reaksi uji karbohidrat
Post on 09-Aug-2015
147 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REAKSI-REAKSI UJI KARBOHIDRAT
TUJUAN
Tujuan dari Percobaan ini adalah:
1. Membedakan senyawa yang mudah di dehidrasi asam sulfat pekat
menjadi senyawa furfural dengan Uji Molisch.
2. Membedakan pati dari Sakarida lainnya dengan uji Iodin
II. DASAR TEORI
1. KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak
ditemukan di alam dengan rumus molekul Cn(H2O)m . Karbohidrat
terbentuk pada proses fotosintesis dengan reaksi sebagai berikut:
nCO2(g) + mH2O(l) → Cn(H2O)m + nO2
Karbohidrat merupakan sumber karbon untuk organisme hidup.
Karbohidrat juga merupakan sumber karbon untuk sintesis biomolekul
dan sebagai bentuk energi polimerik. Karbohidrat didefinisikan sebagai
senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton dan turunannya.
Karbohidrat dapat digolongkan ke dalam monosakarida, disakarida dan
polisakarida.
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi satuan terkecil walaupun dalam suasana yang
lunak sekalipun. Monosakarida dapat melangsungkan reaksi antar
molekul reversible membentuk senyawa lingkar. Suatu aldoa seperti
glukosa membentuk cincin piranosa lingkar enam sedangkan ketosa
seperti fruktosa membentuk cincin furanosa lingkar lima.
Struktur khas monosakarida dapat diidentifikasi menggunakan reaksi
kimia berikut:
Cahaya Matahari
a. Senyawa Iodo
Jika suatu aldosa direaksikan dengan Asam Iodida (HI), maka
aldosa akan kehilangan seluruh oksigennya dan digantikan
dengan senyawa Iodat (C6H13I). Turunan yang dihasilkan
merupakan suatu senyawa dengan rantai lurus seperti
heksana. Ini membuktikan bahwa aldosa tidak mempunyai
rantai samping. Dengan reaksi:
C6H12O6 + HI → CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2I + 3O2
b. Oksidasi
Oksidasi monosakarida akan menghasilkan asam. Gugus
aldehid yang terdapat pada aldosa teroksidasi menjadi gugus
aldonat. Apabila gugus CH2OH teroksidasi maka akan
membentuk asam uronat. Larutan HNO3 pekat dapat
mengoksidasi kedua gugus aldehida membentuk asam sakarat.
2. Disakarida
Disakarida terdiri dari dua lingkar monosakarida. Ikatan yang
menghubungkan kedua monosakarida tersebut disbut ikatan
glikosidik, yang terbentuk dengan cara kondensasi gugus hidroksil
pada atom karbon nomor satu dari satu monosakarida dengan gugus
hidroksil dari salah satu atom karbon nomor 2,4 atau 6 pada
monosakarida yang kedua. Contoh disakarida adalah:
a. Maltosa tersusun atas 2 glukosa
b. Laktosa tersusun atas beta-D-Galaktosa dengan Beta-D-glukosa.
c. Sukrosa tersusun atas fruktosa dan glukosa
3. Polisakarida
Poliskaarida terdiri dari rantai monosakarida, yang dapat digolongkan
secara fungsional ke dalam dua kelompok besar yaitu struktur
polisakarida dan nutrien polisakarida. Struktural poliskarida berlaku
sebagai pembngun komponen dari organel sel dan sebagai unsur
pendukung intrasel. Polisakarida yang termasuk golongan ini adalah
selulosa, kitin, kondroitin, dan asam hialuronat. Polisakarida nutrien
berperan sebagai sumber cadangan monosakarida yang termasuk
dalam kelompok ini adalah paraamilum, pati dan glikogen.
2. REAKSI-REAKSI KARBOHIDRAT
Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang
terdapat dalam molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus
keton. Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat yang satu
dengan yang lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida
mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat
reduktor ini karena adanya gugus aldehid atau keton bebas pada
karbohidrat. Pereaksi-pereaksi karbohidrat seperti:
a. Pereaksi Barford
Terdiri atas tembaga (II) asetat dan asam asetat dalam pelarut air
yang digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan
disakarida. Monoskaarida cepat sekali mereduksi ion Cu(II)
menjadi Cu(I) sedangkan disakarida agak lambat, walaupun
dengan konsentrasi yang sama. Reaksinya :
Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)
Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)
b. Pereaksi Molisch
Terdiri dari α-naftol dalam pelarut alkohol. Jika glukosa
ditambahkan pereaksi ini kemudian dialirkan asam sulfat pekat
secara hati-hati maka akan terbentuk 2 lapisan zat cair. Pada
batas antara kedua lapisan itu terbentuk cincin warna ungu akibat
terjadinya reaksi kondensasi antara α-naftol dan furfural (furfural
terbentuk akibat dehidrasi glukosa dalam asetat yang panas).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No Alat Ukuran/Jumlah
1 Tabung reaksi 10 Buah
2 Pengaduk 4 buah
3 Sikat tabung reaksi 1 Buah
4 Penjepit tabung reaksi 1 buah
5 Gelas kimia 1 Buah
6 Botol semprot berisi aquadest
1 Buah
7 Keping tetes 1 Buah
8 Penangas 1 Buah
9 Gelas ukur 10 mL / 1 buah
10 Pipet tetes 1 buah
b. Bahan
No Bahan Konsentrasi / Jumlah
1 Amilum 1 %
2 Glukosa 1%
3 Fruktosa
4 H2SO4 pekat -
5 Larutan Gula -
6 Larutan madu -
7 HCl 6 N
8 NaOH 6 N
9 Larutan iodine 0,01 M
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji Molisch
1. Memasukkan 2 mL karbohidrat ke dalam tabung reaksi dan
menambahkan 3 tetes larutan molish dalam tabung reaksi
tersebut, kemudian di aduk pelan-pelan.
2. Menambahkan 5 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung
reaksi (iringkan tabung)
3. Memperhatikan warna yang terbentuk pada bidang batas kedua
lapisan, adanya warna merah atau ungu menunjukkan reaksi
positif.
4. Mengulanginya pada larutan Glukosa 1%.
5. Mengulanginya pada larutan Fruktosa 1%
6. Mengulanginya pada larutan gula
7. Mengulanginya pada larutan madu
8. Mencatat hasil uji molisch pada kedua larutan.
2. Uji Iodin
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi dan memberi label pada ketiga
tabung tersebut
2. Menambahkan ke dalam tiap tabung 3 mL amilum dan 2 tetes
iodine
3. Menambahkan 2 tetes air kedalam tabung A
4. Menambahkan 2 tetes HCl 6 N kedalam tabung B
5. Menambahkan 2 tetes NaOH 6 N Kedalam tabung C
6. Mengocok semua tabung, mengamati warna yang terbentuk
7. Memanaskan tabung yang berwarna, dan mendinginkan.
8. Mencatat perubahan- perubahan yang terjadi
V. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molisch
No.
Perlakuan Hasil Pengamatan
1 - Amilum 1% 2 mL + 3 tetes larutan molisch,
- + 5 mL H2SO4 pekat
- Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
2 - Glukosa 1% 2 mL + 3 tetes larutan molisch,
- + 5 mL H2SO4 pekat
- Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
3 - Larutan Gula 2 mL + 3 tetes larutan molisch,
- + 5 mL H2SO4 pekat
- Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
4 - Larutan Madu 2 mL + 3 tetes larutan molisch,
- + 5 mL H2SO4 pekat
- Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
5 - Fruktosa 1%2 mL + 3 tetes larutan molisch,
- + 5 mL H2SO4 pekat
- Terbentuk cincin berwarna pink
- Terbentuk cincin berwarna merah (+)
2. Uji Iodine
Perlakuan Tabung I Tabung II Tabung IIIUntuk tabung I-IIIAmilum 3 mL + Iodine 2 tetes
Warna Biru + 2 tetes air Warna biru dipanaskanWarna bening
Warna Biru + 2 tetes HClWarna biru dipanaskanWarna bening
Warna Biru + 2 tetes NaOHBeningTidak dipanaskan-
VI. PEMBAHASAN
Uji Molisch
Uji Molisch merupakan campuran antara α-naftol dalam pelarut
alkohol. Uji ini untuk mendeteksi senyawa-senyawa karbohidrat yang
mudah didehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau
senyawa furfural tersubstitusi. Warna ungu yang terjadi antara dua
lapisan disebabkan oleh kondensasi furfural atau derivatnya dengan α-
naftol.
Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan amilum, larutan glukosa,
larutan gula, larutan madu, larutan fruktosa. Pada percobaan dengan
larutan amilum dan larutan fruktosa didapat data hasil pengamatan
bahwa terbentuk dua lapisan yang diantara dua lapisannya berwarna
merah, ini berarti bahwa larutan amilum menunjukkan reaksi yang positif
terhadap uji molisch. Pada larutan glukosa,larutan gula, dan larutan
madu, diantara dua lapisan tersebut terbentuk warna merah yang berarti
glukosa menunjukan uji yang positif terhadap pereaksi molisch
Warna yang sebenarnya dalam uji molis terhadap glukosa, larutan
gula, larutan madu, yang sebenarnya adalah warna ungu,namun pada
percobaan kali ini menghasilkan warna merah. Ini dikarenakan asam
pekat yang digunakan dalam percobaaan kali ini kemungkinan memiliki
kadar kepekatan yang rendah sehingga tidak terjadi reaksi kondensasi
antara α-naftol dan furfural (furfural terbentuk akibat dehidrasi glukosa
dalam asetat yang panas). berdasarkan teori yang kami dapatkan uji
molis dengan menggunakan amilum harus terbentuk warna merah,
sedangkan uji molis dengan menggunakan glukosa harus terbentuk
warna ungu. Ini menunjukkan dengan polisakarida seperti amilum,
seharusnya uji molisch membentuk warna merah, sedangkan dengan
monosakarida seperti glukosa, larutan madu, larutan gula, seharusnya
membentuk warna ungu.
Uji Iodin
Uji Iodin dalam percobaan dilakukan dengan 3 kondisi yaitu asam, Netral
dan Basa. Setelah dilakukan percobaan dengan keadaan yang sama
(volume sama dan konsentrasi sama) maka diperoleh dengan basa (+ 2
tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna atau dengan kata lain
tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Dengan
kondisi netral (+2 tetes air) timbul warna biru, sedangkan dengan kondisi
asam (+ 2 tetes HCl) menimbulkan warna biru yang cerah. Jadi pada
kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Hal ini disebabkan karena
dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak
terjadinya ikatan koordinasi sehingga warna biru tidak terjadi. Sedangkan
pada kondisi asam ternyata NaI dan NaIO3 adakan diubah menjadi I2
kembali oleh asam klorida. Dengan reaksi:
5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
Jawaban Pertanyaan
1. Zat lain yang memberi warna dengan iodine yaitu senyawa yang
mengandung membentuk heliks yaitu glikogen
2. Kondisi yang dapat memberikan hasil uji terbaik adalah pada kondisi
pH asam berdasarkan penjelasan dan hasil percobaan yang telah
dijelaskan pada pembahasan tentang Uji Iodine
VII. KESIMPULAN
1. Uji Molisch adalah Uji untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
pada suatu sampel
2. Warna yang dihasilkan pada pereaksi molisch dengan polisakarida
adalah warna merah, sedangkan pada monosakarida berwarna
biru.
3. Uji Barford digunakan untuk membedakan senyawa aldosa dengan
ketosa juga untuk mengenal monosakarida aldosa ddengan
polisakarida atau disakarida.
4. Polisakarida tidak mengalami reaksi oksidasi, sedangkan
monosakarida yang mengandung gugus aldehid (senyawa aldosa)
mengalami reaksi oksidasi
5. Uji Iodine digunakan untuk uji karbohidrat yang membentuk siklik
6. Uji iodine baik dilakukan pada kondisi asam karena menghasilkan
hasil yang optimal.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ciptadi. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia. Palangkaraya: UNPAR
Sunarya, Yayan. 2003. Kimia Dasar II. Bandung: Alkemi Grafisindo Press
Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka Indonesia
Poedjiadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta : UI-Press.
Dorothy E Schumm. 1992. Alih Bahasa: Sadikin Mochtar. Intisari
Biiokimia. Jakarta: Binarupa Aksara.
IX. LAMPIRAN
Fotocopy Laporan Sementara
top related