaman orang itu sendiri pula
(Abimanyu, 2008).
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu siswa mengkonstruksi
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual
cognitive constructivist theory (KP) dan Vygotsky dalam teorinya yang disebut
social cultural constructivist theory (KS) (Yaumi, 2013). KP dan KS sama-sama
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan adalah hasil rekayasa manusia sebagai
individu. Akan tetapi keduanya memiliki perbedaan pandangan mengenai peran-
an individu dan masyarakat dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan.
KP bertitik tolak dari perkembangan psikologi anak dalam membangun pengeta-
huannya (Nizar, 2014). KP atau dikenal konstruktivisme psikologis memandang
10
bahwa pembentukan pengetahuan adalah sepenuhnya persoalan individu. KP
sangat menekankan pentingnya peranan individu dalam proses pembentukan
pengetahuan kognitifnya (Suparno, 1997). Menurut Piaget, psikologi mengambil
peranan penting dalam analisa. Menurutnya, dalam taraf-taraf perkembangan
kognitif yang lebih rendah (sensori motor dan pra operasional), pengaruh
lingkungan sosial lebih dipahami oleh anak sama dengan objek yang diamati
anak.
KS dikemukakan oleh ahli pendidikan Rusia, Vygotsky yang menitikberatkan
pada pentingnya komunitas dan komunikasi di dalam proses pembentukan
kognitif individual anak (Lily, 2004). Melalui komunitas dan komunikasinya,
pengetahuan seseorang dinyatakan kepada orang lain sehingga pengetahuan itu
mengalami verifikasi, dan penyempurnaan. Selain itu, melalui komunikasi
seseorang memperoleh informasi atau pengetahuan baru dari masyarakatnya.
Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.
Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih
berada dalam jangkauan mereka disebut dengan Zone of Proximal Development
(ZPD), yaitu daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan
seseorang saat ini (Shabani, 2010). ZPD dimaknai sebagai jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya dalam bentuk kemampuan pemecahan masalah
secara mandiri, dengan tingkat perkembangan potensial dalam bentuk kemampu-
an pemecahan masalah di bawah bimbingan guru atau melalui kerjasama dengan
teman sejawat yang lebih mampu (Slavin, 1994). Vygotsky mendefiniskan ZPD
11
sebagai jarak antara kemampuan yang dikuasai yang tercermin dari kemampuan
dalam memecahkan masalah secara mandiri dan kemampuan yang sedang ber-
kembang dan membutuhkan pertolongan melalui interaksi sosial, yang dapat di-
lihat dari kemampuan anak dalam memecahkan masalah dengan bantuan orang
dewasa atau teman sebaya yang telah memiliki kemampuan tersebut (Christmas,
Kudzai, & Josiah, 2013).
Menurut konsep ZPD, perkembangan psikologi bergantung pada kekuatan sosial
luar sekaligus pada kekuatan batin (inner speech). Vygotsky percaya bahwa
belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal, yaitu
suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial.
Zona ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan
sesuatu hal sendirian, tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa
(Baharuddin & Wahyuni, 2008), dalam hal ini guru. Seorang anak mampu me-
niru tindakan yang melampaui kapasitasnya, namun hanya dalam batas-batas
tertentu. Ketika sedang meniru, anak sanggup melakukan secara lebih baik bila
dibimbing oleh orang dewasa daripada dilakukannya sendiri.
Dalam lingkungan pembelajaran, proses pembentukan makna dalam diri siswa
membutuhkan dukungan guru berupa topangan (scaffolding). Topangan adalah
bantuan yang diberikan dalam wilayah perkembangan terdekat (zone of proximal
development) siswa (Confrey, 1985). Topangan diberikan berdasarkan apa yang
sudah bermakna bagi siswa, sehingga apa yang sebelumnya belum dapat dimaknai
sendiri oleh siswa sekarang dapat bermakna berkat topangan tersebut. Dengan
demikian, topangan diberikan kepada siswa dalam situasi yang interaktif, dalam
12
arti guru memberikan topangan berdasarkan interpretasi akan apa yang sudah
bermakna bagi siswa, dan siswa mengalami perkembangan dalam proses pem-
bentukan makna berkat topangan itu (Subakti, 2010).
Scafollding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan
untuk memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan,
peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, mem-
berikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar
mandiri (Subakti, 2010).
B. Model Keterpaduan Immersed
IPA terpadu merupakan subtansi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di SMP/MTs yang tidak lain melaksanakan amanat UU No 23 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Sesuai amanat dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran terpadu merupakan salah satu
model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk dapat diaplikasikan pada
semua jenjang pendidikan, salah satunya jenjang SMP, terutama pada mata
pelajaran IPA (Trianto, 2010). Permendiknas nomor 22 tahun 2006, bahwa pem-
belajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara terpadu terutama pada jenjang
pendidikan dasar, mulai dari tingkat SD/MI maupun SMP/MTs (Trianto, 2010;
Anjarsari, 2013; Sumiyadi, Kamadi, & Masturi, 2014).
Pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk berperan secara aktif, dapat mencari, menggali, dan menemukan sebuah
konsep secara berkelompok maupun individu sehingga terciptanya pembelajaran
yang bermakna, artinya siswa dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga
13
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep
yang telah dipelajarinya. Dengan demikian siswa terlatih untuk dapat menemu-
kan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistis), ber-
makna, autentik, dan aktif (Trianto, 2013).
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya,
menurut Fogarty (2009), terdapat sepuluh model dalam pembelajaran terpadu. Ke-
sepuluh model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4)
sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan
(10) networked. Dari sepuluh model tersebut, tiga tipe pertama yakni fragmented,
connected, dan nested, merupakan perpaduan kurikulum di dalam satu disiplin
ilmu (mata pelajaran). Sedangkan tipe sequenced, shared, webbed, threaded, dan
integrated merupakan perpaduan kurikulum dalam beberapa disiplin ilmu, dan
dua tipe terakhir yakni immersed, dan networked merupakan perpaduan kurikulum
di dalam dan beberapa disiplin ilmu.
Kesepuluh tipe pembelajaran terpadu, pada tipe immersed perpaduan dilakukan
oleh siswa, guru hanya menyediakan fasilitas dan mengarahkan proses perpaduan
yang dilakukan siswa, tipe immersed hanya sesuai untuk siswa dengan tingkat
pemikiran yang sudah tinggi. Pembelajaran terpadu tipe immersed adalah suatu
tipe pembelajaran yang memadukan atau menghubungkan data dan informasi dari
berbagai bidang studi dan akan menghasilkan pemikiran sesuai dengan minat
siswa (Fogarty, 2009).
Kata immersed memiliki arti pencelupan atau suatu pembenaman. Pada model
pembelajaran immersed, tema yang dikembangkan dalam pembelajaran terpadu
14
merupakan suatu tema yang didasari atas minat dari siswa. Kemudian minat itu
dikembangkan pada berbagai kompetensi dasar. Sehingga langkah yang dikem-
bangkan dalam model pembelajaran tipe immersed seorang pendidik harus meng-
analisis semua kompetensi dasar dalam kurikulum tertentu kemudian dituangkan
pada suatu ide atau gagasan yang lebih diminati.
Model immersed adalah model integrasi kurikulum dimana siswa secara internal
dan intrinsik melakukan integrasi semua data dari setiap bidang studi dan disiplin
ilmu, dengan menyalurkan ide-ide melalui hal yang sangat menarik perhatian
siswa. Guru meminta siswa memilih topik yang didasari atas minat siswa dan
memulai untuk menemukan segala hal yang berhubungan dengan topik tersebut.
Kemudian siswa akan mencelupkan informasi dan konsep dari berbagai mata
pelajaran yang sesuai dengan minatnya, dan akan menghasilkan pemikiran yang
sesuai dengan minat siswa (Ilmi, Anwar, Solichin, & Amrullah, 2016).
Karakteristik pembelajaran terpadu immersed merupakan pembelajaran yang di-
rancang agar setiap individu dapat memadukan semua data dari bidang ilmu dan
menghasilkan pemikiran sesuai bidang minatnya. Tipe ini tidak mengharuskan
sebuah perancangan yang rumit. Tipe ini dapat berlangsung secara otomatis
karena proses perpaduan terjadi secara internal dalam diri individu (Fogarty,
2009).
Model immersed bermanfaat ketika kegiatan belajar yang dilakukan benar-benar
sesuai bidang yang diminati, sehingga siswa secara sukarela akan mengorganisasi-
kan dirinya untuk disiplin bekerja sebagaimana bekerja dalam suatu proyek (Ilmi,
15
2016). Fogarty (2009) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu tipe immersed
mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
1. Siswa dapat memadukan semua data dari setiap bidang ilmu dan meng-
hasilkan pemikiran sesuai dengan minatnya.
2. Siswa mengembangkan konsep-konsep yang dilakukan secara terus me-
nerus sehingga terjadi proses internalisasi.
3. Siswa dapat mengkaji, mengkonseptualisasi, serta menghubungkan ber-
bagai ide secara terus menerus sehingga memudahkan dalam terjadi proses
transfer dari berbagai bidang studi.
Adapun kelemahan model pembelajaran immersed, yaitu:
1. Penyaringan semua gagasan melalui cara pandang tunggal yang sempit
dapat menimbulkan terlalu tajam sebuah fokus pembelajaran.
2. Diperlukan pengalaman dan pengetahuan yang luas pada siswa agar dapat
memperdalam sudut pandang siswa dalam melakukan pembenaman ide-
ide dari berbagai bidang studi.
3. Model pembelajaran terpadu tipe immersed lebih menekankan pada peng-
gabungan pengetahuan pada beberapa bidang studi berbeda untuk mem-
bahas suatu masalah khusus. Keadaan ini berpotensi untuk mempersempit
cakupan pemikiran siswa terhadap bidang studi tertentu
C. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang me-
libatkan siswa dalam suatu proyek berdasarkan suatu masalah dan pada akhirnya
siswa dapat menghasilkan suatu karya nyata (Colley, 2008). PBP tumbuh dari
gerakan pendidikan progresif reformasi pendidikan sains konstruktivis sejak 1908.
Dewey dan pendidik progresif lainnya meletakkan fondasi kurikuler dan psiko-
logis untuk pembelajaran berbasis proyek, yang nilai-nilai intinya adalah pem-
belajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran dengan melakukan, dan me-
nerapkan pengajaran sekolah di rumah (Diawati, Liliasari, Setiabudi, & Buchari,
2018).
PBP merupakan pembelajaran kontekstual yang berdasarkan pertanyaan atau
masalah yang menantang, melibatkan siswa dalam memilih topik, memper-
16
timbangkan pendekatan, merancang, menyelesaikan masalah, membuat keputus-
an, memberikan kesempatan untuk bekerja secara relatif independen untuk waktu
yang lama, dan menghasilkan produk nyata terkait masalah (Diawati et al, 2017).
Dalam Pelaksanaannya PBP lebih menekankan pembelajaran yang berfokus pada
siswa, dimana siswa belajar lebih mandiri dalam menyelesaikan karya autentik
sebagai hasil pembelajaran.
PBP adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai
tujuannnya (Kosasih, 2014). Pembelajaran difokuskan dalam pemecahan masalah
yang menjadi tujuan utama dari proses belajar sehingga dapat memberikan pem-
belajaran yang lebih bermakna, karena dalam belajar tidak hanya mengerti apa
yang dipelajari tetapi membuat siswa menjadi tahu apa manfaat dari pembelajaran
tersebut untuk lingkungan sekitarnya. PBP adalah strategi yang berpusat pada
siswa yang mendorong inisiatif dan memfokuskan siswa pada dunia nyata dan
dapat meningkatkan motivasi dan kreatifitas mereka (Sutirman, 2013).
PBP merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang bisa digunakan tidak
hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga untuk kerja siswa (Hayati,
Supardi, & Miswadi, 2013). Keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan
masalah dapat dilatihkan melalui model PBP (Bell, 2010; Kokotsaki et al, 2016).
Dalam pembelajaran berbasis proyek, guru berperan sebagai fasilitator, mem-
bimbing serta memberikan informasi yang relevan dalam rangka penyelesaian
proyek.
PBP menurut Colley dalam Diawati, et al (2018) terdiri dari 6 (enam) tahap
pembelajaran, yaitu tahap orientasi, mengidentifikasi dan menentukan proyek,
17
merencanakan proyek, melaksanakan proyek, mendokumentasikan dan melapor-
kan proyek, serta mengevaluasi dan menjalankan proyek. Sebagian besar proyek
siswa dilakukan diluar kelas. Siswa diberikan LKPD untuk membimbing proyek
mereka. Selama proyek, siswa berkonsultasi dengan guru secara berkala terkait
dengan rencana proyek, kemajuan proyek, dan kendala proyek. Peran guru adalah
memfasilitasi, menasihati, membimbing, dan mengawasi siswa.
Pada tahap orientasi dilakukan di dalam kelas pada minggu pertama. Pada tahap
ini, siswa memperhatikan penjelasan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran
proyek, pentingnya kolaborasi tim, pentingnya berbagi informasi, masalah-
masalah keamanan, serta kewajiban dan peran yang diharapkan.
Pada tahap identifikasi dan menentukan proyek, siswa membaca ilustrasi masalah
dalam bentuk wacana. Siswa diberi tantangan dengan masalah tersebut: “Apa
yang harus Anda lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?”.
Tahap merencanakan proyek dilakukan di luar kelas. Berdasarkan pedoman yang
ada pada LKPD, siswa harus mencari dan mempelajari informasi yang ber-
hubungan dengan masalah dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, dan
internet. Selanjutnya, siswa melaporkan dan mendiskusikannya dengan guru
secara berkala. Siswa juga diberikan tugas untuk merumuskan masalah, menentu-
kan tujuan proyek, menentukan pentingnya proyek, daftar rinci alat dan bahan
proyek, deskripsi prosedur proyek. Setelah melengkapi tugas tersebut, siswa
mendiskusikannya dengan guru. Kemudian, mereka memperbaiki tugas tersebut
berdasarkan arahan guru. Guru mendokumentasikan tugas ini sebagai artefak,
18
yang merupakan hasil belajar PBP. Siswa juga menggambar desain proyek di-
sertai deskripsi tentang fungsi setiap komponen alat.
Tahap melaksanakan proyek dilakukan diluar kelas. Pada tahap ini, siswa me-
nyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai rencana proyek sebelumnya.
Kemudian, siswa mengkonstruksi proyek. Siswa menghasilkan produk PBP pada
tahap ini.
Tahap mendokumentasikan dan melaporkan proyek dibagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama, siswa menyiapkan laporan proyek. Bagian lainnya adalah siswa
mempresentasikan hasil proyek di dalam kelas.
Tahap mengevaluasi dan menjalankan proyek tidak dilaksanakan dalam proses
pembelajaran, namun tahap ini masih menjadi bagian dari PBP. Pada tahap ini,
siswa mendorong sekolah untuk memperkenalkan produk hasil PBP kepada
masyarakat, baik masyarakat yang ada di sekolah maupun masyarakat yang ada di
sekitar sekolah.
D. Keterampilan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan salah satu ciri kognitif dari kreativitas (Dwi, Rinanto,
Dwiastuti, & Irfa’i, 2016). Berpikir kreatif merupakan keterampilan untuk ber-
kembang, menemukan atau membuat kombinasi konstruktif baru berdasarkan
data, informasi, atau elemen yang sudah ada dengan perspektif yang berbeda,
yang muncul sebagai manifestasi dari masalah yang dirasakan sehingga meng-
hasilkan solusi yang beguna (Diawati et al, 2017).
19
Keterampilan berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir untuk mengung-
kapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru, dan
membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah dikuasai
sebelumnya. Keterampilan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan
ide-ide baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan
permasalahan dari sudut pandang yang berbeda (Suryadi dan Herman, 2008).
Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan untuk menghasilkan ide
atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk yang dipicu oleh masalah-
masalah yang menantang (Syahrir, 2016). Berpikir kreatif menjadikan manusia
lebih sensitif terhadap masalah-masalah tertentu, kekurangan, kesenjangan dalam
pengetahuan, unsur-unsur yang hilang, ketidakharmonisan, dan mengidentifikasi
kesulitan, mencari solusi, membuat tebakan atau merumuskan hipotesis, me-
modifikasi, melakukan pengujian ulang dan terakhir mengkomunikasikan bahwa
hasilnya efektif (Torrance, 1974).
Kemampuan berpikir kreatif dapat diamati dari cara siswa memecahkan suatu per-
masalahan. Indikator keterampilan berpikir kreatif dalam artikel“Cross Cultural
Studies and Creative Thinking Abilities” oleh Torrance (1976) yaitu fluency,
flexibility, originality dan elaboration. Fluency adalah kemampuan untuk meng-
hasilkan sebanyak mungkin kata-kata yang bermakna. Fluency atau kelancaran
mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan sejumlah pertanyaan atas per-
masalahan yang muncul. Terdapat dua faktor dalam keterampilan berpikir fluency,
yaitu verbal yang diwujudkan dalam banyaknya ucapan, dan banyaknya ide yang
dikeluarkan secara cepat. Keterampilan ini melatih siswa agar dapat mengajukan
20
banyak pertanyaan dan mampu mengemukakan ide-ide yang serupa untuk
memecahkan suatu masalah.
Flexibility adalah kemampuan seorang individu untuk mentransfer ide atau gagas-
an kepada orang lain. Terdapat dua jenis keterampilan berpikir flexibility yaitu
spontaneous flexibility and adaptive-flexibility. Spontaneous flexibility adalah ke-
mampuan untuk menghasilkan beragam kelompok pemikiran yang bebas dari
dormansi dan inersia, artinya menghasilkan banyak ide yang dapat terus dikem-
bangkan. Adaptive-flexibility adalah kemampuan untuk pemecahan masalah yang
menjadi lebih jelas ketika masalah membutuhkan solusi luar biasa. Pada keteram-
pilan ini, siswa dapat memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu
kondisi. Kemampuan adaptive-flexibility siswa akan terlatih saat melakukan
penelitian sebagai upaya memecahkan masalah.
Originality adalah kemampuan berpikir yang mengacu pada ide-ide baru yang
dihasilkan oleh orang kreatif dimana ide tersebut bersifatunik, tanggapan yang
tidak kontradiktif, dan secara simultan dapat diterima dengan kecenderungan
untuk memberikan asosiasi gagasan yang luas. Keterampilan ini melatih siswa
agar dapat memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu kondisi dan
memikirkan hal-hal yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain.
Elaboration adalah kemampuan untuk menambahkan rincian dan makna solusi
dan pemikiran asli untuk ide-ide yang sedang dikembangkan. Keterampilan ini
melatih siswa agar dapat mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain
dan menyusun langkah-langkah secara terperinci.
21
Melalui berpikir kreatif, siswa tidak hanya terpaku pada satu pendapat atau gagas-
an saja, sehingga siswa memiliki alternatif cara untuk menghadapi masalah di
masa depan.
Tabel 1. Indikator Berpikir Kreatif (Narsito, 2000):
Pengertian Perilaku
Berpikir lancar (fluency)
1. Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, pengelesaian masalah
atau jawaban
2. Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal
3. Selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban
a. Mengajukan banyak pertanyaan
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika
ada pertanyaan;
c. Lancar mengungkapkan gagasan-
gagasannya;
d. Mempunyai banyak gagasan mengenai
suatu masalah
e. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi
Berpikir luwes (flexibility)
1. Menghasilkan gagasan, jawaban
atau pertanyaan yang bervariasi.
2. Dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang yang
berbeda.
3. Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4. Mampu mengubah cara
pendekatan atau pemikiran.
a. Memberikan bermacam-macam penafsiran
terhadap gambar, cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan
cara yang berbeda.
c. Jika diberi suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam cara yang berbeda
untuk menyelesaikannya;
d. Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda
Berpikir orisinil (originality)
1. Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan
diri.
3. Mampu membuat kombinasi-
kombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur
a. Memikirkan masalah-masalah atau hal
yang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan
berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain daripada yang
lain.
Berpikir merinci (elaboration)
1. Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan
atau produk
2. Menambahatau merinci detail-
detail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah dengan
melakukan langkah langkah yang terperinci
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain
c. Menambah garis-garis, warnawarna dan
detail-detail (bagian-bagian) terhadap
gambaranya sendiri atau gambar orang lain.
22
E. Limbah Kulit Singkong
Singkong terdiri dari beberapa bagian yang sangat bermanfaat dikehidupan sehari-
hari. Umbinya bisa dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, daunnya dapat
yang dimakan sebagai sayuran atau sebagai ramuan, merupakan sumber protein
yang baik juga mengandung vitamin dan mineral. Bagian dari singkong yang di-
anggap limbah jika tidak dimanfaatkan yaitu kulit singkong, yang merupakan
limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, tapioka, tape, dan panganan berbahan
dasar singkong lainnya.
Untuk melihat potensi nutrisi tanaman singkong dalam beberapa bagiannya,
berikut komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya seperti ditunjukan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Nutrisi Tanaman Singkong
Kandungan nutrisi Daun (%) Batang (%) Umbi (%) Kulit (%)
Protein kasar 23,2 10,9 1,7 4,8
Serat kasar 21,9 22,6 3,2 21,2
Ekstrak eter 4,8 9,7 0,8 1,22
Abu 7,8 8,9 2,2 4,2
Ektrak tanpa N 42,2 47,9 92,1 68
Ca 0,972 0,312 0,091 0,36
P 0,576 0,341 0,121 0,112
Mg 0,451 0,452 0,012 0,22
Energi metabolis 2590 2670 1560 3960
Sumber: Davendra (1977)
Kulit singkong merupakan bagian tanaman singkong yang selama ini kurangnya
dimanfaatkan selain menjadi makanan ternak ataupun hanya terbuang sebagai
limbah. Sebagai limbah organik, tentunya akan terdegradasi kembali ke lingkung-
an. Namun dengan memperhatikan kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya,
kulit singkong sebagai bagian yang tidak terpakai dan terbuang dapat diolah
23
kembali menjadi makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi (Akhadiarto,
2010).
Kulit singkong merupakan limbah kupasan hasil pengolahan gaplek, tapioka, tape,
dan panganan berbahan dasar singkong lainnya yang seringkali dianggap limbah
yang tidak berguna oleh sebagian industri berbahan baku singkong. Oleh karena
itu, bahan ini masih belum banyak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja dan
umumnya digunakan sebagai pakan ternak (Prasetyowati, Novianty, & Haryuni,
2014). Menurut Darmawan (2006), dari total produksi singkong akan dihasilkan
lebih kurang 16% limbah kulit singkong. Jumlah limbah kulit singkong yang
cukup besar ini berpotensi untuk diolah menjadi pakan ternak. Hanya saja perlu
pengolahan yang tepat agar racun sianida yang terkandung dalam kulit singkong
tidak meracuni ternak yang mengkonsumsinya, yaitu proses fermentasi. Ber-
dasarkan penelitian Busairi & Wikanastri (2009) dan Wikanastri, Utama, &
Suyanto (2012) diketahui bahwa proses fermentasi dapat menurunkan kandungan
sianida dalam kulit singkong dari 0,024% menjadi 0,009% setelah proses
fermentasi selama lima hari.
Ketersediaan kulit singkongakan menjadi limbah yang merupakan pencemaran
lingkungan bila tidak dimanfaatkan dengan baik. Usaha pemanfaatan limbah ini
yaitu sebagai pakan ternak, akan tetapi karena rendahnya kandungan gizi dan ada-
nya zat anti nutrisi yaitu asam sianida (HCN) serta kandungan serat kasar yang
tinggi menjadi faktor pembatas pemanfaatan kulit singkong sebagai pakan ternak
sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut agar pemanfaatan kulit singkong
menjadi lebih optimal. Berikut menunjukkan komposisi kimia kulit singkong
24
sehingga bisa menjadi acuan untuk pemanfaatan limbah kulit singkong menjadi
alternatif pakan ternak. Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan
tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Kandungan dalam Kulit Singkong
Kandungan Jumlah Kandungan Jumlah
Kalori 121 kal Fosfor 40 gram
H2O 11,4% Karbohidrat 34 gram
C 59,31% Kalsium 33 miligram
H 9,78 % Vit C 30 miligram
O 28,74% Protein 1,20 gram
N 2,09 % Besi 0,70 miligram
S 0,11 % Lemak 0,3 gra
Sumber: Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, IPB, 2011
Kulit singkong merupakan limbah dari singkong yang memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak.
Persentase jumlah limbah kulit singkong bagian luar sebesar 0,5 – 2% dari berat
total singkong segar dan limbah kulit singkong bagian dalam besar 8 – 15%.
Kandungan pati kulit singkong sangat singgi, memungkinkan digunakan sebagai
sumber energi bagi mikroorganisme (Sandi, 2010).
Kulit singkong mempunyai komposisi yang terdiri dari karbohidrat dan serat.
Menurut Djaeni (1987), kulit singkong mengandung ikatan glikosida sianogenik
yaitu suatu ikatan irganik yang dapat menghasilkan racun dalam jumlah 0,1%
yang dikenal sebagai racun biru (linamarin). Oleh karena itu, pemanfaatan kulit
singkong belum terlalu luas. Namun sebenarnya racun tersebut dapat dihilangkan
dengan cara menguapkannya atau mengeringkannya pada suhu tinggi dan jika
diolah menjadi karbon aktif, racun biru tersebut akan hilang. Singkong
merupakan umbi akar yang dimana kulitnya mempunyai fungsi sebagai bahan
25
kompus yang selama ini masyarakat telah menggapnya sebagai limbah yang
dimana tidak mempunyai nilai fungsi. Dalam penelitian (Ankabi, Nazamid, &
Adebowale, 2009) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi
tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida tumbuhan tanaman.
F. Analisis Pemecahan Masalah
Adapun analisis pemecahan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pencemaran
Lingkungan
Bioteknologi
Limbah Kulit
Singkong
Gambar 1. Ilustrasi IPA terpadu immersed berbasis proyek pengolahan
limbah kulit singkong
Limbah Kulit
Singkong
Mengandung Karbohidrat, Protein, Besi,
Fosfor, H2O, Sulfur, Kalsium,
Karbon, Nitrogen
diolah melalui proses
Fermentasi
menghasilkan produk
Pupuk Pakan Ternak
Gambar 2. Diagram Analisis Pemecahan Masalah
26
G. Kerangka Pikir
Keterampilan berpikir kreatif siswa dapat dilatihkan dengan menghadapkan siswa
pada masalah yang ada dilingkungan, seperti limbah kulit singkong. Salah satu
model yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif
adalah pembelajaran berbasis proyek (PBP). PBP memungkinkan siswa meng-
gunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah nyata dalam
bentuk proyek. PBP memiliki karakterisitik yang sesuai dengan model
pembelajaran terpadu immersed. Guru menumbuhkan minat siswa melalui
masalah yang menantang, sehingga siswa akan mencari dan memadukan semua
informasi yang berhubungan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan
demikian program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek limbah
kulit singkong dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP.
Adapun skema kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 3:
Limbah Kulit Singkong
Pembelajaran
Terpadu Immersed
Pembelajaran
Berbasis Proyek
Program Pembelajaran IPA Terpadu Immersed Berbasis
Proyek
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa SMP
Gambar 3. Kerangka Pikir
27
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah program pembelajaran IPA terpadu
immersed berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa
SMP.
28
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan.
Pada metode penelitian dan pengembangan terdapat beberapa jenis model. Model
yang digunakan adalah pengembangan model ADDIE yang dikembangkan oleh Dick
and Carry (1996). Model ini terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu: analysis (analisis),
design (desain), development (pengembangan), implementation (implementasi) dan
evaluation (evaluasi).
B. Data Penelitian
Data pada penelitian ini diperoleh pada tahap analysis, development dan
implementation. Pada tahap analysis, sumber data adalah 5 (lima) guru IPA dan 128
siswa kelas IX yang berasal dari 3 (tiga) SMP di Kecamatan Purbolinggo, yaitu
SMPN 1 Purbolinggo, SMPN 2 Purbolinggo dan MTs Ma’arif NU 5 Purbolinggo.
Pada tahap development, sumber data adalah 2 (dua) orang validator ahli dan 3 orang
guru IPA di SMPN 1 Purbolinggo. Sedangkan, pada tahap implementation, sumber
data adalah siswa kelas VII di SMPN 1 Purbolinggo.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan
29
sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengum-
pul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data. Instrumen yang diguna-
kan dalam penelitian ini yaitu:
1. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan pada tahap analysis dan development. Angket
pada tahap analysis digunakan untuk menganalisis kebutuhan program pembelajaran
IPA terpadu immersed berbasis proyek. Angket analisis kebutuhan program ini
ditujukan kepada siswa, berisi pertanyaan terkait metode pembelajaran yang pernah
digunakan pada materi pencemaran lingkungan dan PBP.
Tahap development menggunakan angket berupa instrumen validasi kesesuaian isi
dan konstruksi terhadap perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, serta
angket respon guru. Angket validasi kesesuaian isi disusun untuk mengetahui
kesesuaian indikator dengan KD, kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan tahap-
tahap PBP, kesesuaian indikator dalam mengukur keterampilan berpikir kreatif,
kesesuaian wacana yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran dengan konteks
materi, kesesuaian asesmen pretes postes untuk mengukur keterampilan berpikir
kreatif, dan kesesuaian lembar penilaian kinerja untuk mengukur keterampilan
berpikir kreatif. Angket ini dilengkapi kolom saran, dimana validator dapat me-
nuliskan saran atau masukan guna perbaikan produk.
Angket validasi konstruksi disusun untuk mengetahui konstruksi perangkat pem-
belajaran yang telah dikembangkan. Pada aspek konstruksi, terdapat penilaian ter-
hadap kelengkapan bagian-bagian penyusunan perangkat pembelajaran. Angket ini
30
dilengkapi kolom saran, dimana validator dapat menuliskan saran atau masukan guna
perbaikan produk.
Angket respon guru berisi pernyataan-pernyataan yang terkait dengan aspek kesesuai-
an isi dan konstruksi. Setiap pernyataan yang terdapat pada kedua aspek tersebut
sama dengan pernyataan yang tertuang dalam instrumen validasi ahli. Angket juga
dilengkapi dengan kolom saran atau masukan yang dimaksudkan untuk memberikan
ruang kepada guru untuk menuliskan saran atau masukan guna perbaikan produk.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan pada tahap analysis untuk menganalisis kebutuhan
program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek menurut guru. Pedom-
an wawancara terhadap guru disusun untuk mengetahui: 1) karakteristik model pem-
belajaran yang dilakukan dalam membelajarkan IPA; 2) pengetahuan tentang model
keterpaduan dan model PBP; 3) pengetahuan tentang keterampilan berpikir kreatif
siswa di sekolah.
3. Tes keterampilan berpikir kreatif
Tes keterampilan berpikir kreatif ini digunakan pada tahap implementation.
Instrumen ini berupa soal pretes-postes yang terdiri dari 5 butir soal uraian yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah
diterapkan program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek. Instrumen
ini telah divalidasi oleh 2 validator ahli dari aspek kesesuaian isi dan kontruksi.
31
4. Instrumen Asesmen kinerja
Instrumen asemen kinerja digunakan pada tahap implementation. Instrumen ini
berupa lembar penilaian kinerja siswa selama penerapan program pembelajaran IPA
terpadu immersed berbasis proyek. Instrumen ini telah divalidasi oleh 2 orang
validator ahli ditinjau dari aspek kesesuaian konstruksi dan isi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pemberian angket, wawancara,
tes dan pemberian instrumen asesmen. Pemberian angket dilakukan pada tahap
analysis untuk menganalisis kebutuhan program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek menurut siswa dan guru. Pemberian angket juga dilakukan pada
tahap development, yaitu angket validasi ahli dan angket respon guru terhadap
kesesuaian isi dan konstruksi perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Pemberian tes keterampilan berpikir kreatif dan instrumen asesmen kinerja
keterampilan dilakukan pada tahap implementation. Pada tahap ini, siswa mengerja-
kan soal pretes-postes. Selain itu, dilakukan penilaian kinerja keterampilan berpikir
kreatif selama proses pembelajaran.
E. Alur Penelitian
Alur penelitian dan pengembangan dapat dilihat pada Gambar 4.
32
Analisis Kebutuhan
Analisis Literatur Analisis Lapangan
Mengkaji teori tentang
pembelajaran terpadu
Wawancara guru SMP
di kecamatan
Analysis
immersed dan PBP Purbolinggo
Analisis KD keterpaduan Pengisian angket oleh
Analisis indikator
keterampilan berpikir
kreatif
128 siswa SMP di
Kecamatan
Purbolinggo
Rancangan Perangkat Program Pembelajaran IPA
Terpadu Immersed
Design
Penyusunan perangkat pembelajaran
(Draft I)
Revisi tidak valid
Uji validasi ahli
Development
Uji coba terbatas
(responden guru)
valid
Draft II
Draft III
Implementasi produk untuk
mengetahui efektivitas produk
Implementation
Evaluasi Pembelajaran Evaluation
Gambar 4. Alur pengembangan program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek
33
F. Langkah-langkah Penelitian
Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 2, maka dapat dijelaskan langkah-langkah
yang dilakukan pada penelitian sebagai berikut:
1. Analysis (Tahap Analisis)
Tahap analysis merupakan tahap persiapan untuk pengembangan program pem-
belajaran dengan tujuan untuk menghimpun data dan mengetahui kondisi yang ada
dilapangan. Tahap analysis ini bertujuan untuk mengetahui dan mengklarifikasi
apakah masalah kinerja siswa yang dihadapi memerlukan solusi berupa program
pembelajaran (Fadiawati & Fauzi, 2018). Selain itu, pada tahap ini juga bertujuan
untuk untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu di-
pelajari oleh siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Langkah tahap
analysis ini mencakup dua tahap, yaitu analisis lapangan dan analisis literatur.
Pada analisis lapangan, diperoleh gambaran mengenai model pembelajaran yang di-
gunakan oleh guru dalam proses pembelajaran; khususnya pada materi pencemaran
lingkungan dan bioteknologi dan keterampilan apa saja yang dilatihkan oleh guru;
gambaran tentang model keterpaduan dan model PBP; gambaran tentang pengetahuan
guru terhadap keterampilan berpikir kreatif. Analisis ini akan menghasilkan gambar-
an fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah, sehingga memudahkan untuk
menentukan langkah awal dalam pengembangan program pembelajaran IPA terpadu.
Pada tahap ini, diberikan angket kepada 128 siswa SMP kelas IX yang berasal dari
tiga sekolah di SMP negeri dan swasta yanng berada dikecamatan Purbolinggo dan
34
juga dilakukan dengan mewawancarai 5 (lima) guru IPA SMP di Kecamatan
Purbolinggo.
Analisis literatur pada tahap ini, menganalisis kompetensi dasar (KD) yang dapat
dibelajarkan secara terpadu pada pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis
proyek. Selain itu, dilakukan analsis indikator keterampilan berpikir kreatif yang
akan menghasilkan tugas atau keterampilan yang hendak diukur pada pembelajaran
ini.
2. Design (Tahap Perencanaan)
Tahap design adalah tahap menggunakan informasi yang diperoleh dalam tahap
analysis untuk membuat atau merancang kegiatan pembelajaran yang akan digunakan
pada program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek pengolahan
limbah kulit singkong. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari
menetapkan tujuan belajar, merancang kegiatan belajar mengajar, merancang media
pembelajaran, dan rubrik evaluasi hasil belajar. Rancangan model pembelajaran ini
masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya.
3. Development (Tahap Pengembangan)
Tahap development merupakan kegiatan reliasasi rancangan produk. Tahap ini
meliputi penyusunan kegiatan pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, pem-
buatan instrumen tes pretes-postes dan instrumen asesmen kinerja keterampilan.
Kegiatan pembelajaran disusun pada RPP yang menggunakan model immersed
berbasis proyek.
35
Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan
dengan karakteristik materi guna membantu siswa dalam pencapaian kompetensi
dasar, artinya pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan program pembela-
jaran IPA terpadu immersed berbasis proyek yang dikembangkan. Adapun media
yang digunakan dalam pengembangan program pembelajaran ini, yaitu Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD). Pada LKPD yang disusun, siswa diarahkan sesuai dengan
langkah-langkah PBP.
Instrumen tes pretes-postes disusun berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran,
yaitu untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa SMP sebelum dan sesudah
diterapkan program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek pengolahan
limbah kulit singkong. Indikator tes yang dikembangkan meliputi kemampuan untuk
mencetuskan banyak gagasan atau pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan
(fluency), kemampuan memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu per-
masalahan dan dapat mengambil alternatif solusi pemecahan suatu masalah
(flexibility), kemampuan untuk menghasilkan ide atau gagasan baru (originality), dan
kemampuan untuk mengembangkan atau menyempurnakan gagasan atau merinci
kelebihan atau kekurangan (elaboration).
Instrumen asesmen kinerja keterampilan disusun berdasarkan spesifikasi keterampil-
an berpikir kreatif yang hendak diukur. Instrumen ini bertujuan untuk mengukur
sejauh mana keterampilan yang dicapai siswa selama kegiatan pembejaran IPA
terpadu immersed berbasis proyek pengolahan limbah kulit singkong berlangsung.
36
Penilaian keterampilan ini terdiri dari 16 tugas yang masing-masing tugas memuat
indikator keterampilan berpikir kreatif seperti fluency, flexibility, originality dan
elaboration.
Hasil pengembangan perangkat pembalajaran pada tahap ini disebut sebagai Draft I.
Draft I produk terdiri atas RPP, LKPD, instrumen tes pretes-postes, intrumen
asesmen kinerja keterampilan. Perangkat pembelajaran yang telah dibuat (draft I)
divalidasi oleh 2 (dua) orang validator ahli untuk mengetahui kevalidan/kelayakan
perangkat yang dikembangkan pada program pembelajaran IPA terpadu immersed
berbasis proyek. Penilaian validasi terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan
pada program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek mencakup aspek
kesesuaian isi dan konstruksi. Selanjutnya, perangkat permbelajaran diperbaiki atau
direvisi sesuai dengan masukan/saran dari validator ahli sehingga menghasilkan
perangkat pembelajaran yang digunakan pada program pembelajaran yang baik.
Draft perangkat pembelajaran setelah direvisi berdasarkan masukan/saran dari
validator ahli disebut Draft II produk.
Setelah dihasilkan Draft II produk, dilakukan uji coba produk terbatas. Uji coba
produk terbatas bertujuan untuk mengetahui respon guru terhadap perangkat yang
dikembangkan pada program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek.
Pada uji coba produk, guru IPA diminta untuk memberikan respon mengenai aspek
kesesuaian isi dan konstruksi dengan mengisi angket respon guru dan memberikan
tanggapan terhadap pernyataan yang ada. Uji coba terbatas dilakukan di SMP Negeri
1 Purbolinggo. Selanjutnya, revisi dilakukan berdasarkan hasil respon guru terkait
37
aspek kesesuaian isi dn kontruksi. Draft perangkat pembelajaran setelah direvisi
berdasarkan hasil respon guru disebut draft III produk.
4. Implementation (Tahap Implementasi)
Implementation merupakan implementasi produk yang dikembangkan di kelas.
Tahap ini bertujuan untuk membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran yaitu
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP dan menjamin terjadi-
nya pemecahan masalah, yaitu limbah kulit singkong.
Implementasi produk dilakukan dengan pengambilan sampel melalui teknik
purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
yang didasarkan pada informasi mengenai keadaan populasi sebelumnya, dimana
peneliti berasumsi bahwa ahli yang mengetahui keadaan sampel dan populasi dapat
menggunakan pengetahuan mereka untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
itu representatif atau tidak (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2006). Dalam pelaksanaan,
guru bidang studi IPA memberikan informasi mengenai karakteristik siswa disekolah
tersebut untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Desain yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pretest-postest control group
design. Di dalam desain ini, peneliti menggunakan kelas eksperimen (diterapkan
program pembelajaran terpadu immersed berbasis proyek hasil pengembangan) dan
kelas kontrol dengan (diterapkan pembelajaran konvensional dengan model
pembelajaran yang biasa digunakan guru). Pada desain penelitian ini melihat
38
perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.
Tabel 4. Desain penelitian
Kelas Perlakuan
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 C O2
Keterangan:
O1 = pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
X = perlakuan kelas eksperimen menggonakan model terpadu immersed berbasis
proyek
O2 = postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
C = perlakuan kelas kontrol menggunakan konvensional
Sebelum diterapkan perlakuan, kedua sampel penelitian di berikan pretes (O1)
kemudian hasil pretes pada kedua sampel penelitian dicocokan secara statistik
melalui uji kesamaan dua rata-rata. Setelah itu, kedua sampel penelitian diundi untuk
menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya, pada kelas eksperimen
diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis
proyek dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Setelah kedua
kelas diterapkan pembelajaran, kedua kelas diberi postes (O2).
Setelah dilakuakn program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek
pengolahan limbah kulit singkong dikelas eksperimen, selanjutnya dilakukan
penilaian keterlaksanaan program pembelajaran yang diterapkan. Penilaian dilakukan
39
oleh satu orang guru IPA dengan cara pengisian lembar keterlaksanaan program
pembelajaran yang dikembangkan.
5. Evaluation (Tahap Evaluasi)
Tahap evaluasi bertujuan untuk melihat apakah program pembelajaran yang sedang
dikembangkan berhasil, sesuai denga harapan awal atau tidak. Pada tahap evaluasi
dilakukan evaluasi terhadap nilai pretes-postes keterampilan berpikir kreatif yang
ditinjau dari n-gain dan effect size untuk mengetahui seberapa besar dampak yang
diberikan program pembelajaran IPA terpadu immersed untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa.
G. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Hasil Wawancara pada Studi Pendahuluan
Setelah dilakukan tahap studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap
guru IPA dan pemberian angket siswa terhadap tiga sekolah di SMP/MTs
Purbolinggo, hasil jawaban diolah untuk memperoleh hasil keseluruhan dari jawaban
guru dan siswa (responden). Adapun teknik analisis data pada tahap ini adalah:
a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan per-
tanyaan wawancara dan angket.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk
memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban.
c. Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya persentase
setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis
40
in
sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban
responden setiap item adalah sebagai berikut:
% J = =∑Ji
N
x 100% (Sudjana, 2005).
Keterangan: %J in = Persentase pilihan jawaban-i
∑Ji = Jumlah responden yang menjawab jawaban-i
N = Jumlah seluruh responden
d. Menjelaskan hasil penafsiran persentasi jawaban responden dalam bentuk
deskriptif naratif.
2. Teknik Analsis Data Hasil Validasi Ahli Dan Respon Guru
Teknik analisis data hasil validasi ahli dan respon guru terhadap perangkat
pembelajaran dilakukan dengan cara berikut:
a. Mengkode dan mengklasifikasikan data, bertujuan untuk mengelompokkan
jawaban berdasarkan pertanyaan angket.
b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk
memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban
berdasarkan pernyataan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).
c. Memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam angket
dilakukan berdasarkan skala Likert 4 dan skala Likert 2.
Tabel 5. Penskoran pada angket validasi kesesuaian isi berdasarkan Skala Likert 4
No. Pilihan Jawaban Skor
1. Sangat Setuju (SS) 4
2. Setuju (ST) 3
3. Kurang Setuju (KS) 2
4. Tidak Setuju (TS) 1
41
Tabel 6. Penskoran pada angket validasi konstruksi berdasarkan Skala Likert 2
No. Pilihan Jawaban Skor
1. Ya 2
2. Tidak 1
d. Mengolah jumlah skor jawaban responden. Pengolahan jumlah skor (∑S) jawaban
angket validasi kesesuaian ini adalah sebagai berikut:
1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)
Skor = 4 x jumlah responden yang menjawab SS
2) Skor untuk pernyataan Setuju (ST)
Skor = 3 x jumlah responden yang menjawan ST
3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS)
Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab KS
4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS)
Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab TS
Pengolahan jumlah skor (∑S) jawaban angket validasi konstruksi dan kesesuaian
isi adalah sebagai berikut:
1) Skor untuk pernyataan “Ya”
Skor = 2 x jumlah responden yang menjawab Ya
2) Skor untuk pernyataan “Tidak”
Skor = 1 x jumlah responden yang menjawab Tidak
e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap pertanyaan dengan
menggunakan rumus:
% Xin = ∑S
Smaks
x 100 % (Sudjana, 2005)
42
Keterangan: % Xin = Persentase jawaban responden pada angket
∑S = Jumlah skor jawaban
Smaks = Skor maksimum yang diharapkan
f. Menghitung rata-rata persentase jawaban setiap angket untuk mengetahui tingkat
kesesuaian isi dan konstruksi perangkat pembelajaran IPA terpadu yang
dikembangkan dengan rumus sebagai berikut:
%Xi = ∑ %Xin
n
(Sudjana, 2005)
Keterangan: %Xi = rata-rata persentase jumlah terhadap pernyataan pada
angket
∑%Xin = jumlah persentase jawaban terhadap semua pernyataan
pada angket
n = jumlah pernyataan pada angket
g. Menafsirkan rata-rata persentase angket dengan menggunakan tafsiran Arikunto
(2012) berdasarkan Tabel 7.
Tabel 7. Tafsiran persentase angket
Persentase Kriteria
80,1% - 100% Sangat tinggi
60,1% – 80% Tinggi
40,1% – 60% Sedang
20,1% – 40% Rendah
1,0% – 20% Sangat rendah
h. Menafsirkan kriteria validasi analisis persentase produk hasil validasi ahli dengan
menggunakan tafsiran Arikunto (2012) berdasarkan Tabel 8.
43
Tabel 8. Kriteria validasi analisis persentase
Persentase Tingkat Kevalidan Keterangan
76 – 100 Valid Layak/tidak perlu direvisi
51 – 75 Cukup valid Cukup layak/revisi sebagian
26 – 50 Kurang valid Kurang layak/revisi sebagian
< 26 Tidak valid Tidak layak/revisi total
3. Teknik Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Pretes/Postes Untuk
keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya
memenuhi kriteria validitas tinggi dan reliabilitas tinggi. Untuk mengetahui
karakteristik kualitas tes yang dgunakan tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan
validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas soal tes dapat dilakukan
dengan menggunakan program microsoft excel. Teknik uji validitas dan reliabilitas
soal tes dilakukan sebelum soal digunakan untuk pretes dan postes, adapun cara yang
dilakukan untuk mengetahui validitas soal tes, yaitu:
a. Mencari korelasi product moment dengan rumus.
N ∑XY-(∑X)(∑Y) r =
√{∑X2-(∑X)2}{N∑Y2-(∑Y)
2
(Arikunto, 2010)
Keterangan: r = nilai validitas
N = jumlah peserta tes
∑X = jumlah skor total tes
∑Y = jumlah skor total kriterium (pembanding)
Soal dikatakan valid jika jika rhitung ≥ rtabel dengan taraf signifikan 5%. Instrumen
yang diuji validitasnya pada penelitian ini yaitu instrumen soal keterampilan
berpikir kreatif siswa dengan mengujikannya kepada siswa kelas X SMA Negeri 1
Purbolinggo.
44
ℴ
∑ℴ t
∑X − ∑X
b. Menentukan taksiran validitas soal (product moment) berdasarkan Tabel 9.
Tabel 9. Makna koefisien korelasi product moment.
Angka Korelasi Makna
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup tinggi
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2010)
Kemudian, uji reliabilitas soal tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
alpha cronbach. Sebagai berikut:
r11 = ( n
) (1 - n-1
2 𝑡
2 𝑡
) dan ℴ2 =
2 2 t t N
N
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas
n = jumlah butir soal
1 = bilangan konstanta
2
∑ot = jumlah varian skor
Xt2 = varian total
c. Menafsirkan mutu reliabilitas berdasarkan Tabel 10.
Tabel 10. Tafsiran reliabilitas soal
Reliabilitas Soal Keterangan
0,80 < r11≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Reliabilitas Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Reliabilitas Sedang
0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas Rendah
0,00 < r11≤ 0,20 Tidak Reliable
(Arikunto, 2010)
45
4. Teknik Analisis Lembar Observasi Keterlaksanaan Program Pembelajaran
Lembar observasi program pembelajaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar
keterlaksanaan program yang telah dijalankan. Teknik analisis ini dilakukan dengan
cara menghitung persentasi jawaban lembar observasi pada setiap pernyataan dengan
menggunakan rumus:
% Xin = ∑S
Smaks
x 100 % (Sudjana, 2005)
Keterangan: % Xin = Persentase jawaban responden pada lembar observasi
∑S = Jumlah skor jawaban
Smaks = Skor maksimum yang diharapkan
Selanjutnya menafsirkan rata-rata persentase lembar observasi dengan menggunakan
tafsiran Arikunto (2012) berdasarkan Tabel 11.
Tabel 11. Tafsiran persentase angket
Persentase Kriteria
80,1% - 100% Sangat tinggi
60,1% – 80% Tinggi
40,1% – 60% Sedang
20,1% – 40% Rendah
1,0% – 20% Sangat rendah
5. Teknik Analisis Data Skor Hasil Pretes dan Postes
Nilai pretes dan postes digunakan untuk mencari n-gain guna mengetahui seberapa
besar peningkatan keterampilan berpikir kreatif.
46
a. Menghitung nilai pretes dan postes siswa
Nilai pretes atau postes dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Peserta didik = Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal
×100%
b. Menghitung n-gain ternormalisasi
Tujuan adanya perhitungan n-gain ternormalisasi yaitu untuk mengetahui besarnya
peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa. Menurut Hake, besarnya
peningkatan dihitung dengan rumus n-gain (normalized gain), yaitu:
n-Gain = Nilai postes-nilai pretes
Nilai maksimal-nilai pretes
Hasil perhitungan n-gain kemudian dikategorikan dengan menggunakan klasifikasi
sebagaimana Tabel 12.
Tabel 12. Kategori n-gain
Besarnya n-gain Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g ≤0,3 Rendah
(Hake, 1998)
H. Effect Size
Effect size merupakan besarnya perbedaan rata-rata antara dua kelompok intervensi
(kontrol dan eksperimen). Effect size penting untuk dicari karena p value hanya
menginformasikan ada tidaknya efek/dampak, sedangkan effect size dapat meng-
informasikan besarnya ukuran dampak (Sullivan & Feinn, 2012). Dalam hal ini,
besarnya ukuran sampel yang diambil juga perlu diperhatikan karena semakin besar
ukuran sampel yang diambil, maka kesimpulan yang didapatkan semakin menggam-
47
g
barkan keadaan populasi yang sebenarnya (errornya semakin kecil). Effect size di-
hitung menggunakan rumus Cohen sebagai berikut:
2 2
Cohen’s d = X 1 - X 2
S
dimana S2 =
( n1- 1)s1+ (n2− 1)s2
n1+ n2− 2
Keterangan:
X 1
X 2
= rata-rata postes kelas eksperimen
= rata-rata pretes kelas kontrol
Sg = standar deviasi
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
S1 = standar deviasi kelas eksperimen
S2 = standar deviasi kelas kontrol
Hasil perhitungan effect size dikategorikan dengan menggunakan klasifikasi Tabel 13.
Tabel 13. Interpretasi effect size
Cohen’s Standard Effect Size
Large 0,6 – 2,0
Medium 0,3 – 0,5
Small 0,0 – 0,2
(Cohen, Manion, & Marrison, 2007).
I. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan uji t’ dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji
normalitas adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
48
t
2 1
Uji normalitas dengan menggunakan Chi-Kuadrat dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Mencari nilai terbesar dan nilai terkecil
2. Mencari nilai rentang (r)
3. Mencari banyak kelas (k) dengan rumus:
k = 1 + 3,3 log n
4. Mencari panjang kelas (p) dengan rumus :
p = rentang (r) banyak kelas (k)
5. Membuat tabel distribusi frekuensi
6. Mencari rata-rata (mean)
7. Mencari simpangan baku
8. Mencari nilai Z menggunakan batas bawah dan batas atas kelas interval dengan
rumus:
Zi = xi - x
s
9. Mencari Chi-Kuadrat hitung
Selanjutnya membandingkan nilai χ2hitung dengan χ2
tabel dengan kriteria uji pada taraf
signifikansi 0,05 jika χ2hitung < χ2
abel maka terima H0 dan untuk hal lainnya H0
ditolak.
b. Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok
sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Rumusan hipotesis:
Ho :
2 2
= sampel mempunyai variansi yang homogen
49
1
2
S
S
S
S
2
1
2
H1 : 2 2 = sampel mempunyai variansi yang tidak homogen
1 2
Keterangan:
𝜎2
𝜎2
: varians nilai kelompok 1
: varians nilai kelompok 2
Statistika untuk menguji homogenitas yaitu menggunakan uji F adalah:
2
𝐹ℎ𝑖� � 𝑛𝑔 = 1 2
Keterangan :
2 : varians terbesar
2 : varians terkecil
Kriteria uji, tolak Ho hanya jika Fhitung F ½(1 , 2) dan tolak sebaliknya
(Sudjana, 2005).
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata n-gain
keterampilan berpikir kreatif di kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan
rata-rata n-gain keterampilan berpikir kreatif di kelas kontrol.
Rumusan hipotesis:
Ho : µ1x ≠ µ2x : Rata-rata n-gain postes keterampilan berpikir kreatif dikelas
eksperimen lebih rendah daripada rata-rata n-gain postes
keterampilan berpikir kreatif dikelas kontrol.
50
H1 : µ1x= µ2x : Rata-rata n-gain postes keterampilan berpikir kreatif dikelas
eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata n-gain postes keterampilan
berpikir kreatif dikelas kontrol.
Keterangan:
µ1 = Rata-rata postes keterampilan berpikir kreatif dikelas eksperimen
µ2 = Rata-rata postes keterampilan berpikir kreatif dikelas kontrol
Langkah-langkah ujinya sama dengan langkah uji t pada uji persamaan dua rata-rata
dengan kriteria uji terima Ho jika thitung < t(1-α) dengan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0
untuk harga t lainnya. Selanjutnya mencari harga ttabel pada tabel distribusi t dengan
taraf signifikan 0,05 lalu membandingkan harga thitung dengan ttabel dan menarik
kesimpulan.
86
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan program pembelajaran IPA terpadu immersed ber-
basis proyek pengolahan limbah kulit singkong yang bertujuan untuk meningkat-
kan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP. Adapun rincian kesimpulan yang
diperoleh berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Perangkat program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek
pengolahan limbah kulit singkong untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa dinyatakan valid dengan kriteria “sangat tinggi”.
2. Program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek hasil
pengembangan mendapatkan respon baik dari guru dengan kriteria “sangat
tinggi”.
3. Program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek pengolahan
limbah kulit singkong sudah terlaksana dengan baik dengan kriteria keter-
laksanaan “sangat tinggi”.
4. Program pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek hasil
pengembangan dinyatakan efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa ditinjau dari peningkatan n-gain pada kelas eksperimen dan nilai
effect size sebesar d = 1,006 dengan kategori large.
87
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Bagi calon peneliti lain hendaknya memperhatikan ketersedian buku-buku
pendukung dan akses jaringan internet ketika hendak menerapkan program
pembelajaran IPA terpadu immersed berbasis proyek karena pembelajaran
berbasis proyek menuntut siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Ditjen Dikti
Depdiknas.
Akanbi T.O., Nazamid., & Adebowale, A.A. (2009). Fungctional and Pasting
Properties of a Tropical Breadfruit (Artocarpus altilis) Starch from Ile-Ife,
Osun State, Nigeria. 2009. International Food Research Journal 16 :151-
157.
Akhadiarto, Sindu. (2010). Pengaruh Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Dalam
Pembuatan Pelet Ransum Unggas. Jurnal Teknik Lingkungan, 11(1), 127-
138.
Al-Suleiman, N. (2009). Cross-cultural studies and creative thinking abilities.
Journal of Education and Psycologic Science, 1(1), 42-29.
Ananda, Rusydi & Abdillah. (2018). Pembelajaran terpadu (karakteristik,
landasan, Fungsi, Prinsip dan Model). Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPI)
Anjarsari, Putri. (2013). Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu
(Implementasi Kurikulum 2013). Diunduh di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pengabdian/putri-anjarsari-ssi-
pd/pengembangan-pembelajaran-ipa-terpadu-implementasi-kurikulum-
2013.pdf
Arends, R. I., & Kilcher, A. (2010). Teaching for Student Learning; Becoming an
Accompilished Teacher. New York, NY: Routhledge.
Arifin. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
UPI. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
89
Bacanli, H., DombaycI, M. A., Demir, M., & Tarhan, S. (2011). Quadruple
Thinking: Creative Thinking. Procedia Social and Behavioral Sciences,
12(1), 536-544.
Baharuddin., & Wahyuni., E. N. (2008). Teori Belajar dan pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Barlia, Lily. (2004). Empat Metode Perubahan Hasil Belajar (Extinction,
Replacement, Rearrangement, & Addition). Jurnal Ilmu Pendidikan
Pedagogia, 2(1), 57-71.
Bell, S. (2010). Project-based learning for the 21st century for the future. Taylor
&Francis Group, 83(2), 39-43.
Bilgin, I., Karakuyu, Y., & Ay, Y. (2015). The effect of project-based learning on
undergraduate students’achievement and self efficacy beliefs towards
science teaching. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and
Technology Education, 11(3), 469-477.
Busairi, AM. dan Wikanastri H., (2009), Pengkayaan Protein Kulit Umbi Ubi
Kayu melalui Proses Fermentasi : Optimasi Nutrien Substrat
MenggunakanResponse Surface Methodology. Prosiding. ISBN 978-979-
98300-1-2.
Bybee, R. W. (2013). The Case for STEM Education – Challenges and
Opportunities. NSTA Press, Virginia.
Cheng, V.M.Y. (2010). Teaching Creative Thinking In Regular Science Lessons:
Potentials And Obstacles Of Three Different approaches in an Asian
context. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11(1),
Article 17, p.1.
Cheung, Lawrence. (2016). Using the ADDIE Model of Instructional Design to
Teach Chest Radiograph Interpretation. Diunduh di
https://www.hindawi.com/journals/jbe/2016/9502572/abs/
Christmas, D., C. Kudzai & M. Josiah. (2013). Vygotsky’s Zone of Proximal
Development Theory: What are its Implications for Mathematical
Teaching?. Greener Journal of Social Sciences, Vol. 3(7): 371-377.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research Methods in Education
(6th ed.). London, New York: Routllege Falmer.
Colley, K. (2008). Project-Based Science Instruction: A Primer. Science Teacher.
75 (8): 23-28.
Confrey, J. (1985). What Constructivism Implies for Teaching. In R. Davis, C.
Maher & N. Noddings (Eds). Contructivist Views on the Teaching and
90
Learning Mathematics. National Council of Teacher of Mathematics,
Reston, VA. Pp. 107-142.
Corebima, A, D. (2016). ―Pembelajaran Biologi di Indonesia Bukan untuk
Hidup. Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Proceeding
Biology Education Conference, 13(1), 8-22.
Coughlan, A. (2007). Learning To Learn : Creative Thinking and Critical
Thinking. DCU Student Learning Resources.
Darmawan. (2006). Pengaruh Kulit Umbi Ketela Pohon Fermentasi terhadap
Tampilan Kambing Kacang Jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan,
9(2), 115-122.
Devendra, C. (1977). Cassava as a Feed Source for Ruminants. In: Nestle B. And
Graham, M.Cassava as Animal Feed. IDRC.Canada.
Diawati, C., Liliasari, Setiabudi, A., & Buchari. (2017). Students’ construction of
a simple steam distillation apparatus and development of creative thinking
skills: A project-based learning. MSCEIS 2016, 1-6.
. (2018). Using project-based learning to design, build, and test
student-made photometer by measuring the unknown concentration of
colored substances. Journal of Chemical Education, 95(3), 468-475.
Dick, W and L. Carey, J. O. Carey. (1996). The systematic Design of Instruction.
Fourth Edition: Harper Collins College Publisher.
Djaeni, A. (1987). Ilmu Gizi Jilid 2. Jakarta: Dian Rakyat.
Dwi, Redza. P., Rinanto, Yudi., Dwiastuti, Sri., & Irfa’i, Irwan. (2016). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri
Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Proceeding Biology
Education Conference, 13(1), 330-334.
Fadiawati, N. & Fauzi, M.M. (2018). Perancangan pembelajaran kimia.
Yoyakarta: Graha Ilmu.
Fauziyah, Y. N,. (2011). Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada
pembelajaran IPA. Jurnal Edisi Khusus, 98-106 .
Fatmawati, B., Rustaman, N.Y., & Redjeki, S. (2011). Menumbuhkan
keterampilan berpikir kreatif mahasiswa melalui pembelajaran berbasis
proyek pada konsep fermentasi, Prosiding Seminar Biologi, 1(1).
91
Fogarty, R. (2009). How to Integrate the Curricula Third Edition. New York :
Corwin A Sage Company.
Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2006). How to design and evaluate
research in education. New Yowk: McGraw-Hill.
Gṻlbahar, Y., & Tinmaz, H., (2006). Implementing project-based learning and e-
portofolio assessment in an undergraduate course. Journal of Research on
Technology in Education, 38(3), 309-327.
Hake, R.R. (1998). Interactive-engangement versus traditional methods: A six
thousands-student survey of mechanics test data for introductory physics
courses. American Journal of Physics, 66(1), 64-74.
Hayati, M.N., Supardi, K.I. & Miswadi, S.S.(2013). Pengembangan Pembelajaran
IPA SMK dengan Model Kontekstual Berbasis Proyek untuk Meningkatkan
Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa, Jurnal Pendidikan
Program Studi IPA FMIPA UNNES Semarang, 2(1), 53-58.
Huda, C. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Treffinger
pada Materi Pokok Keliling dan Luas Persegi Panjang (online). Diunduh di
http://digilib.sunanampel.ac.id/.
Ilham, Lukman. (2010). Peningkatan Kompetensi Guru: melalui pelatihan dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakata: kencana Prenada media Grup
Ilmi, Miftakhul S.P., Anwar, A.M., Solichin, Mujianto., & Amrulloh. (2018).
Efektivitas Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Model Immersed untuk
Meningkatkan Respons Belajar Mahasiswa PGMI. Jurnal Manajemen dan
Pendidikan Islam, 4(1), 91-102.
Kim, K. H. (2006a). Can We Trust Creativity Tests? A Review of the Torrance
Tests of Creative Thinking (TTCT). Creativity Research Journal, 18(1), 3-
14.
Kokotsaki, D., Menzies, V., & Wiggins, A. (2016). Project-based learning: A
review of the literature. Improving Schools, 19(3), 1-11.
Kosasih, E. (2014). Strategi belajar dan pembelajaran: implementasi kurikulum
2013. Bandung: Yrama Widya.
Lestari, S. (2013). Pemahaman siswa SMP pada pembelajaran terhubung
(connected teaching) untuk konsep pencemaran lingkungan. Diunduh di
repository.upi.edu/3287/4/S_BIO_0908888_CHAPTER1.pdf.
92
Lubis, T. (2015). Penerapan Strategi Penugasan Proyek untuk Mengetahui
Peningkatan Penguasaan Konsep dan Profil Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa. Science Education Journal, 3(5): 127-133.
Mardhiyana, Dewi & Endah, Octaningrum., W. S. (2018). Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Kreatif dan Rasa Ingin Tahu melalui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Biologi, 2(5).
Mariyam. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
SMP. In Pros Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM (pp. 1112-1119).
Martin Prosperity Intitute. (2015). Global Creativity Index (GCI). [online].
Diunduh di
http://martinprosperity.org/media/Global-Creativity-Index-2015.pdf
Mihardi, S., Harahap, M. B., & Sani, R. A. (2013). The Effect of Project Based
Learning Model with KWL Worksheet on Student Creative Thinking
Process in Physics Problems. Journal of Education and Practice, 4(25),
188–200.
Mulhayatiah, Diah. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa. EDUSAINS.
Vol 6(1): 18-22.
Munandar, Utami. (2012). Mengembangkan bakat dan Kreativitas Anak. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Narsito. (2000). Kiat Menggali Kreativitas.Yokyakarta: Mitra Gama Widya.
Nasrin, M., Amitava, D., & Grace, O,. (2014). The Design and Implementation of
an Educational Multimedia Mathematics Softwere: Using ADDIE to Guide Instructional System Design. The Journal of Applied Instructional Design.
Vol. 4(1): 37-49.
National Science Teacher Assosiation. (2003). Standars for science teacher
preparation. Diunduh di
https://www.nsta.org/preservice/.../NSTAstandards2003.pdf.
Ni’mah, L.H., Saptorini, & Pamelasari, S.D. (2013). Pengembangan LKS IPA
terpadu berbasis permainan edukatif tema gerak tumbuhan dan faktor yang
mempengaruhi untuk siswa SMP. Unnes Science Education Journal, 2(1),
149-156.
Nizar, A, R. (2014). Konstruktivisme dan Pembelajaran Matematika. Jurnal
Darul Ilmi, 2(2), 61-76.
93
Nurisalfah, Resti., Fadiawati, Noor., & Jalmo, Tri. (2018). Enhancement of
students’ creative thinking skills on mixture separation topic using project
based student worksheet. Journal of Physics: Conference Series, 1013(1).
1-8, ISSN 1742-6596.
Prakoso, A, S., Suwarna, I, R., & Purwanto. (2016). Profil Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa pada Pembelajaran IPA Berbasis STEM. Prosiding SNIPS
2016. 54-59.
Pramudita, W.S., Hidayat, Arif., & Kusairi, Sentot. (2018). Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa SMA dalam Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl)
pada Materi Fluida Statis. Jurnal Pendidikan, 3(6), 751-757.
Prasetrowati, Novianty., A.P., & Haryuni., M. R. (2014). Pembuatan Asap Cair
dari Limbah Kulit Singkong (Manihot Esculenta L. Skin) untuk Bahan
Pengawet Kayu. Jurnal Teknik Kimia. 1(20): 64-75.
Raniah, D., Efendi, R., & Liliawati, W. (2018). Profil Keterampilan Abad 21 pada
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Materi Gelombang Bunyi
dalam Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa Melalui
Pendidikan dan Penelitian Fisika Prosiding dari Seminar Nasional Fisika.
(pp. 19-24). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Razali, Faaizah. (2015). The Development of Online Project Based Collaborative
Learning using ADDIE Model. Elsevier- Social and Behavioral
Sciences.195. (1803-1812).
Sambada, D. (2012). Peranan Kreativitas Siswa terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Fisika dalam Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Aplikasinya (JPFA), 2(2), 37-47.
Sandi, Sofia. (2010). Kandungan Serat Kasar Kulit Bagian dalam Singkong yang
Mendapat Perlakuan Bahan Pengawet Selama penyimpanan. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia, Vol. 5(2): 123-128.
Shabani, K. (2010). Vygotsky's Zone of Proximal Development: Instructional
Implications and Teachers' Professional Development. International Journal
of Eduactional, 3(4).
Slavin, Robert. (1994). Educational Psychology: Theories and Practice. Fourth
Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Subakti, Y.R., (2010). Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis
Konstruktivisme. SPSS, 24 (1), 1-23.
Sudarmin. (2015). Model Pembelajaran Inovatif Kreatif. Universitas Negeri
Malang. Malang.
94
Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: PT. Tarsito.
Sulilivan, G, M., & Feinn, R. (2012). Ussing efferct size why the P value is not
enough. Journal of graduate medical education. 4(3), 279-282.
Sumiyadi., Kamadi, I.S., & Masturi. (2014). Pengembangan Perangkat Pem-
belajaran IPA Berbasis Inkuiri Dan Berwawasan Konservasi. JISE (Journal
of Innovative Science Education), 4 (1), 1-8.
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius.
Jakarta.
Supriyati, Eka., Octaviana, I. S., Dwi, Y. P., Lintang, S. S., & Baskoro, A. P.
(2018). Profil Ketreampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Swasta di Sragen
pada Materi Sistem Reproduksi. BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi,
11 (2): 72-78.
Suryadi, D., & Herman, T. (2008). Eksplorasi Matematika Pembelajaran
Pemecahan Masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana
Susilowati. (2013). Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP dalam
Kurikulum 2013. Makalah Diklat Pengembangan Student worksheet
integrated science bagi guru SMP/MTs, 24 dan 31 Agustus 2013 Sleman,
Jawa Tengah.
Sutirman. (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syahrir. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran matematika smp untuk
meningkatkan kemampuan berpkir kreatif. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 2(1), 436-441.
Thomas, J.W. (2000). A Review of Research of PBL. Vol.2. [Online] Diunduh di:
http://www.bobpearlman.org/BestPr actices/PBLResearch.pdf.
Torrance, E.P. (1974). Torrance Test of Creative Thinking. Scholastic Testing
Service, Inc
Trianggono, M. M. (2017). Analisis Kausalitas Pemahaman Konsep dengan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pemecahan Masalah. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 3(1), 1-12.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Trianto. (2013). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik . Jakarta:
Kencana.
95
Widjaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan
Abad 21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era
Global. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Vol. 1(1) :
263-278.
Wikanastri, H., Utama, C. S., & Suyanto, Agus. (2012). Aplikasi Proses
Fermentasi Kulit Singkong Menggunakan Starter Asal Limbah Kubis dan
Sawi pada Pembuatan Pakan Ternak Berpotensi Probiotik. Seminar Hasil-
hasil Penelitian – LPPM UNIMUS. 281-288.
Yaumi, Muhammad. (2013). Prinsip-prinsip Desain pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
top related