peningkatan kemampuan praktik dan hasil belajar …
Post on 28-Oct-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN
HASIL BELAJAR KOGNITIF MELALUI
METODE P3 KELAS VII B SMP 19 SEMARANG
Indriyati
SMP Negeri 19 Semarang
indriyatiibrahim@yahoo.com
Abstrak
P3 adalah kepanjangan dari Praktikum Pengamatan Plus.
Kemampuan melakukan praktik dan hasil belajar peserta
didik kelas VII B SMP Negeri 19 Semarang Tahun pelajaran
2015-2016 rendah. Rumusan masalah penelitian ini,
bagaimana dan seberapa banyak penerapan metode
praktikum pengamatan plus dapat meningkatkan
kemampuan melakukan praktik dan hasil belajar kognitif
IPA materi Klasifikasi Makhluk Hidup di kelas VII B.
Penelitian terdiri dari dua siklus, siklus satu menggunakan
metode praktikum pengamatan, siklus kedua menggunakan
metode praktikum pengamatan plus. Metode Praktikum
Pengamatan Plus adalah proses pembelajaran yang
melibatkan peran aktif peserta didik untuk melakukan
percobaan yang didominasi dengan kegiatan pengamatan
pada objek secara langsung ke materi praktik sesuai dengan
tujuan pembelajaran dengan penambahan tugas untuk
menunjang kemampuan melakukan praktik dan hasil
belajar kognitif, sehingga hasil yang diperoleh lebih
memuaskan. Kemampuan melakukan praktik meningkat
dari prasiklus 72,84 menjadi 73,81 pada siklus I, 84,81 pada
siklus II. Hasil belajar meningkat dari prasiklus 52,62
menjadi 66,75 pada siklus I, 82,25 pada siklus II.
Kata Kunci: Kemampuan Praktik, Hasil Belajar, Praktikum.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 146
Abstract
P3 is an extension of the Plus Observation Practice. Ability to
practice and learning outcomes of students of class VII B SMP
Negeri 19 Semarang Lesson 2015-2016 low. The research
problem consists of two cycles, one cycle using observational
practicum method, the second cycle using the method plus
observational observations. Plus Observation Practice Method
is a learning process that involves the active role of learners
to conduct experiments that are dominated by observation
activities on the object directly to the material practice in
accordance with the objectives of learning with the
addition of tasks to support the ability to practice and
cognitive learning outcomes, so the results obtained more
satisfying. The ability to practice increased from prasiklus
72.84 to 73.81 in cycle I, 84.81 in cycle II. Learning outcomes
Increase from prasiklus 52.62 to 66.75 in cycle I, 82.25 in
cycle II.
Keywords: Ability Practice, Learning Outcomes, Practicum.
A. PENDAHULUAN
Kualitas pembelajaran IPA di kelas VII B SMP 19 Semarang
tahun ajaran 2015–2016 pada materi sebelumnya, yaitu klasifikasi
materi belum sesuai yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai rata-rata kemampuan praktik sebesar 72,84 dan Ulangan
Harian kondisi awal adalah 52,62. Nilai tersebut berada dibawah
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM = 75). Walaupun guru
sudah memakai metode praktikum, akan tetapi hasil yang
diperoleh belum memenuhi KKM. Hal ini dikarenakan peserta
didik menerima LKS dari guru pada saat proses pembelajaran,
sehingga peserta didik kurang memiliki kesiapan dalam
menjalankan praktikum. Hal ini terlihat dengan adanya beberapa
peserta didik tidak membawa alat dan bahan praktikum. Secara
teoritis, jika peserta didik memiliki kesiapan materi, alat dan
bahan praktikum. Oleh karena itu peneliti sebagai guru sekaligus
fasilitator memilih menggunakan metode praktikum pengamatan
plus untuk menyampaikan materi
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 147
Klasifikasi Makhluk Hidup peserta didik kelas VII B SMPN 19
Semarang tahun pelajaran 2015-2016.
Menurut Djamarah & Zain (2002: 95) memberi pengertian
bahwa metode praktikum adalah proses pembelajaran dimana
peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti
proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi
yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya sehingga
dapat menjawab pertanyaan yang didapatkan melalui pengamatan
induktif. Metode praktikum pengamatan plus merupakan proses
pembelajaran yang melibatkan peran aktif peserta didik untuk
melakukan percobaan yang didominasi dengan kegiatan
pengamatan pada objek secara langsung ke materi praktik sesuai
dengan tujuan pembelajaran dengan penambahan tugas tiap
siklusnya untuk menunjang kemampuan melakukan praktik dan
hasil belajar kognitif, sehingga hasil yang diperoleh lebih
memuaskan. Metode praktikum pengamatan plus dapat
mengembangkan berbagai kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
melakukan praktik (psikomotorik) dan hasil belajar (kognitif)
peserta didik. Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, maka
tujuan penelitian ini adalah: (a) untuk mengetahui proses
penerapan metode praktikum pengamatan plus dapat
meningkatkan kemampuan melakukan praktik materi Klasifikasi
Makhluk Hidup di kelas VII B SMP Negeri 19 Semarang; (b) untuk
mengetahui proses penerapan metode praktikum pengamatan
plus dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan konsep
Klasifikasi Makhluk Hidup di kelas VII B SMP Negeri 19 Semarang;
(c) untuk mengetahui hasil penerapan metode praktikum
pengamatan plus dapat meningkatkan kemampuan melakukan
praktik dan hasil belajar IPA materi Klasifikasi Makhluk Hidup di
kelas VII B SMP Negeri 19 Semarang.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 19 Semarang pada
Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016, tepatnya pada bulan
September sampai November 2015 dengan subjek penelitian ini
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 148
adalah Kelas VII B, dengan jumlah peserta didik 32 orang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan ada dua, yaitu teknik tes dan
teknik kinerja (proses, dan produk). Tes digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta didik setelah
proses pembelajaran dengan metode praktikum pengamatan plus.
Kinerja digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan
melakuka praktik peserta didik.
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. Setiap
siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi (pengamatan dan evaluasi) dan refleksi.
Tindakan yang dilakukan pada prasiklus, siklus I, dan siklus
II, antara lain sebagai berikut:
Tabel 1. Tindakan Penelitian
Prasiklus Siklus I Siklus II
Tindakan:
Dalam pembelajaran
IPA, guru
menggunakan
pembelajaran dengan
metode praktikum:
1. Guru memberikan
prolog berupa
penjelasan materi
yang sedang
dibahas.
2. Guru membagi
peserta didik
menjadi 10
kelompok.
3. Guru membagikan
LKS kepada
peserta didik.
4. Peserta didik
menyiapkan alat
dan bahan
praktikum,
Dalam
pembelajaran
IPA, guru sudah
menerapkan
pembelajaran
melalui metode
praktikum
pengamatan
dengan:
1. Guru
memberikan
prolog berupa
penjelasan
materi yang
sedang
dibahas.
2. Guru
membagi
peserta didik
menjadi 10
kelompok.
Dalam pembelajaran
IPA, guru sudah
menerapkan
pembelajaran melalui
metode praktikum
pengamatan plus
dengan:
1. Guru memberikan
LKS untuk
dilengkapi dengan
herbarium dan
kliping pada akhir
pertemuan siklus I.
2. Guru memberikan
prolog berupa
penjelasan materi
yang sedang
dibahas.
3. Guru membagi
peserta didik
menjadi 10
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 149
sedangkan guru
bersama observer
berkeliling
mengecek dan
menilai kesiapan
alat dan bahan
praktikum.
5. Guru dan observer
berkeliling
mengecek
kesiapan, dan
aktivitas peserta
didik dalam
praktikum untuk
memperoleh nilai
kemampuan
melakukan
praktik.
6. Peserta didik
mengerjakan LKS.
7. Peserta didik
mengerjakan soal
ulangan harian
sebagai nilai hasil
belajar prasiklus.
3. Guru
membagikan
LKS kepada
peserta didik.
4. Peserta didik
menyiapkan
alat dan bahan
praktikum,
sedangkan
guru bersama
observer
berkeliling
mengecek dan
menilai
kesiapan alat
dan bahan
praktikum.
5. Guru dan
observer
berkeliling
mengecek
kesiapan, dan
aktivitas
peserta didik
dalam
praktikum
untuk
memperoleh
nilai
kemampuan
melakukan
praktik.
6. Peserta didik
mengerjakan
LKS.
7. Peserta didik
kelompok.
4. Guru membagikan
LKS kepada peserta
didik.
5. Peserta didik
menyiapkan alat
dan bahan
praktikum,
sedangkan guru
bersama observer
berkeliling
mengecek dan
menilai kesiapan
alat dan bahan
praktikum.
6. Guru dan observer
berkeliling
mengecek
kesiapan, dan
aktivitas peserta
didik dalam
praktikum untuk
memperoleh nilai
kemampuan
melakukan praktik.
7. Peserta didik
mengerjakan LKS.
8. Peserta didik
membuat peta
konsep yang
dilengkapi dengan
bukti fisik berupa
tanaman kering
(herbarium), dan
gambar hewan
(kliping).
9. Peserta didik
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 150
mempresenta
sikan hasil
diskusi di
akhir siklus I.
8. Peserta didik
mengerjakan
soal ulangan
harian sebagai
nilai hasil
belajar siklus
I.
mempresentasikan
hasil diskusi di
masing-masing
pertemuan.
10. Peserta didik
mengerjakan soal
ulangan harian
sebagai nilai hasil
belajar siklus II.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah jika; 70% dari
seluruh peserta didik kelas VII B SMP Negeri 19 Semarang sudah
mencapai kemampuan melakukan praktik dan hasil belajar
dengan nilai > 75 (sama atau di atas nilai kriteria ketuntasan
minimum/ KKM).
C. PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ket
Nilai
Kemampuan melakukan praktik Hasil belajar
Nilai Min Nilai
Maks Nilai rata-
rata Nilai
Min Nilai
Maks Nilai
rata-
rata
Prasiklus 55 79 72,84 30 81,
25 52,62
Siklus I 65 81 73,81 42 82 66,75
Siklus II 75 91 84,81 50 100 82,25
Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi peningkatan
kemampuan melakukan praktik dan hasil belajar, rata-rata nilai
kemampuan melakukan praktik pada prasiklus 72,84 naik menjadi
73,81 pada siklus I, dan meningkat pada siklus II menjadi 84,81.
Sejalan dengan nilai kemampuan melakukan praktik, nilai rata-
rata hasil belajar mengalami peningkatan dari 52,62 pada
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 151
prasiklus meningkat menjadi 66,75 pada siklus I, kemudian
meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,25.
Pada kondisi awal peserta didik kelas VII B SMP Negeri 19
Semarang pada tahun pelajaran 2015-2016 selama mengikuti
pembelajaran IPA banyak yang berbicara sesama teman sehingga
situasi pembelajaran di kelas menjadi ramai. Suasana kelas ramai
bukan karena berdiskusi untuk mempelajari konsep IPA yang
sedang dibahas (Klasifikasi Materi) tetapi karena peserta didik
cenderung bergurau sesama teman serta terlihat tidak
memperhatikan pelajaran, bahkan sebagian peserta didik pasif dan
mengantuk. Situasi kelas yang kurang kondusif untuk
pembelajaran berakibat pada kurang baiknya kemampuan
melakukan praktik dan hasil belajar peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga nilai rata-rata kemampuan
melakukan praktik dan hasil belajar belum mencapai KKM, untuk
itu dirancang penelitian yang terdiri dari dua siklus yang berkaitan
dengan kemampuan melakukan praktik dan hasil belajar.
Kemampuan melakukan praktik adalah kemampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan dengan mengamati dan menganalisis
suatu objek.
Pada siklus I dengan metode praktikum pengamatan, nilai
kemampuan praktik meningkat dari prasiklus 72,84 menjadi 73,81
pada siklus I atau mengalami peningkatan sebesar 1,33%. Nilai
hasil belajar meningkat sebesar 726,85% dari nilai hasil belajar
pada prasiklus 52,62 menjadi 66,75 pada siklus I. Metode
praktikum pengematan pada siklus I meliputi prolog penjelasan
materi oleh guru, pembentukan kelompok praktik, pengecekan
alat dan bahan praktik, kegiatan praktik, pelaporan hasil praktik
melalui pembuatan LKS, dan presentasi di akhir siklus I.
Pada pertemuan pertama, guru menyampaikan materi
dengan mendemonstrasikan mengenai cara penggunaan
mikroskop sekaligus memperkenalkan bagian-bagian mikroskop
dan fungsinya serta cara penyimpanannya, kemudian
mendemonstrasikan cara membuat preparat sel bawang merah.
Setelah itu, guru membentuk peserta didik menjadi 10 kelompok.
Lalu guru mengecek alat dan bahan praktikum, kemudian peserta
didik melakukan praktikum melihat sel bawang merah dengan
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 152
menggunakan mikroskop melalui langkah-langkah yang tersedia
dalam LKS. Guru mengamati tindakan peserta didik sebelum, saat,
dan sesudah praktikum sebagai data kemampuan melakukan
praktik. Guru dan observer berkeliling mengamati dan menilai
cara peserta didik membuat preparat sel bawang merah dan
mengamati langkah-langkah penggunaan mikroskop untuk
melihat sel bawang merah yang dilakukan oleh peserta didik.
Setelah itu, peserta didik mengerjakan LKS yang memuat data
pengamatan praktikum sel bawang merah, jawaban pertanyaan,
dan simpulan. Lalu LKS tersebut dikumpulkan di meja guru.
Setelah praktikum yang dilakukan peserta didik selesai, guru
mengamati cara peserta didik membersihkan dan menyimpan
mikroskop dalam lemari penyimpanan.
Pertemuan kedua siklus I, guru melakukan demonstrasi
mengenai membuat preparat sel daun Rhoe discolor. Setelah itu,
guru mengecek alat dan bahan praktikum, kemudian peserta didik
melakukan praktikum melihat sel daun Rhoe discolor dengan
menggunakan mikroskop melalui langkah-langkah yang tersedia
dalam LKS. Guru mengamati tindakan peserta didik sebelum, saat,
dan sesudah praktikum sebagai data kemampuan melakukan
praktik. Guru dan observer berkeliling mengamati dan menilai
cara peserta didik membuat preparat sel daun Rhoe discolor dan
mengamati langkah-langkah penggunaan mikroskop untuk melihat
sel daun Rhoe discolor yang dilakukan oleh peserta didik. Setelah
itu, peserta didik mengerjakan LKS yang memuat data pengamatan
praktikum sel daun Rhoe discolor, jawaban pertanyaan, dan
simpulan. Lalu LKS tersebut dikumpulkan di meja guru. Setelah
praktikum yang dilakukan peserta didik selesai, guru mengamati
cara peserta didik membersihkan dan menyimpan mikroskop
dalam lemari penyimpanan.
Pertemuan ketiga silkus I, guru melakukan prolog dengan
memberikan penjelasan mengenai gejala alam biotik dan abiotik,
serta langkah-langkah kerja ilmiah. Setelah itu, guru mengecek alat
dan bahan praktikum, kemudian peserta didik melakukan
praktikum mengenai gejala alam biotik dan abiotik, ciri-ciri
makhluk hidup dengan mengamati ciri-ciri ikan dan tumbuhan
euforbia yang sudah dibungkus plastik bening selama 24 jam, dan
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 153
praktikum ciri makhluk hidup melalui kerja ilmiah mengenai
pertumbuhan biji kacang hijau. Guru mengamati tindakan peserta
didik sebelum, saat, dan sesudah praktikum sebagai data
kemampuan melakukan praktik. Guru dan observer berkeliling
mengamati dan menilai aktivitas peserta didik. Kemudian, peserta
didik mengerjakan LKS sebagai laporan praktikum. LKS yang
dikerjakan peserta didik belum selesai, hal ini dikarenakan
pengamatan ciri makhluk hidup melalui kerja ilmiah mengenai
pertumbuhan biji kacang hijau diteruskan di rumah (praktikum
ini memerlukan pengamatan selama 5 hari), sehingga LKS belum
selesai.
Pertemuan keempat siklus I, kegiatan yang dilakukan adalah
presentasi yang diwakili 4 kelompok dari 10 kelompok untuk
menyamakan pendapat mengenai materi siklus I, serta peserta
didik mengerjakan soal ulangan harian sebagai evaluasi untuk
data hasil belajar siklus I. Meskipun terjadi peningkatan
dibandingkan nilai prasiklus, nilai ini belum memenuhi kriteria
indikator yang ditetapkan yaitu 70% peserta didik memperoleh
nilai > 75, hanya 15 peserta didik (46,88%) yang mempunyai nilai
kemampuan melakukan praktik > 75 dan hanya 5 peserta didik
15,63%) yang mempunyai nilai hasil belajar > 75. Hal ini
dikarenaka peserta didik merasa sulit memahami suatu
generalisasi jika ia belum mempunyai suatu konsep sebagai
pengalaman dasar. Pengalaman dasar ini dapat diperoleh melalui
beberapa kegiatan seperti membaca, melihat dan mengamati
langsung, mendengar cerita, observasi, radio, televisi dan
sebagainya. Menurut Hamalik (2003), dalam belajar diperlukan
pengalaman dasar. Pengalaman dasar berfungsi mempermudah
peserta didik memperoleh pengalaman baru. Sedangkan metode
praktikum menurut Djamarah & Zain (2002:95) adalah proses
pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami
sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan
proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan
interaksinya sehingga dapat menjawab pertanyaan yang
didapatkan melalui pengamatan induktif.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 154
Kekurangan pada siklus I diperbaiki pada siklus II, yaitu
dengan penggunaan plus pada metode praktikum pengamatan.
Plus pada siklus II dilakukan dengan menambahkan beberapa
kegiatan, diantaranya pemberian LKS berupa peta konsep yang
harus dikerjakan oleh peserta didik di akhir siklus I, pembuatan
peta konsep yang dilengkapi dengan herbarium dan kliping, dan
presentasi pada setiap pertemuan siklus II. Siklus II terdiri dari
empat pertemuan, pertemuan pertama mengenai ciri-ciri
tumbuhan jamur, lumut, dan paku. Guru meminta peserta didik
untuk membuat peta konsep sesuai dengan peta konsep yang
sudah diberikan oleh guru pada akhir siklus I yang tertuang pada
LKS. Kemudian, guru melakukan prolog menjelaskan ciri-ciri
tumbuhan jamur, lumut, dan paku. Setelah itu, guru membentuk
peserta didik menjadi 10 kelompok. Lalu guru mengecek alat dan
bahan praktikum, kemudian peserta didik melakukan praktikum
mengenai ciri-ciri tumbuhan jamur, lumut, dan paku. Guru
mengamati tindakan peserta didik sebelum, saat, dan sesudah
praktikum sebagai data kemampuan melakukan praktik. Guru dan
observer berkeliling mengamati dan menilai aktivitas peserta
didik. Setelah itu, peserta didik mengerjakan LKS yang memuat
data pengamatan ciri-ciri tumbuhan jamur, lumut, dan paku,
menuliskan landasan teori, jawaban pertanyaan, dan simpulan,
serta melengkapi peta konsep dengan bukti tanaman hasil
praktikum berupa tanaman kering tumbuhan jamur, lumut, dan
paku (herbarium). Setelah itu, peserta didik mempresentasikan
hasil diskusi yang diwakili oleh 4 kelompok. Lalu LKS tersebut
dikumpulkan di meja guru. Setelah praktikum yang dilakukan
peserta didik selesai, guru mengamati cara peserta didik
membersihkan alat dan bahan sisa praktikum.
Pertemuan kedua siklus II mengenai ciri-ciri umbuhanmonokotil dan dikotil. Guru meminta peserta didik untuk membuat peta konsep sesuai dengan peta konsep yang sudah diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya yang tertuang dalam LKS. Kemudian, guru melakukan prolog menjelaskan ciri- ciri tumbuhan monokotil dan dikotil. Setelah itu, guru mengecek alat dan bahan praktikum, kemudian peserta didik melakukan praktikum mengenai ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil.
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 155
Guru mengamati tindakan peserta didik sebelum, saat, dan
sesudah praktikum sebagai data kemampuan melakukan praktik.
Guru dan observer berkeliling mengamati dan menilai aktivitas
peserta didik. Setelah itu, peserta didik mengerjakan LKS yang
memuat data pengamatan ciri-ciri tumbuhan monokotil dan
dikotil, menuliskan landasan teori, jawaban pertanyaan, dan
simpulan serta melengkapi peta konsep dengan bukti tanaman
hasil praktikum berupa tanaman kering tumbuhan monokotil dan
dikotil (herbarium). Setelah itu, peserta didik mempresentasikan
hasil diskusi yang diwakili oleh 4 kelompok. Lalu LKS tersebut
dikumpulkan di meja guru. Setelah praktikum yang dilakukan
peserta didik selesai, guru mengamati cara peserta didik
membersihkan alat dan bahan sisa praktikum.
Pertemuan ketiga siklus II mengenai klasifikasi hewan
avertebrata dan vertebrata. Guru meminta peserta didik untuk
membuat peta konsep sesuai dengan peta konsep yang sudah
diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya yang tertuang
dalam LKS. Kemudian, guru melakukan prolog menjelaskan
klasifikasi hewan avertebrata dan vertebrata. Setelah itu, guru
mengecek alat dan bahan praktikum, kemudian peserta didik
melakukan praktikum mengenai klasifikasi hewan avertebrata dan
vertebrata. Guru mengamati tindakan peserta didik sebelum, saat,
dan sesudah praktikum sebagai data kemampuan melakukan
praktik. Guru dan observer berkeliling mengamati dan menilai
aktivitas peserta didik. Setelah itu, peserta didik mengerjakan LKS
yang memuat data pengamatan klasifikasi hewan avertebrata dan
vertebrata, menuliskan landasan teori, jawaban pertanyaan, dan
simpulan serta melengkapi peta konsep dengan gambar hewan
(kliping) sebagai tambahan laporan praktikum. Setelah itu, peserta
didik mempresentasikan hasil diskusi yang diwakili oleh 4
kelompok. Lalu LKS tersebut dikumpulkan di meja guru. Setelah
praktikum yang dilakukan peserta didik selesai, guru mengamati
cara peserta didik membersihkan alat dan bahan sisa praktikum.
Pertemuan keempat siklus II kegiatan yang dilakukan adalah
ulangan harian sebagai evaluasi untuk memperoleh data hasil
belajar siklus II. Pada siklus II mengalami peningkatan nilai
kemampuan melakukan parktek dari siklus I 73,81 menjadi 84,81
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 156
pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 14,9%. Sejalan
dengan nilai kemampuan melakukan praktik, nilai hasil belajar
naik dari 66,75 pada siklus I menjadi 82,25 pada siklus II at au
mengalami peningkatan sebesar 23,22%. Metode praktikum
pengamatan plus pada siklus II dilakukan dengan penambahan
kegiatan dari siklus I, yaitu, prolog penjelasan materi oleh guru,
pembentukan kelompok praktik, pengecekan alat dan bahan
praktik, kegiatan praktik, pelaporan hasil praktik melalui
pembuatan LKS, dan presentasi di setiap pertemuan pada siklus II,
serta pembuatan peta konsep yang dilengkapi dengan tanaman
kering (herbarium) atau gambar hewan (kliping). Penambahan
kegiatan berupa presentasi pada masing-masing pertemuan, dan
pembuatan peta konsep yang dilengkapi dengan tanaman kering
(herbarium) atau gambar hewan (kliping) dapat memperdalam
dan menguatkan pemahaman konsep IPA peserta didik. Hal ini
dikarenakan peserta didik langsung dapat membandingkan antara
teori dengan objek nyata berupa tanaman yang sudash
dikeringkan, dan gambar hewan, sehingga kemampuan melakukan
praktik dan hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian ini adalah
jika 70% dari seluruh peserta didik kelas VII B sudah mencapai
hasil belajar dengan nilai > 75 (sama atau di atas nilai kriteria
ketuntasan minimum/ KKM). Dari data di atas, indikator
keberhasilan kemampuan peserta didik dalam melakukan praktik
telah terpenuhi, yaitu 100% dan nilai hasil belajar Klasifikasi
Makhluk Hidup telah terpenuhi yaitu 81,25% atau 26 dari 32 anak
memiliki nilai > 75. Nilai rata-rata hasil belajar siklus II sebesar
82,25 yang mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 66,75.
Hasil belajar peserta didik meningkat dengan adanya metode
praktikum pengamatan plus. Melalui metode praktikum
pengamatan plus, peserta didik dapat memiliki banyak
pengalaman, baik berupa pengamatan langsung atau bahkan
melakukan percobaan sendiri dengan objek tertentu. Tidak
diragukan lagi bahwa melalui pengalaman langsung (first- hand
experiences), peserta didik dapat belajar lebih mudah
dibandingkan dengan belajar melalui sumber sekunder, misalnya
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 157
buku. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat Bruner (dalam
Tresna Sastrawijaya, 1998: 17) yang menyatakan bahwa anak
belajar dengan pola inactive melalui perbuatan (learning by doing)
akan dapat mentrasnfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya pada
berbagai situasi. Selain itu, melalui praktikum peserta didik diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses
sesuatu, sehingga penanaman konsep pembelajaran lebih kuat. Hal
senada dikemukakan oleh Sagala (2005:220) bahwa praktikum
memberi kesempatan peserta didik untuk mengalami sendiri,
mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
objek, keadaan atau proses sesuatu.
Berdasarkan peningkatan hasil yang diperoleh, dapat dibuat
grafik sebagai berikut:
100
80 Kema mpua n
60 melakukan
praktek
40 Ha sil belaja r
20
0
Prasiklus siklus I Siklus II
Gambar 1. Grafik peningkatan kemampuan hasil penelitian
Berdasarkan grafik peningkatan kemampuan hasil
penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode
praktikum pengamatan plus dapat meningkatkan kemampuan
melakukan praktik dan hasil belajar belajar peserta didik yang
dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam melakuan
praktikum dan nilai ulangan harian. Metode praktikum
pengamatan plus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan
melakukan praktik dan hasil belajar peserta didik. Hal senada juga
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 158
dikemukakan oleh Sagala (2005:220) yaitu dengan praktikum,
peserta didik belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri
suatu proses atau kejadian, memperkaya pengalaman peserta
didik dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis,
mengembangkan sikap berpikir ilmiah, dan hasil belajar akan
bertahan lama dan terjadi proses internalisasi, sehingga peserta
didik dapat mengembangkan potensi diri dan hasil belajar dapat
meningkat dengan sendirinya.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil observasi dan pembahasan setiap
siklus pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran dengan metode praktikum pengamatan plus materi
Klasifikasi Makhluk Hidup kelas VII B SMP 19 Semarang pada
Semester I Tahun 2015-2016 sebagai berikut: (a) penerapan
metode praktikum pengamatan plus dapat meningkatkan
kemampuan melakukan praktik materi Klasifikasi Makhluk Hidup
di kelas VII B SMP Negeri 19 Semarang dilakukan dengan guru
memberi motivasi dan mengarahkan peserta didik untuk: (1)
mengerjakan LKS yang sudah diberikan oleh guru 1 minggu
sebelum pelaksanaan praktikum, (2) membawa alat dan bahan
praktikum yang ada di sekitar lingkungan peserta didik, (3)
mengamati dan mengidentifikasi ciri-ciri tumbuhan dan hewan,
(4) mencari persamaan, dan perbedaan pada klasifikasi makhluk
hidup, (5) mendiskusikan hasil pengamatan dan identifikasi
dengan anggota kelompoknya, (6) mengkomunikasikan hasil
diskusi kelompok, (7) diberi penguatan materi dan menyamakan
pendapat bersama dengan guru; (b) penerapan metode praktikum
pengamatan plus dapat meningkatkan hasil belajar IPA dengan
konsep Klasifikasi Makhluk Hidup di kelas VII B SMP Negeri 19
Semarang dilakukan dengan (1) pemberian LKS 1 minggu sebelum
pelaksanaan praktikum, sehingga peserta lebih memiliki alat serta
bahan praktikum, (2) penugasan pekerjaan rumah untuk
membuat peta konsep, sehingga peserta didik memiliki kesiapan
materi, (3) proses pembelajaran menggunakan media audio visual,
yaitu melihat secara langsung objek praktikum dan mendengar
penjelasan guru, sehingga konsep materi lebih
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 159
terekam dalam memori peserta didik; dan (c) penerapan praktik
pengamatan plus dapat meningkatkan kemampuan melakukan
praktik materi Klasifikasi Makhluk Hidup di kelas VII B SMP Negeri
19 Semarang dari prasiklus 72,84 menjadi 73,81 pada siklus I, dan
84,81 pada siklus II. Serta dapat meningkatkan hasil belajar dari
prasiklus 52,62 menjadi 66,75 pada siklus I, dan 82,25 pada siklus
II.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PRAKTIK DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF...
GENETIKA (Jurnal Tadris Biologi) 160
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 1993. Kurikulum Pendidikan
Dasar GBPP SLTP Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Depdikbud
Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Indriyati. 2013. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi
Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Melalui Metode
Eksperimen Plus-Plus Bagi Siswa Kelas VIII H SMP Negeri
19 Semarang pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2011-
2012. Semarang: SMP N 19 Semarang.
Indriyati. 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPA dan Kreativitas
Siswa Materi Berbagai Sistem dalam Kehidupan Manusia
melalui Metode Portofolio Multistage Kelas VIII E SMP
Negeri 19 Semarang pada Semester 1 Tahun Pelajaran
2013-2014. Semarang: SMP N 19 Semarang.
Kasbollah, K.E.S. 1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta:
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Sekolah Dasar.
Kemendikbud. 2015. Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
Rahmawati, Yuni; Triyono; dan Imam Suyanto. 2013. Penerapan
Metode Eksperimen dengan Media Realia dalam
Peningkatan Pembelajaran IPA Bagi Peserta didik Kelas IV
Sekolah Dasar.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
CV. Alfabeta
Sastrawijaya, Tresna. 1998. Proses Belajar Mengajar Kimia.
Jakarta : Depdikbud, Dirjendikti, Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Subiantoro, A. W. 2010. Pentingnya Praktikum Dalam
Pembelajaran IPA. Makalah. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Indriyati
Vol.1 No.1 2017 161
Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sumarno. 2011. Penggunaan Metode Eksperimen Berbasis
Verifikasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik.
Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta:
Sanata Dharma.
Winatapura, Udin. 1993. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Woolnough, B dan T. Allsop. 1985. Practical Work In Science.
Cambridge: Cambridge University Press.
Zainuddin, M. 1996. Panduan Praktikum dalam Mengajar di
Perguruan Tinggi. Bagian Empat. Program Applied
Approach. Jakarta: PAU-PPAI. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, pp pp. 13-1 -13.45. 1996.
.
top related