potensi sedimen bendungan batutegi dan pendugaan …digilib.unila.ac.id/31990/3/skripsi tanpa bab...
Post on 01-Sep-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POTENSI SEDIMEN BENDUNGAN BATUTEGIDAN PENDUGAAN EROSI DI DAS SEKAMPUNG HULUDENGAN PENDEKATAN SDR (Sediment Delivery Ratio)
(Skripsi)
Oleh
BENY TRIBIYONO
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
POTENSI SEDIMEN BENDUNGAN BATUTEGI DAN PENDUGAANEROSI DI DAS SEKAMPUNG HULU DENGAN PENDEKATAN SDR
(SEDIMENT DELIVERY RATIO)
Oleh
BENY TRIBIYONO
Pengelolaan dan pemanfaatan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang salah oleh
manusia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagian hilir. Penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di bagian hulu DAS akan
mengakibatkan tingginya erosi. Erosi merupakan salah satu permasalahan di DAS
Sekampung Hulu. Peningkatan laju erosi akan meningkatkan jumlah sedimen
yang masuk ke sungai. Penelitian bertujuan (1) menduga besarnya potensi
sedimen di Bendungan Batutegi dan (2) menduga erosi di DAS Sekampung Hulu
dengan menggunakan metode Sediment Delivery Ratio (SDR). Berdasarkan hasil
analisis diperoleh nilai total potensi sedimen di Bendungan Batutegi sebesar
83.478,74 ton/tahun atau setara dengan penambahan ketebalan sedimen sebesar
5,04 mm/tahun dan nilai pendugaan erosi yang diperoleh dengan pendekatan SDR
di DAS Sekampung Hulu rata-rata sebesar 140,31 ton/ha/tahun.
Kata kunci: Bendungan Batutegi, DAS Sekampung Hulu, Erosi, Sedimentasi,Sediment Delivery Ratio.
ABSTRACT
THE POTENTIAL OF SEDIMENT IN BATUTEGI DAM AND EROSIONESTIMATION IN SEKAMPUNG HULU WATERSHED USING SDR
(SEDIMENT DELIVERY RATIO) APPROACHES
By
BENY TRIBIYONO
Wrong management and utilization of the watershed could cause a damage and
negative impacts to the environment, especially in the downstream. Inconsistency
of land use with soil and water conservation principles in the upstream watershed
would cause high erosion. Erosion was one of the problems in Sekampung Hulu
Watershed. Increasing of erosion rate would increase the amount of sediment
entering the river. This study aimed (1) estimating the potential of sediment in
Batutegi Dam and (2) estimating erosion in Sekampung Upstream Watershed
using Sediment Delivery Ratio (SDR) method. Based on the analysis result, the
total potential value of sediment in Batutegi Dam were 83.478,74 ton/year equal
to sediment thickness addition about 5.04 mm/year and erosion estimation value
obtained using SDR approach in Sekampung Hulu Watershed average of 140,31
ton/ha/year.
Keywords: batutegi DAM, erosion, sedimentation, sekampung hulu watershed,SDR.
POTENSI SEDIMEN BENDUNGAN BATUTEGIDAN PENDUGAAN EROSI DI DAS SEKAMPUNG HULUDENGAN PENDEKATAN SDR (Sediment Delivery Ratio)
Oleh
BENY TRIBIYONO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas segala nikmat dan
karunia-Nya. Penulis dilahirkan di Way Kanan pada tanggal
22 Agustus 1993, merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Bibit Wardoyo dan Ibu
Warsinah. Jenjang studi di mulai pada tahun 1999 dari SD
Negeri 1 Kalipapan selesai pada tahun 2005, melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 3 Negeri Agung dan selesai pada tahun 2008.
Melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Kotabumi dan selesai pada tahun 2011.
Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal Tertulis.
Tahun 2014 penulis melakukan Praktek Umum selama ± 1 bulan di KPH Cepu
BKPH Cabak, Jawa Tengah. Penulis juga pernah melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) selama ± 40 hari di Desa Sumber Jaya Tulang Bawang pada tahun
2015. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen atau tutor
Bimbingan Baca Qur’an (BBQ) pada Mata Kuliah Umum Pendidikan Agama
Islam (MKU PAI). Penulis juga aktif di berbagai organisasi Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas maupun Universitas.
i
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Alhamdulillah, ku persembahkan karyaku ini kepada Bapak,Ibu, Kakak, Adik, dan Saudara Kehutanan Unila tercinta yang selalu mendukung
dalam keadaan suka maupun duka.
ii
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapan kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan berkah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan dan skripsi ini yang berjudul “Potensi Sedimen Bendungan Batutegi
Dan Pendugaan Erosi Di Das Sekampung Hulu Dengan Pendekatan SDR
(Sediment Delivery Ratio)” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terselesaikannya penulisan dan penyusunan
skripsi ini mulai dari awal hingga akhir berkat bantuan dan kemurahan hati dari
berbagai pihak yang turut memberikan motivasi, bimbingan, ide, fasilitas,
dukungan moril dan materil.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung dan selaku penguji utama dalam penyusunan
skripsi ini.
iii
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung atas bimbingan,saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof.Dr.Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku pembimbing akademik atas
segala nasehat selama menempuh studi, dan dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
4. Bapak Dr.Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembimbing utama atas
bimbingan,saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. BBWS-MS (Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung) Provinsi
Lampung, yang telah banyak membantu memberikan data dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas
Lampung, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh
pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Keluargaku: Bapak Bibit Wardoyo, Ibu Warsinah, Mas Heriyanto, S.T.P., Mas
Agus Sugiyanto, Mbak Yuniarsih, Mbak Puji, Adik Ukad Wahyudi, Adik
Vemilia Inka Prestiana, Adik Nafis Fairuz Zahran, Adik Puri, dan seluruh
keluarga besar, terimakasih telah mendukung dan memberikan segalanya tanpa
pamrih untuk bekal penulis di dunia maupun akhirat.
8. Keluarga Kehutanan 2011 “FOREVER” terimakasih atas kebersamaan baik
dalam suka maupun duka.
9. Saudara Eko Supriyadi dan Desy Rahmawati Romlah sebagai rekan
seperjuangan yang telah sama-sama berjuang dan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh keikhlasan.
iv
10. Keluarga besar takmir dan marbot masjid Ulul ‘Ilmy FP Unila, keluarga besar
Himasylva FP Unila, keluarga besar UKMF FOSI FP Unila, keluarga besar
IMMPERTI Unila, keluarga Besar BEM U KBM Unila, keluarga besar KBDG
Lampung.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua. Demikian yang
dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiiin
Bandar Lampung, Juni 2018Penulis,
Beny Tribiyono
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1A. Latar Belakang .............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3D. Manfaat Penelitian......................................................................... 3E. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6A. Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................... 6B. Keadaan Biofisik DAS Sekampung Hulu ..................................... 8
1. Topografi DAS Sekampung Hulu ............................................ 82. Jenis Tanah ............................................................................... 83. Ketinggian ................................................................................ 94. Iklim ......................................................................................... 9
C. Batas Wilayah ............................................................................... 9D. Pengelolaan DAS Sekampung Hulu ............................................. 10
1. Balai Pengelolaan DAS Way Sekampung/Way Seputih.......... 102. Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung ..................... 10
E. Hirologi ......................................................................................... 11F. Daerah Aliran Sungai dan Pengelolaannya ................................... 11G. DAS Way Sekampung .................................................................. 14H. Erosi dan Sedimentasi ................................................................... 15I. Pendugaan Erosi dengan pendekatan SDR ................................... 17
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 18A. Tempat dan Waktu ....................................................................... 18B. Alat dan Bahan .............................................................................. 19C. Pengumpulan Data ........................................................................ 19D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 21E. Analisis Data ................................................................................. 22
vi
HalamanIV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 24
A. Hasil .............................................................................................. 241. Konsentrasi Sedimen (Cs) ........................................................ 242. Nilai Potensi sedimen ............................................................... 253. Nilai Pendugaan Erosi dengan metode SDR ............................ 254. Nilai Presentase Uji Tekstur Tanah .......................................... 26
B. Pembahasan ................................................................................... 271. Potensi Sedimen ....................................................................... 272. Pendugaan erosi dengan menggunakan pendekatan SDR........ 30
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 35A. Simpulan ....................................................................................... 35B. Saran.............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 36
LAMPIRAN............................................................................................. 40Tabel 9-14 ................................................................................................. 41-43Gambar 4-7................................................................................................ 44-45
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Jenis tanah yang mendominasi di DAS Sekampung Hulu.................. 9
2. Persebaran ketinggian tempat di DAS Sekampung Hulu ................... 9
3. Data konsentrasi sedimen (Cs) di Sekampung Hulu dan Sangharus .. 24
4. Nilai potensi sedimen di Sekampung Hulu dan Sangharus ................ 25
5. Nilai pendugaan erosi dengan metode SDR ....................................... 26
6. Hasil uji tekstur tanah pada sampel jenis tanah dilokasi penelitian .... 26
7. Perubahan penggunaan lahan pada lokasi penelitian DAS SekampungHulu tahun 2015.................................................................................. 33
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka pemikiran ............................................................................ 5
2. Peta lokasi penelitian DAS Sekampung Hulu..................................... 6
3. Peta wilayah DAS Sekampung Hulu .................................................. 18
4. Kondisi landuse sekitar sungai Sekampung DAS Sekampung Hulu.. 44
5. Kondisi landuse sekitar sungai Sangharus DAS Sekampung Hulu .... 44
6. Pengambilan sampel air di sungai SekampungDAS Sekampung Hulu ........................................................................ 45
7. Pengambilan sampel air di sungai SangharusDAS Sekampung Hulu ......................................................................... 45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan dan pemanfaatan Daerah aliran Sungai (DAS) yang salah oleh
manusia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan DAS dan berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagian hilir. Selain itu, pertambahan jumlah
penduduk dengan cepat juga mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
masyarakat, baik itu secara ekonomi maupun secara sosial budaya terutama
kebutuhan papan dan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan, masyarakat
memanfaatkan sumber daya alam yang ada, seperti kegiatan alih fungsi lahan
sebagai pemukiman, perladangan dan penebangan hutan di bagian hulu,
sehingga berkurangnya tanaman penutup tanah yang mengakibatkan besarnya
aliran permukaan dan berkurangnya kapasitas pori-pori tanah untuk infiltrasi.
Aliran permukaan juga dapat menyebabkan terjadinya erosi dan sedimentasi.
Erosi yang terjadi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya
mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada
bagian hilir dalam bentuk hasil sedimen dan juga mengakibatkan kekeringan
pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan. Seiring bertambahnya
waktu, kesuburan tanah pada bagian hulu semakin berkurang dan muatan
sedimen semakin menumpuk pada bagian tengah dan hilir sehingga terjadinya
2pendangkalan saluran aliran sungai. Salah satu wilayah yang menjadi pusat
perhatian adalah DAS Sekampung Hulu yang berada di Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus.
DAS Sekampung Hulu seluas 42.400 ha saat ini sudah sangat penting untuk
ditangani, karena sebagian besar DAS Sekampung Hulu telah mengalami alih
fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Saat ini luas hutan primer tersisa seluas
5.626,78 ha (13,27 %), hutan sekunder seluas 2.071,75 ha (4,89 %), semak
belukar 2.559,38 ha (6,04 %), dan pertanian lahan kering seluas 32.142,40 ha
(75,80 %) yang didominasi oleh tanaman kopi dengan variasi campurannya
adalah lada, pisang, dan kakao (BPDAS WSS, 2003).
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan
air di bagian hulu DAS akan mengakibatkan tingginya erosi. Erosi yang terjadi
di DAS Sekampung Hulu rata-rata sebesar 67,5 ton/ha/tahun (Nippon Koei,
dalam Banuwa 2008). Akibat konversi hutan menjadi lahan pertanian dan usaha
tani tanpa mempertimbangkan kemampuan serta agroteknologi konservasi tanah
dan air, telah menyebabkan kerusakan/degradasi DAS Sekampung Hulu (on site)
dan pada bagian hilirnya (off site) (Banuwa, 2008).
Kondisi tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas air yang akan dijadikan
sebagai sumber air baku dan berbagai keperluan lainnya. Kerusakan bagian hulu
Way Sekampung mengakibatkan keruhnya air disepanjang aliran sungai.
Keruhnya aliran sungai tersebut mengindikasikan bahwa aliran Way Sekampung
terdapat banyak muatan sedimen.
3Perhitungan muatan sedimen berdasarkan Total Suspended Solid merupakan
salah satu cara untuk dapat menduga besarnya erosi pada suatu DAS dengan
muatan sedimen. Hasil dugaan erosi pada suatu DAS dapat digunakan sebagai
dasar pengelolaan DAS, khususnya dalam hal penggunaan lahan (Asdak, 2010).
Menurut Asdak (2010) perhitungan muatan sedimen dapat digunakan sebagai
bahan pendugaan erosi dengan metode SDR (Sediment Delivery Ratio).
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah berapa besar potensi sedimen
Bendungan Batutegi dan pendugaan erosi yang terjadi di DAS Sekampung Hulu
dengan menggunakan metode pendekatan Sediment Delivery Ratio (SDR)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini yaitu:
1. menduga besarnya potensi sedimen di Bendungan Batutegi.
2. menduga erosi di DAS Sekampung Hulu dengan menggunakan metode
Sediment Delivery Ratio (SDR).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi kepada para pengambil
kebijakan sebagai bahan pertimbangan khususnya dalam perencanaan
pengelolaan DAS Sekampung Hulu.
4E. Kerangka Pemikiran
Kerusakan DAS Sekampung Hulu disebabkan karena penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air (KTA) di bagian
hulu, hal ini akan mengakibatkan tingginya erosi. Erosi yang terjadi di DAS
Sekampung Hulu rata-rata sebesar 67,5 ton/ha/tahun (Nippon Koei, 2003 dalam
Banuwa 2008).
Keberadaan DAS Sekampung Hulu yang telah rusak dimanfaatkan oleh
masyarakat yang berada di wilayah DAS Sekampung Hulu untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup mereka. DAS Sekampung Hulu menyediakan air
yang berguna bagi masyarakat untuk kebutuhan irigasi lahan pertanian serta di
rencanakan akan digunakan sebagai penyedia air baku untuk PDAM.
Fungsi DAS Sekampung Hulu sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat, saat ini
telah mengalami penurunan yang disebabkan oleh erosi yang terjadi di DAS
Sekampung Hulu. Erosi yang terjadi pada suatu DAS sebenarnya merupakan
permasalahan alami yang wajar asalkan masih bisa ditoleransi. Seperti yang
dikatakan Banuwa (2013) laju erosi yang masih dapat ditoleransi (Tolerable Soil
Loss / TSL) adalah laju erosi terbesar yang masih dapat dibiarkan/ditoleransikan,
agar terpelihara kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman
sehingga memungkinkan tercapainya produktivitas tinggi secara lestari.
Kondisi tersebut mengakibatkan menurunya kualitas air yang akan dijadikan
sebagai sumber air baku dan berbagai keperluan lainya. Kerusakan bagian hulu
Way Sekampung mengakibatkan keruhnya air disepanjang aliran sungai.
5Keruhnya aliran sungai tersebut mengindikasikan bahwa aliran Way Sekampung
terdapat banyak muatan sedimen.
Pendekatan Sediment Delivery Ratio (SDR) digunakan untuk memprediksi
besarnya hasil sedimen dari suatu daerah tangkapan air. Asdak (2010)
menyatakan bahwa perhitungan besarnya Sediment Delivery Ratio (SDR)
dianggap penting dalam menentukan prakiraan yang realitis besarnya sedimen
total berdasarkan perhitungan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan
air. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi dan menanggulangi permasalahan yang
terjadi pada DAS Sekampung Hulu tersebut, maka diperlukan perhitungan besar
sedimen total berdasarkan erosi total yang berlangsung di daerah tangkapan air.
Secara umum kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk bagan alir pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran.
DAS Sekampung Hulu
Pemanfaatan:- Bendungan Batutegi- Irigasi- PLTA- Air baku PDAM
Degradasi lahan
Sedimentasi
Pendugaan potensi sedimen danpendugaan erosi dengan SDR
Erosi di DASSekampungHulu
Potensi sedimenBendungan Batutegi
Erosi
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Secara geografis DAS Sekampung Hulu terletak pada 104°30 ‘34’ BT sampai
dengan 104° 49 ‘14’ BT dan 05°050 ”LS sampai dengan 05° 16’33 LS. DAS
Sekampung Hulu memiliki luas 42.400 ha (BPDAS WSS, 2003). Peta wilayah
DAS Sekampung Hulu dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta wilayah lokasi penelitian DAS Sekampung Hulu.
7DAS Sekampung Hulu meliputi Desa Air Kubang, Air Naningan, Datar Lebuay
dan Sinar Jawa, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi
Lampung. DAS Sekampung Hulu merupakan salah satu sub DAS Sekampung
yang terdapat di kawasan hulu. Bagian hulu DAS Sekampung sebagian besar
termasuk ke dalam kawasan hutan lindung, namun saat ini sebagian kawasan
lindung tersebut telah mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian yang
didominasi oleh kebun campuran dengan tanaman utama kopi. Usaha tani yang
dilakukan saat ini masih kurang memperhatikan kemampuan lahan, kesesuaian
lahan, dan aspek konservasi tanah dan air. Berdasarkan status lahan, DAS
Sekampung Hulu terdiri dari kawasan lindung seluas 34.885 ha (82%) dan areal
budidaya seluas 7.515 ha (18%).
DAS Sekampung Hulu merupakan salah satu dari 6 sub DAS yang berada di
DAS Sekampung. Sub DAS merupakan bagian yang lebih kecil dari penyusun
sebuah DAS. Setiap aliran sungai yang tidak bercabang disebut sub DAS orde
pertama, sungai yang ada di bawahnya yang hanya menerima aliran dari sub
DAS orde pertama disebut sub DAS orde kedua dan demikian seterusnya
(Asdak, 2010). Sub DAS Sekampung Hulu meskipun tidak memiliki luas yang
paling besar, dengan presentase 16,89 % dari luas DAS Sekampung namun
memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan air dibagian hulu.
8B. Keadaan Biofisik DAS Sekampung Hulu
1. Topografi DAS Sekampung Hulu
Daerah DAS Sekampung Hulu berada pada ketinggian antara 200-1.750 meter
diatas permukaan laut (mdpl). Daerah ini terbagi dalam beberapa morfologi
yaitu satuan morfologi pegunungan, satuan morfologi kerucut gunung api dan
satuan morfologi perbukitan. Satuan morfologi pegunungan terdapat pada bagian
Barat dan Barat Laut DAS Sekampung Hulu dengan elevasi 400 – 1.250 m dpl.
Satuan morfologi kerucut gunung api terdapat di Barat Daya DAS Sekampung
Hulu dengan variasi elevasi 500-1.750 mdpl (Bukit Rindingan). Satuan
morfologi perbukitan bergelombang pada bagian Utara, Selatan, Tenggara, dan
Timur Laut DAS Sekampung Hulu dengan variasi elevasi 200-800 mdpl.
DAS Sekampung Hulu dibagi menjadi kelas lereng landai (3-8%),
bergelombang (8-15%), berbukit (15-30%), agak curam (30-45%), dan curam
(>45%), dan wilayah DAS Sekampung Hulu didominasi oleh daerah
bergelombang hinga berbukit (Banuwa, 2008).
2. Jenis tanah di DAS Sekampung Hulu
Jenis tanah di DAS Sekampung Hulu didominasi oleh jenis tanah Tropaquepts.
Meskipun jenis tanah Dystopepts dan Tropaquepts tetapi karena kondisi
topografi dan penutupan lahannya beragam sehingga sifat-sifat tanahnya sangat
beragam (Banuwa, 2008). Jenis tanah yang mendominasi di DAS Sekampung
Hulu dapat dilihat pada Tabel 1.
9Tabel 1. Jenis tanah yang mendominasi di DAS Sekampung Hulu
Sub DAS Jenis Tanah DominanSekampung Hulu Dystropepts
HumitropeptsTropudults
Sumber: BPDAS Way Seputih Way Sekampung, penyusunan karakteristik DASSekampung tahun 2008.
3. Ketinggian DAS Sekampung Hulu
Persebaran ketinggian tempat di DAS Sekampung Hulu berkisar antara 85−1996
m/dpl seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persebaran ketinggian tempat di DAS Sekampung Hulu
Nama wilayah Ketinggian (m/dpl)Sub-DAS Sekampung Hulu 85 - 1996
Sumber: BPDAS Way Seputih Way Sekampung, penyusunan karakteristik DASSekampung tahun 2008.
4. Iklim
DAS Sekampung Hulu memiliki 5-6 bulan waktu bulan basah dalam setahun.
Berdasarkan Harmoni (2012), wilayah yang memiliki bulan basah sebanyak 5-6
bulan dalam satu tahun masuk kedalam tipe iklim C.
C. Batas Wilayah
Batas-batas wilayah DAS Sekampung Hulu adalah sebagai berikut.
1. Sebelah Utara : DAS Seputih.
2. Sebelah Timur : DAS Kambas dan Laut Jawa.
103. Sebelah Selatan : DAS Bandar Lampung.
4. Sebelah Barat : DAS Semaka.
D. Pengelolaan DAS Sekampung Hulu
Keberadaan DAS Sekampung Hulu secara umum di kelola oleh dua instansi dari
dua kementrian yang berbeda, kedua instansi tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Way Seputih/Way
Sekampung Provinsi Lampung. BPDAS merupakan balai yang berada dibawah
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang memiliki tugas untuk
mengelola DAS pada bidang perlindungan hutan, kawasan hutan, daerah
tangkapan air dan lain sebagainya. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh BPDAS
Way Seputih/Way Sekampung seperti pembibitan, penanaman, hingga
pemeliharaan lahan untuk tujuan reboisasi dan perbaikan kualitas dan fungsi
lahan DAS untuk mengoptimalkan fungsi DAS. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh BPDAS tergolong pada kegiatan yang bersifat memperbaiki
fungsi DAS sebagai daerah penyedia sumber daya air untuk keperluan
masyarakat.
2. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung. BBWS ini
merupakan balai yang berada di bawah naungan Kementrian Pekerjaan Umum
yang memiliki misi antara lain: meningkatkan pelestarian lingkungan sumber
daya air secara menyeluruh, konsisten dan berkelanjutan. Meningkatkan
pengelolaan jaringan irigasi/rawa untuk menunjang areal pertanian.
Meningkatkan pengelolaan sumber daya air untuk menunjang rencana
11strategis lainnya meliputi penyediaan air baku permukiman, industri PLTA
dan pariwisata. Meningkatkan pengendalian badan sungai terhadap bencana
alam banjir, tanah longsor dan sebagainya. Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan pemberdayaan masyarakat pengguna sumber daya air.
E. Hidrologi
DAS Sekampung Hulu sebagai pemasok air bagi bendungan Batutegi yang
digunakan untuk irigasi dan PLTA. DAS Sekampung Hulu memiliki 3 anak
sungai yaitu Way Sekampung yang mengalir dari pegunungan di sebelah barat,
Way Sangarus yang mengalir dari Gunung Rindingan, dan Way Rilau yang
mengalir dari pegunungan sebelah utara. DAS Sekampung Hulu termasuk dalam
tipe paralel, dendritik dan radial dengan kondisi aliran sungai yang berbentuk
meandering pada beberapa tempat, dan daerah lembah sungai berbentuk U pada
daerah landai dan V pada daerah yang curam. Aliran air sungai mengalir dari
arah barat dan utara yaitu daerah pengunungan dan perbukitan yang tinggi
menuju daerah yang lebih rendah di daerah timur dan selatan yaitu di bendungan
Batutegi.
F. Daerah Aliran Sungai dan Pengelolaannya
Secara umum Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat didefinisikan sebagai suatu
wilayah, yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit atau gunung,
maupun batas bantuan seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan yang turun di
12wilayah tersebut memberikan kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet) (Suripin,
2002).
DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air hujan ke sungai, baik dalam bentuk aliran
permukaan, aliran bawah permukaan dan aliran bawah tanah. Wilayah ini
dipisahkan dengan wilayah lainnya oleh pemisah topografi yaitu punggung bukit
dan keadaan geologi terutama formasi batuan (Wiersum, 1979).
Berdasarkan definisi DAS tersebut dapat diartikan bahwa DAS merupakan suatu
sitem hidrologi yang dipengaruhi oleh peubah berupa presipitasi sebagai
masukan ke dalam sistem (Seyhan, 1990). Martopo (1985) menjelaskan pada
dasarnya peubah DAS yang ada kaitannya dengan proses hidrologi didalam
DAS dapat dikategorikan dalam peubah klimatologis, peubah fisik permukaan
lahan, peubah proses dan peubah keluaran.
Peubah klimatologis yang terpenting dalam proses hidrologi pada suatu DAS
adalah presipitasi atau hujan. Semua air yang bergerak didalam bagian lahan
merupakan suatu siklus hidrologi baik secara langsung maupun secara tidak
langsug berasal dari presipitasi. Peubah fisik permukaan lahan yang terpenting
adalah peubah morfometri, vegetasi dan penggunaan lahan. Peubah morfometri
antara lain adalah luas DAS, panjang sungai, kemiringan DAS, panjang DAS,
bentuk DAS, dan kerapatan aliran. Vegetasi dan penggunaan lahan yang
terpenting adalah luasan hutan, tegakan, semak, pemukiman, sawah, rawa,
13danau, simpanan depresi (depression storage), simpanan saluran (channel
storage), dan bentuk tata guna lahan (Martopo, 1985).
Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang baik adalah penggunaan
sumberdaya alam di dalam DAS secara rasional untuk mendapatkan produksi
maksimum dalam waktu yang tidak terbatas dan menekan bahaya kerusakan
(degradasi lahan) seminimal mungkin, serta diperoleh water yield yang merata
sepanjang tahun (Banuwa dkk., 2008).
Konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh kebijakan yang
dirumuskan dengan baik pula, sehingga mampu mendorong praktek-praktek
pengelolaan lahan yang kondusif terhadap pencegahan degradasi tanah dan air.
Program-program pengelolaan DAS yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas lahan sebaiknya tidak mengabaikan perlunya menerapkan praktek
pengelolaan DAS yang berwawasan lingkungan. Praktek pengelolaan DAS
untuk menurunkan laju erosi dan sedimentasi serta permasalahan yang berkaitan
dengan sumberdaya air, seharusnya tidak mengabaikan pentingnya peranan DAS
bagian hulu dalam menghasilkan barang dan jasa. Isu penting yang perlu
dikemukakan adalah bagaimana dapat menyusun strategi pengelolaan DAS
bagian hulu yang dapat meningkatkan pendapatan penghuni DAS yang
bersangkutan melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang berwawasan
lingkungan (Arsyad, 2010).
Menurut Suripin (2002), Pengelolaan DAS mencakup identifikasi
keterkaitan antara tata guna lahan, tanah, air dan keterkaitan antara daerah hulu
14dan hilir. Permasalahan utama pengelolaan DAS adalah sebagai berikut:
a. banjir dan kekeringan,
b. produktivitas tanah menurun,
c. pengendapan lumpur pada waduk,
d. saluran irigasi,
e. proyek tenaga air, dan
f. penggunaan tanah yang tidak tepat (perladangan berpindah, pertanian lahan
kering dan konservasi yang tidak tepat).
Adapun tujuan utama pengelolaan DAS adalah DAS yang sustainable, yaitu
pendapatan masyarakat di dalamnya cukup tinggi, teknologi yang diterapkan
tidak menimbulkan kerusakan, dan teknologi tersebut acceptable dan replicable
(Sinukaban, 1999).
G. DAS Way Sekampung
DAS Way Sekampung merupakan DAS yang memiliki luas terbesar kedua di
Provinsi Lampung dengan luas wilayahnya melintasi tujuh kabupaten
(Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran, Lampung Selatan, Metro, Bandar Lampung
dan Lampung Timur). Luas DAS sekampung 477.439 ha, dengan luas irigasi
66.500 ha, dengan luas DAS yang besar tersebut namun DAS Way Sekampung
sejak tahun 1984 telah ditetapkan sebagai salah satu DAS dengan kondisi kritis
bersama 21 DAS lainya di Indonesia (Nurhaida dkk., 2005).
15DAS Sekampung Hulu seluas 42.400 ha saat ini sudah sangat penting untuk
ditangani, karena sebagian besar DAS Sekampung Hulu telah mengalami alih
fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Saat ini luas hutan primer tersisa seluas
5.626,78 ha (13,27 %) hutan sekunder seluas 2.071,75 ha (4,89 %), semak
belukar 2.559,38 ha (6,04 %), dan pertanian lahan kering seluas 32.142,40 ha
(75,80 %) yang didominasi oleh tanaman kopi dengan variasi campurannya
adalah lada, pisang, dan kakao (BPDAS WSS, 2003 dalam Banuwa 2008).
H. Erosi dan Sedimentasi
Erosi didefinisikan sebagai hilangnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Arsyad, 2010). Erosi
adalah pengikisan dan perpindahan tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang
diakibatkan oleh media alami. Erosi dan sedimentasi merupakan penyebab-
penyebab utama dalam terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah
pertanian, dan kemerosotan kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi
proses: pelepasan partikel-partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-
partikel tanah (transportation), dan pengendapan partikelpartikel tanah yang
telah terhanyutkan (deposition) (Foster and Meyer, 1973 dalam Jauhari 2012).
Akibat konversi hutan menjadi lahan pertanian dan usahatani tanpa
mempertimbangkan kemampuan serta agroteknologi konservasi tanah dan air,
telah menyebabkan kerusakan/degradasi DAS Sekampung Hulu (on site) dan
pada bagian hilirnya (off site). Pada sisi on site indikator kerusakan DAS yang
dapat digunakan antara lain adalah erosi, sedimentasi, fluktuasi debit sungai, dan
16produktivitas lahan. Erosi yang terjadi di DAS Sekampung Hulu rata-rata
sebesar 67,5 ton ha/tahun (Nippon Koei, 2003 dalam Banuwa 2008).
Sedimen adalah endapan material di badan air (sungai/waduk) berupa partikel-
partikel tanah dari hasil erosi yang terangkut bersama aliran air. Sedimentasi
adalah proses pengendapan partikel-partikel tanah hasil erosi yang tersuspensi
didalam air dan diangkut oleh aliran air dimana kecepatan aliran telah menurun.
Laju sedimentasi adalah jumlah hasil sedimen per satuan luas daerah tangkapan
air (DTA) atau daerah aliran sungai (DAS) per satuan waktu (ton/ha/th atau
mm/th) (Supangat, 2014).
Definisi sedimentasi adalah menumpuknya bahan sedimen di suatu lokasi akibat
terjadinya erosi baik erosi permukaan maupun erosi tebing yang terjadi di daerah
tangkapan air dan terbawa oleh aliran air sampai ke lokasi tersebut. Hasil
sedimen tergantung dari erosi total dari suatu DAS dan tergantung pada transport
partikel-partikel tanah yang tererosi tersebut keluar dari daerah aliran sungai
atau DAS. Besarnya sedimen biasanya bervariasi mengikuti karakteristik fisik
DAS. Besarnya hasil sedimentasi biasanya dinyatakan sebagai berat sedimen
persatuan luas DAS persatuan waktu (ton/km /tahun) (Banuwa, 2013).
Erosi dan Sedimentasi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari
induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air
atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terdapat di
tempat lain (Suripin, 2002). Terjadinya erosi dan sedimentasi menurut (Suripin,
2002) tergantung dari beberapa faktor yaitu karakteristik hujan, kemiringan
lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air
17ke dalam lapisan tanah dangkal, dampak dari erosi tanah dapat menyebabkan
sedimentasi di sungai sehingga dapat mengurangi daya tampung sungai.
I. Pendugaan Erosi dengan Pendekatan SDR
Metode SDR (Sedimen Delivery Ratio) merupakan metode pendugaan
perhitungan erosi dengan menggunakan data muatan sedimen. Metode ini
menggunakan rumus sebagai berikut.
SDR = 0,41 x ,Keterangan :A = Luas DAS (ha)SDR = Nisbah penghantar sedimen (Boyce, 1975).
Selain itu muatan sedimen dapat diperoleh melalui pendekatan hasil
prediksi erosi, dengan menggunakan rumus:
MS = A x SDR atau A = MS : SDR
Keterangan :MS = Muatan Sedimen (ton/ha/th)A = Nilai erosi (ton/ha/th)SDR = Nisbah penghantaran sedimen (Permenhut No. 61 tahun 2014).berd
18
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016. Lokasi
penelitian ini berada di DAS Sekampung Hulu yang mencakup wilayah kabupaten
Tanggamus dan sekitarnya. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta wilayah DAS Sekampung Hulu.
19B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah global positioning system (GPS),
kamera, dan software pendukung meliputi arcGIS 10.3 dan microsoft excel, alat
pengambil air (ember), botol penampung air dan alat laboraturium, meliputi:
cawan, bench meters, spectrophotometer, dissolved oxygen (DO) meter, COD
digestion, centrifuge, oven memmert, dan analitical balance. Sedangkan bahan
pada penelitian ini adalah sampel air sungai Sekampung Hulu, data curah hujan
Bendungan Batutegi 2016, data volume Bendungan Batutegi 2016, data inflow
dan elevasi Bendungan Batutegi 2016, peta perubahan lahan DAS Sekampung
Hulu 2015, peta topografi dan sampel tanah DAS Sekampung Hulu.
C. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Pengambilan data primer dilakukan dengan melakukan metode pengambilan
sampel langsung di lapangan dengan metode sampel komposit yaitu dengan cara:
a. menentukan lokasi pengambilan sampel (4 titik lokasi pengamatan) dan
mengambil titik koordinat menggunakan GPS,
b. mengambil sampel air pada masing-masing titik lokasi pengamatan dengan
menggunakan ember,
20c. memasukkan sampel air yang telah di ambil ke dalam botol ukuran 250 ml
(sebanyak 2 botol untuk masing-masing titik pengamatan),
d. melakukan pencatatan data dilokasi pengambilan sampel, meliputi: tanggal
dan waktu pengambilan sampel, dan kondisi kenampakan sungai (topografi,
vegetasi, dan kondisi usai hujan atau tidak),
e. menghitung Total Suspended Solid (TSS),
f. cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 15 menit,
g. selanjutnya dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit, kemudian
timbang sebagai berat awal cawan,
h. prosedur di atas diulangi 3 kali hingga diperoleh berat awal cawan konstan
(A),
i. diambil contoh air yang telah di homogenkan, sebanyak 45 ml, kemudian
dimasukkan kedalam tabung sentrifius dan disentrifugal dengan kecepatan
4000 rpm selama 10 menit,
j. selanjutnya dipisahkan antara endapan dengan filtrat, kemudian endapan
dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui bobotnya (A). Cawan yang
berisi (endapan) di oven pada suhu 105°C sampai dengan berat konstan (B),
k. perhitungan: TSS =( )( ) X 1000
Keterangan:TSS = Total Suspended Solid (mg/l)A= Berat Awal Cawan (Sebelum Saringan)B = Berat Akhir Cawan (Setelah Saringan)Vol = Volume sampel air (Liter).
212. Data sekunder
Pengambilan data sekunder diantaranya data curah hujan, data debit inflow, data
penggunaan lahan, data jenis tanah, data kelerengan lahan, data topografi DAS
Sekampung Hulu dan data volume bendungan. Data-data tersebut dikumpulkan
dari berbagai instansi yang terkait dan kemudian dianalisis.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah
melakukan penentuan titik lokasi pengambilan data sampel air dan mengambil
titik koordinat di DAS Sekampung Hulu dengan menggunakan GPS. Penentuan
titik lokasi pengamatan penelitian ini ditentukan sebanyak 4 titik yang terdapat
pada 2 Sub DAS Sekampung Hulu. Selanjutnya pengambilan sampel air pada
masing-masing titik pengamatan.
Tahapan kedua adalah mempersiapkan data penunjang. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan, data debit sungai bulanan,
data penggunaan lahan (jenis penggunaan lahan yang dianalisis dalam data
penggunaan lahan adalah hutan, pertanian lahan kering, pemukiman, semak
belukar, dan badan air), jenis tanah (tanah berjenis lithosol dan tanah berjenis
latosol), serta kelerengan lahan di DAS Sekampung Hulu.
Tahapan ketiga adalah melakukan analisis data terhadap konsentrasi dan sedimen
dengan membandingkan konsentrasi sedimen pada bulan basah dan bulan kering.
22E. Analisis Data
Terdapat empat analisis data yang dilakukan pada penelitian ini diantaranya
sebagai berikut.
a. Analisis konsentrasi sedimen dengan membandingkan konsentrasi sedimen
pada bulan basah dan bulan kering dengan rumus sebagai berikut:
Konsentrasi sedimen (Cs) = (b-a) / vol. air …. mg/l
Keterangan:a = berat gelas ukur / kertas saring kosongb = berat gelas ukur / kertas saring isi (Supangat, 2014).
b. Analisis perhitungan debit angkutan sedimen dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
[Qs = 0,0864CQw].
Keterangan:Qs = debit angkutan sedimen (ton/hari)C = konsentrasi sedimen (mg/liter)Qw = debit sungai (m3/detik) (Soewarno, 2000).
Sedangkan untuk merubah Qs dengan satuan ton/hari menjadi ton/ha/th dapat
dilakukan dengan membagi Qs dengan luas DAS (Permenhut no. 61 tahun
2014).
MS = Qs : A
Keterangan :MS = Muatan Sedimen (ton/ha/th)A = Luas DAS (ha)
c. Analisis tekstur penyusun sedimentasi atau presentase dari keberadaan pasir,
debu dan liat, dengan menggunakan metode higrometri.
23d. Pendugaan erosi menggunakan metode SDR (Sedimen Delivery Ratio)
merupakan metode pendugaan perhitungan erosi dengan menggunakan data
muatan sedimen. Metode ini menggunakan rumus:
SDR = 0,41 x ,Keterangan :A = Luas DAS (ha)SDR = Nisbah penghantar sedimen (Boyce, 1975).
Selain itu muatan sedimen dapat diperoleh melalui pendekatan hasil
prediksi erosi, dengan menggunakan rumus:
MS = E x SDR atau E = MS : SDR
Keterangan :MS = Muatan Sedimen (ton/ha/th)E = Nilai erosi (ton/ha/th)SDR = Nisbah penghantaran sedimen (Permenhut No. 61 tahun 2014).
40
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Total potensi sedimen di Bendungan Batutegi sebesar 83.478,74 ton/tahun atau
setara dengan penambahan ketebalan sedimen sebesar 5,04 mm/tahun.
2. Besarnya erosi DAS Sekampung Hulu yang diperoleh dengan metode SDR
(Sediment Delivery Ratio) rata-rata sebesar 140,31 ton/ha/tahun.
B. Saran
Saran untuk penelitian ini yaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
konservasi tanah dan air (KTA) terhadap erosi dengan berbagai metode.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Buku. IPB Press. Bogor. 396p.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku. GajahMada University Press. Yogyakarta. 420p.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih/Sekampung. 2003. MasterPlan (Rencana Induk) Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah LampungTahun 2003-2007. Buku. Bandar Lampung.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih/Sekampung. 2008.Penyusunan Karakteristik DAS Sekampung. Buku. Bandar Lampung. 126p.
Banuwa, I.S. 2008. Pengembangan Alternatif Usaha Tani Berbasis Kopi untukPengembangan Pertanian Berkelanjutan di DAS Sekampung Hulu.Disertasi. IPB Press. Bogor. 200p
Banuwa, I.S., Sinukaban, N., Tarigan, S.D dan Darusman, D. 2008. Evaluasikemampuan lahan das sekampung hulu. Jurnal Tanah Tropika. 13(2):145-153.
Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Buku. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 204p.
Boyce, R. 1975. Sediment Routing and Sediment Delivery Ratios, Present andProspective Technology for Predicting Sediment Yield and Sources.Makalah. Departement of Agriculture. Washington. 61-65.
Foster, G.R., and Meyer, L.D. 1973. Soil erosion and sedimentation by water anoverview. National symposium on soil erosion and Sedimentation by water.ASAE. Publication 4-77.
Harmoni, I. M. 2012. Analisis Persebaran Iklim Klasifikasi Oldeman di ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Universitas MuhammadiyahSurakarta. Surakarta. 82p.
38Jauhari, I. M. 2012. Prediksi Erosi di Sub-Sub DAS Lengkese, Sub DAS Lengkese,
Hulu DAS Jeneberang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta. 82p.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Peraturan Pemerintah NegaraLingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Standar PelayananMinimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten/Kota danPeraturan Pemerintah Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal BidangLingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Buku.Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta.
Martopo, S. 1985. Peran Hidrologi Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Buku. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Yogyakarta. 679p.
Nurhaida, I., Haryanto, S.P., Bakri, S., Junaidi, A dan Syah, P. 2005.Penginventarisan kearifan lokal dalam praktik wanatani kopi dalamdebat kelestarian fungsi hidro-orologis wilayah resapan di lampung barat.Jurnal Pembangunan Pedesaan. 5(2):91-105.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999tentang Kehutanan. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 61Tahun 2014 tentang Mentoring dan Evaluasi Pengelolaan Daerah AliranSungai. Buku. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Seyhan, E. 1990. Dasar Dasar Hidrologi. Buku. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. 388p.
Sinukaban, N. 1999. Sistem Pertanian Konservasi Kunci Pembangunan PertanianBerkelanjutan, Paradigma Baru Pengelolaan dan Pemanfaatan SumberDaya Lahan. Makalah. Universitas Sumatera Utara. Medan. 9p.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Buku. Penerbit Andi.Yogyakarta. 210p.
Supangat, A. B. 2014. Perhitungan Sedimen. Buku. Badan Penelitian TeknologiKehutanan Pengeloaan DAS. Surakarta. 28p.
Soewarno, S. 2000. Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Daerah AliranSungai (Hidrometri). Buku. Penerbit Nova. Bandung. 824p.
Tunas, I.G. 2008. Pengaruh prosedur perkiraan laju erosi terhadap konsistensinisbah pengangkutan sedimen. Jurnal SMARTek. 6(3):135-143.
39Wiersum, K. F. 1979. Introduction to Principle of Forest Hydrology and Erosion.
Buku. Lembaga Ekologi Universitas Padjadjaran. Bandung. 152p.
Woznicki, S. A., dan Nejadhashemi, A. P. 2013. Spatial and temporal variabilitiesof sediment delivery ratio. Water Resources Management. 27(7):2483-2499.
top related